Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Politeness Strategies Employed by Popular-Issue Based Talk Show Host

2ND SECTION

BALD ON RECORD
DC: “Oke, kalau misalnya
anda menjadi Gubernur
Jakarta, anggap aja, anda mau
ngapain coba?”
FA: “Jadi kalau saya sebagai
Gubernur, ya pratama yang
saya inginkan ini kan ini kan
menyangkut tata cara
pemerintah kerja pemerintah
kinerja karena menyangkut
anggaran rakyat yang banyak
dikorupsi oleh orang.
Menurut saya ini sudah tidak
bersahabat lagi dengan alam,
sehingga bukan antara
berantem antara koruptor
dengan negara atau dengan
rakyat. Tapi alam sudah

masuk ke sini. Jadi yang
diutamakan adalah
bagaimana bekerja dengan
baik, tidak korupsi, sehingga
alam merasa bersahabat,
tidak dirusak lingkungannya,
tidak sembarang membangun
Mall. Dan, Ketika air datang
dari Bogor, harus tertampung
dan tidak ke laut. Seperti itu
kira-kira”

POSITIVE POLITENESS
DC: "Banyak timbul
pertanyaan kenapa masih
pakai pelampung kan
banjirnya cuma semata
kaki?”
FA: “Jadi saya waktu itu
sudah mau buka. Tapi

Masyarakat sana bilang
‘Jangan dibuka Mas, dipake
aja.”

DC: “Kalau dilihat kenapa
anda berani sekali
mengatakan bahwa Jokowi
dan Ahok tidak bisa
mengurusi Jakarta banjir?
Saya berada di tengah
mengatakan bahwa kan
mereka baru gitu jadi
Gubernur kenapa
disalahkan mereka gitu.
Gimana anda menjawab
itu?”
FA: “Kalau kita melihat
yah, kenapa mereka
terpilih? Harapan
masyarakat adalah apabila

DC: “Tapi kan dengan katamereka terpilih, bisa
kata anda semua itu, anda
mengatasi banjir dan macet
melihat sendiri bahwa banyak
Jakarta. Nah, Mereka
sekali orang akhirnya
dengan super hero
membuat akun tweeter baru
mengatakan bahwa siap,
yang menghujat anda gitu
katanya begitu”
kan. Apakah ini cara politisi
yang benar dan baik
membuat banyak orang yang DC: “Jadi menghina
Kepala Negara tidak apaakhirnya menjadi kontra
apa?”
terhadap diri anda sendiri
sekarang?”
FA: “Dulu dipenjara.
FA: “Awalnya sebenarnya

Kalau sekarang hanya
seorang pemimpin yang

NEGATIVE POLITENESS
DC: “Tapi Terlepas dari
anda mengatakan masalah
Cina atau bukan Cina, kan
di tweeter anda sendiri
banyak sekali, maaf
mungkin saya salah,
menghujat Jokowi dan Ahok
sendiri. Itu salah tidak?”

FA: “Itu ndak masalah.
Kalau dalam sistem
ketatanegaraan atau
demokratis demokrasi
internasional, saya
menemukan beberapa pasal
penghinaan Kepala Negara

kan dihapuskan gitu”
DC: “Dengan semua
pertanyaan-pertanyaan
seperti ini, Anda merasa
tidak sih bahwa sebenarnya
banyak sekali kontroversi
dari masyarakat yang
akhirnya menghujat anda”
FA: “Yah memang begitu.
Dari jaman nenek moyang
kita, negara kita dijajah
seperti itu. Dulu jangankan
jadi Presiden, mau sekolah
aja kayak Kartini aja pun
dihina”

2ND SECTION

ngoceh menyatakan bahwa
plat nomer itu dijual belikan

oleh Polisi, kira-kira seperti
itu. Kemudian, saya melihat
kok Jakarta kok macet. Tidak
ada polisi saat itu, berarti
Wakil Gubernur, kebetulan
pak Ahok waktu itu sedang
berseteru dengan Kepolisian.
Kemudian saya komplain eh
‘Dasar Ahok’ gitu yang
dikembangkan orang seolah
saya mengatakan ‘Dasar
Cina’ ”
DC: “Anda tidak pernah
mengatakan Cina di situ?”
FA: “Saya tidak mengatakan
Dasar Ci Dasar Ahok eh
Dasar Cina Dasar Ahok”
DC: “Apakah anda
bermasalah apabila Gubernur
ataupun siapa itu adalah

keturunan Cina atau tidak?”
FA: “Tidak masalah, justru
saya memilih Ahok ini
karena orang Cina”
DC: “Anda memilih Ahok
karena dia orang Cina?
FA: “Orang Cina. Makanya
saya heran ketika saya
dilaporkan pidana di
Kepolisian bahwa saya rasis
gitu. Lho saya bilang kok gak
adil banget, saya ngomong
seperti itu kok sehingga
tweeter saya yang awalnya
cuman hampir sembilan ribu
sampai sebelas ribu
followernya jadi hampir lima
puluh ribu. Sebagian besar
orang Cina, pak; dan hampir


protes kemudian membuat
gambarannya yang eh
misalnya digambarkan
bahwa Kepala Negara itu
malas, bodoh atau lambat;
itu biasa”
DC: “Kalau gitu kalau
misalnya saya meledek
SBY, saya tidak salah?”
FA: “Tidak salah. Tapi
kalau SBY’nya bagus,
anda ledek; anda yang
dibilang gak bener oleh
masyarakat”
DC: “Jadi Jokowi culun ya
ceritanya”
FA: “Culun dan lugu
begitu”
DC: “Culun dan lugu, Oke”


2ND SECTION

seratus persen menghujat
saya”
DC: “Kalau anda jadi
Presiden, kira-kira wakilnya
yang paling cocok siapa?
Masak ya Pocong, kan gak
mungkin”
FA: “Kalau saya Presiden,
semua yang ada di sini, siapa
aja yang mau sumpah
pocong, cocok aja menurut
saya”