MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN SISWA MELALAUI KEGIATAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI BERBASIS NILAI.

(1)

MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN SISWA MELALAUI KEGIATAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI

BERBASIS NILAI

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Umum dan Nilai

OLEH

SYAHRUDIN ABD. GANI 1204850

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2 0 1 5


(2)

Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Siswa

Melalaui Kegiatan Praktik Kerja Industri Berbasis Nilai

(Studi Kasus Di SMK Negeri 1 Namlea Kabupaten Buru)

Oleh

Syahrudin Abd. Gani 1204850

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Umum

© Syahrudin Abd. Gani 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Pebruari 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

i

PENGESAHAN

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Prof. Dr. Enceng Mulyana, M.Pd

NIP. 19440310 197301 1 001

Pembimbing II

Dr. Danny Meirawan, M.Pd

NIP. 19620504 198803 1 002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Umum dan Nilai

Dr. H. Kama Abdul Hakam, M.Pd


(4)

Syahrudin Abd. Gani, 2014

Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Siswa Melalaui Kegiatan Praktik Kerja Industri Berbasis Nilai(Studi Kasus Di SMK Negeri 1 Namlea Kabupaten Buru)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN SISWA

MELALUI KEGIATAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI BERBASIS NILAI (STUDI KASUS DI SMK NEGERI 1 NAMLEA KABUPATEN BURU)

Syahrudin Abd. Gani, 1204850 Abstrak

Seseorang yang memiliki jiwa wirausaha adalah mereka yang di dalam kepribadiannya telah terinternalisasikan nilai-nilai kewirausahaan, yakni kepribadian yang memiliki tindakan kreatif sebagai nilai, gemar berusaha, tegar dalam berbagai tantangan, percaya diri, memiliki “self determination” atau “locus of control”, berkemampuan mengelola resiko, perubahan dipandang sebagai peluang, toleransi terhadap banyaknya pilihan, inisiatif dan memiliki “need for achievement,” perfeksionis, pandangan luas, menganggap waktu sangat berharga serta memiliki motivasi yang kuat, dan karakter itu semua telah menginternal sebagai nilai-nilai yang diyakini benar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui; 1) pelaksanaan kegiatan Prakerin, 2) hasil kegiatan Prakerin dalam menumbuhkan jiwa kewirausahaan siswa dan 3) kesulitan dalam pelaksanaan kegiatan Prakerin. Penelitian kualitatif menggunakan metode studi kasus dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi dan studi kepustakaan, berlokasi di SMK Negeri 1 Namlea dengan subyek penelitian adalah siswa yang sedang melaksanakan kegiatan Prakerin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) pelaksanaan kegiatan Prakerin di mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi selalu berpedoman pada program kerja; 2) setelah mengikuti kegiatan siswa mampu bekerja secara mandiri, bekerja dalam suatu tim, kreatif dan inovatif, memiliki perspektif dan cara pandang yang beriorientasi pada masa depan, dapat mengembangkan potensi diri serta keahlian sesuai dengan minat dan bakat serta kegiatan Prakerin dapat menumbuhkan sikap kejujuran, kepercayaan diri, rasa hormat dan tanggung jawab siswa; 3) siswa kesulitan menggunakan peralatan praktik yang ada di dunia usaha dan dunia industri.


(5)

iv Syahrudin Abd. Gani, 2014

Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Siswa Melalaui Kegiatan Praktik Kerja Industri Berbasis Nilai(Studi Kasus Di SMK Negeri 1 Namlea Kabupaten Buru)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

GROW ENTREPRENEURIAL SPIRIT OF STUDENT THROUGH THE PRACTICE OF INDUSTRIAL WORK ACTIVITIES WITH VALUE-BASED

(CASE STUDY AT SMK NEGERI 1 NAMLEA OF BURU REGENCY) Syahrudin Abd. Gani, 1204850

Abstract

Someone who has an entrepreneurial spirit are those who in his personality has internalized the values of entrepreneurship, the personality that has a creative act as a value, like to try, steadfast in various challenges, confident, has a “ self-determination” or “locus of control”, capacity to manage risk, change is seen as an opportunity, tolerance to many choices, initiative and have a “need for achievement”, perfectionist, expansive views, assume time is precious and has a strong motivation, and character that all have internalize right as the values which is believed to be correct. This study aims to determine; 1) implementation of activities Prakerin, 2) results Prakerin activities in fostering the entrepreneurial spirit of students and 3) difficulties in the implementation of activities Prakerin. Qualitative research using the case study method with data collection through interviews, observation, documentation studies and literature study, located in SMK Negeri 1 Namlea with research subjects are students who are conducting Prakerin. The results showed that: 1) the implementation of activities in the Prakerin from planning, implementation and evaluation is always based on the work program; 2) after following the activities of the students are able to work independently, to work in a team, creative and innovative, has a perspective and viewpoint oriented to the future, can develop self-potential and expertise in accordance with the interests and talents with Prakerin activities can foster an attitude of honesty, confidence, respect and responsibility of the student; 3) students have difficulty using equipment practices in the world of business and industry.


(6)

Syahrudin Abd. Gani, 2014

Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Siswa Melalaui Kegiatan Praktik Kerja Industri Berbasis Nilai(Studi Kasus Di SMK Negeri 1 Namlea Kabupaten Buru)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 11

C. Rumusan Masalah ... 12

D. Pertanyaan Penelitian ... 12

E. Tujuan Penelitian ... 12

F. Manfaat Penelitian ... 12

G. Definisi Istilah ... 13

H. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pendidikan Nilai ... 16

1. Pengertian Nilai ... 16

2. Pendidikan Nilai dalam Pendidikan Umum ... 17

3. Praktik Kerja Indsutri dalam Konteks Nilai ... 21

B. Konsep Kewirausahaan ... 24

1. Pengertian Jiwa Kewirausahaan ... 24

2. Ciri Jiwa Kewirausahaan ... 32

3. Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan ... 37

4. Motivasi Kewirausahaan ... 40

a. Fungsi Motivasi dalam Berwirausaha ... 44

b. Nilai-nilai yang Terkandung dalam Motivasi ... 45

C. Konsep Motivasi Kebutuhan ... 48

1. Motivasi Kebutuhan David McClelland ... 48

2. Hierarki Kebutuhan Maslow ... 54

3. Konsep Teori X, Y dan Z ... 57

a. Teori X ... 61

b. Teori Y ... 61

c. Teori Z ... 63

D. Kegiatan Praktik Kerja Industri (Prakerin) ... 66

1. Pengetian Prakerin ... 66


(7)

ix Syahrudin Abd. Gani, 2014

Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Siswa Melalaui Kegiatan Praktik Kerja Industri Berbasis Nilai(Studi Kasus Di SMK Negeri 1 Namlea Kabupaten Buru)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Hasil yang Diharapkan ... 73

E. Penelitian yang Relevan ... 76

F. Kerangka Pikir ... 77

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 78

B. Metode Penelitian ... 78

C. Teknik Pengumpulan Data ... 79

1. Wawancara ... 79

2. Observasi ... 80

3. Studi Dokumentasi ... 81

4. Studi Kepustakaan ... 83

D. Analisis Data ... 83

E. Keabsahan Data ... 86

F. Instrumen dan Alat Penelitian ... 87

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 90

1. Kondisi Objektif Subjek Penelitian ... 90

a. Visi dan Misi SMK Negeri 1 Namlea ... 90

b. Keadaan Guru dan Pegawai Tata Usaha ... 90

c. Keadaan Siswa ... 93

d. Keadaan Ruang Kelas, Bengkel dan Sarpras Lainnya .... 95

2. Pelaksanaan Kegiatan Praktik Kerja Industri ... 96

a. Tahap Perencaanaan ... 96

b. Tahap Pelaksanaan ... 97

c. Tahap Evaluasi ... 99

3. Hasil Kegiatan Praktik Kerja Industri dalam Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Siswa ... 100

4. Kesulitan yang Dihadapi dalam Kegiatan Praktik Kerja Industri ... 114

B. Pembahasan ... 115

1. Pelaksanaan Kegiatan Praktik Kerja Industri ... 115

a. Tahap Perencanaan ... 116

b. Tahap Pelaksanaan ... 120

c. Tahap Evaluasi ... 124

2. Hasil Kegiatan Praktik Kerja Industri dalam Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Siswa ... 126

3. Kesulitan yang Dihadapi dalam Kegiatan Praktik Kerja Industri ... 129

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 132

B. Saran ... 132 DAFTAR PUSTAKA


(8)

x Syahrudin Abd. Gani, 2014

Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Siswa Melalaui Kegiatan Praktik Kerja Industri Berbasis Nilai(Studi Kasus Di SMK Negeri 1 Namlea Kabupaten Buru)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu LAMPIRAN


(9)

xi Syahrudin Abd. Gani, 2014

Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Siswa Melalaui Kegiatan Praktik Kerja Industri Berbasis Nilai(Studi Kasus Di SMK Negeri 1 Namlea Kabupaten Buru)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1. Daya Serap Lulusan SMK Negeri 1 Namlea ... 6

2.1. Ciri-ciri dan Watak Kewirausahaan ... 33

2.2. Pembentukan Orientasi Entrepreneur dan Spirit Entrepreneur ... 34

3.1. Kisi-kisi Penelitian ... 88

4.1. Keadaan dan Kebutuhan Guru berdasarkan Mata Pelajaran ... 91

4.2. Keadaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan berdasarakan Kualifikasi Pendidikan dan Status Kepegawaian ... 92

4.3. Keadaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan berdasarkan Status Kepangkatan ... 93

4.4. Jumlah Siswa berdasarkan Rombongan Belajar dan Jenis Kelamin ... 93

4.5. Data Penerimaan Siswa Baru ... 94

4.6. Jumlah Siswa berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin ... 95

4.7. Jumlah dan Luas Sarana Pendidikan ... 95


(10)

xii Syahrudin Abd. Gani, 2014

Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Siswa Melalaui Kegiatan Praktik Kerja Industri Berbasis Nilai(Studi Kasus Di SMK Negeri 1 Namlea Kabupaten Buru)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman


(11)

xiii Syahrudin Abd. Gani, 2014

Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Siswa Melalaui Kegiatan Praktik Kerja Industri Berbasis Nilai(Studi Kasus Di SMK Negeri 1 Namlea Kabupaten Buru)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. SK Pengangkatan Pembimbing ... 139

2. Surat Izin melakukan Studi Lapangan/Observasi ... 141

3. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian ... 142

4. Alat Penelitian ... 143

a. Panduan Observasi ... 143

b. Panduan Wawancara ... 144

5. Rekaman Observasi ... 146


(12)

Syahrudin Abd. Gani, 2014

Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Siswa Melalaui Kegiatan Praktik Kerja Industri Berbasis Nilai(Studi Kasus Di SMK Negeri 1 Namlea Kabupaten Buru)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Nilai sebagai sesuatu yang berharga, baik, luhur, diinginkan dan dianggap penting oleh masyarakat pada gilirannya perlu diperkenalkan pada anak. Sanjaya (2007:274) mengartikan nilai (value) sebagai norma-norma yang dianggap baik oleh setiap individu. Inilah yang menurutnya selanjutnya akan menuntun setiap individu menjalankan tugas-tugasnya seperti nilai kejujuran, nilai kesederhanaan, dan lain sebagainya. Mulyana (2004:15) mendefinisikan pendidikan nilai sebagai bantuan terhadap peserta didik agar menyadari dan mengalami nilai-nilai serta menempatkannya secara integral dalam keseluruhan hidupnya. Pendidikan nilai tidak hanya merupakan program khusus yang diajarkan melalui sejumlah mata pelajaran, akan tetapi mencakup keseluruhan program pendidikan.

Orientasi pendekatan klarifikasi nilai (values clarification approach) ialah memberi penekanan untuk membantu siswa mengkaji perasaan dan perbuatannya sendiri, kemudian secara bertahap kemampuan kesadaran mereka ditingkatkan terhadap nilai-nilai mereka sendiri. Adapun tujuan pendidikan nilai menurut pendekatan ini ada tiga capaian. Pertama, membantu siswa untuk menggali, menemukan, menyadari serta mengidentifikasi nilai-nilai yang terdapat pada diri mereka sendiri serta nilai-nilai-nilai-nilai orang lain; Kedua, mendorong siswa untuk mampu berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan orang lain yang berkaitan dengan nilai-nilai yang mereka miliki; Ketiga, memfasilitasi siswa agar mereka mampu secara bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan kemampuan berpikir rasional dengan disertai kesadaran emosional dalam memahami hal-hal yang berhubungan dengan perasaan, nilai-nilai, dan pola tingkah laku mereka sendiri. Strategi pembelajaran yang dapat dipilih di antaranya brainstorming, dialog, pengamatan lapangan, wawancara, menulis pengalaman diri, diskusi baik


(13)

2

Syahrudin Abd. Gani, 2014

Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Siswa Melalaui Kegiatan Praktik Kerja Industri Berbasis Nilai(Studi Kasus Di SMK Negeri 1 Namlea Kabupaten Buru)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu dalam kelompok besar atau kecil, dan lain sebagainya.

Terdapat dua macam nilai dalam kehidupan ini yaitu moral dan nonmoral. Nilai-nilai moral seperti kejujuran, tanggung jawab dan keadilan adalah hal-hal yang dituntut dalam kehidupan ini. Nilai-nilai moral meminta kita untuk melaksanakan apa yang sebaiknya kita lakukan. Nilai-nilai nonmoral tidak membawa tuntutan-tuntutan seperti nilai moral. Nilai tersebut lebih menunjukkan sikap yang berhubungan dengan apa yang kita inginkan. Nilai-nilai moral dapat dibagi lagi menjadi dua kategori, yaitu universal dan nonuniversal. Nilai-nilai moral universal seperti memperlakukan orang dengan baik, serta menghormati pilihan hidup, kemerdekaan dan kesetaraan dapat menyatukan semua orang di manapun mereka berada karena kita tentunya menjunjung tinggi dasar-dasar nilai kemanusiaan dan penghargaan diri. Kita memiliki hak dan kewajiban untuk menuntut agar kita semua dapat berlaku sejalan dengan nilai-nilai moral yang berlaku secara universal. Sebaliknya, nilai-nilai moral yang bersifat nonuniversal tidak membawa tuntutan yang bersifat universal. Ini adalah nilai-nilai kewajiban yang berlaku pada agama-agama seperti; ketaatan, berpuasa dan memperingati hari besar keagama-agamaan, yang secara individu menjadi sebuah tuntutan yang cukup penting. Namun hal tersebut belum tentu dirasakan sama dengan individu lain (Lickona, 2013:63).

Berdasarkan definisi di atas, dapat dikatakan bahwa nilai merupakan rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan. Sejalan dengan definisi itu maka yang dimaksud dengan hakikat dan makna nilai adalah berupa norma, etika, peraturan, undang-undang, adat kebiasaan, aturan agama dan rujukan lainnya yang memiliki harga dan dirasakan berharga bagi seseorang dalam menjalani kehidupanya. Nilai bersifat abstrak, berada di balik fakta, memunculkan tindakan, terdapat dalam moral seseorang, muncul sebagai ujung proses psikologis, dan berkembang ke arah yang lebih kompleks.

Dengan demikian, salah satu langkah penting dari keberadaan kita saat ini adalah bagaimana menciptakan kembali pembinaan nilai-nilai budi pekerti bangsa dengan keteladanan yang paripurna sesuai dengan tujuan pendidikan memanusiakan manusia menuju manusia yang kaffah.


(14)

3

Syahrudin Abd. Gani, 2014

Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Siswa Melalaui Kegiatan Praktik Kerja Industri Berbasis Nilai(Studi Kasus Di SMK Negeri 1 Namlea Kabupaten Buru)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pendidikan merupakan instrumen terpenting dalam proses penanaman nilai secara internal. Adapun Mardiatmadja mendefinisikan pendidikan nilai sebagai bantuan terhadap peserta didik agar menyadari dan mengalami nilai-nilai serta menempatkannya secara integral dalam keseluruhan hidupnya. Pendidikan nilai tidak hanya merupakan program khusus yang diajarkan melalui sejumlah mata pelajaran, akan tetapi mencakup keseluruhan program pendidikan Mulyana (2004:19).

Nilai dan norma senantiasa berkaitan dengan moral. Norma moralitas adalah aturan, standar, ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur kebaikan atau keburukan suatu perbuatan. Istilah moral mengandung integritas dan martabat pribadi manusia. Derajat kepribadian seseorang amat ditentukan oleh moralitas yang dimilikinya. Moralitas seseorang tercermin dalam sikap dan perilakunya.

Karakter mulia berarti individu memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya, yang ditandai dengan nilai-nilai seperti reflektif, percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati janji, adil, rendah hati, malu berbuat salah, pemaaf, berhati lembut, setia, bekerja keras, tekun, ulet/gigih, teliti, berinisiatif, berpikir positif, disiplin, antisipatif, inisiatif, visioner, bersahaja, bersemangat, dinamis, hemat/efisien, menghargai waktu, pengabdian/dedikatif, pengendalian diri, produktif, ramah, cinta keindahan, sportif, tabah, terbuka, tertib. Individu juga memiliki kesadaran untuk berbuat yang terbaik atau unggul, dan individu juga mampu bertindak sesuai potensi dan kesadarannya tersebut. Itulah karakter individu yang mulia yang dapat ditandai dengan nilai-nilai ketiga aspek tersebut sehingga dikatakan sebagai karakteristiknya. Karakteristik adalah realisasi perkembangan positif sebagai individu (intelektual, emosional, sosial, etika, dan perilaku).

Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional pada


(15)

4

Syahrudin Abd. Gani, 2014

Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Siswa Melalaui Kegiatan Praktik Kerja Industri Berbasis Nilai(Studi Kasus Di SMK Negeri 1 Namlea Kabupaten Buru)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya (perasaannya).

Untuk membangun karakter atau watak anak, Lickona (2013:75), berpendapat bahwa watak/karakter seseorang dibentuk melalui tiga aspek yaitu; pertama, pengetahuan moral (moral knowing) yang mencakup kesadaran moral, pengetahuan nilai moral, pengambilan perspektif, penalaran moral, pengambilan keputusan dan pengetahuan diri; kedua perasaan moral (moral feeling) yang mencakup hati nurani, penghargaan diri, empati, menyukai kebaikan, kontrol diri, dan kerendahan hati; ketiga tindakan moral (moral behavior) yang mencakup kompetensi, keinginan dan kebiasaan, yang satu sama lain saling berhubungan dan terkait.

Teori motivasi pertama kali dikemukakan oleh Abraham Maslow (1994) adalah tentang hirarki kebutuhan yang mendasari motivasi. Menurutnya, kebutuhan bertingkat sesuai dengan tingkatan pemuasannya, yaitu kebutuhan fisik, kebutuhan akan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan akan aktualisasi diri. David McClelland (1971) mengelompokkan kebutuhan menjadi tiga, yaitu: pertama, Need for

Achievement (n-Ach); kedua, Need for Power (n-Pow) dan ketiga, Need for Affiliation (n-Aff).

Dapat disimpulkan bahwa motif berprestasi adalah suatu nilai sosial yang menekankan pada hasrat untuk mencapai hasil terbaik guna mencapai kepuasan pribadi (Suhandana, 1980:55). Faktor dasarnya adalah adanya kebutuhan yang harus dipenuhi. Jiwa kewirausahaan terletak pada kemauan dan kemampuan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dan efisien. Alasan seseorang menjadi wirausaha meliputi alasan keuangan, alasan sosial, alasan pelayanan, dan alasan pemenuhan kebutuhan sendiri.

Kematangan empat karakter di atas, memungkinkan menusia melewati

tahap individualitas menuju personalitas. “Orang-orang modern sering mencampuradukkan antara individualitas dan personalitas, antara aku alami

dan aku rohani, antara independensi eksterior dam interior.” Karakter inilah


(16)

5

Syahrudin Abd. Gani, 2014

Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Siswa Melalaui Kegiatan Praktik Kerja Industri Berbasis Nilai(Studi Kasus Di SMK Negeri 1 Namlea Kabupaten Buru)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu (Koesoema, 2010:96).

Seseorang yang memiliki jiwa wirausaha adalah mereka yang di dalam kepribadiannya telah terinternalisasikan nilai-nilai kewirausahaan, yakni kepribadian yang memiliki tidankan kreatif sebagai nilai, gemar berusaha, tegar dalam berbagai tantangan, percaya diri, memiliki self determination atau

locus of control, berkemampuan mengelola resiko, perubahan dipandang

sebagai peluang, toleransi terhadap banyaknya pilihan, inisiatif dan memiliki

need for achievement, perfeksionis, pandangan luas, menganggap waktu

sangat berharga serta memiliki motivasi yang kuat, dan karakter itu semua telah menginternal sebagai nilai-nilai yang diyakini benar (Kuratko, 2003: 73). Permasalahan dewasa ini adalah ketersediaan lapangan kerja yang tidak sebanding dengan jumlah lulusan lembaga pendidikan yang dari tahun ke tahun semakin meningkat termasuk lulusan SMK. Ada indikasi yang memperlihatkan lulusan sekolah kejuruan harus bersaing dengan ahli madya ataupun sarjana dari berbagai perguruan tinggi yang menyebabkan kesempatan mereka untuk bekerja di perusahaan industri semakin sedikit. Oleh karena itu lulusan dari SMK diharapkan tidak hanya bekerja sebagai pegawai dalam sektor industri saja tetapi juga dapat mengembangkan potensi dalam dirinya untuk bekerja mandiri (wirausaha) sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru. Dengan wirausaha, lulusan sekolah menengah kejuruan tidak bergantung pada lapangan pekerjaan di sektor industri saja tetapi dapat membuka lapangan kerja sendiri.

Pengamatan awal pada SMK Negeri 1 Namlea, bahwa hasil lulusan banyak yang belum terserap di dunia usaha/dunia industri, dan dari sekian banyak yang tidak terserap tidak pula melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi atau bekerja secara mandiri (wirausaha). Bagi yang tidak melanjutkan dikarenakan alasan ekonomi keluarga dan yang tidak berwirausaha alasannya tidak berani mengambil resiko. Hal ini tidak sesuai dengan diadakannya kegiatan Prakerin pada SMK, karena salah satu tujuan dari pelaksanaan kegiatan Prakerin di SMK adalah menumbuhkan sikap mandiri siswa. Berikut data penyerapan lulusan di SMK Negeri 1 Namlea.


(17)

6

Syahrudin Abd. Gani, 2014

Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Siswa Melalaui Kegiatan Praktik Kerja Industri Berbasis Nilai(Studi Kasus Di SMK Negeri 1 Namlea Kabupaten Buru)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 1.1. Daya Serap Lulusan SMK Negeri 1 Namlea

Tahun Pelajaran Lulusan Bekerja Melanjutkan Wirausaha Lain-lain

2010/2011 92 3 13 9 6

2011/2012 87 6 24 7 4

2012/2013 104 5 33 4 8

Sumber: Data Penyerapan Lulusan SMK Negeri 1 Namlea

Menumbuhkan jiwa wirausaha terkait erat dengan usaha memperbaiki kualitas diri sendiri dan kehidupan rohani, agar kita mampu menjadi personifikasi yang dapat dipercaya dan dihormati karena memiliki standar moral tinggi. Keunikan atau kualitas produk atau jasa maupun kecanggihan pola pemasaran bukan faktor utama produk atau jasa yang kita tawarkan diterima dengan baik. Sebab sukses dalam berwirausaha erat kaitannya dengan kemampuan meraih kepercayaan banyak orang, yang membuat konsumen tidak pernah ragu untuk membeli produk atau memakai jasa yang kita tawarkan.

Berkecimpung di dunia wirausaha tidak mudah, banyak sekali timbul ketakutan seperti: ketakutan akan kerugian, ragu dalam memulai usaha, dan penyebab yang paling sering ditemui adalah kurangnya motivasi untuk berwirausaha. Motivasi adalah kunci yang akan membuka potensi manusia. Tanpa motivasi, sedahsyat apapun potensi yang dimiliki tidak mampu untuk merubah menjadi kemampuan yang maha dahsyat.

Motivasi usaha merupakan salah satu pendorong tumbuh kembangnya jiwa wirausaha seseorang. Kesuksesan seseorang seringkali disertai dengan motivasinya yang kuat dalam menjalakan setiap usaha yang dijalaninya. Salah satu motivasi yang paling dibutuhkan pelaku usaha adalah keinginannya untuk terus belajar dan menambah keterampilan, motivasi belajar menjadi modal awal bagi para pengusaha untuk mengembangkan bisnisnya. Karena itu, mereka belajar dari orang-orang sukses, belajar dari kegagalan yang pernah dialami, dan belajar dari sumber ilmu yang tersedia di seluruh belahan dunia. Dengan adanaya motivasi kita mempunyai dorongan untuk berbuat,


(18)

7

Syahrudin Abd. Gani, 2014

Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Siswa Melalaui Kegiatan Praktik Kerja Industri Berbasis Nilai(Studi Kasus Di SMK Negeri 1 Namlea Kabupaten Buru)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

melakukan sesuatu yang kita inginkan. Motivasi dalam berwirausaha memang sangat diperlukan guna menjalankan suatu usaha dan memajukannya.

Jiwa Kewirausahaan (Entrepreneurship) memiliki ciri-ciri atau sifat kemandirian yang dimiliki seseorang atau individu, baik itu kalangan usahawan maupun masyarakat umum seperti petani, karyawan, mahasiswa, pegawai pemerintah, guru, dan lain sebagainya.

Dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak orang yang menafsirkan dan memandang bahwa kewirausahaan identik dengan apa yang dimiliki baru

dilakukan “usahawan” atau “wiraswasta”. Pandangan tersebut tidaklah tepat,

karena jiwa dan sikap kewirausahaan (entrepreneurship) tidak hanya dimiliki oleh usahawan akan tetapi dapat dimiliki oleh setiap orang yang berpikir kreatif dan bertindak inovatif baik kalangan usahawan maupun masyarakat umum seperti petani karyawan, pegawai pemerintah, mahasiswa, guru, dan pimpinan organisasi lainnya (Suryana, 2003:1).

Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (create new and different) melalui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang. Sehingga orang-orang yang memiliki jiwa kewirausahaan ini, ia akan senantiasa energik, kreatif dan inovatif dalam beraktivitas.

Entrepreneur di dalam suatu perusahaan disebut Intrapreneur. Pada

tahun 1992, The American Heritage Dictionary mulai memasukkan istilah intrapreneur sebagai suatu kata yang sah. Intrapreneur dalam kamus tersebut

didefinisikan sebagai : “Seseorang yang bekerja dalam suatu perusahaan, yang

mengambil tanggung jawab secara langsung untuk mengubah ide-idenya menjadi jasa atau produk akhir yang menguntungkan melalui tindakan yang berani untuk mengambil resiko serta melakukan inovasi-inovasi.” (Setyawan dan Waridin, 2006:56). Orang-orang yang memiliki jiwa kewirausahaan yaitu orang yang percaya diri (yakin, optimis, dan penuh komitmen), berinisiatif (energik dan percaya diri), memiliki motif berprestasi (berorientasi hasil dan


(19)

8

Syahrudin Abd. Gani, 2014

Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Siswa Melalaui Kegiatan Praktik Kerja Industri Berbasis Nilai(Studi Kasus Di SMK Negeri 1 Namlea Kabupaten Buru)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berwawasan ke depan), memiliki jiwa kepemimpinan (berani tampil berbeda), dan berani mengambil resiko dengan penuh perhitungan. (Suryana, 2003: 2).

Berkaitan dengan hal di atas, maka jiwa kewirausahaan ini sangatlah penting dimiliki oleh setiap orang, baik itu karyawan, pengusaha, guru dan lain sebagainya yang menginginkan kesuksesan dalam aktivitasnya. Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah para calon tenaga kerja terdidik yang nantinya diproyeksikan sebagai tenaga kerja/karyawan yang siap mengisi lapangan kerja (industri) setelah lulus. Oleh karena itu, upaya peningkatan kualitas lulusan SMK untuk memenuhi kualifikasi lulusan yang diinginkan oleh industri sangatlah diperlukan.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) termasuk ke dalam lingkup pendidikan kejuruan. Secara historis sekolah kejuruan merupakan pengembangan dari pelatihan kerja. Dalam pelatihan kerja, peserta didik dapat belajar sambil bekerja. Oleh sebab itu seorang guru atau instruktur harus mampu mentransfer pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik dalam lingkungan dan situasi yang mirip dengan dunia nyata. Dengan demikian dasar falsafah pendidikan kejuruan pada hakikatnya adalah pendidikan kejuruan dalam pengembangannya harus berorientasi pada dunia kerja dan selalu peka mengikuti perkembangan dunia kerja.

Sehubungan dengan hal di atas, menjadi kewajiban bagi SMK untuk menyiapkan lulusan dengan membekali siswanya ilmu kewirausahaan dan juga program pendidikan sistem ganda, agar nantinya memiliki kemampuan sebagai seorang pekerja yang memiliki jiwa seorang wirausahawan.

Hal ini sesuai dengan tujuan khusus SMK kelompok teknologi dan industri sebagai bagian dari pendidikan menengah dalam sistem pendidikan nasional yang tercantum dalam kurikulum SMK edisi tahun (2004: 7), yaitu: 1. Menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja

mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian yang dipilihnya.


(20)

9

Syahrudin Abd. Gani, 2014

Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Siswa Melalaui Kegiatan Praktik Kerja Industri Berbasis Nilai(Studi Kasus Di SMK Negeri 1 Namlea Kabupaten Buru)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berkompetisi, beradaptasi di lingkungan kerja, dan mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang diminatinya.

3. Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, agar mampu mengembangkan diri di kemudian hari, baik secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

4. Membekali peserta didik dengan kompetensi-kompetensi yang sesuai dengan program keahlian yang dipilih.

SMK merupakan salah satu jalur pendidikan formal yang bertujuan untuk menyiapkan kebutuhan tenaga kerja tingkat menengah yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja. Sejalan dengan tujuan untuk menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah yang profesional, maka siswa SMK diharapkan mempunyai kesiapan untuk memasuki dunia kerja sehingga peserta didik dituntut untuk memiliki keterampilan serta sikap profesional dalam bidangnya. Pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk menghadapi dunia kerja dinamakan kesiapan kerja aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Pengembangan ketiga aspek kesiapan kerja tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan belajar mengajar dalam hal ini praktik luar.

Merujuk pada penjelasan tujuan penyelenggaraan pendidikan kejuruan di atas, dapat dirumuskan bahwa tujuan pendidikan SMK pada hakikatnya adalah untuk membekali peserta didik dengan kompetensi tertentu agar dapat memperoleh kehidupan yang lebih baik dan mampu mengembangkan dirinya di tempat kerja kelak.

Kesiapan kerja adalah keseluruhan kondisi individu yang meliputi kematangan fisik, mental dan pengalaman serta adanya kemauan dan kemampuan untuk melaksanakan suatu pekerjaan atau kegiatan. Kesiapan kerja sangatlah penting dimiliki oleh seorang siswa SMK karena siswa SMK merupakan harapan masyarakat untuk menjadi lulusan SMK yang mempunyai kompetensi sesuai dengan bidang keahliannya agar diterima di dunia kerja atau mampu mengembangkan melalui wirausaha.


(21)

10

Syahrudin Abd. Gani, 2014

Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Siswa Melalaui Kegiatan Praktik Kerja Industri Berbasis Nilai(Studi Kasus Di SMK Negeri 1 Namlea Kabupaten Buru)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dikondisikan baik melalui jalur kegiatan intrakurikuler, kokurikuler maupun ekstrakurikuler. Sehingga diharapkan dengan kondisi lingkungan yang menerapkan karakteristik wirausaha, siswa menjadi terbiasa untuk menerapkannya dan pada akhirnya akan menjadi karakter kepribadian siswa.

Sekolah Menengah Kejuruan merupakan sekolah formal di bawah Departemen Pendidikan nasional, mempunyai tujuan antara lain adalah menghasilkan tamatan yang siap memasuki lapangan kerja secara mandiri sebagai wirausaha (entrepreneur). Dengan usia siswa yang rata-rata masih dalam masa yang produktif untuk menerima ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk di dalamnya ilmu wirausaha, maka SMK menjadi sangat penting dalam menyiapkan tamatan yang siap berwirausaha.

Salah satu kebijakan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia adalah link and match yang dikembangkan untuk meningkatkan relevansi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), yaitu relevansi dengan kebutuhan pembangunan umumnya dan kebutuhan dunia kerja, dunia usaha serta dunia industri khususnya. Beberapa prinsip yang akan dipakai sebagai strategi dalam kebijakan link and match di antaranya adalah model penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda (PSG).

Pada kebijakan link and match, wawasan sumberdaya manusia berusaha menempatkan pendidikan menengah kejuruan sebagai sub-sistem dari sistem pembangunan nasional dalam peran dan tugas pengembangan sumberdaya manusia. Wawasan ini menuntut agar SMK menyelenggarakan pendidikan tidak hanya sekedar layanan sosial terhadap masyarakat, tetapi secara sungguh-sungguh dapat diandalkan menghasilkan tamatan yang berkualitas.

Praktik kerja industri adalah bagian dari PSG sebagai program bersama antara SMK dan Industri yang dilaksanakan di dunia usaha, industri. Kemudian dalam jurnal program Praktik Kerja Industri (Prakerin) (2003: 5) dijelaskan bahwa Prakerin adalah suatu komponen praktik keahlian profesi, berupa kegiatan secara terprogram dalam situasi sebenarnya untuk mencapai tingkat keahlian dan sikap kerja profesional yang dilakukan di industri.


(22)

11

Syahrudin Abd. Gani, 2014

Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Siswa Melalaui Kegiatan Praktik Kerja Industri Berbasis Nilai(Studi Kasus Di SMK Negeri 1 Namlea Kabupaten Buru)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Praktik kerja industri adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara sistematik dan sinkron program pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan langsung di dunia kerja secara terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional tertentu (Pakpahan, 1994: 102). Melalui penghayatan dalam program praktik kerja industri, siswa akan memperoleh pengalaman bernilai yang akan berpengaruh secara positif terhadap motivasi belajar yang akhirnya akan membantu meningkatkan kompetensi sesuai bidang keahliannya (Nolker dan Schoenfeldt, 1983). Kenyataannya Prakerin berbeda dengan PSG, menurut Depdiknas (2009) dalam materi pelatihan KTSP menyatakan bahwa Prakerin merupakan program pembelajaran yang harus dilakukan setiap peserta didik di dunia kerja untuk memperkenalkan lebih dini dunia kerja kepada peserta didik sebagai bagian pengalaman kerjanya. Diharapkan melalui program Prakerin siswa mengenal tentang jenis-jenis pekerjaan yang ada di lapangan, sikap dan etos kerja, disiplin kerja, dan jenis pekerjaan yang ada di industri, sehingga siswa bisa memahami perbedaan antara belajar di sekolah dengan kenyataan yang ada di dunia kerja/industri melalui pembelajaran di industri (Prakerin).

Kegiatan Prakerin ini telah berlangsung cukup lama (tahun 1994 sampai sekarang), namun masih terbatasnya hasil penelitian ilmiah tentang kegiatan Prakerin yang menunjukkan efektif tidaknya pembelajaran tersebut dalam kaitannya dengan pembentukan kompetensi lulusan. Dari hal tesebut

mendorong penulis untuk melakukan penelitian dengan judul: “Menumbuhkan

Jiwa Kewirausaan Siswa melalui Kegiatan Praktik Kerja Indutri Berbasis Nilai.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

1. Lulusan SMK yang terserap di dunia kerja masih rendah, sementara yang bekerja sebagai wirausahawan masih kurang.


(23)

12

Syahrudin Abd. Gani, 2014

Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Siswa Melalaui Kegiatan Praktik Kerja Industri Berbasis Nilai(Studi Kasus Di SMK Negeri 1 Namlea Kabupaten Buru)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Rendahnya motivasi siswa SMK untuk berwirausaha, hal ini muncul dari semangat dan entrepreneur siswa yang belum dibina secara maksimal. 3. Praktik kerja industri hanya dapat dilaksanakan dengan melibatkan dua

pihak, yaitu pihak dunia pendidikan (SMK) dan pihak dunia kerja (dunia usaha dan atau dunia industri).

4. Praktik kerja industri sebagai program wajib SMK tidak mampu membantu penyerapan tenaga kerja lulusan SMK.

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah nilai-nilai jiwa kewirausahaan apa sajakah yang tumbuh dari kegiatan praktik kerja industri?

D. Pertanyaan Penelitian

Yang menjadi pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan kegiatan Prakerin?

2. Bagaimana hasil kegiatan Prakerin dalam menumbuhkan jiwa kewirausahaan siswa?

3. Bagaimana kesulitan pelaksanaan kegiatan Prakerin?

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan Prakerin (tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi).

2. Untuk mengetahui hasil kegiatan parakerin dalam menumbuhkan jiwa kewirausahaan siswa.

3. Untuk mengetahui kesulitan dalam pelaksanaan kegiatan Prakerin.

F. Manfaat Penelitian

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan acuan, penguat, penyempurnaan dalam teori nilai, khususnya dalam proses perkembangan pendidikan kaitannya dengan menumbuhkan dan menginternalisasikan nilai jiwa kewirausahaan melalui kegiatan Prakerin


(24)

13

Syahrudin Abd. Gani, 2014

Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Siswa Melalaui Kegiatan Praktik Kerja Industri Berbasis Nilai(Studi Kasus Di SMK Negeri 1 Namlea Kabupaten Buru)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

siswa. Hasil penelitian ini juga dapat dimanfaatkan sebagai masukan awal untuk melakukan penelitian lanjutan.

Secara praktis, penelitian ini memberikan masukan untuk instansi terkait khususnya SMK dalam upaya peningkatan mutu pendidikan melalui kegiatan Prakerin.

G. Definisi Istilah

Hartini (2008:25) mengemukakan definisi jiwa kewirausahaan adalah suatu nyawa kehidupan dalam kewirausahaan yang pada dasarnya merupakan sikap dan perilaku kewirausahaan yang ditunjukan melalui karakter dan sifat seseorang wirausaha yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif.

Hal ini sesuai pendapat Suryana (2010:18) yang menyatakan bahwa :

“Jiwa kewirausahaan merupakan, proses kreatif dan inovatif hanya

dilakukan oleh orang yang memiliki kepribadian kreatif dan inovatif, yaitu orang yang memiliki jiwa, sikap, dan prilaku kewirausahaan, dengan ciri-ciri: penuh percaya diri, memiliki inisiatif, memiliki motif berprestasi, memiliki jiwa kepimimpinan, berani mengambil resiko dengan penuh perhitungan. Jiwa kewirausahaan ada pada setiap orang yang memiliki prilaku inovatif dan kreatif pada setiap orang yang menyukai perubahan, pembaruan, kemajuan dan tantangan seperti

birokrat, mahasiswa, dosen, dan masyarakat lainnya.”

David McCleland (1961) dalam Suryana (2001:26) mengemukakan bahwa ditinjau dari sudut pandang perilaku, seorang yang memiliki sikap dan perilaku kewirausahaan memiliki enam ciri perilaku sebagai berikut:

1. Keterampilan mengambil keputusan dan mengambil resiko yang moderat, dan bukan atas dasar kebutuhan belaka,

2. bersifat energetik, khususnya dalam bentuk berbagai inovatif, 3. tanggung jawab individual,

4. mengetahui hasil-hasil dari berbagai keputusan yang diambilnya, dengan tolak ukur satuan uang sebagai indikator keberhasilan, 5. mampu mengantisipasi berbagai kemungkinan di masa datang, dan 6. memiliki kemampuan berorganisasi, yaitu seorang wirausaha


(25)

14

Syahrudin Abd. Gani, 2014

Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Siswa Melalaui Kegiatan Praktik Kerja Industri Berbasis Nilai(Studi Kasus Di SMK Negeri 1 Namlea Kabupaten Buru)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memiliki kemampuan keterampilan, kepemimpinan dan manajerial. Praktik kerja industri (Prakerin) adalah komponen dari Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Prakerin merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan profesional lulusan dengan cara siswa belajar langsung di dunia usaha dan dunia industri dengan bimbingan guru pembimbing di sekolah dan instruktur dari dunia usaha dan dunia industri. Prakerin merupakan suatu sistem pembelajaran yang dilakukan di luar proses belajar mengajar dan dilaksanakaan di institusi/instansi atau idustri yang relevan.

Menurut Fink (2007: 4) adalah “to obtain experience from work and for young people to be prepared for the transition from school to work and, to learn the realisties of work and be prepared to make the right choice of

work”. Prakerin adalah suatu pengalaman kerja bagi siswa yang disiapkan untuk masa peralihan dari sekolah ke lingkungan kerja, memahami dunia kerja nyata dan persiapan untuk memilih perkerjaan yang tepat.

H. Sistematikan Penulisan

BAB I Pendahuluan, menjelaskan tentang latar belakang masalah dari penelitian ini, identifikasi masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, anggapan dasar, batasan istilah, lokasi dan subjek penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Kajian Pustaka, memaparkan beberapa konsep teori pendukung mencakup tentang pengertian yang berhubungan dengan masalah penelitian seperti jiwa kewirausahaan, ciri dan motivasi jiwa kewirausahaan dalam upaya menumbuhkan dan menginternalisasikan nilai kemandirian (tanggung jawab, mandiri, kerja keras, kreatif, kejujuran) terhadap siswa. Kegiatan Prakerin tentang pelaksanaan, tujuan dan hasil yang diharapkan dari kegiatan Prakerin. Dan hasil penelitian yang relevan.

BAB III Metode Penelitian, pada bagian ini menjelaskan pendekatan dan metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini. Adapun metode yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penggunaan


(26)

15

Syahrudin Abd. Gani, 2014

Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Siswa Melalaui Kegiatan Praktik Kerja Industri Berbasis Nilai(Studi Kasus Di SMK Negeri 1 Namlea Kabupaten Buru)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

metode ini sebagai bahan untuk menemukan formulasi yang komprehensif menegenai data yang didapatkan dari lapangan, sehingga mendukung tingkat validasi data yang didapatkan. Penggunaan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif ini akan didukung dengan teknik pengumpulan data yang menggunakan teknik wawancara, observasi, dokumentasi dan studi kepustakaan.

BAB IV Hasil dan Pembahasan Penelitian, tentang temuan penelitian yang didapat dari hasil pengumpulan data yang telah dilakukan pada penelitian ini. Pembahasan Penelitian, bagian ini merupakan deskripsi analisis terhadap hasil temuan peneliti dan pengumpulan data yang dibandingkan dengan beberapa teori yang mendukung.

BAB V Kesimpulan dan Saran, yaitu merupakan penarikan kesimpulan dari hasil dan pembahasan penelitian ini dan beberapa saran yang patut diberikan berdasarkan penelitian.


(27)

Syahrudin Abd. Gani, 2014

Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Siswa Melalaui Kegiatan Praktik Kerja Industri Berbasis Nilai(Studi Kasus Di SMK Negeri 1 Namlea Kabupaten Buru)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian dengan judul “Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Siswa melalui Kegiatan Praketik Kerja Industri Berbasis Nilai” ini berlokasi di SMK Negeri 1 Namlea Jalan Waeaha No 01 RT 02 RW 10 Desa Waekerta Kecamataan Waeapo Kabupaten Buru, Maluku.

Adapun subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMK Negeri 1 Namlea yang sedang melaksanakan kegiatan Prakerin, wakil kepala sekolah bidang humas dan industri, pimpinan dan perwakilan dari dunia usaha dan dunia industri.

Menurut Arikunto (2010:102) subjek penelitian adalah benda, hal atau orang dan tempat dimana data yang dipermasalahkan melekat. Hal yang sama diungkapkan oleh Nazir (1983:66) mengatakan bahwa “Subjek penelitian dalam studi kasus dapat berupa individu, kelompok, lembaga, maupun masyarakat”. Sedangkan menurut Nasution (1996:66) mengatakan bahwa sampel dalam penelitian kualitatif sedikit dan dipilih menurut tujuan.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu di perhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan. Moleong (1989:6) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.


(28)

79

Syahrudin Abd. Gani, 2014

Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Siswa Melalaui Kegiatan Praktik Kerja Industri Berbasis Nilai(Studi Kasus Di SMK Negeri 1 Namlea Kabupaten Buru)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kasus. Studi kasus adalah suatu metode penelitian ilmu-ilmu social. Secara umum, studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan how atau why, bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki, dan bilamana fokus penelitiannya terletak pada fenomena masa kini di dalam konteks kehidupan nyata (Yin, 2013: 1).

Metode juga dapat diartikan sebagai teknik atau cara kerja untuk mencapai suatu tujuan. Sebagaimana dikemukakan oleh Winarno (1990:131) bahwa, metode adalah cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu.

C. Teknik Pengumpulan Data

Untuk menunjang keberhasilan dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan unsur penting yang harus diperhatikan, sehingga peneliti mendapatkan data yang lengkap dan akurat sesuai dengan subyek penelitian, yaitu menumbuhkan jiwa kewirausahaan atau praktek kerja industri (Prakerin) di SMK Negeri 1 Namlea.

Keberhasilan suatu penelitian kualitatif sangat tergantung kepada ketelitian, kelengkapan catatan lapangan yang disusun oleh peneliti”. Catatan lapangan tersebut disusun melalui observasi, wawancara dan studi

documenter” (Nasution, 1996).

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan atas metode serta situasi dan kondisi lapangan yang dijadikan objek dalam penelitian. Untuk itu penulis menentukan teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut :

1. Wawancara

Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (tanya jawab) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung (Djumhur dan Surya, 1985).


(29)

80

Syahrudin Abd. Gani, 2014

Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Siswa Melalaui Kegiatan Praktik Kerja Industri Berbasis Nilai(Studi Kasus Di SMK Negeri 1 Namlea Kabupaten Buru)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Wawancara yang dilakukan ialah wawancara tak terstruktur, yaitu dengan pertemuan langsung antara peneliti dan informan yang diarahkan pada pemahaman pandangan informan dalam kehidupannya, pengalamannya, atau situasi yang dialaminya, yang diungkapkan dengan kata-kata informan sendiri. Wawancara ini bersifat luwes, susunan pertanyaan dan susunan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat berubah pada saat wawancara, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi saat wawancara, tetapi tetap berpatokan pada pedoman wawancara.

Menurut Sukmadinata (2007) mengatakan bahwa, “Wawancara atau interview merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang banyak digunakan untuk penelitian deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Wawancara dilakukan secara lisan dalam pertemuan tatap muka secara individual”.

Sedangkan menurut Nasution (1996), bahwa :

“Dalam wawancara dapat dilakukan dengan tiga macam pendekatan, yaitu; pertama dalam bentuk percakapan formal, yang mengandung unsur spontanitas, santai, tanpa pola atau arah yang ditentukan sebelumnya; kedua menggunakan lembaran berisi garis besar pokok-pokok, topik atau masalah yang dijadikan pegangan dalam pembicaraan; ketiga menggunakan daftar pertanyaan yang lebih rinci, namun bersifat terbuka yang telah disiapkan lebih dahulu dan akan diajukan menurut urutan dan rumusan yang tercantum.”

Untuk memperoleh data primer yang akurat, luas dan mendalam peneliti akan melakukan tanya jawab langsung terhadap subyek penelitian yaitu siswa SMK Negeri 1 Namlea, kepala sekolah dan perwakilan dari dunia usaha dan dunia industri tentang pelaksanaan kegiatan Prakerin.

2. Observasi

Metode observasi adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi atau politik atau dari suatu kelompok ataupun suatu daerah (Nazir, 1983).


(30)

81

Syahrudin Abd. Gani, 2014

Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Siswa Melalaui Kegiatan Praktik Kerja Industri Berbasis Nilai(Studi Kasus Di SMK Negeri 1 Namlea Kabupaten Buru)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu penelitian ini karena memeiliki beberapa kelebihan, di antaranya :

1. Data yang dikumpulkan melalui observasi cenderung mempunyai keandalan yang tinggi. Kadang observasi dilakukan untuk mengecek validitas dari data yang telah diperoleh sebelumnya dari individu-individu.

2. Dapat melihat langsung apa yang sedang dikerjakan, pekerjaan-pekerjaan yang rumit kadang-kadang sulit untuk diterangkan.

3. Dapat menggambarkan lingkungan fisik dari kegiatan-kegiatan, misalnya tata letak fisik peralatan, penerangan, gangguan suara dan lain-lain.

4. Dapat mengukur tingkat suatu pekerjaan, dalam hal waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu unit pekerjaaan tertentu.

Menurut Basuki (2006), pengamatan atau observasi dalam konteks ilmiah studi yang sengaja dilakukan secara sistematis, terencana, terarah pada suatu tujuan dengan mngamati dan mencatat fenomena atau perilaku satu atau sekelompok orang dalam konteks kehidupan sehari-hari dan memperhatikan syarat-syarat penelitia ilmiah.

Sesuai dengan pendapat di atas observasi dilakukan secara sengaja, terencana dan sistematis, tentang aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas dan makna kejadian yang dilihat dari perspektif mereka yang terlibat dalam kejadian yang diamati. Observasi dilakukan untuk menjajaki sehingga berfungsi eksploitasi. Dari hasil observasi kita akan memperoleh gambaran yang jelas tentang masalahnya dan mungkin petunjuk-petunjuk tentang cara pemecahannya. Jadi, jelas bahwa tujuan observasi adalah untuk memperoleh berbagai data konkret secara langsung di lapangan atau tempat penelitian.

Yang menjadi objek observasi dari penelitian ini kondisi, perilaku, metode dan objek lain tentang pelaksanaan kegiatan Prakerin siswa di SMK Negeri 1 Namlea.

3. Studi Dokumentasi


(31)

82

Syahrudin Abd. Gani, 2014

Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Siswa Melalaui Kegiatan Praktik Kerja Industri Berbasis Nilai(Studi Kasus Di SMK Negeri 1 Namlea Kabupaten Buru)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

variabel berupa catatan, transkrip, buku-buku, surat kabar, majalah, prasasti, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2010:202). Menurut Alwasilah dkk (2006) dikatakan “Dokumen-dokumen seperti disebut di atas harus dianalisis sesuai dengan fokus penelitian dan beberapa seyogyanya dilampirkan dalam skripsi, tesis, atau disertasi Anda”.

Studi dokumenter adalah salah satu metode pengumpulan data yang dipergunakan peneliti untuk melihat/meneliti data-data dokumen yang dibutuhkan. Sukmadinata (2007) mengatakan, Studi Dokumen (Dokumentary Studi) merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, maupun elektronik.

Guba dan Lincoln dalam Alwasilah dkk (2006) merinci ada enam alasan sebagai berikut :

1. Dokumen merupakan sumber informasi yang lestari, sekalipun dokumen itu tidak lagi berlaku.

2. Dokumen merupakan bukti yang dapat dijadikan dasar untuk mempertahankan diri terhadap tuduhan atau kekliruan interpretasi. 3. Dokumen itu sumber data yang alami, bukan hanya muncul dari

konteksnya, tapi juga menjelaskan konteks itu sendiri.

4. Dokumen itu relatif mudah dan murah dan terkadang dapat diperoleh dengan cuma-cuma, peneliti tinggal menggalinya dalam tumpukan arsip.

5. Dokumen itu sumber data yang non-reaktif. Tatkala responden reaktif dan tidak bersahabat, peneliti dapat beralih ke dokumen sebagai solusi. 6. Dokumen berperan sebagai sumber pelengkap dan pemerkaya bagi

informasi yang diperoleh lewat interview atau observasi.

Studi dokumentasi dalam penelitian ini berupa mempelajari dokumen-dokumen mengenai kasus-kasus yang berkaitan dengan siswa pelaksanaan Prakerin sehingga akan mengetahui mengenai keberhasilan dalam menumbuhkan jiwa kewirausahaan pada siswa melalui kegiatan Prakerin. Studi dokumentasi ini menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen,


(32)

83

Syahrudin Abd. Gani, 2014

Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Siswa Melalaui Kegiatan Praktik Kerja Industri Berbasis Nilai(Studi Kasus Di SMK Negeri 1 Namlea Kabupaten Buru)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu baik dokumen tertulis, gambar, hasil karya, maupun elektronik.

Jadi studi dokumentasi pada penelitian ini tidak sekedar mengumpulkan dan menuliskan atau melaporkan dalam bentuk kutipan-kutipan tentang sejumlah dokumuen yang dilaporkan dalam penelitian tetapi adalah hasil analisis terhadap dokumen-dokumen tersebut.

4. Studi Kepustakaan

Teknik pengumpulan data yang lain juga selain observasi, wawancara dan dokumentasi bisa juga menggunakan studi kepustakaan. Seperti yang dijelaskan oleh Arikunto (2010:202) bahwa studi kepustakaan adalah untuk menyempurnakan proses penelitian, peneliti memerlukan data atau bahan yang bersumber dari perpustakaan. Studi ini untuk memperkuat landasan teoretis dan untuk memperkuat kebenaran hasil penelitian.

Mengadakan survei terhadap data menelusuri literatur yang ada serta menelaahnya secara tekun merupakan kerja kepustakaan yang sangat diperlukan dalam penelitian. Studi kepustakaan merupakan kegiatan yang wajib dilakukan dalam penelitian, khususnya penelitian akademik yang tujuan utamanya adalah mengembangkan aspek teoritis maupun aspek manfaat praktis. Selain itu, studi kepustakaan dilakukan dengan tujuan utama untuk mencari dasar pijakan atau pondasi untuk memperoleh dan mengembangkan landasan teori, kerangka berfikir dan penentuan dugaan sementara sehingga para peneliti dapat mengerti, melokasikan, mengorganisasikan dan kemudian menggunakan variasi pustaka dalam tiap bidangnya (Subliyanto, 2010:15).

Peneliti akan melakukan studi kepustakaan, baik sebelum maupun selama melakukan penelitian. Studi kepustakaan memuat uraian sitematis tentang kajian literatur dan hasil penelitian sebelumnya yang ada hubungannya dengan penelitian yang akan dilakukan.

D. Analisis Data


(33)

84

Syahrudin Abd. Gani, 2014

Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Siswa Melalaui Kegiatan Praktik Kerja Industri Berbasis Nilai(Studi Kasus Di SMK Negeri 1 Namlea Kabupaten Buru)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milah menjadi satuan yang dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Marshall dan Rossman mengajukan teknik analisa data kualitatif untuk proses analisis data dalam penelitian ini. Dalam menganalisa penelitian kualitatif terdapat beberapa tahapan-tahapan yang perlu dilakukan (Marshall dan Rossman dalam Kabalmay, 2002), di antaranya :

1. Mengorganisasikan Data

Peneliti mendapatkan data langsung dari subjek melalui wawancara mendalam (indepth inteviwer), dimana data tersebut direkam dengan audio

and video recorder dibantu alat tulis lainya. Kemudian dibuatkan

transkipnya dengan mengubah hasil wawancara dari bentuk rekaman menjadi bentuk tertulis secara verbatim. Data yang telah didapat dibaca berulang-ulang agar penulis mengerti benar data atau hasil yang telah di dapatkan.

2. Pengelompokan Data

Pada tahap ini dibutuhkan pengertiaan yang mendalam terhadap data, perhatiaan yang penuh dan keterbukaan terhadap hal-hal yang muncul di luar apa yang ingin digali. Berdasarkan kerangka teori dan pedoman wawancara, peneliti menyusun sebuah kerangka awal analisis sebagai acuan dan pedoman dalam melakukan coding. Dengan pedoman ini, peneliti kemudian kembali membaca transkip wawancara dan melakukan coding, melakukan pemilihan data yang relevan dengan pokok pembicaraan. Data yang relevan diberi kode dan penjelasan singkat, kemudian dikelompokan atau dikategorikan berdasarkan kerangka analisis yang telah dibuat.

Pada penelitian ini, analisis dilakukan terhadap sebuah kasus yang diteliti. Peneliti menganalisis hasil wawancara berdasarkan pemahaman


(34)

85

Syahrudin Abd. Gani, 2014

Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Siswa Melalaui Kegiatan Praktik Kerja Industri Berbasis Nilai(Studi Kasus Di SMK Negeri 1 Namlea Kabupaten Buru)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terhadap hal-hal diungkapkan oleh responden. Data yang telah dikelompokan tersebut oleh peneliti dicoba untuk dipahami secara utuh dan ditemukan tema-tema penting serta kata kuncinya. Sehingga peneliti dapat menangkap penagalaman, permasalahan, dan dinamika yang terjadi pada subjek.

3. Menguji Asumsi

Setelah kategori pola data tergambar dengan jelas, peneliti menguji data tersebut terhadap asumsi yang dikembangkan dalam penelitian ini. Pada tahap ini kategori yang telah didapat melalui analisis ditinjau kembali berdasarkan landasan teori yang telah dijabarkan dalam bab II, sehingga dapat dicocokan apakah ada kesamaan antara landasan teoritis dengan hasil yang dicapai. Walaupun penelitian ini tidak memiliki hipotesis tertentu, namun dari landasan teori dapat dibuat asumsi-asumsi mengenai hubungan antara konsep-konsep dan faktor-faktor yang ada.

4. Alternatif Penjelasan dari Data

Setelah kaitan antara kategori dan pola data dengan asumsi terwujud, peneliti masuk ke dalam tahap penejelasan. Berdasarkan kesimpulan yang telah didapat dari kaitanya tersebut, penulis merasa perlu mencari suatau alternatif penjelasan lain tetnag kesimpulan yang telah didapat. Sebab dalam penelitian kualitatif memang selalu ada alternatif penjelasan yang lain. Dari hasil analisis, ada kemungkinan terdpat hal-hal yang menyimpang dari asumsi atau tidak terfikir sebelumnya. Pada tahap ini akan dijelaskan dengan alternatif lain melalui referensi atau teori-teori lain. Alternatif ini akan sangat berguna pada bagian pembahasan, kesimpulan dan saran.

5. Menulis Hasi Penelitian

Penulisan data subjek yang telah berhasil dikumpulkan merupakan suatu hal yang membantu penulis unntuk memeriksa kembali apakah kesimpulan yang dibuat telah selesai. Dalam penelitian ini, penulisan yang dipakaiadalah presentase data yang didapat yaitu, penulisan data-data hasil


(35)

86

Syahrudin Abd. Gani, 2014

Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Siswa Melalaui Kegiatan Praktik Kerja Industri Berbasis Nilai(Studi Kasus Di SMK Negeri 1 Namlea Kabupaten Buru)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian berdasarkan wawancara mendalam dan observasi dengan subjek dan significant other. Proses dimulai dari data-data yang diperoleh dari subjek dan significant other, dibaca berulang kali sehinggga penulis mengerti benar permasalahanya, kemudian dianalisis, sehingga didapat gambaran mengenai penghayatan pengalaman dari subjek. Selanjutnya dilakukan interprestasi secara keseluruhan, dimana di dalamnya mencangkup keseluruhan kesimpulan dari hasil penelitian.

E. Keabsahan Data

Keabsahan data dilakukan dengan cara triangulasi. Triangulasi merupaka upaya untuk meningkatkan derajat kepercayaan. Mengacu pada pendapat Moleong (1989: 178), triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.

Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber dan metode. Tringulasi sumber dilakukan dengan cara membandingkan data yang berasal dari beberapa sumber data. Dalam hal ini dibandingkan informasi yang diperoleh dari, kepala sekolah, pokja, dan dari dunia usaha dan dunia industri. Sedangkan triangulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan data yang diperoleh melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Keabsahan bentuk batasan berkaitan dengan suatu kepastiaan bahwa yang berukur benar-benar merupakan variabel yang ingin di ukur. Keabsahan ini juga dapat dicapai dengan proses pengumpulan data yang tepat. Salah satu caranya adalah dengan proses triangulasi, yaitu tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Menurut Patton (1987:331) ada empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan untuk mencapai keabsahan, yaitu :

1. Triangulasi data


(36)

87

Syahrudin Abd. Gani, 2014

Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Siswa Melalaui Kegiatan Praktik Kerja Industri Berbasis Nilai(Studi Kasus Di SMK Negeri 1 Namlea Kabupaten Buru)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

wawancara, hasil observasi atau juga dengan mewawancarai lebih dari satu subjek yang dianggap memeiliki sudut pandang yang berbeda.

2. Triangulasi Pengamat

Adanya pengamat di luar peneliti yang turut memeriksa hasil pengumpulan data. Dalam penelitian ini, dosen pembimbing studi kasus bertindak sebagai pengamat (expert judgement) yang memberikan masukan terhadap hasil pengumpulan data.

3. Triangulasi Teori

Penggunaan berbagai teori yang berlaianan untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan sudah memasuki syarat. Pada penelitian ini, berbagai teori telah dijelaskan pada bab II untuk dipergunakan dan menguji terkumpulnya data tersebut.

4. Triangulasi Metode

Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti metode observasi dan metode wawancara. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan metode observasi yang ditunjang dengan metode wawancara pada saat penelitian dilakukan.

Setelah memperoleh dari lapangan yang dilakukan melalui observasi, data yang ada berupa dokumen dan catatan mengenai perilaku subjek penelitian. Data yang sudah terkumpul kemudian dicek keabsahannya menggunakan triangulasi, yakni pengecekan terhadap kebenaran data dan penafsiran dengan cara membandingkan data yang diperoleh dari sumber lain. Dalam proses triangulasi ini, upaya yang dilakukan adalah dengan cara membandingkan data hasil observasi dengan data hasil wawancara.

F. Instrumen dan Alat Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah” (Arikunto, 2010:203). Instrumen dalam penelitian ini adala peneliti sendiri. Dalam proses pengumpulan data, peneliti menggunakan alat


(37)

88

Syahrudin Abd. Gani, 2014

Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Siswa Melalaui Kegiatan Praktik Kerja Industri Berbasis Nilai(Studi Kasus Di SMK Negeri 1 Namlea Kabupaten Buru)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bantu berupa alat perekam, panduan observasi dan wawancara yang ditujukan untuk mengetahui jiwa kewirausahaan siswa SMK Negeri 1 Namlea. Penggunaan dan pemanfaatan alat-alat ini sangat tergantung pada peneliti itu sendiri disesuaikan dengan kebutuhan peneliti dalam melakukan penelitian ini. Langkah-langkah dalam menyusun alat penelitian ini penulis paparkan berdasarkan prosedur dari Arikunto (2010:203), sebagai berikut :

1. Mengindentifikasi variabel dalam rumusan judul penelitian, yaitu jiwa kewirausahaan.

2. Mencari aspek dari variabel tersebut yaitu jiwa kewirausahaan. 3. Menderetkan indikator dari aspek variabel.

4. Merumuskan setiap indikator menjadi butir-butir instrumen.

Sebelum menuliskan butir-butir pertanyaan variabel tersebut, maka terlebih dahulu membuat kisi-kisi tersebut. Kisi-kisi dibuat bertujuan untuk menjabarkan secara komprehensif mengenai uraian instrumen. Uraian yang dimaksud adalah mulai dari variabel penelitian, aspek penelitian dan indikator penelitian. Adapun kisi-kisi dari variabel pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1. Kisi-kisi Penelitian

Nomor Aspek Indikator

1 Percaya diri

Yakin Mandiri Jujur Optimis

2 Keorisinilan

Inovatif Kreatif Inisiatif Orientasi mutu

3 Berorientasi tugas dan hasil kerja

Ingin berprestasi

Berorientasi pada keuntungan Teliti

Tekun Efektif Kerja keras Penuh semangat


(38)

89

Syahrudin Abd. Gani, 2014

Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Siswa Melalaui Kegiatan Praktik Kerja Industri Berbasis Nilai(Studi Kasus Di SMK Negeri 1 Namlea Kabupaten Buru)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

depan Ketajaman perpektif

Memanfaatkan waktu dengan efisien

5 Berani mengambil

resiko

Mampu mengambil resiko Menyukai tantangan Agresif

6 Kepemimpinan

Suka bergaul dalam mencari peluang Mampu berkomunikasi dengan baik Responsive terhadap saran/kritik Bertanggung jawab


(39)

Syahrudin Abd. Gani, 2014

Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Siswa Melalaui Kegiatan Praktik Kerja Industri Berbasis Nilai(Studi Kasus Di SMK Negeri 1 Namlea Kabupaten Buru)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Dari hasil dan pembahasan penelitian sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan kegiatan Prakerin di SMK Negeri 1 Namlea berpedoman pada program kerja dengan melalui tahapan, yaitu:

a. Tahap perencaan, merencanakan aspek-aspek yang berperan dalam pengelolaam dan keberhasilan kegiatan belajar mengajar di sekolah dan di industri pasangan.

b. Tahap pelaksanaan, Pelaksanaan kegiatan Prakerin berpedoman pada Bahan Bimbingan Teknis (Bimtek) Peningkatan Mutu SMK yang disusun oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (Direktorat PSMK).

c. Tahap evaluasi, Evaluasi kegiatan Prakerin dilakukan sebanyak dua kali yaitu evaluasi dari dunia usaha/dunia industri tempat pelaksanaan kegiatan Prakerin dan evaluasi di sekolah.

2. Dalam batas-batas tertentu kegiatan Prakerin telah menunjukkan kebermaknaan dalam menanamkan jiwa kewirausahaan pada anak didik, kecuali dalam menumbuhkan jiwa keorisinilan yang dipandang masih memerlukan pembinaan secara seksama oleh para pengasuhnya.

3. Kendala atau kesulitan dalam pelaksanaan kegiatan Prakerin SMK Negeri 1 Namlea yaitu sekolah belum melakukan analisis terhadap keseluruhan kompetensi yang didasarkan pada fasilitas pembelajaran yang dibutuhkan, sehingga siswa kesulitan menggunakan peralatan praktik yang ada di dunia usaha dan dunia industri.

B. Saran

1. Sarana dan prasarna merupakan salah satu indikator SNPI, untuk itu disarankan sekolah perlu melakukan analisis terhadap keseluruhan


(40)

133

Syahrudin Abd. Gani, 2014

Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Siswa Melalaui Kegiatan Praktik Kerja Industri Berbasis Nilai(Studi Kasus Di SMK Negeri 1 Namlea Kabupaten Buru)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kompetensi yang didasarkan pada fasilitas pembelajaran yang dibutuhkan, dengan begitu sekolah dapat melakukan inventarisasi kemampuan-kemampuan yang dapat dibelajarkan di sekolah berdasarkan pada fasilitas pembelajaran (alat praktik) yang dimiliki oleh sekolah sehingga siswa tidak kesulitan menggunakan peralatan praktik yang ada di dunia usaha dan dunia industri.

2. Untuk masa depan diusahakan pelaksanaan kegiatan Prakerin di SMK Negeri 1 Namlea masih perlu diadakan peningkatan, terutama dalam materi pembelajaran, metode pelaksanaannya, pembimbingan siswanya, proses pelaksanaan dan evaluasinya, agar nanti setelah melaksanakan prakerin siswa bisa mengembangkan diri untuk berjiwa wirausaha yang optimal.

3. Perlu penelitian lanjutan untuk mengkaji faktor-faktor yang lain yang turut mempengaruhi terhadap sikap wirausaha dengan jumlah responden yang lebih besar agar hasilnya lebih baik, baik dengan menggunakan pendekatan kuantitatif maupun kualitatif.


(41)

Syahrudin Abd. Gani, 2014

Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Siswa Melalaui Kegiatan Praktik Kerja Industri Berbasis Nilai(Studi Kasus Di SMK Negeri 1 Namlea Kabupaten Buru)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Alisjahbana, S. T. (1986). Antropologi Baru. Jakarta: Dian Rakyat.

Alma, B. (2008). Kewirausahaan untuk Mahasiswa dan Umum. Bandung: Alfabeta.

Alwasilah, C., dkk. (2006). Pokoknya Kualitatif. Bandung: Pustaka Jaya.

Anramus. (2012). Kontribusi Praktek Kerja Industri dan Motivasi belajar terhadap Sikap Wirausaha. (Tesis). Sekolah Pascasarjana UPI, Bandung.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Arman H. N. dkk. (2007). Entrepreneurship Membangun Spirit

Teknopreneurship. Yogyakarta: Penerbit Andi

Asnawi, S. (2007). Teori Mitovasi dalam Pendekatan Psikologi Insudtri dan Organisasi. Jakarta: Studia Press.

Basuki, A. M. H. (2006). Penelitian Kulitatif untuk Ilmu-Ilmu Kemanusiaan dan Budaya. Jakarta: Universitas Gunadarma.

Bygrave, W.D. (1996). The Portable MBA: Entrepreneurship. Jakarta: Binarupa Aksara.

Dalyono. (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdikbud. (1995). Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP). Jakarta: Depdikbud.

_________. (1997). Penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda pada SMK. Jakarta: Depdikbud.

Depdiknas. (2004). Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Edisi 2004. Jakarta: Depdiknas.

________. (2009). Materi Pelaksanaan KTSP, Pelaksanaan Praktek Kerja Industri. Jakarta: Depdiknas.

Dikmenjur. (1994). Konsep Sistem Ganda pada Pendidikan Menengah Kejuruan di Indonesia. Jakarta: Depdikbud.

_________. (2005). Panduan Praktik Kerja Industri. Jakarta: Depdiknas.

Djahiri, A. K. (1985). Strategi Pengajaran Afektif-Nilai-Moral VCT dan Games Dalam VCT. Bandung: PMPKN & Granesia.


(1)

133

Syahrudin Abd. Gani, 2014

Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Siswa Melalaui Kegiatan Praktik Kerja Industri Berbasis Nilai(Studi Kasus Di SMK Negeri 1 Namlea Kabupaten Buru)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kompetensi yang didasarkan pada fasilitas pembelajaran yang dibutuhkan, dengan begitu sekolah dapat melakukan inventarisasi kemampuan-kemampuan yang dapat dibelajarkan di sekolah berdasarkan pada fasilitas pembelajaran (alat praktik) yang dimiliki oleh sekolah sehingga siswa tidak kesulitan menggunakan peralatan praktik yang ada di dunia usaha dan dunia industri.

2. Untuk masa depan diusahakan pelaksanaan kegiatan Prakerin di SMK Negeri 1 Namlea masih perlu diadakan peningkatan, terutama dalam materi pembelajaran, metode pelaksanaannya, pembimbingan siswanya, proses pelaksanaan dan evaluasinya, agar nanti setelah melaksanakan prakerin siswa bisa mengembangkan diri untuk berjiwa wirausaha yang optimal.

3. Perlu penelitian lanjutan untuk mengkaji faktor-faktor yang lain yang turut mempengaruhi terhadap sikap wirausaha dengan jumlah responden yang lebih besar agar hasilnya lebih baik, baik dengan menggunakan pendekatan kuantitatif maupun kualitatif.


(2)

Syahrudin Abd. Gani, 2014

Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Siswa Melalaui Kegiatan Praktik Kerja Industri Berbasis Nilai(Studi Kasus Di SMK Negeri 1 Namlea Kabupaten Buru)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Alisjahbana, S. T. (1986). Antropologi Baru. Jakarta: Dian Rakyat.

Alma, B. (2008). Kewirausahaan untuk Mahasiswa dan Umum. Bandung: Alfabeta.

Alwasilah, C., dkk. (2006). Pokoknya Kualitatif. Bandung: Pustaka Jaya.

Anramus. (2012). Kontribusi Praktek Kerja Industri dan Motivasi belajar terhadap Sikap Wirausaha. (Tesis). Sekolah Pascasarjana UPI, Bandung.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Arman H. N. dkk. (2007). Entrepreneurship Membangun Spirit

Teknopreneurship. Yogyakarta: Penerbit Andi

Asnawi, S. (2007). Teori Mitovasi dalam Pendekatan Psikologi Insudtri dan Organisasi. Jakarta: Studia Press.

Basuki, A. M. H. (2006). Penelitian Kulitatif untuk Ilmu-Ilmu Kemanusiaan dan Budaya. Jakarta: Universitas Gunadarma.

Bygrave, W.D. (1996). The Portable MBA: Entrepreneurship. Jakarta: Binarupa Aksara.

Dalyono. (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdikbud. (1995). Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP). Jakarta: Depdikbud.

_________. (1997). Penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda pada SMK. Jakarta: Depdikbud.

Depdiknas. (2004). Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Edisi 2004. Jakarta: Depdiknas.

________. (2009). Materi Pelaksanaan KTSP, Pelaksanaan Praktek Kerja Industri. Jakarta: Depdiknas.

Dikmenjur. (1994). Konsep Sistem Ganda pada Pendidikan Menengah Kejuruan di Indonesia. Jakarta: Depdikbud.

_________. (2005). Panduan Praktik Kerja Industri. Jakarta: Depdiknas.

Djahiri, A. K. (1985). Strategi Pengajaran Afektif-Nilai-Moral VCT dan Games Dalam VCT. Bandung: PMPKN & Granesia.


(3)

135

Syahrudin Abd. Gani, 2014

Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Siswa Melalaui Kegiatan Praktik Kerja Industri Berbasis Nilai(Studi Kasus Di SMK Negeri 1 Namlea Kabupaten Buru)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

___________ (1996). Menelusuri Dunia Afektif. Pendidikan Nilai dan Moral. Bandung : Lab. PMP. IKIP Bandung.

___________ (2002). Kumpulan Hand Out dan Petikan Internet Seri ke 5. Pendidikan Nilai Moral. Bandung: PPS UPI.

Djumhur dan Surya, M. (1985). Manajemen Modern. Surabaya: ACI

Dobana, K. (2011). Pengaruh Kemandirian Belajar, Prestasi Belajar dan Tingkat Pendapatan Keluarga terhadap Motivasi Berwirausaha Siswa SMK. (Tesis). Sekolah Pascasarjana UPI, Bandung.

Drucker, P. F. (1985). Innovation and Entrepreneurship: Practice and Principles. New York.

Fahmi, I. (2013). Kewirausahaan, Teori, Kasus dan Solusi. Bandung: Alfabeta. Fink, G. (2007). Encyclopedia of stress. San Diego: Academic Press.

Frinces, Z. H. (2011). Be An Entrepreneur. Yogyakarta: Graha Ilmu. Good, C. V. (1993). Dictionary of Education. USA: McGraw Hill. Inc.

Hamalik, O. (2001). Pengembangan Sumberdaya Manusia, Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Hanafi, A. (1981). Memasyarakatkan Ide-ide Baru. Surabaya: Usaha Nasional. Handoko, H. (2002). Manajemen. Yogyakarta: BPFE.

Haricahyono, Ch. (1995). Dimensi-Dimensi Pendidikan Moral. Semarang: IKIP Semarang Press.

Hendro. (2005). How to Becamo a Smart Entrepreneur and To Start a New

Business. Yogyakarta: Andi Offset.

Hisrich. D.R. and Peters M.P. (2004). Entrepreneurship 5ed. New York: McGraw Hills Companies.

Isjoni. (2007). Integrated Learning. Bandung: Falah Production.

Kao, R.W.Y. (1995). Entrepreneurship: A Wealth Creation and Value Adding Process Singapore: Prenticehall.

Kasmir. (2006). Kewirausahaan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Kementerian Koperasi dan UKM (2014). Menumbuhkan Motivasi Berwirausaha. Modul, Seri Kewirausahaan. [Online]. Tersedia http://www.langkahwirausaha.com/read/2014/04/13/47/Menumbuhkan-Motivasi-Wirausaha#.VJgJhoDXA. Diakses pada: 22 Desember 2014.


(4)

Syahrudin Abd. Gani, 2014

Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Siswa Melalaui Kegiatan Praktik Kerja Industri Berbasis Nilai(Studi Kasus Di SMK Negeri 1 Namlea Kabupaten Buru)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kirschenbaum. (1992). 100 Ways to Enhance Value and Morality in Schools and

Youth Setting. Boston: Allyn and Bacon.

Koesoema, (2010). Pendidikan Karakter. [Online]. Tersedia: http://www.duniaesai.com/index.php?option=com_content&view=article &id=254:pendidikan-karakter&catid=44:pendidikan&Itemid=93. Diakses pada: 01 Juni 2014.

Kuratko, D.F. & R.M. Hodgetts. (2004). Entrepreneurship: Theory, Process,

Practice, Six Edition, Ohio: Thomson South Western.

Kuratko, D.F. (2004:3). Entreprenuership Education: Emergin Trends and

Challenger for The 21 Centure, The Entreprenuership Program, dkuratko

@bsu.edu.

Kuratko, D.F. (2007). Entrepreneurial Leadership in The 21st Century: Guest

Editor’s Perspective. Journal of Leadership & Organizational Studies.

Tesedia: www.ezinearticle.com.

Kuswara. (2009). Pengaruh Motivasi Belajar dan Praktek Kerja Industri terhadap Kesiapan Berwirausaha Siswa Program Studi Bangunan SMK Negeri 1 Tarogong Kaler Garut. (Tesis). Sekolah Pascasarjana UPI, Bandung. Lambing, P. and C. L., Kuehl. 2000. Entrepreneurship. New Jersey: Prentice Hall

International Inc.

Leon, S. dan L. L. Kanuk. (2008). Perilaku Konsumen. Edisi VII. Jakarta: PT. Indeks.

Lickona, T. (2013). Pendidikan Karakter, Panduan Lengkap Mendidik Siswa menjadi Pintar dan Baik. Bandung: Nusa Media.

Managemen Study Guide, 2014. McClelland’s Theory of Needs. [Online]. Tersedia: http://www.managementstudyguide.com/mcclellands-theory-of-needs.htm. Diakses pada 16 Desember 2014.

Maslow, A., 1994. Motivasi dan Kepribadian. Jakarta: Pustaka Binaman. Terjemahan.

McClelland, D.C. (1971). The Achievement Motive in Economic Growth. Article,

Political Development and Social Change. New York : Wiley, ISBN

0471258903. p. 83-100

McClelland, D.C., (1961). The Achieving Society. Princeton, New Jersey: D. Van Nostrand Company.

Meredith, G.G. (2002). Kewirausahaan: Teori dan Praktek. Jakarta: PPM

Meredith, G.G. et. al. (2002). The Practice of Entrepreneurship. Geneva: International Labour Organization.


(5)

137

Syahrudin Abd. Gani, 2014

Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Siswa Melalaui Kegiatan Praktik Kerja Industri Berbasis Nilai(Studi Kasus Di SMK Negeri 1 Namlea Kabupaten Buru)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Moleong, L. J. (1989). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Muhadjir, N. (1998). Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi ke III cetakan VIII. Yogyakarta: Rake Sarasin.

Mulyadi. (2009). Akuntansi Biaya. Edisi V. Yogyakarta: UPP-STIM YKPN. Mulyana, R. 2004. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta. Muninjaya, A. G., 1999. Manajemen Kesehatan. Jakarta: EGC

Nasution, S. (1996). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Nazir, M. (1983). Metode Penelitian. Jakarta: Balai Aksara.

Nickels, W.G. (2005). Understanding Business. New York: McGraw-Hill.

Noe, R.M., et. al. (2003). Human Resource Management. Fourth Edition. New York: Mc-Graw Hill Companies.

Nolker, H. & Schoenfeldt, E. (1983). Pendidikan Kejuruan. Jakarta: Gramedia. Pakpaham, J. (1994). Sistem Ganda pada Sekolah Menengah Kejuruan:

Implementasi Link and Match dalam Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Forum Komunikasi FPTK se Indonesia di Surabaya, 28 November 1994. Patton, M.Q. (1987). Qualitative Education Methods. Beverly Hills: Sage

Publication.

Phenix, P. H. (1964). Realms of Meaning. New York: McGraw-Hill Book Company.

Petrus, S.L. (2004). Petualangan Intelektual. Yogyakarta: Kanisius.

Raelin, J.A. (2008). Work Based Learning: Bridging Knowledge and Action in

The Workplace. San Fransisco: Jossey-Bass A Wiley Company.

Robbins dan Judge. 2007. Perilaku Organisasi. terjemahan. Diana Angelica. Jakarta : Salemba Empat

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Cetakan V. Jakarta: Rineka Cipta

Soemanto, W. (2003). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Subliyanto, (2010). Kajian Pustaka. [Online]. Tersedia: http://subliyanto.blogspot.com/2010/06/kajian-pustaka.html. [01 Juni 2014] Sudjana, Dj. (2008). Evaluasi Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta: PT. Remaja


(6)

Syahrudin Abd. Gani, 2014

Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Siswa Melalaui Kegiatan Praktik Kerja Industri Berbasis Nilai(Studi Kasus Di SMK Negeri 1 Namlea Kabupaten Buru)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rosdakarya.

Suhandana, G. A. (1980). Pengaruh Kepariwisataan terhadap Perilaku Kewiraswastaan Pengrajin Ukir Kayu di Bali. Disertasi pada PPS IKIP Bandung. Tidak diterbitkan.

Sukmadinata, N.S. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sumantri, E. (1993). Pendidikan Moral: Suatu Tinjauan Dari Sudut Kontruksi dan Proposisi. Bandung: FPIPS IKIP Bandung.

Supriyatiningsih, (2012). Penanaman Nilai-nilai Kewirausahaan pada Siswa melalui Praktik Kerja Industri. Journal of Economic Education. Tersedia: http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jeec [14 Juni 2014]

Surakhmad, W. (2008). Mewujudkan Nilai-nilai Hidup dalam Tingkah Laku. Bandung: Tarsito.

Surya, M. (1997). Prologi Pembelajaran dan Pengajaran. Jurusan PPB: IKIP Bandung.

Suryana. (2001). Kewirausahaan. Jakarta: Salemba Empat.

______. (2010), Kewirausahaan: Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses, Jakarta: Salemba Empat.

Sutanto, A. (2002). Kewirausahaan. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Thoha, M. 2012. Perlikau Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pers.

Winarno, S. (1990). Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar dan Teknik. Bandung: Tarsito.

Zimmerer, T. W. dan Scarbrough, N. M., 2004. Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis Kecil. Jakarta: Erlanga.