Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi City Branding Kota Solo Demi Menjamin Keberlangsungan Slogan “The Spirit of Java”

LAMPIRAN TRANSKRIP WAWANCARA

Key Informan

: Heru Mattaya

Jabatan

: Ketua Solo Batik Carnival

Tanggal Wawancara : 28 Agustus 2014

Pertanyaan

Hasil Wawancara

Wawancara
Selama

Slogan itu kan di launching oleh pemkot solo bekerja


keberlangsungan

sama dengan wonogiri dsb bukan hanya solo, dari

event apakah pesan SOLORAYA melaunching itu. Tapi kenyataannya dalam
branding bermanfaat? perjalannya tidak berjalan dengan baik dikarenakan ego
sektoral masing2 daerah, karena tidak mau juga to
boyolali dibilang solo the spirit of java.
Kedua dulu setiap publikasi2 kota memakai slogan tsb,
tapi lama kelamaan itu hilang dikarenakan terjadi
tegantung

pimpinan

akhirnya

semua

tidak


bisa

berlangsung dengan baik sampe sekarang. Sebenarnya
tanpa slogan solo sudah bisa disebut solo the spirit of
java, jadi tidak perlu ter-resmikan seperti itu. Tapi para
penggiat2 carnaval di solo tidak pernah berpikir ttg itu
apapun yang dilakukan guna mendukung spirit of java.
Saya sendiri juga tidak merasa penting dengan adanya itu,
yang paling penting dengan konsep kegiatan yang bagus
ngga usah mengatakan solo the spirit of java orang sudah
tau bahwa itu branding kota, jadi itu menyatu lah.
Kegiatan2 yang ada itu semua untuk mendukung kota
solo dengan kreatifitas masing2. Festival, karnaval,
ketoprak itu merupakan bagian solo the spirit of java.

86

Kalo menurut mas Solo merupakan salah satu jantung budaya jawa selain
heru sendiri apa arti jogja solo itu sangat penting, mengapa dikatakan jawa
solo the spirit of tengah? Ya kota solo itu sebagai jantung budaya jawa

java?

tengah. Cara kita bekerja melakukan kegiatan budaya solo
itu arahnya meneguhkan slogan tersebut meskipun kita
tidak pernah mengatakan slogan itu, tetapi sebenarnya
untuk menguatkan kota solo bahwa kota solo sebagai
jantung budaya jawa tengah, dan slogan ini sperti slogan
yang mengatakan jogja never ending asia

hanya itu

promosi saja.
Dana-dana

event Naahh… ini yang menarik dari Solo yang bisa dibedakan

darimana?

dengan kota-kota yang ada di indonesia. Hampir semua
event2 yang ada di solo dibangun oleh komunitas bukan

EO. Kalo di kota lainnya saya sudah berjalan kemanamana, kebanyakan dana dari Pemerintah kemudian
dilelang dan EO penyelenggaranya. kemudian nanti
bertemu dengan banyak seniman-seniman lainnya. Tetapi
di Solo hamper semua event muncul dari komunitaskomunitas, lalu seniman bertemu dengan pemerintah dan
direspon dengan bagus dalam satu visi misi yang sama
dan pemerintah membantu dana, dan dana mungkin yang
dibantu pemerintah mungkin membantu hanya ¼ dana
saja dan sisannya komunitas bergerak mencari dana sndiri
mulai dari sponsor dan saya pikir pemerintah tidak perlu
memberi dana yang utuh karena itu tidak akan
membangun kemandirian komunitas tersebut . mengapa
komunitas ini bisa mnyelenggarakan SIPA, SBC, Solo
City Jazz, banyak event karena komunitas itu mandiri
tidak tergantung pemerintah, kalo semua tergantung
pemerintah begitu dana tidak ada makan event akan
macet. Di Solo sinergi antara pemerintah dengan
87

komunitas dengan budaya sudah saling berbagi peran
yang pas. Jadi kalo pemkot solo melalui dinas pariwisata

seni budaya mereka memberikan anggaran dan mereka
juga membantu melalui segi keamanan, kebersihan dan
yang kaitaannya dengan kebirokrasian. Lha komunitas
seni budaya lainnya ini bergerak melalui kreatifitasnya
jadi dua-duanya menyatu, dan mengapa semua festival
disolo bisa berjalan dengan bagus dan dengan rutinitas
yang tejaga karena keduanya mengambil peran masingmasing dan itu yang menurut saya menarik dan tidak bisa
didapatkan di kota lain di Indonesia.
Salah satu event yang Iya SIEM. Ini karena persoalan ideology, yang artinya
tidak berjalan dengan didirikan
baik adalah SIEM?

bahwa

mereka

masing-masing

sudah


mempunyai konsep bahwa SIEM sebuah forum music
yang berangkat dari solo penggiatnya, tapi tidak dari solo
saja ,ada Jakarta bandung Surabaya dll. SIEM adalah
sebuh kumpulan dari pemikir budayawan yang dari
beberapa kota yang peduli budaya yang kebetulan dulu
muncul waktu jaman Pak Jokowi yang di support dengan
bagus dan berjalan lancar tapi lambat laun karena ada
beberapa miss communication sehingga mulai luntur.
SIEM hampir 90% didanai oleh swasta dan ada
penggeraknya, penggiatnya berani mengenalkan dan
tujuannya bukan profit oriented. Direkturnya dari Jakarta
mungkin mengeluarkan uang sekitar 2milyar dari kantong
pribadinya.

Kegiatan dari mas
heru mattaya?

1. Vastenburg Carnival
Ini event pertama kali yang event carnaval yang
diadakan di sebuah benteng.


88

2. Solo City jazz
Sudah masuk ke tahun ke-5.
Tetapi lepas dari event itu banyak yang kita gelar
eventnya. Dan besok September ini merupakan Bulan
Festival di solo karena ada 5 festival besar yang akan
diadakan di Satu tempat yang sama, di dalam sebuah
perencanaan yang sama, dalam sebuah pembahasan
bersama. Pada tanggal 31 Agustus akan dibuka Binal
Bambu jadi sebuah forum tentang bamboo.
5-6 solo batik fashion
12-13 SIPA
14-15 Indonesian Mask Festiva;
19-20 Solo Jazz festival
26-27 Solo keroncong Festival
Di bulan sept solo punya 5 festival yang menjadi satu
dengan sebuah olahan konsep yang sama karena temanya
bamboo. misal: event Binal Bambu membantu designnya

SIPA jadi mereka tadi berdiri sendiri2 tetapi mereka
berembug bagaimana festival ini menjadi festival yang
bagus dalam 1 konsep kebersamaan. Dan ini Saya pikir
hanya bisa didapatkan di kota solo karena ini lahirnya dr
sebuah komunitas, kalo dilahirkan dari EO, EO tidak akan
mau karena kan EO berpikir Profit Oriented. Tapi kita
tidak memasang umbul-umbul baliho, dll jadi ini sebuah
tontonan artistic. Komunitas ini tetap bekerja secara
profesional dan di Solo ini menarik didukung oleh
mahasiswa-mahasiswa dan mereka bekerja tidak dibayar
meskipun dari pemerintah tetap ada perhatian-perhatian
seperti masalah transportasi konsumsi dll. Jadi mereka
bekerja bukan karena untuk dibayar tapi berdasarkan
karena kecintaanya terhadap kota.
89

Dalam setiap event Partisipasinya sangat besar. Selain dana yang sebagai
apakah Pemkot ikut subsidi mereka membantu dalam publikasi, dishub, dinas
berpartisipasi?


pariwisata, dinas kebersihan, satpol semua birokrasibirokrasi ini ditangani oleh dinas pariwisata. Dan kita
penggiatnya konsen di kreatifitasnya. Dan antar kami
hubungannya sudah sangat baik sehingga penggiat budaya
tidak perlu pusing lagi akan kegiatannya gimana karena
keadaan di lapangan sudah di atur oleh pemerintah.
Karena tujuan kita semua juga demi memajukan kota
Solo.

Selama event tidak Iya. Kita tidak pernah membawa slogan tersebut, tapi apa
pernah

membawa yang

slogan Spirit of Java?

lakukan

kan

sebenarnya


juga

sudah

meneguhkan itu. Jadi kita tidak terjebak dalam euphoria-

banyak euphoria semacam itu, komunitas ini tidak perlu berbicara

Kan
masyarakat
tidak

kita

yang lagi dalam bentuk kata-kata lagi tapi kita melakukan dari

memahami perbuatan.

slogan tersebut?


Itu bukan urusan kita. Tapi slogan itu sebenarnya sudah
lama tidak ada semenjak PT.Soloraya bubar

mereka

memang sebuah PT yang dgerakkan yang memiliki
anggaran untuk mempublikasikan tetapi sebenarnya kita
tidak terkait juga dengan itu. Itu sebenarnya tugas
Pemerintah dan proyek slogan ini sebenarnya Proyek
Branding kota, jadi sebenarnya ada atau tidak ada slogan
itu kita tidak ada masalah. Toh apa yang kita lakukan
sebenarnya juga sudah meneguhkan Solo the spirit of
java . Jadi slogan ini sebenarnya sudah tidak jelas bukan

untuk laku kota, kalo untuk laku kota juga bukan berasal
dari slogan. Dan slogan ini lebih mengarah ke
kepariwisataan.

90

Saran untuk Pemkot Menurut saya slogan itu penting untuk alat promosi dan
menjaga

baik untuk dimunculkan lagi juga tidak ada salahnya dan

keberlangsungan

harus dipikir secara serius juga, jadi benar-benar kalo

Slogan
tumbuh lagi?

supaya slogan itu mau dikonsep dengan bagus,
dengan

bagus

keberlangsungannya

dipikirkan

keberlanjutannya

bagaimana slogan bisa disosialisikan dengan bagus, bisa
dikaitkan dengan banyak festival jadi harapanya bahwa
slogan itu tidak hanya sebuah proyek dari pemerintah saja
tapi menjadi sebuah kebutuhan kita bersama jadi ngga
usah apapun orang ingin menulis itu. Kalo dulu itu
mengapa tidak berlangsung dengan baik itu mungkin
karena itu rasa-rasanya menjadi milik PT.Soloraya tetapi
kalo sudah menjadi milik masyarakat solo saya pikir
sudah muncul dengan sendirinya.

91

Key Informan

: Tiarasita Summa Dewi

Jabatan

: Putri Solo

Tanggal Wawancara : 20 Desember 2014
Pertanyaan
Wawancara
Sebagai

Hasil Wawancara
PPS, NASIONAL :
saja Bersama Dinas Budaya dan Pariwisata kota Surakarta

kegiatan

apa

yang

dilakukan kami sering mengikuti acara promosi Pariwisata dan

dalam

upaya Budaya yang berada di kota lain. Contoh baru-baru ini di

mempromosikan

Banjarmasin dengan menari Jawa dan dinner bersama

kota Solo di level Duta Wisata se-Indonesia dari berbagai wilayah di
Nasional
Internasional?

dan Indonesia.
Tahun ini Surakarta juga mengadakan acara sendiri, yang
bertema “Belajar Membatik bersama Puta-Putri Solo”
tujuannya disitu kita ingin memperkenalkan batik pada
masyarakat Solo itu sendiri dan lebih focus cara membuat
batik/prosesnya.

 INTERNASIONAL :

PPS mempunyai perwakilan yang dikirim ke Luar Negeri
dimana disana mempromosikan batik dengan cara
menggunakan Kostum SBC dan juga mempromosikan
tempat sejarah Kota Solo (seperti ; Musik Jawa, Makanan,
dll melalui Announced).
Selama menjadi Duta Tanggapan khalayak, Solo sangat terkenal kental entah
pariwisata,

budaya, masyarakat yang terkenal ramah dan segala

bagaimana

sesuatu makanan tradisional, mainan tradisional, khalayak

tanggapan khalayak selalu menganggap Solo masih sama seperti jaman dahulu
terhadap image Kota kala.
Solo?

Contoh : Hari Jumat, 7 Juni 2014 sdi Balaikota ada acara
dinner

association

92

school

of

football

dari

Asia,

Singapore,SriLanka, Malaysia, Korea, dsb U-18 PPS
menggunakan pakaian Jawi Jangkep dan Berkonde.
Mereka sangat senang dan tertarik dengan kita karena
meskipun kita tidak kenal mereka kita tetap menyapa dan
mereka merasa sangat dihargai/dianggap. Seperti cara kita
duduk, berpakaian, berbicara, berperilaku, berpakaian saja
kita sampai dirasani (dalam bahasa jawa).
Di Jawa Tengah Solo sebagai pusat/patokan budaya Jawa
yang masih sangat tradisional dan masih terjaga sampai
sekarang.
Apa

saja

yang Solo Batik Carnival/SBC, Benteng Vastenburg, Batik,

dipromosikan

oleh Tarian (Bedayo, Srimpi, dll), Makanan (Serabi, Timlo,

PPS

Duta Bestik, Gudeg, Cabuk Rambak, Pecel, Dawet, dll),

sebagai

Pariwisata?
Apa

Langgam Jawa (Gamelan).

saja

menjadi

yang Pertama, Kendala Mayoritas ada di PPS karena hamper

hambatan semua PPS masih berstatus Pelajar (kuliah/bekerja),

dalam

upaya kendala di waktu juga. Cara mengatasinya dengan cara di

mempromosikan

saat ada suatu event tidak semua PPS ikut terjun bertugas

Kota Solo di level dalam event tersebut, hanya PPS yang bias saja yang
Nasional

dan terjun dalam event tersebut.

Internasional?

Dan Kedua, kendala Finansial. Cara mengatasinya kita semua
para PPS mencari sponsor sebanyak-banyaknya.

bagaimana
mengatasinya?

Adakah Saran bagi Menambah event-event di Kota Solo, kalau perlu sering
Pemerintah

Kota diadakan pertukan budaya antar daerah atau bahkan antar

Solo untuk menjaga Negara. Dari situ supaya Image Kota Solo sendiri semakin
keberlangsungan

kental Kebudayaannya.

Solo the Spirit of
Java?

93

Key Informan

: Yunanto Sutyastomo

Jabatan

: Budayawan Kompas Solo

Tanggal Wawancara : 20 Desember 2014

Pertanyaan

Hasil Wawancara

Wawancara
Bagaimana

Selama

ini

City

branding

belum

memasyarakat,

tanggapan Bapak/Ibu sebenarnya itu sudah lama ada city branding tentang kota
menganai

City solo, Cuma belum mengena di hati masyarakat. Baru

Branding Kota Solo?

Pemerintah saja yang menjalankan City branding tersebut,
tapi masyarakat hanya mengikuti saja.

Apa saja yang perlu Sebenarnya itu harus digali dahulu apa Slogan dari Kota
dilakukan oleh Kota Solo itu sendiri, karena kota Solo itu memiliki terlalu
Solo
melakukan
branding?

dalam banyak Slogan. Digali apa tujuan dari Kota ini ingin lebih
city dulu menjadi Kota seperti apa. Menjadi Kota Perniagaan,
Kota Wisata, Kota Pelajar atau apapun kita harus tau
terlebih dulu setelah itu baru kita bisa melakukan
Branding. Selama ini kota Solo belum jelas sebagai Kota
apa, namun peletakkan secara fisik bisa dikatakan bagus
tetapi kita belum tau Prioritas utama dari Pemerintah Kota
mau apa. Mem-branding suaru kota harus mengena di hati
masyarakat. Contoh : sebagai Kota Wisata, Kota Bunga di
Amerika Pasadena kan masyarakat sudah memahami.

Bagaimana

Slogan itu sebenarnya bukan slogan kota Solo tetapi

tanggapan Bapak/Ibu Slogan Solo Raya. Slogan se-Karisidenan Solo “Solo the
mengenai

Slogan Spirit of Java ”. Kalau Solo Berseri itu slogan jaman Orde

Solo the Spirit of baru jaman Pak Hartomo tentang Kebersihan Kota dan
Java?

tidak ada kaitannya dengan slogan “Solo the Spirit of
Java ”. Sedangkan slogan “Solo the Spirit of Java ” hanya

slogan Kepariwisataan.

94

Apakah penggunaan Kan harus dipahami terlebih dahulu apa “Solo the Spirit of
slogan

“Solo

the Java ”, tapi kalau untuk “Solo the Spirit of Java ”.saja

Spirit of Java ” sudah belum sampai ke Masyarakat,. Karena misal Solo the

tepat

untuk

Solo?

Kota Spirit of Java

tentang Kebudayaan Jawa sebagai

kehidupan kota, sebagai semangat memelihara Budaya
Jawa itu belum ada. Semangat dari Kota sendiri dan juga
Masyarakatnya belum memadai.

Hal-hal apa saja yang Kota harus melakukan inventerisasi potensi kebudayaan
perlu dikembangkan bukan hanya Kepariwisataan namun juga Kebudayaan.
dann diperbaiki oleh Seperti

Perpustakaan,

Sanggar-sanggar,

Kegiatan-

Kota Solo khususnya kegiatan, Tradisi, Kebiasaan itu semua harus dikaji dan ini
dalam

butuh kajian yang Komprehensif karena bukan hanya

pengembangan

kajian teknis saja, karena yang ingin dikaji Kebiasaan

budaya

dalam orang Solo seperti apa, Semangat orang Solo seperti apa,

mendukung

slogan ini semua butuh kajian secara sosiologi dan antropologi.

“Solo the Spirit of Seperti Car free day itu adalah salah satu kegiatan Kota
Java ”?

Solo yang meniru Kota Jakarta dan hanya dilakukan 1
minggu sekali di hari Minggu, dan Car free day adalah
hari

tanpa

asap

kendaraan

bermotor

dan

untuk

mengurangi polusi kendaraan bermotor sehingga ruang
sosialisasi tentang pentingnya lingkungan hidup, inilah
Car free day.
Tetapi Solo sebagai Kota apa sampai sekarang belum jelas
sama skali. Seperti Kota Liwet, Kota Batik itu bisa
dikatakan kaitannya dengan Produk sedangkan kota Solo
dari segi Culture belum ada. Solo memiliki sangat banyak
budaya yang bisa dipamerkan salah satunya Seni
Pertunjukan tapi tidak dikelola dengan bagus, ada banyak
kegiatan Seni Pertunjukan tapi sifatnya hanya Partial dan
Temporer saja, jadi bukan kegiatan yang terencana dan
terkoordinasi. Missal antara Lembaga dengan Lembaga,
95

antara Seniman dengan Lembaga belum teriintregasi.
Seperti Bali Soedjatmoko dengan Taman Budaya sering
saling tumpuk tidak ada koordinasi, termasuk deng Dinas
Pariwisata. Itu kan sebenarnya bisa dikerjakan dengan
baik. Seperti kemarin Batik Carnival dengan acara yang
sejenis seperti Red Batik itu jedanya harus jelas,
tujuannya apa. Harus diampaikan ke masyarakat apa
tujuan, maksud diadakannya acara tersebut agar semua
bisa berjalan dengan baik dan tertata dengan rapih.

96

Dokumen yang terkait

PERANAN HOTEL BINTANG EMPAT DI SURAKARTA DALAM MEMBENTUK POSITIONING KOTA SURAKARTA MELALUI CITY BRANDING SOLO THE SPIRIT OF JAVA.

0 4 15

PROTOTIPE CETAKAN COKLAT PRALINE “SOLO THE SPIRIT OF JAVA” SEBAGAI MODEL SOUVENIR PROTOTIPE CETAKAN COKLAT PRALINE “SOLO THE SPIRIT OF JAVA” SEBAGAI MODEL SOUVENIR KOTA SURAKARTA.

0 2 13

Strategi Branding Kota Surakarta Sebagai Daerah Tujuan Wisata Melalui Slogan Solo The Spirit Of Java COVER

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi City Branding Kota Solo Demi Menjamin Keberlangsungan Slogan “The Spirit of Java”

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi City Branding Kota Solo Demi Menjamin Keberlangsungan Slogan “The Spirit of Java” T1 362009071 BAB I

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi City Branding Kota Solo Demi Menjamin Keberlangsungan Slogan “The Spirit of Java” T1 362009071 BAB II

0 0 23

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi City Branding Kota Solo Demi Menjamin Keberlangsungan Slogan “The Spirit of Java” T1 362009071 BAB IV

0 2 29

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi City Branding Kota Solo Demi Menjamin Keberlangsungan Slogan “The Spirit of Java” T1 362009071 BAB V

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi City Branding Kota Solo Demi Menjamin Keberlangsungan Slogan “The Spirit of Java” T1 362009071 BAB VI

0 0 3

solo, spirit of java

0 0 23