Peran ganda perempuan dalam Isinga Roman Papua Karya Dorothea Rosa Herliany kajian kritik sastra feminis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK
Wungo, Theresia Chrisantini Hariate. 2016. “Peran Ganda Perempuan dalam
ISINGA: ROMAN PAPUA Karya Dorothea Rosa Herliany Kajian Kritik
Sastra Feminis”. Skripsi. Yogyakarta: Sastra Indonesia, Fakultas Sastra,
Universitas Sanata Dharma.
Peneliti menganalisis peran ganda perempuan dalam ISINGA: ROMAN
karya Dorothea Rosa Herliany dengan kajian kritik sastra feminis. Tujuan
penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan struktur roman IRP yang terdiri dari
alur, tokoh dan penokohan, dan latar serta (2) mendeskripsikan gambaran peran
ganda perempuan dalam roman IRP. Penelitian ini menggunakan teori struktural
untuk menganalisis struktur roman serta teori kritik sastra feminis juga untuk
menganalisis gambaran peran ganda perempuan dalam IRP. Metode pengumpulan
data yang digunakan adalah studi pustaka. Metode analisis data yang digunakan
adalah metode analisis isi. Metode penyajian hasil analisis yang digunakan adalah
deskriptif kualitatif.
PAPUA

Alur dalam novel ini terdiri atas tiga tahap yaitu tahap awal, tahap tengah,
dan tahap akhir. Tahap awal digambarkan ketika Irewa dan Meage bertemu di

Sungai Warsor. Pertemuan ini membuat mereka saling mengingat satu sama lain.
Akhirnya, Meage memutuskan untuk menikahi Irewa. Akan tetapi, Irewa diculik
Malom saat masa menstruasi pertama Irewa. Penculikan ini menimbulkan
peperangan antara Kampung Aitubu dan Kampung Hobone. Tahap tengah
digambarkan dengan perang yang terus berlanjut dan demi menghentikan perang
tersebut, Irewa harus menjadi istri Malom. Mendengar pernikahan Malom dan
Irewa, Meage meninggalkan Kampung Aitubu. Tahap akhir digambarkan dengan
kehidupan Irewa yang sudah berubah. Irewa bekerja sebagai seorang guru yang
bertugas membimbing perempuan Papua. Hasilnya itu ia gunakan untuk
membiayai kehidupan rumah tangganya dan anak-anaknya. Tokoh protagonis
dalam roman ini adalah Irewa, karena Irewa paling banyak diceritakan dan
memiliki hubungan langsung dengan tokoh-tokoh lain. Tokoh antagonis adalah
Malom karena ia yang menjadi penyebab masalah yang menimpa tokoh
protagonis. Tokoh tritagonis adalah Meage, Jingi dan Ibu Selvi karena ketiga
tokoh ini mempunyai keterkaitan dengan tokoh protagonis. Latar terbagi menjadi
tiga bagian yaitu latar tempat (Kampung Aitubu, Kampung Hobone, Distrik Yark,
Belanda, dan Jerman), latar waktu (pemilu tahun 1977), dan latar sosial (latar
sosial budaya yang meliputi rangakaian adat-istiadat dan pembagian kerja lakilaki dan perempuan menurut kepercayaan Kampung Hobone).
Analisis peran ganda perempuan yang terdapat dalam roman
ISINGA:ROMAN PAPUA antara lain (1) peran pada ranah domestik dan (2) peran

pada ranah publik. Peran perempuan pada ranah domestik meliputi (1) proses
regenerasi, (2) pendidikan anak, (3) tanggung jawab rumah tangga,dan (4)
melayani suami. Peran perempuan pada ranah publik meliputi (1) tanggung jawab
ekonomi rumah tangga, (2) aktualisasi diri, dan (3) politik/pemerintahan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT
Wungo, Theresia Chrisantini Hariate. 2016. Women’s Double Role in ISINGA,
Papua Romance by Dorothea Rosa Herliany: A Study of Feminist
Literary Criticism. An Undergraduate Thesis. Yogyakarta: Indonesia
Literature Study Program, Literature Faculty, Sanata Dharma University.
This research analyzes women’s double role in ISINGA, a Papua romance
by Dorothea Rosa Herliany, and uses feminism literary criticism approach. The
purposes of this research are (1) to describe the romance structure of IRP romance
which consists of plot, character and characterization, and settings and (2) to
describe the illustration of double role as a figure in IRP romance. This research
uses structural theory to analyze the romance’s structure and feminism literary
criticism theory to analyze the illustration of women’s double role in IRP
romance. The data collection method used is library research. The method of this

research is content analysis methods. Moreover, the method of result presenting
analysis used is qualitative descriptive.
The plot of this novel consists of three stages and starts from early stage,
middle stage, and last stage. The early stage is described when Irewa and Meage
met in Warsor river. The meeting makes them remember each other. Finally,
Meage decided to marry Irewa. However, Irewa is being kidnap by Malom in her
first menstruate. This caused a war between Aitubu village and Hobone village.
The middle stage describes the war that happen continuously and in order to stop
the war Irewa must become Malom’s wife. When Meage heard this news, he
decided to left Aitubu village. The final stage is described with Irewa life has
changed . Irewa worked as a teacher in charge of guiding the women of Papua .
The result is that he used to finance his home life and her children. The
protagonist character in this romance is Irewa because she becomes the most-told
and has direct relationship with others characters. The antagonist character is
Malom because he becomes the reason of the problem happen to protagonist
character. While the tritagonist characters are Meage, Jingi and Madam Selvi
because these characters have relationship with protagonist character. The setting
consists of three parts which are setting of place (Aitubu Village, Hobone Village,
Yark District, Dutch and Germany), setting of time (Indonesia general election in
1977), and the social setting (cultural social setting which consists of custom and

tradition and the division of men and women according to Hobone village belief)
The analyses of double roles which found in the ISINGA roman: Papua
Roman are (1) the role in domestic area and (2) the role in public area. The role in
domestic area consists of (1) regeneration process, (2) children education, (3)
household responsibility, and (4) the husband serving. The role in public
environment consist of household economy responsibility, (2) self-actualization,
and (3) politic/government.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERAN GANDA PEREMPUAN DALAM ISINGA

ROMAN PAPUA

KARYA DOROTHEA ROSA HERLIANY
KAJIAN KRITIK SASTRA FEMINIS

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh
Theresia Chrisantini Hariate Wungo
NIM 124114013

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERAN GANDA PEREMPUAN DALAM ISINGA

ROMAN PAPUA

KARYA DOROTHEA ROSA HERLIANY
KAJIAN KRITIK SASTRA FEMINIS


Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia

Oleh
Theresia Chrisantini Hariate Wungo
NIM 124114013

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016

i




PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SKRIPSI

夕 Ⅳ P4Pa′
PERAN GANDA PERERIPUAIRIDALA■ lf≦轟ヽ/C4Rθ 」
KARYA DOROTHEA ROSA HERLIANY
STRA FEMINIS

″К)tら
.

.1L'-j

ir

I)is.B.Rahmanto,M.Hum`

脚 毬


J

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SKRIPSi

PERA:N GANDA PERE卜 IPUA》 ll〕 Al,A卜 l fJfハ「Ctt Rθ 144Ⅳ λ´ 」1
`′
KARYA l)OROTHEA R41][I´ 主 :iERI」 IANY
Fヾ
J!′ へ



:F'I]卜

/11NIS

u:li
syalit

il11●
1■‐ c,1●


Dantは・ dinyatttkan
t,1・
tt` 中 `ぬtcl〔
,し ヽ .…
― │ヽ 一■
― …・




υ

'

Susullan Palliti3 1〕 cll=Lji


::奪


It〔 :じ tlプ



: I〕 IS

Alltollo.■ i

´

Hi:」 ■

SekIItalisi S.E
All=11)ia :Dl・ .YV

S.EP● lli


A街 :,S_S;│卜 i.lIじ 11■

.

Drs iB It」 11■ 雲、
:● .M Hl:1:l.



iFO gVモ lk'「 1■

11)rll11 11'11

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang saya tulis

ini tidak memuat karya

atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah

disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yo野 よ a血 ,29

Juli 2016

ф碑
Theresia Chrisantini Hariate Wungo

iV

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pernyataan Persetuj uan

Publikasi Karya Ilmiah untuk Kepentingan Akademis
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya masahasiswa Universitas Santa Dharma:
Nama

: Theresia Chrisantini Hariate Wungo

Nim

:124114013

Demi pengembangan ilmu pengetahua& saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul *Peran Ganda
Perempuan dalam ISINGA RoMAN PAPUA Karya Dorothea Rosa Herliany

Kajian Kritik Sastra Feminis".
Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengolahnya dalam
bentuk pangkalan data mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya

di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin
dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakart4
Pada tanggal, 29

luli 2016

Theresia ChriLntini Hariate Wungo

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERSEMBAHAN

Sebuah perjuangan yang dilakukan dengan hati yang tulus,
menjadikan kita manusia yang berguna bagi diri sendiri dan orang lain

Karya ini saya persembahkan untuk keluarga :
Bernardus B. Wungo dan Mariety P. Winye,
Sebatianus Tanggu Dendo Wungo, Maximilian Tara Kapu Wungo,
Wilhelmus Jefry Ade Wungo, dan Angelina Wahyuni Nd. Wungo

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTTO

Jika kita bilang kita tidak bisa, berarti kita tidak akan bisa,
tetapi jika kita bilang kita bisa, kita akan menjadi luar biasa

Dalam kehidupan ini kita tidak dapat selalu melakukan hal yang besar.
Tetapi kita dapat melakukan banyak hal kecil dengan cinta yang besar
“Mother Teresa”

Serahkanlah segala kekuatiran kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu
1 Petrus 5:7

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan restuNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran Ganda Perempuan
dalam Novel ISINGA ROMAN PAPUA Kajian Kritik Sastra Feminis. Penulisan skripsi
ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada program studi
Sastra Indonesia.
Penulis menyadari bahwa banyak bantuan dan dukungan yang diterima dalam
penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, dari hati yang paling dalam serta tidak
mengurangi rasa hormat, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. S.E. Peni Adji, S.S., M.Hum, selaku Pembimbing I yang dengan sabar
membimbing penulis

serta memberi semangat dan setia memberikan

waktu kepada penulis dalam bimbingan skripsi.
2. Drs. B. Rahmanto, M.Hum, selaku Pembimbing II yang selalu
memberikan waktunya dan masukan-masukan kepada penulis serta
dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Dr. P. Ari Subagyo, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
selalu sabar memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
4. Seluruh Dosen Prodi Sastra Indonesia, Drs. Hery Antono, M. Hum, Dr.
Yoseph Yapi Taum, M.Hum, Prof. Dr.I. Praptomo Baryadi, M.Hum, Dra.
Fr. Tjandrasih Adji, M.Hum, Drs. F.X Santosa, M.Hum, Sony Christian
Sudarsono, S.S., M.A serta dosen-dosen mata kuliah tertentu.
5. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Sastra yang telah membantu penulis
dalam administrasi akademik selama kuliah.

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6. Seluruh staf dan karyawan perpustakaan Sanata Dharma yang telah
membantu dalam menyediakan buku-buku referensi yang dibutuhkan oleh
peneliti.
7. Kedua orang tua penulis Bernardus B. Wungo dan Mariety P. Winye yang
telah memberikan doa dan dukungan baik secara moril dam materil,
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Keempat kakak penulis Bobby Wungo, Ronny Wungo, Jefry Wungo, dan
Angelin Wungo, dan tak lupa juga ketiga kakak ipar penulis Juary Ama,
Andrayana Sabrina, dan Karina yang telah memberikan perhatian dan
dukungan kepada penulis. Kedua ponakan penulis Axelia Ina dan Sean
Wungo.
9. Untuk yang terkasih Valentino Milla terima kasih atas dukungan,
kesabaran dan nasihat yang diberikan kepada

penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.
10. Untuk teman-teman Djisansi, Aksosegen, dan Genexiis yang mendukung
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Untuk Ibu Agnes Triana Sulistyaningsih terima kasih atas kesabaran,
motivasi dan nasihat yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
12. Teman-teman seperjuangan Sastra Indonesia Angkatan 2012: Bella,
Carlos, Gaby, Kasi, Lina, Mey, Novia, Ovy, Patrik, Peng, Retha, Roby,
Silvy, Venta, dan Wily. Terima kasih atas kebersaman dan kekompakaan
yang luar biasa dalam mengerjakan skripsi ini.
13. Untuk sahabat dan sepupu penulis Beccy, Venty, dan Oppy. Terima kasih
atas persaudaraan dan persahabatan serta dukungan dan nasihat yang
diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
14. Untuk sahabat

tersayang Ellen Boro di Kupang terima kasih untuk

dukungan dan nasihat yang diberikan kepada penulis

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15,Untuk temanlteman teFdOktt yang scllalll Fncnぬ

■13n Day9 Ansy Frandskち

聯 g pencliti lra Lodmg9

dan lka Palldi.Terima lkasih tclah mcttadi

tempat curhat serta準 銀ihat‐ yang dibe」 kan kcpada pcnul、

dalaln

menyelesaikan skripsi ini.

16.Scluruh kelu=ga Ben3kcl Sastra yang“ 14h banyak mcnttarkan dullれ
sas無 l serta berorganisasi sclama masa sm薇

Sem"luruh Pihak yang andil dalam prOscs penyelesaiano scmOga jasa baik
mereka mendapat balasan yang semestinya dari Tuhan Yang Maha ESa,Pcnulis
menyadtt skripsi ini jdak sempllma Oleh karena itu,pcnulお

sangtt mengha.rapkan

mastan,saran dan kFitik yang memttun dari para pernbaca demi baiknya sbipsi
lnio Akhir nta selnOga skripsiini dapat bcmanfaat.

Theresia

C. H. Wungo

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK
Wungo, Theresia Chrisantini Hariate. 2016. “Peran Ganda Perempuan dalam
ISINGA: ROMAN PAPUA Karya Dorothea Rosa Herliany Kajian Kritik
Sastra Feminis”. Skripsi. Yogyakarta: Sastra Indonesia, Fakultas Sastra,
Universitas Sanata Dharma.
Peneliti menganalisis peran ganda perempuan dalam ISINGA: ROMAN
karya Dorothea Rosa Herliany dengan kajian kritik sastra feminis. Tujuan
penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan struktur roman IRP yang terdiri dari
alur, tokoh dan penokohan, dan latar serta (2) mendeskripsikan gambaran peran
ganda perempuan dalam roman IRP. Penelitian ini menggunakan teori struktural
untuk menganalisis struktur roman serta teori kritik sastra feminis juga untuk
menganalisis gambaran peran ganda perempuan dalam IRP. Metode pengumpulan
data yang digunakan adalah studi pustaka. Metode analisis data yang digunakan
adalah metode analisis isi. Metode penyajian hasil analisis yang digunakan adalah
deskriptif kualitatif.
PAPUA

Alur dalam novel ini terdiri atas tiga tahap yaitu tahap awal, tahap tengah,
dan tahap akhir. Tahap awal digambarkan ketika Irewa dan Meage bertemu di
Sungai Warsor. Pertemuan ini membuat mereka saling mengingat satu sama lain.
Akhirnya, Meage memutuskan untuk menikahi Irewa. Akan tetapi, Irewa diculik
Malom saat masa menstruasi pertama Irewa. Penculikan ini menimbulkan
peperangan antara Kampung Aitubu dan Kampung Hobone. Tahap tengah
digambarkan dengan perang yang terus berlanjut dan demi menghentikan perang
tersebut, Irewa harus menjadi istri Malom. Mendengar pernikahan Malom dan
Irewa, Meage meninggalkan Kampung Aitubu. Tahap akhir digambarkan dengan
kehidupan Irewa yang sudah berubah. Irewa bekerja sebagai seorang guru yang
bertugas membimbing perempuan Papua. Hasilnya itu ia gunakan untuk
membiayai kehidupan rumah tangganya dan anak-anaknya. Tokoh protagonis
dalam roman ini adalah Irewa, karena Irewa paling banyak diceritakan dan
memiliki hubungan langsung dengan tokoh-tokoh lain. Tokoh antagonis adalah
Malom karena ia yang menjadi penyebab masalah yang menimpa tokoh
protagonis. Tokoh tritagonis adalah Meage, Jingi dan Ibu Selvi karena ketiga
tokoh ini mempunyai keterkaitan dengan tokoh protagonis. Latar terbagi menjadi
tiga bagian yaitu latar tempat (Kampung Aitubu, Kampung Hobone, Distrik Yark,
Belanda, dan Jerman), latar waktu (pemilu tahun 1977), dan latar sosial (latar
sosial budaya yang meliputi rangakaian adat-istiadat dan pembagian kerja lakilaki dan perempuan menurut kepercayaan Kampung Hobone).
Analisis peran ganda perempuan yang terdapat dalam roman
ISINGA:ROMAN PAPUA antara lain (1) peran pada ranah domestik dan (2) peran
pada ranah publik. Peran perempuan pada ranah domestik meliputi (1) proses
regenerasi, (2) pendidikan anak, (3) tanggung jawab rumah tangga,dan (4)
melayani suami. Peran perempuan pada ranah publik meliputi (1) tanggung jawab
ekonomi rumah tangga, (2) aktualisasi diri, dan (3) politik/pemerintahan.

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT
Wungo, Theresia Chrisantini Hariate. 2016. Women’s Double Role in ISINGA,
Papua Romance by Dorothea Rosa Herliany: A Study of Feminist
Literary Criticism. An Undergraduate Thesis. Yogyakarta: Indonesia
Literature Study Program, Literature Faculty, Sanata Dharma University.
This research analyzes women’s double role in ISINGA, a Papua romance
by Dorothea Rosa Herliany, and uses feminism literary criticism approach. The
purposes of this research are (1) to describe the romance structure of IRP romance
which consists of plot, character and characterization, and settings and (2) to
describe the illustration of double role as a figure in IRP romance. This research
uses structural theory to analyze the romance’s structure and feminism literary
criticism theory to analyze the illustration of women’s double role in IRP
romance. The data collection method used is library research. The method of this
research is content analysis methods. Moreover, the method of result presenting
analysis used is qualitative descriptive.
The plot of this novel consists of three stages and starts from early stage,
middle stage, and last stage. The early stage is described when Irewa and Meage
met in Warsor river. The meeting makes them remember each other. Finally,
Meage decided to marry Irewa. However, Irewa is being kidnap by Malom in her
first menstruate. This caused a war between Aitubu village and Hobone village.
The middle stage describes the war that happen continuously and in order to stop
the war Irewa must become Malom’s wife. When Meage heard this news, he
decided to left Aitubu village. The final stage is described with Irewa life has
changed . Irewa worked as a teacher in charge of guiding the women of Papua .
The result is that he used to finance his home life and her children. The
protagonist character in this romance is Irewa because she becomes the most-told
and has direct relationship with others characters. The antagonist character is
Malom because he becomes the reason of the problem happen to protagonist
character. While the tritagonist characters are Meage, Jingi and Madam Selvi
because these characters have relationship with protagonist character. The setting
consists of three parts which are setting of place (Aitubu Village, Hobone Village,
Yark District, Dutch and Germany), setting of time (Indonesia general election in
1977), and the social setting (cultural social setting which consists of custom and
tradition and the division of men and women according to Hobone village belief)
The analyses of double roles which found in the ISINGA roman: Papua
Roman are (1) the role in domestic area and (2) the role in public area. The role in
domestic area consists of (1) regeneration process, (2) children education, (3)
household responsibility, and (4) the husband serving. The role in public
environment consist of household economy responsibility, (2) self-actualization,
and (3) politic/government.

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING …………………………….ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ……………………………………iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……………………………………...iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI …………………………...v
HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………………...vi
MOTTO ……………………………………………………………………….vii
KATA PENGANTAR ………………………………………………………..viii
ABSTRAK …………………………………………………………………….xi
ABSTRACT ……………………………………………………………………xii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………..xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
I.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 6
1.4 Manfaat Hasil Penelitian .................................................................... 7
1.5 Tinjauan Pustaka ................................................................................ 7
1.6 Landasan Teori ................................................................................... 8
1.6.1 Kajian Struktural .......................................................... 9
1.6.1.1 Alur .................................................................. 10
xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1.6.1.2 Tokoh dan Penokohan ...................................... 11
1.6.1.3 Latar ................................................................. 12
1.6.2 Kritik Sastra Feminis .................................................... 13
1.6.2.1 Peran Ganda Perempuan .................................. 16
1.7 Metode Penelitian ............................................................................ 17
1.7.1 Metode Pengumpulan Data .................................................... 17
1.7.2 Metode Analisis Data ............................................................. 18
1.8.3 Metode Penyajian Data .......................................................... 18
1.9 Sumber Data ..................................................................................... 18
1.10 Sistematika Penyajian .................................................................... 18
BAB II STRUKTUR ROMAN ISINGA ROMAN PAPUA
2.1 Pengantar .......................................................................................... 20
2.2 Alur .................................................................................................. 20
2.2.1 Tahap Awal ............................................................................ 21
2.2.2 Tahap Tengah ........................................................................ 22
2.2.3 Tahap Akhir ........................................................................... 23
2.3 Tokoh dan Penokohan ...................................................................... 25
2.3.1 Protagonis: Irewa ................................................................... 25
2.3.2 Antagonis: Malom ................................................................. 35
2.3.3 Tritagonis ............................................................................... 39
2.4 Latar ................................................................................................. 48

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2.4.1 Latar Tempat .......................................................................... 49
2.4.1.1 Latar Tempat Luas ..................................................... 49
2.4.1.2 Latar Tempat Sempit ................................................. 53
2.4.2 Latar Waktu ........................................................................... 54
2.4.2.1 Latar Waktu Luas ...................................................... 54
2.4.2.2 Latar Waktu Sempit ................................................... 55
2.4.4 Latar Sosial ............................................................................ 57
2.5 Rangkuman ...................................................................................... 62
BAB III GAMBARAN PERAN GANDA PEREMPUAN
DALAM ISINGA ROMAN PAPUA
3.1 Pengantar ....................................................................................... 65
3.2 Peran pada Ranah Domestik .......................................................... 65
3.2.1 Proses Regenerasi ................................................................ 66
3.2.2 Pendidikan Anak-anak ......................................................... 69
3.2.3 Tanggung Jawab Rumah Tangga ........................................ 70
3.2.4 Melayani Suami ................................................................... 72
3.3 Peran pada Ranah Publik ............................................................... 74
3.3.1 Tanggung Jawab Ekonomi Rumah Tangga ......................... 75
3.3.2 Aktualisasi Diri .................................................................... 77
3.3.3 Politik/Pemerintahan ........................................................... 81
3.4 Rangkuman .................................................................................... 83

xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan .................................................................................... 85
4.2 Saran .............................................................................................. 90
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 91
PROFIL PENULIS ........................................................................................... 93

xvi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Seringkali kita dihadapkan dengan persoalan terkait feminis. Persoalanpersoalan yang sering terjadi adalah kekerasan gender berupa pemerkosaan,
perdagangan perempuan, pelecehan seksual. Akan tetapi, muncul persoalan baru
tentang peran ganda yang terdiri dari peran domestik dan peran publik. Berdasarkan
peran tersebut timbullah pertanyaan tentang siapa yang pantas berada di ranah
domestik atau pun ranah publik.
Peran ganda merupakan sebuah persoalan penting dalam kajian feminisme.
Feminisme adalah gerakan perempuan yang menuntut persamaan hak antara kaum
perempuan dan laki-laki (Moeliono, dkk, 1988:241 dalam Sugihastuti, 2002:18).
Dalam pandangan tradisional, peran antara perempuan dan laki-laki seringkali
dibedakan secara tegas. Ada tugas dan fungsi tertentu yang dianggap menjadi tugas
dan fungsi perempuan yang tidak layak dilakukan oleh laki-laki. Oleh karena itu,
dalam kritik sasta feminis, dikenal istilah peran publik (yang dipercaya menjadi peran
laki-laki) dan peran domestik (yang dipercaya menjadi peran perempuan).
Adanya anggapan bahwa kaum perempuan memiliki sifat memelihara dan rajin,
serta tidak cocok menjadi kepala rumah tangga, berakibat bahwa semua pekerjaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2

domestik rumah tangga menjadi tanggung jawab perempuan. Kaum laki-laki
dianggap sebagai sosok yang kuat, tangguh dan lebih berkuasa, mencari nafkah, dan
pekerjaan yang berat semuanya hanya bisa dilakukan oleh laki-laki, berakibat semua
pekerjaan publik menjadi tanggung jawab laki-laki pula (Fakih, 2012:21).
ISINGA ROMAN PAPUA (selanjutnya ditulis IRP) merupakan roman yang ditulis
oleh seorang yang dikenal sebagai penyair yaitu, Dorothea Rosa Herliany yang
diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama pada Januari 2015 dan mendapat
penghargaan sastra bergengsi Kusala Sastra Khatulistiwa 2015. Roman ini memiliki
latar belakang penceritaan beberapa daerah di pedalaman Papua. Daerah Papua yang
dimaksudkan ini adalah suatu kampung di daerah Pegunungan Megafu, yaitu dari
Kampung Hobone dan Kampung Aitubu. Kedua kampung yang sangat melekat
dengan antropologis, menceritakan tentang adat istiadat yang masih ditaati oleh
masyarakat. Kedua kampung ini menjadi pusat penceritaan dalam roman IRP.
Penceritaannya tentang peran ganda pun nampak dalam novel ini.
Cerita dalam roman ini berawal dari 2 anak kecil. Irewa Ongge dan Meage
Aromba. Penceritaan dimulai dari Meage yang saat itu berumur 9 tahun sudah
mengikuti upacara wit. Upacara wit ini tidak hanya diikuti oleh Meage, tetapi seluruh
laki-laki remaja Kampung Aitubu dengan tujuan mereka dibersihkan, dihindarkan
dari kutukan dan bahaya lain. Setelah mengikuti upacara wit, mereka dipisahkan dari
keluarga mereka dan tinggal di rumah Yowi. Rumah tempat tinggal yang dikhususkan
untuk laki-laki yang sudah mengikuti upacara wit tadi. Setelah melaksanakan upacara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3

wit, upacara muruwal yang dipercaya sebagai upacara perkenalan ke alam, mereka
dipisahkan dari kehidupan sehari-hari dan upacara ini tidak boleh diketahui oleh
kaum perempuan diselenggarakan.
Meage tampak tampil gagah dan dewasa sambil memainkan tifanya. Irewa
berlari masuk ke dalam area penari, namun tatapan Irewa kembali bukan ke arah
penari. Irewa mengalihkan pandangan ke arah laki-laki yang sedang memainkan tifa,
Sejak saat itu Irewa mengagumi tifa dan pemain alat musik itu. Beberapa hari
kemudian, mereka dipertemukan lagi di Sungai Warsor. Saat itu Meage sedang
berjalan di sekitar sungai itu tepatnya disuatu jembatan. Ia melihat Irewa seperti
membutuhkan pertolongan. Melihat Irewa yang sedang melambaikan tangannya
mencari pegangan. Meage menuju ke arah Irewa, menolong dan menggendong Irewa.
Saat itulah tubuh Irewa dan Meage berdekatan, menempel dan mereka merasakan
getaran yang berbeda. Jantung yang berdegup kencang.
Meage memutuskan untuk menyatakan cinta pada Irewa. Meage begitu yakin
kalau Irewa memang memiliki rasa yang sama seperti yang dirasakan Meage. Betatas
dan sayuranlah yang menjadi sarana dalam tradisi Aitubu untuk mengetahui isi hati
perempuan. Akhirnya, keinginan Meage terwujud betatas dan sayuran itu diterima
Irewa. Tanpa pikir panjang Meage bertemu Mama dan neneknya dan kedua orang
tua angkatnya Bapak Leon dan Mama Lea. Semuanya menyetujui keinginan Meage
memperistri Irewa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4

Setelah mengikuti upacara adat Irewa dan Meage sudah bisa dikatakan resmi
menjadi suami istri. Namun, Meage harus bersabar karena ia harus menunggu Irewa
menstruasi pertama terlebih dahulu lalu upacara besar bisa diadakan. Apabila Irewa
belum menstruasi ia masih tinggal bersama orangtuanya. Kejadian mengejutkan
menimpa Meage. Irewa diculik oleh Malom. Seorang laki-laki yang memang dari
dulu kala mengagumi dan menaruh hati pada Irewa. Sayangnya, Irewa sama sekali
tidak membalas perasaan Malom.
Kampung Hobone dan kampung Aitubu perang, karena penculikan Irewa.
Malom tetap mempertahankan Irewa untuk menjadi istrinya. Melihat perang terus
berlanjut akhirnya kampung Hobone memberi penawaran kepada kampung Aitubu
apabila perang dihentikan maka kedua kampung ini berdamai tapi Irewa tetap
menjadi istri Malom, tetapi kalau perang tetap berjalan Irewa tetap menjadi istri
Malom. Akhirnya kampung Aitubu memilih untuk berdamai dan Irewa menjadi istri
Malom. Meage marah besar. Meage lari dan menghilang saat terjadi peperangan dan
mendengar Irewa akan menikah dengan Malom. Kehidupan Irewa berubah, Irewa
menjadi istri Malom. Malom memiliki latar belakang harus mempunyai anak laki-laki
sebanyak-banyaknya. Irewa dipaksa melayani Malom selang 10 hari melahirkan,
sampai Irewa sakit. Irewa harus menghidupi keluarga kecilnya, anak-anaknya
termasuk suaminya. Jika tidak, Irewa akan dipukul dan disiksa. Begitupun seterusnya
sampai Irewa mangalami keguguran dan penyakit malaria.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5

Irewa kemudian

dipertemukan dengan Jingi. Jingi adalah saudara kembar

Irewa. Adapun kepercayaan masyarakat Aitubu, apabila seorang wanita melahirkan
anak kembar salah satunya harus dibuang atau dibunuh. Namun, saat mama Kame
melahirkan bayi kembar dan suster Karolin dan Suster Wawuntu yang membantu
persalinan Mama Kame bersedia merawat Jingi sampai Jingi menjadi seorang dokter.
Tak lama Irewa mengidap penyakit sifilis, hal ini disebabkan Malom melakukan
hubungan intim dengan para pelacur. Jingi berhasil menyembuhkan saudara
kembarnya. Setelah itu Jingi harus memperdalam ilmu kedokterannya ke Belanda.
Kehidupan Irewa tetap berlanjut. Irewa banyak mengalami perubahan positif,
ia menjadi guru yang dipercaya mengajar kepada para perempuan Papua tentang
menjaga kesehatan dan tubuh mereka. Begitu juga kehidupan Meage, sampai suatu
hari Meage tinggal sementara di Jerman, karena ia sering dipanggil polisi untuk
dimintai keterangan perihal grup

musik

Farandus yang dianggap melawan

pemerintah. Meage cukup lama tinggal di sana. Suatu ketika Jingi mencium bibir
Meage karena yakin kalau Meage juga mencintai dia dan juga yakin karena Irewa
menitipkan pesan kepada Jingi untuk menikah dengan Meage. Sayangnya, Meage
tidak memiliki rasa apa-apa terhadap Jingi. Dalam benak Meage ia ingin pulang ke
Papua.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik memilih dan meneliti topik tersebut
sebagai objek penelitian berdasarkan beberapa alasan berikut ini. Pertama, peneliti
ingin meneliti tokoh Irewa yang menjalankan peran gandanya dari sisi kehidupan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6

daerah Papua. Peran ganda yang harus dijalaninya dengan beberapa masalah yang
menghampirinya. Kedua, sampai dengan saat ini penelitian dari sisi feminis
khususnya tentang peran gnada belum banyak yang meneliti, oleh sebab itu peneliti
melakukan penelitian tentang peran ganda. Ketiga, roman IRP memiliki alur cerita
yang berlatarbelakang sisi kehidupan orang timur dan menghadirkan penceritaan
yang sangat mendalam baik dari sisi antropologis maupun kehidupan sosial.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah-masalah yang mendasari penelitian ini dibuktikan lewat beberapa
pertanyaan di bawah ini:
1.2.1 Bagaimanakah struktur roman IRP yang terdiri dari alur, tokoh,
penokohan, dan latar?
1.2.2 Bagaimanakah gambaran peran ganda pada tokoh Irewa dalam roman
IRP?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk:
1.3.1 Mendeskripsikan struktur roman IRP yang terdiri dari alur, tokoh,
penokohan, dan latar.
1.3.2 Mendeskripsikan gambaran peran ganda tokoh Irewa dalam roman IRP.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7

1.4 Manfaat Hasil Penelitian
Hasil dalam penelitian ini adalah gambaran tentang peran ganda perempuan
yang terdapat dalam roman IRP karya Dorothea Rosa Herliany yang dikaji menurut
kritik sastra feminis. Penelitian ini memliki dua jenis manfaat yaitu manfaat secara
teoretis dan manfaat secara praktis. Manfaat teoretis diharapkan berguna bagi ilmu
pengetahuan dalam ilmu sastra yang secara spesifik membahas tentang peran ganda
melalui kritik sastra feminis. Adapun manfaat secara praktis yaitu menambah
wawasan pembaca serta menjadi salah satu referensi bacaan tentang peran ganda
dalam roman IRP.

1.5 Tinjauan Pustaka
Roman IRP pernah dibahas oleh B. Rahmanto (2016) berjudul “Isinga Roman
Multi Dimensional”. Makalah tersebut membahas tinjauan kritis terhadap struktur
cerita IRP dan dimensinya dengan latar waktu yang panjang namun dalam jumlah
halaman yang terbatas.
IRP juga diteliti oleh Thatit Nirmala Arismaningtyas (2016) dalam bentuk
skripsi dengan judul “Campur Kode dalam Novel Isinga Roman Papua, Karya
Dorothea Rosa Herliany”. Dalam skripsi ini, peneliti membahas wujud campur kode
dan fungsi campur kode yang terdapat dalam novel Karya Dhorotea Rosa Herliany.
IRP juga diteliti oleh Hosniyeh (2015) dengan judul “Tokoh Utama dalam
Novel Isinga Karya Dorothea Rosa Herliany”. Permasalahan yang dibahas adalah
citra diri perempuan, citra peran sosial perempuan dalam keluarga, dan dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8

masyarakat, citra diri tokoh utama perempuan dalam novel IRP yang terdiri dari
citra fisik dan citra psikis.
Peneltian tentang IRP juga

dilakukan oleh Rahmi Rahmayati dengan judul

“Representasi Stereotip Perempuan Papua dalam Roman Papua Isinga Karya

Dorothea Rosa Herliany (Kajian Kritik Sastra Feminis)”. Penelitian ini membahas 1)
satu atau beberapa tokoh perempuan yang terdapat pada sebuah karya sastra, 2) status
atau kedudukan tokoh perempuan tersebut di dalam masyarakat, 3) tujuan hidup dari
tokoh perempuan tersebut di dalam masyarakat, 4) apa yang dipikirkan, dilakukan,
dan dikatakan oleh tokoh-tokoh perempuan tersebut.
Berdasarkan tinjauan penelitian di atas, peneliti menggunakan bahan-bahan
kajian tersebut untuk menambah kajian penelitian ini. Peneliti belum menemukan
penelitian dengan subyek yang sama dengan penelitian ini terkait peran ganda.
Namun, peneliti melihat terdapat beberapa penelitian yang sama yaitu mengkaji IRP
dengan Kritik Feminis dan Kajian Struktural.

1.6

Landasan Teori
Dalam studi ini, peneliti menggunakan dua landasan teori, yaitu teori kajian

struktural (yang dibatasi pada kajian alur, tokoh, penokohanan, dan latar), dan kritik
sastra feminis khususnya tentang peran ganda. Pembatasan pada alur, tokoh,
penokohan, dan latar dimaksudkan peneliti karena alur, tokoh, penokohan, dan latar
merupakan unsur paling penting dalam menganalisis peran ganda yang dijalankan
oleh tokoh perempuan dalam novel ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9

1.6.1

Kajian Struktural

IRP karya Dorothea Rosa Herliany ini merupakan sebuah karya yang tergolong
dalam roman. Ditelaah dari arti katanya, roman merupakan karangan prosa yang
melukiskan perbuatan pelakunya menurut watak dan isi jiwa masing-masing; (cerita)
percintaan (KBBI edisi keempat, 2008: 1180). Analisis roman ini yang digunakan
untuk menganalisis kajian struktural.
Nurgiyantoro, (2005:37) menjelaskan bahwa analisis struktural karya sastra
dalam hal ini fiksi, dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji, dan
mendeskripsikan fungsi dan hubungan antarunsur intrinsik fiksi yang bersangkutan.
Mula-mula diidentifikasikan dan dideskripsikan, misalnya, bagaimana keadaan
peristiwa-peristiwa, plot, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, amanat, dan
tema.
Dengan demikian pada dasarnya analisis struktural bertujuan memaparkan
secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antarberbagai unsur karya sastra secara
bersama. Hal yang paling penting dalam analisis struktural adalah bagaimana
hubungan antarunsur itu, dan sumbangan apa yang diberikan terhadap tujuan estetik
dan makna keseluruhan yang ingin dicapai. Hal tersebut perlu dilakukan mengingat
bahwa karya sastra merupakan kompleks yang unik, di samping setiap karya sastra
memiliki ciri kekompleksan dan keunikannya sendiri dan hal inilah yang
membedakan karya sastra yang satu dengan karya yang lain. Analisis struktural dapat
berupa kajian yang menyangkut relasi unsur-unsur dalam mikroteks, satu keseluruhan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10

wacana, dan relasi intertekstual (Hartoko & Rahmanto dalam Nurgiyantoro,
1994:38). Analisis mikroteks berupa analisis kata-kata dan kalimat, atau kalimatkalimat dalam alinea atau konteks wacana yang lebih besar.

1.6.1.1 Alur
Alur merupakan cerminan, atau bahkan berupa perjalanan tingkah laku para
tokoh dalam bertindak, berpikir, berasa, dan bersikap dalam menghadapi berbagai
masalah kehidupan (Nurgiyantoro, 2005:114). Menurut Stanton (dalam Sugihastuti,
2002:46) alur adalah cerita yang berisi urutan peristiwa, tetapi setiap peristiwa itu
dihubungkan secara kausal. Peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan
peristiwa yang lain.
Berdasarkan kriteria urutan waktu alur dibedakan atas plot lurus atau plot
progresif yang dimaksudkan ialah peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis,
peristiwa yang pertama kali diikuti oleh (atau menyebabkan terjadinya) peristiwaperistiwa yang kemudian. Secara runtut cerita dimulai dari tahap awal
(penyituasian, pengenalan, pemunculan konflik), tengah (konflik meningkat,
klimaks), dan akhir (penyelesaian) (Nurgiyantoro, 2005:153-154)
Kedua, alur sorot balik atau flash-back yaitu urutan kejadian yang dikisahkan
dalam karya fiksi yang berplot regresif tidak bersifat kronologis, cerita tidak dimulai
dari tahap awal (yang benar-benar merupakan awal cerita secara logika), melainkan
mungkin dari tahap tengah atau bahkan tahap akhir, baru kemudian tahap awal ceita
yang dikisahkan (Nurgiyantoro, 2005:154).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11

1.6.1.2 Tokoh dan Penokohan
Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2002:165) memaparkan tokoh cerita adalah
orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh
pembaca ditafsirkan memiliki moral dan kecenderungan tertentu seperti yang
diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan). Penokohan
mencakup siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan
pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang
jelas kepada pembaca (Nurgiyantoro, 2005:166). Berdasarkan peran, maka tokoh
dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

A. Tokoh Protagonis
Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi yang salah satu jenisnya
secara populer disebut hero tokoh yang merupakan pengejawantahan norma-norma,
nilai-nilai, yang ideal bagi kita (Altenbernd & Lewis dalam Nurgiyantoro,
(2005:178). Tokoh protagonis menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan
kita, harapan-harapan kita, pembaca. Maka, kita sering mengenalinya sebagai
memeilki kesamaan dengan kita, pemasalahan yang dihadapinya seolah-olah juga
sebagai permasalahan kita, demikian pula halnya dalam menyikapinya. Singkatnya,
segala apa yang dirasa, dipikir, dan dilakukan tokoh itu sekaligus mewakili kita.
Identifikasi diri terhadap tokoh yang demikian merupakan empati yang diberikan
oleh pembaca (Nurgiyantoro, 2005:179).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12

B. Tokoh Antagonis
Nurgiyantoro (2005:179) menjelaskan tokoh antagonis penyebab terjadinya
konflik. Tokoh antagonis, barangkali dapat disebut, beroposisi dengan tokoh
protagonis, secara langsung ataupun tak langsung, bersifat fisik ataupun batin.
Penyebab terjadinya konflik dalam novel, berupa tokoh antagonis, kekuatan
antagonis, atau keduanya sekaligus.

C. Tokoh Tritagonis
Tjahjono (1988:143) menjelaskan tokoh tritagonis adalah tokoh yang selalu
bertindak sebagai pihak ketiga yang berusaha menjadi juru damai dalam konflik yang
terjadi antara tokoh protagonis dengan tokoh-tokoh antagonis. Orang-orang lain yang
berpihak pada kedua kubu, atau yang berada di luar keduanya disebut sebagai tokoh
tritagonis (Hamzah, 1985:106).

1.6.1.3 Latar
Latar atau setting yang disebut sebagai landas tumpu, menyaran pada
pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya
peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2005:216).
Selanjutnya Nurgiyantoro juga menyebutkan latar memberikan pijakan cerita secara
konkret dan jelas kepada para pembaca. Berbicara mengenai latar akan ditemukan
beberapa unsur dalam latar yaitu latar tempat (latar luas dan sempit), latar waktu (luas
dan sempit), latar sosial.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13

Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan
dalam sebuh karya fiksi. Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan”
terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar sosial
menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial
masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.
1.6.2 Kritik Sastra Feminis
Kritik sastra feminis merupakan alat yang kuat untuk menyatukan pendirian
bahwa seseorang dapat membaca sebagai perempuan, mengarang sebagai perempuan,
dan menafsirkan karya sastra sebagai perempuan (Sugihastuti, 2002:5-6).
Yoder (dalam Sugihastuti, 2002:5) menyebut bahwa kritik sastra feminis itu
bukan berarti pengkritik perempuan atau kritik tentang perempuan, atau kritik tentang
pengarang perempuan, arti sederhananya kritik sastra feminis adalah pengkritik
memandang sastra dengan kesadaran khusus, kesadaran bahwa ada jenis kelamin
yang banyak berhubungan dengan budaya, sastra, dan kehidupan kita. Jenis kelamin
inilah yang membuat perbedaan antara semuanya yang juga membuat perbedaan pada
diri pengarang, pembaca, perwatakan, dan pada faktor luar yang mempengaruhi
situasi karang-mengarang.
Kritik sastra feminis adalah gerakan perempuan yang menuntut persamaan hak
yang meliputi semua aspek kehidupan, baik dalam bidang politik, ekonomi, maupun
sosial budaya. Jika perempuan sederajat dengan laki-laki, berarti mereka hanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14

mempunyai hak untuk menentukan dirinya sendiri sebagaimana yang dimiliki oleh
kaum laki-laki (Djayanegara dalam Sugihastuti, 2002:61).
Feminisme adalah gerakan kaum wanita untuk menolak segala sesuatu yang
dimarginalisasikan, disubordinasikan, dan direndahkan oleh kebudayaan dominan,
baik dalam bidang politik dan ekonomi maupun kehidupan sosial pada umumnya.
Dalam pengertian yang lebih sempit jika dikaitkan dalam karya sastra baik dalam
kaitannya dengan

proses produksi maupun resepsi. Emansipasi wanita dengan

demikian merupakan salah satu aspek dalam kaitannya dengan persamaan hak,
sedangkan dalam ilmu kontemporer dikenal sebagai gerakan kesetaraan gender
(Ratna, 2012:184).
Ratna menyebutkan sejarah munculnya feminisme pada akhir abad ke-20,
khususnya di Barat, feminisme dan pascamodernisme merupakan gejala-gejala
masyarakat yang sangat penting. Feminisme termasuk salah satu kasus yang
menggoncangkan sistem nilai yang telah mapan, mendekonstruksi sistem pemikiran
tunggal, narasi-narasi besar, religi, patriarki, ideologi, dan sebagainya (Ratna, 2012,
185). Dalam sastra perihal feminisme sudah dipermasalahkan sejak tahun 1920-an
yang ditandai dengan hadirnya novel-novel Balai Pustaka dengan mengemukakan
masalah-masalah kawin paksa. Kemudian dilanjutkan pada periode 1930-an yang
diawali dengan novel Layar Terkembang karangan Sutan Takdir Alisjahbana (Ratna,
2012:191).
Dalam feminisme terdapat isu-isu dominan yaitu marginalisasi perempuan
(kaum perempuan semakin miskin dan tersingkir), subordinasi (perempuan tidak bisa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15

menjadi pemimpin, dan menempatkan perempuan pada tempat yang tidak penting),
stereotipe (pelabelan atau penandaan terhadap suatu kelompok tertentu), kekerasan
(serangan atau invasi (assaut) terhadap fisik maupun integritas mental psikologis
seseorang), beban kerja (kaum perempuan dianggap sebagai peran domestik dan
menjadi tanggung jawab mereka) (Fakih, 2012:14-21).
Berbagai macam isu yang terjadi perihal feminisme, namun, peneliti tidak
menganalisis semua bentuk isu-isu feminisme tersebut, peneliti hanya menganalisis
peran ganda perempuan yang dalam hal ini dimaksudkan adanya beban kerja dalam
novel yang diteliti oleh peneliti. Tanpa dipungkiri, ternyata sampai dengan saat ini
masih ditemukan juga masalah-masalah beban kerja yang dilakukan oleh perempuan.
Teori feminisme bukan merupakan teori yang tunggal. Gadis Arivia (2003:87110) mengatakan bahwa teori feminisme

berbicara tentang feminisme liberal,

feminisme radikal, feminisme marxis dan sosialis. Feminisme liberal merupakan
konsep pembicaraan mengenai perjuangan membebaskan kaum perempuan dari
penindasan peranan gender, yaitu peranan yang diberikan kepada perempuan karena
berdasarkan jenis kelaminnya. Feminisme radikal memfokuskan diri pada akar
permasalahan ketertindasan perempuan. Feminisme marxis dan sosialis, feminisme
sosialis lebih menekankan penindasan gender di samping penindasan kelas sebagai
salah satu sebab dari penindasan terhadap perempuan. Sementara itu, feminisme
marxis membicarakan persoalan utama yang hanya terletak pada masalah kelas yang
menyebabkan perbedaan fungsi dan status perempuan (Arivia, 2003:99-110).
Penelitian pada roman IRP ini termasuk dalam perspektif feminisme liberal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16

1.6.2.1 Peran Ganda Perempuan
Peran ganda merupakan peran yang terdiri dari dua peran, yaitu peran pada
ranah domestik dan peran pada ranah publik.

A. Peran Perempuan pada Ranah Domestik
Menurut Djoharwinarlien (2012:68) pekerjaan sektor domestik di rumah tangga
menghantui dua puluh empat jam, setiap hari, satu minggu penuh. Mulai dari
membereskan urusan rumah, melayani suami hingga mengurus anak. Seolah-olah ada
konstruksi alam bawah sadar yang membingkai bahwa setiap pekerjaan domestik
adalah tanggung jawab seorang perempuan. Menurut pandangan sejarah, wanita di
berbagai masyarakat memainkan banyak peran. Peran seorang perempuan dalam
ranah domestik pada umumnya ialah mengandung, melahirkan, merawat anak,
melakukan pekerjaan rumah, mendidik anak, dan melayani suami. Sifat keibuan
inilah yang paling dasar dalam diri perempuan.

B. Peran Wanita pada Ranah Publik
Fakih (1996:21) mengatakan kaum perempuan memiliki sifat memelihara dan
rajin, serta tidak cocok untuk menjadi kepala rumah tangga yang berakibat bahwa
semua pekerjaan domestik merupakan tanggung jawab kaum perempuan.
Menurut Djoharwinarlien (2012:70-71) terdapat istilah kuno yang menjelaskan
bahwa dalam posisi ini peran mereka (perempuan) tak jauh-jauh dari sumur, kasur,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17

dan dapur. Perempuan berhak mengejar visi hidupnya, termasuk berkarier di ruang
publik, masuk ranah politik.
Munandar (1985:50) menyebutkan selain menjadi anggota keluarga inti, setiap
orang juga menjadi anggota dari kelompok-kelompok sosial lainnya. Seorang wanita
yang telah berkeluarga, di samping perannya sebagai istri, sebagai ibu dan pengurus
rumah tangga, juga dapat berperan sebagai anggota keluarga RT, anggota keluarga
arisan, mencari nafkah, tampil di hadapan publik dan tentu saja sebagai anggota
masyarakat Indonesia, yang paling penting bagi setiap wanita ialah bahwa ia
menyadari bermacam-macam perannya, dan tahu yang diharapkan daripada