BURUH GENDONG PASAR LEGI SURAKARTA Subjective Well-Being Buruh Gendong Pasar Legi Surakarta.

SUBJECTIVE WELL-BEING
BURUH GENDONG PASAR LEGI SURAKARTA

Naskah Publikasi
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
dalam mencapai derajad sarjana S-1

Diajukan oleh :
GALUH MAYASARI
F.100090057

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

SUBJECTIVE WELL-BEING
BURUH GENDONG PASAR LEGI SURAKARTA

Naskah Publikasi
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
dalam mencapai derajad sarjana S-1


Diajukan oleh :
GALUH MAYASARI
F.100090057

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

i

SUBJECTIVE WELL-BEING
BURUH GENDONG PASAR LEGI SURAKARTA

Galuh Mayasari
Dr. Nanik Prihartanti, M.Si
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Abstrak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui subjective wellbeing buruh gendong pasar Legi Surakarta. Subjek penelitian ini berjumlah 5
orang perempuan buruh gendong pasar Legi Surakarta dengan karakteristik

sebagai berikut: a) Seorang buruh gendong Pasar Legi Surakarta berusia paruh
baya 40 sampai 60 tahun. b) Perempuan paruh baya berprofesi sebagai buruh
gendong selama 15 sampai dengan 40 tahun. c) Buruh gendong yang tercatat
sebagai anggota organisasi SPTI. Hasil penelitian ini adalah buruh gendong pasar
Legi Surakarta bahagian dan merasa puas dalam menjalani kehidupannya
dibuktikan dengan lebih sering mengalami hal-hal yang menyenangkan dalam
kehidupannya sehari-hari seperti memperoleh penghasilan setiap hari karena
penghasilan tersebuth digunakan untuk membantu suaminya dalam mencukupi
kebutuhan makan setiap hari. Dan dapat dilihat dari afek positif buruh gendong
ketika bekerja,buruh gendong melakukan kontak sosial dengan rekan kerjanya
dengan baik terlihat dari sering merasakan bahagia, senang, tertawa, melakukan
pekerjaan secara bersama-sama.
Kata kunci: Subjective well-being, buruh gendong pasar Legi Surakarta.

1

suatu

PENDAHULUAN


fenomena

evaluasi

Buruh gendong merupakan

yang

kognitif

dan

meliputi
emosional

orang yang bekerja untuk orang lain

individu terhadap kehidupan mereka,

dengan cara menggendong barang


seperti apa yang disebut orang awam

dibelakang

sebagai kebahagiaan, ketentraman,

punggung

untuk

mendapatkan upah dari usahanya

berfungsi

tersebut (Wahyono, 2005).

hidup.

Buruh


gendong

bekerja

penuh,

Cotter

dipasar legi Surakarta dikarenakan

dan

dan

kepuasan

Foud

(2011)


menjelaskan bahwa individu yang

sempitnya lahan pertanian di desa

memiliki SWB yang tinggi akan

dan melonjaknya harga kebutuhan

menunjukan kepuasan hidup tinggi

pangan sehari-hari sehingga buruh

dan lebih sering merasa bahagia.

gendong melakukan urbanisasi ke

Sebaliknya, individu yang memiliki

kota. Faktor-faktor inilah mendorong


SWB yang rendah menunjukkan

buruh gendong dengan modal tenaga

ketidakpuasan terhadap hidup dan

dan tanpa keahlian, buruh gendong

lebih sering merasakan emosi yang

menjual jasa yang dimilikinya untuk

negatif.

mendapatkan upah. Buruh gendong
harus berangkat pukul 09.00-16.00

Menurut


WIB. Keberadaan buruh gendong

mengungkapkan

pasar legi di lindungi oleh organisasi

merupakan istilah yang digunakan

SPTI (Serikat Pekerja Transport

untuk menggambarkan kesejahteraan

Indonesia). Buruh gendong yang

individu

tercatat

sendiri.


sebagai

anggota

Serikat

Diener

(2007)

bahwa

terhadap
Penilaian

kehidupanya
ini

dilakukan


Pekerja Transport Indonesia (SPTI)

berdasarkan

sebanyak 272 orang berdasarkan

afektif. Aspek kognitif dari SWB

kelompok

secara

anggotanya

masing-

aspek

SWB


umum

kognitif

mengacu

dan

pada

kepuasan hidup yang dirasakan oleh

masing.
(2003)

individu. Kepuasan hidup individu

mengungkapkan bahwa Subjective

tersebut merupakan penilaian umum

Diener,

Well-Being

dkk,

didefinisikan

individu

sebagai

2

terhadap

kehidupanya

berdasarkan

pada

kriteria

yang

a. Kepuasan Hidup

ditentukan sendiri. Aspek afektif dari

b. Afeksi Positif

SWB

c. Afeksi Negatif

merupakan

individu

reaksi

afektif

terhadap

pengalaman-

Menurut Diener dan Suh

yang

dialaminya.

(2000), Terdapat dua pendekatan

pengalaman

Pemahaman mengenai pengalaman

teori

yang

subjective well-being yaitu:

dirasakan

membantu

individu

individu

akan

yang

digunakan

dalam

a. Bottom up theories

dalam

mengevaluasi

peristiwa-peristiwa

Teori memandang bahwa

yang terjadi

dalam kehidupanya

kebahagiaan dan kepuasan hidup
yang

(Diener dan Lucas, 1999).
Berdasarkan pendapat para
ahli

dapat

subjective

disimpulkan

bahwa

well-being

adalah

kepuasan

kebahagiaan,

b.

tingkat

hidup,

dan

mood

kumpulan

Top down theories
Subjective

well-being

dialami

seseorang

mengevaluasi

kejadian

Diener,
Diener

peristiwa-

dan

dalam

sudut

pandang yang positif

(dalam

menyebutkan

Muba, W. 2009) subjective well-

perspektif

kecil

atau

didalam hidupnya.

diukur

kebahagiaan

menginterpretasi suatu peristiwa

bersikap lebih bahagia dan lebih puas

being

banyaknya

tersebut

yang

cenderung dapat membuat seseorang

Menurut

dari

tergantung dari cara individu

rendahnya

negative

tergantung

yang

pengalaman

menyenangkan

dialami

peristiwa bahagia.

evaluasi hidup seseorang yang terdiri
perasaan

dan

seseorang

serta

perasaan bahagia yang tercipta dari

dari

dirasakan

dkk

(2004)

bahwa

untuk

mengidentifikasi faktor-faktor yang

berdasarkan

pada

berkontribusi

individu

yang

bukanlah

pada

merupakan

kebahagiaan
hal

yang

bersangkutan, melalui 3 komponen

mudah. Tetapi pada kebanyakan

yang saling berhubungan antara lain :

penelitian

menyebutkan

bahwa

faktor kepribadian dan demografis

3

merupakan

faktor

menyebabkan

utama

dan

yang

Menurut

berhubungan

(2009)

dengan kebahagiaan.

subjective

yang

kualitas hidup seseorang

kebahagiaan seseorang :

lain :

1.

a. Harga Diri

Kepribadian
Berdasarkan
mengenai

2.

well-being

8 prediktor yang menentukan

mempengaruhi

penelitian

Yang Bisa Diterima.

menunjukkan bahwa orang yang

c. Sifat Terbuka.

bahagia

d. Optimisme

tidak

antara

b. Rasa Tentang Pengendalian

kebahagiaan

dan

Muba

tersebut juga dipengaruhi oleh ada

Berikut ini adalah beberapa
faktor

Wang

bahagia

memiliki profil kepribadian yang

e. Hubungan Yang Positif.

berbeda.

f. Kontak Sosial

Variabel demografis

g. Pemahaman Tentang Arti dan

Faktor lain yang juga
mempengaruhi

Tujuan.

kebahagiaan

h. Penyelesaian Konflik Dalam

adalah variabel demografis dan
lingkungan

(Eddington

Shuman,2005).

Diri.

dan

Penelitian ini bertujuan untuk

Faktor-faktor

mengetahui

demografis itu adalah:

subjective

well-being

buruh gendong pasar Legi Surakarta.

a. Jenis Kelamin

METODE

b. Pendidikan
Subjek

c. Pendapatan

Penelitian:

Subjek

penelitian ini berjumlah 5 orang

d. Perkawinan

perempuan buruh gendong pasar

e. Pekerjaan

Legi Surakarta dengan karakteristik

f. Kesehatan

sebagai berikut: a) Seorang buruh

g. Agama

gendong

h. Waktu luang

Pasar

Legi

Surakarta

berusia paruh baya 40 sampai 60

i. Etnis

tahun. b) Perempuan paruh baya

j. Peristiwa kehidupan

berprofesi sebagai buruh gendong

k. Kompetensi

4

selama 15 sampai dengan 40 tahun.

jam kerja sehingga informan merasa

c) Buruh gendong yang tercatat

senang bisa menghabiskan waktu

sebagai anggota organisasi SPTI.

luang untuk ngobrol dan santaisantai

Alat Pengumpulan Data. Berupa

narasi

kerjanya

yang diperoleh berupa

dan

langkah

deskripsi.

dalam

tidak

Informan

Langkah-

analisis

teman-teman

kerjanya dan informan merasa sistem

wawancara dan observasi sehingga
data-data

bersama

terikat

berusaha

waktu.

mencukupi

kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan

data

ekonomi

penelitian ini menggunakan metode

maupun

bersosialisasi

model interaktif sebagai berikut:

kerjanya.

1. Pengumpulan Data

kebutuhan

dengan

Pemenuhan

teman
kebutuhan

ekonomi menjadi hal yang penting

2. Reduksi

oleh karena itu informan tetap
bertahan dipekerjaanya dan tidak

3. Penyajian Data

memiliki keinginan untuk beralih
4. Penarikan Kesimpulan dan

profesi

Verifikasi

merasa nyaman dengan pekerjaanya
dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

karena

informan

pendapatan

dapat

sudah

diperoleh

setiap hari. Buruh gendong memiliki
Setiap harinya buruh gendong
memperoleh
Rp.20.000,00

tingkat afek positif lebih tinggi dari

penghasilan

pada afek negatifnya. Sedangkan

mencapai

informan PT memiliki tingkat afek

hingga

Rp.35.000,00 penghasilan tersebut

positif

diperoleh dari jasa menggendong

seimbang,

barang dagangan dengan berat 50kg

informan dapat diketahui bahwa

hingga mencapai 1kuintal setiap kali

informan SR, NT TK dan SK

angkat.

bertahan

merupakan buruh gendong yang

memilih pekerjaan sebagai buruh

mencapai tingkat subjective well-

gendong dengan alasan pendapatan

being lebih tinggi dari pada informan

dapat diperoleh setiap hari, pihak

PT.

Informan

tetap

organisasi tidak memberi peraturan

5

dan

afek

negatif

sehingga

dari

yang
kelima

New York : The Guildford
Press.

Hal yang memuaskan dalam
hidup informan SR, PT, NT, TK dan
SK adalah ketika bekerja bersama

Diener, E. dan Suh, E. M. 2000.
Subjective
Well-Being
Three Decades of Progress.
Psychological Bulletin, 2,
276-302. New York : The
Guildford Press.

dengan rekan kerjanya serta bisa
berkumpul

dengan

teman-teman

kerja ketika memiliki waktu luang.

KESIMPULAN

Diener. Lucas. dan Oishi. 2003.
Personality culture, and
subjective
well-being.
Journal Annual reviuew of
psychology, 54, 403-425.
New York : The Guildford
Press.

Subjective well-being buruh

gendong diketahui dari kepuasan
yang

dimiliki

yaitu

memiliki

pekerjaan yang tidak terikat waktu
dan memiliki tingkat afek positif

Diener

yang tinggi seperti ngobrol bersama
rekan kerja serta berbagi pengalaman
positif seperti melakukan pekerjaan
secara

bersama-sama

dan

selalu

berkumpul bersama rekan kerjanya
ketika memiliki waktu luang.

dan Pavot. 2004. The
Subjective Evaluation of
Well-Being in Adulthood.
Journal
ageing
International, 29, 113-135.
New York : The Guildford
Press.

Diener, 2007. Culture and
well-being.
Handbook
of
Psychology, 3,
New York : The
Press.

DAFTAR PUSTAKA
Cotter, E.W. dan Found. 2011. The
Relationship
Between
Subjective Well-Being and
Vocational
Personality
Type. Journal of Carrer
Assesment, 3, 51-60. New
York : The Guildford

subjective
Journal
Cultural
691-713.
Guildford

Eddington, N. dan Shuman, R. 2005.
Subjective
well-being
(Happiness).
http://www.texcpe.com/cpe/
PDF/ca-happines.pdf
(diunduh pada tanggal 18
Maret 2012).

Diener, E. dan Lucas, R. E. 1999.
Subjective
Well-Being
Three Decades of Progress.
Journal of personality and
social psychology, 3,25-29.

Muba,

6

W. 2009. Predictors of
Subjective
Well-Being.
Journal
of
Positive

Psychological Assessment,
1, 24-35. New York:
Brunner-Routledge.

Wahyono, 2005. Kartini dan
Keringat Buruh Gendong.
Surakarta : Suara Merdeka.

7