PENGARUH PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 18 MEDAN PADA MATERI BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN AJARAN 2014/2015.

(1)

PENGARUH PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 18

MEDAN PADA MATERI BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN AJARAN 2014/2015

Oleh: Sudomo Sinaga NIM. 4103111078

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

iii

PENGARUH PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 18

MEDAN PADA MATERI BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN AJARAN 2014/2015

Sudomo Sinaga (4103111078) ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran (1) Kemampuan representasi matematik siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan Pendekatan Kontekstual lebih baik daripada siswa yang mengikuti Pendekatan Pembelajaran Konvensional, serta (2) Proses jawaban siswa terkait kemampuan representasi matematik yang diajarkan melalui Pendekatan Pembelajaran Kontekstual dan Konvensional.

Penelitian ini merupakan penelitian quasi experimental dengan populasi seluruh siswa kelas IX SMPN 18 Medan T.A. 2014/2015. Sampel diambil melalui teknik simple random sampling , diperoleh kelas IX-3 sebagai kelompok eksperimen yang diajar dengan pendekatan kontekstual dan kelas IX-5 sebagai kelompok kontrol yang diajar dengan pendekatan konvensional (biasa). Pada akhir pembelajaran kedua kelas sampel diberi tes dengan menggunakan instrumen yang sama yang telah diuji validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda. Pengumpulan data dilakukan dengan metode tes dan metode observasi. Metode tes dilakukan untuk memperoleh data nilai akhir setelah diberi perlakuan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, data dianalisis dengan uji normalitas, uji kesamaan dua varians, dan uji hipotesis menggunakan uji-t.

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan uji-t satu pihak diperoleh thitung = 5,792 dan dengan signifikansi 0,000. Hal ini menunjukkan 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak, artinya kemampuan representasi matematik siswa yang mengikuti pembelajaran kontekstual lebih baik daripada siswa yang mengikuti pendekatatan konvensional. Hasil tersebut menunjukkan pendekatan kontekstual berpengaruh terhadap kemapuan representasi matematik. Berdasarkan kategori penilain proses jawaban, kelompok eksperimen berada pada kategori “Sangat Baik” sementara kelompok kontrol berada pada kategori “ Baik”.

Berdasarkan hasil penelitian ini, pendekatan pembelajaran kontekstual (CTL) dapat dijadikan sebagai alternatif pendektan yang efektif untuk meniingkatkan kemampuan representasi matematik siswa khususnya pada materi bangun ruang sisi lengkung.


(3)

vi

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Tabel ix

Daftar Gambar x

Daftar Lampiran xi

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Identifikasi Masalah 7

1.3 Batasan Masalah 8

1.4 Rumusan Masalah 8

1.5 Tujuan Penelitian 8

1.6 Manfaat Penelitian 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA 10

2.1 Kemampuan Representasi Matematika 10

2.2 Pembelajaran Matematika 14

2.3 Pendekatan Pembelajaran 17

2.4 Pembelajaran Kontekstual 18

2.4.1 Komponen Utama Pembelajaran Kontekstual 19 2.4.2 Strategi Pembelajaran Kontekstual 24 2.5 Teori Relevan dengan Pendekatan Kontekstual 24

2.5.1 Konstruktivisme (constructivsm) 25

2.5.2 Menemukan (inquiry) 26

2.5.3 Bertanya (questioning) 27


(4)

vii

2.5.5 Pemoddelan (modeling) 29

2.5.6 Refleksi (reflection) 29

2.5.7 Penilaian yang Sebenarnya (authentic assement) 30

2.6 Pembelajaran Konvensional 31

2.7 Penelitian yang Relevan 33

2.8 Materi Ajar 34

2.9 Kerangka Konseptual 39

2.10 Hipotesis Penelitian 41

BAB III METODE PENELITIAN 42

3.1 Jenis Penelitian 42

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 42

3.3 Populasi dan Sampel 42

3.3.1 Populasi 42

3.3.2 Sampel 42

3.4. Defenisi Operasional 43

3.5 Variabel Penelitian 43

3.5.1 Variabel Bebas 43

3.5.2 Variabel terikat 44

3.6 Desain Penelitian 44

3.7 Prosedur Penelitian 45

3.8 Instrumen Pengumpul Data 46

3.9. Validasi Ahli Terhadap Tes Kemampuan Representasi Matematik 48 3.10. Uji Coba Tes Kemampuan Representasi Matematik 49

3.10.1 Validitas Tes 49

3.10.2 Reabilitas Tes 50

3.10.3 Taraf Kesukaran Tes 50

3.10.4. Daya Pembeda Tes 51

3.11. Teknik Analisis Data 51

3.11.1 Uji Normalitas 51

3.11.2 Uji Homogenitas 52


(5)

viii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 53

4.1. Analisis Uji Instrumen Kemampuan Representasi Matematik 53

4.2. Hasil Penelitian 54

4.2.1. Hasil Tes Kemampuan Awal Matematik Siswa 55 4.2.2. Data Kemampuan Representasi Matematik Siswa 57

4.3. Analisis Data penelitian 60

4.4. Analisis Proses Penyelesaian Jawaban Siswa 62

4.5. Analisis Hasil Observasi 70

4.6. Pembahasan 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 75

5.1. Kesimpulan 75

5.2. Saran 76


(6)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Bentuk-bentuk Operasional Representasi Matematik 13 Tabel 2.2. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan

Konvensional 32

Tabel 3.1. Tabel Desain Penelitian 44

Tabel 3.2. Kriteria Penskoran Kemampuan Representasi matematik 47 Tabel 3.3. Predikat dan Kategori Penilaian 48 Tabel 3.4. Hasil Validasi Ahli Tes Kemampuan Representasi

Matematik 49

Tabel 4.1. Validitas Item Soal Postes 53

Tabel 4.2. Indeks Kesukaran Postes 53

Tabel 4.3. Daya Beda Postes 54

Tabel 4.4. Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Coba Keseluruhan 54 Tabel 4.5. Rekapitulasi Tes Kemampuan Awal Matematik Kelas

Eksperimen dan Kontrol 55

Tabel 4.6. Predikat Kemampuan Awal Kelas Eksperimen 56 Tabel 4.7. Predikat Kemampuan Awal Kelas Kontrol 56 Tabel 4.8. Rekapitulasi Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol 58 Tabel 4.9. Predikat Tes Kemampuan Representasi Matematika Kelas

Eksperimen 58

Tabel 4.10. Predikat Kemampuan Representasi Matematik Kelas

Kontrol 59

Tabel 4.11. Hasil Uji Normalitas Postes Kemampuan

Representasi Matematik 60

Tabel 4.12. Hasil Uji Homogenitas Tes Kemampuan Representasi

Matematik Kelompok Kontrol dan Eksperimen 61 Tabel 4.13. Hasil Uji-t Kemampuan Representasi Matematik Siswa 61 Tabel 4.14. Skor Butir Soal Postes Kemampuan Representasi

Matematik 69

Tabel 4.15. Hasil Observasi Guru Melakukan Pembelajaran pada Kelas


(7)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Representasi Siswa 4

Gambar 2.1. Tabung 34

Gambar 2.2. Jaring-jaring Tabung 35

Gambar 2.3. Kerucut 36

Gambar 2.4. Jaring-jaring Kerucut 37

Gambar.2.5. Bola 38

Gambar 2.6. Selimut Tabung dililiti Tali Setengah Bola 38

Gambar 3.1. Skema Prosedur Penelitian 46

Gambar 4.1. Histogram Kemampuan Awal Matematik Siswa

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 57 Gambar 4.2. Histogram Kemampuan Representasi Matematik Siswa

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 59 Gambar 4.3. Proses Penyelesaian Kemampuan Representasi Matematik

Butir Soal Nomor 1 62

Gambar 4.4. Proses Penyelesaian Kemampuan Representasi

Matematik Butir Soal Nomor 2 64

Gambar 4.5. Proses Penyelesaian Kemampuan Representasi

Matematik Butir Soal Nomor 3 65

Gambar 4.6. Proses Penyelesaian Kemampuan Representasi

Matematik Butir Soal Nomor 4 67 Gambar 4.7. Proses Penyelesaian Kemampuan Representasi


(8)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) I 79 Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) II 84 Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) III 89 Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) IV 94 Lampiran 5. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) 1 99

Lampiran 6. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) 2 102

Lampiran 7. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) 3 104

Lampiran 8. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) 4 107

Lampiran 9. Lembar Observasi Pembelajaran Pertemuan 1 110 Lampiran 10. Lembar Observasi Pembelajaran Pertemuan 2 112 Lampiran 11. Lembar Observasi Pembelajaran Pertemuan 3 114 Lampiran 12. Lembar Observasi Pembelajaran Pertemuan 4 116 Lampiran 13. Alternatif Penyelesaian Tes Diagnostik 118 Lampiran 14. Tes Kemampuan Awal Matematik (Pretes) 119 Lampiran 15. Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Awal Matematik 120 Lampiran 16. Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Representasi Matematik 121 Lampiran 17. Postes Kemampuan Representasi Matematik 122 Lampiran 18. Alternatif Penyelesaian Postes Kemampuan Representasi

Matematik 123

Lampiran 19. Kriteria Penskoran Tes Kemampuan Representasi

Matematik 125

Lampiran 20. Tabel Kriteria Proses Jawaban Kemampuan Representasi

Matematik 126

Lampiran 21. Daftar Nilai Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Representasi

Matematik 127

Lampiran 22. Contoh Perhitungan Validitas dan Reabilitias Butir Soal 129 Lampiran 23. Daftar Nilai Tes Kemampuan Awal Kelas Eksperimen 132 Lampiran 24. Daftar Nilai Tes Kemampuan Awal Kelas Kontrol 133


(9)

xii

Lampiran 25. Daftar Nilai Tes Kemampuan Representasi

Kelas Eksperimen 134

Lampiran 26. Daftar Nilai Tes Kemampuan Representasi Kelas Kontrol 135 Lampiran 27. Skor Butir Soal Proses Jawaban Kelas Kontrol 136 Lampiran 28. Skor Butir Soal Proses Jawaban Kelas Eksperimen 137 Lampiran 29. Lembar Validasi Ahli Tes Kemampuan Representasi 138

Lampiran 30. Dokumentasi Penelitian 140


(10)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) saat ini semakin pesat. Manusia dituntut memiliki kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis, kreatif, bernalar, dan kemampuan bekerja sama yang efektif. Manusia yang mempunyai kemampuan-kemampuan seperti itu akan dapat memanfaatkan berbagai macam informasi, sehingga informasi yang melimpah ruah dan cepat yang datang dari berbagai sumber dan tempat di dunia, dapat diolah dan dipilih, karena tidak semua informasi tersebut dibutuhkan manusia. Salah satu mata pelajaran yang membekali siswa untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan tersebut adalah matematika, karena matematika memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya sehingga memungkinkan siswa terampil berpikir rasional.

Matematika sebagai salah satu sarana berpikir ilmiah adalah sangat diperlukan untuk menumbuhkembangkan kemampuan berpikir logis, sistematis, dan kritis dalam diri peserta didik. Demikian pula matematika merupakan pengetahuan dasar yang diperlukan oleh peserta didik untuk menunjang keberhasilan belajarnya dalam menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Sugiarto (2009: 13) menjelaskan sebagai berikut :

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Bahkan pada kurikulum terbaru yaitu kurikulum 2013 “matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik,serta matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat”.


(11)

2

Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah cabang ilmu yang membekali peserta didik untuk mampu berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama yang nantinya diperlukan peserta didik untuk memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

Pembelajaran matematika akan lebih bermanfaat dan relevan jika sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika. Sasaran pembelajaran matematika di setiap jenjang pendidikan di antaranya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam berpikir matematis. Menurut National Council of Teacher of Mathematics (dalam Yuniawatika, 2011:106) ada lima Standar Proses yang perlu dimiliki dan dikuasai peserta didik dalam pembelajaran matematika yaitu: (1) pemecahan masalah (problem solving); (2) penalaran dan pembuktian (reasoning and proof); (3) komunikasi (communication); (4) koneksi (connections); dan (5) representasi (representation). Kelima Standar Proses tersebut termasuk dalam berpikir matematika tingkat tinggi (high order mathematical thinking) yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran matematika. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa kemampuan representasi matematis siswa yang selama ini, dianggap hanya merupakan bahagian kecil dari sasaran pembelajaran, dan tersebar dalam berbagai bahan ajar, ternyata dipandang sebagai suatu proses yang fundamental untuk mengembangkan kemampuan berpikir matematis siswa dan sejajar dengan kemampuan-kemampuan lainnya.

Pencantuman representasi sebagai komponen standar proses, cukup beralasan, karena untuk berpikir matematis dan mengkomunikasikan ide-ide matematika, seseorang perlu mempresentasikannya dalam berbagai cara. Pernyataan ini sejalan dengan Hudiono (2010) menyatakan bahwa “ kemampuan representasi dapat mendukung siswa dalam memahami konsep-konsep matematika yang dipelajari dan keterkaitannya; untuk mengkomunikasikan ide-ide matematika siswa; untuk lebih mengenal keterkaitan (koneksi) diantara konsep-konsep matematika; ataupun menerapkan matematika pada permasalahan matematik realistik melalui pemodelan”.


(12)

3

Hudiono (2010) juga menyatakan bahwa dalam pandangan Bruner, enactive, iconic dan symbolic berhubungan dengan perkembangan mental seseorang, dan setiap perkembangan representasi yang lebih tinggi dipengaruhi oleh representasi lainnya.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan representasi adalah kemampuan siswa mengkomunikasikan ide/gagasan matematika yang dipelajari dengan cara tertentu dalam memahami sesuatu konsep. Ragam representasi yang sering digunakan dalam mengkomunikasikan ide-ide matematis antara lain : diagram (gambar) atau sajian benda konkrit, tabel chart, pernyataan matematik, teks tertulis, ataupun kombinasi dari semuanya.

Meskipun representasi telah dinyakan sebagai salah satu standar proses dalam kurikulum 2006 yang harus dicapai oleh siswa dalam pembelajaran matematika, pelaksanaannya bukan hal yang sederhana. Kenyataannya menunjukkan bahwa dalam kegiatan pembelajaran matematika saat ini Indonesia lebih menekankan kepada ketercapaian tujuan yang bersifat material berupa kemampuan siswa meyelesaikan soal-soal ujian dan hasil belajar siswa, sehingga sadar atau tidak mengesampingkan tujuan belajar matematika.

Sebagai contoh peneliti mengadakan tes studi pendahuluan ke siswa kelas IX SMP N 18 Medan dengan alasan siswa telah mempelajari materi dari tes studi yang diadakan. Tes yang diberikan berupa tes diagnostik yang berbentuk uraian untuk melihat kemampuan representasi matematik siswa. Berikut adalah soal kemampuan representasi matematik yang diberikan kepada siswa.

Sebuah kubus besar dicat. Kubus besar tersebut kemudian dipotong menjadi tiga bagian dari tiga arah yang berbeda dan menghasilkan banyak kubus kecil dengan ukuran yang sama besar. Gambarkan permasalahan di atas kemudian tentukan berapa banyaknya kubus kecil yang dihasilkan?

Hasil yang diperoleh dari tes tersebut sangatlah diluar harapan kita semua. Dari 40 siswa hanya 7 orang atau 17,5% dari jumlah siswa yang mampu merepresentasikannya dengan benar walaupun sebenarnya masih ada kesalahan-kesalahan kecil, 33 orang atau 82,5 % kurang mampu merepresentasikannya dengan benar. Bahkan, beberapa siswa tidak mampu membuat representasinya sendiri walaupun salah, ia hanya menulis soal yang peneliti berikan.


(13)

4

Berikut beberapa contoh bentuk representasi siswa dari permasalahan di atas :

(a)

(b)

(c)


(14)

5

Pada gambar 1.1a di atas siswa hanya mampu merepresentasikan jawabannya lewat gambar kubus saja. Walaupun jika diperhatikan lebih detail siswa belum mampu menggambar kubus dengan benar, dapat dilihat dari bentuk gambar disajikan siswa pada gambar 1.1a di atas. Siswa kurang memperhatikan kesesuaian gambarnya yaitu sifat kubus yang memiliki 12 buah rusuk yang sama panjang. Kekeliruan ini disebabkan minimnya konsep yang jelas yang diberikan guru kepada siswa.

Berbeda halnya dengan jawaban siswa ke-2 pada gambar 1.1b di atas, kemampuan representasinya tergolong sangat rendah. Siswa hanya menulis soalnya tidak mampu merepresentasikan jawabannya dalam bentuk gambar termasuk menjawab banyak kubus kecil yang terbentuk , hal ini diakibatkan siswa sangat jarang dilatih untuk membuat representasinya sendiri. Siswa hanya seringkali dilatih untuk menjawab soal-soal yang berkaitan materi dengan menggunakan rumus yang telah diberikan guru. Sehingga ketika ada suatu permasalahan matematika yang berkaitan dengan konsep dasar seperti soal di atas seringkali siswa tidak mampu merepresentasikan jawabannya.

Siswa ke-3 sudah merepresentasikan jawabannya dalam bentuk gambar. Bentuk representasinya terlihat dari gambar yang dibuatnya pada gambar 1.1c di atas. Namun terdapat kesalahan ketika siswa menjawab banyak kubus kecil yang terbentuk. Hal ini diakibatkan kurangnya pemahaman siswa terhadap sifat-sifat kubus. Siswa sangat jarang sekali dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari lewat bantuan alat peraga. Bentuk representasi kubus hanya disajikan dalam bentuk gambar statis oleh guru. Berkaitan dengan ini, kubus yang seyogianya berada pada ruang 3 dimensi, yang ada dalam pemikiran siswa kubus itu merupakan bidang 2 dimensi atau bidang datar. Sehingga siswa tidak mampu memahami konsep atau sifat yang ada pada kubus yang berakibat ketidakmampuan siswa dalam menjawab banyak kubus kecil yang terbentuk dengan benar.

Salah satu penyebab rendahnya kemampuan representasi matematik siswa dipengaruhi oleh pendekatan pembelajaran guru selama ini. Pembelajaran yang selama ini digunakan guru belum mampu mengaktifkan siswa dalam belajar, menemukan ide dan pendapat mereka, dan bahkan enggan siswa dalam bertanya


(15)

6

jika mereka belum paham terhadap materi yang disajikan guru. Pada kegiatan pembelajaran guru lebih sering menggunakan metode ceramah, yakni guru menerangkan seluruh isi pelajaran. Pengertian atau definisi, teorema, penurunan rumus, contoh soal dan penyelesaiannya semua dilakukan sendiri oleh guru dan diberikan kepada siswa. Langkah-langkah guru diikuti dengan seksama oleh siswa, mereka meniru cara kerja dan cara penyelesaian yang dilakukan oleh guru, kemudian mencatat dengan tertib. Jadi guru hanya berusaha memindahkan atau mengkopikan pengetahuan yang ia miliki kepada siswa. Keadaan ini cenderung membuat siswa pasif dalam menerima pelajaran dari guru, bahkan merasa bosan, sehingga siswa merasa sulit untuk memahami dan kurang menaruh minat. Siswa juga tidak terbiasa merepresentasikan kemampuannya, sehingga ketika harus menghadapi tes dengan soal yang bervariasi, siswa mengalami kesulitan dan memperoleh hasil yang kurang memuaskan.

Berdasarkan uraian tersebut diambil kesimpulan proses pembelajaran matematika jarang dikaitkan dengan masalah kehidupan sehari-hari siswa. Walaupun siswa sudah mempelajari konsep suatu materi pembelajaran akan tetapi siswa masih mengalami kesulitan untuk menggunakan pengetahuannya dalam menyelesaikan persoalan matematika yang menyangkut kehidupan sehari-hari. Melihat fenomena tersebut, maka perlu diterapkan suatu sistem pembelajaran yang bermakna, yaitu pembelajaran yang mengaitkan materi dengan kehidupan nyata dan melibatkan peran siswa secara aktif. Karena pembelajaran bermakna membuat siswa selalu ingat pada pelajaran tersebut.

Salah satu pendekatan pembelajaran yang efektif dan dapat mempengaruhi kemampuan representasi matematik siswa adalah pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Sagala (2009 : 88) mengatakan bahwa :

Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yangdiajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.


(16)

7

Pembelajaran kontekstual terjadi apabila siswa menerapkan dan mengalami apa yang sedang diajarkan dan mengacu pada masalah-masalah dunia nyata berhubungan dengan peran dan tangung jawab mereka sebagai anggota keluarga, warga negara , siswa dan tenaga kerja. Pendekatan CTL memiliki ada tujuh komponen utama CTL yaitu: (1) kontruktivisme (contructivism), (2) menemukan (inquiry), (3) bertanya (questioning), (4) masyarakat belajar (learning community), (5) pemodelan (modeling), (6) refleksi (reflection) dan (7) penilaian yang sebenarnya (authentic assessment).

Melihat besarnya kontribusi pendekatan kontekstual dalam pembelajaran, dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran kontekstual merupakan salah satu alternatif pembelajaran inovatif yang berpeluang dalam mempengaruhi kemampuan representasi matematik siswa. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Pendekatan Kontekstual Terhadap Kemampuan Representasi Matematik Siswa Kelas IX SMP Negeri 18 Medan Pada Materi Bangun Ruang Sisi Lengkung Tahun Ajaran 2014/2015”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Matematika mata pelajaran yang rumit dan membosankan 2. Kegiatan pembelajaran yang masih berpusat kepada guru.

3. Proses pembelajaran yang kurang mendukung siswa untuk aktif dalam menyelesaikan ide-ide/gagasannya sendiri.

4. Kurangnya kemampuan representasi matematik siswa pada pokok bahasan bangun ruang.


(17)

8

1.3. Batasan Masalah

Agar permasalahan dalam penelitian ini lebih terarah dan jelas maka perlu adanya batasan masalah demi tercapainya tujuan yang diinginkan. Masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :

1. Kemampuan representasi matematik siswa masih rendah pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung.

2. Proses pembelajaran masih menggunakan model konvensional.

3. Pendekatan pembelajaran yang digunakan pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang dikemukakan maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah kemampuan representasi matematik siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan Pendekatan Kontekstual lebih baik daripada siswa yang mengikuti Pendekatan Pembelajaran Konvensional?

2. Bagaimana proses jawaban siswa terkait kemampuan representasi matematik yang diajarkan melalui Pendekatan Pembelajaran Kontekstual dan Konvensional?

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai :

1. Kemampuan representasi matematik siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan Pendekatan Kontekstual lebih baik daripada siswa yang mengikuti Pendekatan Pembelajaran Konvensional

2. Proses jawaban siswa terkait kemampuan representasi matematik yang diajarkan melalui Pendekatan Pembelajaran Kontekstual dan Konvensional.


(18)

9

1.6. Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas, maka diperoleh manfaat penelitian sebagai berikut :

1. Bagi guru, dapat memperluas wawasan pengetahuan mengenai model pengajaran sehingga dapat membantu siswa dalam membangun representasi sendiri.

2. Bagi siswa, melalui pendekatan pembelajaran contextual teaching and learning ini dapat membantu siswa dalam membangun representasinya. 3. Bagi sekolah, menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan

inovasi pembelajaran matematika di sekolah.

4. Bagi peneliti, sebagai bahan informasi sekaligus sebagai bahan pegangan bagi peneliti dalam menjalankan tugas pengajaran sebagai calon tenaga pengajar di masa yang akan datang.

5. Sebagai bahan informasi bagi pembaca atau peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis.


(19)

75 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan temuan di lapangan yang diuraiakan pada bagian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa:

1. Kemampuan representasi matematik siswa yang mengikuti pendekatan pembelajaran kontekstual lebih baik daripada siswa yang mengikuti pendekatan pembelajaran konvensional.

2. Proses jawaban siswa terkait kemampuan representasi matematik yang mengikuti pendekatan pembelajaran kontekstual berada pada kategori “Sangat Baik” sementara siswa yang mengikuti pendekatan pembelajaran konvensional “Baik”.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian, maka peneliti mengajukan beberapa saran yang ditujukan kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan hasil penelitian ini, antara lain :

1. Kepada Guru

a. Dalam setiap pembelajaran sebaiknya menciptakan suasana belajar yang memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan-gagasan matematik , bahasa dan cara mereka sendiri sehingga dalam belajar siswa lebih aktif, sehingga disarankan hendaknya guru dapat menerapkan pendekatan pembelajaran kontekstual(CTL).

b. Hendaknya lebih banyak melatih siswa untuk mengekspresikan/ memodelkan permasalahan matematik.

2. Kepada Peneliti Lanjutan

Hasil dan perangkat penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan untuk menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual pada materi bangun ruang sisi lengkung ataupun materi ajar lainnya.


(20)

76

3. Kepada Sekolah

Untuk pihak sekolah hendaknya dapat menjadi motivator dan fasilitator bagi guru untuk menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual. Pihak sekolah juga diharapkan menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pembelajaran tersebut.


(21)

77

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Dahar, W. (2011). Teori-Teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta : Erlangga

Fadillah, S. (2011). Meningkatkan Kemampuan Representasi Multipel Matematika Siswa SMP Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Open Ended . Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 2, Nomor 2.

Gagatsis, A. & Elia, I. (2005). A Review Of Some Recent Studies On The Role Of Representations In Mathematics Education In Cyprus And Greece.

[Online].Tersedia:http://cerme4.crm.es/Papers%20definitius/1/gagatsis.pdf

Hasanah. (2011). Analisis Kemampuan Penalaran Matematika Siswa SMP Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual. Tesis PPs Unimed : Tidak diterbitkan

Hudiono, B. (2010). Peran Pembelajaran Diskursus Multi Representasi terhadap Pengembangan Kemampuan Matematika dan Daya Representasi pada Siswa SLTP. Jurnal Cakrawala Kependidikan Vol. 8 No. 2: 101-203. Tersedia di http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jckrw/article/view/156. Hutagaol, K (2009). Peranan Representasi dalam Pembelajaran Matematika.

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Tersedia di eprints.uny.ac.id/7036/1/P22-Kartini.pdf. [diakses 01-02-2014]

Hwang, et al. (2007). Multiple Representation Skills and Creativity Effects on Mathematical Problem Solving using a Multimedia Whiteboard System. Educational Technology & Society, Vol 10 No 2, pp. 191-212.

Jaenudin.(2008). Pengaruh Pendekatan Kontekstual terhadap Kemampuan Representasi Matematik Beragam Siswa SMP. Online. Tersedia di

http://sydney19.files.wordpress.com/2010/04/pengaruh-pendekatan-kontekstual-terhadap-kemampuan-representasi-matematik-beragam.pdf. [diakses 01-02-2014].

Joni (2012). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Koneksi Matematis Siswa MTs Harapan Bangsa Meulaboh dengan Pendekatan Kontekstual. Skripsi FMIPA Unimed: Tidak diterbitkan

Panjaitan, dkk. (2012). Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar dengan Analisis Klasik dan Modern. Medan: Larispa


(22)

78

Permendikbud. (2014). Salinan Nomor 104 Tahun 2014 Tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Jakarta : Depdiknas

Ruseffendi.(1991). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Mengajar Matematika Untuk Meningkatkan CBSA. Bandung : Tarsito

Sanjaya, Wina. (2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Rineka Prenada Media

Simangunsong. (2006). Matematika untuk SMP Kelas IX. Jakarta : Erlangga

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiarto. (2009). Bahan Ajar Workshop Pendidikan Matematika I. Semarang: Jurusan Matematika UNNES.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif R & D. Alfabeta : Bandung.

Suprijono, A. (2012). Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Suryosubroto.(2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif. Kencana : Jakarta

Yuniawatika. (2011). Penerapan Pembelajaran Matematika dengan Strategi REACT untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Representasi Matematik Siswa Sekolah Dasar (Studi Kuasi Eksperimen di Kelas V Sekolah Dasar Kota Cimahi). Jurnal UPI Edisi Khusus, No. 1, Agustus 2011. Tersedia di http://jurnal.upi.edu/file/10-Yuniawatika-edit.pdf. [diakses 25-01-2014].


(23)

ii

RIWAYAT HIDUP

Sudomo Sinaga lahir di Samosir, 26 Pebruari 1993. Ayah bernama Keles Sinaga, Ibu bernama Lenni Pandiangan merupakan anak ke-5 dari 7 bersaudara. Pada tahun 1998 penulis masuk SD N 177086 Sampetua dan lulus tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis diterima di SMP Swasta Bintang Samosir Palipi dan lulus tahun 2007. Selanjutnya penulis diterima di SMA N 1 Pangururan dan selesai pada tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis diterima di Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas MIPA Unimed melalui jalur SNMPTN. Selama menempuh pendidikan, penulis pernah menjadi Assiten Laboratorium Matematika dan juga aktif mengajar di Bimbel BT/BS MEDICA dan Bimbel OCTA SCIENCE serta guru privat.


(1)

1.6. Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas, maka diperoleh manfaat penelitian sebagai berikut :

1. Bagi guru, dapat memperluas wawasan pengetahuan mengenai model pengajaran sehingga dapat membantu siswa dalam membangun representasi sendiri.

2. Bagi siswa, melalui pendekatan pembelajaran contextual teaching and learning ini dapat membantu siswa dalam membangun representasinya. 3. Bagi sekolah, menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan

inovasi pembelajaran matematika di sekolah.

4. Bagi peneliti, sebagai bahan informasi sekaligus sebagai bahan pegangan bagi peneliti dalam menjalankan tugas pengajaran sebagai calon tenaga pengajar di masa yang akan datang.

5. Sebagai bahan informasi bagi pembaca atau peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis.


(2)

75

Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan temuan di lapangan yang diuraiakan pada bagian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa:

1. Kemampuan representasi matematik siswa yang mengikuti pendekatan pembelajaran kontekstual lebih baik daripada siswa yang mengikuti pendekatan pembelajaran konvensional.

2. Proses jawaban siswa terkait kemampuan representasi matematik yang mengikuti pendekatan pembelajaran kontekstual berada pada kategori “Sangat Baik” sementara siswa yang mengikuti pendekatan pembelajaran konvensional “Baik”.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian, maka peneliti mengajukan beberapa saran yang ditujukan kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan hasil penelitian ini, antara lain :

1. Kepada Guru

a. Dalam setiap pembelajaran sebaiknya menciptakan suasana belajar yang memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan-gagasan matematik , bahasa dan cara mereka sendiri sehingga dalam belajar siswa lebih aktif, sehingga disarankan hendaknya guru dapat menerapkan pendekatan pembelajaran kontekstual(CTL).

b. Hendaknya lebih banyak melatih siswa untuk mengekspresikan/ memodelkan permasalahan matematik.

2. Kepada Peneliti Lanjutan

Hasil dan perangkat penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan untuk menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual pada materi bangun ruang sisi lengkung ataupun materi ajar lainnya.


(3)

3. Kepada Sekolah

Untuk pihak sekolah hendaknya dapat menjadi motivator dan fasilitator bagi guru untuk menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual. Pihak sekolah juga diharapkan menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pembelajaran tersebut.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Dahar, W. (2011). Teori-Teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta : Erlangga

Fadillah, S. (2011). Meningkatkan Kemampuan Representasi Multipel Matematika Siswa SMP Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Open Ended . Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 2, Nomor 2.

Gagatsis, A. & Elia, I. (2005). A Review Of Some Recent Studies On The Role Of Representations In Mathematics Education In Cyprus And Greece.

[Online].Tersedia:http://cerme4.crm.es/Papers%20definitius/1/gagatsis.pdf

Hasanah. (2011). Analisis Kemampuan Penalaran Matematika Siswa SMP Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual. Tesis PPs Unimed : Tidak diterbitkan

Hudiono, B. (2010). Peran Pembelajaran Diskursus Multi Representasi terhadap Pengembangan Kemampuan Matematika dan Daya Representasi pada Siswa SLTP. Jurnal Cakrawala Kependidikan Vol. 8 No. 2: 101-203. Tersedia di http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jckrw/article/view/156. Hutagaol, K (2009). Peranan Representasi dalam Pembelajaran Matematika.

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Tersedia di eprints.uny.ac.id/7036/1/P22-Kartini.pdf. [diakses 01-02-2014]

Hwang, et al. (2007). Multiple Representation Skills and Creativity Effects on Mathematical Problem Solving using a Multimedia Whiteboard System. Educational Technology & Society, Vol 10 No 2, pp. 191-212.

Jaenudin.(2008). Pengaruh Pendekatan Kontekstual terhadap Kemampuan Representasi Matematik Beragam Siswa SMP. Online. Tersedia di

http://sydney19.files.wordpress.com/2010/04/pengaruh-pendekatan-kontekstual-terhadap-kemampuan-representasi-matematik-beragam.pdf. [diakses 01-02-2014].

Joni (2012). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Koneksi Matematis Siswa MTs Harapan Bangsa Meulaboh dengan Pendekatan Kontekstual. Skripsi FMIPA Unimed: Tidak diterbitkan

Panjaitan, dkk. (2012). Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar dengan Analisis Klasik dan Modern. Medan: Larispa


(5)

Permendikbud. (2014). Salinan Nomor 104 Tahun 2014 Tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Jakarta : Depdiknas

Ruseffendi.(1991). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Mengajar Matematika Untuk Meningkatkan CBSA. Bandung : Tarsito

Sanjaya, Wina. (2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Rineka Prenada Media

Simangunsong. (2006). Matematika untuk SMP Kelas IX. Jakarta : Erlangga

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiarto. (2009). Bahan Ajar Workshop Pendidikan Matematika I. Semarang: Jurusan Matematika UNNES.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif R & D. Alfabeta : Bandung.

Suprijono, A. (2012). Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Suryosubroto.(2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif. Kencana : Jakarta

Yuniawatika. (2011). Penerapan Pembelajaran Matematika dengan Strategi REACT untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Representasi Matematik Siswa Sekolah Dasar (Studi Kuasi Eksperimen di Kelas V Sekolah Dasar Kota Cimahi). Jurnal UPI Edisi Khusus, No. 1, Agustus 2011. Tersedia di http://jurnal.upi.edu/file/10-Yuniawatika-edit.pdf. [diakses 25-01-2014].


(6)

RIWAYAT HIDUP

Sudomo Sinaga lahir di Samosir, 26 Pebruari 1993. Ayah bernama Keles Sinaga, Ibu bernama Lenni Pandiangan merupakan anak ke-5 dari 7 bersaudara. Pada tahun 1998 penulis masuk SD N 177086 Sampetua dan lulus tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis diterima di SMP Swasta Bintang Samosir Palipi dan lulus tahun 2007. Selanjutnya penulis diterima di SMA N 1 Pangururan dan selesai pada tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis diterima di Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas MIPA Unimed melalui jalur SNMPTN. Selama menempuh pendidikan, penulis pernah menjadi Assiten Laboratorium Matematika dan juga aktif mengajar di Bimbel BT/BS MEDICA dan Bimbel OCTA SCIENCE serta guru privat.