RISIKO PRODUKSI DAN PEMASARAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI MANGGA: KELOMPOK MANA YANG PALING BERISIKO | Rasmikayati | MIMBAR AGRIBISNIS: Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis 564 2958 1 PB

MIMBAR AGRIBISNIS
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. 2017. 3(2): 105-116
RISIKO PRODUKSI DAN PEMASARAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI
MANGGA: KELOMPOK MANA YANG PALING BERISIKO
ELLY RASMIKAYATI1,2, LIES SULISTYOWATI1, BOBBY RACHMAT
SAEFUDIN2
1
Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran
2
Pusat Riset Pangan Berkelanjutan DRPM UNPAD
Email: [email protected]; [email protected]

ABSTRAK
Permintaan konsumen terhadap buah, khususnya mangga semakin besar, seiring dengan
meningkatnya pendapatan dan kesadaran konsumen akan pentingnya mengkonsumsi buah
sebagai salah satu penjaga kesehatan. Konsumen sekarang ini menghendaki mangga selalu
tersedia di pasar disertai dengan kualitas yang terjaga prima. Untuk memenuhi tuntutan
konsumen tersebut, petani tidak bisa berperilaku seadanya dalam menangani mangga,
tetapi perlu lebih bersikap profesional terutama dalam usahatani dan pemasaran
mangganya. Berdasarkan hal tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mendeskipsikan dan mengkaji dampak dari risiko produksi dan pemasaran terhadap

pendapatan petani mangga serta mengidentifikasi kelompok mana yang paling berisiko.
Penelitian ini dilakukan dengan metode survey. Petani mangga di Kabupaten Cirebon dan
Majalengka diambil sebanyak 240 orang dengan menggunakan teknik Multi Stage Cluster
Random Sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor risiko produksi dan
risiko pemasaran seperti risiko jumlah pohon, risiko biaya pupuk kandang, risiko biaya
pestisida dan risiko harga jual mangga berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani.
Sementara itu, terdapat perbedaan perilaku petani dalam produksi dan pemasaran
mangganya jika petani dibagi ke dalam tiga kelompok, berdasarkan jumlah pohon yang
dikuasai, yaitu petani yang jumlah pohonnya terbatas, cukup dan banyak. Diantaranya
perbedaan tersebut adalah dalam hal rata-rata harga jual mangga per kilogram. Fakta
selanjutnya, petani yang jumlah pohonnya terbatas dibanding dengan petani dari kelompok
lainnya, kurang berani mengambil risiko produksi, tetapi mereka lebih berani mengambil
risiko pemasaran.
Kata kunci: Permintaan mangga, risiko produksi, risiko pemasaran, pendapatan usahatani,
perilaku petani
sudah

PENDAHULUAN

bertekad


menjadikan

mangga

sebagai komoditas yang diprioritaskan

Mangga merupakan buah unggulan
nasional yang sangat diminati masyarakat,

pengembangannya,

juga sangat berpotensi untuk memberikan

sentra mangga yang potensial sebagai

peningkatan

kepada


wilayah pengembangan adalah Cirebon,

keluarga petani karena memiliki nilai

Majalengka, dan Indramayu (Sulistyowati

ekonomis

dan Rasmikayati, 2014).

kesejahteraan

yang

tinggi

(Natawidjaja,

Permintaan


2013). Untuk itu, Provinsi Jawa Barat

105

dengan

konsumen

kabupaten

terhadap

Risiko Produksi dan Pemasaran Terhadap Pendapatan Petani Mangga:
Kelompok Mana yang Paling Berisiko
ELLY RASMIKAYATI2, LIES SULISTYOWATI, BOBBY RACHMAT SAEFUDIN
buah, khususnya mangga semakin besar,

karakter dan lingkungan ekonomi yang

seiring dengan meningkatnya pendapatan


dihadapi oleh petani, di mana lingkungan

dan kesadaran konsumen akan pentingnya

tersebut mengandung beragam ketidak-

mengkonsumsi buah sebagai salah satu

pastian

penjaga kesehatan. Konsumen sekarang

berdasarkan kepercayaan subyektifnya.

ini menghendaki mangga selalu tersedia di

Secara normal tidak ada satu orang pun

pasar disertai dengan kualitas yang terjaga


yang mau masuk ke lingkungan yang

prima.

penuh dengan risiko tanpa mengharapkan

Untuk menghasilkan produksi

mangga

yang

berkelanjutan

berkualitas

dibutuhkan

serta


yang

direspon

oleh

petani

perolehan (return) yang lebih besar.

pengelolaan

Saptana, dkk. (2010) telah mengkaji

yang intensif dengan penerapan teknologi

risiko pada usahatani cabai merah dan

yang tepat. Untuk memenuhi tuntutan


perilaku petani cabai dalam menghadapi

konsumen tersebut, petani tidak bisa

risiko tersebut. Begitu pula hal nya pada

berperilaku seadanya dalam menangani

usahatani mangga. Risiko yang dihadapi

mangga,

bersikap

petani terangkum dalam aspek produksi

profesional terutama dalam usahatani dan

dan pemasaran dimana pada akhirnya


pemasaran mangganya.

dapat berimbas pada pendapatan petani.

tetapi

perlu

lebih

Masalahnya, walau teknologi dan

Berdasarkan hal tersebut, tujuan dari

cara pembudidayaan mangga yang intensif

penelitian

telah


mendeskipsikan dan mengkaji dampak

diperkenalkan

oleh

Dirjen

adalah

dari

petani memiliki persepsi, dorongan dan

terhadap pendapatan petani mangga serta

motivasi

mengidentifikasi kelompok mana yang


penggunaan
budidaya

berbeda

teknologi
yang

dan

sehingga

produksi

dan

untuk

Hortikultura dan pihak-pihak lainnya,

yang

risiko

ini

pemasaran

paling berisiko.

praktek
dianjurkan

keberhasilannya masih sangat terbatas.

TINJAUAN PUSTAKA

Hal ini merupakan risiko yang dihadapi

Komoditas Unggulan Jawa Barat
Komoditas unggulan Jawa Barat

oleh petani mengga.
Ellis (1993) mengemukakan risiko

menurut Dinas Pertanian Tanaman Pangan

adalah suatu kejadian dimana hasil dan

Provinsi Jawa Barat (2014) antara lain

peluangnya bisa ditentukan. Selanjutnya

mangga, alpukat, belimbing, duku, durian,

dikatakan, risiko merupakan deskripsi

jambu biji, jambu air, jeruk, manggis,

106

MIMBAR AGRIBISNIS
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. 2017. 3(2): 105-116
nangka, nenas, pepaya, pisang, rambutan,

Rp 7.000,- sampai dengan Rp 20.000,-.

salak, sawo, markisa, sirsak, sukun,

Sedangkan pada saat off season harga

melinjo dan pete. Di antara komoditas

mangga di tingkat petani berkisar Rp

tersebut buah mangga, durian, manggis,

10.000,- sampai dengan Rp 30.000,-.
Komoditas mangga yang banyak

jeruk dan rambutan merupakan komoditas
yang

masuk

kedalam

unggulan

digemari masyarakat dan memiliki nilai

di

ekonomis yang cukup tinggi adalah

Indonesia.
Salah satu komoditas hortikultura

mangga arumanis, dermayu dan gedong

sektor

yaitu buah

gincu. Direktorat Jendral Hortikultura

mangga yang masuk ke dalam komoditas

(2008) menyebutkan bahwa budidaya

unggulan merupakan salah satu penghasil

modern dan teknologi pembungaan (off

devisa negara karena mampu menembus

season) merupakan teknologi yang dapat

pasar internasional. Mangga merupakan

mempercepat

komoditas unggulan Jawa Barat karena

bunga untuk bakal buah sebelum waktu

memiliki keunggulan komparatif maupun

musimnya yang telah diperkenalkan sejak

kompetitif dengan jumlah permintaan

15 tahun yang lalu. Dengan adanya

akan komoditas mangga yang mengalami

teknologi tersebut diharapkan mampu

peningkatan baik dalam negeri maupun

untuk memenuhi permintaan konsumen

luar

akan buah segar mangga yang terus

dari

buah-buahan

negeri.

Mangga

merupakan

tanaman

mengeluarkan

mengalami peningkatan.

komoditas yang dapat diharapkan sebagai
andalan sumber pendapatan petani dan
juga sebagai sumber gizi masyarakat,

Konsep Risiko
Risiko

terutama sebagai sumber vitamin A dan C.

dan

ketidakpastian

pada

Jawa Barat merupakan daerah yang

awalnya digunakan secara bersama-sama

menghasilkan produksi mangga tertinggi

baik dalam jurnal maupun dalam beberapa

kedua setelah Jawa Timur. Akan tetapi

tulisan lainnya. Henderson dan Quant

produktivitasnya

tinggi

(1980), Varian (1992), serta Samuelson

dibandingkan Jawa Timur dengan jumlah

dan Nordhaus (1993) menggunakan istilah

produksi pada tahun 2011 sebesar 357.188

ketidakpastian

ton dan produktivitas 12,66 ton/ha.

dengan peluang (probability). Knight

lebih

(uncertainty)

terkait

Pada saat musim panen (on season),

(1921) adalah orang yang pertama-tama

harga mangga di tingkat petani berkisar

mampu memisahkan dengan jelas antara

107

Risiko Produksi dan Pemasaran Terhadap Pendapatan Petani Mangga:
Kelompok Mana yang Paling Berisiko
ELLY RASMIKAYATI2, LIES SULISTYOWATI, BOBBY RACHMAT SAEFUDIN
istilah

risiko

dan

Debertin

ketidakpastian.

(1986)

mengemukakan

Dikemukakan bahwa sesuatu peristiwa

bahwa risiko sebagai suatu kejadian di

lingkungan disebut ketidakpastian apabila

mana hasil dari kejadian dan peluang

hasil

yang

terjadinya bisa diketahui secara pasti.

(possible

Robinson dan Barry (1987) menyatakan

outcome), dan kebolehjadian (possibility)

bahwa jika peluang suatu kejadian dapat

untuk masing-masing peristiwa itu tidak

diketahui oleh pembuat keputusan yang

diketahui. Sedangkan, dalam lingkungan

didasarkan pada pengalaman, maka hal

yang mengandung risiko, baik keluaran

tersebut

(outcome)

Selanjutnya

dari

kemungkinan

kejadian

akhir

terjadinya

maupun

kebolehjadian

menunjukkan
dikatakan

konsep

risiko.

bahwa

dalam

(possibility) terjadinya peristiwa itu dapat

menganalisis risiko didasarkan pada teori

diketahui.

pengambilan

keputusan

dengan

berdasarkan pada konsep kepuasan yang

Vlek dan Stallen (1981) mendaftar

diharapkan

risiko, yaitu: (1) Risiko adalah peluang

kaitannya dengan expected utility sangat

terjadinya kerugian; (2) Risiko adalah

erat

ukuran

terjadinya

(probability). Kepuasan (utility) sangat

kerugian; (3) Risiko adalah sebuah fungsi,

sulit diukur sehingga umumnya didekati

sebagian besar produk dari peluang dan

dengan pengukuran pendapatan (return).

ukuran kerugian; (4) Risiko adalah sama

Indikator adanya risiko ditunjukkan oleh

dengan keragaman dari distribusi peluang

adanya variasi atau fluktuasi dari return

pada semua konsekuensi dari serangkaian

dengan

aksi berisiko; (5) Risiko adalah semi-

bersifat tetap.

varian

dari

dari

kemungkinan

distribusi

pada

(expected

utility).

paling tidak ada enam definisi mengenai

hubungannya

asumsi

Menurut

semua

dengan

faktor-faktor

Ellis

(1988),

Dalam

peluang

tertentu

peluang

alih

berarti frekuensi yang diharapkan terjadi

konsekuensi yang bersifat negatif, dan

dari sebuah kejadian (jumlah seluruh

berkenaan dengan beberapa nilai referensi

kemungkinannya adalah satu). Dengan

yang diadopsi; dan (6) Risiko adalah

demikian risiko merupakan suatu hal yang

sebuah pembobotan kombinasi linier dari

obyektif dengan asumsi informasi tersedia

varian dan distribusi nilai yang diharapkan

cukup. Dalam prakteknya informasi tidak

dari

semata-mata menunjuk pada pengetahuan

konsekuensi,

semua

hanya

mengambil

konsekuensi-konsekuensi

seseorang atas kejadian tertentu melainkan

kemungkinan.

108

MIMBAR AGRIBISNIS
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. 2017. 3(2): 105-116
lebih pada derajat personal pengambil

Kabupaten

Cirebon

keputusan. Dengan kata lain, seberapa

diambil sebanyak 240 orang dengan

besar kepercayaan orang tersebut pada

menggunakan teknik Multi Stage Cluster

setiap peluang yang mungkin terjadi,

Random Sampling. Tahapannya, pertama-

hingga batas ini risiko bergeser dari sudut

tama menentukan 2 kabupaten yang

pandang obyektif menjadi subyektif.

merupakan produsen mangga terbesar
yakni

suatu

kejadian

Kemudian, dari masing-masing kabupaten

dimana hasil dan peluangnya tidak bisa

terpilih 1 kecamatan yakni Kecamatan

ditentukan.

Jadi

Sedong

berkaitan

dengan

(1988)

ketidakpastian

adalah

ketidakpastian

tidak

dikatakan,

merupakan

deskripsi

Majalengka.

Kabupaten

Cirebon,

dan

Kecamatan Panyingkiran di Kabupaten

peluang-peluang.

Selanjutnya

di

dan

Majalengka

mengemukakan

Ellis

Cirebon

dan

Majalengka.

ketidakpastian

Selanjutnya,

dari

tiap

dan

kecamatan, diambil dua desa sentra

lingkungan ekonomi yang dihadapi oleh

mangga. Masing-masing desa diambil

petani,

tersebut

responden

mengandung beragam ketidakpastian yang

responden,

direspon

responden petani mangga 240 orang.

dimana

karakter

lingkungan

oleh

petani

berdasarkan

petani

secara

sehingga

random

jumlah

60
total

kepercayaan subyektifnya. Secara normal
tidak ada satu orangpun yang mau masuk

Metode Analisis

ke lingkungan yang penuh dengan risiko

Model Estimasi

tanpa mengharapkan perolehan (return)

Pengaruh faktor-faktor produksi dan
pemasaran

yang lebih besar.

serta

faktor-faktor

risiko

produksi dan risiko pemasaran terhadap
METODE PENELITIAN

pendapatan petani mangga akan diestimasi

Design Penelitian

menggunakan model persamaan regresi

Penelitian ini dilakukan dengan
metode

survey.

Petani

=

+

mangga

+

majemuk

sebagai

di

+

+

Keterangan:
= Pendapatan usahatani petani ke- (Rupiah/tahun)
= Produktivitas (kg/pohon)

109

+

+

berikut:

Risiko Produksi dan Pemasaran Terhadap Pendapatan Petani Mangga:
Kelompok Mana yang Paling Berisiko
ELLY RASMIKAYATI2, LIES SULISTYOWATI, BOBBY RACHMAT SAEFUDIN
= Luas lahan (hektar)
= Jumlah pohon
= Biaya bibit (Rupiah)
= Biaya pupuk NPK (Rupiah)
= Biaya pupuk ZA/KNO (Rupiah)
= Biaya pupuk kandang (Rupiah)
= Biaya ZPT (Rupiah)
= Biaya pestisida (Rupiah)
= Biaya tetap (Rupiah)
= Biaya tenaga kerja (Rupiah)
= Harga jual mangga (Rupiah/kg)
= Dummy sistem penjualan (0 = abresan; 1 = sortir)
= Dummy pasar (0 = pasar tradisional; 1 = pasar modern/ekspor)
= Dummy jangkauan pasar (0 = desa hingga kabupaten; 1 = luar kabupaten)
= Risiko luas lahan (hektar)
= Risiko jumlah pohon
= Risiko biaya pupuk NPK (Rupiah)
= Risiko biaya pupuk ZA/KNO (Rupiah)
= Risiko biaya pupuk kandang (Rupiah)
= Risiko biaya ZPT (Rupiah)
= Risiko biaya pestisida (Rupiah)
= Risiko harga jual mangga (Rupiah)
= Konstanta
, = Koefisien regresi
= Kesalahan (disturbance term)
Dalam model estimasi ini, risiko
adalah selisih dari nilai optimal dengan

Analisis Perilaku Petani dalam
Produksi dan Pemasaran Mangga

nilai aktualnya (Ruminta, 2011). Sebelum
melakukan

estimasi,

terlebih

Petani

dahulu

penelitian

harus dipastikan bahwa tidak ada asumsi
klasik

yang

dilanggar

pada

untuk

dibagi

menjadi

tiga

yang dikuasainya, yaitu petani yang
jumlah pohonnya terbatas, cukup dan

tersebut. Kemudian setelah dilakukan
regresi,

ini

cakupan

kelompok berdasarkan jumlah pohon

model

persamaan regresi fungsi pendapatan

estimasi

mangga dalam

banyak. Petani yang jumlah pohonnya

mengukur

terbatas adalah petani yang menguasai

ketepatan fungsi regresi dalam menaksir

paling

nilai aktual dapat lakukan dengan melihat

banyak

60

pohon

mangga,

sedangkan petani yang jumlah pohonnya

Goodness of Fit-nya. Untuk melakukan

cukup adalah petani yang menguasai

semua jenis pengujian tersebut digunakan

lebih dari 60 pohon sampai 150 pohon

alat bantu berupa perangkat lunak SPSS

mangga,

for Windows 17.
110

dan

petani

yang

jumlah

MIMBAR AGRIBISNIS
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. 2017. 3(2): 105-116
pohonnya banyak adalah yang menguasai
lebih dari 150 pohon mangga. Perilaku
ketiga kelompok petani tersebut dapat

HASIL DAN PEMBAHASAN

dilihat dari produktivitas per pohon,

Faktor-faktor
yang
Determinan Terhadap
Petani Mangga

biaya usahatani per pohon, harga jual
mangga per kilogram dan penerimaan

Berikut

adalah

Menjadi
Pendapatan

hasil

estimasi

petani per pohon. Kemudian alat analisis

faktor-faktor yang menjadi determinan

yang digunakan adalah uji beda rata-rata

terhadap

3 populasi independen menggunakan alat

setelah memenuhi asumsi-asumsi klasik

bantu Microsoft Excel 2007.

dan goodness of fit.

Analisis Perilaku Petani Mangga
dalam Menghadapi Risiko Produksi
dan Risiko Pemasaran

Faktor-faktor Biaya Produksi dan
Pemasaran

Petani mangga dibagi 2 kelompok

pada Tabel 1 menunjukkan bahwa faktor-

yaitu petani yang jumlah pohonnya

faktor biaya produksi dan pemasaran

terbatas (≤60 pohon) dan petani lainnya

yang mempengaruhi pendapatan petani

yang jumlah pohonnya di atas 60 pohon.

mangga adalah biaya bibit mangga, biaya

Kedua

akan

pupuk ZA/KNO, biaya pupuk kandang,

dalam hal

biaya pestisida, biaya tetap, biaya tenaga

kelompok

tersebut

dibandingkan perilakunya

pendapatan

petani

mangga

Hasil estimasi seperti disajikan

produktivitas per pohon, biaya usahatani

kerja, dan dummy sistem penjualan.

per pohon, harga jual mangga per

Biaya

bibit

dan

biaya

pupuk

kilogram dan penerimaan petani per

ZA/KNO berpengaruh positif terhadap

pohon menggunakan uji beda rata-rata 2

pendapatan

populasi independen menggunakan alat

semakin besar biaya yang dikeluarkan

bantu Microsoft Excel 2007. Kesimpulan

untuk kedua variabel ini pada akhirnya

akhir

adalah

akan

berani

mangga. Hal ini dikarenakan semakin

dan

besar biaya bibit akan berbanding lurus

pemasaran serta bagaimana dampak dari

dengan jumlah pohon (kuantitias bibit)

perilaku petani tersebut.

dan juga kualitas bibit itu sendiri

yang

kelompok
mengambil

akan

mana

diperoleh
yang

risiko

lebih

produksi

petani

menambah

mangga.

pendapatan

Artinya,

petani

sehingga pada akhirnya akan menambah
produksi
111

mangga

dan

menaikkan

Risiko Produksi dan Pemasaran Terhadap Pendapatan Petani Mangga:
Kelompok Mana yang Paling Berisiko
ELLY RASMIKAYATI2, LIES SULISTYOWATI, BOBBY RACHMAT SAEFUDIN
pendapatan petani mangga. sedangkan

pada

buah

mangga

sehingga

pada

pupuk ZA/KNO merupakan salah satu

akhirnya dapat menaikkan harga jual dari

pupuk utama yang diperlukan untuk

mangga itu sendiri.

meningkatkan kualitas buah mangga
terutama dalam menambah rasa manis
Tabel 1. Koefisien Regresi serta Nilai Keberartiannya
Variabel

Koefisien
2433293252,85
441374,96
13,35
2,82
53,76
-0,64
-2,76
0,00
-0,81
-0,78
-16272561,62
-11808889,93
16328952,54
2228932,90
-270181,25
-1812,73
13278,92
-4533,71
-1573,37
-170,09
-3344,66

t-statistik
6,635
10,634
1,707
1,389
2,518
-3,051
-0,924
-3,445
-6,064
-2,471
-1,786
-1,515
1437
0.263
-2.614
-0.170
0.353
-5.017
-1.026
-3.676
-2,539

pupuk

disimpulkan

(Constant)
Produktivitas
Biaya_bibit
Biaya_NPK
BiayaZA_KNO
Biaya_PKandang
BiayaZPT
BiayaPestisida
Biaya_Tetap
BiayaTenagakerja
DummySistemjual
DummyTujuanpasar
DummyJangkauanpasar
RisikoLuaslahan
RisikoJumlahpohon
RisikoBiayaNPK
RisikoBiayaZA_KNO
RisikoBiayaPKandang
RisikoBiayaZPT
RisikoBiayaPestisida
RisikoHargaJual
Sumber: Data Primer, 2014 (diolah)
Sementara

itu,

biaya

dapat

taraf nyata
0,000
0,000
0,089
0,166
0,013
0,003
0,356
0,001
0,000
0,014
0,076
0,131
0,152
0,793
0,010
0,865
0,724
0,000
0,306
0,000
0,012

bahwa

sistem

kandang, biaya pestisida, biaya tetap dan

penjualan mangga secara tebasan lebih

biaya tenaga kerja berpengaruh negatif

baik dari pada sistem penjualan grading

terhadap pendapatan petani mangga.

dalam hal besaran pendapatan yang

Sehingga

didapat oleh petani.

untuk

menambah

pendapatannya, petani mangga perlu
untuk mengurangi biaya yang mereka
keluarkan
tersebut.

untuk
Variabel

Faktor-Faktor Risiko Produksi dan
Pemasaran

variabel-variabel
dummy

Berdasarkan hasil estimasi seperti

sistem

disajikan pada Tabel 1 menunjukkan

penjualan berpengaruh negatif, sehingga

112

MIMBAR AGRIBISNIS
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. 2017. 3(2): 105-116
bahwa faktor-faktor risiko produksi dan
pemasaran

yang

Perilaku Petani Dalam Produksi Dan
Pemasaran Mangga

mempengaruhi

pendapatan petani mangga adalah risiko
jumlah

pohon,

risiko

biaya

Hasil analisis seperti tersaji pada

pupuk

Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata

kandang, risiko biaya pestisida dan risiko

produkivitas per pohon pada petani yang

harga jual mangga.

jumlah pohonnya terbatas adalah 138 kg

Variabel risiko produksi seperti

per pohon, petani yang jumlah pohonnya

risiko jumlah pohon, risiko biaya pupuk

cukup adalah 152 kg per pohon dan

kandang dan risiko biaya pestisida serta

petani yang jumlah pohonnya banyak

variabel risiko pemasaran yaitu risiko

adalah 136 kg per pohon. Berdasarkan

harga jual mangga berpengaruh negatif

hasil uji beda untuk ketiga kelompok

terhadap pendapatan petani mangga.

tersebut didapatkan hasil bahwa tidak

Artinya bahwa semakin besar selisih

terdapat perbedaan yang signifikan untuk

antara nilai ideal dengan nilai aktual pada
setiap

variabel

akan

rata-rata produktivitas mangga per pohon

menurunkan

pada ketiga kelompok tersebut.

pendapatan.
Tabel 2. Hasil Uji Beda 3 Populasi
Produktivitas
per pohon

Biaya Usahatani
per Pohon (Rp)

Harga Jual Mangga
per kg (Rp)

Penerimaan per
pohon (Rp)

Rata-rata A

138,18

432.364,93

6.095,38

425.087,00

Rata-rata B

151,56

524.162,20

6.898,52

565.101,60

Rata-rata C

135,77

507.957,35

7.846,92

474.831,32

0,49

1,42

8,32***

1,30

Nilai

Sumber: data primer, 2014 (diolah)
Ket: A = Petani yang jumlah pohonnya terbatas; B = Petani yang jumlah pohonnya cukup;
C = Petani yang jumlah pohonnya banyak. ***Signifikan pada α=1%
Rata-rata biaya usahatani per pohon

sepintas terlihat adanya perbedaan angka

pada petani yang jumlah pohonnya

dari ketiga kelompok tersebut, namun

terbatas adalah Rp 432.365,- per pohon,

berdasarkan hasil uji beda untuk ketiga

petani yang jumlah pohonnya cukup

kelompok tersebut didapakan bahwa

adalah Rp 524.162,- per pohon dan petani

tidak terdapat perbedaan yang signifikan

yang jumlah pohonnya banyak adalah Rp

untuk rata-rata biaya usahatani per pohon

507.957,- per pohon. Walaupun secara

pada ketiga kelompok tersebut.
113

Risiko Produksi dan Pemasaran Terhadap Pendapatan Petani Mangga:
Kelompok Mana yang Paling Berisiko
ELLY RASMIKAYATI2, LIES SULISTYOWATI, BOBBY RACHMAT SAEFUDIN
kelompok tersebut.

Terdapat perbedaan yang signifikan
untuk rata-rata harga jual mangga per

Perilaku Petani Mangga dalam
Menghadapi Risiko Produksi dan
Risiko Pemasaran

kilogram pada ketiga kelompok. Ratarata harga jual mangga per kilogram pada

Berdasarkan hasil analisis seperti

petani yang jumlah pohonnya terbatas

tersaji pada Tabel 3 menunjukkan bahwa

adalah Rp 6.095,- per kg, petani yang

perilaku petani mangga yang jumlah

jumlah pohonnya cukup adalah Rp

pohonnya terbatas dilihat dari rata-rata

6.899,- per kg dan petani yang jumlah

biaya

pohonnya banyak adalah Rp 7.847,- per

signifikan lebih rendah dari kelompok

kg. Hal ini mengindikasikan bahwa rata-

petani lainnya (petani

rata harga jual mangga per kilogram pada

pohonnya cukup dan banyak). Hal ini

petani yang jumlah pohonnya terbatas

mengindikasikan bahwa petani mangga

perlu

yang jumlah pohonnya terbatas kurang

mendapatkan

perhatian

karena

nilainya paling kecil.

usahatani

per

pohon

secara

yang jumlah

berani mengambil risiko produksi dari

Rata-rata penerimaan per pohon

pada kelompok petani lainnya.

pada petani yang jumlah pohonnya

Perilaku

petani

mangga

yang

terbatas adalah Rp 425.087,- per pohon,

jumlah pohonnya terbatas dilihat dari

petani yang jumlah pohonnya cukup

rata-rata harga jual mangga per kilogram

adalah Rp 565.102,- per pohon dan petani

yang secara signifikan lebih rendah dari

yang jumlah pohonnya banyak adalah Rp

kelompok

474.831,- per pohon. Berdasarkan hasil

mengindikasikan bahwa petani mangga

uji beda untuk ketiga kelompok tersebut

yang jumlah pohonnya terbatas lebih

didapatkan hasil bahwa tidak terdapat

berani mengambil risiko pemasaran dari

perbedaan yang signifikan untuk rata-rata

pada kelompok petani lainnya.

penerimaan

per

pohon

pada

petani

lainnya.

Hal

ini

ketiga

Tabel 3. Hasil Uji Beda 2 Populasi
Produktivitas
per pohon

Biaya Usahatani
per Pohon (Rp)

Rata-rata A

138.18

432364.93

6095.38

425087.00

Rata-rata B

143.15

515527.50

7403.87

517001.38

Nilai

-0.38

-1.69**

Harga Jual Mangga
per kg (Rp)

-3.54***

Penerimaan per
pohon (Rp)

-1.35*

Sumber: data primer, 2014 (diolah)
Ket: A = Petani yang jumlah pohonnya terbatas; B = Petani yang jumlah pohonnya cukup
114

MIMBAR AGRIBISNIS
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. 2017. 3(2): 105-116
dan banyak. *Signifikan pada α=10%, **Signifikan pada α=5%, ***Signifikan pada α=1%
berdasarkan jumlah pohon yang dikuasai,
Perilaku petani mangga yang
jumlah pohonnya terbatas tersebut yang

yaitu petani yang jumlah pohonnya

kurang berani mengambil risiko produksi

terbatas, cukup dan banyak. Jika dilihat

dan

risiko

dari produktivitas per pohon, biaya

pemasaran tentunya akan menyebabkan

usahatani per pohon, harga jual mangga

rendahnya

mereka

per kilogram dan penerimaan petani per

peroleh dari usahatani mangganya. Hal

pohon, maka terdapat perbedaan yang

ini terbukti dari hasil analisis bahwa

signifikan untuk rata-rata harga jual

petani mangga yang jumlah pohonnya

mangga

terbatas dilihat dari rata-rata penerimaan

kelompok tersebut. Fakta selanjutnya,

per pohon secara signifikan lebih rendah

petani yang jumlah pohonnya terbatas

dari kelompok petani lainnya.

dibanding dengan petani dari kelompok

lebih

berani

mengambil

penerimaan

yang

per

kilogram

pada

ketiga

lainnya, kurang berani mengambil risiko
produksi, tetapi mereka lebih berani

PENUTUP
Hasil

penelitian

mengambil risiko pemasaran. Hal ini

menunjukkan

menyebabkan

bahwa faktor-faktor biaya produksi dan
pemasaran

yang

signifikan lebih rendah dari kelompok
petani lainnya.

biaya pupuk kandang, biaya pestisida,
biaya tetap, biaya tenaga kerja, dan

DAFTAR PUSTAKA

dummy sistem penjualan. Sementara itu,

pemasaran

yang

produksi

Anugrah,

dan

pohon,

mempengaruhi

risiko

biaya

Upaya

Bagi

Dukungan
Eksistensi

Petani. PSEK-Bogor.
Ditjen Hortikultura. 2008. Membangun

dan pemasaran mangganya jika petani
tiga

Menyatukan

Kelembagaan

perbedaan perilaku petani dalam produksi

dalam

2009.

Suatu Kebijakan Sistem Agribisnis;

pupuk

harga jual mangga. Selain itu, terdapat

ke

Setiadji.

Sebagai Unggulan Daerah Dalam

kandang, risiko biaya pestisida dan risiko

dibagi

Iwan

Mendudukkan Komoditas Mangga

pendapatan petani mangga adalah risiko
jumlah

yang

rata-rata penerimaan per pohon secara

bibit mangga, biaya pupuk ZA/KNO,

risiko

mangga

jumlah pohonnya terbatas dilihat dari

mempengaruhi

pendapatan petani mangga adalah biaya

faktor-faktor

petani

Hortikultura

kelompok,

Pilar

115

Berdasarkan

Pengembangan.

Enam

Direktorat

Risiko Produksi dan Pemasaran Terhadap Pendapatan Petani Mangga:
Kelompok Mana yang Paling Berisiko
ELLY RASMIKAYATI2, LIES SULISTYOWATI, BOBBY RACHMAT SAEFUDIN
Jenderal

Bina

Sulistyowati, L. dan E. Rasmikayati.

Produksi

Hortikultura.

2014.

Departemen

Commercialization

Pertanian. Jakarta.

(Petani Gurem: Rumah Tangga
Usahatani

dan

Pertanian).

Diterjemahkan

Pembangunan
oleh

Adi Sutanto, dkk. Bayu Media.
Hartoyo, S.,T. Mizuno, dan S.S.M.
Mugniesyah. 2004. Comparative
Analysis Of Farm Management and
Risk: Case Study in Two Upland
Village,West Java. In: Hayashi, Y.,
S. Manuwoto dan S. Hartono (Eds).
Sustainable Agriculture in Rural
Yogyakarta:

Gadjah

Mada University Press.
Natawidjaja et al., 2013. Faktor Sosial
Ekonomi

yang

Mempengaruhi

Petani dalam Mengelola Usaha
dan

Menggunakan

Teknologi.

Bandung: LPPM-Unpad.
Natawidjaja, J.M. Latican. 2009. Linking
Mango

Farmers

Market

Through

margin

to

Dynamic

Transparent

partnership

Model.

Changing Agrifood Markets in
Southeast Asia: Impact on SmallScale Producers. SEARCA.
Rodjak,

Abdul.

Usahatani.

2005.
Bandung:

of

of
Manggo

Farmers In West Java. UNPAD.

Ellis, Frank. 2003. Peasant Economics

Indonesia.

Determinant

Manajemen
Pustaka

Giratuna.

116

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum capsici SECARA IN-VITRO

4 157 1

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

PENGARUH GLOBAL WAR ON TERRORISM TERHADAP KEBIJAKAN INDONESIA DALAM MEMBERANTAS TERORISME

57 269 37

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENGARUH DIMENSI KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN DI CAFE MADAM WANG SECRET GARDEN MALANG

18 115 26