Staff Site Universitas Negeri Yogyakarta

TIPOLOGI
PERDESAAN
NUR ENDAH JANUARTI

TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa mampu mengetahui tipologi

perdesaan
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi tipologi
perdesaan

PROSES SOSIAL
MASYARAKAT PERDESAAN
DI INDONESIA

PROSES SOSIAL
Mencoba untuk memahami corak kehidupan
masyarakat yang terwujud dalam proses
sosial masyarakat desa.

1. KONFLIK/

PERSAINGAN

1. KONFLIK/ PERSAINGAN
Desa memiliki ikatan solidaritas kuat
Durkheim dalam teorinya menyebut mekanis

= erat dengan masyarakat perdesaan
Disisi lain solidaritas kuat menyebabkan
kontrol sosial bersifat “menekan/ memaksa”
kuat
Konflik dapat terjadi karena sebab kedudukan
dan gengsi, adat istiadat, perbedaan
pendapat kaum tua dan kaum muda, masalah
tanah, dst.

2. KEGIATAN
BEKERJA

2. KEGIATAN BEKERJA
Desa bukan tempat untuk bekerja (wilayah industri),


namun ketentraman
Orang desa tidak perlu ditarik atau didorong untuk bekerja
keras , hanya cara dan irama yang harus dipelihara
dengan disiplin, agar usaha yg dilakukan dapat seirama
dan memberi hasil efektif.
Pada prinsipnya masyarakat desa telah bekerja keras
(mengolah alam, mempertahankan sistem perekonomian
di desa)
Prinsip bekerja = memenuhi kebutuhan hidup,
melestarikan tradisi
Jika harus bekerja dalam sistem produksi modern yang
mengubah adat dan kebiasaan bekerja, itu tidak mudah

3. SISTEM TOLONG
MENOLONG

3. SISTEM TOLONG
MENOLONG
Pemberian pertolongan pekerjaan yang tidak


didasari upah atau hasil pekerjaan sebagai prioritas
utama, lebih pada menjaga nilai solidaritas
Biasanya ada campuran ketentuan tradisi, sanksi
Ada beberapa jenis tolong-menolong pada
masyarakat perdesaan
a. Tolong menolong untuk aktivitas rumah tangga
(non produktif) contoh pernikahan, pesta, maka
tolong menolong dengan kerabat
b. Untuk aktivitas produktif contoh pertanian maka
akan terjadi dengan tanah yg berdekatan, kelompok
yang sama, tetangga, dst.

4. SISTEM GOTONG
ROYONG

4. SISTEM GOTONG
ROYONG
Aktivitas kerjasama antar sejumlah warga,


anggota masyarakat dalam jumlah besar baik
berdasar hubungan tetangga, kerabat atau
hub lain untuk menyelesaikan proyek tertentu
yang dianggap berguna bagi kepentingan
umum.
Tolong menolong = bantuan dalam kelompok
hubungan “primer”
Gotong royong = kerelaan terhadap
kepentingan umum/ bersama

5. MUSYAWARAH

5. MUSYAWARAH
Salah satu metode dalam upaya mengambil

keputusan bersama
Bukan karena mayoritas namun karena
keputusan bersama
Dipengaruhi oleh tingkat kemampuan,
pengaruh, kekuatan anggota masyarakat 

tokoh
Biasanya didasari hukum adat, kebiasaan

DESA DI
INDONESIA

Di Indonesia, berbagai tipologi desa sangat

beragam. Karena pinsip dalam proses
kehidupan sosial masyarakat desa satu
dengan yang lain beraneka ragam pula (latar
belakang sejarah, geografis, sosial, budaya,
dst)
Desa di Indonesia merupakan kesatuan
hukum (adat) dan administrasi.

TIPOLOGI DESA DI
INDONESIA
Ada berbagai jenis berdasarkan aktivitas hidup di


dalamnya
1. Desa penghasil usaha pertanian, perdagangan,
industri/ kerajinan
2. Desa Nelayan
3. Desa Perintis (transmigrasi)
4. Desa pelabuhan (hubungan antar pulau,
pertahanan)
5. Desa perdikan (bebas dari pungutan pajak, karena
jasa terhadap kerajaan)
6. Desa pariwisata

STUDI DESA
TRANSMIGRAN

TRANSMIGRASI
Adalah salah satu program pemerintah untuk

memindahkan penduduk yang kurang
produktif (wilayah, kompetensi) ke daerahdaerah tertentu
Ada kerjasama dengan daerah asal dan

daerah tujuan

DESA TRANSMIGRAN
Berkumpulnya berbagai anggota masyarakat

dari berbagai wilayah
Fokus aktivitas : peningkatan kemampuan
hidup masyarakat  identik dengan aktivitas
pengelolaan lahan
Memiliki batas desa baru (sistem sosial baru) :
administrasi, kultur
“Desa dalam embrio” atau Desa Perintis 
membuat kawasan baru

STUDI MASYARAKAT
NELAYAN

MASYARAKAT NELAYAN
Masyarakat yang tinggal di kawasan pantai, kehidupan


sangat dipengaruhi oleh lingkungan (alam)
Identik dengan usaha mencari ikan (nelayan) dan
aktivitas pesisir
Kesamaan identitas, kebutuhan dan tekanan hidup
memunculkan solidaritas masyarakat nelayan
Hubungan persekutuan hidup, bergantung pada kodrat
alam, kelahiran, keturunan, kediaman memberikan
landasan bagi masyarakat nelayan untuk
mempertahankan hidup dan memenuhi kebutuhan
keluarga dengan adil dan merata sesuai tuntutan
zaman.