Korupsi Harus Ditangani Secara Luar Biasa.

Pikiran

Rakyat

o Se/asa o Rabu o Kamis
4

5
20

o Mar

Catatan

Hari

6
21
OApr

Antikorupsi


7
22
OMei

8
23

9

10
24

OJun

0

Jumat

11

25

26

o Sabtu 0 Minggu
12

27

0 Ju/ 0 Ags OSep

13

28

@29

OOkt

15


30

ONov

Sedunia

------

Oleh SUHARIZAL, S.H., M.H.
NAM taboo sudah kita memperingati Rari
Antikorupsi Sedunia.
Tanggal9 Desember 2003, Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) merativikasi Konvensi
Antikorupsi di Merida, Meksiko. Tanggal tersebut ditetapkan menjadi Rari Antikorupsi
Sedunia. Losing trust (kehilangan kepercayaan) barangkali
inilah persepsi publik terhadap
penanganan kasus-kasus korupsi akhir-akhir ini.
Sinergitas melawan korupsi
tidak dilakukan secara komprehensif, cenderung parsial, dan

tidak dalam satu komando
(terkoordinasi). Drama "cecak
vs buaya" dan Century-gate
yang semakin menggurita
mempeIjelas buruknya wajah
pemberantasan korupsi di republik ini. Tampaknya, zero
corruption sebagai target KPK
hanya akan menjadi slogan semata.
Semangat pemberantasan
korupsi sudah dicanangkan
dalam Gerakan Nasional Pemberantasan Korupsi pada peringatan Rari Antikorupsi SeduIlia di Istana tanggal9 Desember 2004. Pada hari itu juga,
Presiden menerbitkan Inpres
NO.5 Tahoo 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi. Dalam Inpres No. 5/2004,
Presiden memerintahkan (a)
Menko Perekonomian, (b)
Menteri Keuangan, (c) Menteri
Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, (d) Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
(Menteri PAN), (e) Menteri
Rukum dan HAM, (f) Mendiknas, (g) Menteri Negara Komu-


E

Kllolnn

Hllmnc

nikasi dan Informasi, (h) Jaksa
Agung, (i) Kepala Polri, serta G)
Gubernur dan Wali kota/Bupati ootuk melakukan percepatan
pemberantasan korupsi.
Di awal pemerintaban SBY,
banyak yang berharap Inpres
No. 5/2004 dapat dijadikan
"senjata" yang cukup ampuh
menekan tingkat korupsi. Karena mengacu pada Undang-Undang No. 25/2004 tentang Sistern Perencanaan Pembangunan Nasional, Inpres tersebut
dapat dipandang sebagai suatu
kebijakan karena merupakan
arah/tindakan yang digariskan
Presiden. Namoo, setelah hampir dua tabun beIjalan, Inpres
tersebut seakan dipinggirkan

oleh lembaga-lembaga yang
menerima instruksi percepatan
pemberantasan korupsi.
Menurut saya, ada dua penyebab lumpuhnya daya berlaku Inpres 5/2004. Pertama,
Inpres 5/2004 tidak diikuti dengan sanksi yang diberikan kepada penerima instruksi bila tidak menjalankan amanat yang
tertera dalam inpres tersebut.
Memang sepintas agak ganjil
bila inpres memiliki sanksi. Namoo, jika Presiden SBYingin
bersoogguh-sungguh memerangi korupsi, bisa saja inpres
tersebut memberikan sanksi
administrasi berupa penguranganjumlah pemberian Dana Alokasi Umum (DAD) misalnya kepada kepala daerah
yang tidak menindaklanjuti Inpres 5/2005 tersebut. Atau
bentuk sanksi lain yang dapat
memberikan ganjaran terhadap
pejabat negara yang tidak memiliki komitmen dalam pemberantasan korupsi.

1I,

nrf


?nnQ

16

.Des

31

DUDI SUGANDI/~PR~

RATUSAN mahasiswa dengan membawa poster "Stop Korupsi" melakukan demo saat peringatan
Han Antikorupsi Sedunia di Kota Bandung, 9 Desember 2009. Penyakit korupsi yang hinggap di

negeriinisudah mencapaistadium empat. *
Kedua, Inpres 5/2004 tidak
mengatur klausul monitoring
dan evaluasi. Hasilnya, inpres
tersebut tidak dapat dievaluasi
dan dicermati penerapannya di
daerah-daerah. Mestinya, inIpres tersebut diikuti dengan

pendelegasian kewenangan
kepada institusi lain, misalnya
kepada Kejaksaan Agung untuk
melakukan evaluasi berkala
dan memberikan penilaian terbadap agenda pemberantasan
korupsi.
Awalnya, semua pihak berharap banyak atas kehadiran
Inpres 5/2004. Setidaknya hal
ihi dapat dilihat dari proses sosialisasi yang dilakukan hampir
di seluruh daerah. Namun, ternyata gema Inpres Percepatan
Pemberantasan Korupsi terse--""___
~

~

but hanya sampai pada tahap
sosialisasi semata. Ironisnya lagi, gubernur, bupati/wali kota
sebagai pejabat negara di daerah yang mendapat instruksi
langsung dari Presiden malah
menumbuhsuburkan korupsi

di daerahnya dan tersangkut
langsung praktik-praktik korupsi.
Hukwn mati koruptor
Penyakit korupsi yang hinggap di negeri ini sudah mencapai stadium empat. Dari masyarakat paling bawah hingga
para elite teIjangkit virus itu.
Segala resep obat yang diberikan mengatasi penyakit korupsi pun tidak membuahkan
hasil. Tinggal satu earn untuk
mengatasinya,
amputasi
saja""" :
...
.
~

-

-

"bagian" yang terkena penyakit
tersebut.

Cara pemberantasan korupsi
seperti itulah yang telah diterapkan Cina selama sepuluh tahun terakhir. Menghukum mati
pelaku koruptor yang telah
mencuri uang rakyat untuk kepentingan pribadinya. Tidak
pandang bulu siapa pelaku koruptor itu, entah pejabat negara
berpengaruh atau bukan, semuanya mendapat perlakuan
hukwn yang sarna.
Alasan terkuat kenapa Cina
memilih menggunakan hukuman mati bagi koruptor adalah
semakin merajalelanya tindak
pidana korupsi di negara tersebut. Mereka sudah kewalahan
menghadapi banyaknya pejabat
korup
yang_ telah merugikan
J-..:..

negara hingga triliooan dolar
AS.
Undang-Undang Nomor 31
Tahoo 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,

memoogkinkan menjatuhkan
hukuman mati bagi koruptor,
asal memenuhi kualifikasi tertentu seperti yang diamanatkan
UU tersebut. "Dalam hal tindalepidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dilakukan dalam keadaan
tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan". Sejumlah pakar
meneIjemahkan keadaan tertentu dalam ayat UU tersebut
sebagai kondisi yang genting,
darnrat, dan dalam kondisi krisis,juga kondisi yang menganearn kehidupan umat manusia.
Tentu hal ini politis dan
memberi banyak ruang dan
celah ootuk dipelintirkan pamaknaannya, mengingat kondisi yang disebutkan oleh UU
tersebut merupakan hak hakim
ootuk memutuskan dan mempertimbangkannya. Artinya,
terserah hakim memberi keputusan akan kondisi tersebut.
Sebenarnya bukan hal utama
memperdebatkan kondisi-kondisi yang memenuhi syarat 00tuk menjatuhkan hukuman
mati bagi koruptor, tetapi yang
paling penting adalah semangat
, dan keinginan yang kuat memberantas tindak pidana koropsi.
Ketidakadilan pemaknaan dan
peneIjemahan kondisi tertentu
ini, bila mana sebuah tindakan
kriminal dianggap layak dijatuhi vonis hukuman mati, sedangkan dampak dari tindak
pidana korupsi adalah lebih besar (tremendeous effect), keruwetan sistem, dan ketidakberesan yang teIjadi merupakan buah dari korupsi, dan secara kontinu kemiskinan dan
pemiskinan yang teIjadi meru-

pakan akibat korupsi yang ........
menjalar ke setiap sendi kehidupan bangsa ini. Tentu kelaparan, busoog lapar, kerusuhan
sosialjtindak kriminal yang disebabkan oleh kemiskinan yang
mengakibatkan korbanjiwa
yang begitu besar di Indonesia
disebabkan oleh praktik-praktik korupsi yang tumbuh subur.'
Perkuat KPK
Zero corruption sebagai target KPK mesti diawali dengan
agenda pencegahan korupsi
yang lebih terarah, tidak semata memperbaiki sistem peradiIan dan proses pembuktian di
tingkat pengadilan. Bila hal ini
diamini, semua pihak, khususnya para penyelenggara negara
yang terkait langsung dengan
pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara mesti memiliki sikap yang sarna dalam pemberantasan korupsi.
Langkah komprehensif dan sinergitas semua lembaga pemerintah adalah kunci tercapainya zero corruption. Tentunya, bila target zero corruption ingin diwujudkan, pilihan
ootuk memberikan sanksi terhadap gerakan dan kebijakan
yang jelas-jelas berseberangan
dengan peIjuangan melawan
korupsi mesti ditegakkan.
Korupsi adalah kejahatan luar biasa (extraordinary crime)
sehingga harus ditangani secara luar biasa pula. Semangat
ini tercantum di dalam UU No.
30 Tahoo 2002. KPKdidirikan
dengan misi utama melakukan
penegakan hukum. Lembaga
penegak hukum konvensional,
seperti kejaksaan dan kepolisian, terbukti tidak mampu
memberantas korupsi.***
Penulis, kandidat Doktor
Hukum Tata Negara Universitas Padjadjaran, Bandung.