Perkembangan Peradaban dari Masa Ke Masa

Perkembangan Peradaban dari Masa Ke Masa
1. Peradaban Pra Islam
Masa sebelum Islam disebut zaman jahiliah. Zaman ini terbagi atas dua periode, yaitu
jahiliah pertama dan jahiliah kedua. Jahiliah pertama meliputi masa yang sangat panjang, tetapi
tidak banyak yang bisa diketahui hal ihwalnya dan sudah lenyap sebagian besar masyarakat
penduduknya. Adapun jahiliah kedua sejarahnya bisa diketahui agak jelas. Zaman jahiliah kedua
ini berlangsung kira-kira 150 tahun sebelum Islam lahir.
Bangsa Arab sebelum Islam sudah mengenal dasar-dasar beberapa cabang ilmu
pengetahuan, bahkan dalam hal seni sastra mereka telah mencapai tingkat kemajuan yang pesat.
Akan tetapi, karena kemerosotan moral melanda mereka, maka label jahiliah diberikan kepada
mereka.
Sebagian besar bangsa Arab jahiliah adalah penyembah berhala. Setiap kabilah memiliki
patung sendiri, sehingga tidak kurang 360 patung bertengger di Ka’bah yang suci itu. Ada empat
(4) patung yang terkenal. Yaitu Lata, Uzza, Manah, dan Hubal, milik kabilah Quraisy. Selain
penyembah berhala, ada diantara para Kabilah yang menyembah binatang, penyembah jin,
disamping mereka percaya bahwa malaikat adalah anak-anak perempuan Tuhan.
Dikalangan penduduk Hirah dan Ghassasinah tersebar agama Nasrani melalui Bizantium,
demikian pula di Najran agama ini masuk melalui Habsyi. Pusat-pusat agama Yahudi terdapat di
Taima, Wadi al-Qura, Fadk, Khaibar dan yang terpenting adalah Yatsrib dan dibagian timur
Jazirah Arab yang berbatasan dengan Persia tersebar agama Majusi. Semua agama kepercayaan
itu terdesak oleh Islam ketika ajaran Tauhid ini memancarkan sinarnya dari jantung jazirah Arab

pada abad ketujuh masehi.
2. Peradaban Islam Masa Rasulullah
a. Muhammad SAW Sebelum Kenabian
Rasulullah lahir pada hari Senin 12 Rabi’ul Awal Tahun Gajah, bertepatan dengan
tanggal 20 april 571, di kalangan bangsawan Quraisy. Beliau lahir dalam keadaan yatim dari
ayah yang bernama Abdullah ibn Abd al-Muthalib dan ibu bernama Aminah binti Wahab. Abd al
Muthalib ibn Hasyim sebagai penanggung jawab dalam memelihara Kab’bah dan pelayanannya
terhadap peziarah, Mekkah diserang oleh Abraha yang bermaksud meruntuhkan Ka’bah, dengan
cara melakukan penyerangan. Namun pada saat akan melakukan penyerangan tersebut
digagalkan dengan terjadinya wabah penyakit yang menyerang para pasukan Abraham yang saat
itu sedang menunggang seekor gajah yang besar.
Ketika menjadi yatim, Muhammad SAW diasuh oleh pamannya bernama Abu Thalib.
Kecintaan Abu Thalib kepada Muhammad SAW sama besarnya dengan rasa cintanya kepada

anak-anaknya. Itu terbukti dengan diikutkannya Muhammad SAW dalam perjalanan menuju
Syria.
Ketika sesampainya di Bushra, ia bertemu dengan seorang Pendeta Kristen bernama
Buhaira. Pendeta itu meminta Abu Thalib untuk menjaga keselamatan Muhammad SAW karena
ia melihat adanya tanda-tanda kenabian di diri Muhammad dan hal itu akan membuat dirinya
berada dalam bahaya.

Ketika Muhammad berusia 15 tahun, terjadilah perang antara keturunan Kinanah dan
Quraisy melawan kabilah Hawazin, perang ini dikenal perang Fijar (pendurhakaan). Pada saat
berlangsungnya perang tersebut, Muhammad bersama Abu Thalib membantu mengambilkan
anak panah yang dilontarkan oleh musuh, dan sesekali melemparkannya kembali kearah musuh.
Berakhirnya perang ini ditengarai dengan dilakukannya perundingan yang melahirkan
kesepakatan membentuk suatu perserikatan yang disebut Hilf al-fudlul (sumpah utama). Dengan
tujuan kesepakatan terebut adalah untuk memberikan perlindungan bagi yang teraniaya di kota
Mekah, baik oleh penduduknya sendiri maupun oleh pihak lain. Dan Muhammad terpilih
menjadi salah satu anggota dan menjadi anggota termuda.
Pada saat usia Muhammad meninjak usia 24 tahun, Abu Thalib menawarka
keponakannya tersebut untuk menjalankan perdagangan ke Syria di tempat Khadijah binti
Khuwailid. Karena tutur kata dan sikap santun Muhammad tersebut membuat kegiatan
perdagangannya berjalan dengan lancar dan mendapat sambutan yang baik bagi seluruh
pelanggannya.
Dan hal tersebutlah yang membuat Khadijah binti Khuwailid jatuh hati pada
Muhammad. Kemudian Khadijah meminta pembantunya yang setia bernama Nafisah untuk
menyampaikan maksud hati Khadijah untuk menikah dengan Muhammad dan keinginannya pun
disambut baik oleh Muhammad dan Abu Thalib.
Popularitasan Muhammad tidak muncul begitu saja. Sejak masa kanak-kanak hingga
dewasa dan kemudian ia diangkat menjadi Rasul pun, beliau dikenal berbudi luhur dan

berkepribadian mulia, tidak ada perbuatan tercela yang dapat dituduhkan kepadanya. Beliaupun
tidak pernah menyembah berhala, memakan daging yang disembelih untuk berhala, minum
khamar dan mendatangi tempat permainan judi.
b. Diangkat Menjadi Rasul
Pada malam Senin 17 Ramadhan tahun 13 sebelum Hijrah bertepatan dengan 6
Agustus 610 M, selagi Muhammad berkhalwat di gua Hira, Jibril menyampaikan wahyu
pertama, yaitu lima ayat dari Surat al-Alaq.
Setelah menerima wahyu tersebut, Muhammad pulang kerumah dalam keadaan
cemas dan menggigil. Ia meminta Khadijah untuk menyelimutinya dan terlelap tidur. Dengan
perasaan cemas pula, Khadijah mendatangi rumah saudara sepupunya bernama Waraqah, yang
beragama Nasrani namun memiliki kemampuan tentang naskah-naskah kuno.
Setelah mendengar cerita dari Khadijah, Waraqah memberitahu bahwa sosok yang
datang di mimpi Muhammad tersebut adalah Malaikat Jibril, dan ia pun menegaskan bahwa
dengan turunnya wahyu tersebut, maka Muhammad telah diangkat menjadi Nabi untuk umat ini,
seraya memberitahu bahwa nantinya Muhammad akan diusir dari kampung halamannya sendiri.

Pada saat beliau terlelap tidur, turunlah wahyu kedua yaitu surat al-Muddatstsir ayat satu
sampai tujuh. Setelah menerima wahyu yang kedua ini, Muhammad menyampaikan kepada
istrinya bahwa Jibril menyampaikan perintah Allah SAW agar beliau memberi peringatan kepada
umat manusia dan mengajak mereka supaya beribadah dan patuh hanya kepadaNya. Dan wahyu

yang kedua inilah yang menjadi dasar penobatan Muhammad sebagai Rasulullah.
c. Mendakwahkan Islam dan Reaksi Quraisy
Pada saat menjalankan tugas risalahnya selama 13 tahun, tahap pertama yang dilakukan
Rasulullah adalah menyampaikan Surat al-Muddatstsir ayat satu sampai tujuh, yang disampaikan
kepada orang terdekatnya.
Pada fase pertama ini yang menyatakan keimanannya pertama kali adalah Abu Bakar,
yang diikuti oleh Utsman ibn Affan, Zubair ibn Awam, Saad ibn Abi Waqqash, Thalhah ibn
Ubaidillah, Abd al-Rahman ibn Auf, Abu Ubaidah ibn Jarrah, Arqam ibn Abi al-Arqam, Bilal ibn
Rabah dan beberapa penduduk Mekah lainnya.
Tahap kedua adalah dakwah semi terbuka. Dalam tahap ini Rasulullah menyeru
keluarganya dalam lingkup yang lebih luas berdasarkan Surat al-Syu’ara ayat 214. Yang menjadi
sasaran utama seruan ini adalah Bani Hasyim. Sesudah itu Rasulullah makin memperluas
jangkauan seruannya kepada seluruh penduduk Mekah setelah turun ayat 15 Surat al-Hijr.
Langkah ketiga adalah dakwah terbuka. Sejak saat itu Islam mulai menjadi perhatian dan
pembicaraan penduduk Mekah. Dalam pada itu, Rasulullah terus meningkatkan kegiatannya dan
memperluas jangkauan seruannya, sehingga tidak lagi terbatas kepada penduduk Mekah,
melainkan kepada setiap orang yang datang ke Mekah terutama pada musim haji.
Ketiga gerakan Rasulullah makin luas, jumlah pengikutnya bertambah banyak dan
seruannya makin tegas dan lantang, bahkan secara terang-terangan mengamcam agama berhala
dan mencela kebodohan nenek moyang mereka yang memuja-muja berhala itu. Namun hal

tersebut ditentang oleh kaum Quraisy dan mereka mencoba menghalang-halangi kegiatan
dakwah Rasulullah. Penentangan kaum Quraisy tersebut didasarkan pada beberapa hal, yaitu :
1) Persaingan Pengaruh dan Kekuasaan
Mereka belum bisa membedakan antara kenabian dengan kerajaan. Mereka mengira
memenuhi seruan Rasulullah berarti tunduk kepada Abd al-Muthalib. Hal ini, menurut
anggapan mereka akan menyebabkan suku-suku Arab kehilangan pengaruhnya dalam
masyarakat.
2) Persamaan Derajat
Rasulullah mengajarkan persamaan derajat diantara umat manusia. Hal ini berlawanan
dengan tradisi Arab Jahiliah yang membeda-bedakan derajat manusia berdasarkan
kedudukan dan status sosial. Bangsawan Quraisy belum siap menerima ajaran yang akan
meruntuhkan tradisi dan dasar-dasar kehidupan mereka.
3) Takut Dibangkitkan Setelah Mati
Gambaran tentang kebangkitan kembali setelah mati sebagaimana diajarkan Islam, sangat
mengerikan di mata pimpinan Quraisy. Oleh karena itu mereka akan dibangkitkan

kembali dari kematiannya untuk mempertanggung jawabkan seluruh amal perbuatannya
sewaktu hidup di dunia.
4) Taklid Kepada Nenek Moyang
Bangsa Arab jahiliah menganggap bahwa tradisi nenek moyang merupakan sesuatu yang

mutlah dan tidak boleh diganggu gugat. Terlampau berat bagi mereka meninggalkan
agama nenek moyangnya, apalagi yang diajarkan Rasulullah itu bertolak belakang
dengan keyakinan yang mereka anut.
5) Perniagaan Patung
Larangan menyembah patung dan larangan memahat dan memperjualbelikannya
merupakan ancaman yang akan mematikan usaha pemahat dan penjual patung. Lebih dari
itu, para penjaga Ka’bah juga tidak mau kehilangan sumber penghasilan dan pengaruh
yang diperoleh dari jasa pelayanan terhadap orang-orang yang datang ke Mekah untuk
menyembah patung.
Penolakan kaum Quraisy terhadap Islam mendorong Rasulullah lebih mengintensifkan
dakwahnya. Semakin tegas dan lantang Rasulullah mendakwahkan Islam, maka semakin keras
permusuhan yang dilancarkan orang-orang Quraisy terhadap beliau dan para pengikutnya.
Bermacam cara mereka tempuh untuk menghentikan dakwah Rasulullah dan menbendung
pertumbuhan agama baru ini, mulai dari bujukan, ancaman, intimidasi bahkan penyiksaan fisik.
Kebencian kaum Quraisy terhadap Rasulullah semakin meningkat manakala mereka
menyaksikan penganut Islam semakin bertambah. Melihat hal tersebut, Abu Sufyan merencakan
rencana pembunuhan kepada Rasulullah. Selain Rasulullah, banyak sahabatnya dan para budak
yang menganut agama Islam di siksa oleh kaum Quraisy. Melihat hal tersebut, Rasulullah
memutuskan untuk membawa para pengikutnya untuk mengungsi ke Habsyi, karena di Negeri
tersebut penguasa Negeri tersebut dikenal adil dan bijaksana. Kaum Quraisy pun memohon

kepada pemimpin Habsyi untuk menyerahkan para sahabat Rasulullah tersebut, namun tidak di
kabulkan.
Selain adanya penghinaan bahkan penganiayaan kepada Rasulullah dan pengikutnya,
kepedihan Rasulullah ditambah dengan meninggalnya Abu Thalib dan Khadijah, maka tahun
tersebut dikenal dengan tahun kesedihan. Dan pada saat Rasulullah menghadapi ujian berat
tersebut, Rasulullah diperintahkan oleh Allah SAW untuk menjalankan perjalanan malam dari
Masjid al-Haram di Mekah ke Bait al-Maqdis di Palestina, kemudian dinaikkan menembus langit
sampai ke Sidrah al-Muntaha. Dan disitulah Rasulullah menerima syari’at kewajiban shalat
fardhu lima waktu sehari semalam. Peristiwa ini dikenal dengan Isra Miraj yang terjadi pada
malam 27 Rajab tahun 11 sesudah kenabian.
d. Pembinaan Masyarakat dan Peletakkan Dasar-dasar Kebudayaan Islam
Pekerjaan besar yang dilakukan Rasulullah dalam periode Madinah adalah pembinaan
terhadap masyarakat Islam yang baru terbentuk. Karena masyarakat merupakan wadah dari
perkembangan kebudayaan, maka berbarengan dengan pembinaan masyarakat itu diletakkan

pula dasar-dasar kebudayaan Islam, sehingga terwujud sebuah masyarakat Islam yang kokoh dan
kuat. Dasar-dasar kebudayaan yang diletakkan oleh Rasulullah itu pada umumnya merupakan
sejumlah nilai dan norma yang mengatur manusia dan masyarakat dalam hal yang berkaitan
dengan peribadatan, sosial, ekonomi dan politik yang bersumber dari al-quran dan al-sunnah.
Lembaga pertama yang dibangun Rasulullah dalam rangka pembinaan masyarakat ini

adalah masjid. Pertama masjid Quba, selang beberapa hari kemudian Masjid Nabawi, yang
dibangun ketika Rasulullah sampai di Yatsrib. Sebelum dibangunnya masjid tersebut, kaum
sebelum Islam sering melakukan pertemuan untuk mempertontonkan sihir, melakukan jual-beli
dan kegiatan lainnya. Namun dengan masjid yang dibangun oleh Rasulullah, dipergunakan untuk
semata-mata kegiatan keagamaan.