Studi Korelasi Antara Tipe Geotekstil Terhadap Kondisi Tanah Dasar Yang Memikul Suatu Timbunan Jalan Dengan Beban Yang Berbeda.
vi Universitas Kristen Maranatha
STUDI KORELASI ANTARA TIPE GEOTEKSTIL
TERHADAP TANAH DASAR YANG MEMIKUL SUATU
TIMBUNAN JALAN DENGAN BEBAN YANG BERBEDA
MELLIANA LAYUK NRP : 0721070
Pembimbing : Ir. Herianto Wibowo, M.Sc. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG
ABSTRAK
Pembangunan konstruksi jalan diatas tanah lunak pada umumnya menghadapi masalah antara lain : Daya dukung tanah yang sangat rendah, dimana tanah dasar tidak dapat mendukung beban timbunan/embankment jalan ditambah beban lalu lintas sesuai rencana. Penurunan tanah dasar relatif sangat besar. Bila tanpa perbaikan tanah, penurunan tanah berlangsung sangat lambat sehingga lambat laun akan terjadi differential settlement yang sangat nyata. Karena beda penurunan ini, maka perkerasan jalan lebih cepat rusak daripada umur rencananya.
Adanya alternatif lain untuk meningkatkan perkuatan tanah dasar yaitu dengan pemakaian geotekstil. Keunikan utama geotekstil adalah menjaga penurunan tanah dasar yang lebih seragam, meningkatkan kekuatan tanah dasar dan memperpanjang umur sistem, mengurangi ketebalan agregat yang dibutuhkan untuk menstabilkan tanah dasar. Oleh karena itu, dibutuhkan tegangan tarik yang besar, korelasi antara nilai tegangan tarik geotekstil yang didapat dari metode limit equilibrium dengan nilai kohesi tanah dasar menyatakan semakin kecil nilai kohesi maka semakin besar kuat tarik geotekstil yang dibutuhkan, seperti pada analisis yang telah dilakukan, bahwa c = 5 kN/m2 pada FK = 3,0 tegangan tarik mengalami kenaikkan sebesar 24,807% sampai 10,851% , pada c = 7 kN/m2 ,tegangan tarik mengalami kenaikkan sebesar 0,0409% sampai 10,507% dan c = 10 kN/m2 tegangan tarik geotekstil mengalami kenaikkan dari 5,678% sampai 8,719%. Sedangkan, Korelasi antara nilai tegangan tarik geotekstil yang didapat dari metode limit equilibrium dengan beban timbunan menyatakan semakin besar beban timbunan semakin dibutuhkan tegangan tarik yang besar, seperti pada analisis yang telah dilakukan, bahwa q = 2 kN/m2 pada FK = 1,5 tegangan tarik mengalami kenaikkan sebesar 45,564% sampai 152,058%, pada q = 5 kN/m2 ,tegangan tarik mengalami kenaikkan sebesar 28,808% sampai 108,732% dan q = 7 kN/m2 tegangan tarik geotekstil mengalami kenaikkan dari 61,746% sampai 99,245%.
(2)
ix Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Surat Keterangan Tugas Akhir ii
Surat Keterangan Selesai Tugas Akhir iii
Lembar Pengesahan iv
Pernyataan Orisinalitas Laporan Tugas Akhir v
Abstrak vi
Kata Pengantar vii
Daftar Isi ix
Daftar Gambar xiii
Daftar Tabel xvi
Daftar Notasi xix
Daftar Lampiran xxi
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Penulisan 2
1.3 Ruang Lingkup Penulisan 3
1.4 Sistematika Penulisan 3
BAB II TINJAUAN LITERATUR 5
2.1 Geotekstil 5
2.1.1 Perilaku Geotekstil 6
2.1.2 Jenis – jenis geotekstil 7
2.2 Fungsi-fungsi geotekstil 8
2.2.1 Separasi 8
2.2.2 Filtrasi 10
2.2.3 Drainase 11
2.2.4 Perkuatan 12
2.2.5 Lapisan Pelindung 14
(3)
x Universitas Kristen Maranatha
2.4 Mekanisme Pemasangan Geotekstil 18
2.4.1 Konsep Pemasangan Geotekstil 18
2.4.2 Detail Konstruksi 19
2.5 Metode Limit Equilibrium Design 22
2.6 Stabilitas Internal, Eksternal dan Keseluruhan Konstruksi 24
2.6.1 Kuat Dukung 25
2.6.2 Deformasi Elastis 25
2.6.3 Pullout or Anchorage 26
2.6.4 Penyebaran Lateral 27
2.6.5 Stabilitas Global 28
BAB III STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN 30
3.1 Data Tanah dan analisis desain 30
3.1.1 Studi Kasus 1 31
3.1.1.1 Nilai FS tanpa Geotekstil 40
3.1.1.2 Cek Stabilitas Keseluruhan Konstruksi 40
3.1.1.3 Cek Stabilitas Eksternal 42
3.1.1.4 Cek Stabilitas Internal 45
3.1.2 Studi Kasus 2 46
3.1.2.1 Nilai FS tanpa Geotekstil 54
3.1.2.2 Cek Stabilitas Keseluruhan Konstruksi 54
3.1.2.3 Cek Stabilitas Eksternal 56
3.1.3 Studi Kasus 3 57
3.1.3.1 Nilai FS tanpa Geotekstil 65
3.1.3.2 Cek Stabilitas Keseluruhan Konstruksi 65
3.1.3.3 Cek Stabilitas Eksternal 67
3.1.4 Studi Kasus 4 68
3.1.4.1 Nilai FS tanpa Geotekstil 77
3.1.4.2 Cek Stabilitas Keseluruhan Konstruksi 77
3.1.4.3 Cek Stabilitas Eksternal 79
(4)
xi Universitas Kristen Maranatha
3.1.5 Studi Kasus 5 83
3.1.5.1 Nilai FS tanpa Geotekstil 91
3.1.5.2 Cek Stabilitas Keseluruhan Konstruksi 91
3.1.5.3 Cek Stabilitas Eksternal 93
3.1.6 Studi Kasus 6 94
3.1.6.1 Nilai FS tanpa Geotekstil 102 3.1.6.2 Cek Stabilitas Keseluruhan Konstruksi 102
3.1.6.3 Cek Stabilitas Eksternal 104
3.1.7 Studi Kasus 7 105
3.1.7.1 Nilai FS tanpa Geotekstil 114 3.1.7.2 Cek Stabilitas Keseluruhan Konstruksi 114
3.1.7.3 Cek Stabilitas Eksternal 116
3.1.7.4 Cek Stabilitas Internal 119
3.1.8 Studi Kasus 8 120
3.1.8.1 Nilai FS tanpa Geotekstil 128 3.1.8.2 Cek Stabilitas Keseluruhan Konstruksi 128
3.1.8.3 Cek Stabilitas Eksternal 130
3.1.9 Studi Kasus 9 131
3.1.9.1 Nilai FS tanpa Geotekstil 139 3.1.9.2 Cek Stabilitas Keseluruhan Konstruksi 139
3.1.9.3 Cek Stabilitas Eksternal 141
3.2 Hasil Studi Kasus 142
3.2.1 Hubungan T & c, pada FS = 1,5 143 3.2.1 Hubungan T & c, pada FS = 2,0 144 3.2.1 Hubungan T & c, pada FS = 3,0 145 3.2.1 Hubungan T & q, pada FS = 1,5 146 3.2.1 Hubungan T & q, pada FS = 2,0 147 3.2.1 Hubungan T & q, pada FS = 3,0 148
(5)
xii Universitas Kristen Maranatha
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 152
4.1 Kesimpulan 152
4.2 Saran 153
Daftar Pustaka 154
(6)
xiii Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Geotekstil ... 7
Gambar 2.2 Geotekstil Woven ... 8
Gambar 2.3 Geotekstil Non Woven ... 8
Gambar 2.4 Lapisan Pemisah Tanpa Geotekstil ... 9
Gambar 2.5 Lapisan Pemisah dengan Geotekstil ... 9
Gambar 2.6 Geotekstil pada jalan tanpa perkerasan ... 9
Gambar 2.7 Geotekstil pada jalan dengan perkerasan ... 9
Gambar 2.8 Filtrasi tanpa geotekstil ... 10
Gambar 2.9 Filtrasi dengan geotekstil ... 10
Gambar 2.10 Drainase tanpa geotekstil ... 11
Gambar 2.11 Drainase dengan geotekstil... 11
Gambar 2.12 Pasir padat, σ3 = 21kPa & Pasir padat, σ3 = 210 kPa ... 13
Gambar 2.13 Perkuatan tanpa geotekstil ... 14
Gambar 2.14 Perkuatan dengan geotekstil ... 14
Gambar 2.15 Lapisan pelindung ... 14
Gambar 2.16 Detail Konstruksi... 19
Gambar 2.17 Detail dari konsep “limit equilibrium” ... 23
Gambar 2.18 Model desain geotekstil yang digunakan pada tanah lunak ... 24
Gambar 2.19 Contoh grafik hub.kekuatan geotekstil dgn sudut geser dalam ... 29
Gambar 3.1 Timbunan diatas tanah lunak (kasus ke-1) ... 31
Gambar 3.2 Tegangan Lateral (kasus ke-1) ... 32
(7)
xiv Universitas Kristen Maranatha
Gambar 3.4 Lokasi titik pusat untuk tanah nonkohesif(kasus ke-1) ... 35
Gambar 3.5 Desain menggunakan metode limit equilibrium (kasus ke-1) ... 39
Gambar 3.6 Timbunan di atas tanah lunak (kasus ke-2) ... 46
Gambar 3.7 Faktor Reduksi untuk Beban Luar (kasus ke-2) ... 47
Gambar 3.8 Lokasi titik pusat untuk tanah nonkohesif(kasus ke-2) ... 48
Gambar 3.9 Desain menggunakan metode limit equilibrium (kasus ke-2) ... 53
Gambar 3.10 Timbunan di atas tanah lunak (kasus ke-3) ... 57
Gambar 3.11 Faktor Reduksi untuk Beban Luar (kasus ke-3) ... 58
Gambar 3.12 Lokasi titik pusat untuk tanah nonkohesif(kasus ke-3) ... 59
Gambar 3.13 Desain menggunakan metode limit equilibrium (kasus ke-3) ... 64
Gambar 3.14 Timbunan di atas tanah lunak (kasus ke-4) ... 68
Gambar 3.15 Tegangan Lateral (kasus ke-4) ... 69
Gambar 3.16 Faktor Reduksi untuk Beban Luar (kasus ke-4) ... 70
Gambar 3.17 Lokasi titik pusat untuk tanah nonkohesif(kasus ke-4) ... 72
Gambar 3.18 Desain menggunakan metode limit equilibrium (kasus ke-4) ... 76
Gambar 3.19 Timbunan di atas tanah lunak (kasus ke-5) ... 83
Gambar 3.20 Faktor Reduksi untuk Beban Luar (kasus ke-5) ... 84
Gambar 3.21 Lokasi titik pusat untuk tanah nonkohesif(kasus ke-5) ... 85
Gambar 3.22 Desain menggunakan metode limit equilibrium (kasus ke-5) ... 90
Gambar 3.23 Timbunan di atas tanah lunak (kasus ke-6) ... 94
Gambar 3.24 Faktor Reduksi untuk Beban Luar (kasus ke-6) ... 95
Gambar 3.25 Lokasi titik pusat untuk tanah nonkohesif(kasus ke-6) ... 96
Gambar 3.26 Desain menggunakan metode limit equilibrium (kasus ke-6) ... 101
(8)
xv Universitas Kristen Maranatha
Gambar 3.28 Tegangan Lateral (kasus ke-7) ... 106
Gambar 3.29 Faktor Reduksi untuk Beban Luar (kasus ke-7) ... 107
Gambar 3.30 Lokasi titik pusat untuk tanah nonkohesif(kasus ke-7) ... 109
Gambar 3.31 Desain menggunakan metode limit equilibrium (kasus ke-7) ... 113
Gambar 3.32 Timbunan di atas tanah lunak (kasus ke-8) ... 120
Gambar 3.33 Faktor Reduksi untuk Beban Luar (kasus ke-8) ... 121
Gambar 3.34 Lokasi titik pusat untuk tanah nonkohesif(kasus ke-8) ... 122
Gambar 3.35 Desain menggunakan metode limit equilibrium (kasus ke-8) ... 127
Gambar 3.36 Timbunan di atas tanah lunak (kasus ke-9) ... 131
Gambar 3.37 Faktor Reduksi untuk Beban Luar (kasus ke-9) ... 132
Gambar 3.38 Lokasi titik pusat untuk tanah nonkohesif(kasus ke-9) ... 133
Gambar 3.39 Desain menggunakan metode limit equilibrium (kasus ke-9) ... 138
Gambar 3.40 Hubungan T & c, dengan FS = 1,5 ... 143
Gambar 3.41 Hubungan T & c, dengan FS = 2,0 ... 144
Gambar 3.42 Hubungan T & c, dengan FS = 3,0 ... 145
Gambar 3.43 Hubungan T & q, dengan FS = 1,5 ... 146
Gambar 3.44 Hubungan T & q, dengan FS = 2,0 ... 147
(9)
xvi Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Grafik Korelasi dari Perkiraan nilai kekuatan tanah ... 17
Tabel 3.1 Hasil perhitungan menggunakan metode limit equilibrium ... 38
Tabel 3.2 Nilai Kuat Tarik geotekstil (dengan 1 lapisan) ... 41
Tabel 3.3 Nilai Kuat Tarik geotekstil (dengan 4 lapisan) ... 41
Tabel 3.4 Nilai Elastic Deformation ... 42
Tabel 3.5 Nilai Lreq ... 42
Tabel 3.6 Faktor-faktor yang dipengaruhi sudut geser dalam... 44
Tabel 3.7 Hasil perhitungan menggunakan metode limit equilibrium ... 52
Tabel 3.8 Nilai Kuat Tarik geotekstil (dengan 1 lapisan) ... 55
Tabel 3.9 Nilai Kuat Tarik geotekstil (dengan 4 lapisan) ... 55
Tabel 3.10 Nilai Elastic Deformation ... 56
Tabel 3.11 Nilai Lreq ... 56
Tabel 3.12 Hasil perhitungan menggunakan metode limit equilibrium ... 63
Tabel 3.13 Nilai Kuat Tarik geotekstil (dengan 1 lapisan) ... 66
Tabel 3.14 Nilai Kuat Tarik geotekstil (dengan 4 lapisan) ... 66
Tabel 3.15 Nilai Elastic Deformation ... 67
Tabel 3.16 Nilai Lreq ... 67
Tabel 3.17 Hasil perhitungan menggunakan metode limit equilibrium ... 75
Tabel 3.18 Nilai Kuat Tarik geotekstil (dengan 1 lapisan) ... 78
Tabel 3.19 Nilai Kuat Tarik geotekstil (dengan 4 lapisan) ... 78
Tabel 3.20 Nilai Elastic Deformation ... 79
(10)
xvii Universitas Kristen Maranatha
Tabel 3.22 Faktor-faktor yang dipengaruhi sudut geser dalam... 81
Tabel 3.23 Hasil perhitungan menggunakan metode limit equilibrium ... 89
Tabel 3.24 Nilai Kuat Tarik geotekstil (dengan 1 lapisan) ... 92
Tabel 3.25 Nilai Kuat Tarik geotekstil (dengan 4 lapisan) ... 92
Tabel 3.26 Nilai Elastic Deformation ... 93
Tabel 3.27 Nilai Lreq ... 93
Tabel 3.28 Hasil perhitungan menggunakan metode limit equilibrium ... 100
Tabel 3.29 Nilai Kuat Tarik geotekstil (dengan 1 lapisan) ... 103
Tabel 3.30 Nilai Kuat Tarik geotekstil (dengan 4 lapisan) ... 103
Tabel 3.31 Nilai Elastic Deformation ... 104
Tabel 3.32 Nilai Lreq ... 104
Tabel 3.33 Hasil perhitungan menggunakan metode limit equilibrium ... 112
Tabel 3.34 Nilai Kuat Tarik geotekstil (dengan 1 lapisan) ... 115
Tabel 3.35 Nilai Kuat Tarik geotekstil (dengan 4 lapisan) ... 115
Tabel 3.36 Nilai Elastic Deformation ... 116
Tabel 3.37 Nilai Lreq ... 116
Tabel 3.38 Faktor-faktor yang dipengaruhi sudut geser dalam... 118
Tabel 3.39 Hasil perhitungan menggunakan metode limit equilibrium ... 126
Tabel 3.40 Nilai Kuat Tarik geotekstil (dengan 1 lapisan) ... 129
Tabel 3.41 Nilai Kuat Tarik geotekstil (dengan 4 lapisan) ... 129
Tabel 3.42 Nilai Elastic Deformation ... 130
Tabel 3.43 Nilai Lreq ... 130
Tabel 3.44 Hasil perhitungan menggunakan metode limit equilibrium ... 137
(11)
xviii Universitas Kristen Maranatha
Tabel 3.46 Nilai Kuat Tarik geotekstil (dengan 4 lapisan) ... 140
Tabel 3.47 Nilai Elastic Deformation ... 141
Tabel 3.48 Nilai Lreq ... 141
Tabel 3.49 Nilai Kuat Tarik geotekstil ... 142
Tabel 3.50 Hubungan antara T & c, pada FS = 1,5 ... 143
Tabel 3.51 Hubungan antara T & c, pada FS = 2,0 ... 144
Tabel 3.52 Hubungan antara T & c, pada FS = 3,0 ... 145
Tabel 3.53 Hubungan antara T & q, pada FS = 1,5 ... 146
Tabel 3.54 Hubungan antara T & q, pada FS = 2,0 ... 147
(12)
xix Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR NOTASI
C Kohesi tanah pada bidang gelincir (kN/m2) Ca Adhesi antara geotekstil dan tanah timbunan
E Efficiency geotekstil-tanah pada bidang geser,untuk gotekstil, E = 0,6-0,8; geogrids, E = 1,0-1,5
Fs Faktor keamanan ( ≥ 1.5 ) H Tinggi timbunan
Ka tan2(45-Ф/2) = koefisien tekanan tanah aktif
L Panjang yang terbentang pada zona yang diperlukan Nc Faktor bearing capacity
q Beban timbunan
R Radius dari busur yang diasumsikan pada bidang runtuh (m) Tallow Tensile strength geotekstil yang diijinkan
Treqd Tensile strength geotekstile yang digunakan
W Berat segmen Tanah (kN)
y Ketinggian yang dibentuk antara titik O dan T ( „T‟ disini menandakan posisi geotekstile berada) (m)
∆L Panjang busur pada bidang gelincir (m)
α Sudut yang dibentuk antara W dan titik pusat O pada bidang gelincir (derajat)
γ Berat isi tanah timbunan
εf regangan saat failure sebesar 10%
(13)
xx Universitas Kristen Maranatha
δ Sudut geser dalam antara geotekstil dan tanah timbunan
σv Rata-rata dari tegangan vertikal
tanδ E (tan Ф)
(14)
xxi Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Spesifikasi Woven Geotekstil ... 156 Lampiran 2 Spesifikasi Non Woven Geotekstil ... 158
(15)
Universitas Kristen Maranatha 156
LAMPIRAN I
(16)
(17)
Universitas Kristen Maranatha 158
LAMPIRAN II
(18)
(19)
1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan mulai berkembangnya perekonomian Indonesia, pembangunan mulai giat dilaksanakan lagi. Pembangunan tidak lagi hanya dalam bentuk bangunan rumah tinggal saja ataupun bangunan tingkat tinggi tetapi sudah merambah kepada pembangunan konstruksi jalan.
Dan pembangunan konstruksi jalan tidak hanya terdapat di kota-kota besar tetapi sudah merambah ke daerah-daerah. Meskipun daerah-daerah tersebut memiliki jenis-jenis dan parameter tanah yang berbeda-beda. Tetapi kebanyakan di daerah-daerah memiliki tanah yang bersifat lunak.
Pembangunan konstruksi jalan diatas tanah lunak pada umumnya menghadapi masalah antara lain, daya dukung tanah yang sangat rendah, dimana tanah dasar tidak dapat mendukung beban timbunan/embankment jalan ditambah beban lalu lintas sesuai rencana, penurunan tanah dasar relatif sangat besar. Bila tanpa perbaikan tanah, penurunan tanah berlangsung sangat lambat sehingga lambat laun akan terjadi penurunan diferensial (differential settlement) yang sangat nyata. Karena beda penurunan ini, maka perkerasan jalan lebih cepat rusak daripada umur rencananya. Untuk mengatasi akan rendahnya daya dukung tanah dasar dapat digunakan cara mengganti tanah dasar dengan tanah yang memiliki daya dukung yang tinggi, tetapi hal ini dari segi ekonomis tidak menguntungkan karena tebal tanah lunak rata-rata 3-5 meter dan selain itu di daerah-daerah biasanya material timbunan pengganti tanah dasar yang baik tidak ada dan harus mencari di luar propinsi.
Cara lain yang selama ini dipakai di daerah-daerah pada pembuatan jalan adalah pemakaian kanoppel atau gelar kayu sebagai perkuatan tanah dasar pada pembuatan jalan diatas tanah lunak. Banyaknya pembangunan jalan yang selama ini dikerjakan dengan memakai kannopel tidak lepas dari pertimbangan ekonomis
(20)
2 Universitas Kristen Maranatha mengingat fungsi jalan raya selalu berkaitan dengan dimensi panjang yang melibatkan bahan perkerasan dengan jumlah yang cukup banyak.
Adanya alternatif lain untuk meningkatkan perkuatan tanah dasar yaitu dengan pemakaian geotekstil dapat memberikan pertimbangan lain secara ekonomis dan struktur. Geotekstil merupakan suatu bahan geosintetik yang berupa lembaran serat sintetis tenunan dan tambahan bahan anti ultraviolet. Geotekstil ini mempunyai berat sendiri yang relatif ringan dan dapat diabaikan, akan tetapi mempunyai kekuatan tarik yang cukup besar untuk menerima beban diatasnya. Keunikan utama geotekstil adalah konsistensi kualitas sebagai produk industri permanen dan sangat kompetitif dalam harganya, namun relatif mudah dan murah penerapannya untuk perkuatan tanah dasar, serta hasil akhir yang memiliki kelebihan antara lain : Menjaga penurunan tanah dasar yang lebih seragam, meningkatkan kekuatan tanah dasar dan memperpanjang umur sistem, mengurangi ketebalan agregat yang dibutuhkan untuk menstabilkan tanah dasar.
Pemakaian geotekstil ini diharapkan akan memberikan keuntungan antara lain : memberikan lantai kerja bagi kendaraan kontruksi untuk pelaksanaan penimbunan selanjutnya, mencegah kontaminasi dan kehilangan material timbunan, mengurangi volume material timbunan dan biaya.
.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Korelasi antara nilai tegangan tarik geotekstil yang didapat dari metode limit equilibrium dengan nilai kohesi tanah dasar.
2. Korelasi antara nilai tegangan tarik geotekstil yang didapat dari metode limit equilibrium dengan beban timbunan.
(21)
3 Universitas Kristen Maranatha 1.3 Ruang Lingkup Penulisan
Ruang lingkup Tugas Akhir adalah sebagai berikut:
1. Konstruksi jalan dibangun diatas tanah lunak dengan tinggi lapisan 4,5 m, γ = 14,5 kN/m3
, ϕ = 0o dan dengan nilai c yang berbeda-beda pada setiap kasusnya yaitu, c = 5 kN/m2 ; c = 7 kN/m2 ; c = 10 kN/m2
2. Menggunakan geotekstil sebagai perkuatan dan separator 3. Menggunakan geotekstil woven dan geotekstil nonwoven 4. Metoda yang digunakan adalah limit equlibrium desain
5. Meninjau tiga modus stabilitas yaitu stabilitas internal, stabilitas eksternal, stabilitas keseluruhan( overall ).
6. Tinggi Timbunan 3,5 m dengan γ = 18,5 kN/m3, c = 18 kN/m2, ϕ = 19o, dengan kemiringan 1 : 2
7. Beban timbunan yang digunakan 2 kN/m2, 5 kN/m2, 7 kN/m2
8. Pada timbunan digunakan 4 lapis geotekstil dimana tiap lapisnya timbunan dibuat setiap 0,5 m.
9. Faktor Keamanan yang digunakan yaitu FS = 1,5 , FS= 2,0 dan FS = 3,0.
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan terdiri dari empat bab, yaitu Pendahuluan, Tinjauan Literatur, Studi kasus dan Pembahasan, dan Kesimpulan dan Saran.
BAB 1 PENDAHULUAN, terdiri dari Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Ruang Lingkup Penulisan, dan Sistematika Penulisan.
BAB 2 TINJAUAN LITERATUR, terdiri dari Perilaku geotekstil, Jenis-jenis geotekstil, Fungsi-fungsi geotekstil, Mekanisme pemasangan geotekstil, Penjelasan jalan tanpa perkerasan (unpaved roads), Metoda limit equilibrium design, dan Stabilitas Internal, eksternal dan keseluruhan konstruksi (Overall).
(22)
4 Universitas Kristen Maranatha BAB 3 STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN, terdiri dari Data tanah dasar, Data tanah timbunan, Studi kasus dengan perkuatan geotekstil dan Hasil dari studi kasus .
(23)
152 Universitas Kristen Maranatha
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Pada grafik hubungan T dengan c, dengan q = 2 kN/m2 menyatakan semakin kecil nilai kohesi maka kuat tarik geotekstil yang dibutuhkan semakin besar, pada FS = 1,5 kuat tarik mengalami kenaikkan sebesar 45,564% sampai 152,058%, pada FS = 2, kenaikkan terjadi sebesar 10,693% sampai 17,647%, dan FS= 3 kenaikkan terjadi sebesar 0,471 % sampai 1,743%
Pada grafik hubungann T dengan c, dengan q = 5 kN/m2 menyatakan semakin kecil nilai kohesi maka kuat tarik geotekstil yang dibutuhkan semakin besar, pada FS = 1,5 tegangan tarik mengalami kenaikkan sebesar 28,808% sampai 108,732%, sedangkan FS =2 kenaikan tegangan tarik terjadi sebesar 8,297% sampai dengan 21,548%, dan pada FS = 3 kenaikkan terjadi sebesar 0,748% sampai 3,416%
Pada grafik hubungan T dengan c, dengan q = 7 kN/m2 menyatakan semakin kecil nilai kohesi maka kuat tarik geotekstil yang dibutuhkan semakin besar, pada FS = 1,5 dapat dinyatakan bahwa tegangan tarik geotekstil mengalami kenaikkan dari 61,746% sampai 99,245%, sedangkan pada FS =2 terjadi kenaikkan dari 19,138% sampai dengan 32,969% dan pada FS =3,0 terjadi kenaikkan dari 1,869% sampai 20,869%.
Pada grafik hubungan T dengan q, dengan c = 5 kN/m2 menyatakan semakin besar beban timbunan maka kuat tarik geotekstil yang dibutuhkan semakin besar, FS = 1,5 tegangan tarik mengalami kenaikkan sebesar 23,666% sampai dengan 48,679%, pada FS=2, kenaikkan terjadi sebesar 14,671% sampai 32,481%, dan FS= 3 kenaikkan terjadi sebesar 10,851% sampai 24,807%
(24)
153 Universitas Kristen Maranatha Pada grafik hubungann T dengan q, dengan c = 7 kN/m2 menyatakan
semakin besar beban timbunan maka kuat tarik geotekstil yang dibutuhkan semakin besar, FS = 1,5 tegangan tarik mengalami kenaikkan sebesar 18,132% sampai dengan 40,07%, sedangkan FS =2 kenaikkan tegangan tarik 7,899% sampai dengan 17,209%, dan pada FS = 3 kenaikkan terjadi sebesar 0,0409% sampai dengan 10,507%.
Pada grafik hubungan T dengan q, dengan c = 10 kN/m2 menyatakan semakin besar beban timbunan maka kuat tarik geotekstil yang dibutuhkan semakin besar, FS = 1,5 dapat dinyatakan bahwa tegangan tarik geotekstil mengalami kenaikkan dari 23,757% sampai dengan 69,147% sedangkan pada FS =2 terjadi kenaikkan dari 10,082% sampai dengan 13,447% dan pada FS =3,0 terjadi kenaikkan dari 5,678% sampai dengan 8,719%.
4.2 Saran
Perlu dilakukannya studi lebih lanjut mengenai analisis hubungan antara tegangan tarik geotekstil dengan kuat geser tanah.
Perlu adanya kebijakkan yang tepat dalam menentukan parameter faktor keamanan sehingga dapat memperoleh nilai tegangan tarik geotekstil yang memuaskan.
(25)
154 Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
1. Affandi,F., 1997, Pengembangan Geotextile Perkerasan Jalan,
Departemen Pekerjaan Umum,Badan Penelitian dan Pengembangan PU, Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan, Bandung.
2. Al Meccai,K., Al Hasan,E., 2004, Geotextiles in Transportation
Application, Paper Presented at the Second Gulf Conference on Roads, Abu
Dhabi.
3. Bergado,D.T., Anderson,L.R., Miura,N., Balasubramaniam,A.S., 1996, Soft
Ground Improvement in lowland and other environments, American
Society of Civil Engineers,New York.
4. Conference Proceedings, 1987, The post vienna conference on Geotextiles, International Geotextile Society, Singapura.
5. Djarwadi, D., 2006, Konstruksi Jalan Di Atas Tanah Lunak Dengan
Perkuatan Geotextile, International Civil engineering Conference “Towards
Sustainable Civil Engineering Practise”, Surabaya.
6. Geotextile filter Design,application, and product selection guide,
url:http://www.google.com/geotekstil.
7. Geotextiles in road construction, maintenance and erosion control,
url:http://www.google.com/geotekstil..
8. Ingold,T.S., Miller,K.S., 1988, Geotextiles Handbook, Thomas Telford, London.
9. Koerner,R.M., 1989, Designing with geosynthetics, Philadelphia.
10. Layuk, M. (2005), Laporan Praktikum Mekanika Tanah, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung.
11. Pedoman Kimpraswil No : Pt T-8-2002-B, 2002, Panduan Geoteknik 1
Proses Pembentukkan dan sifat-sifat Dasar Tanah Lunak, Departemen
(26)
155 Universitas Kristen Maranatha 12. Pedoman Kimpraswil No : Pt T-09-2002-B, 2002, Panduan Geoteknik 2
Penyelidikkan Tanah Lunak Desain & Pekerjaan Lapangan , Departemen
Permukiman dan Prasarana Wilayah.
13. Pedoman Kimpraswil No : Pt M-01-2002-B, 2002, Panduan Geoteknik 3
Penyelidikkan Tanah Lunak Pengujian Laboratorium, Departemen
Permukiman dan Prasarana Wilayah.
14. Pedoman Kimpraswil No : Pt T-10-2002-B, 2002, Panduan Geoteknik 4
Desain & Konstruksi, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah.
15. P.T.Panca Tetrasa, Calculating with synthetic reinforcing fabrics in and
under earthdams, Enka BV,Holland.
16. RSNI M-02-2005, 2005, Cara Uji indeks tahanan tusuk geotekstil,
geomembran dan produk sejenis lainnya, Badan Standardisasi Nasional.
17. RSNI M-03-2005, 2005, Cara Uji kuat keliman jahit atau ikat panas
geotekstil, Badan Standardisasi Nasional.
18. RSNI M-05-2005, 2005, Cara Uji sifat tarik geotekstil dengan metode pita
lebar, Badan Standardisasi Nasional.
19. RILEM, 1986, Durability of Geotextiles, Chapman & Hall, French.
20. Schaefer,V.R., 1997, Ground Improvement Ground Reinforcement
Ground Treatment, American Society of Civil Engineers,Virginia.
21. Voskamp, W., Reinforcing fabrics under road embankment on low
bearing capacity soil, Enka Bv, Holland.
22. Widjaja, B., 2002, Desain Perkuatan Tanah dengan Geotekstile dengan
Pendekatan Limit Equilibrium, Jurnal Teknik Sipil Vol.3 No.1 Juni 2002,
(1)
3 Universitas Kristen Maranatha
1.3 Ruang Lingkup Penulisan
Ruang lingkup Tugas Akhir adalah sebagai berikut:
1. Konstruksi jalan dibangun diatas tanah lunak dengan tinggi lapisan 4,5 m, γ = 14,5 kN/m3
, ϕ = 0o dan dengan nilai c yang berbeda-beda pada setiap kasusnya yaitu, c = 5 kN/m2 ; c = 7 kN/m2 ; c = 10 kN/m2
2. Menggunakan geotekstil sebagai perkuatan dan separator 3. Menggunakan geotekstil woven dan geotekstil nonwoven 4. Metoda yang digunakan adalah limit equlibrium desain
5. Meninjau tiga modus stabilitas yaitu stabilitas internal, stabilitas eksternal, stabilitas keseluruhan( overall ).
6. Tinggi Timbunan 3,5 m dengan γ = 18,5 kN/m3, c = 18 kN/m2, ϕ = 19o, dengan kemiringan 1 : 2
7. Beban timbunan yang digunakan 2 kN/m2, 5 kN/m2, 7 kN/m2
8. Pada timbunan digunakan 4 lapis geotekstil dimana tiap lapisnya timbunan dibuat setiap 0,5 m.
9. Faktor Keamanan yang digunakan yaitu FS = 1,5 , FS= 2,0 dan FS = 3,0.
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan terdiri dari empat bab, yaitu Pendahuluan, Tinjauan Literatur, Studi kasus dan Pembahasan, dan Kesimpulan dan Saran.
BAB 1 PENDAHULUAN, terdiri dari Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Ruang Lingkup Penulisan, dan Sistematika Penulisan.
BAB 2 TINJAUAN LITERATUR, terdiri dari Perilaku geotekstil, Jenis-jenis geotekstil, Fungsi-fungsi geotekstil, Mekanisme pemasangan geotekstil, Penjelasan jalan tanpa perkerasan (unpaved roads), Metoda limit equilibrium
(2)
4 Universitas Kristen Maranatha
BAB 3 STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN, terdiri dari Data tanah dasar, Data tanah timbunan, Studi kasus dengan perkuatan geotekstil dan Hasil dari studi kasus .
(3)
152 Universitas Kristen Maranatha
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Pada grafik hubungan T dengan c, dengan q = 2 kN/m2 menyatakan semakin kecil nilai kohesi maka kuat tarik geotekstil yang dibutuhkan semakin besar, pada FS = 1,5 kuat tarik mengalami kenaikkan sebesar 45,564% sampai 152,058%, pada FS = 2, kenaikkan terjadi sebesar 10,693% sampai 17,647%, dan FS= 3 kenaikkan terjadi sebesar 0,471 % sampai 1,743%
Pada grafik hubungann T dengan c, dengan q = 5 kN/m2 menyatakan semakin kecil nilai kohesi maka kuat tarik geotekstil yang dibutuhkan semakin besar, pada FS = 1,5 tegangan tarik mengalami kenaikkan sebesar 28,808% sampai 108,732%, sedangkan FS =2 kenaikan tegangan tarik terjadi sebesar 8,297% sampai dengan 21,548%, dan pada FS = 3 kenaikkan terjadi sebesar 0,748% sampai 3,416%
Pada grafik hubungan T dengan c, dengan q = 7 kN/m2 menyatakan semakin kecil nilai kohesi maka kuat tarik geotekstil yang dibutuhkan semakin besar, pada FS = 1,5 dapat dinyatakan bahwa tegangan tarik geotekstil mengalami kenaikkan dari 61,746% sampai 99,245%, sedangkan pada FS =2 terjadi kenaikkan dari 19,138% sampai dengan 32,969% dan pada FS =3,0 terjadi kenaikkan dari 1,869% sampai 20,869%.
Pada grafik hubungan T dengan q, dengan c = 5 kN/m2 menyatakan semakin besar beban timbunan maka kuat tarik geotekstil yang dibutuhkan semakin besar, FS = 1,5 tegangan tarik mengalami kenaikkan sebesar 23,666% sampai dengan 48,679%, pada FS=2, kenaikkan terjadi sebesar 14,671% sampai 32,481%, dan FS= 3 kenaikkan terjadi sebesar 10,851% sampai 24,807%
(4)
153 Universitas Kristen Maranatha
Pada grafik hubungann T dengan q, dengan c = 7 kN/m2 menyatakan semakin besar beban timbunan maka kuat tarik geotekstil yang dibutuhkan semakin besar, FS = 1,5 tegangan tarik mengalami kenaikkan sebesar 18,132% sampai dengan 40,07%, sedangkan FS =2 kenaikkan tegangan tarik 7,899% sampai dengan 17,209%, dan pada FS = 3 kenaikkan terjadi sebesar 0,0409% sampai dengan 10,507%.
Pada grafik hubungan T dengan q, dengan c = 10 kN/m2 menyatakan semakin besar beban timbunan maka kuat tarik geotekstil yang dibutuhkan semakin besar, FS = 1,5 dapat dinyatakan bahwa tegangan tarik geotekstil mengalami kenaikkan dari 23,757% sampai dengan 69,147% sedangkan pada FS =2 terjadi kenaikkan dari 10,082% sampai dengan 13,447% dan pada FS =3,0 terjadi kenaikkan dari 5,678% sampai dengan 8,719%.
4.2 Saran
Perlu dilakukannya studi lebih lanjut mengenai analisis hubungan antara tegangan tarik geotekstil dengan kuat geser tanah.
Perlu adanya kebijakkan yang tepat dalam menentukan parameter faktor keamanan sehingga dapat memperoleh nilai tegangan tarik geotekstil yang memuaskan.
(5)
154 Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
1. Affandi,F., 1997, Pengembangan Geotextile Perkerasan Jalan, Departemen Pekerjaan Umum,Badan Penelitian dan Pengembangan PU, Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan, Bandung.
2. Al Meccai,K., Al Hasan,E., 2004, Geotextiles in Transportation Application, Paper Presented at the Second Gulf Conference on Roads, Abu Dhabi.
3. Bergado,D.T., Anderson,L.R., Miura,N., Balasubramaniam,A.S., 1996, Soft Ground Improvement in lowland and other environments, American Society of Civil Engineers,New York.
4. Conference Proceedings, 1987, The post vienna conference on Geotextiles, International Geotextile Society, Singapura.
5. Djarwadi, D., 2006, Konstruksi Jalan Di Atas Tanah Lunak Dengan Perkuatan Geotextile, International Civil engineering Conference “Towards
Sustainable Civil Engineering Practise”, Surabaya.
6. Geotextile filter Design,application, and product selection guide, url:http://www.google.com/geotekstil.
7. Geotextiles in road construction, maintenance and erosion control, url:http://www.google.com/geotekstil..
8. Ingold,T.S., Miller,K.S., 1988, Geotextiles Handbook, Thomas Telford, London.
9. Koerner,R.M., 1989, Designing with geosynthetics, Philadelphia.
10. Layuk, M. (2005), Laporan Praktikum Mekanika Tanah, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung.
11. Pedoman Kimpraswil No : Pt T-8-2002-B, 2002, Panduan Geoteknik 1 Proses Pembentukkan dan sifat-sifat Dasar Tanah Lunak, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah.
(6)
155 Universitas Kristen Maranatha
12. Pedoman Kimpraswil No : Pt T-09-2002-B, 2002, Panduan Geoteknik 2 Penyelidikkan Tanah Lunak Desain & Pekerjaan Lapangan , Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah.
13. Pedoman Kimpraswil No : Pt M-01-2002-B, 2002, Panduan Geoteknik 3 Penyelidikkan Tanah Lunak Pengujian Laboratorium, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah.
14. Pedoman Kimpraswil No : Pt T-10-2002-B, 2002, Panduan Geoteknik 4 Desain & Konstruksi, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah. 15. P.T.Panca Tetrasa, Calculating with synthetic reinforcing fabrics in and
under earthdams, Enka BV,Holland.
16. RSNI M-02-2005, 2005, Cara Uji indeks tahanan tusuk geotekstil, geomembran dan produk sejenis lainnya, Badan Standardisasi Nasional. 17. RSNI M-03-2005, 2005, Cara Uji kuat keliman jahit atau ikat panas
geotekstil, Badan Standardisasi Nasional.
18. RSNI M-05-2005, 2005, Cara Uji sifat tarik geotekstil dengan metode pita lebar, Badan Standardisasi Nasional.
19. RILEM, 1986, Durability of Geotextiles, Chapman & Hall, French.
20. Schaefer,V.R., 1997, Ground Improvement Ground Reinforcement Ground Treatment, American Society of Civil Engineers,Virginia.
21. Voskamp, W., Reinforcing fabrics under road embankment on low bearing capacity soil, Enka Bv, Holland.
22. Widjaja, B., 2002, Desain Perkuatan Tanah dengan Geotekstile dengan Pendekatan Limit Equilibrium, Jurnal Teknik Sipil Vol.3 No.1 Juni 2002, UNPAR.