Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan | Edukasi Suwoyo.com

Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif,
dan Menyenangkan

Pendahuluan
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar nasional
Pendidikan pada pasal 19, ayat 1 mengamanatkan bahwa: Proses
pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik. Kemudian dalam pasal 28, ayat 1
mengamanatkan bahwa: Yang dimaksud dengan pendidik sebagai agen
pembelajaran (learning agent) pada ketentuan ini adalah peran pendidik
sebagai fasilitator, motivator, pemacu, dan pemberi inspirasi belajar bagi
peserta didik. Berdasarkan kutipan regulasi pendidikan tersebut, dapat
dipahami secara jelas bahwa proses pendidikan dan pembelajaran pada
satuan pendidikan manapun, secara yuridis formal dituntut harus
diselenggarakan secara aktif, inovatif, kreatif, dialogis, demokratis dan
dalam suasana yang mengesankan dan bermakna bagi peserta didik.
Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa perundangan dan peraturan


pendidikan yang berlaku di Indonesia, mengindikasikan pentingnya
diterapkan strategi pembelajaran yang memperdayakan peserta didik.
Dalam konteks ini, PAKEM sebagai salah satu pembelajaran yang telah
dikembangkan dan sedang gencar dipromosikan implementasinya dalam
praktik dunia pendidikan di Indonesia, memiliki singgungan dan relevansi
yang kuat terhadap apa yang menjadi tuntutan yuridis formal ini (Ismail,
2008: 49-50).
Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak guru saat ini cenderung
pada pencapaian target materi kurikulum dan lebih mementingkan pada
penghafalan konsep bukan pada pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari
kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang selalu didominasi oleh guru.
Dalam penyampaian materi, biasanya guru menggunakan metode ceramah
yang dalam pelaksanaannya siswa hanya duduk, mencatat, dan
mendengarkan apa yang disampaikan guru dan sedikit peluang bagi siswa
untuk bertanya. Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak
kondusif sehingga siswa menjadi pasif.
Jika secara psikologis siswa kurang tertarik dengan metode yang digunakan
guru, maka dengan sendirinya siswa akan memberikan umpan balik
psikologis yang kurang mendukung dalam proses pembelajaran. Indikasinya
adalah timbul rasa tidak simpati terhadap guru, tidak tertarik dengan materimateri pembelajaran, dan lama-kelamaan timbul sikap acuh tak acuh

terhadap mata pelajaran.
Dalam hal peningkatan prestasi belajar siswa ini diperlukan guru kreatif yang
dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh
peserta didik. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian
rupa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa
dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga
pada gilirannya dapat diperoleh prestasi belajar yang optimal.
Proses pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menuntut
adanya partisipasi aktif dari seluruh siswa. Jadi, kegiatan belajar berpusat
pada siswa, guru sebagai motivator dan fasilitator di dalamnya agar suasana
kelas lebih hidup. Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan

oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah
yang lebih baik (Darsono, 2000:24). Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses
pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga
siswa aktif bertanya, mempertanyakan dan mengemukakan gagasan. Belajar
memang merupakan suatu proses aktif siswa dalam membangun
pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima ceramah guru
tentang pengetahuan, sehingga jika pembelajaran tidak memberikan
kesempatan pada siswa untuk berperan aktif maka pembelajaran tersebut

bertentangan dengan hakikat belajar.
Peran aktif siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang
kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan
orang lain. Seseorang bisa dikatakan kreatif apabila ia secara konsisten dan
terus menerus menghasilkan sesuatu yang kreatif, yaitu hasil yang
asli/orisinal dan sesuai dengan keperluan (Hassoubah, 2004:50). Kreativitas
siswa bisa dilihat pada kemampuannya dalam mengajukan pertanyaan
maupun menjawab pertanyaan. Selain itu kreativitas siswa juga bisa dilihat
dari kecekatannya dalam mengikuti proses belajar mengajar di dalam kelas.
Kreatif juga dimaksudkan guru mampu memilih materi yang akan diberikan
kepada siswa agar materi yang diberikan bisa sesuai dengan kemampuan
siswa, memilih metode pembelajaran yang dapat mempermudah
pemahaman siswa tentang materi yang diberikan dan memilih media yang
tepat untuk memperlancar proses pembelajaran serta mampu menentukan
evaluasi yang tepat untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap
materi yang diberikan. Menyenangkan adalah suasana belajar mengajar
yang membuat siswa senang sehingga siswa memusatkan perhatiannya
secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya (time on
task) tinggi. Tingginya waktu curah akan meningkatkan hasil belajar.
Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran

tidaklah efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa
setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki
sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya
aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif maka pembelajaran tersebut
tidak ubahnya seperti bermain biasa (Muslim, 2001). Muslim (2001)

mengemukakan pengertian PAKEM dari dua dimensi yaitu dimensi guru dan
dimensi siswa.
1. Dari dimensi guru:
 dalam proses belajar mengajar guru aktif dalam memantau kegiatan
belajar siswa, memberi umpan balik, mengajukan pertanyaan yang
menantang, mempertanyakan gagasan siswa,
 guru harus kreatif dalam mengembangkan kegiatan yang beragam,
membuat alat bantu atau media pembelajaran,
 pembelajaran efektif jika guru dapat mencapai tujuan pembelajaran,
 agar pembelajaran menyenangkan guru harus bisa mengemas materi
agar lebih mudah dipahami siswa, menggunakan metode
pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa dalam mengikuti
kegiatan belajar mengajar, menggunakan media pembelajaran yang
sesuai dengan materi untuk menarik perhatian siswa dalam mengikuti

kegiatan belajar mengajar.
2. Dari dimensi siswa:
 siswa harus aktif dalam bertanya, mengemukakan gagasan,
mempertanyakan gagasan orang lain dan gagasannya,
 siswa kreatif dalam menulis /merangkum, merancang atau membuat
sesuatu dan menemuakan seseatu yang baru bagi diri siswa,
 keefektifan siswa bisa dilihat dari penguasaan ketrampilan yang
dibutuhkan oleh siswa,
 pembelajaran yang menyenangkan dapat membuat siswa berani
mencoba atau berbuat, berani bertanya, berani mengemukakan
gagasan, berani mempertanyakan gagasan orang lain.
Pengertian

Menurut Budimansyah, dkk (2009:70) PAKEM adalah singkatan dari
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Aktif dimaksutkan
bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana
sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif mengajukan pertanyaan,
mengemukakan gagasan, dan mencari data dan informasi yang mereka
perlukan untuk memecahkan masalah. Kreatif dimaksudkan agar guru
menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi tingkat

kemampuan siswa. Efektif yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai
siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Sebab pembelajaran
memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Menyenangkan
adalah suasana belajar mengajar yang menyenangkan sehingga siswa
memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah
perhatiannya tinggi. Selain itu menurut Utami (2010:23) PAKEM adalah suatu
proses pembelajaran yang komunikatif dan interaktif antara sumber belajar,
pendidik dan peserta didik.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa
PAKEM adalah suatu pembelajaran dimana terjadi hubungan yang
komunikatif antar semua komponen pembelajaran sehingga mampu
menanggapi suatu permasalahan yang terjadi serta mampu mencurahkan
perhatiannya untuk belajar secara optimal.
Menurut UNESCO dalam Dasim Budimansyah, dkk (2009:38-39)
memeparkan tentang empat pilar pendidikan yang sesuai denagan
pembelajaran PAKEM yakni (1) learning to know, (2) learning to do,
(3) learning to be, dan (4) learning how to live together. Empat pilar
pendidikan tersebut memberikan indikasi bahwa hasil pendidikan dewasa ini
diarahkan untuk dapat menghasilkan manusia yang memiliki ciri-ciri manusia
paripurna sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan. (1) Learning to

know. Dalam pilar ini, belajar dimaknai sebagai upaya hanya sebatas untuk
mengetahui. Belajar ini termasuk dalam kategori sebagai belajar pada
tingkat yang rendah, yakni belajar yang lebih menekankan pada ranah
kognitif. (2) Learning to do. Dalam pilar ini, belajar dimaknai sebagai upaya
untuk membuat peserta didik bukan hanya mengetahui, tetapi lebih kepada
dapat melakukan atau mengerjakan kegiatan tertentu. Fokus pembelajaran
pada pilar ini lebih memfokuskan pada ranah psikomotorik. (3) Learning to

be. Dalam pilar ketiga ini, belajar dimaknai sebagai upaya untuk menjadikan
peserta didik sebagai dirinya sendiri. Belajar dalam konteks ini bertujuan
untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi peserta didik, sesuai
dengan minat dan bakatnya atau tipe-tipe kecerdasannya (types of
intelligence). (4) Learning how to live together. Pilar keempat ini memaknai
belajar sebagai upaya agar peserta didik dapat hidup bersama dengan
sesamanya secara damai.
Dikaitkan dengan tipe-tipe kecerdasan, maka pilar keempat ini berupaya
untuk menjadikan peserta didik memiliki kecerdasan sosial (social
intelligence). Di samping didasarkan pada upaya optimalisasi implimentasi
konsep pembelajaran, pendekatan PAKEM menurut Khaerudin
dalamhttp://www.texascollaborative.org (2009) juga didasarkan pada

sejumlah asumsi tentang apa itu belajar. Sejumlah asumsi tentang belajar
yang dimaksud, di antaranya:


Belajar adalah proses individual. Artinya kegiatan belajar tidak bisa
diwakilkan kepada orang lain, hanya orang yang bersangkutanlah yang
dapat melakukannya. Ini berarti kegiatan belajar menuntut aktivitas
orang yang sedang belajar.



Belajar adalah proses sosial. Kegiatan belajar harus dilakukan melalui
interaksi sosial dengan lingkungan sekitar. Ini berarti seseorang yang
belajar harus secara aktif berinteraksi dengan lingkungan sosialnya,
karena melalui interaksi social inilah akan diperoleh pengalaman sebagai
hasil belajar.



Belajar adalah menyenangkan. Apabila kegiatan belajar dilakukan

dengan sukarela, atas kesadaran dan kemauan sendiri, dan tanpa ada
paksaan, maka kegiatan belajar akan menyenangkan. Karena itulah,
setiap orang yang belajar harus melakukannya dengan penuh kesadaran
bahwa belajar itu yang akan membawa manfaat bagi kelangsungan
hidupnya. Dengan demikian maka kegiatan belajar benar-benar akan
menyenangkan.



Belajar adalah aktivitas yang tidak pernah berhenti. Proses belajar
akan terus berlangsung selama manusia berinteraksi dengan
lingkungannya. Pada saat seseorang berinteraksi dengan lingkungan,
apakah itu disadari ataupun tidak dan terjadi perubahan perilaku dalam
dirinya (kognitif, afektif, atau psikomotorik) maka pada dasarkan orang
tersebut telah belajar. Proses ini tidak akan pernah berhenti selama
seseorang masih hidup dan beraktivitas.



Belajar adalah membangun makna. Pada saat seseorang melakukan

kegiatan belajar, pada hakikatnya ia menangkap dan membangun makna
dari apa yang diamatinya. Hal ini sejalan dengan pembelajaran
kontekstual (contextual learning) yang mengasumsikan bahwa otak
secara alamiah mencari makna dari suatu permasalahan yang berkaitan
dengan lingkungan dimana seseorang tersebut berinteraksi.

Oleh karena itu hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan
pembelajaran PAKEM menurut Dasim Budimansyah, dkk (2009:74-76) yaitu :
1.

Memahami sifat yang dimiliki anak. Pada dasarnya anak memiliki sifat:
rasa ingin tahu dan berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang kaya,
anak orang miskin, anak Indonesia, atau anak bukan Indonesia selama
mereka normal terlahir memiliki kedua sifat itu. Kedua sifat tersebut
merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis dan
kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus
kita olah sehingga subur bagi berkembangnya kedua sifat, anugerah
Tuhan, tersebut. Suasana pembelajaran dimana guru memuji anak karena
hasil karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru
yang mendorong anak untuk melakukan percobaan, misalnya,

merupakan pembelajaran yang subur seperti yang dimaksud.

2.

Mengenal anak secara perorangan. Para siswa berasal dari lingkungan
keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam
PAKEM (Pembelajaran Aktif, Menyenangkan, dan Efektif) perbedaan
individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan
pembelajaran. Semua anak dalam kelas tidak selalu mengerjakan
kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan

belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat
dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya).
Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya bila
mendapat kesulitan sehingga belajar anak tersebut menjadi optimal.
3.

Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar. Sebagai
makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau
berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam
pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas
sesuatu, anak dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok.
Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan tugas dengan baik
bila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan mereka
untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, anak perlu
juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya
berkembang.

4.

Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan
memecahkan masalah. Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan
masalah. Hal ini memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis
untuk menganalisis masalah; dan kreatif untuk melahirkan alternative
pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif,
berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri
anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya,
antara lain dengan sering-sering memberikan tugas atau mengajukan
pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata
“Apa yang terjadi jika…” lebih baik daripada yang dimulai dengan katakata “Apa, berapa, kapan”, yang umumnya tertutup (jawaban betul hanya
satu).

5.

Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang
menarik. Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat
disarankan dalam PAKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan
untuk memenuhi ruang kelas seperti itu. Selain itu, hasil pekerjaan yang
dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan
menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Yang dipajangkan dapat berupa
hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat

berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan
sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan
siswa, dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam
pembelajaran karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu
masalah.
6.

Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Lingkungan (fisik,
sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan
belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi
juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan
sebagai sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalam
belajar. Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak selalu harus
keluar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk
menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat mengembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh
indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis,
mengklasifikasi, membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram.

7.

Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan
belajar. Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam
belajar. Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah
satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya
lebih mengungkap kekuatan daripada kelemahan siswa. Selain itu, cara
memberikan umpan balik pun harus secara santun. Hal ini dimaksudkan
agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar
selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan
memberikan komentar dan catatan. Catatan guru berkaitan dengan
pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada
hanya sekedar angka.

8.

Membedakan antara aktif fisikal dan aktif mental. Banyak guru yang
sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatan sibuk bekerja
dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok siswa
duduk duduk saling berhadapan. Keadaan tersebut bukanlah cirri dari
PAKEM. Aktif mental lebih diinginkan dari pada aktif fisikal. Sering

bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan
gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental.
Syarat perkembangannya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak
takut : takut ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi jika salah.
Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut
tersebut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya.
Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan “PAKEM” Bila
ditengok dari sejumlah teori yang tentunya berdasarkan hasil eksperimen,
kemudian dari pengalaman orang, maupun pengalaman dari penulis sendiri.
Menurut Utami (2010 : 42) manfaat dari penerapan PAKEM ini bagi siswa,
guru dan sekolah di antaranya sebagai berikut :


Pembelajaran dengan model PAKEM membuat siswa benar-benar lebih
asyik belajar, betah tinggal di kelas, karena guru tidak berperan sebagai
orang yang paling tahu, melainkan berperan sebagai fasilitator yang
dinamik dan kreatif.



Pembelajaran dengan model PAKEM memungkinkan munculnya
berbagai potensi siswa.



Pembelajaran dengan model PAKEM juga menunjukkan sisi demokratis.



Pembelajaran dengan model PAKEM membuat guru bukanlah satusatunya sumber belajar yang mutlak dan benar.



Pembelajaran dengan model PAKEM juga mendorong maksimalnya
daya serap para siswa terhadap materi pelajaran.



Pembelajaran dengan model PAKEM akan mendorong perkembangan
intelektual siswa(intellectual growth).



Pembelajaran dengan model PAKEM juga membantu perkembangan
fisik siswa (physical development).



Pembelajaran dengan model PAKEM juga dapat membangun
ketrampilan sosial siswa (building social skills).



Pembelajaran dengan model PAKEM juga akan membantu
perkembangan emosi siswa (emotional development).



Pembelajaran dengan model PAKEM juga akan mendorong
perkembangan kemampuan membaca dan berbahasa siswa (language
and literacy development).



Pembelajaran dengan model PAKEM akan menumbuhkan daya
kreativitas siswa (creativity).



Pembelajaran dengan model PAKEM juga akan mendorong anak untuk
mencintai belajar sepanjang hidupnya.



Pembelajaran dengan model PAKEM juga akan mendorong kreativitas
dan dedikasi guru.



Pembelajaran dengan model PAKEM juga mendorong keterlibatan
orang tua.

Karakteristik PAKEM
Pembelajaran PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan) adalah sebuah model pembelajaran yang memungkinkan
peserta didik mengerjakan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan
keterampilan, sikap, dan pemahaman berbagai sumber dan alat bantu
belajar termasuk pemanfaatan lingkungan supaya pembelajaran lebih
menarik, menyenangkan, dan efektif. Menurut Suparlan (2008: 70-71),
karakterisitk PAKEM, meliputi:
1.

Aktif: pembelajaran ini memungkinkan peserta didik berinteraksi
secara aktif dengan lingkungan, memanipulasi obyek-obyek yang ada di
dalamnya, dalam hal ini guru terlibat secara aktif, baik dalam
merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi proses pembelajaran.

2.

Kreatif: Pembelajaran membangun kreativitas peserta didik dalam
berinteraksi dengan lingkungan, bahan ajar dan sesama peserta didik,
utamanya dalam menghadapi tantangan atau tugas-tugas yang harus

diselesaikan dalam pembelajaran. Guru dituntut untuk kreatif, yaitu
merancang dan melaksanakan PAKEM.
3.

Efektif: Efektifitas pembelajaran akan mendongkrak kualitas hasil
bekajar peseta didik.

4.

Menyenangkan: Pembelajaran diharapkan dapat menciptakan suasana
pembelajaran yang menyenangkan, dengan didukung lingkungan aman,
bahan ajar relevan, menjamin bahwa belajar secara emosional adalah
positif, yang pada umunya hal itu terjadi ketika dilakukan bersama
dengan orang lain sebagai dorongan dan selingan humor serta istirahat
dan jeda secara teratur. Selain itu, pembelajaran akan menyenangkan
manakala secara sadar pikiran otak kiri dan kanan sadar, menantang
peserta didik berekspresi dan berfikir jauh ke depan, serta
mengonsolidasikan bahan yang sudah dipelajari dengan meninjau ulang
dalam periode-periode yang relaks.

Secara fisikal, ada beberapa ciri menonjol yang tampak dalam proses
pembelajaran dengan menggunakan PAKEM adalah sebagai berikut.
1. Mengandalkan buku sebagai satu-satunya sumber belajar. Hal ini
dilakukan dengan tujuan untuk lebih memperkaya pengalaman belajar
peserta didik. Bukan semata-mata untuk menafikan sama sekali buku
pelajaran sebagai salah satu sumber belajar peserta didik.
2. Sumber belajar yang beraneka ragam tersebut kemudian didesain
skenario pembelajarannya dengan berbagai kegiatan.
3. Hasil kegiatan belajar mengajar kemudian dipajang di tembok kelas,
papan tulis, dan bahkan ditambah dengan tali rapiah di sana-sini.
Pajangan tersebut merupakan hasil diskusi atau hasil karya
siswa.pajangan hasil karya siswa menjadi satu ciri fisikal yang dapat kita
amati dalam proses pembelajaran.
4. Kegiatan belajar mengajar bervariasi secara aktif, yang biasanya
didominasi oleh kegiatan individual dalam beberapa menit, kegiatan
berpasangan, dan kegiatan kelompok kecil antara empat sampai lima

orang, untuk mengerjakan tugas-tugas yang telah disepakati bersama,
dan salah seorang di antaranya menyampaikan (presentasi) hasil
kegiatan mereka di depan kelas. Hasil kegiatan siswa itulah yang
kemudian dipajang.
5. Dalam mengerjakan berbagai tugas tersebut, para siswa, baik secara
individual maupun secara kelompok, mencoba mengembangkan
semaksimal mungkin kreativitasnya.
6. Dalam melaksanakan kegiatannya yang beraneka ragam itu, tampaklah
antusiasme dan rasa senang siswa.
7. Pada akhir proses pembelajaran, semua siswa melakukan kegiatan
dengan apa yang disebut sebagai refleksi, yakni menyampaikan
(kebanyakan secara tertulis) kesan dan harapan mereka terhadap proses
pembelajaran yang baru saja diikutinya (Suparlan, 2008: 73).
Seperti yang dikemukakan oleh Budimansyah, dkk (2009:73) Selain ciri fisik
yang ada dalam PAKEM, ada lima karakteristik utama yang dikemukakan
oleh Utami (2010:37) dalam PAKEM, yaitu :
1.

Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan
pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan belajar melalui
berbuat.

2.

Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan
semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar
untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok
bagi siswa.

3.

Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar
yang lebih menarik dan menyediakan pojok baca.

4.

Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif,
termasuk cara belajar kelompok.

5.

Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam
pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan
melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.

Sementara itu ciri-ciri yang paling menonjol dalam PAKEM menurut Suparlan
dalam Utami (2010 : 38 ) adalah sebagai berikut :
1.

Adanya sumber belajar yang beraneka ragam.

2.

Sumber belajar yang beragam tersebut kemudian didisain skenario
pembelajarannya dengan berbagai kegiatan.

3.

Hasil kegiatan pembelajaran berupa karyakarya individu atau
kelompok siswa dipajang di kelas.

4.

Aktivitas pembelajaran bervariasi secara aktif.

5.

Dalam mengerjakan berbagai tugas, para siswa baik secara individual
maupun kelompok, mencoba mengembangkan kreativitas mereka
semaksimal mungkin.

6.

Dalam menjalankan aktivitas, terlihat antusiasme dan rasa senang
siswa.

Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Melaksanakan PAKEM
Dalam pembelajaran PAKEM terdapat empat prinsip utama dalam proses
pembelajaran: Pertama, proses Interaksi (siswa berinteraksi secara aktif
dengan guru, rekan siswa, multi-media, referensi, lingkungan dsb). Kedua,
proses Komunikasi (siswa mengkomunikasikan pengalaman belajar mereka
dengan guru dan rekan siswa lain melalui cerita, dialog atau melalui
simulasi role-play). Ketiga, proses Refleksi, (siswa memikirkan kembali
tentang kebermaknaan apa yang mereka telah pelajari, dan apa yang
mereka telah lakukan). Keempat, proses Eksplorasi (siswa mengalami
langsung dengan melibatkan semua indera mereka melalui pengamatan,
percobaan, penyelidikan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
melaksanakan PAKEM, yaitu:

1.

Memahami sifat yang dimiliki anak. Pada dasarnya anak memiliki sifat:
rasa ingin tahu dan berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang kaya,
anak orang miskin. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi
berkembangnya sikap kritis dan kreatif. Suasana pembelajaran yang
ditunjukkan dengan guru memuji anak karena hasil karyanya, guru
mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru yang mendorong
anak untuk melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran
yang subur seperti yang dimaksud.

2.

Mengenal anak secara perorangan. Para siswa berasal dari lingkungan
keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam
PAKEM, perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin
dalam kegiatan pembelajaran. Semua anak dalam kelas tidak selalu
mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan
kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat
dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya).
Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya bila
mendapat kesulitan sehingga anak tersebut belajar secara optimal.

3.

Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar. Sebagai
makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau
berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam
pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas
sesuatu, anak dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok.
Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan tugas dengan baik
bila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan mereka
untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, anak perlu
juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya
berkembang.

4.

Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan
memecahkan masalah. Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan
masalah. Hal tersebut memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif.
Kritis untuk menganalisis masalah; dan kreatif untuk melahirkan
alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan
kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada

pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah
mengembangkannya, antara lain dengan sesering-seringnya memberikan
tugas atau mengajukan pertanyaan yang terbuka. Ruang kelas yang
menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAKEM. Hasil
pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas
seperti itu. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan
memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi
bagi siswa lain. Yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan,
berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, peta,
diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Ruang
kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata
dengan baik, dapat membantu guru dalam KBM karena dapat dijadikan
rujukan ketika membahas suatu masalah.
5.

Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Lingkungan (fisik,
sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan
belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi
juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan
sebagai sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalam
belajar. Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak selalu harus
keluar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk
menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat
mengembangkan sejumlah ketrampilan seperti mengamati (dengan
seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis,
mengklasifikasikan, membuat tulisan, dan membuat gambar atau
diagram.

6.

Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan
belajar. Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam
belajar. Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah
satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya
lebih mengungkap kekuatan daripada kelemahan siswa. Selain itu, cara
memberikan umpan balik pun harus secara santun. Hal ini dimaksudkan
agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar
selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan
memberikan komentar dan catatan. Catatan guru berkaitan dengan

pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada
hanya sekedar angka.
7.

Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental. Banyak guru yang
sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatan sibuk bekerja
dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok serta
siswa duduk saling ber-hadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yang
sebenarnya dari PAKEM. Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik.
Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan
mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat
berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut,
seperti takut ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi jika
salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa
takut tersebut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari
temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan
PAKEM (Suparlan, 2008: 74-76).

Sejalan dengan prinsip di atas, yang harus diperhatikan ketika pendidik/guru
menerapkan PAKEM menurut Ismail (2008: 46-56), adalah sebagai berikut.
1. Memahami sifat peserta didik. Pada dasarnya peserta didik memiliki sifat
rasa ingin tahu atau berimajinasi. Kedua sifat ini merupakan modal dasar
bagi berkembangnya sikap/ berpikir kritis dan kreatif. Untuk itu kegiatan
pembelajaran harus dirancang menjadi lahan yang subur bagi
berkembangnya kedua sifat tersebut.
2. Mengenal peserta didik secara perorangan. Peserta didik berasal dari
latar belakang dan kemampuan yang berbeda. Perbedaan individu harus
diperhatikan harus tercemin dalam pembelajaran. Semua peserta didik
dalam kelas tidak harus selalu mengerjakan kegiatan yang sama,
melainkan berbeda sesuai dengan kecepatannya belajarnya. Peserta
didik yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk
membantu temannya yang lemah (tutor sebaya)
3. Memanfaatkan perilaku peserta didik dalam mengorganisasi belajar.
Peserta didik secara alami bermain secara berpasangan atau

berkelompok. Perilaku yang demikian dapat dimanfaatkan oleh guru
dalam pengorganisasian kelas. Dengan berkelompok akan mudah mereka
untuk berinteraksi atau bertukar pikiran.
4. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif serta mampu
memecahkan masalah. Pada dasarnya hidup adalah memecahkan
masalah, untuk itu peserta didik perlu dibekali kemampuan berpikir kritis
dan kreatif untuk menganaliasis masalah, dan kreatif untuk melahirkan
alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis pemikiran tersebut sudah ada
sejak lahir, guru diharapkan dapat mengembangkannya.
5. Menciptakan ruangan kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik.
Ruangan kelas yang menarik sangat disarankandalam PAKEM. Hasil
peserta didik sebaiknya dipajang di dalam kelas, karena dapat
memotivasi peserta didik untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan
inspirasi bagi peserta didik yang lain. Selain itu pajangan dapat juga
dijadikan bahan ketika membahas materi pelajaran yang lain.
6. Memanfaatkan lingkungan sebagai lingkungan belajar. Lingkungan (fisik,
sosial, budaya) merupakan sumber sangat kaya untuk bahan belajar
peserta didik. Lingkungan dapat berfungsi sebagai media belajar serta
objek belajar peserta didik.
7. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan.
Pemberian umpan balik dari guru kepada peserta didik merupakan
interaksi antara guru dan peserta didik. Umpan balik hendaknya lebih
mengungkapkan kekuatan dan kelebihan peserta didik dari pada
kelemahannya. Umpan balik juga harus dilakukan secara santun dan
elegan sehingga tidak meremwhkan dan menurunkan motivasi.
8. Membedakan antara aktif fisik dengan aktif mental. Dalam pembelajaran
PAKEM, aktif secara mental lebih diinginkan dari pada aktif fisik. Karena
itu, aktivitas sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain,
mengemukakan tanda-tanda aktif mental.
Penataan dan atau pengelolaan kelas dalam PAKEM perlu
mempertimbangkan enam elemenConstructivist Learning Design (CDL) yang

dikemukakan oleh Gagnon and Collay,
yaitu situation,groupings, bridge, questions, exhibit, and reflections (Ismail,
2008: 56). Situation, terkait dengan hal-hal berikut; apa tujuan episode
pembelajaran yang akan dicapai, apa yang diharapkan setelah siswa keluar
ruangan kelas, bagaimana mengetahui bahwa siswa telah mencapai tujuan,
tugas apa yang diberikan kepada siswa untuk mencapai tujuan, bagaimana
deskripsi tugas tersebut (as a process of solving problems, answering
question, creating metaphors, making decisions, drawing conclusions, or
setting goals). Grouping, dapat dilakukan berdasarkan karakteristik siswa
atau didasarkan pada karakteristik materi. Bridge, terkait dengan; aktivitas
apa yang dipilih untuk menjembatani atara pengetahuan yang telah dimiliki
siswa sebelumnya dengan pengetahuan baru yang akan dibangun
siswa. Question, pertanyaan apa yang dapat membangkitkan tiap elemen
desain (panduan pertanyan apa yang dapat mengintrodusir situasi, menata
pengelompokan, dan membangun jembatan), pertanyaan klarifikasi apa
yang digunakan untuk menengetahui cara berpikir dan aktivitas belajar
siswa. Exhibit, bagaimana siswa merekan dan memamerkan kreasi mereka
melalui demonstrasi cara berpikir mereka dalam menyelesaikan dan atau
memenuhi tugas.Reflections, bagaimana siswa melakukan refleksi dalam
menyelesaikan tugas mereka, apakah siswa ingat tentang (feeling, images,
and language of their thought), apa sikap, proses, dan konsep yang akan
dibawa siswa setelah keluar kelas (Ismail, 2008: 57-58).
Prinsip-prinsip PAKEM
Ciri-ciri atau karakteristik PAKEM adalah: Pembelajarannya mengaktifkan
peserta didik, mendorong kreativitas peserta didik dan guru,
pembelajarannya efektif, pembelajarannya menyenangkan utamanya bagi
peserta didik. Dan prinsip PAKEM antara lain:


mengalami: peserta didik terlibat secara aktif baik fisik, mental
maupun emosional



komunikasi: kegiatan pembelajaran memungkinkan terjadinya
komunikasi antara guru dan peserta diidik



interaksi: kegiatan pembelajarannyaa memungkinkan terjadinya
interaksi multi arah



refleksi: kegiatan pembelajarannya memungkinkan peserta didik
memikirkan kembali apa yang telah dilakukan (Ismail, 2008: 46-47).

Menurut John B. Biggs and Ross Telfer, dalam bukunya “The Process of
Learning”, 1987, edisi kedua, menyebutkan paling tidak ada 12 aspek dari
sebuah pembelajaran kreatif, yang harus dipahami dan dilakukan oleh
seorang guru yang baik dalam proses pembelajaran terhadap siswa, yaitu:


memahami potensi siswa yang tersembunyi dan mendorongnya untuk
berkembang sesuai dengan kecenderungan bakat dan minat mereka.



memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar meningkatkan
rasa tanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan bantuan jika
mereka membutuhkan.



menghargai potensi siswa yang lemah atau lamban dan
memperlihatkan entuisme terhadap ide serta gagasan mereka.



mendorong siswa untuk terus maju mencapai sukses dalam bidang
yang diminati dan penghargaan atas prestasi mereka.



mengakui pekerjaan siswa dalam satu bidang untuk memberikan
semangat pada pekerjaan lain berikutnya.



menggunakan kemampuan fantasi dalam proses pembelajaran untuk
membangun hubungan dengan realitas dan kehidupan nyata.



memuji keindahan perbedaan potensi, karakter, bakat dan minat serta
modalitas gaya belajar individu siswa.



mendorong dan menghargai keterlibatan individu siswa secara penuh
dalam proyek-proyek pembelajaran mandiri.



menyatakan kapada para siswa bahwa guru-guru merupakan mitra
mereka dan perannya sebagai motivator dan fasilitator bagi siswa.



menciptakan suasana belajar yang kondusif dan bebas dari tekanan
dan intimidasi dalam usaha meyakinkan minat belajar siswa.



mendorong terjadinya proses pembelajaran interaktif, kolaboratif,
inkuiri dan diskaveri agar terbentuk budaya belajar yang bermakna
(meaningful learning) pada siswa.



memberikan tes atau ujian yang bisa mendorong terjadinya umpan
balik dan semangat pada siswa untuk ingin mempelajari materi lebih
dalam.

Menurut (Hadi Mustofa, 1998) lima metode kunci untuk merancang seting
kelas yang konstruktif , yaitu:


melindungi pemelajar dari kerusakan praktik instruksional dengan
mengembangkan otonomi dan kontrol pemelajar, mendorong pengaturan
diri dan membuat instruksi secara pribadi yang relevan dengan
pemelajar.



menciptakan konteks belajar yang mendorong pengembangan otonomi
pribadi.



mengkondisikan pemelajar dengan alasan-alasan belajar dalam
aktivitas belajar.



mendorong pengaturan diri dengan pengembangan keterampilan dan
tingkah laku yang memungkinkan pemelajar meningkatkan tanggung
jawab dalam belajarnya.



mendorong kesadaran belajar dan pengujian kesalahan

Teknik Penyajian
Program belajar mandiri adalah perencanaan yang disusun secara runtut
sebagai kegiatan pokok dala PAKEM untuk memotivasi dan membelajarkan
siswa senang belajar dan berprestasi. Beberapa aplikasi dari model PAKEM
yaitu:

1.

Everyone is a teacher here (Setiap Murid sebagai guru) yaitu strategi
PAKEM yang bertujuan untuk membiasakan peserta didik untuk belajar
secara aktif dan membudayakan sikap berani bertanya, tidak minder dan
tidak takut salah. Penerapannya yaitu dengan meminta peserta didik
untuk membuat pertanyaan yang nantinya akan dijawab oleh temantemannya yang lain (Ismail, 2008: 74).

2.

Indeks card match (Mencari Jodoh Kartu Tanya jawab) yaitu strategi
PAKEM yang bertujuan untuk melatih pesrta didik agar lebih cermat dan
lebih kuat pemahannya terhadap suatu materi pokok. Penerapannya
yaitu guru membuat dua kartu yang sesuai dengan jumlah siswa
kemudian kartu tersebut dibagi dua, dikartu tersebut ditulis pertanyaan,
dan kartu yang lain ditulis jawaban. Setelah itu kartu dibagikan kepada
siswa. Siswa mencari pasangan kartu yang tepat antara pertanyaan dan
jawaban(Ismail, 2008: 81-82).

Hal-hal yang Harus diperhatikan dalam PAKEM
Melaksanakan PAKEM artinya guru dan murid secara bersama-sama
mengembangkan fisik dan mental sehingga terbiasa bertindak aktif, kreatif,
dan menyenangkan. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika
proses pembelajaran tidak efektif, sebab pembelajaran memiliki sejumlah
tujuan pembelajaran yang harus dicapai dengan baik. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam melaksanakan PAKEM sebagai berikut:
1.

Memahami sifat yang dimiliki anak

2.

Mengenal anak secara perorangan

3.

Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar

4.

Mengembangkan kemampuan berfikir kritis, kreatif, dan kemampuan
memecahkan masalah

5.

Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik

6.

Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar

7.
8.

Memberikan umpan balik untuk meningkatkan kegiatan belajar
Membedakan aktif fisik dan aktif mental. (Subdin Kurikulum Pembinaan
Pendidikan Dasar, 2003:2-3)

Penerapan PAKEM
Secara psikologis-pedagogis, penerapan PAKEM dalam proses belajar
mengajar, diyakinidan telah terbukti berdasarkan pengalaman memiliki
dampak positif terhadap penguatan hasil belajar, kesan mendalam, dan
tahan lama dalam memori peserta didik sehingga tidak mudah lupa terhadap
pengetahuan yang telah diperolehnya, atau dalam bahasa psikologi belajar
dikenal dengan istilahlong term memory. Di samping itu, dari sisi pendidik,
penerapan PAKEM dengan sendirinya akan semakin memotivasi pendidik
sebagai manager, fasilitator, motivator, inspirator, transformator, dan
pembelajaran yang memiliki learning tradition yang kuat untuk secara terus
menerus mengembangkan diri dan meningkatkan profesionalitasnya.
Indikator PAKEM
Dalam penerapan PAKEM oleh pendidik atau guru bias dilihat dan dicermati
berbagai indikasi yang muncul pada saat proses belajar mengajar
dilaksanakan. Di samping itu, pendidik juga perlu memperhatikan berbagai
prinsip ketika menerapkannya. Kriteria ada atau tidaknya pembelajaran yang
aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan di antaranya dapat dilihat pada
beberapa indikator berikut.
INDIKATOR PROSES

PENJELASAN

METODE

1. Pekerjaan Peserta
Didik (Diungkapkan
dengan bahasa/ katakata peserta didik
sendiri).

PAKEM sangat
mengutamakan agar
peserta didik
mampu berfikir,
berkata-kata, dan
mengungkap sendiri.

Guru membimbing
peserta didik dan
memajang hasil
karya nya agar dapat
saling belajar.

2. Kegiatan Peserta Didik

Bila peserta didik

Guru dan peserta

(peserta didik banyak
diberi kesempatan untuk
mengalami atau
melakukan sendiri).

mengalami atau
mengerjakan sendiri,
mereka belajar
meneliti tentang apa
saja.

didik interaktif dan
hasil pekerjaan
peserta didik
dipajang untuk
meningkatkan
motivasi.

3. Ruang Kelas (Penuh
pajangan hasil karya
peserta didik dan alat
peraga sederhana buatan
guru dan peserta didik).

Banyak yang dapat
dipajang di kelas
dan dari pajangan
hasil itu peserta
didik saling belajar.
Alat peraga yang
sering digunakan
diletakkan strategis.

Pengamatan ruangan
kelas dan dilihat apa
saja yang dibutuhkan
untuk dipajang,
dimana, dan
bagaimana
memajangnya.

4. Penataan Meja Kursi
(Meja kursi tempat
belajar peserta didik
dapat diatur secara
fleksibel).

Guru melaksanakan
kegiatan
pembelajaran
dengan berbagai
cara/metode/tehnik,
misalnya melalui
verja kelompok,
diskusi, atau
aktivitas peserta
didik secara
individual.

Diskusi kerja
kelompok, kerja
mandiri, pendekatan
individual guru
kepada murid yang
prestasinya kurang
baik, dsb.

5. Suasana Bebas
(Peserta didik memiliki
dukungan suasana bebas
untukmenyampaikan
atau mengungkapkan
pendapat).

Peserta didik dilatih
untuk
mengungkapkan
pendapat secara
bebas, baik dalam
diskusi, tulisan,
maupun kegiatan
lain.

Guru dan sesama
peserta didik
mendengarkan dan
menghargai
pendapat peserta
didik lain, diskusi,
dan kerja individu.

6. Umpan Balik Guru

Guru memberikan

Penugasan

(Guru memberi tugas
yang bervariasi dan
secara langsung memberi
umpan balik agar peserta
didik secara memperbaiki
kesalahan).

tugas yang
mendorong peserta
didik bereksplorasi;
dan guru
memberikan
bimbingan individual
atau pun kelompok
dalam hal
penyelesaian
masalah.

individual atau
kelompok;
bimbingan
langsung; dan
penyelesaian
masalah.

7. Sudut Baca (Sudut
kelas sangat baik bila
diciptakan sebagai sudut
baca untuk peserta didik)

Sudut baca diruang
kelas akan
mendorong peserta
didik gemar
membaca. (Peserta
didik didekatkan
dengan buku-buku,
jurnal, koran, dll)

Observasi kelas
diskusi, dan
pendekatan
terhadap orangtua.

8. Lingkungan Sekitar
(Lingkungan sekitar
sekolah dijadikan media
pembelajaran).

Sawah, lapangan,
pon, sungai, kantor
pos, puskesmas,
stasiun dan lain-lain
dioptimalkan
pemanfataannya
untuk pembelajaran.

Observasi
lapangan
eksplorasi, diskusi
kelompok, tugas
individual, dan
lain-lain.

Penutup
PAKEM merupakan pendekatan dalam proses belajar mengajar yang bila
diterapkan secara tepat berpeluang dapat meningkatkan dua hal, yaitu (1)
menciptakan ketertarikan bagi siswa, (2) memberikan kesempatan kepada
siswa untuk dapat berfikir dan bekerja, (3) (Suparlan, 2008: 7). Meskipun
dalam model ini siswa lebih aktif, namun guru tetap mengawasi kelas untuk
memberikan semangat, dorongan belajar dan memberikan bimbingan secara

individu/kelompok. Proses pembelajaran aktif dalam memperoleh informasi,
ketrampilan dan sikap serta perilaku positif akan terjadi melalui suatu proses
pencarian dari diri peserta didik. Hal ini akan terwujud bila peserta didik
dikondisikan sedemikian rupa sehingga berbagai tugas dan kegiatan yang
dilaksanakan dapat memotivasi mereka untuk berpikir. Dalam pembelajaran
Model PAKEM, seorang guru mau tidak mau harus berperan aktif, proaktif
dan kreatif untuk mencari dan merancang media/bahan ajar alternatif yang
mudah, murah dan sederhana, tetapi tetap memiliki relevansi dengan tema
mata pelajaran yang sedang dipelajari siswa.

DAFTAR PUSTAKA
Anitah W, Sri, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran di SD, Jakarta : Universitas
Terbuka
BSNP, 2006. Standar Isi Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Dasar. Jakarta:
Depdiknas.
Budimansyah, Dasim. dkk. 2009. PAKEM Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif,
dan Menyenangkan,Bandung: PT Genesindo
Chatarina, Tri Anni. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: IKIP Press
Dalyono, M. 1996. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Darhim. 1993. Workshop Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang
Press.
Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah. 2008. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional, Jakarta :
Kegiatan Penyusunan/ Pengembangan Kurikulum/ Bahan Ajar dan Model
Pembelajaran
Dimyati & Mudjiono, 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Djamarah, Saeful Bahri, 2005. Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif.
Jakarta: Rineka Cipta
Djamarah, Saeful Bahri, 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta
E. Mulyasa, 2006. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya

Engkoswara dan Rocham Natawidjaja. 1979. Alat Peraga dan Komunikasi
Pendidikan. Jakarta: PT Bunda Karya.
Hamalik, 2001. kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: PT. Bumi Aksara
Hamalik, 2004. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Bumi Aksara
Hamalik, Oemar. 2001. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar
berdasarkan CBSA. Jakarta: Sinar Baru Algensindo.
Hamzah, 2007. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Hartono Kasmadi, 2001.Pengembangan Pembelajaran dengan pendekatan
modelmodel pengajaran sejarah. Semarang: Prima Nugraha Pratama
Ismail, 2008. Strategi Pembelajaran Agama Islam berbasis Paikem.
Semarang: RaSAIL Media Group.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional: Balai Pustaka
Kasbolah, Kasihani, 2001. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Malang:
Universitas Negeri Malang
Max Darsono, 2000. Belajar dan pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang
Press
Moleong, J. Lexy. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Munib, 2007.Pengantar Ilmu Pendidikan: UPT Unnes Press
Muslim, Faisol. Jiyono. Masjudi. dan Bellen. 2001. Orientasi Program
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Jakarta:Unesco,-Unicef-Depdiknas.
Purwadaminta ,2002. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Salim, Agus. 2009. Edukasi, Semarang Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Semarang
Satmoko, Retno Sriningsih. 1999. Proses Belajar Mengajar II. Semarang: IKIP
Semarang Press.
Seksi Kurikulum Subdin Pembinaan Pendidikan Dasar. 2003. Pengelolaan
Kegiatan Belajar Mengajar Melalui Pendekatan PAKEM, Kontekstual, dan
Kecakapan Hidup. Semarang: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.
Sudjana, 2001. Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah
Production.
Sudjatmiko. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional
Sugeng, Hariyadi ,dkk, 2003. Psikologi Perkembangan. Semarang: UPT MKDK
Unnes

Suherman, Erman. 1994. Strategi Belajar dan Mengajar Matematika. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah.
Suparlan, dkk. 2008. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.
Bandung: PT. Genesindo
Suprayekti. 2003. Interaksi Belajar Mengajar. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning Teori & Aplikasi
PAIKEM, Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Suryanto, Adi, dkk. 2009. Evaluasi Pembelajaran di SD, Jakarta : Universitas
Terbuka
Tim Bina Karya Guru. 2003. Matematika Terampil Berhitung. Jakarta:
Erlangga.
Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Utami, Dwi Tyas. 2010. Panduan PAKEM PKn SD, Jakarta : Erlangga
Wahyuni, Baharuddin, 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: ArRuzz Media
Widja, I Gede.1989. Dasar-dasar Pengembangan Strategi Serta Metode
Pengajaran Sejarah. Jakarta: Depdikbud
Winataputra, Udin. 2008. Pembelajaran PKn di SD, Jakarta : Universitas
Terbuka

Dokumen yang terkait

Peningkatan Hasil Belajar Melalui Model Pembelajaran Aktif, Inovatif , Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM)

0 2 9

IMPLEMENTASI GURU KREATIF DAN BERKARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN AKTIF, INOVATIF, KREATIF, EFEKTIF DAN Implementasi Guru Kreatif dan Berkarakter melalui Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) Di Sekolah Menengah Kejuruan

0 3 19

IMPLEMENTASI GURU KREATIF DAN BERKARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN AKTIF, INOVATIF, KREATIF, EFEKTIF DAN Implementasi Guru Kreatif dan Berkarakter melalui Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) Di Sekolah Menengah Kejuruan

0 3 16

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN AKTIF INOVATIF KREATIF EFEKTIF DAN MENYENANGKAN DALAM IMPLEMENTASI MANAJEMEN Pengelolaan Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif Dan Menyenangkan Dalam Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Di SMP Negeri 1 Karangpandan.

0 5 12

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN AKTIF INOVATIF KREATIF EFEKTIF DAN MENYENANGKAN DALAM IMPLEMENTASI Pengelolaan Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif Dan Menyenangkan Dalam Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Di SMP Negeri 1 Karangpandan.

0 5 15

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF, INOVATIF, KREATIF, EFEKTIF, DAN MENYENANGKAN (PAIKEM) TERHADAP HASIL BELAJAR PERMAINAN BOLAVOLI.

3 11 45

Pembelajaran Aktif, Kreatif, Menyenangkan.pptx

0 0 17

Pembelajaran Aktif, Kreatif, efektif, dan Menyenangkan di SD

0 1 20

IMPLEMENTASI PENDEKATAN PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN DITINJAU DARI HASIL BELAJAR

0 0 12

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA YANG AKTIF, KREATIF, EFEKTIF, DAN MENYENANGKAN

0 0 25