EFISIENSI PEMASARAN BERAS DI KABUPATEN CIAMIS DAN JAWABARAT | Suminartika | MIMBAR AGRIBISNIS: Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis 72 438 1 PB

MIMBAR AGRIBISNIS
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. 2017. 3(1): 13-28
EFISIENSI PEMASARAN BERAS
DI KABUPATEN CIAMIS DAN JAWA BARAT
ETI SUMINARTIKA
Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran
Email: etisuminartk@gmail.com
IIN DJUANALIA
Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat
Email: iindj71@gmail.com
Abstrak
Beras merupakan makanan pokok bagi mayoritas penduduk Indonesia. Untuk
mempertahankan pasokan beras, maka diperlukan insentif yang memadai bagi petani dan
sistem pemasaran yang efisien. Untuk menganalisis kondisi di atas diperlukan analisis
efisiensi pemasaran yang meliputi: (1) Biaya pemasaran, dan (2) Efisiensi pemasaran.
Penelitian ini menggunakan metoda survey, pengambilan sampel petani dilakukan secara
acak, sedangkan pengambilan sampel pedagang dilakukan dengan cara snowball sampling.
Data yang digunakan terdiri atas data primer dan sekunder, data dianalisis secara
matematik dan deskriptif. Lokasi penelitian di sentra produksi padi di kabupaten Ciamis
dan sentra produksi padi propinsi Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Marjin
pemasaran beras Rp. 3.553 per kg beras (Ciamis) dan Rp. 2.990 per kg beras (Jawa Barat),

biaya pemasaran Rp.1.920 per kg gabah/beras (Ciamis) dan Rp.2.056 per kg gabah/beras
(Jawa Barat), farmer’s share petani 67,5 % (Ciamis) dan 76,1 %, (Jawa Barat), dan (2)
Efisiensi pemasaran 18,3% (Ciamis) dan 19,6% (Jawa Barat). Pemasaran beras di
kabupaten Ciamis dan propinsi Jawa Barat tergolong efisien, namun pemasaran beras dari
kabupaten Ciamis lebih efisien dibanding pemasaran beras di propinsi Jawa Barat, karena
biaya pemasaran beras dan harga gabah di kabupaten Ciamis lebih murah, dengan
demikian beras yang berasal dari kabupaten Ciamis memiliki keunggulan kompetitif di
pasar di tingkat propinsi Jawa Barat, khususnya di Bandung.
Kata kunci: Efisiensi pemasaran, Beras, Petani, Ciamis, Jawa Barat
Abstract
Rice is the staple food for Indonesian people, to maintain domestic supply, rice
market must be efficient. The purposes of this study are to analyze: (1) Marketing cost and
(2) Marketing efficiency. This study used survey methods, snowball sampling is done in
this study, data used consist of primary and secondary data, the data were analyzed by
mathematic and descriptive analyze, the location of the study is in the centre of rice
production in Ciamis district and centre of rice production in West Java. The results show
that thr rice marketing in Ciamis is more efficient than those of West Java Province, this
condition is due to low cost of marketing and lower price of paddy, therefore the rice
which produced in Ciamis district has competitve advantage in the market in West Java.
Keyword : Marketing efficiency, Rice, Farmer, Ciamis, Wesy Java


13

Efisiensi Pemasaran Beras di Kabupaten Ciamis dan Jawa Barat
ETI SUMINARTIKA, IIN DJUANALIA
produksi saja tidak mampu meningkatkan

PENDAHULUAN

pendapatan petani, bila tidak didukung

Beras merupakan bahan makanan
pokok bagi penduduk di Indonesia.

dengan

kerjasama

petani


Harga beras mempengaruhi kehidupan

pemasaran (Soeharsoet, et al., 1995).

ekonomi petani padi dan juga bagi

Usaha meningkatkan pendapatan petani

konsumen beras, oleh karenanya beras

sangat

merupakan komoditas strategis, sekitar

perbaikan di bidang pemasaran dan harga

95% penduduk kita menggunakan beras

yang diterima petani, sebab tingkat harga


sebagai makanan pokok.

dan stabilitas harga sangat berpengaruh

diperlukan

melakukan

termasuk

usaha

Kebutuhan beras dapat dipenuhi

bagi petani. Semakin tinggi harga yang

dari produksi dalam negeri dan impor.

ditawarkan akan semakin menggiatkan


Kenaikan produksi beras dalam negeri

petani dalam meningkatkan produksi

tidak

untuk

dapat

memenuhi

kebutuhan/

memenuhi

permintaan penduduk. Oleh karena itu,

(Mubyarto, 1986).


pemerintah melakukan impor beras dari

Banyaknya

petani

pasar

yang

suka

berbagai negara di luar negeri, terutama

menanam

dari Vietnam dan Thailand. Impor beras

usahatani


cenderung

karena

profitabilitas yang lebih tinggi, karena

akibat

adanya pertimbangan keamanan bagi

pertambahan

meningkat
permintaan

padi

permintaan

meskipun


terdapat

yang

memiliki

lain

konsumsi keluarga, risiko yang lebih

pertambahan penduduk.
Oleh karenanya, produksi padi

kecil, dan mudah dalam pemasaran padi.

harus ditingkatkan dan dipertahankan

Alasan ini lah mengapa petani tetap


agar pasokan beras tidak terganggu.

menanam padi. Mudahnya pemasaran

Selain meningkatkan jumlah produksi

padi ditunjang oleh banyak faktor, salah

padi, diperlukan juga sistem pemasaran

satunya banyaknya lembaga pemasaran

yang

dapat

komoditas padi yang berada di sekitar

menyampaikan beras dari sentra produksi


petani, karena pemasaran beras dimulai

ke sentra konsumen dengan harga yang

dari gabah yang dihasilkan petani sampai

rendah. Usaha perbaikan di bidang

ke konsumen dalam bentuk beras yang

pemasaran memegang peranan penting

melibatkan

agar harga di tingkat petani dapat

(lembaga pemasaran).

efisien


ditingkatkan,

sehingga

karena

peningkatan

14

banyak

pelaku

pasar

MIMBAR AGRIBISNIS
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. 2017. 3(1): 13-28
Dalam
tersebut

pemasaran

terdapat

mendistribusikan barang-barang atau jasa

padi/beras

beberapa

yang

saluran

akan

memuaskan

kebutuhan

pemasaran, sehingga terdapat perbedaan

pembeli (konsumen), baik aktual maupun

perlakuan dalam fungsi pemasaran, biaya

potensial.

pemasaran,

marjin

Kegiatan pendistribusian

pemasaran,

barang

keuntungan pemasaran, dan lain-lain.

atau jasa tersebut dilakukan oleh lembaga

Biaya pemasaran akan rendah apabila

pemasaran.

sistem pemasaran menggunakan biaya

Saefudin (1986), lembaga pemasaran

yang rendah. Menurut Mubyarto (1985),

merupakan

besar

menyelenggarakan kegiatan atau fungsi

kecilnya

biaya

pemasaran

Menurut

Hanafiah

badan-badan

dan

yang

dipengaruhi oleh sarana transportasi,

pemasaran.

risiko kerusakan, tersebarnya tempat-

Sudiyono (2001), lembaga pemasaran

tempat

adalah badan usaha atau individu yang

produksi,

pungutan

baik

dan

yang

banyaknya

bersifat

Sedangkan

menyelenggarakan

resmi

menurut

pemasaran,

maupun tidak resmi di sepanjang jalan

menyalurkan jasa dan komoditi dari

antara

konsumen.

produsen kepada konsumen akhir, serta

Rasio biaya pemasaran dengan harga jual

mempunyai hubungan dengan badan

merupakan efisiensi pemasaran. Semakin

usaha

efisien salauran pemasaran, maka distorsi

pemasaran merupakan aktivitas-aktivitas

harga

dan

yang terjadi selama produk berpindah

konsumen akan semakin kecil. Untuk

dari produsen ke konsumen, dan juga

menganalisis kondisi efisiensi pemasaran

aktivitas-aktivitas yang memberi guna

beras, maka diperlukan suatu analisis

(utility)

yang

(Soekartawi, 1993).

produsen

yang

dengan

ada

meliputi:

di

(1)

produsen

Besarnya

biaya

lainnya.

Sementara

pada

produk

fungsi

tersebut

Perpindahan barang dari produsen

pemasaran, dan (2) Efisiensi pemasaran.
ke

konsumen

menyebabkan

adanya

perbedaan harga di produsen dan di

TINJAUAN PUSTAKA

konsumen yang dikenal dengan istilah

Menurut Stanton (1995), pemasaran

marjin pemasaran.

Menurut Sudiyono

berhubungan dengan kegiatan usaha yang

(2001),

pemasaran

bertujuan

didefinisikan dengan dua cara, yaitu

meliputi

harga

keseluruhan

merencanakan,

hingga

sistem

yang

menentukan

mempromosikan

marjin

dapat

pertama, marjin pemasaran merupakan

dan

15

Efisiensi Pemasaran Beras di Kabupaten Ciamis dan Jawa Barat
ETI SUMINARTIKA, IIN DJUANALIA
perbedaan

harga

yang

lembaga

dibayarkan

merupakan
pemasaran

kedua,
biaya
yang

pemasaran

1989). Semakin tinggi biaya pemasaran

dari

jasa-jasa

menyebabkan semakin rendah tingkat

dibutuhkan

harga

sebagai

atas

biaya

produk

di

tingkat

produsen

(Hanafiah dan Saefudin, 1986).
Biaya

jasa-jasa pemasaran. Komponen marjin
terdiri

efektivitas

marjin

akibat permintaan dan penawaran dari

pemasaran

dan

pemasaran yang dilakukan (Soekartawi,

konsumen dengan harga yang diterima
produsen,

pemasaran,

pemasaran

yang

tinggi

menyebabkan sistem pemasaran yang

yang

dibutuhkan lembaga pemasaran untuk

kurang

melakukan fungsi-fungsi pemasaran yang

(1989), sistem tataniaga dianggap efisien

disebut biaya pemasaran dan keuntungan

apabila memenuhi syarat sebagai berikut:

lembaga pemasaran. Menurut Tomek dan

(1) mampu menyampaikan hasil-hasil

Robinson

dari produsen kepada konsumen dengan

dipengaruhi

(1977),
oleh

marjin

pemasaran

permintaan

efisien.

Menurut

Mubyarto

biaya semurah-murahnya, dan (2) mampu

dan

penawaran serta perbedaan jarak antara

mengadakan

pembagian

hasil

produsen ke konsumen, dan sejumlah

(keuntungan) yang adil dari keseluruhan

harga jasa-jasa pelayanan yang akan

harga yang dibayar konsumen terakhir

berpengaruh terhadap biaya pemasaran.

kepada semua pihak yang ikut serta di

Marjin pemasaran dapat konstan ataupun

dalam kegiatan produksi dan tataniaga

bervariasi sesuai dengan kondisi.

barang itu.
Selanjutnya Abbot dan Makeham

Besar kecilnya marjin pemasaran
dipengaruhi oleh perubahan biaya dan

(1979)

keuntungan perantara serta harga yang

pemasaran sebagai pergerakan barang

dibayarkan konsumen dan harga yang

dari produsen ke konsumen dengan

diterima petani produsen (Taken, 1971).

meminimumkan biaya secara konsisten,

Biaya pemasaran adalah biaya yang

di samping tetap memberikan pelayanan

dikeluarkan untuk keperluan pemasaran.

kepada

Biaya pemasaran meliputi biaya angkut

memberikan harga yang dapat dijangkau

dan transportasi, pungutan retribusi, dan

oleh para konsumen. Pemasaran yang

lain-lain yang besarnya berbeda satu

efisien

sama lain yang disebabkan macam

distribusi

komoditi,

pemasaran (Saefudin, 1983).

lokasi

pemasaran,

macam

16

mendefinisikan

konsumen,

ditandai
marjin

dan

efisiensi

juga

dengan
antar

tetap

meratanya
lembaga
Menurut

MIMBAR AGRIBISNIS
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. 2017. 3(1): 13-28
Hanafiah dan Saefuddin (1986), efisiens

Jenis dan Sumber Data
Data

tidaknya pemasaran yang dilakukan oleh

yang

digunakan

dalam

lembaga pemasaran sangat dipengaruhi

penelitian ini adalah data primer dan data

oleh

terutama

sekunder. Data primer diperoleh dari

dalam hubungannya dengan berbagai

responden dari hasil wawancara langsung

kebijakan

dengan

intensitas

persaingan,

pemerintah,

tingkat

petani

dan

pedagang.

Data

penggunaan fasilitas pemasaran, sifat dan

sekunder diperoleh dari studi literatur

banyaknya jasa yang diberikan dalam

kepustakaan, dokumen instansi seperti

penciptaan

bentuk,

kantor desa, perpustakaan, Badan Pusat

pemilikan, informasi, dan lain-lain), serta

Statistik, dan Dinas Pertanian. Teknik

bagian

pengumpulan data yang digunakan ialah:

utilitas

yang

(waktu,

hilang

dalam

proses

pemasaran. Biaya pemasaran yang tinggi

observasi

dapat

(interview),

terjadi

meningkatnya

jasa

sebagai
pemasaran

akibat

(pengamatan),
dokumentasi

wawancara
dan

studi

pustaka.

yang

ditawarkan lembaga pemasaran kepada

Teknik Penarikan Sampel

konsumen.

Responden petani diambil secara
acak

random

(simpel

sampling),

METODE PENELITIAN

sedangkan

Desain dan Teknik Penelitian

pedagang menggunakan metoda snow

penentuan

responden

Metoda penelitian yang digunakan

ball sampling, mengingat responden yang

adalah metoda survei. Menurut Sugiono

dipilih adalah pedagang yang memiliki

(2010),

keterkaitan dengan petani. Semakin besar

penelitian

survei

adalah

penelitian yang dilakukan pada populasi

jumlah

besar ataupun kecil, tetapi data yang

sampel,

semakin

mendekati

keadaan sebenarnya. Menurut Gasperzs

dipelajari adalah data dari sampel yang

(1991), apabila peneliti tidak mengetahui

diambil dari populasi. Penelitian ini

ragam dari populasi (S) atau proporsi (P)

bersifat deskriptif kuantitatif, bertujuan

atau tidak dapat

untuk menggambarkan secara cermat dan

maka ukuran sampel (n) dapat diambil 5

sistematis fakta, gejala, fenomena, dan

persen,

sebagainya.

Selanjutnya menurut Gasperzs (1991),

10

persen

memperkirakannya,

dan

25

persen.

untuk ukuran contoh yang lebih besar
dari 30 sampel, maka sebaran data dalam

17

Efisiensi Pemasaran Beras di Kabupaten Ciamis dan Jawa Barat
ETI SUMINARTIKA, IIN DJUANALIA
farmer’s

contoh akan menyebar mendekati sebaran

pemasaran,

normal. Selain pertimbangan di atas,

efisiensi pemasaran
(1) Biaya

besaran sampel yang diambil didasarkan

share,

pemasaran

dan

adalah

pada ketersedian dana dan tenaga yang

penjumlahan

biaya-biaya

yang

dimiliki. Sampel petani diambil sebanyak

dilakukan selama proses pemasaran.

90 orang; sedangkan sampel pedagang

(2) Marjin pemasaran merupakan selisih

pengumpul, bandar dan penggilingan

antara harga jual beras di konsumen

masing-masing sebanyak 30 orang.

dengan harga gabah di petani (yang
telah

Operasionalisasi Variabel/Konsep

rumus:

1) Marjin pemasaran adalah selisih

Mti = Hji – Hbi
Dimana:
Mti = Marjin pemasaran ke-i (Rp/kg)
Hji = Harga jual ke-i (Rp/kg)
Hbi = harga beli ke-i (Rp/kg)

harga jual dan harga beli. Dinyatakan
dalam rupiah (Rp)..
2) Biaya pemasaran adalah biaya yang

lembaga

masing-masing

pemasaran.

(3) Efisiensi pemasaran merupakan rasio

Dinyatakan

antara biaya pemasaran dengan harga

dalam rupiah (Rp).

jual

3) Efisiensi pemasaran adalah rasio

di tingkat petani dengan harga di
Dinyatakan

dalam persen (%).
Rancangan Analisis Data
1) Analisis deskriptif digunakan untuk
saluran

sedangkan

Epi = TBPi/ TNPi x 100%
Dimana :
Epi = Efisiensi pemasaran tingkat
ke-i
TBPi = Total biaya pemasaran
tingkat ke-i (Rp/kg)
TNPi = Total nilai produk tingkat
ke-i (Rp/kg)
TNPi = Harga jual x kuantitas
Kriteria lembaga pemasaran efisiensi
bila 0 < Epi< 100 %

4) Farmer’s share adalah rasio harga

menganalisis

konsumen,

pemasaran adalah :

jual.

konsumen.

di

efisiensi di masing- masing lembaga

antra biaya pemasaran dengan harga

tingkat

beras),

tiap lembaga pemasaran digunakan

dalam penelitian ini adalah:

oleh

ke

sedangkan marjin pemasaran di tiap-

Konsep/variabel yang digunakan

dikeluarkan

disetarakan

pemasaran

(4) Farmer’s share

beras dan kelembagaan pemasaran

merupakan rasio

antara harga di produsen dengan

beras.

harga di konsumen. Rumus Farmer’s

2) Analisis matematik digunakan untuk

share:

menghitung marjin pemasaran, biaya

18

MIMBAR AGRIBISNIS
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. 2017. 3(1): 13-28
FS = HP/HK x 100%
Dimana :
FS = Farmer’s share
HP = harga di tingkat petani (Rp/kg)
HK =Harga di tingkat konsumen (Rp/kg)

1) 1: Petani - Pedagang Pengumpul –
Pengecer - Konsumen
2) 2: Petani - Pedagang Pengumpul Bandar – Pengecer - Konsumen
Banyak

Lokasi Penelitian

tengkulak

Lokasi penelitian berada di sentra

petani
atau

yang

memilih

bandar

dalam

produksi padi di Jawa Barat, yaitu di

memasarkan gabahnya. Alasan petani

kabupaten

dan

memilih tengkulak karena selain sebagai

Ciamis. Lokasi penelitian di kabupaten

tempat menjual, tengkulak juga berfungsi

Ciamis,

sebagai

Sumedang,

yaitu

di

Subang

desa

Sukanagara

lembaga

yang

dapat

kecamatan Lakbok, pemilihan lokasi

menyediakan kebutuhan modal, baik

tersebut, merupakan sentra produksi padi

modal

utama.

usahatani padi dan kebutuhan lainnya.

usahatani

padi,

usaha

non

Pasinggi (2009) menambahkan bahwa
PEMBAHASAN

peran

tengkulak

dan

pedagang

Saluran Pemasaran

pengumpul sebagai penyedia saprotan

Saluran pemasaran adalah rute yang

seperti benih dan pupuk yang dibutuhkan

dilalui oleh produk pertanian ketika

para petani. Selain berperan sebagai

produk bergerak dari farm gate yaitu

lembaga

pemasaran,

petani

berperan

sebagai

produsen

ke

pemakai terakhir.

pengguna

atau

Umumnya saluran

Mereka

dan

pelaku

secara

lembaga

juga

keuangan

informal yaitu memberikan pinjaman

pemasaran terdiri atas sejumlah lembaga
pemasaran

tengkulak

uang kepada petani (Anwar, 1993).

pendukung.
bersama-sama

Biaya Pemasaran

mengirimkan dan memindahkan hak

Biaya pemasaran merupakan biaya

kepemilikan atas produk dari tempat

yang

produksi hingga ke penjual terakhir

pemasaran. Semakin banyak lembaga

(Musselman dan Jackson, 1992). Secara

pemasaran yang terlibat, maka semakin

umum saluran

pemasaran padi dari

banyak perlakuan yang diberikan kepada

petani hingga ke konsumen di Jawa Barat

barang sehingga menyebabkan biaya

sebagai berikut:

pemasaran meningkat (Limbong dan

dikeluarkan

Sitorus, 1992).

19

untuk

keperluan

Biaya pemasaran yang

Efisiensi Pemasaran Beras di Kabupaten Ciamis dan Jawa Barat
ETI SUMINARTIKA, IIN DJUANALIA
Tabel 1.

dominan dalam pemasaran beras adalah

Biaya Pemasaran Padi/Gabah di
Kabupaten Ciamis dan Jawa Barat.

biaya transportasi dan biaya pengolahan.
Besarnya disparitas harga beras/gabah

Biaya (Rp/kg
gabah/ beras)
Kab.
Jawa
Ciamis
Barat
100
129

Uraian

dapat dikurangi dengan menekan biaya

Pembelian gabah
Perlakuan thd
gabah (simpan, dan
50
lain-lain)
Penggilingan
400
Biaya di tempat
120
penggilingan padi
Biaya transportasi
150
beras di kabupaten
Biaya transportasi
beras antar
200
kabupaten
Biaya di pengecer
(susut timbangan,
tenaga kerja,
900
tercecer,
pembungkus)
Total biaya
pemasaran di
1.920
kabupaten Ciamis
Sumber: Data Primer (diolah), 2016

transportasi.
Jenis biaya transportasi dari petani
(padi)

ke konsumen (dalam bentuk

beras) terdiri atas biaya transportasi untuk
pemindahan

gabah

dari

petani

ke

penggilingan dan biaya transportasi beras
dari penggilingan ke konsumen.
kabupaten Ciamis,

Di

biaya transportasi

pembelian gabah dari petani rata-rata Rp
100 per kilogram gabah, hal tersebut
tergantung jarak dan kondisi jalan.
Setelah

diangkut,

gabah

mendapat

perlakuan seperti penyimpanan, dan lain-

110
295
449
150

923

2.056

Pengecer beras biasanya berada di

lain dimana biaya perlakuan ini rata-rata

pasar

Rp 50 per kg gabah.

swalayan. Biaya terbesar terdapat di

tradisional,

toko,

atau

pasar

Biaya pengolahan gabah menjadi

pengecer pasar tradisional (Rp 900 per kg

beras terdiri atas biaya giling dan biaya

beras), meliputi biaya susut timbangan,

lain di tempat penggilingan. Biaya giling

tercecer,

rata-rata Rp 400 per kilogram gabah.

kerusakan.

Biaya lain di tempat penggilingan seperti

meliputi

penyusutan, penjemuran dan bongkar

transportasi pembelian gabah ke petani,

muat adalah Rp 120 per kilogram gabah

perlakuan terhadap gabah (penyimpanan,

seperti terlihat pada Tabel 1. Selanjutnya

dan lain-lain), penggilingan,

gabah yang telah menjadi beras diangkut

tempat penggilingan padi, biaya di

ke tempat konsumen yang jaraknya

pengecer

bervariasi. Rata-rata biaya pengangkutan

kilogram gabah/beras (tidak termasuk

beras dari penggilingan ke konsumen

biaya transportasi beras antar kab/prop),

(antar kabupaten) Rp 200 per kg beras.

atau Rp 1.920 per kilogram gabah/beras

20

pembungkus/kemasan,
Biaya

pemasaran

penjumlahan

berjumlah

Rp

dari

dan
yang
biaya

biaya di

1.720

per

MIMBAR AGRIBISNIS
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. 2017. 3(1): 13-28
jika beras dijual ke luar kabupaten

pengecer di Jawa Barat berjumlah Rp

Ciamis seperti ke Bandung. Menurut

2.056 per kilogram gabah/beras.

Natalis (2014), biaya pemasaran beras di

Berdasar jumlah perhitungan di

kabupaten Klaten sebesar Rp 1.675 per

atas, biaya pemasaran di kabupaten

kilogram beras.

Ciamis lebih kecil dari biaya pemasaran

Biaya pemasaran di Jawa Barat,

di tingkat propinsi Jawa Barat, namun

biaya transportasi pembelian gabah rata-

perbedaan tersebut tidak terlalu besar.

rata

Perbedaan biaya pemasaran ini akan

Rp

129

per

kilogram

gabah,

selanjutnya, gabah mendapat perlakuan

mempengaruhi

perbedaan

tingkat

seperti penyimpanan dan lain-lain, biaya

efisiensi pemasaran pada ke dua wilayah

perlakuan ini rata-rata Rp 110 per kg

tersebut.

gabah. Biaya pengolahan gabah menjadi
beras terdiri atas biaya giling dan biaya

Marjin Pemasaran
Marjin

lainnya di tempat penggilingan seperti

pemasaran

dapat

dan

didefinisikan dengan dua arti, (1) marjin

bongkar muat. Biaya giling rata-rata Rp

pemasaran merupakan perbedaan harga

295 per kilogram gabah, sedangkan biaya

yang dibayarkan konsumen dengan harga

lain di tempat penggilingan rata-rata Rp

yang diterima petani, dan (2) marjin

449 per kilogram gabah. Selanjutnya

pemasaran merupakan biaya dari jasa-

gabah yang telah menjadi beras diangkut

jasa pemasaran yang dibutuhkan sebagai

ke tempat konsumen yang jaraknya

akibat permintaan dan penawaran dari

bervariasi. Rata-rata biaya pengangkutan

jasa-jasa pemasaran. Komponen marjin

dari penggilingan ke pengecer (antar

pemasaran

kabupaten) rata-rata Rp 150 per kg beras.

dibutuhkan lembaga pemasaran untuk

Pengecer beras biasanya berada di

melakukan fungsi-fungsi pemasaran dan

penyusutan

gabah,

penjemuran

terdiri

pasar, toko, atau pasar swalayan. Biaya

keuntungan

terbesar terdapat di pengecer pasar

(Sudiyono, 2001).

biaya

lembaga

Penghitungan

tradisional (Rp. 923 per kg beras),

dari

yang

pemasaran

marjin

pemasaran

meliputi biaya susut timbangan, tercecer,

yang didasarkan pada selisih harga jual di

pembungkus/kemasan

petani dengan harga

dan

kerusakan.

Dari uraian di atas, besarnya biaya

konsumen

pemasaran dari produsen sampai ke

besarnya marjin pemasaran padi di

21

adalah

yang diterima

sebagai

berikut:

Efisiensi Pemasaran Beras di Kabupaten Ciamis dan Jawa Barat
ETI SUMINARTIKA, IIN DJUANALIA
kabupaten Ciamis dapat dilihat dari harga

beras. Menurut Natalis (2014), marjin

gabah di tingkat petani dan harga beras di

pemasaran beras di kabupaten Malang

tingkat konsumen. Harga jual gabah (IR

3.486 per kilogram beras.

64) di tingkat petani adalah Rp 4.162 per

Besarnya marjin pemasaran yang di

kilogram gabah, sementara harga beras

tiap lembaga pemasaran dihitung dengan

berkisar Rp 10.300 perkilogram beras

menselisihkan harga beli dan harga jual

(kualitas medium) di pasar tradisional

di tiap lembaga pemasaran. Besarnya

kabupaten Ciamis dan Rp 10.500 di pasar

total

tradisional Bandung. Konversi gabah ke

penjumlahan nilai marjin pada setiap

beras sebesar 0,60, maka satu kilogram

lembaga pemasaran. Distribusi marjin

beras di tingkat konsumen Rp 10.500

pemasaran merupakan rasio antara marjin

(harus menggiling gabah sebanyak 1,67

pemasaran di tiap lembaga dengan total

kilogram

marjin

Dengan

yang nilainya Rp 6.947).
demikian,

marjin

marjin

pemasaran

pemasaran.

Dari

adalah

hasil

petani-

perhitungan, ternyata marjin terbesar

konsumen dalam bentuk satuan gabah

berada di bandar karena bandar membeli

adalah Rp 6.947 dengan Rp 10.500, ada

gabah ke petani dan menjual ke pengecer

perbedaan sekitar Rp 3.553 per kilogram

dalam bentuk beras.

Tabel 2. Marjin Pemasaran di tiap Lembaga Pemasaran di Kabupaten Ciamis
Lembaga
Harga
Harga jual
Marjin (Rp)
% marjin terhadap
Pemasaran
Beli (Rp)
(Rp)
total marjin
Petani
(1) 2.497
4.162
(2) 1.665
Pengumpul
(3) 4.162
4.500
338
6,9
3
4
Penggiling
( ) 4.162
()
1.238
25,1
5.400
Bandar
(3) 4.162
(5)
(6) 2.250
45,6
9.200
Pengecer
(5) 9.200
(5)
1.100
22,3
10.300
100,0
Sumber: Data primer (diolah), 2016
(1) Biaya produksi
(2) Keuntungan petani
(3) Harga jual gabah dari petani ke tengkulak/bandar
(4) Rp 5.400 adalah nilai jual beras dari 0,6 kg beras dikali harga jual beras (di pedagang
pengumpul/penggilingan Rp 9.000), nilai 0,6 kg beras adalah nilai konversi 1 kg gabah
menjadi 600 gr beras
(5) Harga beras
(6) Marjin Rp.2.250 = 9.200-6.950 (1.6950 = 1,67 x 4.162)

22

MIMBAR AGRIBISNIS
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. 2017. 3(1): 13-28
Di Jawa Barat,

sebanyak 1,67 kilogram gabah yang

besarnya marjin

pemasaran padi di Jawa Barat dapat

nilainya Rp 8.010).

Dengan demikian

dilihat dari harga gabah di tingkat petani

marjin petani-konsumen dalam bentuk

dan harga beras di tingkat konsumen.

satuan beras adalah Rp 8.010 dengan Rp

Harga jual gabah (IR 64) di tingkat petani

10.500-11.000, ada perbedaan sekitar Rp

adalah Rp 4.797 per kilogram gabah,

2.990 per kilogram beras.

sementara harga beras berkisar 10.500-

Rincian marjin pemasaran di tiap

Rp 11.000 perkilogram beras (kualitas

lembaga pemasaran dapat dilihat Tabel 3.

medium) di pasar tradisional. Konversi

Dari hasil perhitungan, ternyata marjin

gabah ke beras sebesar 0,60, maka satu

terbesar berada di bandar karena bandar

kilogram beras di tingkat konsumen Rp

membeli gabah ke petani dan menjual

10.500

beras ke pengecer.

(harus

menggiling

gabah

Tabel 3. Marjin Pemasaran di tiap Lembaga Pemasaran di Jawa Barat.
Lembaga
pemasaran

Harga beli
(Rp)

Harga jual (Rp)

Petani

(1) 2.840

4.797

Pengumpul

(3) 4.797

5.321

Penggiling
Bandar
Pengecer

(3) 4.797
(3) 4.797
(5) 9.386

(4) 5.542
(5) 9.386
(5)
10.500

Marjin (Rp)

% marjin
terhadap total
marjin

(2)
1.957
524

11,6

745
2.191
1.114

16,5
48,6
24,7
100,0

Sumber: Data Primer (diolah), 2016
(1) Biaya produksi
(2) Keuntungan petani
(3) Harga jual gabah dari petani ke tengkulak/bandar
(4) Rp 5.542 adalah nilai jual beras dari 0,6 kg beras dikali harga jual beras (di pedagang
pengumpul/penggilingan Rp 9.236), nilai 0,6 kg beras adalah nilai konversi 1 kg gabah
menjadi 600 gr beras
(5) harga beras
dibayar konsumen akhir.

Bagian yang Diterima Petani (farmer’s

Di kabupaten

Ciamis, harga jual gabah (IR 64) di tingkat

share)
Farmer’s share merupakan bagian

petani adalah Rp 4.162 per kilogram

yang diterima petani terhadap harga yang

gabah, sementara harga beras Rp 10.300
per kilogram beras di pasar tradisional

23

Efisiensi Pemasaran Beras di Kabupaten Ciamis dan Jawa Barat
ETI SUMINARTIKA, IIN DJUANALIA
kabupaten Ciamis dan Rp 10.500 per

disetarakan harga di tingkat konsumen

kilogram

sebesar Rp 10.500 per kilogram beras

Bandung.

beras

di

pasar

tradisional

Konversi gabah ke beras

(sama

dengan

gabah

sebanyak

1,67

sebesar 0,60 (1 kilogram beras sama

kilogram gabah yang nilainya Rp 7.995).

dengan gabah sebanyak 1,67 kilogram

Dengan demikian, farmer share dalam

gabah yang nilainya Rp 6.947). Dengan

bentuk satuan beras adalah rasio Rp 7.995

demikian, farmer share dalam bentuk

dengan Rp 10.500, adalah 76,1 %, artinya

satuan beras adalah rasio Rp 6.947 dengan

sebanyak 76,1% harga dibayarkan ke

Rp 10.300 atau 67,5 %, artinya sebanyak

petani dan yang 33,1 % dibayarkan ke

67,5% harga dibayarkan ke petani dan

lembaga pemasaran lainnya. Persentase

yang 32,5 % dibayarkan ke lembaga

76,1% tersebut bukan berarti keuntungan

pemasaran lainnya. Persentase 67,5 %

petani, namun merupakan distribusi harga

tersebut bukan berarti keuntungan petani,

semata dan di dalamnya terkandung biaya

namun merupakan distribusi harga semata

produksi padi.

dan

di

dalamnya

terkandung

biaya

Dari uraian diatas, farmer share

produksi padi yang ditanggung petani.

petani padi di kabupaten Ciamis lebih

Dengan cara yang sama, nilai farmer’s

rendah dari farmer’s share petani padi di

share menjadi 66,2% jika harga di

Jawa Barat. Hal tersebut mengindikasikan

konsumen Rp 10.500 per kilogram beras

harga dibayarkan ke petani di kabupaten

(harga beras di kota Bandung). Menurut

Ciamis lebih rendah dibanding harga yang

Rosa (2014), bagian yang diterima petani

dibayarkan ke petani di propinsi Jawa

padi (farmer’s share) di kabupaten Malang

Barat.

sekitar 70,5 %.

Efisiensi Pemasaran

Untuk gambaran besarnya farmer’s

Efisiensi pemasaran dapat dihitung

share padi di Jawa barat dapat dilihat dari

dari rasio biaya pemasaran dengan total

harga gabah di tingkat petani dan harga

nilai produk (harga jual). Besar kecilnya

beras di tingkat konsumen. Harga jual

biaya pemasaran dipengaruhi oleh sarana

gabah (IR 64) di tingkat petani adalah Rp

transportasi, risiko kerusakan, tersebarnya

4.797 per kilogram gabah, sementara harga

tempat-tempat produksi, dan banyaknya

beras Rp 10.500 per kilogram beras di

pungutan baik yang bersifat resmi maupun

pasar tradisional. Konversi gabah ke beras

tidak resmi di sepanjang jalan antara

sebesar 0,60, dengan demikian dapat

produsen dengan konsumen. Peningkatan

24

MIMBAR AGRIBISNIS
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. 2017. 3(1): 13-28
pendapatan dan kesejahteraan konsumen

beras IR 64 di konsumen sekitar Rp

juga menyebabkan semakin kompleknya

10.500,

peran dan fungsi pemasaran sehingga

pemasaran

berakibat pada tingginya biaya pemasaran

demikian, pemasaran beras dari kabupaten

yang harus dikeluarkan. Semakin tinggi

Ciamis ke wilayah propinsi Jawa Barat

biaya pemasaran menyebabkan semakin

dikatakan efisien

Effesiensi Pemasaran di Kab Ciamis
Efisiensi pemasaran dapat dihitung

Dengan

Ciamis,

efisiensi

pemasaran.

Biaya

tiap

lembaga

pemasaran

yang

Rp

100/kg

gabah,

perlakuan

penggilingan Rp 400/kg gabah,

bandar menjual beras ke pengecer sebesar
9.200 /kg beras dapat dilihat bahwa rata-

konsumen sekitar Rp 10.300, dengan

rata efisiensi padi pada bandar

adalah

adalah

sebesar 8,9%.

pemasaran

Efisiensi pemasaran di pengumpul

beras di kabupaten Ciamis dikatakan
lembaga

di

di bandar adalah 820/kg beras, sementara

sementara harga jual beras IR 64 di

Kriteria

jual

150/kg beras, dengan demikian total biaya

Rp 1.720 (Tabel 1),

Dengan demikian,

harga

pengangkutan ke tempat pengecer Rp

konsumen beras di pasar di kabupaten

pemasaran

dengan

pemasaran

biaya di penggilingan Rp 120, dan

biaya pemasaran dari petani padi ke

efisiensi

biaya

gabah,

efisiensi

Di Kabupaten Ciamis, total

Ciamis adalah

rasio

(penyimpanan, dan lain-lain) Rp 50/kg

beras di pengecer. Tingginya biaya dapat
rendahnya

dari

gabah

beras dijual ke pengecer) dengan harga jual

menurunkan

dihitung

dikeluarkan bandar meliputi pembelian

(biaya pembelian gabah dari petani sampai

dan pengecer

pemasaran

dapat dihitung dari biaya

biaya pemasaran dengan harga jual beras

efisiensi bila 0 % < Epi < 100 %.

di pengecer. Dari data di atas, rata-rata

Di sisi lain, beras dari kabupaten

efisiensi pemasaran gabah di pengumpul

Ciamis dipasarkan di tingkat propinsi Jawa

3,3% dan di

Barat terutama di kota Bandung. Total

pengecer 8,7%.

Dengan

demikian dapat disimpulkan pedagang

biaya pemasaran dari petani padi ke

pengumul

konsumen beras di pasar di kota Bandung
adalah

18,3%.

kabupaten

pemasaran.

dari biaya rasio biaya pembelian gabah

efisien.

efisiensi

masing-masing lembaga pemasaran dapat

produsen.

16,7%.

demikian

adalah

Di

rendah tingkat harga produk di tingkat

demikian

dengan

paling

memasarkan gabah.

Rp 1.920, sementara harga jual

25

efisien

dalam

Efisiensi Pemasaran Beras di Kabupaten Ciamis dan Jawa Barat
ETI SUMINARTIKA, IIN DJUANALIA
Tabel 4. Efisiensi Pemasaran di Tiap Lembaga
Pemasaran di Kabupaten Ciamis
Uraian
Pengumpul Bandar
Pengecer
Biaya
150
820
900
Pemasaran
(Rp/kg)
Harga
4.500
9.200
10.300
Jual
(Rp/kg)
Efisiensi
3,3
8,9
8,7
Pemasaran
(%)
Sumber: Data Primer (diolah), 2016

150/kg beras, dengan demikian total biaya

Efisiensi Pemasaran di Jawa Barat

dan pengecer

di bandar adalah Rp 1.133/kg beras,
sementara

bandar

menjual

beras

ke

pengecer sebesar Rp 9.386 /kg beras.
Dapat dilihat bahwa rata-rata efisiensi
pemasaran padi pada bandar sebesar 12,1
%.
Efisiensi pemasaran di pengumpul
dapat dihitung dari biaya

Di Jawa Barat, total biaya pemasaran

biaya pemasaran dengan harga jual beras

dari petani padi ke konsumen beras di

di pengecer. Dari data di atas, rata-rata

pasar Rp 2.056 (Tabel 1), sementara harga

efisiensi pemasaran gabah di pengumpul

jual beras IR 64 di konsumen sekitar Rp

4,1% dan di

10.500,

sehingga

efisiensi

pemasaran

demikian dapat disimpulkan pedagang

adalah

19,6%.

Dengan

demikian,

pengumul paling efisien dalam memasrkan

pemasaran beras di propinsi Jawa Barat

beras.

dikatakan efisien.

Tabel 5.

Efisiensi masing- masing lembaga

pengecer 8,7%.

Dengan

Efisiensi Pemasaran di Tiap Lembaga
Pemasaran di Jawa Barat

Uraian
Pengumpul
Bandar
Biaya
219
1.133
pemasaran
(Rp/kg)
Harga Jual
5.321
9.386
(Rp/kg)
Efisiensi
4,1
12,1
Pemasaran
(%)
Sumber: Data Primer (diolah), 2016

pemasaran dapat dihitung dari rasio biaya
pemasaran dengan harga jual di tiap
lembaga pemasaran. Efisiensi pemasaran
di bandar dapat dihitung dari biaya rasio
biaya pembelian gabah (biaya pembelian

Pengecer
923

10.500
8,7

gabah dari petani sampai beras dijual ke

Dari uraian di atas, nilai efisiensi

pengecer) dengan harga jual beras di

pemasaran beras di kabupaten Ciamis lebih

pengecer.

kecil dari nilai efisiensi pemasaran beras di

Biaya

pemasaran

yang

dikeluarkan bandar meliputi pembelian

propinsi

gabah

perlakuan

perbedaannya tidak begitu besar. Hal ini

(penyimpanan, dan lain-lain) Rp 110/kg

mengindikasikan bahwa pemasaran beras

gabah,

dari

biaya

Rp

129/kg

gabah,

penggilingan Rp 295/kg gabah,
di

penggilingan

Rp.449

dan

Jawa

kabupaten

Barat

Ciamis

walaupun

lebih

efisien

dibanding efisiensi pemasaran beras di

pengangkutan ke tempat pengecer Rp

tingkat propinsi Jawa Barat.

26

MIMBAR AGRIBISNIS
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. 2017. 3(1): 13-28
Barat

PENUTUP
Di

kabupaten

Ciamis,

pemasaran

Rp

1.720

per

perlu

menekan

biaya

transportasi dengan memperbaiki sarana

marjin

dan prasarana angkutan.

pemasaran Rp 3.553 per kg gabah/beras,
biaya

maka

kg

gabah/beras (di kabupaten) dan Rp 1.920

DAFTAR PUSTAKA

per kg gabah/beras (di propinsi), farmer’s

Abbot, Makeham. 1981. Agriculture
Economic and Marketing in The
Tropics. Longman Goup Ltd. Essex.
Erlina Rufaidah,
Imron Zahri, Sriati,
Syamsul Rizal. Jurnal Agribisnis dan
Industri Pertanian Vol.7 No1 2008,
24-40,
Terakreditas
Dikti
No.55/DIKTI/KEP/200.
Hanafiah, H. M dan A. M. Saefudin. 1986.
Tataniaga
Hasil
Perikanan.
Universitas Indonesia. Jakarta.
Limbong dan Sitorus. 1992. Pengantar
Tataniaga Pertanian. IPB. Bogor.
Mubyarto. 1985. Pengantar Ilmu Ekonomi.
LP3ES. Jakarta.
-------------. 1995. Pengantar Ekonomi
Pertanian. LP3ES. Jakarta.
Natalis D A (2014) Analisis Pemasaran
Beras
di
Kabupaten
Klaten.
Universitas
Sebelas
Maret.
Surakarta.
Rosa D I (2014). Analisis Struktur Pasar
dan Marjin Beras di Kabupaten
Malang. Balai Besar Peternakan.
Batu Malang.
Saefuddin, A.M. 1983. Pengkajian
Pemasaran Komodite. IPB. Bogor.
Soekartawi. 1989. Manajemen Pemasaran
Hasil-hasil Pertanian. Teori dan
Aplikasinya. Rajawali Press. Jakarta.
Sudiyono, A. 2001. Pemasaran Pertanian.
Universitas Muhamadyah Malang.
Malang.
Stanton, Wlliam, J. 1989. Prinsip
Pemasaran. Alih bahasa Yohanes
Lamarto. Edisi Ketujuh. Jilid Satu.
Erlangga. Jakarta.
Syafi’i, I. 2001. Dasar Agribinis. Jurusan
Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian
Univesitas Brawijaya. Malang.

share petani 67,5%, efisiensi pemasaran
dari petani (gabah) sampai ke konsumen
(beras) adalah 16,7% (tingkat kabupaten),
dan 18,3% (tingkat Propinsi).

Di Jawa

Barat, marjin pemasaran Rp 2.990 per kg
gabah/beras, biaya pemasaran Rp 2.056
per kg gabah/beras, farmer’s share petani
padi adalah 76,1%, efisiensi pemasaran
dari petani (gabah) sampai ke konsumen
(beras) adalah 19,6%.
Pemasaran

beras

di

kabupaten

Ciamis dan propinsi Jawa Barat tergolong
efisien, namun pemasaran beras dari
kabupaten Ciamis lebih efisien dibanding
pemasaran beras di propinsi Jawa Barat,
karena biaya pemasaran beras dan harga
gabah di kabupaten Ciamis yang lebih
murah, dengan demikian beras

yang

berasal dari kabupaten Ciamis memiliki
keunggulan kompetitif di pasar propinsi
Jawa Barat, khususnya di Bandung.
Saran dalam penelitian ini adalah: Di
kabupaten

Ciamis,

pemerintah

perlu

mengupayakan peningkatan harga gabah di
petani.

Di

tingkat

propinsi,

untuk

meningkatkan efisiensi pemasaran di Jawa

27

Efisiensi Pemasaran Beras di Kabupaten Ciamis dan Jawa Barat
ETI SUMINARTIKA, IIN DJUANALIA
Tomek, W. G and K. L. Robinson. 1977.
Agricultural Price product. Cornell
University Press. London.

28

Dokumen yang terkait

PROFITABILITAS USAHATANI CABAI MERAH (Capsicum annum L.) DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS | Ramdan | MIMBAR AGRIBISNIS: Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis 33 135 1 PB

0 0 6

PENINGKATAN PENDAPATAN PERAJIN GULA MELALUI AGROINDUSTRI GULA SEMUT DI KABUPATEN TASIKMALAYA | Pardani | MIMBAR AGRIBISNIS: Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis 28 120 1 PB

0 2 8

ANALISA KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG DI KABUPATEN CIAMIS | Khotimah | MIMBAR AGRIBISNIS: Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis 54 316 2 PB

2 8 10

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI STROBERI | Bunda | MIMBAR AGRIBISNIS: Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis 50 302 2 PB

0 0 12

OPTIMASI AGROINDUSTRI STROBERI OPTIMIZATION AGROINDUSTRI STRAWBERRIES | Rofatin | MIMBAR AGRIBISNIS: Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis 48 264 2 PB

0 0 10

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP EFISIENSI USAHA AYAM SENTUL DI KABUPATEN CIAMIS | Isyanto | MIMBAR AGRIBISNIS: Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis 39 228 2 PB

0 0 6

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPETITIF BEBERAPA TANAMAN PANGAN UTAMA DI KABUPATEN CIAMIS | Hardiyanto | MIMBAR AGRIBISNIS: Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis 77 459 1 PB

0 0 16

KAJIAN DISTRIBUSI RASKIN DI KABUPATEN SUMEDANG | Sulistyowati | MIMBAR AGRIBISNIS: Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis 73 442 1 PB

0 0 11

STRATEGI PENGEMBANGAN AYAM SENTUL DI KABUPATEN CIAMIS | Isyanto | MIMBAR AGRIBISNIS: Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis 71 434 1 PB

0 0 12

RISIKO PRODUKSI DAN PEMASARAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI MANGGA: KELOMPOK MANA YANG PALING BERISIKO | Rasmikayati | MIMBAR AGRIBISNIS: Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis 564 2958 1 PB

0 0 12