BURUH GENDONG PASAR LEGI SURAKARTA Subjective Well-Being Buruh Gendong Pasar Legi Surakarta.
SUBJECTIVE WELL-BEING
BURUH GENDONG PASAR LEGI SURAKARTA
Naskah Publikasi
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
dalam mencapai derajad sarjana S-1
Diajukan oleh :
GALUH MAYASARI
F.100090057
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
SUBJECTIVE WELL-BEING
BURUH GENDONG PASAR LEGI SURAKARTA
Naskah Publikasi
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
dalam mencapai derajad sarjana S-1
Diajukan oleh :
GALUH MAYASARI
F.100090057
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
i
SUBJECTIVE WELL-BEING
BURUH GENDONG PASAR LEGI SURAKARTA
Galuh Mayasari
Dr. Nanik Prihartanti, M.Si
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Abstrak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui subjective wellbeing buruh gendong pasar Legi Surakarta. Subjek penelitian ini berjumlah 5
orang perempuan buruh gendong pasar Legi Surakarta dengan karakteristik
sebagai berikut: a) Seorang buruh gendong Pasar Legi Surakarta berusia paruh
baya 40 sampai 60 tahun. b) Perempuan paruh baya berprofesi sebagai buruh
gendong selama 15 sampai dengan 40 tahun. c) Buruh gendong yang tercatat
sebagai anggota organisasi SPTI. Hasil penelitian ini adalah buruh gendong pasar
Legi Surakarta bahagian dan merasa puas dalam menjalani kehidupannya
dibuktikan dengan lebih sering mengalami hal-hal yang menyenangkan dalam
kehidupannya sehari-hari seperti memperoleh penghasilan setiap hari karena
penghasilan tersebuth digunakan untuk membantu suaminya dalam mencukupi
kebutuhan makan setiap hari. Dan dapat dilihat dari afek positif buruh gendong
ketika bekerja,buruh gendong melakukan kontak sosial dengan rekan kerjanya
dengan baik terlihat dari sering merasakan bahagia, senang, tertawa, melakukan
pekerjaan secara bersama-sama.
Kata kunci: Subjective well-being, buruh gendong pasar Legi Surakarta.
1
suatu
PENDAHULUAN
fenomena
evaluasi
Buruh gendong merupakan
yang
kognitif
dan
meliputi
emosional
orang yang bekerja untuk orang lain
individu terhadap kehidupan mereka,
dengan cara menggendong barang
seperti apa yang disebut orang awam
dibelakang
sebagai kebahagiaan, ketentraman,
punggung
untuk
mendapatkan upah dari usahanya
berfungsi
tersebut (Wahyono, 2005).
hidup.
Buruh
gendong
bekerja
penuh,
Cotter
dipasar legi Surakarta dikarenakan
dan
dan
kepuasan
Foud
(2011)
menjelaskan bahwa individu yang
sempitnya lahan pertanian di desa
memiliki SWB yang tinggi akan
dan melonjaknya harga kebutuhan
menunjukan kepuasan hidup tinggi
pangan sehari-hari sehingga buruh
dan lebih sering merasa bahagia.
gendong melakukan urbanisasi ke
Sebaliknya, individu yang memiliki
kota. Faktor-faktor inilah mendorong
SWB yang rendah menunjukkan
buruh gendong dengan modal tenaga
ketidakpuasan terhadap hidup dan
dan tanpa keahlian, buruh gendong
lebih sering merasakan emosi yang
menjual jasa yang dimilikinya untuk
negatif.
mendapatkan upah. Buruh gendong
harus berangkat pukul 09.00-16.00
Menurut
WIB. Keberadaan buruh gendong
mengungkapkan
pasar legi di lindungi oleh organisasi
merupakan istilah yang digunakan
SPTI (Serikat Pekerja Transport
untuk menggambarkan kesejahteraan
Indonesia). Buruh gendong yang
individu
tercatat
sendiri.
sebagai
anggota
Serikat
Diener
(2007)
bahwa
terhadap
Penilaian
kehidupanya
ini
dilakukan
Pekerja Transport Indonesia (SPTI)
berdasarkan
sebanyak 272 orang berdasarkan
afektif. Aspek kognitif dari SWB
kelompok
secara
anggotanya
masing-
aspek
SWB
umum
kognitif
mengacu
dan
pada
kepuasan hidup yang dirasakan oleh
masing.
(2003)
individu. Kepuasan hidup individu
mengungkapkan bahwa Subjective
tersebut merupakan penilaian umum
Diener,
Well-Being
dkk,
didefinisikan
individu
sebagai
2
terhadap
kehidupanya
berdasarkan
pada
kriteria
yang
a. Kepuasan Hidup
ditentukan sendiri. Aspek afektif dari
b. Afeksi Positif
SWB
c. Afeksi Negatif
merupakan
individu
reaksi
afektif
terhadap
pengalaman-
Menurut Diener dan Suh
yang
dialaminya.
(2000), Terdapat dua pendekatan
pengalaman
Pemahaman mengenai pengalaman
teori
yang
subjective well-being yaitu:
dirasakan
membantu
individu
individu
akan
yang
digunakan
dalam
a. Bottom up theories
dalam
mengevaluasi
peristiwa-peristiwa
Teori memandang bahwa
yang terjadi
dalam kehidupanya
kebahagiaan dan kepuasan hidup
yang
(Diener dan Lucas, 1999).
Berdasarkan pendapat para
ahli
dapat
subjective
disimpulkan
bahwa
well-being
adalah
kepuasan
kebahagiaan,
b.
tingkat
hidup,
dan
mood
kumpulan
Top down theories
Subjective
well-being
dialami
seseorang
mengevaluasi
kejadian
Diener,
Diener
peristiwa-
dan
dalam
sudut
pandang yang positif
(dalam
menyebutkan
Muba, W. 2009) subjective well-
perspektif
kecil
atau
didalam hidupnya.
diukur
kebahagiaan
menginterpretasi suatu peristiwa
bersikap lebih bahagia dan lebih puas
being
banyaknya
tersebut
yang
cenderung dapat membuat seseorang
Menurut
dari
tergantung dari cara individu
rendahnya
negative
tergantung
yang
pengalaman
menyenangkan
dialami
peristiwa bahagia.
evaluasi hidup seseorang yang terdiri
perasaan
dan
seseorang
serta
perasaan bahagia yang tercipta dari
dari
dirasakan
dkk
(2004)
bahwa
untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang
berdasarkan
pada
berkontribusi
individu
yang
bukanlah
pada
merupakan
kebahagiaan
hal
yang
bersangkutan, melalui 3 komponen
mudah. Tetapi pada kebanyakan
yang saling berhubungan antara lain :
penelitian
menyebutkan
bahwa
faktor kepribadian dan demografis
3
merupakan
faktor
menyebabkan
utama
dan
yang
Menurut
berhubungan
(2009)
dengan kebahagiaan.
subjective
yang
kualitas hidup seseorang
kebahagiaan seseorang :
lain :
1.
a. Harga Diri
Kepribadian
Berdasarkan
mengenai
2.
well-being
8 prediktor yang menentukan
mempengaruhi
penelitian
Yang Bisa Diterima.
menunjukkan bahwa orang yang
c. Sifat Terbuka.
bahagia
d. Optimisme
tidak
antara
b. Rasa Tentang Pengendalian
kebahagiaan
dan
Muba
tersebut juga dipengaruhi oleh ada
Berikut ini adalah beberapa
faktor
Wang
bahagia
memiliki profil kepribadian yang
e. Hubungan Yang Positif.
berbeda.
f. Kontak Sosial
Variabel demografis
g. Pemahaman Tentang Arti dan
Faktor lain yang juga
mempengaruhi
Tujuan.
kebahagiaan
h. Penyelesaian Konflik Dalam
adalah variabel demografis dan
lingkungan
(Eddington
Shuman,2005).
Diri.
dan
Penelitian ini bertujuan untuk
Faktor-faktor
mengetahui
demografis itu adalah:
subjective
well-being
buruh gendong pasar Legi Surakarta.
a. Jenis Kelamin
METODE
b. Pendidikan
Subjek
c. Pendapatan
Penelitian:
Subjek
penelitian ini berjumlah 5 orang
d. Perkawinan
perempuan buruh gendong pasar
e. Pekerjaan
Legi Surakarta dengan karakteristik
f. Kesehatan
sebagai berikut: a) Seorang buruh
g. Agama
gendong
h. Waktu luang
Pasar
Legi
Surakarta
berusia paruh baya 40 sampai 60
i. Etnis
tahun. b) Perempuan paruh baya
j. Peristiwa kehidupan
berprofesi sebagai buruh gendong
k. Kompetensi
4
selama 15 sampai dengan 40 tahun.
jam kerja sehingga informan merasa
c) Buruh gendong yang tercatat
senang bisa menghabiskan waktu
sebagai anggota organisasi SPTI.
luang untuk ngobrol dan santaisantai
Alat Pengumpulan Data. Berupa
narasi
kerjanya
yang diperoleh berupa
dan
langkah
deskripsi.
dalam
tidak
Informan
Langkah-
analisis
teman-teman
kerjanya dan informan merasa sistem
wawancara dan observasi sehingga
data-data
bersama
terikat
berusaha
waktu.
mencukupi
kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan
data
ekonomi
penelitian ini menggunakan metode
maupun
bersosialisasi
model interaktif sebagai berikut:
kerjanya.
1. Pengumpulan Data
kebutuhan
dengan
Pemenuhan
teman
kebutuhan
ekonomi menjadi hal yang penting
2. Reduksi
oleh karena itu informan tetap
bertahan dipekerjaanya dan tidak
3. Penyajian Data
memiliki keinginan untuk beralih
4. Penarikan Kesimpulan dan
profesi
Verifikasi
merasa nyaman dengan pekerjaanya
dan
HASIL DAN PEMBAHASAN
karena
informan
pendapatan
dapat
sudah
diperoleh
setiap hari. Buruh gendong memiliki
Setiap harinya buruh gendong
memperoleh
Rp.20.000,00
tingkat afek positif lebih tinggi dari
penghasilan
pada afek negatifnya. Sedangkan
mencapai
informan PT memiliki tingkat afek
hingga
Rp.35.000,00 penghasilan tersebut
positif
diperoleh dari jasa menggendong
seimbang,
barang dagangan dengan berat 50kg
informan dapat diketahui bahwa
hingga mencapai 1kuintal setiap kali
informan SR, NT TK dan SK
angkat.
bertahan
merupakan buruh gendong yang
memilih pekerjaan sebagai buruh
mencapai tingkat subjective well-
gendong dengan alasan pendapatan
being lebih tinggi dari pada informan
dapat diperoleh setiap hari, pihak
PT.
Informan
tetap
organisasi tidak memberi peraturan
5
dan
afek
negatif
sehingga
dari
yang
kelima
New York : The Guildford
Press.
Hal yang memuaskan dalam
hidup informan SR, PT, NT, TK dan
SK adalah ketika bekerja bersama
Diener, E. dan Suh, E. M. 2000.
Subjective
Well-Being
Three Decades of Progress.
Psychological Bulletin, 2,
276-302. New York : The
Guildford Press.
dengan rekan kerjanya serta bisa
berkumpul
dengan
teman-teman
kerja ketika memiliki waktu luang.
KESIMPULAN
Diener. Lucas. dan Oishi. 2003.
Personality culture, and
subjective
well-being.
Journal Annual reviuew of
psychology, 54, 403-425.
New York : The Guildford
Press.
Subjective well-being buruh
gendong diketahui dari kepuasan
yang
dimiliki
yaitu
memiliki
pekerjaan yang tidak terikat waktu
dan memiliki tingkat afek positif
Diener
yang tinggi seperti ngobrol bersama
rekan kerja serta berbagi pengalaman
positif seperti melakukan pekerjaan
secara
bersama-sama
dan
selalu
berkumpul bersama rekan kerjanya
ketika memiliki waktu luang.
dan Pavot. 2004. The
Subjective Evaluation of
Well-Being in Adulthood.
Journal
ageing
International, 29, 113-135.
New York : The Guildford
Press.
Diener, 2007. Culture and
well-being.
Handbook
of
Psychology, 3,
New York : The
Press.
DAFTAR PUSTAKA
Cotter, E.W. dan Found. 2011. The
Relationship
Between
Subjective Well-Being and
Vocational
Personality
Type. Journal of Carrer
Assesment, 3, 51-60. New
York : The Guildford
subjective
Journal
Cultural
691-713.
Guildford
Eddington, N. dan Shuman, R. 2005.
Subjective
well-being
(Happiness).
http://www.texcpe.com/cpe/
PDF/ca-happines.pdf
(diunduh pada tanggal 18
Maret 2012).
Diener, E. dan Lucas, R. E. 1999.
Subjective
Well-Being
Three Decades of Progress.
Journal of personality and
social psychology, 3,25-29.
Muba,
6
W. 2009. Predictors of
Subjective
Well-Being.
Journal
of
Positive
Psychological Assessment,
1, 24-35. New York:
Brunner-Routledge.
Wahyono, 2005. Kartini dan
Keringat Buruh Gendong.
Surakarta : Suara Merdeka.
7
BURUH GENDONG PASAR LEGI SURAKARTA
Naskah Publikasi
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
dalam mencapai derajad sarjana S-1
Diajukan oleh :
GALUH MAYASARI
F.100090057
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
SUBJECTIVE WELL-BEING
BURUH GENDONG PASAR LEGI SURAKARTA
Naskah Publikasi
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
dalam mencapai derajad sarjana S-1
Diajukan oleh :
GALUH MAYASARI
F.100090057
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
i
SUBJECTIVE WELL-BEING
BURUH GENDONG PASAR LEGI SURAKARTA
Galuh Mayasari
Dr. Nanik Prihartanti, M.Si
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Abstrak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui subjective wellbeing buruh gendong pasar Legi Surakarta. Subjek penelitian ini berjumlah 5
orang perempuan buruh gendong pasar Legi Surakarta dengan karakteristik
sebagai berikut: a) Seorang buruh gendong Pasar Legi Surakarta berusia paruh
baya 40 sampai 60 tahun. b) Perempuan paruh baya berprofesi sebagai buruh
gendong selama 15 sampai dengan 40 tahun. c) Buruh gendong yang tercatat
sebagai anggota organisasi SPTI. Hasil penelitian ini adalah buruh gendong pasar
Legi Surakarta bahagian dan merasa puas dalam menjalani kehidupannya
dibuktikan dengan lebih sering mengalami hal-hal yang menyenangkan dalam
kehidupannya sehari-hari seperti memperoleh penghasilan setiap hari karena
penghasilan tersebuth digunakan untuk membantu suaminya dalam mencukupi
kebutuhan makan setiap hari. Dan dapat dilihat dari afek positif buruh gendong
ketika bekerja,buruh gendong melakukan kontak sosial dengan rekan kerjanya
dengan baik terlihat dari sering merasakan bahagia, senang, tertawa, melakukan
pekerjaan secara bersama-sama.
Kata kunci: Subjective well-being, buruh gendong pasar Legi Surakarta.
1
suatu
PENDAHULUAN
fenomena
evaluasi
Buruh gendong merupakan
yang
kognitif
dan
meliputi
emosional
orang yang bekerja untuk orang lain
individu terhadap kehidupan mereka,
dengan cara menggendong barang
seperti apa yang disebut orang awam
dibelakang
sebagai kebahagiaan, ketentraman,
punggung
untuk
mendapatkan upah dari usahanya
berfungsi
tersebut (Wahyono, 2005).
hidup.
Buruh
gendong
bekerja
penuh,
Cotter
dipasar legi Surakarta dikarenakan
dan
dan
kepuasan
Foud
(2011)
menjelaskan bahwa individu yang
sempitnya lahan pertanian di desa
memiliki SWB yang tinggi akan
dan melonjaknya harga kebutuhan
menunjukan kepuasan hidup tinggi
pangan sehari-hari sehingga buruh
dan lebih sering merasa bahagia.
gendong melakukan urbanisasi ke
Sebaliknya, individu yang memiliki
kota. Faktor-faktor inilah mendorong
SWB yang rendah menunjukkan
buruh gendong dengan modal tenaga
ketidakpuasan terhadap hidup dan
dan tanpa keahlian, buruh gendong
lebih sering merasakan emosi yang
menjual jasa yang dimilikinya untuk
negatif.
mendapatkan upah. Buruh gendong
harus berangkat pukul 09.00-16.00
Menurut
WIB. Keberadaan buruh gendong
mengungkapkan
pasar legi di lindungi oleh organisasi
merupakan istilah yang digunakan
SPTI (Serikat Pekerja Transport
untuk menggambarkan kesejahteraan
Indonesia). Buruh gendong yang
individu
tercatat
sendiri.
sebagai
anggota
Serikat
Diener
(2007)
bahwa
terhadap
Penilaian
kehidupanya
ini
dilakukan
Pekerja Transport Indonesia (SPTI)
berdasarkan
sebanyak 272 orang berdasarkan
afektif. Aspek kognitif dari SWB
kelompok
secara
anggotanya
masing-
aspek
SWB
umum
kognitif
mengacu
dan
pada
kepuasan hidup yang dirasakan oleh
masing.
(2003)
individu. Kepuasan hidup individu
mengungkapkan bahwa Subjective
tersebut merupakan penilaian umum
Diener,
Well-Being
dkk,
didefinisikan
individu
sebagai
2
terhadap
kehidupanya
berdasarkan
pada
kriteria
yang
a. Kepuasan Hidup
ditentukan sendiri. Aspek afektif dari
b. Afeksi Positif
SWB
c. Afeksi Negatif
merupakan
individu
reaksi
afektif
terhadap
pengalaman-
Menurut Diener dan Suh
yang
dialaminya.
(2000), Terdapat dua pendekatan
pengalaman
Pemahaman mengenai pengalaman
teori
yang
subjective well-being yaitu:
dirasakan
membantu
individu
individu
akan
yang
digunakan
dalam
a. Bottom up theories
dalam
mengevaluasi
peristiwa-peristiwa
Teori memandang bahwa
yang terjadi
dalam kehidupanya
kebahagiaan dan kepuasan hidup
yang
(Diener dan Lucas, 1999).
Berdasarkan pendapat para
ahli
dapat
subjective
disimpulkan
bahwa
well-being
adalah
kepuasan
kebahagiaan,
b.
tingkat
hidup,
dan
mood
kumpulan
Top down theories
Subjective
well-being
dialami
seseorang
mengevaluasi
kejadian
Diener,
Diener
peristiwa-
dan
dalam
sudut
pandang yang positif
(dalam
menyebutkan
Muba, W. 2009) subjective well-
perspektif
kecil
atau
didalam hidupnya.
diukur
kebahagiaan
menginterpretasi suatu peristiwa
bersikap lebih bahagia dan lebih puas
being
banyaknya
tersebut
yang
cenderung dapat membuat seseorang
Menurut
dari
tergantung dari cara individu
rendahnya
negative
tergantung
yang
pengalaman
menyenangkan
dialami
peristiwa bahagia.
evaluasi hidup seseorang yang terdiri
perasaan
dan
seseorang
serta
perasaan bahagia yang tercipta dari
dari
dirasakan
dkk
(2004)
bahwa
untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang
berdasarkan
pada
berkontribusi
individu
yang
bukanlah
pada
merupakan
kebahagiaan
hal
yang
bersangkutan, melalui 3 komponen
mudah. Tetapi pada kebanyakan
yang saling berhubungan antara lain :
penelitian
menyebutkan
bahwa
faktor kepribadian dan demografis
3
merupakan
faktor
menyebabkan
utama
dan
yang
Menurut
berhubungan
(2009)
dengan kebahagiaan.
subjective
yang
kualitas hidup seseorang
kebahagiaan seseorang :
lain :
1.
a. Harga Diri
Kepribadian
Berdasarkan
mengenai
2.
well-being
8 prediktor yang menentukan
mempengaruhi
penelitian
Yang Bisa Diterima.
menunjukkan bahwa orang yang
c. Sifat Terbuka.
bahagia
d. Optimisme
tidak
antara
b. Rasa Tentang Pengendalian
kebahagiaan
dan
Muba
tersebut juga dipengaruhi oleh ada
Berikut ini adalah beberapa
faktor
Wang
bahagia
memiliki profil kepribadian yang
e. Hubungan Yang Positif.
berbeda.
f. Kontak Sosial
Variabel demografis
g. Pemahaman Tentang Arti dan
Faktor lain yang juga
mempengaruhi
Tujuan.
kebahagiaan
h. Penyelesaian Konflik Dalam
adalah variabel demografis dan
lingkungan
(Eddington
Shuman,2005).
Diri.
dan
Penelitian ini bertujuan untuk
Faktor-faktor
mengetahui
demografis itu adalah:
subjective
well-being
buruh gendong pasar Legi Surakarta.
a. Jenis Kelamin
METODE
b. Pendidikan
Subjek
c. Pendapatan
Penelitian:
Subjek
penelitian ini berjumlah 5 orang
d. Perkawinan
perempuan buruh gendong pasar
e. Pekerjaan
Legi Surakarta dengan karakteristik
f. Kesehatan
sebagai berikut: a) Seorang buruh
g. Agama
gendong
h. Waktu luang
Pasar
Legi
Surakarta
berusia paruh baya 40 sampai 60
i. Etnis
tahun. b) Perempuan paruh baya
j. Peristiwa kehidupan
berprofesi sebagai buruh gendong
k. Kompetensi
4
selama 15 sampai dengan 40 tahun.
jam kerja sehingga informan merasa
c) Buruh gendong yang tercatat
senang bisa menghabiskan waktu
sebagai anggota organisasi SPTI.
luang untuk ngobrol dan santaisantai
Alat Pengumpulan Data. Berupa
narasi
kerjanya
yang diperoleh berupa
dan
langkah
deskripsi.
dalam
tidak
Informan
Langkah-
analisis
teman-teman
kerjanya dan informan merasa sistem
wawancara dan observasi sehingga
data-data
bersama
terikat
berusaha
waktu.
mencukupi
kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan
data
ekonomi
penelitian ini menggunakan metode
maupun
bersosialisasi
model interaktif sebagai berikut:
kerjanya.
1. Pengumpulan Data
kebutuhan
dengan
Pemenuhan
teman
kebutuhan
ekonomi menjadi hal yang penting
2. Reduksi
oleh karena itu informan tetap
bertahan dipekerjaanya dan tidak
3. Penyajian Data
memiliki keinginan untuk beralih
4. Penarikan Kesimpulan dan
profesi
Verifikasi
merasa nyaman dengan pekerjaanya
dan
HASIL DAN PEMBAHASAN
karena
informan
pendapatan
dapat
sudah
diperoleh
setiap hari. Buruh gendong memiliki
Setiap harinya buruh gendong
memperoleh
Rp.20.000,00
tingkat afek positif lebih tinggi dari
penghasilan
pada afek negatifnya. Sedangkan
mencapai
informan PT memiliki tingkat afek
hingga
Rp.35.000,00 penghasilan tersebut
positif
diperoleh dari jasa menggendong
seimbang,
barang dagangan dengan berat 50kg
informan dapat diketahui bahwa
hingga mencapai 1kuintal setiap kali
informan SR, NT TK dan SK
angkat.
bertahan
merupakan buruh gendong yang
memilih pekerjaan sebagai buruh
mencapai tingkat subjective well-
gendong dengan alasan pendapatan
being lebih tinggi dari pada informan
dapat diperoleh setiap hari, pihak
PT.
Informan
tetap
organisasi tidak memberi peraturan
5
dan
afek
negatif
sehingga
dari
yang
kelima
New York : The Guildford
Press.
Hal yang memuaskan dalam
hidup informan SR, PT, NT, TK dan
SK adalah ketika bekerja bersama
Diener, E. dan Suh, E. M. 2000.
Subjective
Well-Being
Three Decades of Progress.
Psychological Bulletin, 2,
276-302. New York : The
Guildford Press.
dengan rekan kerjanya serta bisa
berkumpul
dengan
teman-teman
kerja ketika memiliki waktu luang.
KESIMPULAN
Diener. Lucas. dan Oishi. 2003.
Personality culture, and
subjective
well-being.
Journal Annual reviuew of
psychology, 54, 403-425.
New York : The Guildford
Press.
Subjective well-being buruh
gendong diketahui dari kepuasan
yang
dimiliki
yaitu
memiliki
pekerjaan yang tidak terikat waktu
dan memiliki tingkat afek positif
Diener
yang tinggi seperti ngobrol bersama
rekan kerja serta berbagi pengalaman
positif seperti melakukan pekerjaan
secara
bersama-sama
dan
selalu
berkumpul bersama rekan kerjanya
ketika memiliki waktu luang.
dan Pavot. 2004. The
Subjective Evaluation of
Well-Being in Adulthood.
Journal
ageing
International, 29, 113-135.
New York : The Guildford
Press.
Diener, 2007. Culture and
well-being.
Handbook
of
Psychology, 3,
New York : The
Press.
DAFTAR PUSTAKA
Cotter, E.W. dan Found. 2011. The
Relationship
Between
Subjective Well-Being and
Vocational
Personality
Type. Journal of Carrer
Assesment, 3, 51-60. New
York : The Guildford
subjective
Journal
Cultural
691-713.
Guildford
Eddington, N. dan Shuman, R. 2005.
Subjective
well-being
(Happiness).
http://www.texcpe.com/cpe/
PDF/ca-happines.pdf
(diunduh pada tanggal 18
Maret 2012).
Diener, E. dan Lucas, R. E. 1999.
Subjective
Well-Being
Three Decades of Progress.
Journal of personality and
social psychology, 3,25-29.
Muba,
6
W. 2009. Predictors of
Subjective
Well-Being.
Journal
of
Positive
Psychological Assessment,
1, 24-35. New York:
Brunner-Routledge.
Wahyono, 2005. Kartini dan
Keringat Buruh Gendong.
Surakarta : Suara Merdeka.
7