Permenperind No 14 2010
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Ruang Lingkup Industri Petrokimia
Industri petrokimia secara umum dapat didefinisikan sebagai ”industri
yang berbahan baku utama produk migas (naphta, kondensat yang
merupakan produk samping eksploitasi gas bumi dan gas alam),
batubara, gas metana batubara, serta biomassa yang mengandung
senyawa-senyawa olefin, aromatik, n-parrafin, gas sintesa, asetilena dan
menghasilkan beragam senyawa organik yang dapat diturunkan dari
bahan-bahan baku utama tersebut, untuk menghasilkan produk-produk
yang memiliki nilai tambah lebih tinggi daripada bahan bakunya.”
Kondisi ketersediaan bahan baku dari produk migas yang makin terbatas
dan mahal mengakibatkan mulai munculnya pencarian-pencarian bahan
baku pengganti, diantaranya gas etana, batubara, gas dari
coal bed
methane
, dan limbah refinery (
coke
).
Indonesia mempunyai sumber yang potensial untuk pengembangan
klaster industri petrokimia yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan
dasar manusia seperti sandang, papan dan pangan. Produk-produk
petrokimia merupakan produk strategis karena merupakan bahan baku
bagi industri hilirnya (industri tekstil, plastik, karet sintetik, kosmetik,
pestisida, bahan pembersih, bahan farmasi, bahan peledak, bahan bakar,
kulit imitasi, dan lain-lain).
1.2. Pengelompokan Industri Petrokimia
Industri petrokimia dapat dikelompokkan secara horizontal sebagai berikut :
Industri petrokimia
methane
-
based
(C-1) beserta turunannya: amonia,
metanol, urea, formaldehid, asam asetat, dsb.
(7)
Industri petrokimia olefin beserta turunannya: etilen, propilen, buten,
butilen, etilen glikol, polietilen, dsb.
Industri petrokimia aromatik beserta turunannya: para-silen, orto-silen,
toluen, benzen, alkil benzen, etil benzen, d
sb.
Industri petrokimia dapat dikelompokkan secara vertikal sebagai berikut :
Industri petrokimia hulu: industri C-1, olefin dan aromatik.
Industri petrokimia antara: industri turunan dari petrokimia hulu seperti
etilen glikol, alkil benzen, etil benzen, pthalik anhidrid, PTA, dsb.
Industri petrokimia hilir: industri yang menghasilkan produk yang
dimanfaatkan oleh industri pengguna akhir, seperti industri plastik, serat
sintetis,dsb.
1.3. Pohon Industri Petrokimia
Pohon industri petrokimia berbasis migas dan kondensat dapat dilihat pada
gambar 1.1, sedangkan pohon industri berbasis batubara (sumber tidak
terbarukan lainnya) dan biomassa (sumber terbarukan) dilihat pada gambar
1.2. dan gambar 1.3.
(8)
(9)
Distilasi kering Gasifikasi
Oksidasi parsial
Steam Reforming Batubara
Kokas
H2 + CO
HIDROGEN
Metanol Amoniak Urea
Elektrolisis H2
Minyak bumi Minyak berat Gas nafta
Perengkahan
Dehidrogenasi Nafta
Gas alam
Olefin
Plastik Karet sintetis Bahan baku untuk serat sintetis
KOMPLEKS OLEFIN
Reforming Ekstraksi
Ekstraksi BTX Gas dari
batubara Gas dari kokas
Benzena
Aromatik Serat sintetis KOMPLEKS AROMATIK
Gambar 1.2. Pohon industri petrokimia berbasis batubara
(sumber tidak terbarukan lainnya)
(10)
Gambar 1.3. Pohon industri petrokimia berbasis biomassa
(sumber terbarukan)
(11)
BAB II
SASARAN
2.1. Sasaran Jangka Menengah (2010-2014)
a. Optimalisasi pemanfaatan kapasitas terpasang industri petrokimia dari
81 % (2009) menjadi lebih dari 85 % (2014).
b. Meningkatnya pemanfaatan bahan baku lokal menjadi lebih dari 20 %
(2014).
c. Meningkatnya kapasitas produksi industri petrokimia hulu :
Olefin : Ethylene dari 600.000 Ton/Tahun menjadi
750.000
Ton/Tahun
,
Propylene dari 865.000 Ton/Tahun menjadi 1.270.000
Ton/Tahun.
Aromatik : Toluene dari 100.000 Ton/Tahun menjadi 170.000
Ton/Tahun, Benzene 440.000 Ton/Tahun, Paraxylene 796.000
Ton/Tahun, Orthoxylene 120.000 Ton/Tahun.
Berbasis C1 : amoniak 6,4 Juta Ton/Tahun menjadi 6,8 Juta
Ton/Tahun, methanol 990.000 Ton/Tahun.
d. Terintegrasinya pengembangan industri petrokimia dengan pendekatan
klaster, untuk berbasis aromatik berlokasi di Jawa Timur (Tuban, Gresik,
Lamongan) dan berbasis C1 berlokasi di Kalimantan Timur (Bontang)
serta didukung oleh industri berbasis olefin di Banten (Anyer, Merak,
Cilegon, Serang) dan Jawa Barat (Balongan).
2.2. Sasaran Jangka Panjang (2015-2025)
a. Meningkatnya kapasitas produksi industri petrokimia hulu :
Olefin : ethylene dari 750.000 Ton/Tahun menjadi 1,6 Juta
Ton/Tahun,
Propylene dari 1,270 juta Ton/Tahun menjadi 1.334 juta
Ton/Tahun.
Aromatik : Toluene 170.000 Ton/Tahun, Benzene 440.000
Ton/Tahun, Paraxylene 796.000 Ton/Tahun menjadi 1,25 juta
Ton/tahun dan Orthoxylene 120.000 Ton/Tahun.
(12)
Berbasis C1 : amoniak 6,8 Juta Ton/Tahun menjadi 7,5 Juta
Ton/Tahun, methanol 990.000 Ton/Tahun menjadi 1,5 Juta
Ton/Tahun.
b. Terintegrasinya industri migas dengan industri petrokimia hulu, industri
petrokimia antara dan industri petrokimia hilir melalui jaringan distribusi
dan infrastruktur yang efektif dan efisien.
(13)
BAB III
STRATEGI DAN KEBIJAKAN
3.1. Visi dan Arah Pengembangan Industri Petrokimia
Visi :
Mewujudkan industri petrokimia yang berdaya saing dan mandiri.
Misi :
Pemantapan struktur industri petrokimia
Peningkatan
efisiensi.
Perluasan lapangan kerja.
Percepatan alih teknologi
Arah Pengembangan Industri Petrokimia :
Pengembangan industri berskala besar
Strategi
a. Peningkatan utilisasi :
- Penguasaan pasar Dalam Negeri dan pasar ekspor, serta peningkatan
informasi pasar.
- Peningkatan efisiensi bahan baku dan energi.
- Optimalisasi pemanfaatan bahan baku dalam negeri.
- Penciptaan iklim usaha kondusif terhadap industri daur ulang
petrokimia.
- Integrasi industri petrokimia hulu dengan industri migas.
b. Penguatan struktur industri petrokimia yang terkait pada semua
tingkat dalam rantai nilai (
value chain
)
:
- Peningkatan nilai tambah dengan peningkatan kandungan lokal
(bahan baku, barang modal/peralatan pabrik, SDM, teknologi, jasa
konstruksi, jasa pemeliharaan dan modal Dalam Negeri)
(14)
- Penciptaan Iklim investasi dan usaha yang kondusif melalui pemberian
insentif dibidang fiskal, moneter dan administrasi termasuk jaminan
hukum dan kestabilan keamanan.
- Pengembangan industri yang berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan.
- Pengembangan kemampuan SDM.
c. Pengembangan teknologi masa depan :
- Meningkatkan kegiatan riset teknologi proses industri dan rekayasa
produk petrokimia yang terintegrasi dengan lisensi dan inovasi.
- Sinergi dalam penelitian teknologi proses industri petrokimia berbasis
bahan baku tak terbarukan dan terbarukan/nabati.
d. Pengembangan lokasi klaster :
- Bontang dan Balikpapan, Kalimantan Timur
- Gresik, Lamongan, Tuban dan Cepu - Jawa Timur
- Anyer, Merak, Cilegon, Serang dan Bojanegara - Banten
- Balongan - Jawa Barat
- Cilacap - Jawa Tengah
Kebijakan
Pengaturan alokasi SDA lokal sebagai bahan baku industri
petrokimia.
Pengaturan efisiensi bahan baku/energi melalui penghematan
maupun diversifikasi bahan baku/energi.
Pengaturan limbah/scrap/
used-product
petrokimia sebagai bahan
baku.
Pengaturan insentif pajak untuk mendorong peningkatan investasi
industri petrokimia.
Pengaturan peningkatan SDM melalui peningkatan standar
kompetensi kerja nasional industri petrokimia.
(15)
Pengaturan mengenai pembangunan infrastruktur industri antara
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan swasta.
Pengaturan yang mengutamakan penggunaan Produksi Dalam
Negeri.
Pengaturan pengembangan Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Dalam Negeri yang terintegrasi dan berkualitas melalui
pemberian insentif.
3.2. Indikator Pencapaian
Meningkatnya pemanfaatan kapasitas terpasang industri petrokimia.
Meningkatnya pemanfaatan bahan baku lokal.
Meningkatnya kapasitas produksi industri petrokimia hulu : Olefin,
Aromatik, Berbasis C1.
3.3. Tahapan Implementasi
Mengalokasikan secara khusus pemanfaatan komponen-komponen
gas bumi, kondensat, naphta dan senyawa-senyawa alkana, yang di
satu sisi mendukung perkembangan kebutuhan untuk industri
petrokimia dan di sisi lain tidak mengganggu upaya penggalangan
cadangan devisa nasional;
Membuka peluang pemanfaatan bahan baku alternatif dari dalam
negeri, seperti batubara dan biomassa yang saat ini belum
digunakan di industri petrokimia.
Memacu pengembangan industri petrokimia yang menggunakan
kandungan teknologi yang dikembangkan di dalam negeri yang
makin meningkat;
Mendorong pengembangan industri petrokimia yang memiliki
keterkaitan kuat dengan sektor ekonomi lainnya.
(16)
Menciptakan iklim investasi yang menarik bagi pengembangan
industri petrokimia berskala menengah, terutama pada tingkat
daerah, bagi pengembangan industri petrokimia antara dan hilir dan
yang berpotensi memanfaatkan sumber daya alam lain selain minyak
dan gas bumi, yaitu batubara dan biomassa.
Menstimulasi dan memobilisasi kemampuan nasional untuk
membangun dan menegakkan berfungsinya teknologi yang
berhubungan dengan industri petrokimia.
(17)
Industri Inti
Industri dasar olefin, aromatik dan C1
Industri Pendukung
Refinery, Kondesat; Naphta; Gas Alam; Residu;
Industri Terkait
Produk Plastik; Tekstil; Coating/Painting Product; Speciality Chemical; Pharmacy ; Perlengkapan Otomotif ; Peralatan Listrik ; Karet Sintetis ; Serat Sintetis, Mesin dan peralatan, Transportasi. Sasaran Jangka Menengah 2010 – 2014
Sasaran Jangka Panjang 2015 – 2025
1. Meningkatnya kapasitas produksi industri petrokimia hulu :
• Olefin : ethylene dari 750.000 Ton/Tahun menjadi 1,6 Juta Ton/Tahun, Propylene dari 1,270 juta Ton/Tahun menjadi 1.334 juta Ton/Tahun. 1. Optimalisasi pemanfaatan kapasitas terpasang industri petrokimia dari 81 % (2009) menjadi lebih dari 85 %
(2014).
2. Meningkatnya pemanfaatan bahan baku lokal menjadi lebih dari 20 % (2014). 3. Meningkatnya kapasitas produksi industri petrokimia hulu :
• Olefin : Ethylene dari 600.000 Ton/Tahun menjadi750.000 Ton/Tahun, Propylene dari 865.000 Ton/Tahun menjadi 1.270.000 Ton/Tahun.
• Aromatik : Toluene dari 100.000 Ton/Tahun menjadi 170.000 Ton/Tahun, Benzene 440.000 Ton/Tahun, Paraxylene 796.000 Ton/Tahun, Orthoxylene 120.000 Ton/Tahun.
• Berbasis C1 : amoniak 6,4 Juta Ton/Tahun menjadi 6,8 Juta Ton/Tahun, methanol 990.000 Ton/Tahun. 4. Terintegrasinya pengembangan industri petrokimia dengan pendekatan klaster, untuk berbasis aromatik
berlokasi di Jawa Timur (Tuban, Gresik, Lamongan) dan berbasis C1 berlokasi di Kalimantan Timur (Bontang) serta didukung oleh industri berbasis olefin di Banten (Anyer, Merak, Cilegon, Serang) dan Jawa Barat (Balongan).
• Aromatik : Toluene 170.000 Ton/Tahun, Benzene 440.000 Ton/Tahun, Paraxylene 796.000 Ton/Tahun menjadi 1,25 juta Ton/tahun dan Orthoxylene 120.000 Ton/Tahun.
• Berbasis C1 : amoniak 6,8 Juta Ton/Tahun menjadi 7,5 Juta Ton/Tahun, methanol 990.000 Ton/Tahun menjadi 1,5 Juta Ton/Tahun.
2.
Terintegrasinya industri migas dengan industri petrokimia hulu, industri petrokimia antara dan industri petrokimia hilir melalui jaringan distribusi dan infrastruktur yang efektif dan efisienStrategi
Sektor : Peningkatan produksi guna memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri melalui diversifikasi produk, peningkatan nilai tambah, peningkatan kandungan lokal (bahan baku/penolong, peralatan pabrik, jasa teknik dan konstruksi, jasa pendukung produksi), integrasi industri migas dengan industri petrokimia, restrukturisasi usaha (merjer dan akuisisi), dan promosi investasi industri petrokimia unggulan.
Teknologi : Meningkatkan litbang teknologi proses dan produk dengan inovasi dan lisensi Pengembangan rekayasa dan engineering industri peralatan pabrik.
Infrastruktur : Pengembangan dan pembangunan infrastruktur di daerah klaster industri petrokimia yang berdaya saing
Insentif : Penciptaan insentif baik fiskal maupun non fiskal untuk pengembangan industri petrokimia Pokok-pokok Rencana Aksi Jangka Menengah ( 2010 – 2014)
Pokok-pokok Rencana Aksi Jangka Panjang ( 2015 – 2025) 1. Mengupayakan insentif fiskal dan non fiskal
1. Mengembangkan diversifikasi sumber bahan baku dan sumber energi industri petrokimia.
2. Usulan kebijakan mengenai alokasi bahan baku (Domestic Market Obligation) 3. Peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur pendukung industri petrokimia
2. Peningkatan kapasitas industri petrokimia. 4. Peningkatan kegiatan riset teknologi industri dan rekayasa produk petrokimia yang terintegrasi.
3. Peningkatan kegiatan riset teknologi industri dan rekayasa produk petrokimia yang terintegrasi.
5. Peningkatan kualitas SDM melalui training dan kerjasama pihak industri dengan lembaga pendidikan/Perguruan Tinggi.
4. Peningkatan kualitas SDM melalui trainning & standar kompetensi kerja nasional industri petrokimia.
6. Peningkatan aktivitas kelompok kerja dalam mengevaluasi pengembangan industri petrokimia. 7. Promosi investasi industri petrokimia
5. Peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur pendukung industri petrokimia antara lain pelabuhan, jalan akses, dan utilitas.
8. Pembangunan centre of excellence industri petrokimia 9. Harmonisasi tarif bea masuk industri petrokimia
6. Pengembangan centre of excellence industri petrokimia. 10. Pengembangan industri petrokimia berbasis batubara dan biofeed stok.
7. Pembangunan refinery yang terintegrasi dengan industri petrokimia.
11. Melakukan koordinasi antara industri pembuatan peralatan, Engineering Procurement & Construction (EPC) dan jasa perawatan pabrik.
(18)
Lokasi Pengembangan Klaster Industri Petrokimia
(19)
Kerangka Keterkaitan Industri Petrokimia
Forum :
•
Working Group•
Forum Daya Saing•
Fasilitator KlasterPemerintah Pusat: Kemperin, KemESDM, Kemdag, Kemkeu, Kemnakertrans, Kemristek, KemPU, BKPM Pemda/Dinas : Propinsi, Kab./kota
Gas Alam,
Kondensat,
Naphta,
Residu
Aromatic Center Olefin CenterMesin
Peralatan
dan
Teknologi
Pupuk Plastik, Tekstil, Coating / Painting, Speciality Chemical, Farmasi, Komponen Otomotif, Peralatan Listrik, Karet Sintetis, Serat Sintetis PASAR DALAM NEGERI PASAR LUAR NEGERIEksportir
Distributor
Methane Based (C1) Center Lembaga Litbang/PT:PT (ITB/UGM/UI dll),
Jasa :
Transportasi Darat-Laut, Penyedia mesin
Assosiasi
INAPLAS, APKODI, APROBSI, APPI, AIFTA,
(20)
Peran Pemangku Kepentingan dalam Pengembangan Industri Petrokimia
Pemerintah Pusat Pemda/Dinas Swasta Perguruan Tinggi &
Litbang Forum Rencana Aksi 2010 – 2014 Kemperin Kem. ESDM Kemdag Kemkeu Kem.
Nakertr
ans
Kemri
stek
KemPU BKPM KemHub Propinsi Kab./Kota Aso
siasi
Pers/Ind.
PT BPPT LIPI
Working Group
Nasional Da Working Group
er
ah
1. Mengupayakan insentif fiskal
dan non fiskal O O O O O O O O O O
2. Usulan kebijakan mengenai alokasi bahan baku (Domestic Market Obligation .
O O O O O O O O O O
3. Peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur
pendukung industri petrokimia
O O O O O O O O O O O O
4. Peningkatan kegiatan riset teknologi industri dan rekayasa produk petrokimia yang
terintegrasi
O O O O O O O O O O O O O
5. Peningkatan kualitas SDM melalui training dan kerjasama pihak industri dengan lembaga pendidikan/Perguruan Tinggi.
O O O O O O O O O O O
6. Peningkatan aktivitas kelompok kerja dalam mengevaluasi pengembangan indu petrokimia
stri O O O O O O O
7. Promosi investasi industri
(21)
Peran Pemangku Kepentingan dalam Pengembangan Industri Petrokimia (lanjutan)
Pemerintah Pusat Pemda/Dina
s Swasta
Perguruan Tinggi &
Litbang Forum Rencana Aksi 2010 – 2014 Kemperin Kem. ESDM Kemdag Kemkeu Kem.
Nakertr
ans
Kemri
stek
KemPU BKPM KemHub Propinsi Kab./kota Aso
siasi
Pers/Ind.
PT BPPT LIPI
Working Group
Nasional Da Working Group
er
ah
8. Pembangunan centre of
excellence industri petrokimia O O O O O O O O O O O O O O
9. Harmonisasi tarif bea masuk
industri petrokimia O O O O O O O
10. Pengembangan industri petrokimia berbasis batubara dan biofeedstok
O O O O O O O O O O O O O O O
11. Melakukan koordinasi antara industri pembuatan peralatan, Engineering Procurement & Construction (EPC) dan jasa perawatan pabrik.
O O O O O O O O O O O O O
12. Mengembangkan lokasi klaster industri petrokimia di daerah lainnya
(22)
(23)
I. Rencana Aksi Klaster Industri Petrokimia Nasional
RENCANA AKSI PENANGGUNG
JAWAB INSTANSI TERKAIT KRITERIA KEBERHASILAN UKURAN KEBERHASILAN
TARGET PELAKSANAAN BENTUK KEGIATAN Penyusunan Perubahan Peta Panduan (Roadmap) Klaster Industri Petrokimia.
Kemperin Menko Perekonomian,
KemESDM, Kemdag, Kemkeu, Kemnakertrans, Meneg BUMN, KemPU, Pemda setempat
Tersusunnya Perubahan Peta Panduan (Roadmap) Klaster Industri Petrokimia
Terbitnya Permenperin tentang Perubahan Peta Panduan (Roadmap) Klaster Industri Petrokimia
Selesai tanggal 29 Januari 2010
- Penyusunan kelompok kerja dalam mengevaluasi pengembangan industri petrokimia
Kemperin Menko Perekonomian, KemESDM, Kemdag, Kemkeu,
Kemnakertrans, Meneg BUMN, KemPU, Pemda setempat
Tersusunnya Tim Monitoring dan Evaluasi Pengembangan Klaster Industri Petrokimia Nasional
Terbentuknya Tim Monitoring dan Evaluasi Pengembangan Klaster Industri Petrokimia Nasional
Selesai tanggal 29 Januari 2010
Rapat koordinasi Pengkajian Pengembangan Bahan Baku Industri Petrokimia
Kemperin BP Migas, Ditjen Migas, Menko
Perekonomian, Pemda Setempat
Tersusunnya kajian pembangunan 3 (tiga) refinery/steam cracker yang terintegrasi untuk mendukung ketersediaan bahan baku naphta industri petrokimia dan BBM di dalam negeri dengan kapasitas masing-masing 300.000 barrel/hari.
Tersedianya FS pembangunan 3 (tiga) refinery/steam cracker dalam rencana aksi Pengembangan Industri Petrokimia di Propinsi Banten, Jatim dan Kaltim.
Nopember 2011 Pihak ketiga
Pengkajian Pengembangan bahan baku alternatif : biofeed stok dan
Kemperin Menko Perekonomian,
Kem.ESDM, Kem Tan, BP Migas, KemRistek, PT. Pertamina.
Tersusunnya kajian
pemanfaatan sebagai bahan baku alternatif Industri petrokimia
1. Biofeed stok
Adanya hasil studi kelayakan pemanfaatan bio feed stock dan batubara sebagai bahan baku alternatif Industri
(24)
RENCANA AKSI
PENANGGUNG
JAWAB INSTANSI TERKAIT KRITERIA KEBERHASILAN UKURAN KEBERHASILAN
TARGET PELAKSANAAN BENTUK KEGIATAN Pengembangan SDM
Kemperin KemNakertrans, Menko Perekonomian, Pemda setempat
1. Tersusunnya model
kelembagaan, program, dan standar kompetensi sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Industri Petrokimia. 2. Meningkatnya keahlian dan
keterampilan SDM di bidang industri petrokimia
Terbentuknya kerjasama antara lembaga
pendidikan dan pelatihan dengan industri petrokimia
Dimulai Maret 2010 (Program Tahunan) Program bersama Peningkatan kapasitas lembaga riset
Kemperin Kemristek, KemESDM,
Pemda setempat.
Meningkatnya mutu balai riset yang menunjang industri petrokimia terutama untuk peningkatan penggunaan teknologi dan bahan baku alternatif.
Terbentuknya kerjasama antara lembaga riset dengan industri petrokimia
Dimulai Maret 2010 (Program Tahunan)
Program bersama
Adanya kajian
peraturan/kebijakan untuk pengembangan Industri petrokimia berupa :
Adanya rekomendasi kajian peraturan/kebijakan untuk pengembangan Industri petrokimia berupa : Pengkajian peraturan/ kebijakan Kemperin BSN, Kementerian Perdagangan
• Penyusunan SNI bahan baku dan barang jadi industri turunannya .
• Tersedianya SNI bahan baku dan barang jadi industri turunan petrokimia. Dimulai Maret 2010 (Program Tahunan) Rapat koordinasi Kementerian Perdagangan, Kementerian Keuangan, Menko Perekonomian
• Penyusunan Rules Of Origin (ROO) bahan baku dan produk barang jadi petrokimia.
• Tersusunnya Rules Of
Origin (ROO) bahan baku
dan produk barang jadi petrokimia
Selesai
Nopember 2010
(25)
RENCANA AKSI
PENANGGUNG
JAWAB INSTANSI TERKAIT KRITERIA KEBERHASILAN UKURAN KEBERHASILAN
TARGET PELAKSANAAN
BENTUK KEGIATAN
Adanya model pemberian insentif untuk pengembangan Industri petrokimia berupa :
Adanya rekomendasi mengenai model
pemberian insentif untuk pengembangan Industri petrokimia berupa :
• keringanan pajak seperti tax
holiday, tax allowance untuk
investasi baru dan penambahan kapasitas serta pembangunan infrastruktur;
• keringanan pajak seperti
tax holiday, tax allowance
untuk investasi baru dan penambahan kapasitas serta pembangunan infrastruktur;
Rumusan
selesai Mei 2011
Rapat koordinasi
• subsidi bunga pinjaman untuk revitalisasi mesin produksi;
• subsidi bunga pinjaman untuk revitalisasi mesin produksi;
Rumusan selesai Mei 2011
Rapat koordinasi
• mekanisme kemudahan dalam memperoleh modal investasi;
• mekanisme kemudahan dalam memperoleh modal investasi;
Rumusan selesai Mei 2011
Rapat koordinasi Pengkajian
model yang terkait dengan pemberian insentif Kemperin Kementerian Keuangan, Menko Perekonomian
• skema pendanaan dari Pemerintah : Share Holder Loan, Konsorsium Bank Dalam Negeri dan Soft Loan berupa Kredit Ekspor dengan jaminan dari Pemerintah.
• skema pendanaan dari Pemerintah : Share
Holder Loan, Konsorsium
Bank Dalam Negeri dan
Soft Loan berupa Kredit
Ekspor dengan jaminan dari Pemerintah.
Rumusan selesai Mei 2011
Rapat koordinasi
(26)
II.
Rencana Aksi Klaster Industri Petrokimia Jawa Timur
RENCANA AKSI
PENANGGUNG
JAWAB INSTANSI TERKAIT KRITERIA KEBERHASILAN UKURAN KEBERHASILAN
TARGET PELAKSANAAN
BENTUK KEGIATAN
BP Migas, Ditjen Migas, PT. Pertamina, Menko Perekonomian, Pemda Jatim
Terpenuhinya pasokan bahan baku kondensat 100.000 barrel/hari untuk PT. TPPI selama 20 tahun.
Adanya prioritas pasokan kondensate 100.000 barrel/hari untuk TPPI - Tuban
Tahun 2011 Rapat koordinasi Pemenuhan
Bahan Baku : Condensate dan gas
Kemperin
BP Migas, Ditjen Migas, Menko
Perekonomian, Pemda Jatim
Alokasi supply gas dari EXXON Cepu sebesar 85 MMSCFD sebagai bahan baku untuk industri ammoniak.
dimasukkan dalam neraca gas nasional 2010
Sudah diusulkan
Pengembangan Bahan Baku Industri Petrokimia :
Kemperin BP Migas, Ditjen Migas, Menko
Perekonomian, Pemda Jatim
Tersusunnya kajian pembangunan 1 (satu)
refinery/steam cracker yang
terintegrasi untuk mendukung ketersediaan bahan baku naphta industri petrokimia (olefin dan aromatik) dan BBM di dalam negeri dengan kapasitas 300.000 barrel/hari.
Terealisasinya FS pembangunan 1 (satu) refinery/steam cracker dalam rencana aksi Pengembangan Industri Petrokimia Jawa Timur
(27)
III. Rencana Aksi Klaster Industri Petrokimia Kalimantan Timur
RENCANA AKSI
PENANGGUNG
JAWAB INSTANSI TERKAIT KRITERIA KEBERHASILAN UKURAN KEBERHASILAN
TARGET PELAKSANAAN
BENTUK KEGIATAN
Penetapan kebijakan kepastian pasokan bahan baku gas dan utilitas untuk industri berbasis C1 dan turunannya minimal selama 20 tahun.
Surat perjanjian jual beli pasokan gas sebesar 123 MMSCFD dari KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama) ke PKT V untuk produksi awal tahun 2012.
Ditandatangani Principle of Agreement tanggal 28 Januari 2010 untuk 80 MMSCFD Pemenuhan Bahan Baku Gas
Kemperin BP Migas, Ditjen Migas Kementerian ESDM, PT. Pertamina, Menko Perekonomian, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur
Pelaksanaan komitmen alokasi gas Kalimantan Timur minimum 50% untuk kebutuhan industri berbasis C1 di Kalimantan Timur pada tahun 2015.
Pernyataan Pemerintah Daerah Provinsi
Kalimantan Timur mengenai komitmen alokasi gas Kalimantan Timur minimum 50% untuk kebutuhan industri
berbasis C1 di Kalimantan Timur pada tahun 2015.
Tahun 2011 (program tahunan) Monitoring dan evaluasi Pengembangan Bahan Baku Industri Petrokimia
Kemperin BP Migas, Ditjen Migas, Menko Perekonomian, Pemda Kaltim
Tersusunnya kajian pembangunan 1 (satu) refinery/steam cracker yang terintegrasi untuk mendukung ketersediaan bahan baku naphta industri petrokimia dan BBM di dalam negeri dengan kapasitas 300.000 barrel/hari.
Tersedianya FS pembangunan 1 (satu) refinery/steam cracker dalam rencana aksi Pengembangan Industri Petrokimia Kalimantan Timur.
(28)
RENCANA AKSI
PENANGGUNG
JAWAB INSTANSI TERKAIT KRITERIA KEBERHASILAN UKURAN KEBERHASILAN
TARGET PELAKSANAAN
BENTUK KEGIATAN
Terlaksananya komitmen Pemda Kaltim untuk penyediaan
dukungan infrastruktur :
Terealisasinya
penyediaan dukungan infrastruktur :
• Pemenuhan kebutuhan pasokan listrik jangka menengah dan jangka panjang.
• Pemenuhan kebutuhan pasokan listrik jangka menengah dan jangka panjang.
Tahun 2011 (program tahunan) 1. Monitoring 2. Analisis supply-demand Penyediaan Infrastruktur
Kemperin KemESDM, PLN, Menko Perekonomian, Meneg BUMN, Pemda Provinsi Kaltim, Kemhub
• Rencana pembangunan jalan Free way Balikpapan-Sengata sebagai jalur distribusi produk dan bahan baku
• Pembangunan jalan Free way Balikpapan-Sengata sebagai jalur distribusi produk dan bahan baku
Tahun 2011 (program tahunan)
1. Monitoring 2. Integrasi
pembangun
an freeway
dengan program pengemban gan industri petrokimia Pengembangan SDM Kemperin Kemnakertrans, Menko Perekonomian, Pemda setempat
1. Tersusunnya model
kelembagaan, program, dan standar kompetensi sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Industri Petrokimia. 2. Meningkatnya keahlian dan
keterampilan SDM di bidang industri petrokimia
Terbentuknya kerjasama antara lembaga pendidikan dan pelatihan, program dengan industri petrokimia di Kalimantan Timur. Dimulai Maret 2010 (Program Tahunan) Program bersama Peningkatan kapasitas lembaga riset Kemperin Kemristek, KemESDM, Pemda setempat.
Meningkatnya mutu balai riset yang menunjang industri petrokimia terutama untuk peningkatan penggunaan teknologi dan bahan baku alternatif.
Terbentuknya
kerjasama antara balai riset dengan industri petrokimia di Kalimantan Timur Dimulai Maret 2010 (Program Tahunan) Program bersama
(29)
(1)
RENCANA AKSI
PENANGGUNG
JAWAB INSTANSI TERKAIT KRITERIA KEBERHASILAN UKURAN KEBERHASILAN
TARGET PELAKSANAAN
BENTUK KEGIATAN Pengembangan
SDM
Kemperin KemNakertrans, Menko Perekonomian, Pemda setempat
1. Tersusunnya model
kelembagaan, program, dan standar kompetensi sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Industri Petrokimia. 2. Meningkatnya keahlian dan
keterampilan SDM di bidang industri petrokimia
Terbentuknya kerjasama antara lembaga
pendidikan dan pelatihan dengan industri petrokimia
Dimulai Maret 2010 (Program Tahunan)
Program bersama
Peningkatan kapasitas lembaga riset
Kemperin Kemristek, KemESDM, Pemda setempat.
Meningkatnya mutu balai riset yang menunjang industri petrokimia terutama untuk peningkatan penggunaan teknologi dan bahan baku alternatif.
Terbentuknya kerjasama antara lembaga riset dengan industri petrokimia
Dimulai Maret 2010 (Program Tahunan)
Program bersama
Adanya kajian
peraturan/kebijakan untuk pengembangan Industri petrokimia berupa :
Adanya rekomendasi kajian peraturan/kebijakan untuk pengembangan Industri petrokimia berupa :
Pengkajian peraturan/ kebijakan
Kemperin
BSN, Kementerian Perdagangan
• Penyusunan SNI bahan baku dan barang jadi industri turunannya .
• Tersedianya SNI bahan baku dan barang jadi industri turunan petrokimia.
Dimulai Maret 2010 (Program Tahunan)
Rapat koordinasi
Kementerian Perdagangan,
Kementerian Keuangan, Menko Perekonomian
• Penyusunan Rules Of Origin
(ROO) bahan baku dan produk barang jadi petrokimia.
• Tersusunnya Rules Of Origin (ROO) bahan baku dan produk barang jadi petrokimia
Selesai
Nopember 2010
(2)
RENCANA AKSI
PENANGGUNG
JAWAB INSTANSI TERKAIT KRITERIA KEBERHASILAN UKURAN KEBERHASILAN
TARGET PELAKSANAAN
BENTUK KEGIATAN Adanya model pemberian
insentif untuk pengembangan Industri petrokimia berupa :
Adanya rekomendasi mengenai model
pemberian insentif untuk pengembangan Industri petrokimia berupa :
• keringanan pajak seperti tax holiday, tax allowance untuk investasi baru dan penambahan kapasitas serta pembangunan infrastruktur;
• keringanan pajak seperti
tax holiday, tax allowance untuk investasi baru dan penambahan kapasitas serta pembangunan infrastruktur;
Rumusan
selesai Mei 2011
Rapat koordinasi
• subsidi bunga pinjaman untuk revitalisasi mesin produksi;
• subsidi bunga pinjaman untuk revitalisasi mesin produksi;
Rumusan selesai Mei 2011
Rapat koordinasi
• mekanisme kemudahan dalam memperoleh modal investasi;
• mekanisme kemudahan dalam memperoleh modal investasi;
Rumusan selesai Mei 2011
Rapat koordinasi Pengkajian
model yang terkait dengan pemberian insentif
Kemperin
Kementerian Keuangan, Menko Perekonomian
• skema pendanaan dari Pemerintah : Share Holder Loan, Konsorsium Bank Dalam Negeri dan Soft Loan berupa Kredit Ekspor dengan jaminan dari Pemerintah.
• skema pendanaan dari Pemerintah : Share Holder Loan, Konsorsium Bank Dalam Negeri dan
Soft Loan berupa Kredit Ekspor dengan jaminan dari Pemerintah.
Rumusan selesai Mei 2011
Rapat koordinasi
(3)
II.
Rencana Aksi Klaster Industri Petrokimia Jawa Timur
RENCANAAKSI
PENANGGUNG
JAWAB INSTANSI TERKAIT KRITERIA KEBERHASILAN UKURAN KEBERHASILAN
TARGET PELAKSANAAN
BENTUK KEGIATAN BP Migas, Ditjen
Migas, PT. Pertamina, Menko Perekonomian, Pemda Jatim
Terpenuhinya pasokan bahan baku kondensat 100.000 barrel/hari untuk PT. TPPI selama 20 tahun.
Adanya prioritas pasokan kondensate 100.000 barrel/hari untuk TPPI - Tuban
Tahun 2011 Rapat koordinasi Pemenuhan
Bahan Baku : Condensate dan gas
Kemperin
BP Migas, Ditjen Migas, Menko
Perekonomian, Pemda Jatim
Alokasi supply gas dari EXXON Cepu sebesar 85 MMSCFD sebagai bahan baku untuk industri ammoniak.
dimasukkan dalam neraca gas nasional 2010
Sudah diusulkan
Pengembangan Bahan Baku Industri Petrokimia :
Kemperin BP Migas, Ditjen Migas, Menko
Perekonomian, Pemda Jatim
Tersusunnya kajian pembangunan 1 (satu)
refinery/steam cracker yang terintegrasi untuk mendukung ketersediaan bahan baku naphta industri petrokimia (olefin dan aromatik) dan BBM di dalam negeri dengan kapasitas 300.000 barrel/hari.
Terealisasinya FS pembangunan 1 (satu)
refinery/steam cracker
dalam rencana aksi Pengembangan Industri Petrokimia Jawa Timur
(4)
III. Rencana Aksi Klaster Industri Petrokimia Kalimantan Timur
RENCANAAKSI
PENANGGUNG
JAWAB INSTANSI TERKAIT KRITERIA KEBERHASILAN UKURAN KEBERHASILAN
TARGET PELAKSANAAN
BENTUK KEGIATAN Penetapan kebijakan kepastian
pasokan bahan baku gas dan utilitas untuk industri berbasis C1 dan turunannya minimal selama 20 tahun.
Surat perjanjian jual beli pasokan gas sebesar 123 MMSCFD dari KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama) ke PKT V untuk produksi awal tahun 2012.
Ditandatangani
Principle of Agreement
tanggal 28 Januari 2010 untuk 80 MMSCFD Pemenuhan
Bahan Baku Gas
Kemperin BP Migas, Ditjen Migas Kementerian ESDM, PT.
Pertamina, Menko Perekonomian, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur
Pelaksanaan komitmen alokasi gas Kalimantan Timur minimum 50% untuk kebutuhan industri berbasis C1 di Kalimantan Timur pada tahun 2015.
Pernyataan Pemerintah Daerah Provinsi
Kalimantan Timur mengenai komitmen alokasi gas Kalimantan Timur minimum 50% untuk kebutuhan industri
berbasis C1 di Kalimantan Timur pada tahun 2015.
Tahun 2011 (program tahunan)
Monitoring dan evaluasi
Pengembangan Bahan Baku Industri Petrokimia
Kemperin BP Migas, Ditjen Migas, Menko Perekonomian, Pemda Kaltim
Tersusunnya kajian pembangunan 1 (satu) refinery/steam cracker yang terintegrasi untuk mendukung ketersediaan bahan baku naphta industri petrokimia dan BBM di dalam negeri dengan kapasitas 300.000 barrel/hari.
Tersedianya FS pembangunan 1 (satu)
refinery/steam cracker
dalam rencana aksi Pengembangan Industri Petrokimia Kalimantan Timur.
(5)
RENCANA AKSI
PENANGGUNG
JAWAB INSTANSI TERKAIT KRITERIA KEBERHASILAN UKURAN KEBERHASILAN
TARGET PELAKSANAAN
BENTUK KEGIATAN Terlaksananya komitmen Pemda
Kaltim untuk penyediaan dukungan infrastruktur :
Terealisasinya
penyediaan dukungan infrastruktur :
• Pemenuhan kebutuhan pasokan listrik jangka menengah dan jangka panjang.
• Pemenuhan kebutuhan pasokan listrik jangka menengah dan jangka panjang.
Tahun 2011 (program tahunan) 1. Monitoring 2. Analisis supply-demand Penyediaan Infrastruktur
Kemperin KemESDM, PLN, Menko Perekonomian, Meneg BUMN, Pemda Provinsi Kaltim, Kemhub
• Rencana pembangunan jalan Free way Balikpapan-Sengata sebagai jalur distribusi produk dan bahan baku
• Pembangunan jalan Free way Balikpapan-Sengata sebagai jalur distribusi produk dan bahan baku
Tahun 2011 (program tahunan)
1. Monitoring 2. Integrasi
pembangun an freeway
dengan program pengemban gan industri petrokimia Pengembangan SDM Kemperin Kemnakertrans, Menko Perekonomian, Pemda setempat
1. Tersusunnya model
kelembagaan, program, dan standar kompetensi sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Industri Petrokimia. 2. Meningkatnya keahlian dan
keterampilan SDM di bidang industri petrokimia
Terbentuknya kerjasama antara lembaga pendidikan dan pelatihan, program dengan industri petrokimia di Kalimantan Timur. Dimulai Maret 2010 (Program Tahunan) Program bersama Peningkatan kapasitas lembaga riset Kemperin Kemristek, KemESDM, Pemda setempat.
Meningkatnya mutu balai riset yang menunjang industri petrokimia terutama untuk peningkatan penggunaan teknologi dan bahan baku alternatif.
Terbentuknya
kerjasama antara balai riset dengan industri petrokimia di Kalimantan Timur Dimulai Maret 2010 (Program Tahunan) Program bersama
(6)