Khasiat Daun Beluntas (Pluchea indica less) Dalam Menghilangkan Bau Badan.

(1)

iv

Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

KHASIAT DAUN BELUNTAS (Pluchea indica less) DALAM MENGHILANGKAN BAU BADAN

Prawendra Eka Putra, 2011

Pembimbing I: Sri Nadya Saanin, dr., M.Kes

Pembimbing II: Diana Aprilia Bahartresna, dr., M.Kes

Latar Belakang Seiring dengan pesatnya kemajuan Ilmu Pengetahuan, para ahli obat-obatan telah mengembangkan pengobatan tradisional, sehingga cukup banyak tumbuhan obat berkhasiat dari lingkungan sekitar kita yang dapat diolah menjadi obat mujarab, contohnya tanaman beluntas (Pluchea indica less).

Tujuan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui khasiat daun beluntas dalam menghilangkan bau badan.

Metode Penelitian ini bersifat eksperimental sungguhan, dilakukan pada 20 orang laki-laki usia 18-40 tahun, dilakukan pengukuran bau badan, sebelum dan setelah meminum daun beluntas. Analisis data menggunakan Wilcoxon Signed Ranks Test dengan α = 0,05.

Hasil Bau badan yang tercium setelah minum daun beluntas berkurang dibandingkan dengan bau badan yang tercium sebelum minum daun beluntas, pada hari pertama dan ketiga didapatkan nilai p < 0,01 (sangat signifikan). Pada hari pertama dan kedua didapatkan nilai p < 0,01 (sangat signifikan).

Kesimpulan Daun beluntas menghilangkan bau badan. Kata kunci: daun beluntas, bau badan.


(2)

v ABSTRACT

THE EFFICACY OF BELUNTAS (Pluchea indica less) LEAF TO REMOVE BODY ODOR

Prawendra Eka Putra, 2011

First Tutor : Sri Nadya Saanin, dr., M.Kes

Second Tutor : Diana Aprilia Bahartresna, dr., M.Kes

Background Along with the rapid advancement of science, the experts have developed traditional medicine, so quite a lot of medicinal plants from environment around us which can be processed into a panacea, for example beluntas plants.

Objectives This research was performed to determine the efficacy

of the beluntas leaf to eliminate body odor.

Methods The characteristic of this research is a true experimental study was performed on 20 men aged 18-40 years old, the body odor measurements were taken before and after drinking beluntas leaf. Analysis data using Wilcoxon

Signed Ranks Test with α = 0.05.

Results Body odor that smells after drinking beluntas leaf reduced compared with body odor smell before drinking beluntas leaf, where on the first day and the third obtained p value < 0,01 (highly significant). On the first day and both obtained the p value < 0,01 (highly significant).

Conclusions Beluntas leaf eliminate body odor. Key words: beluntas leaf, body odor.


(3)

vi

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 1

1.3Tujuan Penelitian ... 1

1.4Manfaat Penelitian ... 2

1.4.1 Manfaat Akademis ... 2

1.4.2 Manfaat Praktis ... 2

1.5Kerangka Pemikiran ... 2

1.6Hipotesis Penelitian ... 5

1.7Tempat dan Waktu Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Beluntas ... 6

2.1.1 Deskripsi Tanaman... 6

2.1.2 Sifat dan Khasiat ... 7

2.1.3 Kandungan Bahan Aktif ... 7

2.1.4 Cara Pemakaian... ... 12

2.2 Bau Badan ... 13


(4)

vii

2.3.1 Regio Axilla ... 15

2.4 Histologi ... 20

2.4.1 Kulit ... 20

2.4.1.1Fungsi Kulit... ... 21

2.4.1.2Kulit Tebal... ... 21

2.4.1.3Kulit Tipis... ... 25

2.4.2 Sistem Pigmentasi ... 26

2.4.3 Glandula Sudorifera... ... 27

2.4.3.1 Pars Sekretoria... ... 27

2.4.3.2 Duktus Ekskretorius... .... 28

2.4.4 Glandula Sebacea... ... 28

2.4.5 Rambut / Pilus ... 29

2.5 Fisiologi ... 30

2.5.1 Berkeringat dan Pengaturannya oleh Sistem Saraf Otonom ... 30

2.5.2 Mekanisme Sekresi Keringat ... 30

2.6 Bakteri ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bahan dan subjek penelitian ... 34

3.1.1 Alat Penelitian ... 34

3.1.2 Bahan Penelitian ... 34

3.1.3 Subjek Penelitian ... 34

3.2 Metode Penelitian ... 35

3.2.1 Desain Penelitian ... 35

3.2.2 Variabel Penelitian ... 35

3.2.3 Definisi Operasional Variabel ... 35

3.2.4 Prosedur Kerja ... 35

BAB IV HASIL, PEMBAHASAN, DAN PENGUJIAN HIPOTESIS 4.1 Hasil penelitian dan Pembahasan ... 37


(5)

viii

Universitas Kristen Maranatha BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ... 40

5.2 Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41

LAMPIRAN ... 43


(6)

ix

DAFTAR TABEL

Table 4.1 Data Dasar ... 37 Table 4.2 Hasil Pengolahan Data ... 38


(7)

x

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.5.1 Proses Terjadinya Bau Badan ... 3 Gambar 1.5.2 Mekanisme Kerja Daun Beluntas Terhadap Bau Badan ... 4 Gambar 2.1 Daun Beluntas ... 6


(8)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Persetujuan Subjek Penelitian ... 43 Lampiran 2 Foto – Foto ... 44


(9)

43 Universitas Kristen Maranatha Lampiran 1. Persetujuan Subjek Penelitian

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN

(INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini:

N a m a :

U s i a :

Alamat :

Pekerjaan :

No. KTP/lainnya:

Dengan sesungguhnya menyatakan bahwa:

setelah mendapat keterangan sepenuhnya menyadari, mengerti, dan memahami tentang tujuan, manfaat dan risiko yang mungkin timbul dalam penelitian, serta sewaktu-waktu dapat mengundurkan diri dari keikut sertaannya, maka saya setuju ikut serta dalam penelitian yang berjudul:

Khasiat Daun Beluntas dalam Menghilangkan Bau Badan

Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sesungguhnya dan tanpa paksaan.

Bandung,

Mengetahui, Yang menyatakan

Penanggung jawab penelitian, Peserta penelitian,

( Prawendra Eka Putra ) ( )

*) Surat pernyataan persetujuan penelitian/uji klinik

Lampiran 2. Foto – Foto


(10)

(11)


(12)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian

Dewasa ini penelitian dan pengembangan tumbuhan obat baik di dalam maupun di luar negeri berkembang pesat. Penelitian terutama berkembang dalam segi farmakologi maupun fitokimianya berdasarkan indikasi tumbuhan obat yang telah digunakan oleh sebagian masyarakat dengan khasiat yang teruji secara empiris (Dalimartha, 1999).

Penggunaan obat herbal semakin sering karena selain terjangkau oleh masyarakat baik dari segi harga maupun ketersediaannya, hasil penelitian modern juga menunjukkan bahwa obat herbal memang terbukti efektif bagi kesehatan dan tidak terlalu menyebabkan efek samping seperti obat kimia. Berbagai tanaman diantaranya daun sirih, daun beluntas, daun kemangi, rimpang temulawak, bunga kecombrang, jeruk purut, jeruk nipis, jahe, mentimun dan cengkeh dapat digunakan sebagai penghilang bau badan (Dalimartha, 1999) (Anonymous2, 2011).

Bau badan dapat mempengaruhi aktivitas kita sehari-hari terutama dalam hal kepercayaan diri dalam berinteraksi dengan lingkungan. Pada beberapa individu bau badan tidak dapat dihilangkan hanya dengan mandi. Sehingga diperlukan berbagai bahan untuk penghilang bau.

1.2Identifikasi Masalah

Apakah daun beluntas menghilangkan bau badan.

1.3Tujuan Penelitian


(13)

2

Universitas Kristen Maranatha 1.4Manfaat Penelitian

1.4.1Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai sejauh mana pengaruh daun beluntas terhadap bau badan.

1.4.2Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat memberi informasi kepada mahasiswa pada khususnya dan masyarakat pada umumnya akan khasiat daun beluntas dalam menghilangkan bau badan.

1.5Kerangka Pemikiran

Keringat dihasilkan oleh dua kelenjar, yaitu kelencar accrine dan kelenjar apocrine. Kelenjar accrine memproduksi keringat bening dan tidak berbau yang dikeluarkan sejak bayi, dan biasanya muncul di tangan, punggung, serta dahi. Sedangkan kelenjar apocrine terdapat di tempat-tempat tertentu, terutama di daerah perakaran rambut, seperti ketiak, kemaluan, dan di dalam hidung. Kelenjar apocrine bersifat aktif setelah masa pubertas.

Kelenjar accrine mengeluarkan cairan yang banyak mengandung air dan tidak berbau. Cairan tersebut berfungsi menurunkan kondisi tubuh pada waktu tertentu. Sedangkan kelenjar apocrine mengandung asam lemak jenuh dengan cairan lebih kental dan berminyak.

Sebenarnya, cairan yang dihasilkan oleh kelenjar apocrine hanya berbau

lemak. Namun, karena di setiap helai rambut terdapat satu

apocrine dan mengandung bakteri yang berperan dalam proses pembusukan,

maka timbullah bau badan yang tak sedap. Terkadang ada

orang yang mempunyai kelenjar apocrine lebih besar, sehingga produksi keringatnya lebih besar dan pembusukan bakterinya juga lebih banyak (Anonymous2, 2011).


(14)

3

Universitas Kristen Maranatha Gambar 1.1 Proses Terjadinya Bau Badan

(Anonymous2, 2011)

Daun beluntas memiliki sifat antimikroba (Purnomo, 2001) (Sumitro, 2002). Khasiat daun beluntas diduga diperoleh dari kandungan kimia yang terdapat di dalamnya, seperti minyak atsiri, dan flavonoid (Hariana, 2006).

Kandungan flavonoid dalam daun beluntas memiliki aktifitas antibakteri terhadap Staphylococcus sp, Propionobacterium sp dan Corynebacterium, yaitu bakteri-bakteri yang menimbulkan bau tidak sedap pada tubuh manusia. Di dalam flavonoid terkandung suatu senyawa fenol. Fenol merupakan suatu alkohol yang bersifat asam sehingga disebut juga asam karbolat (Purnomo, 2001).

Terdapatnya lapisan protein pada permukaan bakteri menyebabkan zat antibakteri kesulitan melakukan penetrasi ke dalam sel bakteri. Pertumbuhan sel bakteri dapat terganggu oleh komponen fenol yang terdapat pada daun beluntas. Fenol memiliki kemampuan untuk mendenaturasikan protein dan merusak membran sel. Fenol berikatan dengan protein melalui ikatan hidrogen sehingga mengakibatkan kerusakan struktur protein. Sebagian besar struktur dinding sel dan membrane sitoplasma bakteri mengandung protein dan lemak (Rahayu, 2000). Ketidakstabilan pada dinding sel dan membran sitoplasma bakteri menyebabkan fungsi permeabilitas selektif, fungsi pengangkutan aktif,

Minyak Atsiri dan Fenol Keringat Proses Pembusukan Asam Lemak Jenuh Kelenjar

Apocrine Flora Kulit

Bau Badan Axilla,


(15)

4

Universitas Kristen Maranatha pengendalian susunan protein sel bakteri terganggu. Gangguan integritas sitoplasma berakibat pada lolosnya makromolekul, dan ion dari sel. Sel bakteri kehilangan bentuknya sehingga lisis. Persenyawaan fenolat bersifat bakteriostatik atau bakterisid tergantung dari konsentrasinya (Pelczar dan Chan, 1988).

Kandungan minyak atsiri daun beluntas mengandung benzil alkohol, benzil asetat, eugenol dan linolol. Benzil alkohol merupakan suatu turunan alkohol yang memiliki aktifitas antibakteri. Alkohol memiliki sifat pelarut lemak yang mendenaturasikan protein secara dehidrasi sehingga membran sel akan rusak dan terjadi inaktivasi enzim-enzim. Eugenol merupakan turunan fenol. Cara kerja eugenol hampir sama dengan fenol (Rasmehuli, 1986) (Binarupa Aksara, 1993).

Secara ringkas mekanisme kerja daun beluntas terhadap bau badan disajikan pada Gambar 1.2.

Gambar 1.2 Mekanisme Kerja Daun Beluntas Terhadap Bau Badan (Pelczar dan Chan, 1988; Rahayu, 2000; Hariana, 2006)

Inaktivasi enzim-enzim bakteri Mendenaturasi protein & merusak membrane sel Benzil Alkohol Minyak Atsiri Turunan Fenol Eugenol Daun Beluntas Permeabilitas selektif, pengendalian susunan protein terganggu Struktur protein rusak Fenol Flavonoid Gangguan integritas sitoplasma Bakteri lisis Lolosnya makromolekul dan ion dari sel


(16)

5

Universitas Kristen Maranatha 1.6Hipotesis Penelitian

Daun beluntas menghilangkan bau badan.

1.7 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Gratia 2, Jln. Surya Sumantri 48 Bandung.


(17)

40

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Daun beluntas menghilangkan bau badan.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disarankan beberapa hal, yaitu:

1. Daun beluntas dapat digunakan sebagai alternatif penghilang bau badan yang dapat digunakan oleh segala kalangan.

2. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk melihat jumlah efektif, efek samping serta manfaat lain dari daun beluntas.


(18)

41

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous1. 2011. Bau Badan.

http://id.wikipedia.org. 3 Maret 2011.

Anonymous2. 2011. Bau Badan Bikin Ngga Nyaman

http://www.dechacare.com/Bau-Badan-Bikin-Ngga-Nyaman-I32.html. 15

Januari 2011.

Binarupa Aksara. 1994. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta. Hal. 41 – 42.

Daniel Mangoting, Imang Irawan, Said Abdullah. 2005. Tanaman Lalap Berkhasiat Obat, Cetakan 1. Jakarta : Penebar Swadaya. Hal. 17-19.

Drake RL., Wayne V., Mitchell AWM. 2005. Gray’s Anatomy for Students. Philadelphia : Churchill Livingstone.

Gartner L.P., Hiatt J.L. 2006. Color Atlas of Histology, 4th ed. Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia.

Guyton A.C., Hall J.E., 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC. Hal 1145-1146.

Hariana, A. 2006. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya, Seri 1. Jakarta : Penebar Swadaya.

Jawetz., Melnick., Adelberg. 2004. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 23. Jakarta. Koensoemardiyah. 2010. A to Z Minyak Atsiri Untuk Industri Makanan,

Kosmetik, dan Aromaterapi. Edisi I. Jakarta : Andi Publisher.

Moore K.L., Dalley A.F., 1999. Clinically Oriented Anatomy, 4th ed. Philadelphia

: Lippincott Williams & Wilkins Company.

Medicinal Herb Index In Indonesia (Second Edition) atau Indeks Tumbuh-Tumbuhan Obat di Indonesia (Edisi Kedua); Jakarta : PT. Eisai Indonesia; 1995; hal 225 – 226.

Pelczar, J. Michael dan Chan, E. C. S. 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi 2. Jakarta : Penerbit UI Press.

Purnomo, M. 2001. Isolasi Flavonoid dari Daun Beluntas (Pluchea indica Less) yang Mempunyai Aktivitas Antimikroba Terhadap Penyebab Bau keringat secara Bioutografi (Thesis). Surabaya : Universitas Airlangga.


(19)

42

42

Universitas Kristen Maranatha Rahayu, P. Winiati. 2000. Aktivitas Antimikroba Bumbu Masakan Traditional Hasil Olahan Industri Terhadap Bakteri Patogen dan Perusak. Vol 11 (2). Buletin Teknologi dan Industri Pangan.

Rasmehuli. 1986. Pemeriksaan Minyak Atsiri dan Flavonoid dari Daun Beluntas (Pluchea indica less). ITB. Bandung.

Roth, Herman. 1998. Analisis Farmasi. Bandung: Gajah Mada University Press. Setiawan Dalimartha. 2005. Tanaman Obat di Lingkungan Sekitar, Cetakan I.

Jakarta: Puspa Swara, Anggota Ikapi; hal 5.

Setiawan Dalimartha. 1999. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid 1. Jakarta : Trubus Agriwidya, Anggota Ikapi.


(1)

3

Gambar 1.1 Proses Terjadinya Bau Badan (Anonymous2, 2011)

Daun beluntas memiliki sifat antimikroba (Purnomo, 2001) (Sumitro, 2002). Khasiat daun beluntas diduga diperoleh dari kandungan kimia yang terdapat di dalamnya, seperti minyak atsiri, dan flavonoid (Hariana, 2006).

Kandungan flavonoid dalam daun beluntas memiliki aktifitas antibakteri terhadap Staphylococcus sp, Propionobacterium sp dan Corynebacterium, yaitu bakteri-bakteri yang menimbulkan bau tidak sedap pada tubuh manusia. Di dalam flavonoid terkandung suatu senyawa fenol. Fenol merupakan suatu alkohol yang bersifat asam sehingga disebut juga asam karbolat (Purnomo, 2001).

Terdapatnya lapisan protein pada permukaan bakteri menyebabkan zat antibakteri kesulitan melakukan penetrasi ke dalam sel bakteri. Pertumbuhan sel bakteri dapat terganggu oleh komponen fenol yang terdapat pada daun beluntas. Fenol memiliki kemampuan untuk mendenaturasikan protein dan merusak membran sel. Fenol berikatan dengan protein melalui ikatan hidrogen sehingga mengakibatkan kerusakan struktur protein. Sebagian besar struktur dinding sel dan membrane sitoplasma bakteri mengandung protein dan lemak (Rahayu, 2000). Ketidakstabilan pada dinding sel dan membran sitoplasma bakteri menyebabkan fungsi permeabilitas selektif, fungsi pengangkutan aktif,

Minyak Atsiri dan Fenol Keringat

Proses Pembusukan Asam Lemak

Jenuh Kelenjar

Apocrine Flora Kulit

Bau Badan Axilla,


(2)

4

Universitas Kristen Maranatha pengendalian susunan protein sel bakteri terganggu. Gangguan integritas sitoplasma berakibat pada lolosnya makromolekul, dan ion dari sel. Sel bakteri kehilangan bentuknya sehingga lisis. Persenyawaan fenolat bersifat bakteriostatik atau bakterisid tergantung dari konsentrasinya (Pelczar dan Chan, 1988).

Kandungan minyak atsiri daun beluntas mengandung benzil alkohol, benzil asetat, eugenol dan linolol. Benzil alkohol merupakan suatu turunan alkohol yang memiliki aktifitas antibakteri. Alkohol memiliki sifat pelarut lemak yang mendenaturasikan protein secara dehidrasi sehingga membran sel akan rusak dan terjadi inaktivasi enzim-enzim. Eugenol merupakan turunan fenol. Cara kerja eugenol hampir sama dengan fenol (Rasmehuli, 1986) (Binarupa Aksara, 1993).

Secara ringkas mekanisme kerja daun beluntas terhadap bau badan disajikan pada Gambar 1.2.

Gambar 1.2 Mekanisme Kerja Daun Beluntas Terhadap Bau Badan (Pelczar dan Chan, 1988; Rahayu, 2000; Hariana, 2006)

Inaktivasi enzim-enzim bakteri Mendenaturasi protein & merusak membrane sel Benzil Alkohol Minyak Atsiri Turunan Fenol Eugenol Daun Beluntas Permeabilitas selektif, pengendalian susunan protein terganggu Struktur protein rusak Fenol Flavonoid Gangguan integritas sitoplasma Bakteri lisis Lolosnya makromolekul dan ion dari sel


(3)

5

1.6Hipotesis Penelitian

Daun beluntas menghilangkan bau badan.

1.7 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Gratia 2, Jln. Surya Sumantri 48 Bandung.


(4)

40

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Daun beluntas menghilangkan bau badan.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disarankan beberapa hal, yaitu:

1. Daun beluntas dapat digunakan sebagai alternatif penghilang bau badan yang dapat digunakan oleh segala kalangan.

2. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk melihat jumlah efektif, efek samping serta manfaat lain dari daun beluntas.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous1. 2011. Bau Badan.

http://id.wikipedia.org. 3 Maret 2011.

Anonymous2. 2011. Bau Badan Bikin Ngga Nyaman

http://www.dechacare.com/Bau-Badan-Bikin-Ngga-Nyaman-I32.html. 15 Januari 2011.

Binarupa Aksara. 1994. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta. Hal. 41 – 42.

Daniel Mangoting, Imang Irawan, Said Abdullah. 2005. Tanaman Lalap Berkhasiat Obat, Cetakan 1. Jakarta : Penebar Swadaya. Hal. 17-19.

Drake RL., Wayne V., Mitchell AWM. 2005. Gray’s Anatomy for Students.

Philadelphia : Churchill Livingstone.

Gartner L.P., Hiatt J.L. 2006. Color Atlas of Histology, 4th ed. Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia.

Guyton A.C., Hall J.E., 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC. Hal 1145-1146.

Hariana, A. 2006. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya, Seri 1. Jakarta : Penebar Swadaya.

Jawetz., Melnick., Adelberg. 2004. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 23. Jakarta.

Koensoemardiyah. 2010. A to Z Minyak Atsiri Untuk Industri Makanan, Kosmetik, dan Aromaterapi. Edisi I. Jakarta : Andi Publisher.

Moore K.L., Dalley A.F., 1999. Clinically Oriented Anatomy, 4th ed. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins Company.

Medicinal Herb Index In Indonesia (Second Edition) atau Indeks Tumbuh-Tumbuhan Obat di Indonesia (Edisi Kedua); Jakarta : PT. Eisai Indonesia; 1995; hal 225 – 226.

Pelczar, J. Michael dan Chan, E. C. S. 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi 2. Jakarta : Penerbit UI Press.

Purnomo, M. 2001. Isolasi Flavonoid dari Daun Beluntas (Pluchea indica Less) yang Mempunyai Aktivitas Antimikroba Terhadap Penyebab Bau keringat secara Bioutografi (Thesis). Surabaya : Universitas Airlangga.


(6)

42

42

Universitas Kristen Maranatha Rahayu, P. Winiati. 2000. Aktivitas Antimikroba Bumbu Masakan Traditional Hasil Olahan Industri Terhadap Bakteri Patogen dan Perusak. Vol 11 (2). Buletin Teknologi dan Industri Pangan.

Rasmehuli. 1986. Pemeriksaan Minyak Atsiri dan Flavonoid dari Daun Beluntas (Pluchea indica less). ITB. Bandung.

Roth, Herman. 1998. Analisis Farmasi. Bandung: Gajah Mada University Press.

Setiawan Dalimartha. 2005. Tanaman Obat di Lingkungan Sekitar, Cetakan I. Jakarta: Puspa Swara, Anggota Ikapi; hal 5.

Setiawan Dalimartha. 1999. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid 1. Jakarta : Trubus Agriwidya, Anggota Ikapi.