UN Jadi Tantangan Berat.

Pikiran Rakyat
'..-'~"""'.

,...-.......-

o Senin o Selasa
1
17

2
18

OJan

3
19
OPeb

456
20


21

o Mar OApr

0

o

o

0

.

Jumat
Sabtu
M;nggu
12
13
14

15
1~
7
8
9
10
11
23
24
25
26
22
28
29
30
31
o Me; OJun OJul 0 Ags OSep OOkt ONov .Des
Rabu

Kam;s


@

Prof Dr. Ir. Muhammad Nuh, DEA

UN Jadi Tantangan Berat
-

-

-

--

-

~

...-


Tidak heran jika banyak pihak yang
EMBAWAANNYA tenang, pamasih menilai program keIja seratus hari
paraimya terstruktur, serta tangNub sebagai Mendiknas terkesan norgap dan mudah beradaptasi
matif dan belum menjawab semua perdalam lingkungan barn. ltulah sekilas
masalahan yang teIjadi. Sebagai penyegar
gambaran sosok Prof. Dr. Ir. Muhamingatan, delapan program keIja seratus
mad Nub, DEA. Berlatar belakang
hari Nuh sebagai Mendiknas adalah
akademisi, jam terbang karier politik pria
penyediaan internet secara massal di
kelahiran Surabaya, 17 Juni 1959 ini,
sekolah, penguatan kemampuan kepala
boleh dibilang cukup matang.
dan pengawas sekolah, pemberian beaDua periode sudah Nub menjabat sebasiswa perguruan tinggi negeri (PTN) ungai menteri di dua departemen berbeda
tuk
siswa SMA/SMKjMA berprestasi dan
dalam kabinet di bawah kepemimpinan
kurang mampu, penyusunan kebijakan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
khusus bagi para guru yang bertugas di

(SBY).Dalam Kabinet Indonesia Bersatu
daerah
terdepan
dan
terpencil,
jilid II, Nub menjabat sebagai Menteri
Pendidikan Nasional (Mendiknas). Sebe- penyusunan dan penyempurnaan Renlumnya, di Kabinet Indonesia Bersatu jilid cana Strategis (Renstra) 2010-2014,
pengembangan budaya dan karakter
I, Nuh adalah Menteri Komunikasi dan
bangsa, pengembangan metodologi belaInformasi (Menkominfo).
jar-mengajar, serta yang terakhir membuMeski untuk kedua jabatan tersebut
at roadmap sinergitas lembaga penNub memiliki kapabilitas dan kompetendidikan (Depdiknas-Depag) dengan para
si yang tidak diragukan, tentunya pekerjaan dan masalah yang ia temui di dua de- pengguna lulusan untuk mengatasi masalah ketenagakeIjaan.
partemen itu tetap saja berbeda. Namun
Di kedelapan poin itu, tidak satu pun
pad a kenyataannya, dia tetap men gangyang menyinggung soal nasib guru honogap tanggung jawab yang ia emban itu
rer. Padahal, Komisi X DPR RI pernah
sarna. "Tidak ada perbedaan di Depkommenyatakan bahwa Nub seharnsnya
info dan Depdiknas, kesibukannya sarna
mengangkat persoalan nasib guru hono~ saja kok," ujar Nub ketika ditemui seusai

rer dan guru bantu yang rencananya akan
mengunjungi Redaksi Pikiran Rakyat,
dituntaskan pada 2009 sebagai isu utama.
Rabu (16/12).
Bagi Nub, bidang kajian di kedua de- Namun. Nub menyikapi semuanya dalam
dua kalimat. "Permasalahan pendidikan
partemen yang pernah dipimpinnya medi Indonesia sudah banyak, sebaiknya semang tidak terlalu asing. Kendati
lesaikan satu persatu. Jangan dulu
demikian, tidak bisa dipungkiri, segala
menambah masalah yang barn karena
permasalahan yang teIjadi dalam pemstok masalah pendidikan tidak akan perbangunan pendidikan bangsa ini memang
nab habis," tuturnya.
belum semua dikuasai Nub. Hal ini terliProgram lain yang mendapat kritikan
hat ketika dia belum bisa menjelaskan
adalah beasiswa perguruan tinggi negeri
pertanyaan tentang masalah guru honor(PTN) untuk siswa tidak mampu
er. "Terus terang masalah guru honorer
saya belum paham betul. Jadi saya se- berprestasi. Program ini dinilai banYak
rahkan pada DiIjen PMPTK. Kalau saya anggota Komisi X sebagai program usang
yang sempat dicanangkan menteri semenjawab takutnya malah salah-salah,"

belumnya. Namun, Nub boleh berbangga
ujar Nub berseloroh.

P

--

-

Nub untuk menghentikan UN sesuai dengan keputusan Mahkamah Agung (MA).
Kendati demikian, Nub menghadapi.semua dengan tenang dan menjelaskan alasan kuat mengapa UN tetap akan dilaksanakan. "Sampai saat ini kami belum
menerima putusan resmi'dari MA untuk
menghentikan UN. I>isamping itu, pakar
hukum independen yang kami ajak
berdiskusi menyatakan bahwa Mendiknas
tidak melanggar undang-undang," tuturnya.
.
Nub mengatakan, pemerintah sejak dulu selalu mengkaji setiap program yang
dilaksanakan. "Sistem yang ada adalah
perbaikan dari sistem sebelumnya. Kita

tabu UN sebenarnya sudah digelar sejak
sebelum merdeka sampai 1971.Waktu itu
namanya ujian negara," katanya.
Dengan tingkat kelulusan yang 30-40
persen, sistem UN kemudian dihapus dan
penyelenggaraan ujian diserahkan pada
sekolah. Tujuannya, meningkatkan Angka
Partisipasi Kasar (API