PENGARUH PERMAINAN TEKA-TEKI SILANG BERGAMBAR TERHADAP PENINGKATAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN.

(1)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GRAFIK ... vii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

A. Deskripsi Teori ... 8

B. Penelitian terdahulu yang relevan ... 16

C. Kerangka Berfikir ... 17

D. Hipotesis ... 18

BAB III METODE PENELITIAN ... 19

A. Varibel Penelitian ... 19

B. Metode Penelitian ... 21

C. Populasi dan Sampel ... 23

D. Instrument Dan Teknik Pengumpulan Data ... 25

E. Teknik Pengolahan Data ... 28

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 30

A. Hasil Penelitian ... 30

B. Pengujian Hipotesis ... 40


(2)

Arifin Fajar Satria Utama, 2012

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 45

A. Kesimpulan ... 45

B. Rekomendasi ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 48 LAMPIRAN


(3)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 ... 36 Tabel 4.2 ... 37 Tabel 4.3 ... 38


(4)

Arifin Fajar Satria Utama, 2012

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 ... 39 Grafik 4.2 ... 40


(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Bahasa dalam kehidupan sehari-hari sangat memegang peranan penting terutama dalam pengungkapan pikiran seseorang atau merupakan sarana untuk berflkir, menalar dan menghayati kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari tidak ada seorangpun yang dapat meninggalkan bahasa karena selain sebagai sarana berflkir bahasa juga digunakan sebagai alat komunikasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Keraf, G (1980:14) menyatakan bahwa "Bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat yang berupa bunyi suara atau tanda atau lambang yang dikeluarkan oleh manusia untuk menyampaikan isi hatinya kepada manusia lainnya". Dalam hal ini yang dimaksud dengan bahasa sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat adalah Bahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia yang digunakan sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat ini tidak lepas dari penguasaan kosakata, karena dengan penguasaan kosakata yang cukup akan memperlancar siswa dalam berkomunikasi dan mempermudah siswa untuk memahami bahasa yang terdapat dalam buku-buku pelajaran. Menurut Kridalaksana (1982:98) disebutkan bahwa “kosakata merupakan komponen bahasa yang memuat informasi tentang makna pemakaian kata dalam bahasa, kekayaan kata yang dimiliki seseorang pembicara, pebulis atau suatu bahasa, dan daftar kata yang disusun seperti

kamus dengan penjelasan yang singkat dan praktis”

Bahasa Indonesia yang digunakan sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat ini tidak lepas dari penguasaan kosakata, karena dengan penguasaan kosakata yang cukup


(6)

akan memperlancar siswa dalam berkomunikasi dan mempermudah siswa untuk memahami bahasa yang terdapat dalam buku-buku pelajaran. Seiring dengan tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia, maka siswa pada tingkat dasar diharapkan mampu atau dapat menguasai keempat ketrampilan bahasa secara aktif dan integratif dengan menggunakan komponen bahasa yang komunikatif dan benar, sehingga secara tidak langsung kemampuan dan penguasaan bahasa ini dapat menjawab tantangan di era globalisasi ini. Siswa dituntut mampu untuk mengikuti perkembangan teknologi setaraf dengan kemampuannya yang disesuaikan dengan tingkat usia dan tingkat perkembangan mental anak. Pendidikan bahasa sebagai alat komunikasi sangatlah penting dan harus dipahami oleh siswa pada umumnya dan anak tunagrahita pada khususnya. Bagi anak tunagrahita itu sendiri bahasa yang dimiliki belum cukup untuk berkomunikasi secara lancar, itu semua disebabkan karena kondisi ketunaan yang disandangnya.

Kondisi anak tunagrahita seperti yang diungkapkan oleh Amin (1995:11) yaitu Anak tunagrahita adalah mereka yang kecerdasannya jelas berada dibawah rata-rata. Di samping itu mereka mengalami keterbelakangan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Mereka kurang cakap dalam memikirkan hal-hal yang abstrak, yang sulit-sulit dan yang berbelit-belit. Mereka kurang atau terbelakang atau tidak berhasil bukan untuk sehari dua hari atau sebulan atau dua bulan, tetapi untuk selama-lamanya, dan bukan hanya dalam satu dua hal tetapi hampir segala-galanya, lebih-lebih dalam pelajaran seperti: mengarang, menyimpulkan isi bacaan, menggunakan simbol-simbol, berhitung, dan dalam semua pelajaran yang bersifat teoritis. Dan juga mereka kurang atau terhambat dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa hasil pembelajaran Bahasa Indonesia pada anak tunagrahita umumnya masih rendah, khususnya kemampuan dalam penguasaan


(7)

kosakata. Pernyataan ini diperkuat oleh guru kelas III di SLB B-C YGP CIBATU bahwa sebagian besar siswa kelas III mempunyai permasalahan yang serius, yaitu belum terciptanya kebiasaan berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia. Siswa pada umumnya lebih suka menggunakan bahasa ibu (Bahasa Sunda) atau bahasa dialog dalam berkomunikasi baik dengan teman sekolah maupun dengan gurunya.

Terkait dengan peristiwa tersebut, beberapa faktor yang menjadi penyebab belum tercapainya tujuan yang diharapkan guru dengan kondisi siswa tunagrahita sebagai berikut:

1. Guru belum dapat menyajikan model pembelajaran Bahasa Indonesia secara aktif, kreatif dan integratif sesuai dengan kondisi anak dilapangan.

2. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru kurang bervariasi, sehingga siswa tunagrahita kurang termotivasi untuk menerapkan apa yang telah disampaikan.

3. Kurangnya kosakata yang dimiliki oleh siswa tunagrahita.

4. Buku pelajaran kurang porposional artinya belum mempunyai porsi yang cukup untuk mengembangkan ketrampilan salah satunya berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar.

Terdapat berbagai faktor/variabel yang diduga memberikan pengaruh terhadap kemampuan kosakata Bahasa Indonesia pada anak tunagrahita. Diantaranya metode pembelajaran. Pembelajaran yang dimaksud adalah dengan pelaksanaan bermain teka teki silang bergambar. Teka-Teki Silang (TTS) merupakan sebuah permainan yang cara mainnya yaitu mengisi ruang-ruang kosong yang berbentuk kotak dengan huruf-huruf sehingga membentuk sebuah kata yang sesuai dengan petujuk. Selain itu, mengisi teka-teki silang atau biasa disebut dengan TTS memang sungguh sangat mengasikan, selain juga berguna untuk mengingat kosakata yang populer, selain itu juga berguna untuk pengetahuan kita yang bersifat umum dengan cara santai. Melihat karakteristik TTS yang


(8)

santai dan lebih mengedepankan persamaan dan perbedaan kata, maka sangat sesuai kalau misalnya dipergunakan sebagai sarana peserta didik untuk latihan dikelas yang diberikan oleh guru yang tidak monoton hanya berupa pertanyaan-pertanyaan baku saja.

Teka-teki silang yang menjadi kegemaran lintas generasi ini, sudah berlangsung dari zaman ke zaman dengan format dan bentuk yang serupa tapi tak sama. Catatan sejarah menyatakan bahwa format TTS seperti sekarang sudah ada sejak zaman kuno. Bentuknya masih cukup sederhana, yaitu sebuah bujur sangkar berisi kata-kata, huruf-huruf yang sama pada bujur sangkar itu menghubungkan kata-kata secara vertikal dan horizontal. Hampir serupa dengan TTS yang kita kenal sekarang.

Berdasarkan pemahaman penulis tentang teka teki silang diatas maka penulis merasa terpanggil untuk mengambil kesimpulan untuk membuat media belajar teka teki silang bergambar untuk anak tunagrahita ringan, dimana anak menjawab pertanyaan-pertanyaan itu sesuai dengan gambar yang tertera pada teka teki silang tersebut. Jadi teka teki silang disini dibuat disesuaikan dengan kemampuan anak tunagrahita ringan itu sendiri,dengan cara menuliskan huruf-huruf yang membentuk sebuah kata sesuai dengan nama gambar yang tertera disamping, di bawah atau diatas teka teki silang pada ruang kosong yang sudah tersedia atau di atas sehingga jawabannya sesuai dengan gambar yang ada pada teka teki silang tersebut.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis mengidentifikasi beberapa masalah yaitu sebagai berikut.

1. Terbatasnya kosakata bahasa indonesiayang dimiliki anak tunagrahita ringan.

2. Terbatasnya media atau metode yang berhubungan dengan peningkatan kosakata bahasa indonesia.


(9)

C.BatasanMasalah

Pada penelitian ini dibatasi pada kemampuan siswa dalam mengenal kosakata yaitu:

1. Bagaimanakah kemampuan anak tunagrahita dalam pengusaan kosakatanya sebelum sebelum menggunakan media teka-teki silang bergambar?

2. Apakah ada peningkatan kemampuan anak tunagrahita dalam pengusaan kosakatanya setelah menggunakan media teka-teki silang bergambar?

3. Seberapa besar perbedaan kemampuan anak tunagrahita dalam pengusaan kosakatanya sebelum dan setelah menggunakan media teka-teki silang bergambar?

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah "APAKAH PERMAINAN TEKA-TEKI SILANG BERGAMBAR DAPAT MANINGKATKAN KOSA KATA BAHASA INDONESIA PADA ANAK TUNA GRAHITA RINGAN?".

E.Tujuan Dan KegunaanPenelitian 1. TujuanPenelitian

a. TujuanUmum

Tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh pengaruh dari penggunaan metode teka teki silang bergambar terhadap kosa kata bahasa indonesia pada anak tunagrahita ringan.


(10)

b. TujuanKhusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1) Untuk memperoleh gambaran tentang kondisi kemampuan kosakata Bahasa Indonesia tentang buah-buahan dan binatang pada anak tunagrahita ringan. 2) Untuk memperoleh bagaimana peningkatan penguasaan kosakata Bahasa

Indonesia tentang buah-buahan dan binatang pada anak setelah menggunakan media teka-teki silang bergambar.

2. KegunaanPenelitian a. Kegunaan Teoritis

1) Memberikan sumbangsih pemikiran dan informasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan tentang penggunaan permainan teka-teki silang dalam meningkatkan kemampuan kosa kata bahasa Indonesia pada anak tunagrahita ringan kelas 3 SDLB-C.

2) Memberikan sumbangsih tentang media yang dapat digunakan oleh guru dan orangtua dalam meningkatkan kemampuan kosa kata bahasa Indonesia pada anak tunagrahita ringan kelas 3 SDLB-C.

b. Kegunaan Praktis

1) Bagi pendidik, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan kemampuan kosa kata bahasa Indonesia pada anak tunagrahita ringan kelas 3 SDLB-C melalui permainan teka-teki silang bergambar.

2) Bagi siswa, dapat membantu dalam meningkatkan kemampuan kosa kata bahasa Indonesia.

3) Bagi penulis, dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang media dalam meningkatkan kemampuan kosa kata bahasa Indonesia pada anak tunagrahita ringan kelas 3 SDLB-C melalui permainan teka-teki silang bergambar.


(11)

4) Bagi orangtua, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan kemampuan kosa kata bahasa Indonesia pada anak melalui permainan teka-teki silang bergambar.


(12)

Arifin Fajar Satria Utama, 2012

BAB III

METODE PENELITIAN

A. VariabelPenelitian

1. Definisi konsep varibel a. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah permainan teka-teki silang bergambar. Teka-teki silang bergambar adalah suatu permainan dimana kita harus mengisi ruang-ruang kosong (berbentuk kotak-kotak pilihan) dengan huruf-huruf yang membentuk sebuah kata berdasarkan petunjuk yang diberikan. Petunjuk biasanya dibagi kedalam kategori

“Mendatar” dan “Menurun” tergantung posisi kata-kata yang harus diisi.

Bentuk teka-teki silang ini sama seperti teka-teki silang pada umunya hanya ditambahkan gambar disamping kotak-kotak.

Pada permainan teka-teki silang bergambar, dimana siswa harus mengisi kotak-kotak mendatar dan menurun sehinga membentuk kata dengan cara melihat gambar nama binatang atau buahan-buahan yang ada pada gambar

b. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel terikat adalah peningkatan kemampuan kosakata Bahasa Indonesia anak tunagrahita


(13)

ringan. Adapun pengertian kosa kata adalah setiap kata yang dimiliki oleh seseorang dan diketahui artinya, baik kata-kata yang sering digunakan dalam kegiatan kebahasaannya, maupun kata-kata yang jarang atau tidak pernah digunakan.

2. Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini ditetapkan dua variabel, yaitu media teka-teki silang bergambar sebagai variabel bebas dan peningkatan kosakata Bahasa indonesia sebagai variabel terikat.

a. Variabel Bebas

Media “teka-teki silang bergambar” merupakan penggabungan dari dua media yang didalamnya memaparkan beberapa arti atau pesan dan tujuan dari suatu atau beberapa buah gambar yang harus di jawab atau diterjemahkan dengan beberapa rangkaian huruf untuk menjadi sebuah kata, sehingga membentuk suatu jaringan kata dengan pola menurun dan mendatar yang satu sama lain saling berkaitan dan melengkapi.

b. Variabel Terikat

Yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah

“peningkatan kemampuan kosakata Bahasa Indonesia anak tunagrahita

sedang”. Siswa melihat gambar yang di tampilkan dalam kertas kerja

kemudian diminta untuk menjawab soal-soal yang diberikan dengan mengisi rangkaian kotak-kotak kosong dengan huruf untuk menerjemahkan atau menyebutkan nama dari suatu gambar.


(14)

Arifin Fajar Satria Utama, 2012 B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Metode eksperimen bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari suatu perlakuan sebagaimana dikemukakan oleh Arikunto (2003:3).

Eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua factor yang sengaja di timbulkan oleh peneliti dengan megeleminasi atau mengurangi atau menyisihkan factor-faktor lain yang bisa mengganggu. Eksperiman dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat dari suatu perlakuan.

Sedangkan Menurut Sugiyono (2012 : 72) eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali.

Berdasarkan pernyataan diatas, pada metode eksperimen harus ada suatu factor atau kondisi yang dicobakan untuk mengetahui hasil dari suatu percobaan. Dalam penelitian ini sebagai factor atau kondisi yang dicobakan terhadap subjek adalah metode teka teki silang bergambar untuk mengetahui peningkatan kemampuan kosa kata bahasa Indonesia pada subjek tersebut yang dalam hal ini adalah anak tunagrahita ringan kelas 3 SDLB


(15)

Desain yang digunakan adalah “One Group Pretest Posttes Design

O1 X O2

Keterangan :

O1 : Nilai pretest (Sebelum diberi perlakuan)

O2 : Nilai posttest (Sesudah diberi perlakuan

X : Perlakuan (treatment)

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Penelitian eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat antara dua factor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi, mengurangi, atau menyisihkan factor-faktor lain yang bisa mengganggu.Metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2012 : 72).Alasan mengapa peneliti memilih metode eksperimen adalah peneliti ingin mengetahui sebab – akibat dari perlakuan yang diberikan.

Berdasarkan desain penelitian tersebut, maka langkah-langkah penelitian ini di tetapkan sebagai berikut :

a. Memilih dan menentukan subjek untuk kelompok eksperimen. b. Melaksanakan pretes penguasaan kosakata anak.

c. Melaksanakan treatmen pada siswa tunagrahita dengan menggunakan media teka-teki silang bergambar.


(16)

Arifin Fajar Satria Utama, 2012 C. Populasi dan sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Dalam buku

Enscyclopedia of Educational Evaluation” Ditulis Scravia B. Anderson dkk dalam Arikunto (2002:63) mengemukakan bahwa “A population is a set (or collection) of all elements prosesing one or more atributtes if interest”.

Dari pernyataan diatas dapat diartikan bahwa pouplasi adalah kumpulan atau keseluruhan elemen yang memilki satu atau lebih karakteristik.

Sudjana (2005; 6) Menyatakan bahwa “populasi” sebagai berikut:

Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif ataupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya.

Sugiyono (2012: 80) Menyatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentuyang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah siswa tunagrahita kelas III SDLB di SLB B-C YGP Kec Cibatusebanyak 8 orang. Kelas tersebut dipilih sebagai populasi dalam penelitian ini karena peneliti menemukan kasus bahwa siswa tunagrahita di kelas tersebut belum banyak menguasai kosakata benda sederhana dengan tepat dan benar.


(17)

2. Sampel penelitian / Subjek

MenurutSugiyono (2012 :81), “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Penulis mengambil sampel penelitian yaitu siswa kelas III SLB B-C YGP sebanyak delapan siswa, pemilihan sampling yang digunakan adalah dengan cara Purposive sampling bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya alasan keterbatsan waktu,tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh.

No Kode Sampel Jenis Kelamin

1 AJ L

2 AN L

3 AH L

4 NS P

5 MS L

6 RF L

7 PT P


(18)

Arifin Fajar Satria Utama, 2012

D. Instrument Dan Teknik Pengumpulan data

1. Instrument Penelitian

Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2009 : 148).Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk tes.

Dalam peneltian ini tes dilakukan sebanyak 6 kali pertemuan dan lamanya 1 bulan. Tes yang digunakan adalah tes prestasi hasil belajar.

(Arikunto, 2002 ; 128) menyatakan bahwa “tes prestasi atau achiievment tes yaitu tes prestasi yang digunakan untuk mengukur pencapaian

seorang setelah mempelajari sesuatu”.

Instrumen dalam penelitian adalah tes tertulis ini digunakan untuk memperoleh data pencapaian hasil belajar pada ranah kognitif yaitu kemampuan dalam menuliskan kosakata. Adapun soal yang dibuat berdasarkan kemampuan anak SDLB tunagrahita dalam kosakata Bahasa Indonesia yang meliputi kata-kata atau nama-nama buah-buahan dan nama-nama binatang.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk analisa adalah tes kosakata berupa pre-test dan post-test serta melakukan kegiatan pembelajaran sebagai uji coba langsung penelitian.

Instrument tes yang digunakan dalam penelitian harus memiliki kualitas yang baik, oleh karena itu instrument tes diujicobakan terlebih dahulu. Data hasil uji coba selanjutnya diolah dan dianalisis. Untuk butir


(19)

soal yang tidak memenuhi syarat, dibuang atau di revisi. Uji coba dilaksanakan untuk memproleh gambaran mengenai validitas dan reabilitas instrument penelitian. Langkah-langkah pengujian instrument tes penguasaan kosakata dengan menggunakan media teka-teki silang bergambar adalah sebagai berikut :

a. Uji Validitas Instrumen

Untuk mengukur suatu tingkat validitas tes dalam pengajaran berhitung ini digunakan validitas isi (content validity) dengan teknik penilaian ahli (judgement). Maka dari itu validitas instrumen sangat diperlukan dalam suatu penelitian karena validitas juga merupakan ukuran mutu dan kebermaknaan suatu penelitian.

Validitas isi dengan teknik penilaian ahli digunakan untuk menentukan apakah instrument/tes tersebut sesuai antara tujuan pembelajaran yang ditetapkan dengan butir soal yang dibuat dengan kata laian suatu instrument telah memenuhi validitas isi jika telah memenuhi aspek-aspek yag terkandung di dalam butir soal yang dibuat. Proses validasinya dengan membandingkan isi tes dengan tabel spesifikasi kemudian dilakukan penilaian oleh para ahli/guru mata pelajaran.

Skor hasil validitas diolah dengan menggunakan rumus :

Keterangan:


(20)

Arifin Fajar Satria Utama, 2012

� = jumlah ahli penilai P = Presentase

Perhitungan uji validitas terlampir b. Uji Reliabilitas Instrumen

Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan test-pretest (stability), equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal reabilitas instrument dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrument dengan teknik tertentu. (Sugiono, 2005:183-184).

Pengujian reliabilitas instrument ini diukur dengan pengujian konsistensi internal, karena mencobakan instrumentnya hanya sekali saja. Pengujian reabilitas ini menggunakan rumus :

Kuder Richardson (KR.20) :

(Sugiono, 2005: 183-184).

Keterangan :

pi = Proporsi jawaban benar

qi = Proporsi jawaban salah

K = Varians skor tes/ standar deviasi tes

K-R 20 r

xx =

k S

2

x -

p

i

q

i

k-1

S

2

x


(21)

ri = Reabilitas secara keseluruhan

 pi qi = Jumlah hasil perkalian antara p dan q

Setelah nilai reabilitas diperoleh, kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan tafsiran besarnya koefisien kolerasi tingkat kepercayaan diantaranya yang dikemukakan (Arikunto, 2002 : 75). Sebagai berikut :

1. Antara 0,00 s.d. 0,20 = sangat rendah

2. Antara 0,20 s.d. 0,40 = rendah

3. Antara 0,40 s.d. 0,70 = cukup

4. Antara 0,70 s.d. 0,90 = tinggi

5. Antara 0,90 s.d. 1,00 = sangat tinggi

Perhitungan uji reabilitas terlampir. E. Teknik Pengolahan Data

Dalam penelitian ini, data yang sudah diperoleh atau terkumpul kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan statistic non-parametrik, dikarenakan jumlah sampel yang terbatas. Hal ini sejalan dengan pernyataan Natawidjaya (1988 : 62) yang menjelaskanbahwa :

Data yang sudah diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan uji wilcoxon, karena uji ini dapat dipergunakan untuk penelitian yang datanya berpasangan dengan sampel terbatas. Tujuan dilakukan analisis data adalah untuk menyederhanakan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.


(22)

Arifin Fajar Satria Utama, 2012

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam pengolahan data adalah sebagai berikut:

a. Menskor pre-test dan post-test

b. Mentabulasikan skor pre-test dan post-test

c. Menghitung selisih (d) pre-test dan post-test

d. Membuat rank tanpa memperhatikan tandanya, jika terjadi rank kembar, maka dipergunakan rank rata-ratanya.

e. Mengelompokan ranking yang bertanda positif dan negative kedalam table

f. Menjumlahkan semua rank bertanda positif atau negatif

g. Untuk jumlah rank yang didapat, maka jumlah yang paling kecil dari kedua kelompok rank untuk mendapatkan tanda (T)

h. Membandingkan nilai T yang diperoleh dengan T pada table nilai kritis dalam uji wilcoxon.


(23)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkanhipotesis yang diajukandanhasildari penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh media teka-teki silang bergambar terhadap peningkatan kosakata bahasa indonesia pada anak tunagrahita ringan.

Dari perhitungan yang telah dilakukan dengan menggunakan uji wilcoxon pada kemampuan siswa terhadap kosakata, diperoleh Thitung = 36 dan berdasarkan nilai kritis uji wicoxon pada tingkat signifikasi 0,05 dengan N < 8yaitu sebanyak 8 orang, maka diperoleh Ttabel = 4 maka H0 ditolak karena Thitung >Ttabel artinya hipotesis yang diajukan dalam

penilitian ini diterima. Hal ini menunjukan bahwa “terdapat pengaruh

dalam penggunaan media teka-teki silang bergambar terhadap peningkatan kosakata anak tunagrahita ringan kelas 3 SDLB B-C YGP CIBATU

GARUT”

Maka dalam penelitian ini peneliti memperoleh kesimpulan bahwa penerapan media teka-teki silang bergambar dalam proses pembelajaran kosakata bahasa Indonesia pada anak tunagrahita ringan mengalami peningkatan dalam pembelajaran kosa kata Bahasa Indonesia. Peningkatan tersebut terlihat pada saat siswa diberikan soal-soal teka-teki silang bergambar, sebanyak satu kali pre-test, tiga kali di berikan perlakuan serta


(24)

Arifin Fajar Satria Utama, 2012

satu kali diberikan post-test, jadi dari hasil yang diperoleh bahwa adanya peningkatan yang signifikan terhadap hasil belajar siswa.

Media teka-teki silang bergambar sangat efektif dalam menunjang proses belajar siswa tuna grahita ringan dalam belajar kosa kata Bahasa Indonesia, untuk itu media teka-teki silang bergambar sangat cocok untuk memudahkan anak ketika menyelesaikan soal kosa kata Bahasa Indonesia.

Media yang diterapkan dalam pembelajaran pada siswa tunagarhita kelas III SDLB, SLB YGP Cibatu Garut ini menekankan belajar dengan menggunakan variasi dalam media pembelajaran membuat anak tidak jenuh dalam proses belajar mengajar.

B. Rekomendasi

Dari hasil penelitian ini, maka ada beberapa hal yang perlu peneliti sampaiakan sebagai rekomendasi, yaitu :

1. Bagi pendidik

Bagi pendidik,orangtua, keluarga dan lingkungan. Dalam pembelajaran bahasa khususnya pemebelajaran konsep benda pada anak tunagrahita agar lebih bervariasi lagi dalam mengajar dan media yang di gunakan dikarenakan guru atau pendidik mempunyai tanggungjawab yang besar terhadap keberhasilan belajar anak didiknya.

Pada pembelajaran Bahasa Indonesia tentang materi pengenalan nama-nama benda terhadap anak, lebih baik menerapkan media teka-teki silang bergambar ini sebagai sarana dalam menunjang proses belajar mengajar.


(25)

Dengan adanya penelitian ini saya sebagai peniliti berharap agar kelak muncul kembali variasi-variasi media dalam menunjang proses belajar mengajar.

2. Bagi pihak sekolah

Pihak sekolah agar lebih lagi menunjang dan mengembangkan media pembelajaran demi meningkatkan kualitas proses belajar siswa khususnya dalam pembelajaran peningkatan kosakata bahasa indonesia.


(26)

Arifin Fajar Satria Utama, 2012

Daftar Pustaka

Amin, M. (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Amran YS Chaniago (1997), Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Penerbit CV Pustaka Setia Bandung.

Arikunto, S.(2002). Prosedur Pnelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi.Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Arsyad, A. (2003), Media Pembelajaran. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia. Delphie, Bandi. (2006). Pembelajaran Anak Tunagrahita Suatu Pengantar

dalam Pendidikan Inkulsi. Bandung : PT Refika Aditama

Departemen Sosial RI. (2007). Pedoman umum Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak Cacat Mental (Tuna Grahita). Jakarta : Departemen Sosial RI Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial 2007 (tidak diterbitkan).

Eko Hadi Wiyono (2007), Kamus Bahasa Indonesia Lengkap. Penerbit Palanta. Ensiklopedia Bebas (2012). Kosakata.[Online].

http://wikipedia.org/wiki/Kosakata (1 Februari 2012).

Henry Guntur T (1983), Pengajaran Kosakata. Bandung : Percetakan Angkasa. Hurlock, E.B (2002) Psikologi Perkembangan : Suatu pendekatan Sepanjang

Ruang Kehidupan. Terjemahan (Edisi Kelima). Jakarta: Penerbit Erlangga. Keraf, G. (1980). Tata Bahasa Indonesia. Ende-Flores: Nusa Indah.

Kridalaksana, H (1982). Kamus linguistik. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia. LH. Santoso (2007), Kamus Praktis Bahasa Indonesia. CV. Pustaka Agung

Harapan Surabaya

Makmun, abin Syamsudin (2000) Psikologi Kependidikan: Perangkat sistem Pengajaran Modul.Bandung : Penerbit PT.Remaja Rosdakarya

Misitoh,dkk (2006). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka. Poerwadarminta, W. J. S (1979). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:

Penerbit PT. Gramedia.

Sadiman,dkk (2006) Belajar dan Faktor-Faktor Pendidikan pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, Jakarta: Penerbit PT. Grafindo Persada.


(27)

Sri Sulistyani (2010), 50 Teka-teki Kata Untuk Mahir Membaca dan Menulis. Penerbit : G-Media.

Sudjana, N. (2005). Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung : Sinar Baru Algensindo.

Sugiyono. (2005). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. ... (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

... (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Wynne, A (2007). Media Bergambar (edisi terjemahaan), Jakarta: Penerbit Rinela Cipta.


(1)

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam pengolahan data adalah sebagai berikut:

a. Menskor pre-test dan post-test

b. Mentabulasikan skor pre-test dan post-test

c. Menghitung selisih (d) pre-test dan post-test

d. Membuat rank tanpa memperhatikan tandanya, jika terjadi rank kembar, maka dipergunakan rank rata-ratanya.

e. Mengelompokan ranking yang bertanda positif dan negative kedalam table

f. Menjumlahkan semua rank bertanda positif atau negatif

g. Untuk jumlah rank yang didapat, maka jumlah yang paling kecil dari kedua kelompok rank untuk mendapatkan tanda (T)

h. Membandingkan nilai T yang diperoleh dengan T pada table nilai kritis dalam uji wilcoxon.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkanhipotesis yang diajukandanhasildari penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh media teka-teki silang bergambar terhadap peningkatan kosakata bahasa indonesia pada anak tunagrahita ringan.

Dari perhitungan yang telah dilakukan dengan menggunakan uji wilcoxon pada kemampuan siswa terhadap kosakata, diperoleh Thitung = 36 dan berdasarkan nilai kritis uji wicoxon pada tingkat signifikasi 0,05 dengan N < 8yaitu sebanyak 8 orang, maka diperoleh Ttabel = 4 maka H0 ditolak karena Thitung >Ttabel artinya hipotesis yang diajukan dalam penilitian ini diterima. Hal ini menunjukan bahwa “terdapat pengaruh dalam penggunaan media teka-teki silang bergambar terhadap peningkatan kosakata anak tunagrahita ringan kelas 3 SDLB B-C YGP CIBATU GARUT”

Maka dalam penelitian ini peneliti memperoleh kesimpulan bahwa penerapan media teka-teki silang bergambar dalam proses pembelajaran kosakata bahasa Indonesia pada anak tunagrahita ringan mengalami peningkatan dalam pembelajaran kosa kata Bahasa Indonesia. Peningkatan tersebut terlihat pada saat siswa diberikan soal-soal teka-teki silang bergambar, sebanyak satu kali pre-test, tiga kali di berikan perlakuan serta


(3)

satu kali diberikan post-test, jadi dari hasil yang diperoleh bahwa adanya peningkatan yang signifikan terhadap hasil belajar siswa.

Media teka-teki silang bergambar sangat efektif dalam menunjang proses belajar siswa tuna grahita ringan dalam belajar kosa kata Bahasa Indonesia, untuk itu media teka-teki silang bergambar sangat cocok untuk memudahkan anak ketika menyelesaikan soal kosa kata Bahasa Indonesia.

Media yang diterapkan dalam pembelajaran pada siswa tunagarhita kelas III SDLB, SLB YGP Cibatu Garut ini menekankan belajar dengan menggunakan variasi dalam media pembelajaran membuat anak tidak jenuh dalam proses belajar mengajar.

B. Rekomendasi

Dari hasil penelitian ini, maka ada beberapa hal yang perlu peneliti sampaiakan sebagai rekomendasi, yaitu :

1. Bagi pendidik

Bagi pendidik,orangtua, keluarga dan lingkungan. Dalam pembelajaran bahasa khususnya pemebelajaran konsep benda pada anak tunagrahita agar lebih bervariasi lagi dalam mengajar dan media yang di gunakan dikarenakan guru atau pendidik mempunyai tanggungjawab yang besar terhadap keberhasilan belajar anak didiknya.

Pada pembelajaran Bahasa Indonesia tentang materi pengenalan nama-nama benda terhadap anak, lebih baik menerapkan media teka-teki silang bergambar ini sebagai sarana dalam menunjang proses belajar mengajar.


(4)

Dengan adanya penelitian ini saya sebagai peniliti berharap agar kelak muncul kembali variasi-variasi media dalam menunjang proses belajar mengajar.

2. Bagi pihak sekolah

Pihak sekolah agar lebih lagi menunjang dan mengembangkan media pembelajaran demi meningkatkan kualitas proses belajar siswa khususnya dalam pembelajaran peningkatan kosakata bahasa indonesia.


(5)

Daftar Pustaka

Amin, M. (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Amran YS Chaniago (1997), Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Penerbit CV Pustaka Setia Bandung.

Arikunto, S.(2002). Prosedur Pnelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi.Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Arsyad, A. (2003), Media Pembelajaran. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia. Delphie, Bandi. (2006). Pembelajaran Anak Tunagrahita Suatu Pengantar

dalam Pendidikan Inkulsi. Bandung : PT Refika Aditama

Departemen Sosial RI. (2007). Pedoman umum Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak Cacat Mental (Tuna Grahita). Jakarta : Departemen Sosial RI Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial 2007 (tidak diterbitkan).

Eko Hadi Wiyono (2007), Kamus Bahasa Indonesia Lengkap. Penerbit Palanta.

Ensiklopedia Bebas (2012). Kosakata.[Online].

http://wikipedia.org/wiki/Kosakata (1 Februari 2012).

Henry Guntur T (1983), Pengajaran Kosakata. Bandung : Percetakan Angkasa. Hurlock, E.B (2002) Psikologi Perkembangan : Suatu pendekatan Sepanjang

Ruang Kehidupan. Terjemahan (Edisi Kelima). Jakarta: Penerbit Erlangga. Keraf, G. (1980). Tata Bahasa Indonesia. Ende-Flores: Nusa Indah.

Kridalaksana, H (1982). Kamus linguistik. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia. LH. Santoso (2007), Kamus Praktis Bahasa Indonesia. CV. Pustaka Agung

Harapan Surabaya

Makmun, abin Syamsudin (2000) Psikologi Kependidikan: Perangkat sistem Pengajaran Modul.Bandung : Penerbit PT.Remaja Rosdakarya

Misitoh,dkk (2006). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka. Poerwadarminta, W. J. S (1979). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:

Penerbit PT. Gramedia.

Sadiman,dkk (2006) Belajar dan Faktor-Faktor Pendidikan pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, Jakarta: Penerbit PT. Grafindo Persada.


(6)

Sri Sulistyani (2010), 50 Teka-teki Kata Untuk Mahir Membaca dan Menulis. Penerbit : G-Media.

Sudjana, N. (2005). Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung : Sinar Baru Algensindo.

Sugiyono. (2005). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. ... (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

... (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Wynne, A (2007). Media Bergambar (edisi terjemahaan), Jakarta: Penerbit Rinela Cipta.