PENDAHULUAN Pengaruh Frekuensi Konsumsi Makanan Kariogenik Dan Status Gizi Terhadap Status Karies Siswa Sd Negeri Ngadirejo I Usia 7-8 Tahun, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makanan kariogenik sangat digemari anak-anak saat jajan disekolah dan
keadaan ini dapat mempengaruhi kesehatan gigi anak (Ramadhan, 2010). Contoh
makanan kariogenik yang dapat mempengaruhi kesehatan gigi anak-anak yaitu :roti,
coklat, permen, donat dan es krim (Widya, 2008). Makanan kariogenik banyak
mengandung sukrosa yang merupakan penyebab utama terjadinya karies. Penebalan
plak pada permukaan gigi terjadi setelah 30-60 menit mengkonsumsi makanan yang
mengandung sukrosa, kemudian bakteri Streptococcus mutans mengubah sukrosa
menjadi suasana asam. Keadaan tersebut menyebabkan berkurangnya permeabilitas
plak sehingga plak tidak mudah dinetralisir kembali (Budisuari dkk., 2010).
Mengkonsumsi makanan kariogenik berulang-ulang dapat mengubah suasana rongga
mulut menjadi asam karena pH rongga mulut turun. Penurunan pH dibawah 5,5dapat
memicu dekalsifikasi yaitu hilangnya garam kalsium pada email gigi (Adhani dkk.,
2014). Hasil studi epidemiologi menunjukkan adanya hubungan antara konsumsi
makanan kariogenik dengan prevalensi karies (Sanz dkk.,2013).
Selain makanan kariogenik, status gizi juga dapat menyebabkan terjadinya
karies. Masalah gizi dapat memicu terjadinya penyakit kronis, berat badan berlebih
atau berkurang serta karies gigi. Status gizi yang buruk dapat berdampak pada fungsi
kelenjar ludah sehingga tidak maksimal dalam pencegahan karies. Secara garis besar
1
masalah gizi pada anak-anak dapat berdampak buruk bagi kesehatan karena adanya
ketidakseimbangan antara asupan dan pengeluaran zat gizi maupun kesalahan dalam
memilih makanan. Kekurangan zat gizi esensial seperti vitamin A, C, D, kalsium,
fosfor dan fluor pada anak-anak dapat mempengaruhi perkembangan gigi sehingga
lebih rentan terhadap karies. Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan
terganggunya pembentukan gigi, sedangkan kekurangan vitamin D, kalsium dan
fosfat dapat menyebabkan perlambatan pola erupsi gigi (Arisman, 2014).
Masalah kesehatan gigi dan mulut di Indonesia merupakan masalah yang
cukup tinggi, salah satunya yaitu karies gigi. Prevalensi karies di Indonesia mencapai
85%-99%. Penyakit gigi dan mulut dapat menjadi sumber infeksi yang dapat
mempengaruhi penyakit sistemik lainnya (Nurhidayat dkk., 2012). Tingginya
prevalensi karies bisa disebabkan oleh konsumsi makanan kariogenik, kurangnya
pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut serta jarang melakukan pemeriksaan
gigi ke dokter gigi (Tulangow dkk., 2013).
Kesehatan gigi dan mulut penting untuk diperhatikan karena dapat
mempengaruhi kesehatan seseorang sehingga diperlukan penanganan dini untuk
menghindari kerusakan yang lebih parah. Data Dinas Kesehatan Kabupaten
Sukoharjo tahun 2009 terdapat 10% prevalensi karies atau sebanyak 9.149 kasus,
terjadi peningkatan pada tahun 2010 sebesar 15,8% atau 13.038 kasus. Tahun 2011
terjadi penurunan sebesar 14% prevalensi atau 11.649 kasus (Dinas Kesehatan
Kabupaten Sukoharjo, 2012). Karies gigi terjadi karena anak-anak gemar
mengkonsumsi makanan manis dan lengket yang digolongkan sebagai makanan
2
kariogenik. Hal ini juga didukung oleh tingginya frekuensi mengkonsumsi makanan
tersebut serta kurangnya kesadaran akan kebiasaan menggosok gigi setelah makan
dan sebelum tidur (Harlina, 2011).
Anak usia sekolah sangat gemar makan-makanan manis yang banyak
mengandung sukrosa dan lengket yang termasuk dalam makanan kariogenik,
sehingga berpotensi timbulnya karies gigi. Apabila anak-anak tidak melakukan
kumur ataupun sikat gigi setelah mengkonsumsi makanan manis tersebut, maka
makanan dapat menempel pada permukaan gigi yang nantinya dapat menyebabkan
karies. Menurut Wong (2008), usia 4-8 tahun merupakan usia yang paling rentan
terkena karies karena sedang mengalami periode gigi bercampur. Anak-anak usia 7-8
tahun sedang mengalami transisi dari gigi susu ke gigi permanen. Gigi susu yang
mengalami karies akan berdampak pada perkembangan rahang dan keadaan gigi
geligi permanen (Haryani, dkk., 2002). Anak-anak di SD Negeri Ngadirejo I rata-rata
mengkonsumsi jajanan seperti permen, coklat, roti, ciki, jagung manis, es krim dan
lain sebagainya.
SD Negeri Ngadirejo I merupakan salah satu SD Negeri yang berada di
Ngadijayan RT 03/IV Ngadirejo Kartosuro, Sukoharjo yang berdiri sejak tahun 1951,
dengan jumlah siswa yang terus meningkat setiap tahun ajaran baru. SD Negeri
Ngadirejo I memiliki 250 siswa pada tahun 2014/2015. SD Negeri Ngadirejo I
memiliki luas lahan 1290m2 dengan 9 ruang belajar yang dilengkapi ruang kepala
sekolah, ruang administrasi dan ruang perpustakaan. Sebagian besar orangtua siswa
termasuk ke dalam ekonomi menengah ke bawah.
3
Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu dilakukan penelitian tentang
“Pengaruh Frekuensi Konsumsi Makanan Kariogenik dan Status Gizi Terhadap
Status Karies Siswa SD Negeri Ngadirejo I Usia 7-8 tahun, Kecamatan Kartasura,
Kabupaten Sukoharjo” karena dengan hasil penelitian ini dapat digunakan untuk
melakukan tindakan pencegahan karies gigi pada anak sekolah dasar di SD Negeri
Ngadirejo I.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan masalah apakah terdapat
pengaruh frekuensi konsumsi makanan kariogenik dan status gizi terhadap status
karies siswa SD Negeri Ngadirejo I usia 7-8 tahun, Kecamatan Kartasura, Kabupaten
Sukoharjo?
C. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum:
Mengetahui pengaruh frekuensi konsumsi makanan kariogenik dan status
gizi terhadap status karies siswa SD Negeri Ngadirejo Iusia 7-8 tahun, Kecamatan
Kartasura, Kabupaten Sukoharjo.
b. Tujuan Khusus:
1. Memberikan gambaran tentang frekuensi konsumsi makanan kariogenik pada
siswa SD Negeri Ngadirejo I usia 7-8 tahun.
4
2. Memberikan gambaran tentang status gizi pada siswa SD Negeri Ngadirejo I
usia 7-8 tahun.
3. Memberikan gambaran tentang status karies gigi pada siswa SD Negeri
Ngadirejo I usia 7-8 tahun.
D. Manfaat Penelitian
Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pengaruh frekuensi
konsumsi makanan kariogenik dan status gizi terhadap status karies serta diharapkan
tingkat kesehatan gigi pada anak-anak di SD Negeri Ngadirejo I menjadi lebih baik.
E. Keaslian Penelitian
No Nama
Judul Penelitian
Peneliti
1.
Jenis
Variabel
Hasil Penelitian
Penelitian
Penelitian
Cross-
Variabel
Ada
Kartikasari
Hubungan
dan
Kejadian Karies sectional
independent:
antara kejadian
Nuryanto,
Dengan
konsumsi
karies
2014.
Konsumsi
makanan
dengan
Makanan
kariogenik
konsumsi
Kariogenik dan
dan
Status
Gizi
gizi .
kariogenik
Pada
Anak
Variabel
ada
Sekolah
Dasar
dependent:
antara
Pada
Karies gigi.
gigi
(Studi
Anak Kelas III
hubungan
gigi
status makanan
dan
hubungan
karies
dengan
status gizi.
5
dan
IV
SDN
Kadipaten I dan
II Bojonegoro).
2.
Tamrin
Dampak
Cross-
Variabel
Terdapat
dkk., 2014.
Konsumsi
sectional
independent:
hubungan antara
Makanan
makanan
konsumsi
Kariogenik dan
kariogenik
makanan
Kebiasaan
dan
kariogenik
Menyikat Gigi
kebiasaan
kebiasaan
Terhadap
menyikat
menyikat
Kejadian Karies
gigi.
dengan kejadian
Gigi Pada Anak
Variabel
karies gigi pada
Sekolah
dependent:
anak sekolah di
karies gigi
SDN
dan
gigi
271
Saparu
Kabupaten
Luwu.
3.
Sood dkk., Reconnoitring
2014.
Cross-
Variabel
Terdapat
The Association sectional.
independent:
hubungan antara
Of
nutritional
status kesehatan
status.
rongga
Oral Health in
Variabel
dan BMI pada
Elementary
dependent:
anak
School-going
oral health.
dasar.
Nutritional
Status
Children
With
mulut
sekolah
of
Ghaziabad City,
6
North India.
4.
Mohamma
di
The Association Cross-
Variabel
Secara statistik
independent:
terdapat
BMI
pengaruh
Variabel
(p=0.04) antara
In An Iranian
dependent:
BMI dan karies
Sample
dental caries
dkk., Of Body Mass sectional
2014.
Index
Dental
With
Caries
Of
Children
5.
Shahraki
Association
dkk., 2013.
Between
Cross-
Body sectional
Variabel
Secarastatistik,
independent:
terdapathubunga
Mass Index and
body
Caries
index (BMI)
signifikanantara
Frequency
Variabel
Body
Mass
Among Zahedan
dependent:
Index
(BMI)
Elementary
dental caries.
dan
Decay
School
Filling
Teeth
Children.
(DFT).
mass n
yang
7
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makanan kariogenik sangat digemari anak-anak saat jajan disekolah dan
keadaan ini dapat mempengaruhi kesehatan gigi anak (Ramadhan, 2010). Contoh
makanan kariogenik yang dapat mempengaruhi kesehatan gigi anak-anak yaitu :roti,
coklat, permen, donat dan es krim (Widya, 2008). Makanan kariogenik banyak
mengandung sukrosa yang merupakan penyebab utama terjadinya karies. Penebalan
plak pada permukaan gigi terjadi setelah 30-60 menit mengkonsumsi makanan yang
mengandung sukrosa, kemudian bakteri Streptococcus mutans mengubah sukrosa
menjadi suasana asam. Keadaan tersebut menyebabkan berkurangnya permeabilitas
plak sehingga plak tidak mudah dinetralisir kembali (Budisuari dkk., 2010).
Mengkonsumsi makanan kariogenik berulang-ulang dapat mengubah suasana rongga
mulut menjadi asam karena pH rongga mulut turun. Penurunan pH dibawah 5,5dapat
memicu dekalsifikasi yaitu hilangnya garam kalsium pada email gigi (Adhani dkk.,
2014). Hasil studi epidemiologi menunjukkan adanya hubungan antara konsumsi
makanan kariogenik dengan prevalensi karies (Sanz dkk.,2013).
Selain makanan kariogenik, status gizi juga dapat menyebabkan terjadinya
karies. Masalah gizi dapat memicu terjadinya penyakit kronis, berat badan berlebih
atau berkurang serta karies gigi. Status gizi yang buruk dapat berdampak pada fungsi
kelenjar ludah sehingga tidak maksimal dalam pencegahan karies. Secara garis besar
1
masalah gizi pada anak-anak dapat berdampak buruk bagi kesehatan karena adanya
ketidakseimbangan antara asupan dan pengeluaran zat gizi maupun kesalahan dalam
memilih makanan. Kekurangan zat gizi esensial seperti vitamin A, C, D, kalsium,
fosfor dan fluor pada anak-anak dapat mempengaruhi perkembangan gigi sehingga
lebih rentan terhadap karies. Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan
terganggunya pembentukan gigi, sedangkan kekurangan vitamin D, kalsium dan
fosfat dapat menyebabkan perlambatan pola erupsi gigi (Arisman, 2014).
Masalah kesehatan gigi dan mulut di Indonesia merupakan masalah yang
cukup tinggi, salah satunya yaitu karies gigi. Prevalensi karies di Indonesia mencapai
85%-99%. Penyakit gigi dan mulut dapat menjadi sumber infeksi yang dapat
mempengaruhi penyakit sistemik lainnya (Nurhidayat dkk., 2012). Tingginya
prevalensi karies bisa disebabkan oleh konsumsi makanan kariogenik, kurangnya
pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut serta jarang melakukan pemeriksaan
gigi ke dokter gigi (Tulangow dkk., 2013).
Kesehatan gigi dan mulut penting untuk diperhatikan karena dapat
mempengaruhi kesehatan seseorang sehingga diperlukan penanganan dini untuk
menghindari kerusakan yang lebih parah. Data Dinas Kesehatan Kabupaten
Sukoharjo tahun 2009 terdapat 10% prevalensi karies atau sebanyak 9.149 kasus,
terjadi peningkatan pada tahun 2010 sebesar 15,8% atau 13.038 kasus. Tahun 2011
terjadi penurunan sebesar 14% prevalensi atau 11.649 kasus (Dinas Kesehatan
Kabupaten Sukoharjo, 2012). Karies gigi terjadi karena anak-anak gemar
mengkonsumsi makanan manis dan lengket yang digolongkan sebagai makanan
2
kariogenik. Hal ini juga didukung oleh tingginya frekuensi mengkonsumsi makanan
tersebut serta kurangnya kesadaran akan kebiasaan menggosok gigi setelah makan
dan sebelum tidur (Harlina, 2011).
Anak usia sekolah sangat gemar makan-makanan manis yang banyak
mengandung sukrosa dan lengket yang termasuk dalam makanan kariogenik,
sehingga berpotensi timbulnya karies gigi. Apabila anak-anak tidak melakukan
kumur ataupun sikat gigi setelah mengkonsumsi makanan manis tersebut, maka
makanan dapat menempel pada permukaan gigi yang nantinya dapat menyebabkan
karies. Menurut Wong (2008), usia 4-8 tahun merupakan usia yang paling rentan
terkena karies karena sedang mengalami periode gigi bercampur. Anak-anak usia 7-8
tahun sedang mengalami transisi dari gigi susu ke gigi permanen. Gigi susu yang
mengalami karies akan berdampak pada perkembangan rahang dan keadaan gigi
geligi permanen (Haryani, dkk., 2002). Anak-anak di SD Negeri Ngadirejo I rata-rata
mengkonsumsi jajanan seperti permen, coklat, roti, ciki, jagung manis, es krim dan
lain sebagainya.
SD Negeri Ngadirejo I merupakan salah satu SD Negeri yang berada di
Ngadijayan RT 03/IV Ngadirejo Kartosuro, Sukoharjo yang berdiri sejak tahun 1951,
dengan jumlah siswa yang terus meningkat setiap tahun ajaran baru. SD Negeri
Ngadirejo I memiliki 250 siswa pada tahun 2014/2015. SD Negeri Ngadirejo I
memiliki luas lahan 1290m2 dengan 9 ruang belajar yang dilengkapi ruang kepala
sekolah, ruang administrasi dan ruang perpustakaan. Sebagian besar orangtua siswa
termasuk ke dalam ekonomi menengah ke bawah.
3
Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu dilakukan penelitian tentang
“Pengaruh Frekuensi Konsumsi Makanan Kariogenik dan Status Gizi Terhadap
Status Karies Siswa SD Negeri Ngadirejo I Usia 7-8 tahun, Kecamatan Kartasura,
Kabupaten Sukoharjo” karena dengan hasil penelitian ini dapat digunakan untuk
melakukan tindakan pencegahan karies gigi pada anak sekolah dasar di SD Negeri
Ngadirejo I.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan masalah apakah terdapat
pengaruh frekuensi konsumsi makanan kariogenik dan status gizi terhadap status
karies siswa SD Negeri Ngadirejo I usia 7-8 tahun, Kecamatan Kartasura, Kabupaten
Sukoharjo?
C. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum:
Mengetahui pengaruh frekuensi konsumsi makanan kariogenik dan status
gizi terhadap status karies siswa SD Negeri Ngadirejo Iusia 7-8 tahun, Kecamatan
Kartasura, Kabupaten Sukoharjo.
b. Tujuan Khusus:
1. Memberikan gambaran tentang frekuensi konsumsi makanan kariogenik pada
siswa SD Negeri Ngadirejo I usia 7-8 tahun.
4
2. Memberikan gambaran tentang status gizi pada siswa SD Negeri Ngadirejo I
usia 7-8 tahun.
3. Memberikan gambaran tentang status karies gigi pada siswa SD Negeri
Ngadirejo I usia 7-8 tahun.
D. Manfaat Penelitian
Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pengaruh frekuensi
konsumsi makanan kariogenik dan status gizi terhadap status karies serta diharapkan
tingkat kesehatan gigi pada anak-anak di SD Negeri Ngadirejo I menjadi lebih baik.
E. Keaslian Penelitian
No Nama
Judul Penelitian
Peneliti
1.
Jenis
Variabel
Hasil Penelitian
Penelitian
Penelitian
Cross-
Variabel
Ada
Kartikasari
Hubungan
dan
Kejadian Karies sectional
independent:
antara kejadian
Nuryanto,
Dengan
konsumsi
karies
2014.
Konsumsi
makanan
dengan
Makanan
kariogenik
konsumsi
Kariogenik dan
dan
Status
Gizi
gizi .
kariogenik
Pada
Anak
Variabel
ada
Sekolah
Dasar
dependent:
antara
Pada
Karies gigi.
gigi
(Studi
Anak Kelas III
hubungan
gigi
status makanan
dan
hubungan
karies
dengan
status gizi.
5
dan
IV
SDN
Kadipaten I dan
II Bojonegoro).
2.
Tamrin
Dampak
Cross-
Variabel
Terdapat
dkk., 2014.
Konsumsi
sectional
independent:
hubungan antara
Makanan
makanan
konsumsi
Kariogenik dan
kariogenik
makanan
Kebiasaan
dan
kariogenik
Menyikat Gigi
kebiasaan
kebiasaan
Terhadap
menyikat
menyikat
Kejadian Karies
gigi.
dengan kejadian
Gigi Pada Anak
Variabel
karies gigi pada
Sekolah
dependent:
anak sekolah di
karies gigi
SDN
dan
gigi
271
Saparu
Kabupaten
Luwu.
3.
Sood dkk., Reconnoitring
2014.
Cross-
Variabel
Terdapat
The Association sectional.
independent:
hubungan antara
Of
nutritional
status kesehatan
status.
rongga
Oral Health in
Variabel
dan BMI pada
Elementary
dependent:
anak
School-going
oral health.
dasar.
Nutritional
Status
Children
With
mulut
sekolah
of
Ghaziabad City,
6
North India.
4.
Mohamma
di
The Association Cross-
Variabel
Secara statistik
independent:
terdapat
BMI
pengaruh
Variabel
(p=0.04) antara
In An Iranian
dependent:
BMI dan karies
Sample
dental caries
dkk., Of Body Mass sectional
2014.
Index
Dental
With
Caries
Of
Children
5.
Shahraki
Association
dkk., 2013.
Between
Cross-
Body sectional
Variabel
Secarastatistik,
independent:
terdapathubunga
Mass Index and
body
Caries
index (BMI)
signifikanantara
Frequency
Variabel
Body
Mass
Among Zahedan
dependent:
Index
(BMI)
Elementary
dental caries.
dan
Decay
School
Filling
Teeth
Children.
(DFT).
mass n
yang
7