ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 1994-2013.

PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pembangunan merupakan upaya untuk mengubah kondisi kehidupan dari yang
dipandang tidak memuaskan menjadi lebih baik secara lahir dan batin (Todaro,
2011:18-19). Hal ini serupa dengan yang diutarakan oleh Rovia (2013:1) dalam
penelitiannya bahwa pembangunan merupakan suatu proses perubahan menuju ke
arah yang lebih baik dan terus menerus untuk mencapai tujuan yakni mewujudkan
masyarakat yang berkeadilan, berdaya saing, maju dalam wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Pembangunan meliputi berbagai aspek dalam kehidupan yang saling berkaitan
satu sama lain dengan kedudukan yang hampir sama, dimana apabila salah satu ada
yang tidak berjalan, maka berdampak ke yang lain. Menurut Todaro (2011:133)
pembangunan adalah sebuah proses multidimensi yang mencakup reorganisasi dan
reorientasi seluruh sistem ekonomi dan sosial.
Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan kenaikan
pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai
oleh perbaikan kelembagaan. Perbaikan kelembagaan yang dimaksud adalah aturan
main (rule of the game) baik formal maupun informal, dan organisasi (players) yang
mengimplementasikan aturan main tersebut. (Arsyad, 2010:11-12)
Pelaksanaan pembangunan ekonomi di Indonesia ada berbagai macam, salah
satunya adalah pembangunan ekonomi daerah. Menurut Arsyad (2010:374),

pembangunan ekonomi daerah didasarkan pada ciri khas (unique value) dari daerah
bersangkutan (endegenous development) dengan menggunakan potensi sumber daya

manusia, kelembagaan, dan sumber daya fisik lokal (daerah). Proses pembangunan
ekonomi daerah untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang
peningkatan kegiatan ekonomi, atau secara singkatnya pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tolok ukur penting dalam
menentukan keberhasilan ekonomi. Proses pertumbuhan ekonomi sendiri dapat
dilihat dari peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi
masyarakat. Indikasi peningkatan produksi barang dan jasa dalam ekonomi daerah
dapat diukur melalui Produk Domestik Regional Bruto.(Sakita, 2013:502)
Berikut adalah grafik Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Tengah periode
2009−2013 berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan,
6

5,84

5,9
5,78


5,76

2012

2013

5,8
5,6
5,4
5,2

5,14

5
4,8
4,6
2009

2010


2011

Sumber : BPS, Diolah

Gambar 1.1
Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Tengah tahun 2009-2013
dalam Persen
Selama beberapa tahun terakhir ini, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah
mengalami perubahan yang cukup fluktuatif. Terlihat, pada tahun 2010 mengalami
kenaikan pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu 5,84% dari tahun sebelumnya, hingga
akhirnya mencapai titik tertinggi pada tahun 2011 dengan pertumbuhan sebesar
5,9%. Akan tetapi, pertumbuhan tersebut tidak dapat berlangsung secara terus-

menerus, pada tahun 2012 pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah adalah 5,78%, lebih
rendah 0,12% dari tahun sebelumnya. Tidak hanya itu, pada tahun 2013 pertumbuhan
ekonomi Jawa Tengah kembali mengalami penurunan menjadi 5,76%, lebih rendah
0,02% dari tahun 2012.
Dalam meningkatkan kapasitas produksi dalam negeri, sektor luar negeri
berperan sangat penting, hal tersebut dikarenakan sistem perekonomian terbuka yang
dianut Indonesia (Luh, 2015:2). Sektor luar negeri sendiri bermacam-macam, salah

satunya yang berperan penting dalam perekonomian Indonesia adalah perdagangan
internasional atau yang dimaksud ekspor dan impor.
Menurut Tambunan (dalam Barianto, 2014:3) Ekspor berperan sangat penting,
yakni sebagai penggerak perekonomian. Ekspor menghasilkan devisa yang
selanjutnya dapat digunakan untuk membiayai impor dan pembangunan sektorsektor ekonomi dalam negeri, sehingga dapat dibilang secara teoritis bahwa ekspor,
cadangan devisa dan pertumbuhan ekonomi memiliki korelasi positif. Sedangkan,
impor memiliki dua persoalan: pertama, jika impor lebih besar dari ekspor, maka
cadangan devisa akan berkurang, dengan asumsi adanya korelasi negatif antara
impor dan cadangan valuta asing (valas). Kedua, apabila sebagian besar barangbarang impor merupakan barang konsumsi, bukan barang modal. Hal tersebut dapat
menghindarkan iklim ekonomi global yang terjadi saat ini, meskipun banyak negara
telah terintegrasi dengan dunia global.
Berikut adalah grafik yang menggambarkan kondisi Ekspor dan Impor Jawa
Tengah pada beberapa tahun terakhir ini,

$18,000
$16,000
$14,000
$12,000
$10,000
$8,000

$6,000
$4,000
$2,000
$2009

2010

2011
Ekspor

2012

2013

Impor

Sumber : BPS, Diolah

Gambar 1.2
Ekspor dan Impor Jawa Tengah tahun 2009-2013 dalam Miliar US$

Ekspor dan Impor Jawa Tengah dari tahun ke tahun cenderung mengalami
kenaikan, akan tetapi kuantitas kenaikan dari Ekspor masih kalah dengan Impor
dimana dalam pandangan ekonomi hal tersebut tergolong kurang baik. Ekspor yang
lebih tinggi dibandingkan Impor, akan dapat membangun sebuah Perekonomian,
namun melihat kondisi sekarang dimana Impor lebih tinggi daripada Ekspor bisa jadi
merupakan salah satu faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi.
Dalam Laporan Perekonomian Indonesia (2014:48) yang diterbitkan oleh Bank
Indonesia, beberapa alasan yang menyebabkan ekonomi regional melambat
dikarenakan menurunnya Investasi. Menurut Luh (2015:2), Investasi merupakan
salah satu faktor penting dalam menentukan pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan ekonomi. Waluyo (dalam Sakita, 2013:503) berpendapat, investasi
dapat berasal dari sektor pemerintah maupun sektor swasta dimana investasi

pemerintah dilakukan dan dibiayai melalui APBN/APBD, sedangkan investasi
swasta dilakukan melalui Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman
Modal Asing (PMA). Menurut Kobrin (dalam Hasna, 2015:59), investasi terutama
investasi asing akan meningkatkan produktivitas, yang nantinya akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi.
Berikut adalah grafik yang menggambarkan realisasi investasi PMDN dan
PMA di provinsi Jawa Tengah tahun 2009-2013,

$0,350
$0,300
$0,250
$0,200
$0,150
$0,100
$0,050
$2009

2010

2011

2012

2013

Sumber : BPS, Diolah

Gambar 1.3

Investasi PMDN Menurut Nilai Investasi Berdasarkan Laporan
Kegiatan Penanaman Modal (LPKM) Jawa Tengah tahun 2009-2013
dalam Miliar US$

$0,200
$0,180
$0,160
$0,140
$0,120
$0,100
$0,080
$0,060
$0,040
$0,020
$2009

2010

2011


2012

2013

Sumber : BPS, Diolah

Gambar 1.4
Investasi PMA Menurut Nilai Investasi Berdasarkan Laporan
Kegiatan Penanaman Modal (LPKM) Jawa Tengah tahun 1994-2013
dalam Miliar US$
Beberapa tahun terakhir, realisasi investasi baik PMDN maupun PMA
mengalami fluktuasi dengan cenderung menurun pada PMDN dan meningkat pada
PMA. Menurut teori keseimbangan pasar barang Keynes (dalam Dewi, 2013:179)
peningkatan investasi akan mendorong kenaikan pendapatan.
Menurut

teori

pertumbuhan


neoklasik

tradisional

(traditional

(old)

neoclassical growth theory), pertumbuhan ekonomi atau output itu selalu bersumber
dari satu atau lebih dari tiga faktor : kenaikan kuantitas dan kualitas tenaga kerja
(melalui pertumbuhan jumlah penduduk dan perbaikan pendidikan),penambahan
modal (melalui tabungan dan investasi), serta penyempurnaan teknologi.(Todaro,
2011:158)

Berikut adalah grafik yang menunjukkan kenaikan kuantitas Tenaga Kerja
yang ada di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009-2013,
16,200

16,100


16,000

15,900

15,800

15,700

15,600
2009

2010

2011

2012

2013

Sumber : BPS, Diolah

Gambar 1.5
Tenaga Kerja di Provinsi Jawa Tengah t ahun 2009-2013 dalam Juta
Jiwa
Kondisi Tenaga Kerja di Jawa Tengah tergolong cukup stabil, dimana jumlah
yang bekerja melebihi 15 juta jiwa. Selain itu, titik tertinggi dari jumlah Tenaga Kerja
di Jawa Tengah adalah pada tahun 2012, melebihi 16 juta jiwa, meskipun pada tahun
berikutnya mengalami penurunan kembali. Tren Tenaga Kerja di Jawa tengah naik,
dengan tahun 2012 sebagai titik tertingginya.
Dalam

mengukur

kualitas,

UNDP

(dalam

Nyoman,

2014:107)

memperkenalkan konsep mutu modal manusia yang disebut Human Development
Index atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang merupakan ukuran gabungan
tiga dimensi tentang pembangunan manusia, yaitu dimensi kesehatan diukur angka
usia harapan hidup, dimensi pendidikan diukur dari tingkat kemampuan baca tulis

orang dewasa dan rata – rata lama sekolah dan dimensi daya beli yang memiliki
standar hidup layak diukur dari paritas daya beli.
Berikut adalah grafik Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Tengah pada
tahun 2009-2013,
100
90
80

72,1

72,49

72,94

73,36

74,05

2009

2010

2011

2012

2013

70
60
50
40
30
20
10
0

Sumber : BPS, Diolah

Gambar 1.6
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Tengah tahun 2009-2013
Dengan kriteria sebagai berikut,

Gambar 1.7
Kriteria Tingkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Tengah tergolong dalam Menengah
Atas. Hal tersebut tergolong baik karena menunjukkan bahwa kualitas Manusia yang
ada di provinsi Jawa Tengah mampu bersaing atau kompetitif terhadap SDM dari

luar negeri. Meski begitu, SDM Jawa Tengah masih tergolong belum mampu untuk
bersaing dengan SDM dari negara maju, terutama yang tingkat Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) tergolong tinggi.
Menurut Rovia (2013:3), masalah lain yang berkaitan dengan pertumbuhan
ekonomi yang dapat menimbulkan efek baik maupun buruk adalah inflasi. Nopirin
(dalam Amira, 2013:20) berpendapat, Inflasi merupakan suatu proses meningkatnya
harga-harga secara umum dan terus menerus (continue) berkaitan dengan mekanisme
pasar yang disebabkan beberapa faktor antara lain, konsumsi masyarakat yang
meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi bahkan spekulasi,
hingga berakibat adanya ketidaklancaran distribusi barang.
Berikut adalah grafik yang menunjukkan Inflasi Jawa Tengah selama beberapa
tahun terakhir,
10
9

7,99

8
6,88
7
6
5
4

4,24
3,32
2,68

3
2
1
0
2009

2010

2011

2012

2013

Sumber : BPS, Diolah

Gambar 1.8
Inflasi Provinsi Jawa Tengah tahun 2009-2013 dalam Persen

Inflasi yang terjadi di Jawa Tengah fluktuatif cenderung naik. Hal ini terlihat
pada tahun 2009 menuju 2010 terjadi kenaikan yang cukup tinggi, namun pada tahun
2011 berhasil turun cukup jauh. Akan tetapi pada tahun-tahun berikutnya terus
mengalami kenaikan hingga pada titik tertinggi tahun 2013.
Menurut Sadono (dalam Rovia, 2013:16) inflasi yang dalam keadaan taraf
tetap merayap akan menimbulkan efek yang baik dalam perekonomian. Keuntungan
perusahaan akan meningkat, dan investasi akan semakin bergairah. Dengan begitu,
kesempatan kerja dan pendapatan meningkat sehingga mendorong pertumbuhan
ekonomi.

Dokumen yang terkait

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2012-2015

2 14 146

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN MANGGARAI PROVINSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN MANGGARAI PROVINSI NTT TAHUN 1991-2010.

0 2 15

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA SURAKARTA Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Surakarta Tahun 1994-2013.

0 7 14

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA SURAKARTA Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Surakarta Tahun 1994-2013.

0 2 14

PENDAHULUAN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Surakarta Tahun 1994-2013.

0 2 12

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SRAGEN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sragen Tahun 1999 - 2013.

0 2 13

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN HAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 1994-2009.

0 0 11

PENDAHULUAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN HAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 1994-2009.

0 0 6

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Tengah Tahun 1994-2013 IMG 20151123 0001

0 0 1

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAWA TENGAH - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 103