PENERAPAN PETA KONSEP TERHADAP PENINGKATAN JUMLAH KOSAKATA PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN.

(1)

No. Daftar: 001/PKh-FIP-UPI-S1/Oktober/2013

PENERAPAN PETA KONSEP TERHADAP

PENINGKATAN JUMLAH KOSAKATA PADA ANAK

TUNAGRAHITA RINGAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Khusus

Oleh: Yuliyanti

0903877

JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

PENERAPAN PETA KONSEP TERHADAP

PENINGKATAN JUMLAH KOSAKATA PADA ANAK

TUNAGRAHITA RINGAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Khusus

Oleh: Yuliyanti

0903877

JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


(3)

PENERAPAN PETA KONSEP TERHADAP

PENINGKATAN JUMLAH KOSAKATA PADA

ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

Oleh Yuliyanti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Yuliyanti 2013

Universitas Pendidikan Indonesia Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(4)

YULIYANTI

PENERAPAN PETA KONSEP TERHADAP PENINGKATAN

JUMLAH KOSAKATA PADA ANAK TUNAGRAHITA

RINGAN

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Dr. H.M. Umar Djani Martasuta, M.Pd. NIP. 195202151983011001

Pembimbing II

Dr. Hj. Ehan, M.Pd NIP. 195904141985031005

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia


(5)

ABSTRAK

PENERAPAN PETA KONSEP TERHADAP PENINGKATAN JUMLAH KOSAKATA PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

Yuliyanti (0903877)

Tunagrahita adalah dimana kondisi anak yang memiliki kecerdasan dibawah rata-rata ditandai oleh keterbatasan intelegensi memiliki hambatan dalam interaksi sosial. Dalam berinteraksi sosial tentu harus memiliki kecakapan berbahasa dan komunikasi yang baik. Kecakapan berbahasa salah satunya memiliki perbendaharaaan kosakata yang baik. Peningkatan jumlah kosakata adalah dengan cara menggunakan penerapan peta konsep. Menurut

Saleh, Andri (2008: 68) “Mind map atau peta konsep merupakan gambaran

menyeluruh dari suatu materi pembelajaran yang dibuat dalam bentuk sederhana.” Sebagaimana terjadi dilapangan pada siswa kelas lima bernama DK yang memiliki hambatan pada interaksi sosialnya maka peneliti fokus kepada berbahasa dan berkomunikasi yaitu dengan memberikan stimulus agar dapat memiliki perbendaharaan kata di SLB C Plus Asih Manunggal Bandung. Oleh sebab itu peneliti mencoba menggunakan peta konsep sebagai cara untuk meningkatkan kosakata. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah penggunaan peta konsep dapat meningkatkan jumlah kosakata pada anak tunagrahita ringan?” Metode penelitian yang digunakan penelitian ini adalah metode Single Subject Research (SRR) dengan desain A-B-A. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes. Sedangkan teknik analisis data menggunakan presentase, melalui presentase akan lebih terlihat mengenai hasil yang diperoleh anak. Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh rata-rata baseline 1 (A1) Sebesar 21,25 %. Rata-rata intervensi (B) sebesar 36,5 % dan rata-rata baseline 2 (A-2) adalah 50,51 % . Maka dapat disimpulkan bahwa penerapan peta konsep dapat meningkatkan kosakata terhadap anak tunagrahita ringan (DK), hal itu terbukti dari peningkatan frekuensi rata-rata pada setiap sesi. Hasil penelitian ini sekiranya dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pendidik dapat mengaplikasikan penggunaan penerapan peta konsep terhadap peningkatan jumlah kosakata pada anak tunagrahita ringan.


(6)

ABSTRAK

PENERAPAN PETA KONSEP TERHADAP PENINGKATAN JUMLAH KOSAKATA PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

Yuliyanti (0903877)

Mental retardation is a condition in which a child who has below average intelligence is characterized by limited intelligence have barriers in social interaction. In the course of social interaction must have proficiency and good communication. Proficiency perbendaharaaan one of them has a good vocabulary. An increasing number of vocabulary is by using the application of concept maps. According to Saleh, Andrew (2008: 68) "Mind map or concept map is a comprehensive picture of the learning material is made in a simple form". In the course of social interaction must have proficiency and good communication. Proficiency perbendaharaaan one of them has a good vocabulary. An increasing number of vocabulary is by using the application of concept maps. According to Saleh, Andrew (2008: 68) "Mind map or concept map is a comprehensive picture of the learning material is made in a simple form." As occurred in the field on a fifth grader named DK who have barriers in their social interactions, the researchers focused on speaking and communicate is to provide a stimulus to be able to have a vocabulary of at SLB C Plus Asih Manunggal Bandung. Therefore, researchers are trying to use concept maps as a way to improve vocabulary. Formulation of the problem in this study is "What is the use of concept maps to increase the number of vocabulary in children mild mental retardation?" Research method of this study is the method of Single Subject Research (SRR) with the ABA design. Data collection techniques used were tests. While the techniques of data analysis using the percentage, by the percentage will be seen on the results obtained by children. Based on the research results, the obtained mean baseline 1 (A1) As much as 21.25%. The average intervention (B) of 36.5% and an average baseline 2 (A-2) is 50.51%. It can be concluded that the application of concept maps can improve the child's vocabulary mild mental retardation (DK), it is evident from the increase in the average frequency at each session. The results of this study if it can be considered for educators to apply the use of the application of concept maps to increase the amount of vocabulary in children mild mental retardation.


(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSEMBAHAN

LEMBAR PERYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR GRAFIK ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Batasan Masalah... 4

D. Rumusan Masalah ... 4

E. Pertanyaan Penelitian ... 4

F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 6

A. Deskripsi Teori ... 6

1. Konsep Dasar Anak Tunagrahita ... 6

a. Pengertian Anak Tunagrahita ... 6

b. Klasifikasi Anak Tunagrahita ... 8

c. Karakteristik Anak Tunagrahita ... 8

d. Pengertian Anak Tunagrahita Ringan ... 9

e. Dampak Ketunagrahitaan ... 10

2. Peta Konsep ... 13


(8)

4. Kaitan Peta Konsep Terhadap Peningkatan Jumlah Kosakata .. 16

B. Penelitian Yang Relevan ... 16

C. Kerangka Pemikiran ... 17

BAB III METODE PENELITIAN ... 19

A. Variabel Penelitian ... 19

B. Metode Penelitian ... 22

C. Desain Penelitian ... 23

D. Subyek dan Lokasi Penelitian ... 24

E. Prosedur Penelitian ... 25

F. Teknik Pengumpulan Data ... 26

G. Intrumen Penelitian ... 26

H. Uji Validitas ... 28

I. Analisis Data ... 29

1. Analisi Data dalam Kondisi ... 30

2. Analisis Data Antar Kondisi ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 34

A. Hasil Penelitian ... 34

1. Analisi Data dalam Kondisi ... 35

2. Analisis Data Antar Kondisi ... 46

B. Pembahasan ... 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

A. Kesimpulan ... 56

B. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58

LAMPIRAN ... 61 RIWAYAT HIDUP PENULIS


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel

4.1. Perolehan Data Baseline 1 (A1), Intervensi (B), dan Baseline 2 (A2)

Perolehan Skor Peningkatan jumlah kosakata ... 30

4.2. Panjang Kondisi ... 32

4.3. Estimasi Kecenderungan Arah ... 34

4.4. Kecenderungan Stabilitas ... 38

4.5. Jejak Data ... 38

4.6. Level Stabilitas dan Rentang ... 39

4.7. Level Perubahan ... 40

4.8. Rangkuman Hasil Analisis Visual dalam Kondisi ... 41

4.9. Jumlah Variabel yang Diubah ... 42

4.10. Perubahan Kecenderungan Arah dan Efeknya ... 43

4.11. Perubahan Stabilitas ... 43

4.12. Perubahan Level ... 44

4.13. Persentase Overlap ... 46


(10)

DAFTAR GRAFIK

Grafik

4.1. Perolehan Data Baseline 1 (A1), Intervensi (B), dan Baseline 2 (A2)

Peningkatan jumlah kosakata ... 31

4.2. Estimasi Kecenderungan Arah Kondisi Baseline 1 (A1) ... 32

4.3. Estimasi Kecenderungan Arah Kondisi Intervensi (B) ... 33

4.4. Estimasi Kecenderungan Arah Kondisi Baseline 2 (A2) ... 33

4.5. Kecenderungan Stabilitas Kondisi Baseline 1 (A1) ... 35

4.6. Kecenderungan Stabilitas Kondisi Intervensi (B) ... 36

4.7. Kecenderungan Stabilitas Kondisi Baseline 2 (A2) ... 37 4.8. Data Overlap Kondisi Baseline 1 (A1) dengan Kondisi Intervensi (B) 45 4.9. Data Overlap Kondisi Intervensi (B) dengan Kondisi Baseline 2 (A2) 46


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Surat pengangkatan skripsi ... 62

2. Surat perijinan fakultas ... 63

3. Surat perijinan universitas ... 64

4. Surat perijinan dinas kesatuan bangsa dan politik provinsi Jawa Barat ... 65

5. Surat perijinan dinas pendidikan provinsi Jawa Barat ... 66

6. Surat keterangan tempat penelitian ... 67

7. Jadwal penelitian ... 69

8. Jadwal bimbingan ... 71

9. RPP ... 73

10.Kisi-kisi instrumen penelitian ... 81

11.Lembar kerja siswa ... 82

12.Instrumen penelitian ... 117

13.Expert judgement ... 124

14.Perhitungan validitas instrumen ... 146

15.Hasil Perhitungan Semua Sesi ... 156


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah hak bagi semua anak tidak terkecuali bagi anak yang mengalami hambatan. Pernyataan ini sesuai dengan UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa “warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan.”

Pendidikan khusus terutama diperlukan untuk anak berkebutuhan khusus, dimana pendidikan tersebut berorientasi pada anak. Seperti dalam pengertian pendidikan dalam sistem pendidikan nasional anak memiliki hak mendapatkan pendidikan tanpa membeda-bedakan anak tersebut memiliki hambatan atau tidak, yang membedakan adalah strategi dan metode pengajarannya.

Dalam Muhammad Jamila K.A (2008:2) pendidikan khusus adalah pengajaran yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pendidikan murid-murid khusus,dijalankan secara teratur, serta dinilai keefektifannya secara teliti untuk membantu murid dengan kebutuhan khusus dalam mencapai tahap kemandirian dan keberhasilan hidup yang memuaskan.

Salah satu anak berkebutuhan khusus ialah anak tunagrahita. Anak- anak tunagrahita akan mengalami kesulitan dalam “adaptive behavior” atau penyesuaian perilaku. Hal ini berarti anak tunagrahita tidak dapat mencapai kemandirian yang sesuai dengan ukuran (standar) kemandirian dan tanggung jawab sosial anak normal yang lainnya dan juga akan mengalami masalah dalam keterampilan akademik dan berkomunikasi dengan kelompok usia sebaya.

Anak tunagrahita ringan adalah anak dengan hendaya perkembangan kemampuan (tunagrahita), memiliki problema belajar yang disebabkan adanya hambatan perkembangan intelegensi, mental, emosi, sosial dan fisik. (Delphie, 2006:2)


(13)

2

Dengan kata lain tunagrahita adalah sebutan untuk anak yang memiliki kemampuan intelektual dibawah rata-rata. Istilah tunagrahita tersebut sama dengan mendeskripsikan bahwa kondisi anak yang memiliki kecerdasan dibawah rata-rata ditandai oleh keterbatasan intelegensi memiliki hambatan dalam interaksi sosial. Dalam interaksi sosial salah satu nya berhubungan dengan berbahasa dan berkomunikasi. Dalam sehari-hari perlu memiliki kecakapan berbahasa dalam berinteraksi dengan orang lain. Sehingga di lapangan banyak ditemukan anak tunagrahita memiliki perbendaharaan kata yang minim.

Adapun kasus dalam penelitian ini adalah pada DK. DK adalah seorang siswa di SDLB-C. DK termasuk anak tunagrahita ringan, DK sudah bisa membaca, menulis, dan berhitung. Sekarang duduk di kelas lima SDLB-C. DK di duga memiliki hambatan pada interksi sosial, jika di kelas diperintahkan oleh guru DK sulit untuk maju ke depan. DK jika diminta mengungkapkan pendapatnya tidak pernah mau berbicara. DK lebih senang mengungkapkannya dengan gambar. Setiap jika belajar bosan dikelas DK selalu menggambar, jika emosinya sedang tidak baik saat beristirahat DK sering menghabiskan waktunya didalam kelas. Akan tetapi selain DK senang dengan aktifitas menggambar. DK adalah salah sattu anak yang cepat bosan jika belajar dikelas, DK pun memiliki konsentrasinya tidak lama di bandingkan dengan teman-temannya, jika ia bosan ia akan berhenti belajar lalu mengganggu temannya atau keluar kelas. Sehingga prestasi DK di kelas tidak optimal. DK diduga memiliki hambatan interaksi sosial kurang baik, contohnya DK dapat membaca akan tetapi jika diminta mengutarakan apa isi dari bacaan DK mengalami hambatan.

Peneliti memulai dari melihat kesenangan DK, DK senang menggambar dan DK memiliki interaksi sosial yang kurang baik maka peneliti fokus kepada berbahasa dan berkomunikasi yaitu dengan memberikan stimulus agar dapat memiliki peningkatan dalam perbendaharaan kata, sehingga DK memiliki kecakapan interaksi sosial lebih baik. Untuk DK agar memiliki peningkatan dalam jumlah kosakata yang ia miliki, maka dalam penelitian ini peneliti memilih cara memberikan


(14)

3

stimulus untuk peningkatan jumlah kosakata yang lebih dalam pembelajaran ini cara yang digunakan adalah peta konsep.

Menurut Novak dan Gowin dalam Suparno, (1997:56). “Peta konsep adalah bagan sistematis yang menggambarkan pengertian konseptual seseorang dalam rangkaian pernyataan-pernyataan.”

Keuntungan peta konsep adalah belajar dengan menyenangkan melalui visualisasi anak dapat lebih cepat memahami apa yang ia pelajari, dan melalui gambar kemungkinan anak tidak akan cepat bosan dalam mempelajari suatu hal.

Oleh karena itu peneliti tertarik mengembangkan pola pembelajaran dengan menggunakan peta konsep terhadap pemahaman cerita anak agar anak mengalami peningkatan dalam kosakata yang ia miliki pada anak tunagrahita ringan. Hal ini di karena kan belum adanya penelitian mengenai penggunaan peta konsep untuk pembelajaran kosakata melalui cerita binatang khususnya untuk anak tunagrahita ringan. Oleh sebab itu untuk mengetahui pola pembelajaran tersebut dapat digunakan dalam pembelajaran siswa khususnya pada DK, maka dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui “Penerapan Peta Konsep terhadap peningkatan jumlah kosakata Pada Anak Tunagrahita Ringan”

Keuntungan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah peneliti dapat mengetahui Penerapan Peta Konsep Terhadap Peningkatan Jumlah Kosakata Pada Anak Tunagrahita Ringan. Kerugian apabila penelitian ini tidak dilakukan adalah tidak akan pernah diketahuinya aktivitas apa dapat digunakan peta konsep pada anak tunagrahita ringan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis mengidentifikasi beberapa masalah :

1. Keterbatasan anak tunagrahita dalam memahami pelajaran. 2. Minimnya kosakata anak tunagrahita dalam berkomunikasi. 3. Penerapan cara untuk memperbaiki berbahasanya.


(15)

4

4. Perlu adanya inovasi yang memudahkan anak tunagrahita dalam meningkatkan jumlah kosakatanya.

C. Batasan Masalah

Penelitian tentang penerapan peta konsep ini di batasi pada cerita tentang binatang dengan tujuan meningkatkan jumlah kosakata pada anak tunagrahita khususnya cerita binatang.

D.Rumusan Masalah

Meningkatkan jumlah kosakata yang dimiliki anak banyak cara dalam menstimulasinya. Untuk meningkatkan jumlah kosakata mungkin banyak cara yang baik untuk diterapkan namun dalam penelitian ini akan memfokuskan kepada peta konsep. Peta konsep disini ada cara bagaimana anak menceritakan kembali cerita lewat gambar nya sendiri dan dengan bahasanya sendiri. Metode peta konsep digunakan karna DK senang dengan kegiatan menggambar. Adapun rumusan penelitian ini adalah:

Apakah penggunaan peta konsep dapat meningkatkan jumlah

kosakata pada anak tunagrahita ringan ?”.

E.Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah kemampuan awal kosakata yang dimiliki peserta didik sebelum diberikan intervensi berupa peta konsep dalam meningkatkan jumlah kosakatanya?

2. Bagaimanakah kemampuan kosakata yang dimiliki peserta didik setelah diberikan intervensi berupa peta konsep dalam meningkatkan jumlah kosakatanya?

3. Bagaimanakah kemampuan akhir kosakata yang dimiliki peserta didik setelah diberikan intervensi berupa peta konsep dalam meningkatkan jumlah kosakatanya?


(16)

5

F. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dan kegunaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Tujuan

a. Secara Umum

Tujuan yang ingin di peroleh dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui penerapan peta konsep pada anak tunagrahita ringan.

b. Secara Khusus

Adapun tujuan secara khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Untuk mengetahui kemampuan awal jumlah kosakata peserta didik sebelum

di intervensi.

2) Untuk mengetahui peningkatan jumlah kosakata peserta didik saat di berikan intervensi dengan menggunakan peta konsep.

3) Untuk mengetahui kemampuan akhir jumlah kosakata peserta didik setelah diintervensi.

2. Kegunaan

Adapun yang menjadi kegunaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan guru dan orang tua untuk membantu pembelajaran pada anak agar lebih baik. b. Memberikan saran informasi dan pemikiran bagi perkembangan ilmu

pengetahuan khususnya pada bidang pendidikan luar biasa tentang penerapan peta konsep pada anak tunagrahita ringan.

c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu cara intervensi agar dapat meminimalisir hambatan yang dimiliki anak.


(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Variabel Penelitian

Setiap penelitian pasti akan ada istilah variabel karena variabel berkenaan dengan yang akan diteliti, jadi variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu yang berbentuk apa yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga mendapatkan informasi tentang hal itu. Kesimpulannya Menurut Hatch dan Farhady (Sugiyono, 2012: 60) „ ... variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau obyek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau objek dengan objek yang

lain.‟ Untuk memperjelas variabel dalam penelitian ini akan dijelaskan

dalam definisi variabel di bawah ini.

1. Definisi Konsep Variabel a. Kosakata

Kosakata menurut kamus bahasa Indonesia (2001:597) sama dengan perbendaharaan kata dalam bahasa inggris disebut vocabulary. Sedangkan menurut Tarigan ; 1983 : 9-10 kosakata adalah perkembangan konseptual dasar ; merupakan suatu tujuan pendidikan dasar bagi sekolah; semua pendidikan pada prinsipnya adalah pengembangan kosakata yang juga merupakan pengembangan konseptual;

Kosakata dasar (basic vocabulary) adalah kata-kata yang tidak mudah dan berubah atau sedikit sekali kemungkinannya dipungut dari bahasa lain. Kosakata terdiri atas :

a. Istilah kekerabatan; misalnya: ayah, ibu, adik, kakak, nenek, kakek, paman, bibi, menantu, mertua.

b. Nama-nama bagian tubuh; misalnya : kepala, rambut, mata, telinga, hidung, mulut, bibir, gigi, lidah, pipi, leher, dagu, bahu, jari, tangan, dada, perut, pinggang, paha, betis, telapak, punggung, darah, nafas.


(18)

20

c. Kata ganti (diri, penunjuk); misalnya saya, kamu, dia, kami, kita, mereka, ini, itu, sini, situ, sana.

d. Kata bilangan pokok; misalnya: satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh, dua puluh, sebelas, dua belas, seratus, dua ratus, seribu, dua ribu, sejuta, dua juta.

e. Kata kerja pokok; misalnya: makanan, minuman, tidur, bangun, berbicara, melihat, mendengar, mengigit, berjalan, bekerja, mengambil, menangkap, lari.

f. Kata keadaan pokok: misalnya : suka, duka, senang, susah, lapar, kenyang, haus, sakit, sehat, bersih, kotor, jauh, dekat, cepat, lambat, besar, kecil, banyak, sedikit, gelap, siang, malam, rajin, malas, kaya, miskin, tua, muda, hidup, mati.

g. Benda-benda universal; misalnya: tanah, air, api, udara, langit, bulan, bintang, matahari, binatang, tumbuh-tumbuhan.

b. Peta Konsep

Peta konsep adalah salah satu cara kreatif yang dapat digunakan oleh guru pada saat kegiatan belajar-mengajar berlangsung.

Menurut Novak dan Gowin dalam Suparno (1997: 56) dalam Sumarmi (2012: 76) : “Peta konsep adalah bagan sistematis yang menggambarkan penegasan konseptual seseorang dalam

rangkaian pernyataan”. Sedangkan menurut Saleh, Andri (2008:

68) adalah :“Mind map atau peta konsep merupakan gambaran

menyeluruh dari suatu materi pembelajaran yang dibuat dalam

bentuk sederhana.” Peta konsep terdiri dari pernyataan-pernyataan

yang dihubungkan dengan garis lurus dan kata penghubung.

2. Definisi Operasional Variabel

Variabel adalah suatu hal yang ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti. Selanjutnya, menurut Kidder (Sugiyono, 2012: 61) „variabel adalah suatu kualitas (qualities) dimana peneliti mempelajari dan


(19)

21

menarik kesimpulan darinya.‟ Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

a. Variabel bebas

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat. Variabel bebas dikenal dengan istilah intervensi atau perlakuan. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Penerapan peta konsep tentang nama-nama bintang. Dimana dalam penyajian nya dengan menggunakan cerita binatang dan anak membuat cerita kembali dalam bentuk peta konsep. Peta konsep adalah salah satu cara guru dalam belajar-mengajar, peta konsep merupakan gambaran menyeluruh yang dibuat secara sederhana dengan menggunakan gambar dan warna.

Penerapan peta konsep ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah kosakata pada anak tunagrahita ringan. Selama intervensi subyek memahami kosakata dengan peta konsep. Setiap progres subyek dicatat dengan sistem observasi langsung pada lembar tes yang disediakan sebelumnya selama 60 menit.

Adapun tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam mengetahui penerapan peta konsep dalam meningkakan jumlah kosakata adalah:

a. Memberikan tes awal untuk mengetahui sejauhmana kemampuan jumlah kosakata awal sebelum diberikan intervensi selama 60 menit.

b. Memberikan tes untuk mengetahui progres subjek dalam peningkatan jumlah kosakata selama diberikan intervensi selama 60 menit.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penerapan menggunakan peta konsep untuk meningkatkan jumlah kosakata adalah sebagai berikut :


(20)

22

1) Peserta didik menggunakan cara belajar peta konsep diharapkan agar dapat berkonsentrasi dalam menyelesaikan tugasnya.

2) Peserta didik diberikan apersepsi dan posisi duduk anak dengan peneliti.

3) Peserta didik diberikan penjelasan mengenai cara peta konsep.

4) Peserta didik diberikan latihan membuat peta konsep. 5) Peserta didik di tugas kan membuat peta konsep sesuai

instruksi peneliti

6) Memberi umpan balik terhadap tugas yang diberikan. b. Variabel terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian kasus tunggal dikenal dengan nama target behavior (perilaku sasaran). Variabel terikat ini mempunyai sifat yang dapat diobservasi dan dihitung. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah meningkatkan jumlah kosakata.

Meningkatkan kemampuan jumlah kosakata pada anak tunagrahita ringan diartikan sebuah hasil dari penelitian yang diberikan oleh peneliti, yang meliputi :

1) Peserta didik mampu memahami cerita binatang yang diceritakan.

2) Peserta didik mampu menyebutkan kosakata nama-nama binatang.

3) Peserta didik mampu membuat peta konsep sederhana dari cerita binatang tersebut.

B. Metode Penelitian

Menurut Sugiyono (2009:3) “Metode penelitian merupakan cara


(21)

23

jumlah kosakata anak tunagrahita ringan, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Metode penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2009: 107).

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan subjek tunggal atau Single Subjek Research (SSR) yang bertujuan untuk mengetahui seberapa pengaruh besar dari perlakuan yang diberikan kepada subjek secara berulang-ulang pada waktu tertentu.

C. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan disain subyek tunggal. Menurut Sunanto et al (2005: 56) “disain subyek tunggal ini memfokuskan pada data individu sebagai sampel penelitian.” Pada disain subyek tunggal pengukuran variabel terikat dilakukan berulang-ulang dalam periode waktu tertentu. Perbandingan dilakukan pada subyek yang sama dengan kondisi berbeda. Kondisi yang dimaksud disini adalah kondisi baseline dan kondisi intervensi. Kondisi baseline adalah kondisi dimana pengukuran target behavior dilakukan pada keadaan natural sebelum diberikan intervensi. Kondisi eksperimen adalah kondisi dimana suatu intervensi telah diberikan dan target behavior diukur dibawah kondisi tersebut. Disain penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah disain A-B-A. Gambar ditampilkan disain A-B-A dapat dilihat pada gambar berikut :

T

ar

ge

t Be

h

avio

r

A 1 B A 2

Sesi


(22)

24

Dimana :

A./ Baseline 1 adalah suatu kondisi awal atau dasar kemampuan anak dalam perolehan jumlah kosakata yang dimiliki subyek sebelum memperoleh intevensi (pra intervensi). Pada bagian ini subyek terlebih dahulu memperoleh tes perbuatan untuk mengukur sejauh mana subyek tersebut memiliki berapa jumlah dalam kosakatanya. Hasilnya akan dihitung berdasarkan presentase dan data tersebut diubah kedalam bentuk grafik.

B./ Intervensi adalah kondisi dimana berapa jumlah kosakata yang dimiliki subyek. Pada tahap ini guru memberikan perintah untuk menyebutkan, menggambarkan benda yang didengar anak.

AI/ Baseline 2 adalah pada tahap ini merupakan sebuah pengulangan dari kondisi awal atau dasar kemampuan anak tunagrahita ringan dalam jumlah kosakata yang dimilikinya. Pada tahap ini dilakukan untuk evaluasi, sejauh mana pengaruh intervensi yang diberikan dpat dipahami subyek (post intervensi).

Jumlah kosakata yang dimiliki subyek pada saat ini belum bisa menyimak kosakata dari apa yang telah didengar, anak biasanya lebih mengungkapkan kepada gambar dan tulisan tetapi dia mengerti apa yang diucapkan guru.

D. Subyek dan Lokasi Penelitian 1. Subyek Penelitian

Nama : DK

Jenis Kelamin : Laki-Laki

TTL : Bandung, 23 Januari 2003

Alamat : Kp. Buniwangi RT 04 /02 Ds. Mekarwangi Kec. Lembang

Kecacatan Yang Tampak : Tunagrahita Ringan

Sekolah : SLB C Plus Asih Manunggal Bandung Kondisi : DK adalah siswa kelas lima SDLB-C.


(23)

25

tunagrahita ringan biasanya memiliki hambatan pada interaksi sosial. DK senang jika melakukan aktifitas menggambar dibandingkan kegiatan yang lainnya seperti berhitung. Jika diperintahkan kedepan kelas dan tidak bisa atau tidak mau DK akan duduk dibawah dan menangis. Jika telah bosan dengan belajar DK senang mengganggu temannya atau suka keluar kelas.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di SLB C Plus Asih Manunggal Bandung. Memberikan penerapan cara belajar dengan menggunakan peta konsep dilakukan di sekolah subyek beralamatkan di jalan Singaperbangsa No. 103 Bandung. Berlangsung selama dua jam pelajaran atau 60 menit.

E. Prosedur Penelitian

1. Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengausaan kosakata anak, yaitu meningkatan jumlah kosakata dengan melalui cara peta konsep.

2. Pada Fase baseline-1 peneliti mengamati ketika anak diperintahkan untuk menyebutkan nama-nama binatang . Pada fase ini tidak ada perlakukan apapun karena bertujuan untuk mengamati kemampuan sejauh mana jumlah kosakata yang anak miliki. Peneliti mencatat data pada format pencatatan yang telah dibuat.

3. Pada fase intervensi. Diberikan perlakuan membaca cerita binatang lalu diminta untuk menceritakan kembali dalam bentuk peta konsep sederhana. Pengumpulan data dilakukan selama pengkondisian treatment dengan pencatatan 8 sesi pada format pencatatan yang telah dibuat. Menganalisis dan mengolah data penelitian dengan grafik perkembangan perbandingan peningkatan jumlah kosakata sebelum dan sesudah diberi perlakuan dengan menggunakan peta konsep.

4. Pada baseline-2. Dilakukan pengamatan ulang selama 4 sesi untuk melihat peningkatan kosakata setelah diberikan treatment.


(24)

26

Pengamatan dilakukan sama seperti baseline-1. Peneliti mencatat hasil tes yaitu peningkatan jumlah kosakata anak.

F. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian untuk mengetahui penerapan peta konsep dalam meningkatkan jumlah kosakata pada anak tunagrahita ringan ini akan menggunakan teknik pengumpulan data berupa tes.

Tes adalah serentetan pertanyaan untuk mengetahui kemampuan seseorang. Menurut Arikunto (2010: 193) “tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.”

Tes ini digunakan untuk mengetahui sejauhmana peningkatan jumlah kosakata pada anak yang diteliti. Tes yang diberikan berupa latihan yaitu subyek diminta untuk menyimak cerita binatang dan memberikan tes dengan menceritakan kembali cerita binatang tersebut dengan menggunakan peta konsep, dimana untuk mengetahui bagaimana penerapan kosakata dalam meningkatkan jumlah kosakatanya. Hasil tes ini digunakan sebagai kelengkapan data penelitian.Teknik pengumpulan data ini digunakan untuk mengetahui peningkatan kosakata selama 60 menit.

G. Instrumen penelitian

Sugiyono (2009: 148) menjelaskan bahwa instrumen adalah suatu

alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang

diamati, secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa lebih

kepada tes lisan.


(25)

27

terdapat kosakata yang dapat merangsang anak memperoleh kosakata

lebih banyak lagi, dengan kata lain instrumen ini mengacu pada analisis

tugas (Task Analysis).

Penelitian membutuhkan data untuk mengetahui apakah variabel bebas dan variabel terikat terdapat hubungan yang fungsional. Data diperoleh menggunakan teknik tes. Dalam pengumpulan data dibutuhkan alat untuk mengumpulkan data atau instrumen. Menurut Arikunto (2010: 203):

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.

Peneliti membutuhkan suatu alat bantu dalam proses pengumpulan data. Dalam penelitian alat bantu yang digunakan untuk membantu proses pengumpulan data disebut instrumen. Tentunya sebelum membuat

instrumen, peneliti terlebih dahulu membuat „kisi-kisi‟. Menurut Arikunto

(2010: 205) “kisi-kisi adalah sebuah tabel yang menunjukkan hubungan

antara hal-hal yang disebutkan dalam baris dengan hal-hal yang disebutkan dalam kolom”. Dalam penelitian ini kolom berisi tujuan penelitian, fokus penelitian, jenis data, sember data, metode, instrumen, dan kode format.

Instrumen yang baik adalah instrumen yang valid. Menurut Arikunto

(2010: 211) “validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat

-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen”. Suatu instrumen yang dikatakan valid mempunyai validitas tinggi dan mampu mengukur apa yang diinginkan atau mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Penelitian ini menggunakan pendapat para ahli (expert judgement) untuk menentukan kevalidan dari instrumen yang dibuat oleh peneliti. Sugiyono (2012: 177) mengemukakan bahwa “para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun itu. Mungkin para ahli akan memberikan keputusan: instrumen dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan dan mungkin dirombak total.”

Untuk mencapai tujuan penelitian ini, peneliti menyusun beberapa langkah pembuatan instrumen agar pelaksanaan lebih mudah, yaitu:


(26)

28

1. Membuat kisi-kisi

Pembuatan kisi-kisi bermanfaat untuk memberikan gambaran untuk menyusun pembuatan butir instrumen pada variabel yang di tentukan. (terlampir)

2. Pembuatan butir instrumen

Pembuatan butir instrumen disesuaikan dengan tujuan yang telah ditentukan di kisi-kisi soal. Dari tujuan tersebut dibuat bentuk soal perbuatan dan kinerja sebanyak 3 cerita binatang dan (terlampir) 3. Membuat kriteria penilaian

Penilaian di lakukan dengan menggunakan skoring, dimana setiap jawaban benar dan salah akan diberi nilai sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan pada setiap tes tersebut. Data yang telah diperoleh dicatat, setelah semua terkumpul dijimlahkan untuk menghitung persentase. Peningkatan jumlah kosakata dapat dihitung dengan cara:

H. Uji Validitas

Sugiyono (2009: 173) menyatakan bahwa instrumen yang valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Untuk menghasilkan suatu instrumen yang valid, suatu instumen wajib melalui suatu uji validitas. Menurut Sugiyono

(2009: 4), “Validitas adalah derajat ketepatan antara data yang

sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti.

Instrumen dalam penelitian ini diuji validatas melalui expert-judgement yaitu penilaian yang dilakukan oleh para ahli atau pakar yang beerkompeten di bidangnya. Para ahli yang dapat memberikan judgement –nya dalam penelitian ini berjumlah 2 orang yang terdiri dari dosen yang berkompeten di bidang pendidikan khusus dan 1 orang guru walikelas subyek. Adapun para ahli yang dijadikan tim penilai validasi


(27)

29

Tabel 3.1

Daftar Nama Penilai Ekspert Judgement Dalam Tes Uji Validitas

No Nama Jabatan Instansi

1 Dra. Hj. Pudji Asri, M.Pd. Dosen Spesialisai C Universitas Pendidikan Indonesia

2 Drs. Irham Hosni, M.Pd. Dosen Spesialisasi A Universitas Pendidikan Indonesia

3 Endang Heriawati, S.Pd. Guru Kelas SLB C Plus Asih Manunggal

Hasil ekspert judgement di katakan valid jika perolehan skornya di atas 50%. Adapun perhitungannya dihitung dengan menggunakan rumus :

P= ×100% Keterangan: P = persentase F = Jumlah Cocok

N = Jumlah penilaian ahli

* Adapun hasil tes perhitungan validasi instrumen dapat di lihat pada lampiran

I. Analisis Data

Penelitian dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh dari suatu intervensi. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh dari suatu intervensi, maka dilakukan pengamatan dengan membandingkan hasil subjek penelitian pada waktu sebelum, selama, dan sesudah mendapatkan intervensi. Setelah semua data terkumpul, kemudian data diolah dan dianalisis agar diperoleh gambaran secara jelas tentang hasil intervensi


(28)

30

dalam jangka waktu tertentu. Penggunaan grafik dalam penyajian data memiliki dua tujuan utama, seperti yang dikemukakan oleh Sunanto et al (2005: 36), yaitu:

a. Untuk membantu mengorganisasikan data sepanjang proses pengumpulan data yang nantinya akan mempermudah untuk mengevaluasi.

b. Untuk memberikan rangkuman data kuantitatif serta mendeskripsikan target behavior yang akan membantu dalam proses menganalisis hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.

Menurut Sunanto et al (2005: 37) terdapat beberapa komponen penting dalam penyajian data berbentuk grafik, yaitu:

a. Absis adalah sumbu X yang merupakan sumbu mendatar yang menunjukkan satuan untuk variabel bebas (misalnya sesi, hari, tanggal).

b. Ordinat adalah sumbu Y merupakan sumbu vertikal yang menunjukkan satuan untuk variabel terikat (misalnya persen, frekuensi, durasi).

c. Titik Awal merupakan pertemuan antara sumbu X dengan sumbu Y sebagai titik awal satuan variabel bebas dan terikat.

d. Skala garis-garis pendek pada sumbu X dan sumbu Y yang menunjukkan ukuran (misalnya 0%, 25%, 50%, 75%).

e. Label Kondisi yaitu keterangan yang menggambarkan kondisi eksperimen misalnya baseline atau intervensi.

f. Garis Perubahan Kondisi yaitu garis vertikal yang menunjukkan adanya perubahan kondisi ke kondisi lainnya.

g. Judul Grafik, judul yang mengarahkan perhatian pembaca agar segera diketahui hubungan antara variabel bebas dan terikat.

Komponen-komponen analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Analisis Data dalam Kondisi

Analisis data dalam kondisi adalah menganalisis perubahan data dalam suatu kondisi misalnya kondisi baseline atau kondisi intervensi, sedangkan komponen yang akan dianalisis adalah sebagai berikut.

1) Panjang Kondisi

Menurut Sunanto et al (2006: 96) “panjangnya kondisi dilihat dari banyaknya data point atau skor setiap kondisi.” Panjang kondisi ini menggambarkan banyaknya sesi pada setiap kondisi.


(29)

31

Menurut Sunanto et al (2006: 68) “kecenderungan arah digambarkan oleh garis lurus yang melintasi semua data dalam suatu kondisi dimana banyak data yang berada di atas dan di bawah garis tersebut sama banyak.” Menentukan estimasi kecenderungan arah menggunakan metode split-middle. Metode split-middle adalah menentukan kecenderungan arah grafik berdasarkan median data poin nilai ordinatnya (Sunanto et al, 2005: 98). Langkah-langkah untuk menentukan kecenderungan arah dengan menggunakan metode split-middle adalah sebagai berikut.

a) Membagi data menjadi dua bagian yaitu bagian kanan dan bagian kiri.

b) Membagi data bagian kanan dan bagian kiri masing-masing menjadi dua bagian.

c) Menentukan posisi median dari masing-masing belahan.

d) Menarik garis sejajar dengan absis yang menghubungkan titik temu antara median data bagian kanan dan data bagian kiri.

3) Tingkat Stabilitas

Menurut Sunanto et al (2006: 68) “tingkat stabilitas menunjukkan tingkat homogenitas data dalam suatu kondisi.” Tingkat stabilitas ini berdasarkan jumlah data point yang berada dalam rentang diantara batas atas, mean dan batas bawah.

4) Jejak Data

Menurut Sunanto et al (2006: 70) “jejak data merupakan perubahan dari data satu ke data lain dalam suatu kondisi.” Terdapat tiga kemungkinan dalam jejak data ini yaitu menaik, menurun, dan mendatar. Menentukan kecenderungan jejak data sama dengan menentukan estimasi kecenderungan arah.

5) Rentang

Menurut Sunanto et al (2006: 70) “rentang dalam sekelompok data pada suatu kondisi merupakan jarak antara data pertama dengan data terakhir.”


(30)

32

Menurut Sunanto et al (2006: 70) “tingkat perubahan data dalam suatu kondisi merupakan selisih antara data pertama dengan data terakhir.” Langkah-langkah untuk menentukan tingkat perubahan adalah sebagai berikut.

a) Menentukan data point pertama dan data point terakhir dalam suatu kondisi.

b) Kurangi data point yang besar dengan data point yang kecil. c) Tentukan apakah selisihnya menunjukkan arah membaik atau

memburuk sesuai dengan tujuan intervensi.

b. Analisis Data antar Kondisi

Analisis data antar kondisi adalah perubahan data antar kondisi, misalnya dari kondisi baseline ke kondisi intervensi. Komponen-komponen analisis antar kondisi meliputi:

1) Variabel yang diubah

Analisis data antar kondisi sebaiknya difokuskan pada satu variabel terikat dan ditekankan pada efek intervensi terhadap perilaku sasaran.

2) Perubahan kecenderungan arah dan efeknya

Menurut Sunanto et al (2006: 72) “perubahan kecenderungan arah grafik antar kondisi baseline dan intervensi menunjukkan makna perubahan perilaku sasaran (target behavior) yang disebabkan oleh intervensi.” Perubahan kecenderungan arah dan efeknya ditentukan dengan cara mengambil data estimasi kecenderungan arah pada analisis visual dalam kondisi.

3) Perubahan stabilitas dan efeknya

Menurut Sunanto et al (2006: 73) “sabilitas data menunjukkan tingkat

kestabilan perubahan dari serentetan data.” Perubahan stabilitas dapat

ditentukan dengan cara mengambil data kecenderungan stabilitas pada analisis visual dalam kondisi.

4) Perubahan level data


(31)

33

dengan selisih antara data point terakhir dalam kondisi baseline dengan data point pertama dalam kondisi intervensi.

5) Data yang Tumpang Tindih

Menurut Sunanto et al (2006: 72) “data yang tumpang tindih antara dua kondisi adalah terjadinya data yang sama pada kedua kondisi tersebut.”

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data-data tersebut adalah:

1. Menskor hasil penilaian pada kondisi baseline 1. 2. Menskor hasil penilaian pada kondisi intervensi. 3. Menskor hasil penilaian pada kondisi baseline 2.

4. Membuat tabel penelitianuntuk skor yang telah diperoleh pada kondisi baseline 1, kondisi intervensi, dan baseline 2.

5. Membandingkan hasil skor pada kondisi baseline 1, skor intervensi,dan baseline 2.

6. Memuat analisis data bentuk grafik garis sehingga dapat dilihat secara langsung perubahan yang terjadi dari ketiga fase.


(32)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa peta konsep dapat digunakan untuk meningkatkan peningkatan julah kosakata pada anak tunagrahita hal ini di tunjukan oleh peningkatan frekuensi rata-rata yang di tunjukan oleh DK, dimana pada kondisi baseline 1 (A1), intervensi (B) dan baseline 2 (A2). Peningkatan rata-rata DK memiliki jumlah kosakata pada kondisi baseline 1 (A1) sebesar 21,25% yang meningkat pada kondisi intervensi (B) sebesar 36,5% dan meningkat kembali pada kondisi baseline 2 (A2) sebesar 50,31% Selain itu juga, estimasi kecenderungan arah pada kondisi intervensi (B) dan baseline 2 (A2) +5% menunjukkan kecenderungan arah meningkat. Persentase data overlap sebesar 0% yang berarti adanya pengaruh dari kegiatan intervensi ini terhadap target behavior.

Maka, hasil kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan peta konsep terhadap peningkatan jumlah kosakata pada anak tunagrahita ringan dapat digunakan. Hasil kesimpulan ini juga sekaligus menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini setelah diketahui bahwa peta konsep dapat meningkatkan jumlah kosakata anak tunagrahita ringan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian terhadap peningkatan jumlah kosakata pada salah satu peserta didik di SLB C PLUS Asih Manunggal Bandung, maka peneliti menyarankan kepada:

1. Sekolah

Berdasarkan hasil penelitian, khususnya yang berkaitan dengan peningkatan jumlah kosakata, sekiranya dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pendidik dapat mengaplikasikan


(33)

57

penggunaan penerapan peta konsep terhadap peningkatan jumlah kosata pada anak tunagrahita ringan.

2. Orang Tua

Kepada orang tua hendaknya lebih memperhatikan lagi khususnya dalam kebutuhan belajar anak. Dengan orang tua lebih memperhatikan anak khususnya dalam belajar anak, secara tidak langsung orang tua dapat maksimal melihat potensi yang anak miliki yaitu menggambar dengan menggunakan peta konsep.

3. Peneliti Selanjutnya

Apabila ingin melanjutkan penelitian maka dapat memberikan intervensi variasi kegiatan mengontrol emosi anak. Pengkondisian waktu serta lokasi penelitian perlu lebih diperhatikan agar tujuan dari intervensi menjadi lebih baik serta penelitian ini dapat lebih disempurnakan lagi.


(34)

58

DAFTAR PUSTAKA

Amalia. (2012). Penggunaan Metode Mind Mapping dalam Meningkatkan Kosakata Buah-buahan Pada Anak Tunarungu Kelas D2 di SLB Bukti Bakti 1 Kawali. Skripsi Jurusan PLB FIP UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Annes. (2010). Pengertian Tunagrahita. [Online]. Tersedia: http://annesdecha.blogspot.com/2010/03/pengertiantunagrahita .html. (25 maret 2013).

Anonim. (2011). Pengertian Kosakata. [Online]. Tersedia: http://krizi.wordpress.com/tag/kosa-kata/. (25 Maret 2013). Anonim. (2013). Pengertian Anak Tunagrahita dan masalah yang

dihadapi anak tunagrahita Ringan. [Online]. Tersedia: http://faiersucces.wordpress.com/2011/07/10/tunagrahita/. (25 Juni 2013).

Anonim. (2013). Dampak psikologis sosial, prestasi belajar dan kemandirian anak tunagrahita ringan. [Online]. Tersedia: http://eprints.uns.ac.id/3011/1/64691606200904571.pdf,. (25 Juni 2013).

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

BSPN, (2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Bungin, B. (2010). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi,

Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta:

Kencana.

Buzan, T (2006). Mind Maps at work. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

________. (2010). Buku Pintar Mind Map Untuk Anak : Agar Mudah Menghafal dan Berkonsentrasi. Jakarta: PT. Gramedia


(35)

59

Darmadi, Hamid. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Darminta, P. (2001). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Delphie, B. (2006). Pembelajaran Anak Tunagrahita. Bandung: PT. Refika Aditama.

_______. (2009). Bimbingan Perilaku Adaptif. Klaten: PT. Intan Sejati.

Desmita. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Djani M. U. (2008). Klasifikasi Anak Tunagrahita. [Online]. Tersedia : Http:/File.upi.edu//.

Firman, A. (2013). Metode Pembelajaran Mind Map Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Pada Anak Tunagrahita Ringan. Skripsi Jurusan PLB FIP UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Masyhuri dan Zainuddin, M. (2008). Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif. Bandung: Refika Aditama.

Muhammad, Jamila K.A. (2008). Special Education For All Children. Jakarta: Hikmah (PT. Mizan Publika).

Putri, A.W. (2013). Efektivitas Penggunaan Metode Mind Mapping Dalam Meningkatkan Kemampuan Belajar Membaca Anak Berkesulitan Belajar. Skripsi Jurusan PLB FIP UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Ramadhian, A. B. (2004). Guidance Book For Parent, My First One Years Activity Book Young Smart and Fun. Jakarta: Pustaka Lebah.

Saleh, Andri. (2008). Kreatif Mengajar dengan Mind Map. Bandung: Tinta emas publishing.


(36)

60

Semiawan. Conny. (1982). Panduan Bagi Penulis Buku Untuk Murid Sekolah Dasar Dalam Penggunaan Kosakata dan Kalimat. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan

Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sumarmi. (2012). Model-model pembelajaran geografi. Malang: Aditya Media Publishing.

Sunanto, J., Takeuchi, K. dan Nakata, H. (2005). Pengantar Penelitian dengan Subjek Tunggal. : University Of Tsukuba. Suryabrata, Sumadi. (2003). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT.

Rajagrafindo persada.

Susetyo, B. (2012). Statistika Untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: Refika Aditama.

T, Somantri Sutjihati. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama.


(37)

DAFTAR PUSTAKA

Amalia. (2012). Penggunaan Metode Mind Mapping dalam

Meningkatkan Kosakata Buah-buahan Pada Anak Tunarungu

Kelas D2 di SLB Bukti Bakti 1 Kawali. Skripsi Jurusan PLB

FIP UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Annes. (2010). Pengertian Tunagrahita. [Online]. Tersedia:

http://annesdecha.blogspot.com/2010/03/pengertiantunagrahita

.html. (25 maret 2013).

Anonim. (2011). Pengertian Kosakata. [Online]. Tersedia:

http://krizi.wordpress.com/tag/kosa-kata/. (25 Maret 2013).

Anonim. (2013). Pengertian Anak Tunagrahita dan masalah yang

dihadapi anak tunagrahita Ringan. [Online]. Tersedia:

http://faiersucces.wordpress.com/2011/07/10/tunagrahita/. (25

Juni 2013).

Anonim. (2013). Dampak psikologis sosial, prestasi belajar dan

kemandirian anak tunagrahita ringan. [Online]. Tersedia:

http://eprints.uns.ac.id/3011/1/64691606200904571.pdf,. (25

Juni 2013).

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

BSPN, (2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jakarta :


(38)

Bungin, B. (2010). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi,

Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta:

Kencana.

Buzan, T (2006). Mind Maps at work. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama.

________. (2010). Buku Pintar Mind Map Untuk Anak : Agar

Mudah Menghafal dan Berkonsentrasi. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama.

Darmadi, Hamid. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:

Alfabeta.

Darminta, P. (2001). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai

Pustaka.

Delphie, B. (2006). Pembelajaran Anak Tunagrahita. Bandung: PT.

Refika Aditama.

_______. (2009). Bimbingan Perilaku Adaptif. Klaten: PT. Intan

Sejati.

Desmita. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Djani M. U. (2008). Klasifikasi Anak Tunagrahita. [Online].

Tersedia : Http:/File.upi.edu//.

Firman, A. (2013). Metode Pembelajaran Mind Map Dalam

Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Pada

Anak Tunagrahita Ringan. Skripsi Jurusan PLB FIP UPI.


(39)

Masyhuri dan Zainuddin, M. (2008). Metodologi Penelitian

Pendekatan Praktis dan Aplikatif. Bandung: Refika

Aditama.

Muhammad, Jamila K.A. (2008). Special Education For All

Children. Jakarta: Hikmah (PT. Mizan Publika).

Putri, A.W. (2013). Efektivitas Penggunaan Metode Mind Mapping

Dalam Meningkatkan Kemampuan Belajar Membaca

Anak Berkesulitan Belajar. Skripsi Jurusan PLB FIP UPI.

Bandung: Tidak diterbitkan.

Ramadhian, A. B. (2004). Guidance Book For Parent, My First One

Years Activity Book Young Smart and Fun. Jakarta: Pustaka

Lebah.

Saleh, Andri. (2008). Kreatif Mengajar dengan Mind Map.

Bandung: Tinta emas publishing.

Semiawan. Conny. (1982). Panduan Bagi Penulis Buku Untuk

Murid Sekolah Dasar Dalam Penggunaan Kosakata dan

Kalimat. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan

Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sumarmi. (2012). Model-model pembelajaran geografi. Malang:

Aditya Media Publishing.

Sunanto, J., Takeuchi, K. dan Nakata, H. (2005). Pengantar


(40)

Suryabrata, Sumadi. (2003). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT.

Rajagrafindo persada.

Susetyo, B. (2012). Statistika Untuk Analisis Data Penelitian.

Bandung: Refika Aditama.

T, Somantri Sutjihati. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung:

PT. Refika Aditama.


(1)

59

Darmadi, Hamid. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Darminta, P. (2001). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Delphie, B. (2006). Pembelajaran Anak Tunagrahita. Bandung: PT. Refika Aditama.

_______. (2009). Bimbingan Perilaku Adaptif. Klaten: PT. Intan Sejati.

Desmita. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Djani M. U. (2008). Klasifikasi Anak Tunagrahita. [Online]. Tersedia : Http:/File.upi.edu//.

Firman, A. (2013). Metode Pembelajaran Mind Map Dalam

Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Pada Anak Tunagrahita Ringan. Skripsi Jurusan PLB FIP UPI.

Bandung: Tidak diterbitkan.

Masyhuri dan Zainuddin, M. (2008). Metodologi Penelitian

Pendekatan Praktis dan Aplikatif. Bandung: Refika

Aditama.

Muhammad, Jamila K.A. (2008). Special Education For All

Children. Jakarta: Hikmah (PT. Mizan Publika).

Putri, A.W. (2013). Efektivitas Penggunaan Metode Mind Mapping

Dalam Meningkatkan Kemampuan Belajar Membaca Anak Berkesulitan Belajar. Skripsi Jurusan PLB FIP UPI.

Bandung: Tidak diterbitkan.

Ramadhian, A. B. (2004). Guidance Book For Parent, My First One

Years Activity Book Young Smart and Fun. Jakarta: Pustaka

Lebah.

Saleh, Andri. (2008). Kreatif Mengajar dengan Mind Map. Bandung: Tinta emas publishing.


(2)

60

Semiawan. Conny. (1982). Panduan Bagi Penulis Buku Untuk

Murid Sekolah Dasar Dalam Penggunaan Kosakata dan Kalimat. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan

Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sumarmi. (2012). Model-model pembelajaran geografi. Malang: Aditya Media Publishing.

Sunanto, J., Takeuchi, K. dan Nakata, H. (2005). Pengantar

Penelitian dengan Subjek Tunggal. : University Of Tsukuba.

Suryabrata, Sumadi. (2003). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Rajagrafindo persada.

Susetyo, B. (2012). Statistika Untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: Refika Aditama.

T, Somantri Sutjihati. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Amalia. (2012). Penggunaan Metode Mind Mapping dalam

Meningkatkan Kosakata Buah-buahan Pada Anak Tunarungu Kelas D2 di SLB Bukti Bakti 1 Kawali. Skripsi Jurusan PLB

FIP UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Annes. (2010). Pengertian Tunagrahita. [Online]. Tersedia: http://annesdecha.blogspot.com/2010/03/pengertiantunagrahita .html. (25 maret 2013).

Anonim. (2011). Pengertian Kosakata. [Online]. Tersedia: http://krizi.wordpress.com/tag/kosa-kata/. (25 Maret 2013). Anonim. (2013). Pengertian Anak Tunagrahita dan masalah yang

dihadapi anak tunagrahita Ringan. [Online]. Tersedia:

http://faiersucces.wordpress.com/2011/07/10/tunagrahita/. (25 Juni 2013).

Anonim. (2013). Dampak psikologis sosial, prestasi belajar dan

kemandirian anak tunagrahita ringan. [Online]. Tersedia:

http://eprints.uns.ac.id/3011/1/64691606200904571.pdf,. (25 Juni 2013).

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

BSPN, (2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.


(4)

Bungin, B. (2010). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi,

Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta:

Kencana.

Buzan, T (2006). Mind Maps at work. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

________. (2010). Buku Pintar Mind Map Untuk Anak : Agar

Mudah Menghafal dan Berkonsentrasi. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama.

Darmadi, Hamid. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Darminta, P. (2001). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Delphie, B. (2006). Pembelajaran Anak Tunagrahita. Bandung: PT. Refika Aditama.

_______. (2009). Bimbingan Perilaku Adaptif. Klaten: PT. Intan Sejati.

Desmita. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Djani M. U. (2008). Klasifikasi Anak Tunagrahita. [Online]. Tersedia : Http:/File.upi.edu//.

Firman, A. (2013). Metode Pembelajaran Mind Map Dalam

Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Pada Anak Tunagrahita Ringan. Skripsi Jurusan PLB FIP UPI.


(5)

Masyhuri dan Zainuddin, M. (2008). Metodologi Penelitian

Pendekatan Praktis dan Aplikatif. Bandung: Refika

Aditama.

Muhammad, Jamila K.A. (2008). Special Education For All

Children. Jakarta: Hikmah (PT. Mizan Publika).

Putri, A.W. (2013). Efektivitas Penggunaan Metode Mind Mapping

Dalam Meningkatkan Kemampuan Belajar Membaca Anak Berkesulitan Belajar. Skripsi Jurusan PLB FIP UPI.

Bandung: Tidak diterbitkan.

Ramadhian, A. B. (2004). Guidance Book For Parent, My First One

Years Activity Book Young Smart and Fun. Jakarta: Pustaka

Lebah.

Saleh, Andri. (2008). Kreatif Mengajar dengan Mind Map. Bandung: Tinta emas publishing.

Semiawan. Conny. (1982). Panduan Bagi Penulis Buku Untuk

Murid Sekolah Dasar Dalam Penggunaan Kosakata dan Kalimat. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan

Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sumarmi. (2012). Model-model pembelajaran geografi. Malang: Aditya Media Publishing.

Sunanto, J., Takeuchi, K. dan Nakata, H. (2005). Pengantar


(6)

Suryabrata, Sumadi. (2003). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Rajagrafindo persada.

Susetyo, B. (2012). Statistika Untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: Refika Aditama.

T, Somantri Sutjihati. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama.