PERBEDAAN PENGARUH INTERVENSI SHORT WAVE DIATHERMY DAN MOBILISASI SENDI DENGAN INTERVENSI SHORT WAVE DIATHERMY DAN TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL PENDERITA OSTEOARTRITIS SENDI LUTUT.

PERBEDAAN PENGARUH INTERVENSI SHORT WAVE
DIATHERMY DAN MOBILISASI SENDI DENGAN INTERVENSI
SHORT WAVE DIATHERMY DAN TRANSCUTANEUS
ELECTRICAL NERVE STIMULATION DALAM
MENINGKATKAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL PENDERITA
OSTEOARTRITIS SENDI LUTUT

SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana
D IV Fisioterapi

DISUSUN OLEH :
UTAMI HANDOYO ADI
J 110060053

JURUSAN DIPLOMA IV FISIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2008

i


1

BAB I
PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG MASALAH
Osteoarthritis, atau masyarakat awam menyebutnya “pengapuran sendi”,

merupakan satu masalah kesehatan yang semakin banyak dijumpai di berbagai
tempat pelayanan kesehatan di Indonesia. Perubahan pola hidup dan peningkatan
usia harapan hidup penduduk Indonesia dianggap sebagai faktor penyebab
meningkatnya jumlah penderita osteoartritis.
Seiring dengan perkembangan jaman, pola hidup masyarakat juga ikut
mengalami perubahan. Masyarakat sekarang maunya semua serba cepat dan
mudah. Orang semakin malas berjalan untuk pergi ke suatu tempat dalam jarak
dekat dan lebih memilih memakai sepeda motor atau mobil lebih karena lebih
cepat dan tidak melelahkan. Gaya hidup serba cepat juga terjadi dalam pola

makan dan minum. Konsumsi makanan cepat saji telah lama dicurigai sebagai
salah satu penyebab kelebihan berat badan.
Aktivitas fisik yang kurang ditambah dengan kelebihan berat badan
berpotensi menimbulkan pembebanan sendi yang semakin besar, khususnya pada
sendi lutut. Kondisi ini akan bertambah parah bila terjadi pada usia lanjut, dimana
telah terjadi perubahan hormonal yang memicu percepatan proses degenerasi
struktur persendian. Degenerasi sendi ini merupakan salah satu manifestasi klinis
dari penyakit osteoartritis.
Osteoartritis adalah penyakit tulang degeneratif yang ditandai dengan
hilangnya tulang rawan sendi (artikular). Tanpa adanya tulang rawan sebagai

2

penyangga, maka tulang di bawahnya akan mengalami iritasi yang akhirnya
menimbulkan degenerasi sendi. Osteoartritis dapat timbul secara idiopatik atau
timbul setelah trauma, pembebanan sendi berulang atau berkaitan dengan
deformitas kongenital. Osteoartritis sangat sering dijumpai pada orang berusia
lanjut, mengenai lebih dari 70% pria dan wanita di atas usia 65 tahun .
Gejala klinis utama osteoartritis sendi lutut adalah nyeri. Keluhan nyeri
akan memburuk saat terjadi peningkatan pembebanan sendi, misalnya saat

berjalan, naik tangga atau jongkok. Gejala lain meliputi morning stiffness yaitu
rasa kaku pada sendi di pagi hari yang semakin membaik bila sendi semakin
sering digerakkan. Beberapa penderita osteoartritis menunjukkan proses inflamasi
sendi dan krepitasi. Pada kondisi lanjut biasanya akan terjadi penurunan kekuatan
otot dan deformitas sendi (Husney, 2007)
Kombinasi gejala-gejala klinis di atas akan menyebabkan penderita
membatasi aktivitasnya. Kemampuan fungsional penderita untuk melakukan
aktivitas sehari-hari jelas akan turun. Penderita menjadi tergantung pada orang
lain untuk memenuhi kebutuhannya. Hal ini tentu sangat tidak diinginkan dalam
suatu proses rehabilitasi penderita osteoartritis. Tindakan terapi diusahakan
semaksimal mungkin agar penderita tetap dapat beraktivitas secara mandiri
meskipun penyakit yang dideritanya sulit disembuhkan.
Pencapaian tujuan tersebut sangat dipengaruhi oleh kerja sama terapis
dengan pasien. Pemilihan modalitas yang tepat tentu akan sangat penting. Salah
satu modalitas tersebut adalah terapi latihan. Berbagai penelitian telah
menyatakan penting latihan bagi penderita. Salah satu penelitian tersebut adalah
yang dilakukan oleh Deyle ((2000). Dalam penelitian ini berhasil disimpulkan

3


bahwa penderita osteoartritis yang mendapatkan intervensi terapi manual dan
terapi latihan telah menunjukkan perbaikan fungsi serta penurunan nyeri dan
kekakuan sendi.
Intervensi terapi latihan masih belum mendapatkan perhatian yang layak
dalam penatalaksanaan fisioterapi pada penderita osteoarthritis, khususnya dari
penderita sendiri. Sering kali peneliti menemukan program terapi latihan yang
seharusnya dilakukan secara rutin oleh penderita di rumah ternyata tidak
dilakukan dengan optimal. Sebagian besar penderita osteoartritis masih
beranggapan bahwa yang dimaksud dengan intervensi fisioterapi bagi penyakitnya
adalah dengan modalitas seperti diatermi, ultrasound atau terapi elektris. hal ini
menimbulkan polemik tersendiri khususnya bagi terapi karena masih ada
perbedaan pendapat tentang efektivitas modalitas tersebut.
Hasil penelitian Adegoke (2004) menunjukkan bahwa aplikasi diatermi
pada penderita osteoartritis menghasilkan perbaikan nyeri dan luas gerak sendi.
Sebaliknya, penelitian Laufer et al (2005) menyimpulkan bahwa intervensi
diatermi tidak efektif untuk terapi osteoartritis lutut. Menurut Jorge et al (2006),
TENS dan Interferential Terapi (IFT) efektif menurunkan nyeri inflamatori dan
seharusnya digunakan dalam mengontrol nyeri inflamatori akut.

B.


IDENTIFIKASI MASALAH
Keluhan nyeri dan keterbatasan gerak sendi pada penderita osteoartritis

sendi

lutut

menimbulkan

keterbatasan

kemampuan

fungsional

dalam

melaksanakan aktivitas keseharian penderita. Proses pemulihan yang memakan
waktu cukup lama menyebabkan dampak fisik dan psikologis tersendiri bagi


4

penderita. Dampak fisik yang paling sering ditemui adalah penurunan kekuatan
otot, spasme otot, keterbatasan gerak dan stabilitas sendi. Sedangkan dampak
psikologisnya adalah cara pandang penderita tentang kualitis hidupnya dimana
penderita akan merasa tidak nyaman dalam beraktivitas karena nyeri selalu
muncul di sebagian besar kegiatan sehari-harinya.
Modalitas fisioterapi yang diberikan bagi penderita osteoartritis sendi lutut
adalah short wave diathermy (SWD) dan transcutaneus electrical nerve
stimulation (TENS). Kedua modalitas ini diberikan dengan tujuan utama untuk
mengurangi nyeri. Apabila melihat problematika yang dialami penderita
osteoartritis, maka pemberian modalitas ini tentu belumlah optimal. Oleh sebab
itu dalam intervensi fisioterapi untuk penderita osteoartritis tidak boleh melupakan
intervensi terapi manual dan terapi latihan yang ditujukan untuk meningkatkan
kekuatan otot dan mobilitas serta stabilitas sendi. Perbaikan mobilitas dan
stabilitas sendi diharapkan dapat meningkatkan kemampuan fungsional penderita
osteoartritis.

C.


PEMBATASAN MASALAH
Penelitian ini hanya meneliti perbedaan pengaruh intervensi SWD dan

mobilisasi sendi dengan intervensi SWD dan TENS dalam meningkatkan
kemampuan fungsional penderita osteoartritis sendi lutut di Bagian Fisioterapi
RSUD Jepara yang dilakukan dari bulan Oktober sampai Nopember 2007.

5

D.

PERUMUSAN MASALAH
Apakah ada perbedaan pengaruh intervensi SWD dan mobilisasi sendi

dengan intervensi SWD dan TENS dalam meningkatkan kemampuan fungsional
penderita osteoartritis sendi lutut?

E.


TUJUAN PENELITIAN
1.

Tujuan Umum.
Untuk mengetahui apakah ada perbedaan pengaruh antara intervensi
SWD dan mobilisasi sendi dengan intervensi SWD dan TENS dalam
meningkatkan kemampuan fungsional penderita osteoartritis sendi
lutut.

2.

Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui apakah SWD dan mobilisasi sendi dapat
meningkatkan kemampuan fungsional penderita osteoartritis
sendi lutut.
b. Untuk mengetahui apakah intervensi SWD dan TENS dapat
meningkatkan kemampuan fungsional penderita osteoartritis
sendi lutut.
c. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan pengaruh intervensi
SWD dan mobilisasi sendi dengan intervensi SWD dan TENS

dalam

meningkatkan

osteoartritis sendi lutut.

kemampuan

fungsional

penderita

6

F.

MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain :
1. Memberikan tambahan pengetahuan ilmiah di bidang fisioterapi
khususnya tentang osteoartritis lutut

2. Sebagai sarana evaluasi pelayanan
3. Dapat digunakan sebagai acuan bagi institusi pendidikan fisioterapi
4. Meningkatkan pemahaman peneliti tentang pengaruh intervensi SWD,
mobilisasi sendi dan TENS dalam meningkatkan kemampuan
fungsional penderita osteoartritis sendi lutut.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Penambahan Iranian Endurance Exercise pada Intervensi Short Wave Diathermy dalam Mengurangi Nyeri Pinggang Kronik

0 2 10

Pengaruh Terapi Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation, Micro Wave Diathermy, dan Terapi Latihan Terhadap Permasalahan Osteoartritis Lutut

0 3 7

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN SHORT WAVE DIATHERMY (SWD), Penatalaksanaan Short Wave Diathermy (SWD), Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) Dan William Flexion Exercise Pada Low Back Pain Miogenik Di RSUD Dr. Moewardi.

0 2 17

PENGARUH PENAMBAHAN CORE STABILITY EXERCISE SETELAH INTERVENSI SHORT WAVE DIATHERMY (SWD) TERHADAP Pengaruh Penambahan Core Stability Exercise Setelah Intervensi Short Wave Diathermy (Swd) Terhadap Penurunan Nyeri Pada Penderita Hernia Nucleus Pulposus (

1 3 12

PENGARUH PENAMBAHAN TERAPI LATIHAN SETELAH DIBERIKAN INTERVENSI SHORT WAVE DIATHERMY DAN TRANSCUTANEOUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION TERHADAP NYERI DALAM AKTIVITAS BERJALAN PADA PENDERITA OSTEOARTHRITIS SENDI LUTUT.

0 2 9

PENGARUH TERAPI TRANSCUTANEOUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION, MICRO WAVE DIATHERMY, DAN TERAPI LATIHAN TERHADAP ERMASALAHAN OSTEOARTRITIS LUTUT.

0 0 4

PERBEDAAN PENGARUH INTERVENSI SHORT WAVE DIATHERMY DAN TERAPI MANIPULASI DENGAN SHORT WAVE DIATHERMY DAN LATIHAN PENDULUM DALAM MENINGKATKAN LINGKUP GERAK SENDI GLENOHUMERAL PENDERITA ADHESIVE CAPSULITIS.

0 0 7

PERBEDAAN PENGARUH PENAMBAHAN WILLIAM’S FLEXION EXERCISES PADA INTERVENSI SHORT WAVE DIATHERMY DAN TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION PADA PENDERITA NYERI PUNGGUNG BAWAH MEKANIK.

0 0 7

PENDAHULUAN Pengaruh Penambahan Mobilisasi Saraf Dan Static Stretching Setelah Intervensi Short Wave Diathermy (Swd) Untuk Mengurangi Nyeri Akibat Ischialgia.

0 6 4

PERBEDAAN PENAMBAHAN MCKENZIE EXERCISE PADA INTERVENSI SHORT WAVE DIATHERMY TERHADAP KEMAMPUAN FUNGSIONAL LOW BACK PAIN MYOGENIC NASKAH PUBLIKASI - PERBEDAAN PENAMBAHAN MCKENZIE EXERCISE PADA INTERVENSI SHORT WAVE DIATHERMY TERHADAP KEMAMPUAN FUNGSIONAL L

0 0 19