Memahami Karakter Percakapan dalam Bahasa Inggris.

PENDAHULUAN
Memahami percakapan atau tuturan tidak mudah. Percakapan memiliki unsur sosial
budaya yang patut diperhatikan secara seksama. Nunan (1993) menjelaskan percakapan
memiliki nilai budaya yang berbeda dengan budaya-budaya lainnya. Sedangkan Cook (1990)
mengungkapkan jika nilai-nilai sosial memiliki peranan penting dalam memuluskan
komunikasi antar dua penutur. Untuk itulah memahami suatu percakapan tidak semata-mata
memerlukan kemampuan atau latar belakang ilmu bahasa atau linguistik, namun juga
perlunya suatu pemahaman terhadap hal-hal yang bersifat non-linguistik dalam hal ini
budaya. Terhadap pemahaman kedua hal tersebut nantinya memungkinkan adanya variasivariasi pada suatu percakapan baik dalam hal mengajukan permintaan, penawaran,
pengucapan salam, maupun bentuk percakapan lainnya. Variasi-variasi dalam percakapan
akhirnya mengembalikan dan menempatkan faktor budaya sebagai bagian penting
komunikasi.
Karenanya pemahaman terhadap karakteristik percakapan menjadi hal utama. Dengan
memahami karakteristik percakapan maka dapat dipahami pula budaya yang ada pada
penuturnya.

Pemahaman

karakteristik

percakapan


juga

sekaligus

memperlihatkan

kemampuan penutur untuk dapat berkomunikasi dengan tujuan maksimal. Pemahaman
karakteristik percakapan juga memungkinkan seseorang dapat mempelajari budaya tertentu
dalam suatu masyarakat sehingga menghindarkan adanya kesalahpahaman dalam
komunikasi. Untuk itulah dalam upaya menghindari kesalahpahaman saat berkomunikasi,
pemahaman mengenai percakapan yang terdapat dalam bahan teks pembelajaran bahasa
Inggris menjadi penting. Memahami teks percakapan dalam bentuk tertulis memudahkan
seseorang dengan budaya berbeda memahami proses percakapan yang terjadi. Secara singkat,
sesuatu yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan dalam budaya Barat dapat diamati
melalui model-model percakapan tersebut.

RUMUSAN MASALAH
Terhadap gambaran di atas maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian yang
berkaitan dengan analisa percakapan (conversation analysis) sebagai berikut. Pertama,

karakteristik - karakteristik yang terdapat pada percakapan dalam bahan teks pembelajaran
bahasa Inggris yang melibatkan sedikitnya dua penutur. Karakteristik pada analisa
percakapan (conversation analysis) memungkinkan untuk menggambarkan kelancaran atau
ketidaklancaran suatu komunikasi. Kedua, bagaimanakah karakteristik tersebut terjadi dalam
percakapan. Dengan melihat konteks percakapan yang terjadi maka akan dapat dilihat latar
belakang diterapkannya karakteristik dalam suatu percakapan.

TINJAUAN PUSTAKA
Analisa percakapan (conversation analysis) menurut Nunan (1993) menekankan pada
kemampuan seorang penutur untuk dapat menghasilkan tuturan yang dapat dipahami dan
kemampuan untuk dapat menafsirkan tuturan penutur lain. Untuk mencapai kedua
kemampuan tersebut, penekanan pada analisa percakapan lebih diutamakan pada konteks
sosial saat tuturan berlangsung. Dalam hal ini, analisa percakapan cenderung menempatkan
tradisi analisa linguistik pada tingkatan kedua setelah pengutamaan konteks sosial. Levinson
(dalam Nunan, 1993: 85) menegaskan jika bentuk dasar sebuah komunikasi adalah prototype
bahasa yang digunakan, bentuk yang pertama kali manusia ketahui tentang bahasa, dan hal
itu juga berkaitan dengan pemerolehan bahasa. Pernyataan tersebut mengindikasikan jika
komunikasi berkaitan dengan bahasa dan lingkungan sekitarnya. Selain itu, penggunaan
bahasa juga memiliki keterkaitan dengan budaya yang melatarbelakangi penutur dan tuturan.
Dengan adanya budaya yang melekat pada seorang penutur dan budaya yang menaungi

tuturan tertentu, maka dapat dipastikan jika penutur dalam melakukan tuturan mencerminkan

suatu kondisi masyarakat dengan budaya tertentu. Nunan (1993: 94) menyimpulkan jika hal
yang paling menantang dan sulit dalam suatu komunikasi terletak pada penutur kedua
dan/atau penutur asing. Mereka mengalami kesulitan untuk dapat menunjukkan kedinamisan
dan penampilan tuturan yang berbeda dari satu bahasa dengan bahasa lainnya serta satu
budaya dengan budaya lainnya.
Analisa percakapan (conversation analysis) memiliki kecenderungan berbeda dengan
analisa discourse. Yang membedakan terletak pada bagaimana orang terlibat dalam suatu
tuturan; menilai keterlibatan orang lain pada peristiwa itu, dan saat terjadinya tuturan. Cook
(1990: 52) menilai jika analisa percakapan dilakukan dengan proses bawah ke atas (bottom
up) atau mengupayakan analisa pada unit-unit terkecil yang nantinya memperlihatkan

gambaran keseluruhan. Analisa percakapan mencoba menggambarkan bagaimana seorang
penutur menguasai tuturan (turn-taking) dan pada situasi seperti apa penutur melakukan
tindakan yang melanggar proses berlangsungnya komunikasi seperti saling berbicara tanpa
menunggu penutur lain menyelesaikan tuturannya (overlap) dan penundaan tuturan (pause).
Saat kondisi untuk mengambil alih tuturan penutur lain dan penghentian tuturan,
sesungguhnya lebih berkaitan dengan budaya penutur. Variasinya akan terlihat apabila
seseorang berasal dari budaya tertentu berbicara dengan penutur lain dari budaya yang

berbeda. Dalam proses tuturan tersebut pastinya akan terjadi perbedaan sudut pandang
terhadap penghentian atau pengambilalihan tuturan. Pada situasi seperti itu, penundaan
(pause) atau pengambilalihan tuturan (overlap) terlihat bertoleransi atau tidak pada suatu
komunitas masyarakat dengan budayanya. Cook (1990: 53) mengemukakan jika dalam suatu
tuturan terdapat beberapa elemen. Elemen tersebut seperti bagaimana seseorang masuk – atau
juga keluar – dari sebuah percakapan, memberikan giliran berbicara pada penutur lain, variasi
berdasarkan pada penutur yang berujar, dan situasi tuturan saat berlangsung. Elemen-elemen

itu menjadi sangat penting dalam suatu masyarakat dibandingkan kelompok-kelompok
masyarakat lainnya.
Analisa percakapan merupakan suatu bentuk interaksi. Interaksi dapat terjadi pada
siapa saja sebagai penutur. Dalam hal proses percakapan, tuturan dapat terjadi di mana saja
dan melibatkan siapa saja. Yule (2000: 71) mengungkapkan jika seluruh aspek sosial dalam
kehidupan merupakan bentuk tuturan. Tuturan-tuturan tersebut merupakan bentuk interaksi
antar tingkatan manusia. Contohnya, seorang dokter dengan pasiennya yang melakukan
tuturan di sebuah klinik, seorang guru dengan siswanya dalam suatu kelas, atau bahkan
seorang hakim dengan terdakwa pada sebuah sidang pengadilan. Tuturan-tuturan itu tentunya
memiliki karakteristik masing-masing. Pasalnya, setiap tuturan memiliki topik dan tujuan
tertentu dari masing-masing penutur. Selain itu, tuturan juga mewakili adanya budaya dari
konteks situasi saat berlangsungnya tuturan. Karena itulah memahami karakteristik tuturan

menjadi hal yang patut dipertimbangkan dalam memahami budaya. Budaya penutur akan
tercermin pada tuturan-tuturan yang disampaikannya pada sebuah proses percakapan.
Lebih lanjut, Yule (2000) mendeskripsikan sejumlah karakteristik tuturan yang
penting. Karakteristik tuturan tersebut antara lain adanya pasangan keterkaitan (adjacency
pairs), struktur preferen (preference structure), dan penanda lain dalam percakapan. Penanda

lain dalam percakapan dapat berupa penundaan sesaat (pauses), perhentian lama (overlaps),
dan adanya penanda unsur-unsur seperti senyum, anggukan kepala, atau bentuk ekspresi
wajah yang disebut sebagai sinyal backchannel (backchannel signals).
Yule (2000: 76) menjelaskan secara detail yang dimaksud dengan pasangan
keterkaitan (adjancency pairs) sebagai bentuk keterkaitan tuturan antara penutur pertama
dengan penutur kedua. Dalam hal ini, penutur pertama mendapat respon yang sesuai dari
penutur kedua. Sederhananya, apabila seorang penutur mengucapkan salam pembuka saat

percakapan dimulai, maka menjadi kewajiban penutur kedua untuk membalas dengan ucapan
salam. Sedangkan apabila seorang penutur bertanya maka penutur lainnya akan menjawab.
Selain adanya pasangan keterkaitan (adjacency pairs), juga terdapat istilah yang
disebut dengan rangkaian selipan (insertion sequence). Bagian rangkaian selipan (insertion
sequence) masih merupakan bagian dari pasangan keterkaitan (adjacency pairs). Sesuai


dengan pengistilahannya, rangkaian selipan (insertion sequence) menurut Yule (2000: 77)
merupakan pasangan keterkaitan yang justru tidak saling terkait. Dalam hal ini tuturan
penutur pertama tidak mendapat respon semestinya dari penutur berikutnya. Hal itu sangat
mungkin terjadi dalam sebuah tuturan. Tuturan tidak selalu berjalan dengan mulus dan
komunikatif. Ada kalanya salah satu penutur justru memberikan respon tuturan yang berbeda.
Sehingga jika disimpulkan, rangkaian selipan (insertion sequence) merupakan tuturan
berbeda dari yang diharapkan oleh penutur sebelumnya.
Istilah rangkaian pinggir (side sequence) mengacu pada adanya perubahan tuturan dari
topik utama tuturan menjadi topik lain dalam tuturan. Perubahan tersebut tentunya dikaitkan
dengan kondisi dan situasi saat tuturan berlangsung. Harus dipahami jika suatu tuturan terjadi
karena adanya dua orang yang memiliki pemikiran yang searah dan mereka dapat sewaktuwaktu mengkonstruksi ulang menjadi sesuatu yang berbeda. Perubahan konstruksi tuturan
pada rangkaian pinggir (side sequence) terjadi karena kedua penutur mencoba menyesuaikan
situasi dalam mencapai tingkat komunikasi yang maksimum. Perubahan konstruksi tuturan
sama sekali tidak berkaitan dengan adanya perbedaan pemahaman salah satu penutur saat
tuturan sedang berlangsung.
Karakteristik tuturan kedua yang penting adalah struktur preferen (preference
structure). Struktur preferen (preference structure) adalah struktur dalam tuturan yang

menekankan pada respon kedua penutur yang berkaitan dengan tindakan sosial. Dalam hal
ini, Yule (2000: 78) mencirikan jika struktur preferen (preference structure) yang diterima


dalam tindakan sosial adalah bagian pertama yang berisikan tawaran atau permintaan akan
diikuti dengan bagian kedua yang berisikan penerimaan terhadap tawaran atau permintaan.
Sedangkan jika bagian kedua berisikan penolakan maka secara tindakan sosial tidak dapat
berterima. Dapat disimpulkan jika istilah struktur preferen (preference structure) ditentukan
oleh konteks sosial tuturan dan tidak mengacu pada kondisi penuturnya baik secara mental
maupun emosional.

METODE PENELITIAN
Sumber data penelitian ini diambil dari buku – buku percakapan bahasa Inggris
seperti Starting Strategies, Opening Strategies, dan Building Strategies. Pemilihan
penggunaan buku – buku tersebut adalah di dalamnya terdapat sejumlah model percakapan.
Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode simak. Dalam
hal ini peneliti menyimak tuturan - tuturan yang menjadi sumber data. Metode simak
nantinya diikuti dengan teknik membaca detail. Adapun teknik membaca detail bertujuan
untuk mengetahui kontruksi tuturan yang terjadi. Teknik kedua yang diaplikasikan pada
proses pengumpulan data adalah teknik mencatat. Percakapan yang menjadi sumber
penelitian akan dicatat dan diikuti dengan pilah. Teknik pilah diaplikasikan untuk memilah
bagian – bagian dari percakapan yang akan dianalisa. Metode analisa data yang diaplikasikan
pada penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif

mendeskripsikan data



data dari suatu

percakapan

secara

berkualitas dengan

mengaplikasikan teori – teori analisa percakapan. Teknik analisa data yang digunakan pada
penelitian ini adalah eksplikasi atau penjelasan secara deskriptif. Penjelasan secara deskriptif
bertujuan untuk menjelaskan kondisi atau keadaan saat terjadinya percakapan, hubungan
antar tuturan serta penutur, maupun konteks saat berlangsungnya percakapan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pasangan keterkaitan dalam percakapan khususnya di awal percakapan memiliki
karakteristik tertentu. Secara umum Abbs dan Freebairn (1977) menggambarkan jika

percakapan di awal berisikan salam (greeting) dan sapaan untuk menanyakan sesuatu yang
berkaitan dengan kondisi saat percakapan berlangsung (asking condition). Dalam pembukaan
suatu percakapan (opening conversation) yang lebih sering muncul adalah menanyakan
kondisi (asking condition). Pembukaan percakapan dengan menanyakan kondisi juga
bervariasi mulai dari menanyakan tempat atau kondisi suatu tempat, menanyakan kondisi
penutur, dan memberikan penawaran terhadap sesuatu kepada penutur lain.
Rod
Man

: Excuse me. Is there a bank near here?
(Maaf. Apakah ada bank di dekat sini? )
: Yes, the nearest one is in the Oak Street.
(Ya, bank yang paling dekat ada di Jalan Oak)

Pada data di atas terjadi pasangan keterkaitan (adjacency pairs) pada pembukaan
pertanyaan. Saat percakapan berlangsung terjadi proses bertanya dan menjawab yang
dilakukan oleh para penuturnya. Rod mengajukan pertanyaan excuse me, is there a bank near
here? yang berkaitan dengan menanyakan lokasi atau tempat. Karena adanya lontaran

pertanyaan dari penutur pertama, maka penutur lain memberikan jawaban. Dalam hal ini

seorang pria (man) sebagai lawan bicara memberikan jawaban yes, the nearest one is in the
Oak Street. Jawaban tersebut mengacu pada pertanyaan terhadap lokasi sebuah bank yang

ditanyakan oleh Rod. Secara sederhana konsep pasangan keterkaitan (adjacency pairs) terjadi
pada data itu. Dimana penutur pertama memberikan pertanyaan yang selanjutnya dijawab
oleh penutur kedua. Dengan topik pertanyaan mengenai lokasi sebuah bank, penutur kedua
memberikan jawaban berupa arah dari bank yang dimaksud yaitu dengan memberikan nama
sebuah jalan, the Oak Street. Dalam hal ini pertanyaan mengenai lokasi mendapatkan
jawaban yang berhubungan dengan arah dari lokasi yang ditanyakan.

Pasangan keterkaitan (adjacency pairs) juga terjadi di tengah percakapan. Dalam hal
ini yang menjadi bagian penting adalah topik yang sedang dibicarakan oleh para penutur.
Adanya pasangan keterkaitan di tengah tuturan dengan topik tertentu memastikan terjadinya
komunikasi antar penutur. Dengan begitu, adanya saling tukar menukar informasi, ide,
maupun pendapat dapat terjadi dengan baik. Pada umumnya, pasangan keterkaitan yang
terjadi di tengah percakapan berisikan saling tukar informasi. Penutur pertama menanyakan
sesuatu dan selanjutnya dijawab oleh penutur yang lain. Secara khusus, informasi yang
muncul pada pasangan keterkaitan tersebut adalah mengenai arah suatu lokasi, pendapat
tentang benda atau orang, dan kegiatan yang dilakukan oleh penutur lainnya.
Paul

Man

: And where can I buy a film for my camera?
(Dan dimana saya dapat membeli film untuk kamera saya? )
: At the chemist’s. There’s one opposite the post office.
(Di apotik. Ada satu apotik di seberang kantor pos)

Pasangan keterkaitan (adjacency pairs) di tengah percakapan juga dapat dilihat pada
data di atas. Topik yang muncul adalah menanyakan arah suatu lokasi yang mengikutsertakan
dua penutur, Paul dan Man. Paul menanyakan tempat dimana dirinya bisa membeli film
untuk kameranya dengan and where can I buy a film for my camera? Pasangan keterkaitan
terjadi saat penutur lain yaitu Man memberikan jawaban At the chemist’s. There’s one
opposite the post office. Pasangan keterkaitan terjadi ketika tuturan dalam bentuk pertanyaan
and where can I buy a film for my camera? mendapatkan jawaban at the chemist’s. There’s
one opposite the post office. Data 9 menunjukkan pasangan keterkaitan yang sederhana

melalui pertanyaan dan jawaban yang diberikan oleh masing – masing penutur.
Bagian selanjutnya berisikan pasangan keterkaitan (adjacency pairs) yang
menunjukkan terjadinya keterkaitan tuturan pada akhir percakapan. Pada umumnya, di akhir
percakapan para penutur menutup dengan ucapan perpisahan (farewell). Ucapan perpisahan
tersebut biasanya disertai ucapan terima kasih (thanking) atau ucapan lain yang terkait

pembicaraan sebelumnya. Ucapan terima kasih biasanya disampaikan penutur pada akhir
percakapan apabila terjadi proses tertentu pada percakapan sebelumnya seperti menanyakan
informasi, melihat barang – barang tertentu, dan lainnya.

Rod
Man

: Fine. Thank you very much.
(Baiklah. Terima kasih banyak)
: You’re welcome.
(Sama – sama )

Pada data di atas terjadi pasangan keterkaitan (adjacency pairs) antara Rod dan Man.
Konteks percakapan antara kedua penutur tersebut adalah Rod sedang berkunjung ke sebuah
kota dan dia memerlukan uang. Untuk itu Rod menanyakan lokasi bank yang hendak dituju
kepada seseorang (Man ). Seseorang tersebut (Man) selanjutnya memberikan Rod arah
menuju sebuah bank. Karena itulah pada bagian akhir percakapan terjadi pasangan
keterkaitan antara Rod dan Man.
Dari data di atas dapat dilihat jika Rod menyampaikan terima kasih terhadap
informasi lokasi bank yang hendak dituju. Untuk itu Rod menyatakan dengan Fine. Thank
you very much. Ucapan terima kasih tersebut selanjutnya mendapat respon dari penutur

lainnya yaitu Man dengan you’re welcome. Ekspresi you’re welcome yang disampaikan
penutur lain (Man ) merupakan respon yang wajar dan sesuai terhadap ucapan terima kasih
yang disampaikan oleh penutur sebelumnya (Rod).
Berikutnya ini merupakan pembahasan mengenai rangkaian selipan (insertion
sequence) yang terjadi saat percakapan berlangsung. Rangkaian selipan menurut Yule (2000:

77) adalah pasangan keterkaitan yang justru tidak saling berkaitan. Secara sederhana, adanya
perpindahan tuturan karena penutur lain yang tidak memberikan respon sebagaimana
mestinya dalam sebuah percakapan. Hal itu dapat dilihat jika penutur pertama mengajukan
pertanyaan maka penutur kedua seharusnya memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.

Namun, penutur kedua justru mengajukan pertanyaan lain untuk merepon tuturan penutur
pertama. Hal itu terjadi karena adanya keinginan penutur lain untuk menyampaikan suatu hal
dengan cara yang tidak langsung.

Paul
Man
Diana
Man

: I’m sorry, but where’s the post office?
(Maaf, tetapi dimanakah kantor posnya? )
: Are you strangers here?
(Kalian orang asing di sini? )
: We’re from Manchester.
(Kami dari Manchester )
: How funny! I was there last week. Well, turn left at the pizza bar
and the chemist’s is on your right.
(Betapa lucunya! Saya ada di sana minggu lalu. Baiklah, belok
kiri di bar pizza dan toko obat ada di sisi kananmu )
(data 1, plate conversation 7)

Dalam cuplikan data percakapan di atas terlihat adanya rangkaian selipan (insertion
sequence) antara Paul dan Man. Konteks percakapan adalah orang yang menanyakan suatu

tempat di suatu daerah. Dalam hal ini Paul menanyakan lokasi kantor pos kepada seseorang
(man). Dalam percakapan tersebut terjadi rangkaian selipan berupa perbedaan respon yang
dilakukan oleh penutur lain. Pada percakapan di atas, perbedaan respon terjadi ketika Paul
bertanya I’m sorry, but where’s the post office? Secara umum, tuturan yang berupa
pertanyaan sudah seharusnya direspon dengan tuturan berupa jawaban. Namun, penutur
berikutnya (man) justru memberikan pertanyaan berbeda dengan are you stranger here? Pola
pada umumnya adalah jika seseorang bertanya lokasi maka jawaban yang diberikan adalah
petunjuk lokasi suatu tempat dan bagaimana cara mencapainya. Sedangkan tuturan are you
stranger here? lebih mengharapkan kepada jawaban yes atau no. Pada cuplikan percakapan

di atas Paul justru menjelaskan dirinya dengan memberikan respon we’re from Manchester.
Perbedaan respon yang diberikan oleh penutur lain menunjukkan adanya rangkaian selipan
(insertion sequence). Rangkaian selipan yang terjadi akibat adanya tuturan pertanyaan yang
diberikan respon dengan tuturan pertanyaan juga. Padahal, secara umum tuturan pertanyaan

seharusnya mendapat respon tuturan jawaban. Dalam hal ini ujaran Paul dengan I’m sorry,
but where’s the post office? sudah seharusnya mendapatkan jawaban arah menuju ke kantor

pos. Tetapi, penutur lainnya (man) justru berbalik memberikan pertanyaan sebagai responnya
dengan are you strangers here? Dengan adanya perbedaan respon pada cuplikan di atas maka
dapat dikatakan terjadi rangkaian selipan (insertion sequence) antara Paul dan Man.
Selanjutnya adalah bahasan mengenai rangkaian pinggir (side sequence) dalam
percakapan. Adapun yang dimaksud dengan rangkaian pinggir adalah rangkaian percakapan
yang terjadi akibat adanya perubahan topik dari satu topik utama kepada topik utama lainnya.
Dalam hal ini Cook (1990: 54 – 55) menjelaskan jika perubahan terjadi karena adalah kondisi
dan situasi yang harus disesuaikan saat tuturan berlangsung. Dalam hal ini yang patut untuk
dipahami adalah percakapan terjadi antar dua penutur dengan pemikiran searah, namun
sewaktu – waktu mereka dapat merekonstruksi ulang tuturan atau percakapan yang terjadi.

Diana

Vince

Diana

: My daughter is nine. She’s called Delia. We’ve only got one. My
husband is looking after her.
(anak perempuan saya berusia Sembilan tahun. Dia dipanggil Delia.
Kami hanya mempunyai satu anak. Suami saya yang mengurusnya )
: Look. Paul and Joanne are already there. Can you see them? They’re
sitting outside the pub.
(lihat. Paul dan Joanne sudah ada di sana. Kamu bisa melihat
mereka? Mereka duduk di luar pub)
: Yes, it’s quite hot now, but it was cold this morning.
(Ya, sekarang cuacanya agak sedikit panas, tetapi pagi ini dingin )

Data di atas berisikan rangkaian pinggir (side sequence) pada cuplikan percakapan
yang terjadi antara Diana dan Vince. Rangkaian pinggir yang terjadi adalah saat topik
pembicaraan berubah di antara kedua penutur tersebut. Perubahan terjadi ketika Diana
menjelaskan tentang kondisi keluarganya namun diberikan respon oleh Vince dengan topik
berbeda. Vince justru mengalihkan percakapan dengan topik pada teman – teman mereka
yang sudah berada di pub. Dalam hal ini ujaran Diana my daughter is nine. She’s called
Delia. We’ve only got one. My husband is looking after her merupakan ujaran yang berisikan

penjelasan tentang keluarganya. Topik keluarga yang menjadi topik pada awal percakapan
justru berubah menjadi topik yang berkaitan dengan teman – teman mereka di pub. Hal itu
terlihat dari ujaran Vince setelah Diana menjelaskan kondisi keluarganya. Vince justru
memberikan respon look. Paul and Joanne are already there. Can you see them? They’re
sitting outside the pub yang merupakan topik berbeda dari ujaran Diana sebelumnya. Untuk

itulah terjadi rangkaian selipan (insertion sequence) pada data di atas yang mengacu pada
perubahan topik pembicaraan. Perubahan tersebut terjadi karena topik sebelumnya adalah
keluarga namun berubah kepada teman – teman mereka di pub.
Bagian selanjutnya membahas mengenai variasi – variasi ekspresi pada rangkaian
awal tuturan (pre-sequence) pada percakapan. Cook (1990: 56) menjabarkan dalam
percakapan terdapat sejumlah ekspresi yang digunakan untuk menarik perhatian penutur –
penutur yang lain. Bagian ini membahas ekspresi pada rangkaian awal tuturan (pre-sequence)
yang digunakan untuk menarik perhatian penutur lainnya.

Rod
Man

: I see – walk down Birch Street, turn right at the traffic lights into
Oak Street and it’s at the end of Oak Street on the right.
: That’s it. You can’t miss it. It’s the Midland Bank.

Pada cuplikan data di atas di atas memiliki karakteristik ekspresi pada rangkaian awal
tuturan (pre-sequence). Ekspresi tersebut dapat dilihat pada tuturan Man that’s it. Ekspresi
that’s it menunjukkan adanya kesepahaman dengan ujaran penutur sebelumnya. Secara
sederhana, ekspresi that’s it mengacu pada pembenaran terhadap ujaran yang disampaikan
oleh penutur sebelumnya. Dalam cuplikan percakapan di atas Man sebagai seseorang yang
memberi arah menuju Bank Midland membenarkan pengulangan informasi arah yang sudah
diberikan penutur sebelumnya, Rod. Rod yang menanyakan arah Bank Midland mengulangi
informasi arah dari seseorang (Man). Mengingat informasi yang diulang benar dan sesuai,
Man membenarkan dengan ekspresi that’s it. Selain itu dia juga menambahkan dengan

pernyataan you can’t miss it. It’s the Midland Bank. Sehingga secara keseluruhan ekspresi
that’s it bertujuan untuk menarik perhatian penutur yang sekaligus membenarkan
pengulangan pernyataan penutur sebelumnya.

SIMPULAN
Dari pembahasan pada bagian sebelumnya diperoleh kesimpulan yaitu karakteristik –
karakteristik percakapan yang muncul pada analisa data antara lain pasangan keterkaitan
(adjacency pairs), rangkaian selipan (insertion sequence), rangkaian pinggir (side sequence),
dan rangkaian awal awal tuturan (pre-sequence). Karakteristik – karakteristik tersebut
memiliki keunikan tersendiri seperti pasangan keterkaitan yang terjadi di awal, tengah, dan
akhir percakapan. Pada umumnya, karakteristik pasangan keterkaitan memiliki variasi dalam
penggunaannya

saat

berkomunikasi.

Sedangkan

rangkaian

selipan

mempunyai

kecenderungan perpindahan tuturan karena tiadanya respon yang sesuai. Sementara itu,
rangkaian pinggir lebih menekankan pada perpindahan topik komunikasi karena adanya
kontek situasi yang berbeda.
Karakteristik – karakteristik tersebut muncul karena adanya variasi dalam
komunikasi. Meskipun secara pengetahuan dan pemahaman masing – masing penutur telah
mengetahui arah dan tujuan sebuah percakapan, namun perlu adanya karakteristik tertentu
dalam komunikasi. Karakteristik itu terjadi karena adanya perubahan topik pembicaraan dan
konteks percakapan yang memaksakan suatu percakapan harus berubah topik atau ide. Secara
umum dapat dilihat bahwa karakteristik percakapan terjadi karena adanya saling pemahaman
dan pengetahuan dalam suatu komunikasi.

DAFTAR PUSTAKA
Cook, Guy. 1990. Discourse. Oxford: Oxford University Press.

Halliday, M.A.K. 1994. Spoken and Written Language. Victoria: Deakin University.
Mahsun, M.S., Prof. Dr. 2005. Metode Penelitian Bahasa, Tahapan strategi, metode, dan
tekniknya . Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Nunan, David. 1993. Discourse Analysis. London: Penguin English.
Schiffrin, Deborah. 1994. Approaches to Discourse. Massachusetts: Blackwell
Publishers.
Yule, George. 2000. Pragmatics. Oxford: Oxford University Press.