Analisis Determinan Kepatuhan dan Strategi Peningkatan Kepatuhan Pembayaran Iuran Pada Peserta JKN Non PBI Mandiri di Kota Denpasar.

(1)

$

$

(

)

* +

*

,

!

"

!

# !

"


(2)

Penelitian sebagai salah satu dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, merupakan salah satu wujud kontribusi akademisi terhadap pembangunan nasional. Penelitian yang berjudul

bertujuan untuk memberikan masukan bagi pengembangan program Jaminan Kesehatan Nasional yang saat ini telah memasuki tahun kedua dalam implementasinya.

Penelitian ini merupakan penelitian kerjasama antara Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Univesitas Udayana dengan Grup Penelitian dan Pengembangan BPJS Kesehatan sehingga keberhasilan pelaksanaan penelitian ini tidak terlepas dari kerjasama yang baik dari kedua belah pihak. Kami tim peneliti berterima kasih kepada BPJS Kesehatan, Universitas Udayana serta seluruh informan yang telah bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.

Laporan ini kami buat sebagai salah satu bentuk diseminasi hasil penelitian yang telah dilakukan selama kurang lebih dua bulan di Kota Denpasar. Kami menyadari bahwa laporan ini tidak lepas dari kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan masukan dari berbagai pihak. Akhir kata, kami berharap semoga hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya oleh berbagai pihak yang berkepentingan.

Denpasar, Desember 2015


(3)

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan Penelitian ... 2

1.2. Manfaat Penelitian ... 2

2.1. Jaminan Kesehatan Nasional. ... 4

2.2. Peta Jalan Menuju Kepesertaan Jaminan Kesehatan Untuk seluruh Penduduk ( ! " # ! ) ... 5

2.3. Faktor1Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Pembayaran Premi Asuransi Kesehatan ... 7

3.1. Rancangan Penelitian. ... 9

3.2. Metode Pengumpulan Data ... 9

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 10

3.4. Analisis Data ... 10

3.5. Etika Penelitian ... 11

3.6. Kerangka Konsep Penelitian ... 12

4.1. Hasil Penelitian Kuantitatif. ... 14

4.1.1. Gambaran Karakteristik Subjek Penelitian ... 14

4.1.2. Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Ketidakpatuhan Pembayaran Iuran Pada Peserta JKN Non1PBI Mandiri ... 16

4.2. Hasil Penelitian Kualitatif. ... 20

4.2.1. Karakteristik Sosio1Demografis Peserta FGD dan Wawancara Mendalam ... 20

4.2.2. Status Kepesertaan JKN ... 20

4.2.3. Latar Belakang Menjadi Peserta JKN ... 21

4.2.4. Cara Pembayaran Iuran ... 23


(4)

4.2.6. Kepatuhan Pembayaran Iuran ... 28

4.2.7. Faktor Faktor Penghambat Pembayaran Iuran ... 29

4.2.8. Strategi Peningkatan Kepatuhan Pembayaran Iuran JKN. ... 33

6.1. Simpulan. ... 43


(5)

! ! " #

4.1. Gambaran Karakteristik Subjek Penelitian ... 15 4.2. Gambaran Kepatuhan Pembayaran Iuran Subjek Penelitian ... 15 4.3. Gambaran Waktu Mulai Tidak Membayar Iuran Berdasarkan Tingkat Kepatuhan ... 16 4.4. Hasil Analisis Bivariat Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan

Pembayaran Iuran Peserta JKN Non1PBI Mandiri ... 17 4.5. Hasil Analisis Multivariat Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Ketidakpatuhan Pembayaran Iuran Peserta JKN Non1PBI Mandiri ... 19


(6)

$ % ! & #'

Penerapan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) sejak 1 Januari 2014 menjadi tonggak penting bagi upaya mewujudkan cakupan kesehatan semesta $ ! % ! &(1, 2). Penerapan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) diharapkan mampu mengatasi ketimpangan akses layanan kesehatan serta memberikan proteksi finansial dari pengeluaran katastrofik (3).

JKN merupakan asuransi sosial yang wajib diikuti oleh seluruh penduduk Indonesia namun upaya untuk memperluas cakupan dilakukan secara bertahap (4). Pada fase awal dari implementasi JKN, sasaran utama adalah penduduk yang bekerja di sektor formal serta penduduk miskin. Meskipun demikian, kepesertaan penduduk dari sektor informal (peserta JKN Mandiri) juga tetap terbuka secara aktif. Hingga bulan Mei 2014 diperkirakan terdapat dua juta pekerja mandiri (bukan penerima upah) yang mendaftar sebagai peserta JKN Non PBI Mandiri, yang harus membayar iuran secara rutin tiap bulan (4). Pada umumnya pekerja mandiri yang mendaftar adalah mereka yang memiliki penyakit kronis, usia tua , atau bahkan yang sudah dijadwal melakukan terapi (4). Hasil penelitian Putra (2014) di Yogyakarta, Kalimantan Timur dan NTT juga menunjukkan bahwa kepesertaan dari Peserta non PBI Mandiri, didominasi oleh mereka yang telah sakit (5). Hal tersebut dikarenakan peserta yang telah terdaftar dapat langsung menggunakan haknya untuk mengakses layanan kesehatan yang mereka butuhkan (5). Meskipun potensi kebangkrutan pada skema asuransi sosial sangat kecil, tingginya kejadian !

% pada fase awal implementasi JKN berpotensi menimbulkan kerugian sehingga diperlukan dana cadangan dalam jumlah besar (4). Untuk menjamin adekuasi dan sustainabilitas dari pembiayaan JKN maka upaya untuk meningkatkan cakupan peserta adalah sama pentingnya dengan upaya untuk meningkatkan kepatuhan dan keberlanjutan pembayaran iuran oleh peserta. Peserta Non PBI Mandiri memiliki potensi yang lebih besar untuk tidak patuh membayar iuran karena berbeda dengan pekerja sektor formal yang pada umumnya dikelola oleh organisasi dimana mereka bekerja dan dipotong langsung dari gaji, pekerja sektor informal harus mengelola pembayaran iurannya sendiri.


(7)

Hal lain yang mungkin terjadi adalah peserta Non PBI Mandiri hanya membayar iuran saat memerlukan akses terhadap layanan kesehatan dan tidak lagi melanjutkan pembayaran saat mereka tidak lagi membutuhkan layanan kesehatan. Fenomena tersebut tentunya merupakan hal yang perlu disikapi terutama di fase awal dimana cakupan JKN masih rendah dan jumlah dana yang terkumpul belum optimal.

Penelitian mengenai faktor1faktor yang mempengaruhi keberlanjutan pembayaran iuran oleh peserta non PBI Mandiri masih sangat terbatas dan belum pernah dilakukan di Bali. Penelitian akan dilakukan di Kota Denpasar sebagai Kabupaten yang memiliki jumlah penduduk dan pekerja sektor informal terbanyak di Provinsi Bali.

Kerjasama penelitian ini sangat diperlukan untuk memberikan masukan bagi pengembangan kebijakan terkait dengan model strategi yang bisa dikembangkan untuk meningkatkan kepatuhan pembayaran iuran JKN.

()( # # ! $ #

Tujuan Umum:

Untuk menganalisis determinan kepatuhan pembayaran iuran pada peserta JKN Non PBI Mandiri di Kota Denpasar

Tujuan Khusus:

1. Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik demografis, kelas kepesertaan, status kepesertaan dan pemanfaatan layanan yang berhubungan dengan kepatuhan pembayaran iuran pada peserta JKN Non PBI Mandiri di Kota Denpasar

2. Untuk mengetahui persepsi mengenai faktor1faktor penghambat dan pendukung kepatuhan pembayaran iuran pada peserta JKN Non PBI Mandiri di Kota Denpasar

3. Untuk menggali strategi yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan kepatuhan pembayaran iuran pada peserta JKN Non PBI Mandiri di Kota Denpasar

#* $ # ! $ #

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan bukti ilmiah bagi pengembangan program JKN khususnya dalam mengembangkan strategi peningkatan kepatuhan pembayaran iuran pada peserta JKN Non1PBI Mandiri di Kota Denpasar. Selain itu, hasil penelitian diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan di bidang pembiayaan kesehatan.


(8)

" # # + , $ # + -# !

Prioritas utama reformasi pembangunan kesehatan di Indonesia adalah penyelenggaraan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang ditetapkan dengan Undang1 Undang Nomor 40 Tahun 2004 (2). Implementasi SJSN melalui penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan wujud reformasi pembiayaan kesehatan yang bertujun untuk mencapai cakupan jaminan kesehatan semesta ( ! % ! & $'&. Menurut Peraturan Presiden RI No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan, pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa jaminan kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah (6).

Upaya yang dilakukan untuk mencapai ! % ! didasarkan pada Deklarasi Perserikatan Bangsa1Bangsa (PBB) tahun 1948 tentang Hak Asasi Manusia (HAM) pasal 25 ayat (1), yang menyatakan bahwa setiap orang berhak atas derajat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya termasuk hak atas pangan, pakaian, perumahan dan perawatan kesehatan serta pelayanan kesehatan yang diperlukan dan berhak atas jaminan pada saat menganggur, menderita sakit, cacat, menjadi janda/duda, mencapai usia lanjut atau keadaan lainnya yang mengakibatkan kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Undang1Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan yang mempertegas bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau (6).

Jaminan Kesehatan Nasional merupakan program yang dirancang untuk mengatasi jaminan kesehatan yang selama ini masih terfragmentasi sehingga dapat meningkatkan pengendalian terhadap biaya dan mutu layanan kesehatan masyarakat (4). Sebagai sebuah program yang bertaraf nasional, Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) memiliki badan yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan. Dalam Peraturan Presiden RI Nomor 12 tahun


(9)

2013 pasal 1 ayat (2), badan tersebut ialah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang dikenal dengan istilah BPJS kesehatan. Dengan terselenggaranya Program JKN ini Perusahaan Perseroan Asuransi Kesehatan (ASKES) saat ini melebur menjadi BPJS Kesehatan. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 111 tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 12 tahun 2013 pasal 1A, disebutkan bahwa BPJS kesehatan merupakan badan yang bertanggungjawab kepada presiden. Perlindungan masyarakat melalui asuransi kesehatan sosial atau JKN bertujuan untuk mengurangi pembiayaan kesehatan dengan ( % ) $'&*

Hal tersebut karena pembayaran secara ( % merupakan penyebab rumah tangga mengalami pengeluaran katastrofik+ dimana pada gilirannya dapat mendorong mereka dalam kemiskinan (7). Pengeluaran katastrofik $% % , & merupakan suatu keadaan dimana rumah tangga mengurangi pengeluaran dasar mereka selama periode waktu tertentu dalam rangka membayar biaya pengobatan satu atau beberapa anggota keluarga, dengan pengeluaran untuk kesehatan sebesar 40% atau lebih dari kapasitas rumah tangga tersebut untuk membayar (4).

Jaminan kesehatan nasional merupakan bentuk asuransi kesehatan sosial sehingga kepesertaan bersifat wajib dan tiap peserta harus membayar iuran. Besaran iuran merupakan kunci dari kesinambungan, kualitas Jaminan Kesehatan, dampak terhadap pemiskinan baru, dan peningkatan produktifitas penduduk. Besaran iuran dalam JKN dibagi menjadi tiga kelas yaitu: Kelas 1 sebesar Rp. 59.500,1; Kelas 2 sebesar Rp. 42.500,1 dan Kelas 3 sebesar Rp. 25.500,1. Pembayaran dilakukan dengan menggunakan ! %% yang diterbitkan oleh BPJS Kesehatan yang dibayarkan melalui Bank. Bagi peserta yang memiliki upah/gaji, besaran iuran ditentukan berdasarkan presentase upah/gaji dan dibayar oleh pekerja dan pemberi kerja. Bagi peserta yang tidak mempunyai gaji/upah besaran iurannya ditentukan berdasarkan nilai nominal tertentu, sedangkan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu membayar iuran maka iurannya dibayar oleh pemerintah (2).


(10)

. " % & " / " 0 % # (% # / + %$ 1 " #&- +% 2 3 4

Paket manfaat $ ( % & atau layanan kesehatan yang dijamin dirumuskan dalam UU SJSN adalah pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan medis yang komprehensif mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, termasuk obat dan bahan medis habis pakai yang diperlukan. Pasal 22 ayat 1 UU SJSN menyatakan, (

-( ) ) ) % )

(+ ! (+ (+ (+ )

. Disepakati juga bahwa untuk tahap awal, selama besaran iuran belum sama, maka layanan non1medis berupa tempat perawatan dan kelas perawatan masih dimungkinkan berbeda. Penerima Bantuan Iuran (PBI) berhak mendapat manfaat rawat inap ke kelas III sedangkan yang membayar iuran dirawat dikelas II atau kelas I, tergantung besaran upah atau golongan pangkat pegawai negeri (6).

$ ! # #()( / + %$ # " # # + , $ # #$(& !(%(, #5(5(&

Organisasi kesehatan dunia (WHO) merumuskan tiga dimensi dalam pencapaian ! % ! yaitu (1) seberapa besar prosentase penduduk yang dijamin; (2) seberapa lengkap pelayanan yang dijamin, serta (3) seberapa besar proporsi biaya langsung yang masih ditanggung oleh penduduk. Dimensi pertama adalah jumlah penduduk yang dijamin. Dimensi kedua adalah layanan kesehatan yang dijamin, misalnya apakah hanya layanan di rumah sakit atau termasuk


(11)

juga layanan rawat jalan. Dimensi ketiga adalah proporsi biaya kesehatan yang dijamin. Dapat saja seluruh penduduk dijamin biaya perawatan di rumah sakit, tetapi setiap penduduk harus bayar sebagian biaya di rumah sakit. Perluasan ketiga dimensi sangat tergantung pada kemampuan keuangan suatu negara dan pilihan penduduknya (7).

. " % " #+ # 6 %+ ! 7-6 % '

Salah satu prinsip penyelenggaraan jaminan sosial, termasuk didalamnya jaminan kesehatan adalah kepesertaan yang bersifat wajib. Penjelasan pasl 4 UU SJSN menyatakan bahwa prinsip kepesertaan wajib dalam ketentuan ini adalah prinsip yang mengharuskan seluruh penduduk menjadi peserta jaminan sosial, yang dilakukan secara bertahap. Sedangkan yang dimaksud penduduk adalah Warga Negara Indonesia (WNI) yang berada di dalam maupun di luar negeri dan Warga Negara Asing (WNA) yang tinggal di Indonesia untuk masa paling sedikit enam bulan. Hingga pertengahan tahun 2013, mayarakat Indonesia yag telah memiliki jaminan kesehatan berjumlah 176.844.161 jiwa (72%) yang terdiri dari 1) Jamkesmas: 86.400.000 jiwa (36,3%); 2) Jamkesda: 45.595.520 jiwa (16,79%); 3) Perusahaan yang menjamin karyawannya: 16.923.644 (7,12%); 4) Askes PNS: 16.548.283 (6,69%); 5) JPK Jamsostek: 7.026.440 (2,96%); 6) Asuransi kesehatan komersial: 2.937.627 (1,2%) dan 7) TNI/POLRI/PNS KEMHAN:


(12)

1.412.647 (0,59%). Sebagaimana diatur dalam UU SJSN, perluasan kepesertaan dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan keuangan negara dan kemampuan manajemen (6, 8). Penduduk miskin dan tidak mampu (peserta Jamkesmas dan sebagian peserta Jamkesda) yang mendapat bantuan iuran dari pemerintah yang tadinya dikelola oleh Kemenkes atau Pemda diserahkan pengelolaannya kepada BPJS Kesehatan sebagai peserta penerima bantuan iuran (PBI). Peserta PBI tidak membayar iuran, tetapi mendapat bantuan iuran dari pemerintah yang dibayarkan kepada BPJS.Pemberi kerja swasta yang sebelumnya mendaftarkan diri dan pekerjanya ke PT Jamsostek, mulai tanggal 1 Januari 2014 mendaftarkan diri ke BPJS Kesehatan (4, 8).

Pekerja mandiri (bukan penerima upah) yang mendapatkan penghasilan dari usaha sendiri dapat mendaftrakan diri kapan saja selama tahun 2014 hingga 2019. Hingga bulan Mei 2014, sekitar 2 juta pekerja mandiri sudah mendaftar ke BPJS. Pada umumnya mereka yang mendaftar adalah mereka yang memiliki penyakit kronis, usia tua, atau bahkan yang sudah dijadwal melakukan terapi.Secara konstitusional mereka tidak boleh ditolak Pemerintah, melalui BPJS ,berkewajiban menjaga kesehatan keuangan BPJS dengan menyediakan dana cadangan. Selain itu, BPJS harus terus memacu pekerja penerima upah menjadi peserta untuk menyebar risiko tinggi pekerja mandiri dengan pekerja penerima upah. Pada tahun 2019, tidak boleh lagi ada pekerja mandiri atau penerima upah yang tidak terdaftar dalam JKN. Pencapaian ! % ! jaminan kesehatan ditargetkan dapat tercapai pada akhir tahun 2019 dimana seluruh penduduk Indonesia yang pada waktu itu diproyeksikan berjumlah 257,5 juta jiwa sudah terdaftar menjadi peserta jaminan kesehatan (4, 8).

&$-%8 &$-% 0 #' " "/ #' %(, & / $(, # / " 0 % # /% " +(% #+ & + , $ # Iuran dari peserta merupakan salah satu sumber pendapatan untuk pengelolaan skema asuransi kesehatan. Oleh karena itu, kepatuhan peserta asuransi untuk membayar iuran sangat penting bagi keberlangsungan skema asuransi kesehatan tersebut. Penelitian tentang determinan kepatuhan pembayaran iuran masih sangat terbatas. Beberapa penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain penelitian oleh Intiasari (2014) dan Dong dkk. (2009). Penelitian yang dilakukan oleh Dong dkk. (2009) menunjukkan angka drop1out yang cukup tinggi dari skema asuransi kesehatan berbasis masyarakat di Burkina Faso cukup tinggi


(13)

yaitu berkisar antar 30,9% hingga 45,7%. Analisis multivariat menunjukkan bahwa kepala keluarga perempuan, usia yang lebih tua dan pendidikan yang lebih rendah berhubungan dengan peningkatan risiko pemberhentian pembayaran iuran. Selain itu, jumlah kejadian sakit yang lebih sedikit dalam tiga bulan terakhir, jumlah anak1anak dan orangtua yang lebih sedikit dalam rumah tangga berhubungan dengan peningkatan risiko drop1out. Persepsi mengenai rendahnya kualitas layanan yang diterima serta frekuensi kunjungan ke layanan kesehatan yang lebih rendah berhubungan dengan meningkatnya drop1out dari asuransi kesehatan. Pengeluaran rumah tangga yang lebih besar serta jarak ke layanan kesehatan yang lebih dekat juga meningkatkan drop1out dari skema asuransi kesehatan. Angka drop1out yang tinggi menyebabkan berkurangnya . /

asuransi. Tingginya angka drop1out pada skema ‘Nouna Health District’ di Burkina Faso diduga berhubungan dengan afordabilitas, kebutuhan dan permintaan kesehatan, kualitas layanan kesehatan, serta karakteristik rumah tangga dan kepala keluarga.

Penelitian yang dilakukan oleh Intiasari menunjukkan bahwa pengetahuan tentang JKN, ketersediaan informasi dan keterjangkauan premi merupakan faktor1faktor yang mempengaruhi keberlanjutan pembayaran iuran pada peserta Non PBI Mandiri di wilayah pedesaan Kabupaten Purbalingga (9).


(14)

#9 #' # / # ! $ #

Penelitian ini menggunakan rancangan longitudinal retrospektif yang bertujuan untuk meneliti tentang faktor1faktor yang mempengaruhi kepatuhan pembayaran iuran pada peserta JKN Non PBI Mandiri. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan rancangan deskriptif untuk menggali lebih jauh faktor1faktor penghambat dan pendukung yang ditemukan dari penelitian kuantitatif serta untuk menggali alternatif strategi yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan keberlanjutan pembayararan iuran pada peserta Non PBI Mandiri.

$-5 #'("/(! # $

Metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah ,

(gabungan metode kuantitatif dan kualitatif): 1. Metode kuantitatif:

Metode pengumpulan data kuantitatif dilakukan dengan melakukan analisis terhadap data kepesertaan, data klaim dan data pembayaran iuran peserta JKN Non1PBI Mandiri di Kota Denpasar pada periode 1 Januari 2014 hingga 31 Oktober 2015. Data sekunder diperoleh dari Grup Litbang BPJS Kesehatan pada tanggal 9 Desember 2015.

2. Metode kualitatif:

Metode pengumpulan data kualitatif awalnya direncanakan akan dilakukan melalui empat FGD terhadap peserta JKN Non PBI Mandiri di empat kecamatan di Kota Denpasar yaitu: Kecamatan Denpasar Barat, Denpasar Timur, Denpasar Utara dan Denpasar Selatan. Pada tiap kecamatan akan diselenggarakan satu FGD. Masing1masing FGD akan melibatkan delapan orang peserta. Setelah diselenggarakan tiga FGD, dengan peserta berjumlah 25 orang peneliti merasa kurang mendapatkan informasi dari peserta JKN Non1PBI Mandiri yang telah menunggak pembayaran iuran. Mengingat topik ketidakpatuhan pembayaran iuran adalah hal yang sensitif dan kemungkinan tidak secara bebas bisa diceritakan dalam FGD, maka peneliti mengganti FGD yang terakhir dengan wawancara mendalam. Wawancara mendalam telah dilakukan terhadap lima orang peserta yang memiliki tunggakan pembayaran iuran. FGD dan wawancara mendalam dilakukan dengan mengacu pada pedoman yang telah dikembangkan sendiri oleh peneliti. Jalannya FGD akan direkam dengan % dengan persetujuan dari peserta. Keseluruhan FGD dan wawancara


(15)

mendalam berlangsung sejak minggu keempat bulan Oktober hingga minggu kedua bulan Desember 2015. Peneliti mengalami kesulitan untuk merekrut informan terutama informan wawancara mendalam. FGD berlangsung sekitar 1 jam sedangkan wawancara mendalam rata1rata berlangsung selama 30 menit.

-/(! + 5 # + "/ ! / # ! $ #

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta JKN Non PBI Mandiri di Kota Denpasar. Sampel penelitian untuk penelitian kuantitatif adalah data peserta JKN Non PBI Mandiri di Kota Denpasar yang memenuhi kriteria inklusi yaitu telah terdaftar secara resmi sebagai peserta JKN Non PBI Mandiri di Kota Denpasar paling lambat pada bulan April 2015. Data yang berhasil disinkronisasi adalah data kepesertaan, klaim dan pembayaran iuran dari 19.496 peserta.

Informan FGD adalah peserta JKN Non PBI Mandiri yang bertempat tinggal di Kota Denpasar, melaksanakan pembayaran iuran dan/atau mengetahui bagaimana pembayaran iuran JKN selama ini dilakukan. Informan FGD dipilih secara ! yaitu dengan memilih peserta yang dianggap mampu memberikan informasi yang komprehensif mengenai faktor1faktor penghambat dan pendukung kepatuhan pembayaran iuran JKN serta mengenai upaya1upaya yang menurut mereka efektif untuk meningkatkan kepatuhan. Perekrutan informan dilakukan dengan teknik

0 dimulai dari peserta JKN Non PBI Mandiri yang dikenal oleh peneliti dan meminta mereka untuk membantu merekrut peserta yang mereka kenal.

Informan wawancara mendalam juga dipilih secara purposive yaitu dengan memilih peserta yang memiliki tunggakan pembayaran iuran JKN.

# ! + + $

Teknik analisis data kuantitatif

Data kepesertaan, klaim dan pembayaran iuran disinkronkan terlebih dahulu sebelum dianalisis. Data kuantitatif akan dianalisis dengan menggunakan software STATA versi 12.1. Analisis deskriptif dilakukan terhadap karakteristik sosio1demografik, status kepesertaan, pembayaran iuran dan pemanfaatan layanan di FKTP dan FKTL. Analisis bivariat dan multivariat dilakukan dengan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dan


(16)

tergantung. Hubungan dikatakan bermakna jika p value <0.05 dan nilai % ( % ! dari

- tidak meliputi 1.

Teknik analisis data kualitatif

Analisis data dalam penelitian akan dilakukan sepanjang penelitian berlangsung. Teknik analisis data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tematik ( % ) &*

Rekaman FGD akan ditranskripsi. Hasil analisis data disajikan secara kuotasi, yaitu menyajikan data sesuai dengan pernyataan asli responden sehingga dapat membantu pembaca untuk memasuki situasi dan pemikiran subyek penelitian secara langsung, serta mengaitkannya dengan interpretasi penulis (10).

$ & / # ! $ #

Proposal beserta instrumen penelitian telah diajukan ke Komisi Etik Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah dan telah dinyatakan laik etik dengan Keterangan Kelaikan Etik Nomor 1738/UN.14.2/Litbang/2015. Penjelasan rmengenai tujuan penelitian, prosedur pengumpulan data, hak responden, risiko dan manfaat keterlibatan responden dalam penelitian ini akan disampaikan kepada responden sebelum meminta persetujuan tertulis responden untuk berpartisipasi dalam penelitian ini $ ( % &. Data yang diperoleh dari hasil analisis data sekunder dan FGD akan dijaga kerahasiaannya dan hanya bisa diakses oleh peneliti. Penyajian data hasil penelitian akan menjunjung tinggi asas konfidensialitas dengan cara tidak menyajikan identitas responden.


(17)

% #'& -#+ / # ! $ #

Gambar 1. Faktor1faktor yang berhubungan dengan keberlanjutan pembayaran iuran Diadaptasi dari hasil penelitian Intiasari (2014) & Dong dkk. (2009)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan dari keberlanjutan pembayaran iuran pada peserta Non PBI Mandiri. Beberapa penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain penelitian oleh Intiasari (2014) dan Dong dkk. (2009). Penelitian yang dilakukan oleh Intiasari menunjukkan bahwa pengetahuan tentang JKN, ketersediaan informasi dan keterjangkauan premi merupakan faktor1faktor yang mempengaruhi keberlanjutan pembayaran iuran pada peserta Non PBI Mandiri di wilayah pedesaan Kabupaten Purbalingga (9).

Penelitian yang dilakukan oleh Dong dkk. di Burkina Faso, menyebutkan bahwa tingginya angka dari skema asuransi kesehatan berbasis komunitas antara lain adalah (( )

(keterjangkauan) iuran, kebutuhan kesehatan, kualitas layanan, dan karakteristik rumah tangga (11).

Variabel1variabel bebas yang diteliti pada penelitian longitudinal retrospektif dengan menggunakan data sekunder dari BPJS terdiri dari usia, jenis kelamin, kelas kepesertaan, status kepesertaan, pemanfaatan layanan di FKTP dan FKTL. Sedangkan variabel tergantungnya adalah kepatuhan pembayaran iuran. Faktor1faktor penghambat dan pendukung lainnya yang

Karakteristik sosio1demografik (umur, jenis kelamin)

Kelas kepesertaan Status kepesertaan

Penggunaan manfaat JKN di FKTP Penggunaan manfaat JKN di FKTL Pengetahuan tentang JKN

Ketersediaan informasi Keterjangkauan iuran

Persepsi tentang kualitas layanan kesehatan Persepsi tentang risiko sakit /kebutuhan kesehatan

Persepsi tentang prosedur pembayaran

Faktor1faktor penghambat dan pendukung

Kepatuhan pembayaran iuran JKN pada peserta Non PBI Mandiri


(18)

mempengaruhi kepatuhan pembayaran iuran akan dieksplorasi lebih lanjut dalam FGD dan wawancara mendalam.


(19)

+ ! # ! $ # ( #$ $ $ *

Penelitian ini menggunakan , atau kombinasi antara metode kuantitatif dan kualitatif untuk dapat memberikan jawaban mengenai determinan kepatuhan pembayaran iuran pada peserta JKN Non1PBI Mandiri di Kota Denpasar. Metode kuantitatif dilakukan dengan analisis data sekunder yaitu data kepesertaan, klaim dan pembayaran iuran peserta JKN Non PBI Mandiri di Kota Denpasar. Data sekunder diperoleh dari Grup Penelitian dan Pengembangan BPJS Kesehatan pada tanggal 9 Desember 2015. Data yang diperoleh dari Grup Litbang BPJS Kesehatan menunjukkan ada sejumlah 84.959 orang terdaftar sebagai peserta JKN kesehatan Non PBI Mandiri sejak 1 Januari 2014 hingga Oktober 2015. Dari 84.959 peserta yang terdaftar terdapat sekitar 65.391 orang yang memenuhi kriteria inklusi yaitu telah terdaftar sebagai peserta JKN paling lambat pada bulan April 2015. Dari 65.391 peserta tersebut, hanya data dari 19.469 peserta yang bisa disinkronkan antara data kepesertaan, klaim dan pembayaran iurannya. Data yang diberikan oleh Grup Litbang BPJS kesehatan terpisah antara data kepesertaan, klaim dan iurannya sehingga perlu disinkronisasi untuk bisa dianalisis.

. " % # % &$ % +$ & ( ) & # ! $ #

Sebelum dilakukan analisis terhadap data yang bisa disinkronkan, dilakukan perbandingan karakteristik antara kelompok yang dapat dianalisis dan tidak dapat dianalisis.

Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan proporsi antara kelompok yang dianalisis dan tidak dianalisis dari segi karakteristik umur, kelas kepesertaan dan status kepesertaan. Perbedaan tersebut kemungkinan dapat berimplikasi terhadap hasil sehingga interpretasi terhadap hasil perlu dilakukan dengan lebih berhati1hati.


(20)

! . " % # % &$ % +$ & ( ) & # ! $ #

% &$ % +$ &

!-"/-& 5 & 5 # ! + +

#1:4

# ! + + #1:4

"(%2 % $ ; 33,5 + 19,6 37,3 + 19,7

# + ! " #

Laki laki 33.517 (51,18) 9.608 (49,35)

Perempuan 31.973 (48,82) 9.861 (50,65)

! + / + %$ #

Kelas 1 32.212 (49,19) 11.797 (60,59)

Kelas 2 14.497 (22,14) 3.191 (16,39)

Kelas 3 18.781 (28,68) 4.481 (23,02)

$ $(+ / + %$ #

Peserta 21.734 (33,19) 9.931 (51,01)

Istri 14.184 (21,66) 3.642 (18,71)

Suami 726 (1,11) 298 (1,53)

Anak 23.869 (36,45) 4.919 (25,27)

Tambahan 4.977 (7,60) 679 (3,49)

Langkah selanjutnya adalah dengan melakukan analisis secara deskriptif terhadap kepatuhan pembayaran iuran JKN pada peserta JKN Non1PBI Mandiri.

! . " % # / $(, # " 0 % # (% # ( ) & # ! $ #

$ '-% & / $(, # % &( #+ 1-% #'4

1#< 4

%+ #$ + 1:4

Tidak ada tunggakan 9.528 48,94

Tunggakan 115 bulan 4.775 24,53

Tunggakan ≥ 6 bulan 5.166 26.53

Dari tabel 4.2 terlihat bahwa lebih dari 50% peserta JKN Non PBI Mandiri memiliki tunggakan pembayaran iuran. Lebih dari seperempat dari peserta bahkan memiliki tunggakan pembayaran selama enam bulan atau lebih yang mengindikasikan tingginya angka ketidakpatuhan dalam


(21)

pembayaran iuran pada peserta JKN Non1PBI Mandiri. Data1data dari peserta yang memiliki tunggakan lalu dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui lama waktu dalam bulan dari mulai terdaftar sebagai peserta JKN Non PBI

! . " % # = &$( "(! $ 5 & " " 0 % (% # %5 + %& # $ #'& $ & / $(, #

> &$( "(! $ 5 & / $(,

#'& $ / $(, # #(#'' & + "/

(! # #(#'' & ? (! #

Mean +SD (bulan) 12,0 + 6,0 4,3 + 3,5

Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa peserta JKN Non1PBI Mandiri yang memiliki tunggakan iuran selama 1 hingga 5 bulan rata1rata mulai tidak melakukan pembayaran iuran setelah 12 bulan sejak terdaftar menjadi peserta. Sedangkan, peserta JKN Non1PBI Mandiri yang menunggak iuran selama 6 bulan atau lebih rata1rata mulai tidak melakukan pembayaran adalah 4 bulan sejak terdaftar sebagai peserta BPJS. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa peserta yang tidak patuh membayar iuran selama 6 bulan atau lebih biasanya berhenti membayar iuran lebih dini dibandingkan dengan yang tunggakannya lebih sedikit.

&$-%8* &$-% 0 #' %,( (#' # 5 #' # & $ 5 &/ $(, # / " 0 % # (% # / 5

/ + %$ -#8 #5 %

Analisis selanjutnya dengan metode dengan menggunakan STATA. Dalam

analisis tersebut variabel tergantung dibagi menjadi patuh dan tidak patuh. Mengingat dalam aturan kepesertaan JKN, peserta JKN Non1PBI Mandiri yang tidak membayar iuran selama 6 bulan kepesertaannya akan di non1aktifkan, maka variabel tergantung dalam penelitian ini akan dibagi menjadi 2 kategori yaitu patuh jika peserta memiliki tunggakan 0 hingga 5 bulan dan tidak patuh jika peserta memiliki tunggakan 6 bulan atau lebih.


(22)

! + ! # ! + + 6 % $ * &$-%8* &$-% 0 #' " "/ #' %(, & $ 5 &/ $(, #

/ " 0 % # (% # / + %$ -#8 #5 %

@ % !

$ 5 &/ $(, #

: 7 ! /

$(, #1:4

5 & $(, #1:4 # + & ! " #

Laki 6.993 (72,78) 2.615 (27,22) 1 (

Perempuan 7.310 (74,13) 2.551 (25.87) 0.95 0.90011.003 0.068

"(% 1 #; 4 38,7 + 19,8 33,5 + 18,8 0,99 0,98810,991 <0,001

! + & / + %$ #

Kelas 1 8.785 (74,47) 3.012 (25,53) 1 (

Kelas 2 2.346 (73,52) 845 (26,48) 1,04 0,96011,119 0,349

Kelas 3 3.172 (70,79) 1.309 (29,21) 1,14 1,07211,220 <0,001

$ $(+ & / + %$ #

Peserta 7.166 (72,16) 2.765 (27,84) 1 (

Istri 2. 856 (78,42) 786 (21,58) 0,78 0,71610,839 <0,001

Suami 206 (69,13) 92 (30,87) 1,11 0,90011,365 0,330

Anak 3.551 (72,19) 1.368 (27,81) 0,99 0,93611,066 0,973

Tambahan 524 (77,17) 155 (22,83) 0,82 0,69710,964 0,016

(#)(#' # 1 #; 4

Kunjungan FKTP 2,5 + 9,6 1,2 + 4,1 0,96 0,96010,975 <0,001

Kunjungan FKTL 2,1 + 3,6 0,7 + 1,9 0,77 0,76110,792 <0,001

Berdasarkan hasil analisis bivariat dapat dilihat bahwa variabel yang berhubungan dengan ketidakpatuhan pembayaran iuran adalah usia, kelas kepesertaan, status kepesertaan, jumlah kunjungan ke fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) dan fasilitas kesehatan tingkat lanjut (FKTL).

Hubungan antara usia dengan ketidakpatuhan ditunjukkan dengan nilai p < 0,001 dan nilai RR sebesar 0,99 yang berarti bahwa dengan meningkatnya usia peserta sebanyak 1 tahun terjadi penurunan risiko ketidakpatuhan sebesar 1%. Hal tersebut menunjukkan bahwa risiko ketidakpatuhan menurun dengan meningkatnya usia sehingga peserta yang berusia lebih tua lebih patuh membayar iuran dibandingkan peserta yang lebih muda.


(23)

Pada hubungan antara kelas kepesertaan JKN dengan ketidakpatuhan diperoleh nilai p < 0,001 dan nilai RR sebesar 1,14 pada kelompok kepesertaan Kelas 3 dibandingkan dengan kelas 1. Hal tersebut menunjukkan bahwa peserta JKN Non1PBI Mandiri Kelas 3 memiliki risiko tidak patuh membayar iuran JKN 14% lebih tinggi dibandingkan dengan peserta Kelas I.

Hubungan antara status kepesertaan dengan JKN dengan ketidakpatuhan diperoleh nilai p < 0,001. Status kepesertaan istri memiliki RR sebesar 0,78 dibandingkan dengan status peserta. Hal tersebut menunjukkan bahwa status kepesertaan ‘istri’ memiliki risiko ketidakpatuhan 22% lebih rendah dibandingkan dengan yang berstatus ‘peserta’. Selain itu, status kepesertaan ‘tambahan’ memiliki RR= 0,82 yang berarti bahwa peserta dengan status ‘tambahan’ memiliki risiko menjadi tidak patuh membayar iuran 18% lebih rendah dibandingkan yang berstatus ‘peserta’.

Hubungan antara jumlah kunjungan peserta ke FKTP dan FKTL dan ketidakpatuhan ditunjukkan dengan nilai p sebesar < 0,001 dan nilai RR masing1masing sebesar 0,97 dan 0,78. Angka tersebut menunjukkan bahwa dengan tiap peningkatan 1 kali jumlah kunjungan ke FKTP dan FKTL terjadi penurunan risiko ketidakpatuhan pembayaran iuran sebesar 3% dan 22%.

Setelah analisis bivariat, dilakukan analisis multivariat dengan . Hasil analisis multivariat dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Dari hasil analisis multivariat pada tabel 4.5. diperoleh bahwa variabel usia, kelas kepesertaan, status kepesertaan, kunjungan FKTP dan kunjungan FKTL berhubungan dengan ketidakpatuhan pembayaran iuran. Usia berhubungan dengan ketidakpatuhan dengan nilai p < 0,001 dan RR sebesar 0,99. yang berarti bahwa dengan meningkatnya usia peserta sebanyak 1 tahun terjadi penurunan risiko ketidakpatuhan sebesar 1%. Hal tersebut menunjukkan bahwa risiko ketidakpatuhan menurun dengan meningkatnya usia sehingga peserta yang berusia lebih tua cenderung lebih patuh membayar iuran dibandingkan peserta yang lebih muda.

Kepesertaan kelas 3 berhubungan dengan ketidakpatuhan pembayaran iuran dengan nilai p sebesar 0,007 dan nilai RR sebesar 1,09 yang berarti bahwa peserta JKN Non1PBI Mandiri Kelas 3 memiliki risiko tidak patuh membayar iuran JKN 9% lebih tinggi dibandingkan dengan peserta Kelas I.


(24)

! + ! # ! + + (!$ 6 % $ &$-%8 &$-% 0 #' %,( (#' # 5 #' #

$ 5 &/ $(, # " 0 % # (% # + %$ -#8 #5 %

@ % ! : 7 ! /

"(% 0,99 0,984 – 0,988 <0,001

! + & / + %$ #

Kelas 1 1 (

Kelas 2 1,01 0,936 – 1,090 0,796

Kelas 3 1,09 1,024 – 1,168 0,007

$ $(+ & / + %$ #

Peserta 1 (

Istri 0,82 0,747 – 0,891 <0,001

Suami 1,05 0,855 – 1,298 0,626

Anak 0,66 0,606 – 0,714 <0,001

Tambahan 0,81 0,693 – 0,958 0,013

(#)(#' #

Kunjungan FKTP 0,99 0,986 – 0,997 0,002

Kunjungan FKTL 0,78 0,767 – 0,799 <0,001

Status kepesertaan sebagai istri, anak dan tambahan berhubungan dengan ketidakpatuhan pembayaran iuran JKN dengan nilai p masing1masing sebesar < 0,001; < 0,001 dan 0,013 dan nilai RR sebesar 0,82; 0,66 dan 0,81. Hal tersebut menunjukkan bahwa risiko ketidakpatuhan pada peserta berstatus ‘istri’, ‘anak’ dan ‘tambahan’ lebih kecil berturut1turut sebesar 18%; 34% dan 19% dibandingkan dengan peserta yang berstatus ‘peserta’.

Kunjungan peserta ke FKTP berhubungan dengan ketidakpatuhan pembayaran iuran JKN dengan nilai p sebesar 0,002 dan nilai RR sebesar 0,99 yang berarti bahwa tiap peningkatan jumlah kunjungan peserta ke FKTP sebanyak 1 kali terjadi penurunan risiko ketidakpatuhan sebesar 1%.

Kunjungan peserta ke FKTL juga berhubungan dengan ketidakpatuhan pembayaran iuran dengan nilai p < 0,001 dan nilai RR sebesar 0,78 yang menunjukkan bahwa tiap peningkatan jumlah kunjungan peserta ke FKTL sebanyak 1 kali terjadi penurunan risiko ketidakpatuhan sebesar 22%.


(25)

+ ! # ! $ # ( ! $ $ *

Selain dengan metode kuantitatif, dalam penelitian ini juga digunakan metode pengumpulan data kualitatif melalui tiga FGD dan lima wawancara mendalam yang dilakukan pada minggu keempat bulan Oktober hingga minggu kedua bulan Desember 2015.

% &$ % +$ & -+ -8 "-'% * + + %$ . 5 # > = #9 % #5 ! "

Dalam penelitian ini dilakukan tiga FGD dan lima wawancara mendalam. Jumlah informan yang diwawancarai berjumlah 30 orang. Sebagian besar informan adalah perempuan dengan jumlah 21 orang (70%) sedangkan laki laki berjumlah 9 orang (30%). Usia informan antara 23 hingga 51 tahun. Tingkat pendidikan informan bervariasi yakni 2 orang yang pendidikannya SD (6,67%), 13 orang berpendidikan SMA (43,33%), 3 orang berpendidikan Diploma (10%) dan 12 berpendidikan Sarjana (40%). Status informan 10 orang belum menikah/kawin (33,33%), 17 telah menikah/kawin (56,67%) dan 3 orang Janda/Duda (10%). Jumlah anak yang dimiliki berkisar antara 1 sampai 4 anak dan jumlah anggota keluarga dalam KK antara 1 sampai 11 orang. Rata rata penghasilan informan berkisar antara Rp 500.000 sampai Rp 3.000.000. Sebagian besar informan merupakan peserta non PBI Mandiri kelas 1 dengan jumlah 19 orang (63,33%), kelas 2 sebanyak 3 orang (10%) dan kelas 3 sebanyak 8 orang (26,67%). Alamat tempat tinggal informan terdiri dari 7 orang tinggal di Denpasar Timur (23,33%), 4 orang di Denpasar Barat (13,33%), 5 orang di Denpasar Selatan (16,67%) dan 14 orang di Denpasar Utara (46,67%).

$ $(+ / + %$ #

Sebagian besar telah menjadi peserta JKN sejak tahun 2014. Sebagian besar informan merupakan peserta non PBI Mandiri kelas 1 dengan jumlah 19 orang (63,33%), kelas 2 sebanyak 3 orang (10%) dan kelas 3 sebanyak 8 orang (26,67%). Alasan memilih kelas III adalah karena mereka harus membayar untuk semua anggota keluarga dalam KK. Selian itu juga, mereka telah mengetahui bahwa manfaat medis yang diperoleh oleh peserta JKN adalah sama, tidak tergantung dari besaran iuran yang dibayarkan. Perbedaan dikatakan hanya pada manfaat non medis, misalnya fasilitas kamar untuk rawat inap. Beberapa informan peserta JKN kelas III yang pernah menggunakan JKN untuk rawat inap, menyatakan bahwa mereka meng1upgrade kelas


(26)

saat mengakses layanan dan membayar % . Selain keinginan mendapatkan layanan yang berkualitas, kekhawatiran tidak mendapatkan kamar saat rawat inap sebagai alasan memilih kelas I. Beberapa informan berpersepsi bahwa jika memilih kelas III, akan kesulitan dalam mendapat kamar saat rawat inap. Besaran iuran untuk kelas I juga dinilai tidak terlalu besar sehingga masih terjangkau.Sebagian peserta juga mengikutsertakan orangtua dan kakek neneknya sebagai peserta tambahan.

$ % ! & #' " #) 5 / + %$

Alasan yang mendasari keputusan informan untuk menjadi peserta JKN bervariasi. Seluruh informan menyadari pentingnya kepemilikan asuransi kesehatan untuk memberikan perlindungan finansial terhadap pengeluaran sakit.

Sebagian besar informan memutuskan mendaftar sebagai peserta JKN karena belum memiliki asuransi kesehatan sama sekali. Hanya sebagian kecil peserta yang juga memiliki asuransi kesehatan lainnya, yaitu Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) dan Asuransi Kesehatan Komersial.

) $ & ) + *

$23 451'&

Dengan membayar iuran yang nominalnya relatif kecil, bisa memperoleh perlindungan dari risiko sakit, terutama yang memerlukan rawat inap dan tindakan medis berbiaya tinggi.

) ) ) + % )

) % ! * $23 4516&

Pengalaman keluarga atau teman yang pernah mengakses layanan kesehatan berbiaya tinggi dengan BPJS juga menjadi salah satu faktor pendorong untuk menjadi peserta JKN.

- 788 * + % ) +

* 9 ) + $ &*

+ ) + * 9

+ ) : ) * $23 451;&

Sebagian kecil informan memutuskan menjadi peserta JKN karena menderita penyakit yang membutuhkan perawatan atau tindakan medis berbiaya tinggi.


(27)

0 ) ) ) ) - 0

) ( * + 0 )

) + ) - * $< 57&

Alasan lain beberapa informan menjadi peserta atau mengikutsertakan anggota keluarganya sebagai peserta JKN adalah karena adanya riwayat sakit yang membutuhkan akses layanan yang frekuensinya cukup tinggi. Beberapa informan saat ini sedang memanfaatkan layanan di Rumah Sakit secara reguler. Tidak adanya sanak keluarga yang bisa dihandalkan untuk pembiayaan kesehatan juga menyebabkan kepemilikan JKN menjadi penting

) ) + )

-+

) ) - ) +

) * $23 451=&

) ) * +

* $23 451;&

3 ) 3 ) *

) * - ) + * $23 4517&

Informan lainnya menyatakan mendaftar sebagai peserta BPJS karena paket manfaat yang dinilai lebih luas dibandingkan dengan asuransi kesehatan lainnya. Jaminan Kesehatan Nasional tidak hanya bisa dimanfaatkan untuk layanan rawat inap melainkan juga untuk rawat jalan dan penyakit1penyakit yang dinilai ringan.

) + ( ) * ) ) *

+ ) )

% ! + % ! * $23 451=&

0 *

$ 0 & * $< 57&

Beberapa orang informan menjadi peserta JKN karena JKN tidak perlu menunggu proses klaim yang lama seperti asuransi kesehatan lainnya.

$ & ) % % * - 0

+ *

) ) * $23 751=&

Seorang informan yang bekerja sebagai petugas lapangan yang mendampingi Orang Yang Hidup Dengan HIV&AIDS (ODHA) mengatakan bahwa selain untuk memenuhi kebutuhan


(28)

kesehatannya, alasannya menjadi peserta JKN adalah untuk memberi contoh kepada komunitas yang dijangkau.

) ) * *

> " * +

684= ) ) ) * + ) ) +

) ) + ) ) %

) + ) ( ) * ) ) +

) - * + ) ) +

% 0 " ? + * )

) - + ) * ) % 0 )

( + ) + * $23 451=&

Sebagian kecil informan telah memahami prinsip kegotongroyongan dari asuransi kesehatan. Meskipun mereka belum pernah menggunakan asuransi mereka, mereka dapat membantu orang lain yang membutuhkan.

7 % / " 0 % # (% #

Pembayaran iuran antara lain dilakukan melalui transaksi di ATM, autodebit dan SMS banking. Beberapa informan tidak melakukan pembayaran sendiri melainkan menitipkan uang untuk pembayaran iuran pada keluarga atau tetangga mereka. Pembayaran sebagian besar dilakukan lewat ATM karena dinilai praktis dan tersedia dimana1mana. Selain itu, beberapa informan menyatakan tidak mengetahui adanya alternatif lain untuk membayar iuran JKN. Tiga orang informan memiliki keinginan untuk membayar lewat autodebit. Namun mereka tidak mengetahui bahwa pembayaran autodebit bisa dilakukan.

Hampir seluruh informan yang membayar iuran JKN melalui ATM menemui kendala dalam proses pembayaran. Pertama, seringkali tidak bisa dilakukan pembayaran karena gangguan

$ & pada sistem.

) + ) + * 9

( + )

* # ) - ) * $23 4516&

Kedua, pembayaran sulit dilakukan di siang hari karena sistem menjadi lambat dan jumlah transaksi yang bisa dilakukan terbatas.

+ ** + + ) * @


(29)

- A* + 9 * - % *

7+ * $23 451;&

Ketiga, tidak adanya opsi untuk pembayaran secara kolektif di ATM menyebabkan tiap akun virtual harus diproses secara individual. Jika peserta melakukan pembayaran iuran untuk beberapa akun virtual akan dibutuhkan waktu yang cukup lama dan tak jarang menyebabkan antrian yang panjang di ATM.

Salah seorang informan yang membayar iuran secara autodebit pernah mengalami permasalahan yaitu terjadi pemotongan untuk pembayaran iuran yang lebih dari seharusnya.

) + ) B 6B

* # ) * * )

- ) * ) *

B * $< 54&

Beberapa informan juga memiliki pengalaman pembayaran lewat ATM dimana uangnya sudah terpotong namun struk sebagai bukti pembayaran tidak keluar.

* * $23 751;&

#' ! " # $ ! + + 0 # # + , $ # #' #

Secara umum, sebagian besar informan yang pernah mengakses fasilitas layanan kesehatan tingkat lanjutan menyatakan puas dengan manfaat medis yang mereka telah mereka terima. Sebaliknya, sebagian peserta mengeluhkan kualitas layanan primer yang pernah mereka terima dengan menggunakan BPJS.

Informan mempersepsikan layanan medis yang diterima di Rumah Sakit cukup baik dan kualitas layanan yang diterima oleh peserta JKN sama dengan pasien umum yang membayar secara

( % *

) ) *

-) 0 * ) ) + ) $

&* $< 5B&

Beberapa informan mengungkapkan adanya pengalaman bahwa kepemilikan JKN menghindarkan peserta dari pengeluaran kesehatan dalam jumlah besar.


(30)

9 ! ) )

+ + ) 6B - *

" ) ) B - - ) * % !

B8C ) * % * $23 4516&

) + * ' - * 9

* 9 ) *

- ) ) * < - + ) ) * @

- ) $23 4517&

Meskipun secara umum, sebagian besar informan merasa puas dengan layanan medis yang mereka terima di FKTL, informan mengeluhkan ketersediaan kamar perawatan di Rumah Sakit. Beberapa informan mengeluhkan bahwa mereka sering mengalami kesulitan untuk memperoleh kamar perawatan yang sesuai dengan haknya.

) ) 0 + $ & +

+ % 0 * *

+ +

* $23 6516&

Beberapa informan menyebutkan bahwa mereka sudah pernah bahkan sering memanfaatkan JKN untuk mengakses layanan kesehatan.

) * *

* $23 65;&

* 9

+ + + ) *

2 ) - * $23 651A&

) - ) + 0 + 0

* ) - )

) * $23 6514&

9 ) + + )

** $23 451;&

D ) + D ) % +

- ) * $23 751;&

Namun sebagian besar yang pernah memanfaatkan JKN, tidak memanfaatkannya untuk layanan kesehatan primer. Mereka Lebih memilih membayar untuk layanan rawat jalan karena obat yang ditanggung BPJS dinilai lebih rendah kualitasnya dibandingkan obat yang disediakan di layanan yang tidak bekerjasama dengan BPJS. Selain itu, JKN tidak bisa mereka gunakan untuk mengakses layanan rawat jalan di praktik dokter spesialis.


(31)

) * @ ) *

* @ ) ) * $23 4517&

Salah satu informan mengungkapkan kekecewaannya akan laysnan yang ia terima saat mengakses layanan dengan BPJS karena saat itu ia merasa tidak mendapatkan layanan kesehatan berkualitas. Kekecewaan tersebut hampir saja membuat informan menghentikan pembayaran iuran BPJS.

- 0 - + * " ) + *

) % % + ) - ) %

- * ) + ) :

# * 1 6888 - 0 + *

$23 451A&

Beberapa responden memiliki pengalaman menghadapi kesulitan untuk mendapat ruang perawatan pada saat rawat inap. Hal tersebut menimbulkan perasaan kurang puas terutama karena mereka telah memenuhi kewajiban membayar iuran.

) + * ) ) *

* # ) :

3 * 0 - * $23 6516&

Beberapa informan memiliki persepsi yang negatif terhadap kualitas yang mereka terima untuk layanan rawat jalan di fasilitas kesehatan tingkat pertama dengan menggunakan BPJS.

# ) + ) * - ) * +

) 0 - * " ) * $< 54&

Salah satu aspek layanan yang dinilai kurang adalah kualitas obat yang diberikan kepada pasien. Obat yang diberikan dipersepsikan sebagai obat murah yang tidak dapat memberikan kesembuhan pada pasien.

) $ & ) 0

+ ) ) % 0 ) * > )

+ * )

* ) ) ) * 3

) .” $< 54&

3 0 - ) * ) + ) + * )

- * 48 ) * )

* ) * $< 54&

- ) + ) )

+ ) ) ) + )


(32)

Selain keluhan tentang kualitas obat, peserta yang menggunakan JKN juga mengeluh tentang keterampilan dokter pemberi layanan.

) ) ) ** ) - ) ) +

) ) ** + ) ) - )

* $23 7516&

+ ) *

) )

* $23 751'&

Salah satu informan ketika mengakses layanan kesehatan di dokter gigi merasa tidk puas karena tidak mendapatkan paket manfaat yang dijanjikan. Ketika awal mengikuti BPJS,ia mendapatkan penjelasan bahwa peserta bisa mengakses layanan scalling di dokter gigi satu kali per tahun. Namun saat ke dokter gigi dengan menggunakan BPJS ia tidak bisa memperoleh layanan tersebut.

ED + ) * 0 - - + % )

+ ) - * 9 - ) ) *

* $< 54&

Proses layanan semakin lama, seiring dengan bertambahnya jumlah peserta dinilai semakin rumit oleh peserta. Jika dahulu informan bisa dilayani tiap ada keluhan, saat ini harus menyesuaikan dengan jadwal karena jumlah pasien yang dilayani per hari dibatasi.

- -

-) % - * ) - ) )

- 0 ) * )

- 0 ) - >

) ) ) * 9 ) )

) ) * ) ) - ) *

% ) ) - ) * $23 7516&

Hasil diskusi dan wawancara menunjukkan masih adanya persepsi tentang adanya diskriminasi layanan yang disediakan kepada pasien yang merupakan peserta BPJS dengan pasien yang bukan BPJS.

- ) ( 2 )

1 % ) ) ) * (

-) 1 ) )

) )

) ) )


(33)

/ $(, # " 0 % # (% #

Sebagian besar informan menyatakan pernah mengalami keterlambatan dalam pembayaran iuran. Sebagian besar dari mereka yang terlambat membayar iuran sebenarnya mengetahui bahwa iuran BPJS paling lambat dibayarkan tanggal 10 setiap bulannya. Pembayaran iuran lebih dari satu bulan menyebabkan risiko lupa yang lebih tinggi dibandingkan dengan pembayaran yang dilakukan tiap bulan. Hal tersebut dikarenakan dalam kitir struk pembayaran dari ATM tidak mencantumkan periode pembayaran yang telah dilakukan.

) - * 7 ) : @ *

+ + + 4 - *

* ) 7+ 7 * * ) ) - ) :

* * $23 4516&

Pembayaran iuran yang tepat waktu biasanya terjadi pada informan yang melakukan pembayaran secara rutin tiap bulan yang dilakukan bersamaan dengan pembayaran tagihan lainnya, seperti tagihan listrik, kartu kredit.

) + + ) ) ) +

*** ) *** - ) + - * $23 451;&

Informan lain yang membayar tepat waktu biasanya secara teratur melakukan pembayaran beberapa hari menjelang tenggat waktu pembayaran untuk mengantisipasi kesibukan atau halangan mendadak pada hari tersebut.

) + ) ) 0

-0 ) )

-) ) * )

* $23 751B&

Beberapa informan patuh membayar iuran tiap bulan karena mereka memiliki masalah kessehatan yang menyebabkan mereka harus manjalani pengobatan secara rutin ke layanan kesehatan.

) ) + )

+ - ) ) + - )

) * 3 * $23 4514&

Salah satu informan yang pernah terlambat membayar iuran selama 4 bulan menyatakan alasan keterlambatannya adalah karena tidak pernah menggunakan BPJS untuk mengakses layanan.

) + ) * + )


(34)

Sebagian besar informan menyatakan bahwa kekhawatiran untuk tidak membayar iuran adalah bukan karena takut akan terkena denda melainkan karena takut bahwa kepesertaan menjadi inaktif sehingga tidak bisa digunakan saat mereka tiba1tiba perlu mengakses layanan kesehatan.

+ +

) * ) $ & * # )

* $23 451=&

) + ) * %

* ) + * ) - ) * $23 451A&

Sekalipun, beberapa informan menyatakan ketidakpuasan akan layanan kesehatan yang mereka terima saat menggunakan BPJS, mereka tetap melanjutkan pembayaran iuran karena kekhawatiran akan kemungkinan sakit di masa mendatang.

) + ) 0

-* ) ) *

3 * D ) ) +

) * ) ) ) +

) + * $23 6516&

Tidak adanya peringatan yang diberikan kepada peserta yang terlambat membayar iuran menimbulkan kesan manajemen yang kurang optimal.

" ) - ) * 9 +

) ) * 3 (

: ) : ) * 3 * - *

) ) + ) * ) +

) + ) ) *

) + * ) * # ) ) *

$< 54&

A &$-%8 &$-% #', " $ " 0 % # (% #

Hal yang tercetus dari sebagian besar informan adalah rendahnya pengetahuan informan tentang waktu pembayaran, berbagai metode pembayaran iuran yang tersedia, konsekuensi dari penunggakan pembayaran iuran. Ketidaktahuan peserta mengenai akun virtual menyebabkan mereka tidak melakukan pembayaran iuran.

) ) ) +


(35)

Selain itu, kurangnya pengetahuan mengenai proses pembayaran iuran juga membuat beberapa informan menunggak pembayaran iuran. Salah seorang informan menceritakan bahwa temannya menunggak pembayaran iuran karena mengira bahwa setelah mendaftar maka secara otomatis iuran akan dipotong setiap bulan dari rekeningnya (autodebit).

) - * * *

* 1 * ) * $< 5=&

Seorang informan menyatakan bahwa ia tidak membayar iuran selama lebih dari 6 bulan karena sistem yang sering error sehingga menyebabkan gagalnya transaksi.

* - 0 ) +

) ) ) * )

* $< 57&

Selain itu, tidak adanya pemberitahuan mengenai telah berapa bulan ia belum membayar, kapan ia harus membayar dan bagaimana status kepesertaannya membuatnya tidak melakukan pembayaran iuran hingga sekarang. Tidak adanya notifikasi terhadap peserta yang menunggak membuat informan tersebut merasa bahwa BPJS tidak mengetahui atau tidak mempermasalahkan keterlambatan tersebut.

@ - * ) +

* $< 57&

Beberapa peserta menyebutkan bahwa penyebab seringnya keterlambatan pembayaran iuran adalah karena sikap yang cenderung menggampangkan proses pembayaran iuran serta besaran denda yang dinilai tidak terlalu besar. Sistem yang sering juga disebutkan oleh peserta sebagai penghambat pembayaran iuran oleh sebagian besar peserta.

Beberapa orang informan pernah mengalami tagihan iuran yang lebih besar dari yang seharusnya.

Kurangnya kualitas layanan kesehatan yang dirasakan oleh peserta ketika mengakses layanan kesehatan primer dengan menggunakan BPJS menyebabkan mereka enggan untuk menggunakan BPJS mereka dan lebih memilih melakukan pembayaran ( % . Salah satu informan memutuskan untuk tidak melanjutkan pembayaran iuran karena merasakan kerugian dengan beban pengeluaran ganda tersebut.

) - 488 +

-'8 - ) ) *


(36)

Pengalaman mengakses layanan dengan menggunakan BPJS merupakan salah satu faktor yang menentukan kepatuhan dan keberlangsungan pembayaran iuran. Sebagian pasien mengeluhkan tentang layanan yang mereka terima di fasilitas kesehatn tingkat pertama. Kekecewaan karena merasa ‘tidak langsung dilayani’ saat mengalami keluhan kesehatan dan prosedur layanan yang makin sulit dengan makin bertambahnya jumlah peserta juga dapat membuat peserta menjadi enggan untuk membayar iuran.

9 ) ) $ ) & )

-) ) - )

-+ - ) * $23 7516&

Persepsi mengenai risiko sakit dan pengeluaran katatrofik juga mempengaruhi keputusan peserta dalam membayar iuran. Salah satu informan merasa bahwa rawat inap, kecuali karena kecelakaan, bisa dicegah dengan menjalankan pola hidup sehat. Rawat inap dikatakan lebih mungkin terjadi pada orangtua. Persepsi tersebut menjadikan peserta lebih mudah untuk memutuskan menghentikan pembayaran iuran.

) ) * % ) +

* ) % * D + )

) * ) * +

% ) ) % * 0 +

* % ) %

* % 0 * $< 54&

Salah seorang informan menyatakan berhenti membayar iuran JKN untuk suami dan anaknya karena baru mengetahui bahwa iuran JKN harus dibayar seumur hidup. Informan tersebut tidak memiliki informasi yang cukup tentang JKN karena proses pendaftaran dan pembayaran iuran selama ini dilakukan melalui koperasi.

- B, ( ) + )

) ) : $ ) + ) )

&

- - ) * $< 56&

Selain kurangnya informasi, rendahnya penghasilan dan kekhawatiran akan keberlangsungan pembayaran iuran karena ketidakpastian dalam pekerjaan dan penghasilan membuat informan tersebut memutuskan untuk berhenti.

D - ) - ) )

) * - %


(37)

Kepemilikan JKBM membuat salah satu informan merasa tidak perlu untuk melanjutkan pembayaran iuran JKN.

Keterbatasan ekonomi dinyatakan sebagai dua orang informan sebagai penyebab penunggakan pembayaran iuran. Kebutuhan lain seperti kebutuhan akan biaya sekolah anak dan kebutuhan pokok lainnya menyebabkan dikesampingkannya kebutuhan akan jaminan kesehatan.

) + % * ) - ) 4+

* 9 ) ) + * * )

) * 9 ) * < + + )

* ) > * " + .

) - ) * ) $ ) &+ ) ) ) +

) % * $< 5=&

) + - % )

) ) *

) % *

$< 56&

Tidak adanya pemberitahuan dan penagihan kepada peserta yang menunggak dikatakan menimbulkan kesan bahwa pengelolaan pembayaran iuran BPJS tidak berjalan dengan baik sehingga tidak mengetahui siapa saja peserta yang masih menunggak.

- + - ) ) ) ( % ) :

+ ( % + ( - ) +

: 3 ) * ) ) * *

+ + ) ) * )

) ) * ) ) : ) * ) +

) + +

) * > + * 3 *

-* $< 5=&

Salah seorang informan menyatakan bahwa terdapat proses notifikasi yang tidak konsisten oleh BPJS. Saat informan menunggak iuran selama 3 bulan, yang bersangkuta memperoleh surat peringatan. Namun ketika hingga saat ini informan telah menunggak selama lebih dari 6 bulan, tiidak ada surat peringatan yang diterima.

) ) 7 + 0 ) * )

+ '+ * 9 * 9

; + : +

) + ) ) : $< 5=&

Pembayaran iuran JKN dengan menitipkan iuran kepada orang lain dapat menyebabkan tunggakan ketika uang iuran yang dititipkan disalahgunakan.

) ) + = * )

) - ) ) * ) ) *


(38)

Salah seorang informan mengaku menunggak pembayaran iuran karena suami sebagai tulang punggung keluarga telah meninggal.

* * * $< 5B&

Selain itu, kesalahan persepsi mengenai risiko keterlambatan membayar iuran menyebabkan informan tidak membayar iuran. Ketidaktahuan tentang adanya denda untuk keterlambambatan pembayaran iuran serta prosedur pengurusan kembali setelah BPJS non aktif membuat informan menunda pembayaran iuran. Informan tersebut menyebutkan bahwa ia akan membayar jumlah iuran ynng tertunggak sekaligus jika suatu saat nanti memerlukan akses layanan kesehatan.

* * # - ) ) ) *

) ) * - - * ) * ) )

) 6B * ) ;B * 6B*B88

) ) * ;'*B88* ) 48 ) ) + )

) ;'B ) * 3 * 3 ) * *

) ) + )

-) ) + ) + ) * $< 5B&

$% $ ' / # #'& $ # & / $(, # / " 0 % # (% #

Seluruh peserta menyatakan bahwa mereka membutuhkan lebih banyak informasi mengenai berbagai cara pembayaran iuran BPJS yang tersedia. Selain itu, sebagian besar informan belum mengetahui ketersediaan berbagai fasilitas yang dapat digunakan untuk mengecek pembayaran iuran. Sebagian peserta juga belum mengetahui tentang batasan waktu keterlambatan pembayaran dan konsekuensi dari keterlambatan pembayaran iuran. Informasi1informasi tersebut diharapkan diinformasikan kepada peserta saat peserta mendaftar sebagai peserta sehingga peserta terinformasi sejak awal.

@ 0 ) 0 ( ( 0

) 0 - 0 + - 0

( ( $23 751B&

Informasi1informasi tersebut diharapkan bisa disampaikan melalui media massa seperti iklan1 iklan pada televisi, radio, koran, Baliho serta melalui media sosial seperti facebook, serta sosialisasi oleh Kepala Desa atau petugas BPJS ke masyarakat.


(39)

% + ) )

( % ) - ) * +

- * * $23 6516&

0 + ) * "

) * (

* $23 651B&

) ) ) + ) *

( ) - + 9?+ * 9?

4 48 % * @ ) * $23 4516&

Menurut informan, hal yang lebih penting untuk meningkatkan kepatuhan peserta membayar iuran adalah dengan memberikan notifikasi atau peringatan, bukan dengan memberikan punishment berupa denda.

) + +

) + ) ) - - * 9 ) ) *

+ ) ) ) +

) + ) ) ) 6 ) * D +

( ) ) * + ) +

0 - ( ) * $23 514&

Seorang informan yang telah menunggak pembayaran selama lebih dari 6 bulan merasakan perlu adanya pemberitahuan kepada peserta yang menunggak mengenai jumlah tunggakan, kapan sebaiknya pembayaran dilakukan dan juga mengenai status kepesertaan mereka.

) * ) *

) ) * 0 * - * $< 57&

Pemberitahuan kepada peserta dapat dilakukan melalui surat maupun SMS. Mayoritas informan menyebutkan pemberitahuan melalui SMS akan lebih efektif dibandingkan pemberitahuan melalui surat karena kemungkinan surat tidak sampai pada yang dituju lebih besar dibandingkan SMS.

+ * ) *

% * ) ) + )

) + * + * 0 " :

+ + ) + *

) + ) + ) ) * * < 57

Ada dua orang informan yang telah melakukan instalasi aplikasi BPJS di telepon selulernya dan merasa bahwa sebenarnya aplikasi BPJS dapat memberikan notifikasi untuk pembayaran BPJS. Namun informan menyayangkan bahwa aplikasi di satu telepon seluler hanya bisa digunakan untuk 1 peserta, tidak bisa digunakan untuk 1 KK.


(40)

9 ) + ) * % 4 * +

+ * ) % *

+ ( * $23 4514&

Perlu ada mekanisme untuk mengingatkan peserta dalam membayar iuran agar tidak terjadi lupa atau keterlambatan. Reminder mengenai pembayaran iuran bisa dilakukan melalui SMS yang dikirimkan pada peserta BPJS menjelang tenggat waktu pembayaran iuran.

) ) ) * 9 ) +

-+ - * 9 *

+ ) + 4 48+

) * ) ) + % ) *

@ + ) *** ) $23 4516&

) *

) + * 9 - * * #

+ * $< 54&

Sebaliknya, satu orang informan menyatakan bahwa peringatan lewat SMS tidak perlu lagi dilakukan karena waktu pembayaran seharusnya sudah diketahui oleh peserta. Peringatan melalui SMS hanya perlu dilakukan jika terdapat banyak peserta yang sering terlambat membayar iuran.

F + ) 0 + 4 48 %

-+ 48 * ( ) + % * )

) ) * $23 4516&

Dalam bukti transfer pembayaran di ATM idealnya tercantum bulan pembayaran yang dilakukan sehingga peserta tidak lupa.

0 ) 9 ) * )

* 9 * ) * $< 57&

% ) ' * ' + % ) ) *

) * *

* ) ) ) + ) 7 * +

+ 684B* 9 > )

* $23 4516&

Sistem agar diperbaiki sehingga tidak sering terjadi . Sistem yang error seringkali menyebabkan keterlambatan pembayaran iuran BPJS pada peserta.

) ) * ) + )


(41)

Dalam melakukan pembayaran diharapkan ada pilihan untuk pembayaran secara kolektif misalnya untuk 1 KK sehingga waktu transaksi bisa dipersingkat.

) + ) ) ) + * 9

-+ - ! + * $23 4514&

3 ) : ) ( )

) ) )

* $23 7516&

Alternatif lainnya adalah dengan membuat pilihan pembayaran secara kolektif dimana ada opsi untuk memilih beberapa nomor akun virtual secara bersamaan sehingga tidak perlu pengulangan seluruh langkah dalam pembayaran untuk tiap akun.

+ ) * % +

* ) 7 + - 7 )

) * * $23 4516&

Alternatif pembayaran lainnya yang dikemukan oleh beberapa informan yaitu melalui kurir yang mendatangi peserta yang mengalami kesulitas dalam membayar iuran.

) ) + 2 2+ 2 2 )

* 0 + - +

* ) % +

* 9 ) * ) ) * * $23 4516&

Namun beberapa responden memiliki kekhawatiran untuk melakukan pembayaran melalui kurir karena khawatir bahwa uang yang mereka bayarkan disalahgunakan. Salah satu informan yang menunggak iuran lebih dari enam bulan pernah menitipkan pembayaran iuran pada saudaranya namun uang tersebut tidak dibayarkan ke BPJS sehingga terjadi tunggakan.

Upaya untuk meningkatkan pemahaman tentang pentingnya pembayaran iuran dan pentingnya kepemilikan asuransi kesehatan secara berkelanjutan meskipun belum pernah atau sangat jarang menggunakan JKN penting dilakukan.

% ) +

+ ) + ( ) * 9

) ) * % + +

) + ( ) )

* $23 6514&

Memperluas jaringan untuk pembayaran iuran sehingga prosedur pembayaran bisa menjadi lebih mudah dan dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Di Kota Denpasar, masih terdapat kelompok masyarakat yang tidak bisa menjangkau informasi maupun cara pembayaran iuran


(42)

BPJS yang saat ini tersedia. Anggota masyarakat yang tidak terbiasa melakukan transaksi Perbankan perlu dijangkau dengan cara pembayaran yang lebih sederhana. Salah satu alternatif yang diusulkan oleh beberapa informan adalah pengembangan kerjasama dengan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) karena LPD cukup terjangkau oleh kelompok masyarakat yang berusia lanjut dan yang tidak terbiasa bertransaksi Perbankan.

)

* % * ) @ * ) *

@ * @ ) +

% * : $23 6516&

Sebagian peserta menyatakan tidak mengetahui tentang letak LPD dan tidak pernah mengunjungi LPD setempat sehingga tidak merasa perluasan pembayaran melalui LPD perlu dilakukan. Kartu pembayaran seperti ATM yang mudah dipakai serta pembayaran yang bisa dilakukan dimana saja seperti halnya rekening listrik akan lebih memudahkan peserta dalam melakukan pembayaran.

) ) ) ) )

-) ) ) - %

- ) ) ) 9 - )

) + ) 9 +

- ( - ) * ) 9 - ) )

) - ) + - ) )

) ) * )

- ) ) %

) - ) + ) -


(43)

Jaminan Kesehatan Nasional merupakan asuransi kesehatan sosial yang kepesertaannya bersifat wajib bagi seluruh penduduk Indonesia. Peta jalan JKN mentargetkan pencapaian cakupan universal pada tahun 2019, dimana diharapkan bahwa seluruh penduduk Indonesia telah tergabung sebagai peserta JKN. Tantangan terbesar dari upaya pencapaian cakupan kesehatan universal adalah upaya untuk memperluas cakupan JKN pada pekerja sektor informal.

Jumlah penduduk Kota Denpasar pada akhir tahun 2014 berjumlah 867.700 orang. Data dari BPJS Kesehatan Divisi Regional XI menyebutkan bahwa pada tahun 2014 terdapat 681.279 peserta JKN di Kota Denpasar yang terdiri dari 241.863 orang peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) dan 439.416 peserta Non PBI. Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari Litbang BPJS Kesehatan, dari Januari 2014 hingga Oktober 2015 terdapat 84.959 peserta JKN Non1PBI Mandiri di Kota Denpasar. Data tersebut menunjukkan bahwa masih terdapat cukup banyak penduduk di Kota Denpasar yang belum menjadi peserta JKN. Dilihat dari sisi pemanfaatan layanan, 79.236 peserta yang telah memanfaatkan FKTP dan 44.833 peserta yang telah memanfaatkan layanan FKTL dalam periode Januari 2014 hingga Oktober 2015.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa cukup banyak peserta yang mendaftar sebagai peserta JKN Mandiri karena menderita penyakit yang membutuhkan perawatan dan tindakan medis yang berbiaya besar. Kebijakan BPJS agar peserta JKN Non1PBI Mandiri mendaftarkan seluruh anggota keluarga dalam KK mampu meningkatkan jumlah peserta dan mengurangi risiko

! % . Masalah yang saat ini terjadi adalah rendahnya kepatuhan pembayaran iuran pada peserta JKN Non1PBI Mandiri. Iuran peserta JKN adalah salah satu sumber pembiayaan dari JKN sehingga angka ketidakpatuhan pembayaran iuran yang tinggi dapat menimbulkan risiko finansial yang cukup besar bagi BPJS di tahun1tahun awal implementasi JKN.

Hasil analisis data sekunder dalam penelitian ini menunjukkan bahwa faktor1fator yang berpengaruh terhadap kepatuhan pembayaran iuran adalah usis, kelas kepesertaan, status kepesertaan, pemanfaatan layanan FKTP dan pemnafaatan layanan FKTL. Makin tua usia makin menurun risiko ketidakpatuhan kemungkinan disebabkan karena orang yang lebih tua biasanya memiliki risiko terkena penyakit dibandingkan dengan yang lebih muda. Kelas kepesertaan kelas


(44)

3 memiliki risiko yang lebih tinggi daripada kelas 1 kemungkinan karena peserta yang memilih kelas 3 pada umumnya memiliki kondisi sosial ekonomi yang lebih rendah dibandingkan dengan peserta kelas 1. Pada saat ada kebutuhan lainnya yang mendesak maka peserta kelas 3 kemungkinan besar akan menunda pembayaran iuran dan memprioritaskan pengeluaran yang mendesak tersebut. Status kepesertan sebagai istri, anak dan tambahan memiliki risiko yang lebih rendah untuk menajdi tidak patuh. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dong dkk. (2009) di Burkina Faso. Status sebagai istri menunjukkan bahwa yang menanggung adalah peserta laki1laki. Hasil penelitian tersebut kemungkinan disebabkan karena karir laki1laki cenderung lebih tetap sehingga pembayaran iuran istri juga cenderung tetap. Status kepesertaan sebagai anak memiliki risiko lebih rendah untuk menjadi tidak atuh membayar iuran karena pada umumnya orangtua ingin memberikan yang terbaik untuk anak mereka, termasuk dengan menyediakan jaminan kesehatan sehingga anak akan tetap bisa mengakses layanan saat dibutuhkan. Status kepesertaan tambahan berarti peserta JKN di luar keluarga inti, namun namanya tercantum dalam KK. Keluarga yang juga mengikutsertakan kerabat di luar keluarga inti merupakan keluarga yang sadar akan pentingnya asuransi sehingga risiko ketidakpatuhannya lebih rendah. Risiko ketidakpatuhan menurun dengan meningkatnya jumlah kunjungan ke FKTP dan FKTL karena peserta yang menderita penyakit atau masalah kesehatan yang harus mendapat layanan di fasilitas kesehatan akan lebih rajin membayar iuran sehingga mereka dapat terus menerus memanfaatkan JKN untuk mengakses layanan kesehatan tanpa dikenakan biaya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa beberapa faktor yang berpengaruh terhadap ketidakpatuhan pembayaran iuran JKN antara lain kurangnya pengetahuan tentang keterbatasan ekonomi dan adanya prioritas non1kesehatan, ketidakpuasan akan kualitas layanan kesehatan yang diterima dengan menggunakan BPJS, kurangnya pengetahuan tentang pembayaran iuran dan konsekuensi ketidakpatuhan pembayaran iuran, tidak adanya notifikasi atau

mengenai pembayaran iuran, sistem pembayaran iuran yang sering bermasalah, masih adanya tanggungan Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM), persepsi tentang rendahnya risiko sakit dan risiko pengeluaran katastrofik.

Keterbatasan ekonomi membuat manusia harus membuat skala prioritas. Ancaman akan penyakit dan masalah kesehatan lainnya bersifat tidak pasti sehingga kebutuhan seperti kebutuhan akan pangan dan biaya pendidikan yang ancamannya lebih nyata menjadi lebih diprioritaskan dibandingkan dengan pembayaran iuran. Keterbatasan ekonomi yang menyebabkan pembayaran


(45)

iuran untuk kesehatan tidak menjadi prioritas dibandingkan dengan pemenuhan kebuthan sehari1 hari juga ditemukan pada penelitian Triratnawati pada masyarakat miskin di Desa Rapalauk, Madura Tahun 2014.

Ketidakpuasan akan kualitas layanan kesehatan merupakan permasalahan klasik yang menjadi penghambat untuk meningkatkan cakupan kepesertaan jaminan kesehatan serta merupakan penyebab dari rendahnya angka utilisasi jaminan kesehatan. Hasil penelitian yang dilakukan di berbagai daerah menunjukkan adanya persepsi negatif mengenai kualitas layanan yang diterima oleh pengguna jaminan kesehatan. Hasil 56 FGD dan 32 wawancara mendalam yang dilakukan Jannatul dkk. terhadap masyarakat miskin dan hampir miskin yang memiliki jaminan kesehatan (baik Jamkesmas maupun Jamkesda) yang berkunjung ke fasilitas kesehatan di 4 kabupaten di Jawa Timur menyebutkan adanya kekhawatiran masyarakat terhadap mutu layanan kesehatan dengan menggunakan Jamkesmas. Masyarakat mempersepsikan bahwa obat yang diberikan untuk pasien Jamkesmas adalah obat murah yang berkualitas kurang baik sehingga pasien tidak cepat sembuh. Oleh karena itu, masyarakat memilih untuk membayar sendir untuk mendapatkan obat yang “lebih bagus”. Persepsi lain terhadap Jamkesmas adalah adanya perbedaan layanan antara pasien Jamkesmas dengan Pasien Non1Jamkesmas. Pasien Jamkesmas dianggap akan menerima layanan yang kurang berkualitas dibandingkan pasien Non1Jamkesmas. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya pengalaman responden yang mengalami perbedaan layanan di fasilitas kesehatan menyebabkan turunnya kepercayaan untuk menggunakannya kembali (12). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jannatul dkk. dan menunjukkan bahwa persepsi yang negatif terhadap kualitas layanan yang diterima mempengaruhi kemauan peserta untuk melanjutkan pembayaran iuran JKN.

Kecenderungan peserta JKN Non1PBI Mandiri untuk tidak menggunakan JKN untuk mengakses layanan rawat jalan sejalan dengan hasil penelitian oleh Radja (2014) dan Mansur dkk. (2014). Penelitian oleh Radja (2014) dengan menggunakan data 2 ) @ ( ! ) di Indonesia Timur (IFLS East) tahun 2012 menunjukkan bahwa 51,1% pemilik Jamkesmas di Indonesia Timur tidak menggunakan jaminannya untuk pelayanan rawat jalan. Mereka lebih memilih membayar langsung daripada pelayanan gratis (13). Penelitian oleh Mansur dkk (2014) menunjukkan bahwa hanya 89,05% dari 2.549 pemilik jaminan kesehatan di NTT dan 59,23% dari 1.447 pemilik jaminan kesehatan di Jawa Timur memanfaatkan jaminan kesehatan ketika


(1)

5-" # . D > = #9 % #5 ! "

+ %$ -#8 #5 %

-/ & %$ #0 # %- #'

Identitas Nama? Usia? Pekerjaan? Status perkawinan? Jumlah anak? Kepesertaan

JKN

Sejak kapan menjadi peserta JKN?

Bagaimana ceritanya hingga Anda memutuskan untuk menjadi peserta JKN?

Kesadaran sendiri? Dorongan orang lain? Mengalami permasalahan kesehatan? Memerlukan akses ke layanan kesehatan? Bagaimana status kepesertaan

JKN Anda?

Kelas berapa? Apakah seluruh anggota keluarga dalam KK Anda sudah terdaftar sebagai peserta JKN?

Jika belum, mengapa? Pemanfaatan

layanan

Bagaimana pengalaman pemanfaatan layanan dengan BPJS?

Apakah pernah memanfaatkan layanan? Di faskes mana?

Masalah kesehatan apa? Seberapa sering?

Bagaimana pendapat anda tentang kualitas layanan yang anda terima?

Memuaskan/tidak memuaskan?

Jika tidak memuaskan, aspek layanan apa yang masih kurang?

Jika layanan yang anda terima kurang memuaskan, apakah berpengaruh terhadap

pembayaran iuran JKN anda?

Iya/tidak?

Jika iya, bagaimana pengaruhnya?

Iuran JKN Bagaimana pendapat Anda

tentang besaran iuran JKN yang harus dibayarkan?

Mahal/cukup/murah?

Sesuai/tidak dengan paket manfaat yang akan diterima?

Besaran iuran relatif terhadap pendapatan per bulan?

Bagaimana cara Anda

melakukan pembayaran iuran JKN?

Apakah anda membayar iuran sendiri atau membayar iuran seluruh anggota keluarga dalam KK?

Apakah membayar sendiri atau dibayarkan orang lain?

Pembayaran dilakukan lewat mana? Bank (BNI/Mandiri/BRI/BTN)? Lewat


(2)

Anda jumpai saat melakukan pembayaran iuran?

Kepatuhan pembayaran iuran

Bagaimana ketepatan waktu dalam melakukan pembayaran iuran?

Tanggal berapa biasanya Anda melakukan pembayaran iuran? Apakah selalu tepat waktu?

Apakah pernah terlambat? Jika selalu tepat waktu,

bagaimana strategi Anda agar bisa selalu membayar tepat waktu?

Reminder? Auto debet? Cara lainnya?

Jika pernah terlambat, bagaimana ceritanya?

Mengapa terlambat? Berapa lama keterlambatannya? Apakah sering terlambat?

Apakah Anda mengetahui apa konsekuensi yang akan Anda hadapi jika Anda terlambat membayar iuran?

Jika iya, apa yang anda ketahui? Misalnya: setelah berapa lama tidak membayar akan terkena denda/kepesertaan dihentikan? darimana Anda memperoleh informasi tsb? Bagaimana pendapat Anda

tentang denda yang dikenakan untuk keterlambatan?

Apakah menurut Anda denda tsb cukup besar? Apakah denda tsb. menimbulkan rasa jera? Jika tidak, berapa sebaiknya denda yang dikenakan bagi keterlambatan? Apakah anda mengetahui bahwa

BPJS menyediakan fasilitas untuk mengecek status

pembayaran iuran JKN Anda?

Jika tahu, darimana anda mendapatkan informasi tersebut?

Apakah anda pernah

memanfaatkan fasilitas yang disediakan oleh BPJS untuk mengecek status pembayaran iuran anda?

Website resmi di check pembayaran iuran/ untuk android download app BPJS

Kesehatan/SMS gateway

Jika pernah, bagaimana pendapat anda tentang layanan tsb? Apakah bermanfaat? Jika tidak pernah, mengapa?

Menurut Anda, strategi apa yang harus dikembangkan oleh BPJS untuk meningkatkan kepatuhan peserta JKN untuk membayar iuran?

Misalnya:

Memperbanyak variasi tempat pembayaran? Meningkatkan denda?

Layanan mobile utk pemungutan iuran? Lain1lain?


(3)

-&(" #$ + #'("/(! # $

. 1 #'' ! -6 " % 3 5 B 0 + # %$ % ) #/ + %4


(4)

(5)

.

7

( #' 5 #' #$ @2 . 5(#' &(!$ + 5-&$ % # # 6 %+ $ + 5 0 # 2 !# (5 %" #2 #/ + %

+ " % 3


(6)

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Kewajiban Kepemilikan NPWP, Kepatuhan Wajib Pajak, Pemeriksaan Pajak, dan Penagihan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak (Studi Empiris Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Wilayah Medan/Sumatera Utara I)

30 203 130

DETERMINAN KEMAUAN MEMBAYAR IURAN PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL MANDIRI DI WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN KOTA SEMARANG

4 34 193

STUDI DESKRIPTIF KARAKTERISTIK PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL NON PBI MANDIRI KOTA Studi Deskriptif Karakteristik Peserta Jaminan Kesehatan Nasional Non PBI Mandiri Kota Surakarta yang Tercatat di BPJS Kesehatan Surakarta.

0 2 18

Determinan Pemanfaatan Puskesmas Kecamatan Pematang Sidamanik Oleh Peserta Penerima Bantuan Iuran (Pbi) Jaminan Kesehatan Nasional (Jkn) Kabupaten Simalungun Tahun 2015

1 1 19

Determinan Pemanfaatan Puskesmas Kecamatan Pematang Sidamanik Oleh Peserta Penerima Bantuan Iuran (Pbi) Jaminan Kesehatan Nasional (Jkn) Kabupaten Simalungun Tahun 2015

0 0 2

Determinan Pemanfaatan Puskesmas Kecamatan Pematang Sidamanik Oleh Peserta Penerima Bantuan Iuran (Pbi) Jaminan Kesehatan Nasional (Jkn) Kabupaten Simalungun Tahun 2015

2 3 9

Determinan Pemanfaatan Puskesmas Kecamatan Pematang Sidamanik Oleh Peserta Penerima Bantuan Iuran (Pbi) Jaminan Kesehatan Nasional (Jkn) Kabupaten Simalungun Tahun 2015

1 5 26

Determinan Pemanfaatan Puskesmas Kecamatan Pematang Sidamanik Oleh Peserta Penerima Bantuan Iuran (Pbi) Jaminan Kesehatan Nasional (Jkn) Kabupaten Simalungun Tahun 2015

0 0 3

Determinan Pemanfaatan Puskesmas Kecamatan Pematang Sidamanik Oleh Peserta Penerima Bantuan Iuran (Pbi) Jaminan Kesehatan Nasional (Jkn) Kabupaten Simalungun Tahun 2015

0 0 31

KETENTUAN KEPESERTAAN DAN PEMBAYARAN IURAN PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DAN ASAS GOTONG-ROYONG - Unika Repository

0 0 11