KAJIAN VISUAL RELIEF PADA MONUMEN PERJUANGAN JOGJA II DI KABUPATEN SUMEDANG.

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Definisi Operasional... 6

F. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

A. Seni Rupa ... 9

1. Pengertian Seni... 9

2. Pengertian Dasar seni Rupa ... 12

3. Bentuk-bentuk Seni ... 15

4. Aspek-aspek Seni ... 16

a. Aspek Kegunaan ... 16


(2)

6. Komponen Dasar Seni Rupa ... 19

a. Tema ... 19

b. Bentuk ... 19

c. Isi/Makna ... 22

7. Unsur-unsur Seni Rupa ... 22

a. Garis, Bidang, Bentuk, Warna, Tekstur ... 22

B. Unsur Seni Rupa 3 Dimensi ... 25

C. Teori Warna 1. Pengertian Warna ... 27

a. Warna Primer ... 27

b. Warna Skunder ... 27

2. Warna Monokromatik ... 29

D. Teori Visual 1. Pengertian Kajian Visual... 30

2. Estetika Nusantara ... 30

E. Bahasa Rupa 1. Pengertian Bahasa Rupa ... 31

2. Bahasa Rupa Berdasarkan Zaman ... 32

F. Ilustrasi 1. Pengertian Ilustrasi ... 32

2. Fungsi Ilustrasi ... 32


(3)

G. Semiotika

1. Pengertian Semiotika ... 33

H. Seni Patung ... 35

1. Sejarah Seni Patung... 36

2. Pertumbuhan dan Perkembangan Seni Patung ... 37

3. Aliran Dalam Seni Patung ... 40

4. Jenis Dalam Seni Patung ... 42

5. Teknik Dalam Seni Patung... 43

6. Teknik Konstruksi ... 45

I. Seni Relief 1. Pengertian Relief ... 45

2. Asal Usul Relief ... 46

3. Teknik dan jenis Relief ... 48

J. Monumen 1. Pengertian Monumen ... 50

2. Sejarah Monumen ... 51

K. Definisi Sejarah dan Perjuangan 1. Pengertian Sejarah ... 54

2. Pengertian Perjuangan ... 54

L. Budaya Sunda 1. Pengertian Sunda ... 56


(4)

BAB III METODE PENELITIAN ... 60

A. Metode Penelitian... 60

B. Lokasi dan Tempat Penelitian ... 62

C. Instrumen Penelitian... 63

D. Jenis dan Sumber Data ... 65

E. Teknik Pengumpulan Data ... 65

F. Pendekatan Penelitian ... 72

G. Prosedur dan Tahapan Penelitian ... 74

H. Teknik Analisis Data ... 76

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN MONUMEN PERJUANGAN JOGJA II ... 78

A. Hasil penelitian... 78

1. Profil Seniman ... 78

B. Pembahasan Monumen Perjuangan jogja II di Kabupaten Sumedang ... 79

1. Kabupaten Sumedang a. Asal Mula Kabupaten Sumedang ... 79

b. Sejarah Kabupaten Sumedang... 81

c. Data Populasi Kabupaten Sumedang ... 82

2. Kecamatan Buahdua a. Sejarah Kecamatan Buahdua... 83

b. Asal Mula Kecamatan Buahdua ... 85


(5)

3. Sejarah Julukan Jogja II ... 86

C. Desain dan Makna Visual Monumen Perjuangan Jogja II Di Kabupaten Sumedang 1. Kajian Monumen Perjuangan Jogja II a. Desain Rancangan dan Makna ... 90

b. Ukuran Monumen Perjuangan jogja II ... 96

2. Kajian Visual Relief Pada monumen perjuangan jogja II a. Panel Relief pada Monumen Perjuangan jogja II ... 98

b. Kajian Dilihat Dari Unsur Rupa ... 98

c. Kajian Semiotika pada Monumen perjuangan Jogja II ... 100

3. Ilustrasi Sejarah Pada Panel-panel Relief Monumen Perjuangan Jogja II ... 105

D. Media dan Teknik Pembuatan Monumen perjuangan Jogja II 1. Konstruksi Bangunan Monumen Perjuangan Jogja II ... 123

2. Teknik, Media dan Alat Pembuatan Monumen Perjuangan Jogja II ... 124

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 129

DAFTAR PUSTAKA ... 133


(6)

LAMPIRAN


(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Indonesia merupakan negara kesatuan yang memiliki keanekaragaman agama, adat, tradisi dan sejarah serta budaya berkesenian yang dalam kehidupan sehari-harinya erat kaitannya dengan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan lepas dari situasi dan kondisi yang terjadi dalam lingkungannya, hal ini akan membawa kesebuah pengalaman dan akhirnya dapat menimbulkan penghayatan terhadap diri manusia itu sendiri.

Keterlibatan seni dalam usaha manusia memenuhi kebutuhannya menjadikan kehidupan lebih berbudaya. Karya seni kemudian muncul sebagai wadah komunikasi dan sarana berbagai macam pengalaman dan keyakinan hidup (Widyosiswono, 1986: 12).

Untuk itu kegiatan manusia yang selalu bersinggungan dengan banyak kisah, tragedi maupun segala peristiwa yang tidak bisa dilupakan selalu ingin di pertahankan dan untuk diceritakan kepada anak cucunya, keinginan tersebut muncul untuk membuat sebuah karya abadi dan bertahan lama, salah satunya yaitu membuat monumen. Monumen sering juga difungsikan untuk memperindah penampilan suatu kota atau lokasi tertentu, untuk memuat informasi politik bersejarah, sebagai monumen untuk memperkuat citra keunggulan kekuatan politik. Monumen dapat berusia ribuan tahun, sebagai simbol yang bertahan lama suatu peradaban purba. Bangunan fungsional yang menjadi semakin penting


(8)

karena usianya, ukurannya, atau makna sejarahnya, dapat juga dianggap sebagai monumen.

Di Indonesia monumen yang sangat kuat kaitannya dengan perjuangan sangat beragam, salah satu monumen yang sangat erat kaitannya dengan perjuangan yaitu Monumen perjuangan Jogja II di Kecamatam Buahdua, Kabupaten Sumedang. H. Engkis Kiswaya pensiunan PETA (Pembela Tanah Air) yang sekarang disebut Veteran, menceritakan bahwasannya Rd. Agus Salam adalah putra dari Rd. Kartadibrata Kusumahdinata yang merupakan keturunan susuhunan Sumedang Larang. Beliau dijadikan kepala cutak (kepala wilayah) wilayah oleh pemerintah Sumedang untuk daerah Buahdua sekarang. Maka dengan kejadian tersebut timbulah nama baru untuk daerah itu sebagai daerah panyeuseupan (Tempat strategis untuk pertanian) yang diartikan kepada buah dada layaknya seorang ibu sedang menyusui anaknya yang memberikan pertumbuhan dan kesuburan yang sangat berarti sebagai sumber kehidupan bagi manusia. Maka agar terdengar lebih sopan, kata buah dada tersebut diubah menjadi “Buahdua” sampai sekarang terbentuklah suatu desa dengan nama Desa Buahdua.

Dengan adanya kisah sejarah diatas penulis merasa ingin mengetahui lebih menyeluruh baik dari bentuk visual, kebenaran sejarah perjuangan yang terdapat pada ilustrasi panel relief, makna dan ide gagasan yang terkonsep secara utuh terinspirasi dari berbagai sudut perjuangan dilihat dari keseluruhan yang berkesinambungan serta selaras hingga ukuran monumen yang menandakan


(9)

waktu era kerajaan hingga era kemerdekaan rakyat Sumedang pada Monumen Perjuangan Jogja II di Kabupaten Sumedang.

Harapan penulis, keindahan Monumen Perjuangan Jogja II tidak hanya dinilai dari segi visualnya akan tetapi makna didalamnya yang mempunyai nilai sejarah yang sangat berarti, harus berkembang dan di kenal oleh masyarakat luas, jadi akan sangat disayangkan bila keberadaan Monumen Perjuangan Jogja II dengan segala keunikannya menjadi tidak berkembang atau bahkan punah akibat faktor yang tidak diharapkan.

Sebagai generasi muda yang cinta akan budaya dan menghargai akan jasa para pahlawan, penulis merasa perlu melestarikan artefak (peninggalan) dalam Monumen Perjuangan Jogja II, khususnya berupa karya seni. Pendokumentasian, pengkajian, oleh karena itu perlu penyebarluasan dari keasliannya. Sebelum kita kehilangan semuannya.

Berdasarkan pengamatan sementara di lapangan, media dan teknik yang digunakan untuk membuat Monumen Perjuangan jogja II di Kabupaten Sumedang tidak jauh berbeda dengan monumen-monumen yang lainnya, yang ada di Indonesia. Tetapi penulis merasa perlu untuk meneliti lebih lanjut tentang media dan teknik ini dengan beberapa pertimbangan:

1. Jika dilihat dari keuntungannya, penelitian tentang media dan bahan ini akan menambah pengetahuan yang perlu di teliti lebih lanjut.

2. Jika tidak diteliti, maka perkembangan media dan teknik dalam pembuatan Monumen Perjuangan jogja II, tidak akan ada kemajuan lebih lanjut dilihat


(10)

Hal inilah yang menjadi salah satu ketertarikan penulis untuk mengangkat dan mendokumentasikannya kedalam karya tulis ilmiah skripsi berjudul “KAJIAN VISUAL RELIEF PADA MONUMEN PERJUANGAN JOGJA II DI KABUPATEN SUMEDANG”.

Pepatah mengatakan bangsa yang tinggi adalah bangsa yang selalu menghargai jasa para Pejuang di masa lampau. Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis tertarik untuk meneliti tentang relief pada monumen perjuangan Jogja II yang berjudul “Kajian Visual Relief Pada Monumen Perjuangan Jogja II Di Kabupaten Sumedang”.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis ingin mempersempit ruang lingkup permasalahan dengan merumuskan permasalahan tersebut :

1. Bagaimana wujud visual relief dan Monumen Perjuangan Jogja II di

Kabupaten Sumedang?

2. Sejarah dan makna apa yang terkandung dalam relief pada Monumen

Perjuangan Jogja II di Kabupaten Sumedang?

3. Apa saja media dan teknik yang digunakan dalam pembuatan relief dan Monumen Perjuangan Jogja II di Kabupaten Sumedang?

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui wujud visual relief dan Monumen Perjuangan Jogja II di Kabupaten Sumedang.


(11)

2. Untuk mengetahui sejarah dan makna yang terkandung dalam relief dan Monumen Perjuangan Jogja II di Kabupaten Sumedang.

3. Untuk mengetahui media dan teknik yang digunakan dalam pembuatan relief

dan Monumen Perjuangan Jogja II di Kabupaten Sumedang.

D. MANFAAT PENELITIAN

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi semua pihak, adapun secara rinci manfaat penelitian ini adalah:

1. Untuk penulis

– Guna menambah ilmu pengetahuan serta memperluas wawasan tentang

seni rupa baik secara teoritis maupun secara praktis mengenai karya seni patung.

– Untuk menambah wawasan tentang bahan dan alat, teknik pembuatan,

dan wujud visual pada relief.

– Untuk meningkatkan kepedulian terhadap hasil karya seni masyarakat

terhadap karya seni rupa khususnya karya seni patung.

– Untuk mempererat kerjasama yang baik antara peneliti, Pengerajin, Seniman, Lembaga Pendidikan, Lembaga Pemerintahan, Kriyawan, dan Apresiator.

2. Untuk Jurusan Pendidikan Seni Rupa UPI

– Untuk Mahasiswa, guna menambah wawasan mahasiswa khususnya


(12)

– Untuk Dosen, dapat menjadi referensi atau bahan materi bagi Dosen seni rupa UPI.

3. Untuk Seniman

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat untuk mengeksplorasi ide bagi para pengerajin dan seniman agar karya yang dihasilkan semakin unggul dan semakin lebih giat lagi untuk menghasilkan karya-karya yang luar biasa kualitasnya.

4. Untuk Pemerintah Daerah

Untuk membantu pemerintah daerah dalam menjaga dan melestarikan karya-karya yang menceritakan sejarah perjuangan bangsa kita.

5. Untuk Umum

Dengan adanya penelitian ini agar dapat menambah wawasan dan informasi yang berguna, serta untuk menambah ilmu pengetahuan kepada masyarakat umum tentang seni patung, agar dapat menumbuhkan rasa cinta terhadap karya-karya seni patung dan diapresiasi oleh masyarakat.

E. Definisi Operasional

1. Visual

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, visual adalah dapat dilihat dengan indra penglihat (mata); berdasarkan penglihatan. Visualisasi adalah pengungkapan suatu gagasan atau perasaan dengan menggunakan bentuk gambar, tulisan (kata dan angka), peta, grafik, dan sebagainya. (Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 1999: 1120).

2. Relief

Relief adalah salah satu cabang dari seni rupa, dengan dasar pengertian yang sama, Relief adalah sebuah pengembangan yang lebih utuh dari patung


(13)

2 dimensi. Relief juga dapat di paparkan sebagai kegiatan mengolah medium tiga dimensi atau permukaan dari objek tiga dimensi untuk mendapat kesan tertentu. Medium relief bisa berbentuk apa saja, seperti perunggu, batu, marmer. Alat yang digunakan juga bisa bermacam-macam, dengan syarat bisa memberikan kesan atau imaji tertentu kepada media yang digunakan. (Koentjaraningrat, 1990: 5).

3. Monumen

Monumen adalah jenis bangunan yang dibuat untuk memperingati seseorang atau peristiwa yang dianggap penting oleh suatu kelompok sosial sebagai bagian dari peringatan kejadian pada masa lalu. Seringkali monumen berfungsi sebagai suatu upaya untuk memperindah penampilan suatu kota atau lokasi tertentu.

Kata monumental berasal dari Bahasa Latin, monere yang secara harfiah

berarti meningkatkan. Kata ini berkembang menjadi monumen, mnemonikos

yang dalam bahasa Inggris menjadi mnemonte, berarti sesuatu yang

membantu untuk mengingat. membangkitkan kenangan atau kesan yang mudah terlupakan (Mustopo, 2006; 55).

4. Perjuangan

Perjuangan adalah keinginan atau tekanan yang muncul dari perasaan seseorang, sehingga perjuangan merupakan kehendak manusia untuk

berikhtiar, membela, mempertahankan, bisa juga disebut sebuah

pengorbanan, namun kata perjuangan selalu identik digunakan pada masa peperangan untuk mempertahankan harga diri atau tanah air suatu bangsa. (Purnama Hidayat, 2008: 122).

F. SUSUNAN/SISTEMATIKA PENULISAN

1. BAB I Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penciptaan, manfaat penciptaan, kajian sumber penciptaan, metode penciptaan, dan sistematika penulisan laporan penciptaan yang berkaitan dengan Monumen Perjuangan jogja II.


(14)

2. BAB II Kajian pustaka atau kerangka teoritis sebagai gamaran padat menyeluruh dan landasan teoritik untuk penelitian Monumen Perjuangan Jogja II.

3. BAB III Metode penciptaan, penjabaran secara rinci tentang metode mengenai rancangan penelitian, prosedur penelitian, alat ukur dan teknis Kajian Visual Relief pada Monumen Perjuangan Jogja II dan pembahasannya.

4. BAB IV Visualisasi dan Pembahasan, memuat hasil analisis data mengenai teknik, media, bentuk visual serta sejarah pada Relief Monumen Perjuangan Jogja II dan pembahasannya sesuai dengan kajian.

5. BAB V Kesimpulan dan Saran, kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian

mengenai Kajian Visual Relief pada Monumen Perjuangan Jogja II, aktivitas penelitian yang bersifat pemberitaan kesimpulan akhir terhadap semua unsur yang diteliti serta rekomendasi saran dari penulis untuk berbagai pihak.


(15)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan suatu alat yang membantu seorang peneliti guna mendapatkan hasil dan kesimpulan dari objek yang diteliti.Dimana keberhasilan suatu penelitian tidak lepas dari cara/metode yang digunakan dalam suatu penelitian, oleh karena itu dibutuhkan ketelitian untuk menganalisa dengan metode yang tepat terhadap permasalahan yang diteliti.

Dalam sebuah penelitian, masalah penelitian, tema, topik, dan judul penelitian berbeda secara kualitatif maupun kuantitatif.Baik substansial maupun

materil kedua penelitian itu berbeda berdasarkan filosofis dan

metodologis.Masalah kuantitatif lebih umum memiliki wilayah yang luas, tingkat variasi yang kompleks namun berlokasi dipermukaan.Akan tetapi masalah-masalah kualitatif berwilayah pada ruang yang sempit dengan tingkat variasi yang rendah namun memiliki kedalaman bahasan yang tak terbatas.

Dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode studi kasus melalui pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Menurut (Creswell, 1998:15);


(16)

Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami.

Selanjutnya (Moeloeng, 2007:3) mengemukakan bahwa metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan.Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah instrumen kunci.Oleh karena itu, peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas jadi bisa bertanya, menganalisis, dan mengkonstruksi obyek yang diteliti menjadi lebih jelas.Penelitian ini lebih menekankan pada makna dan terikat nilai.Penelitian kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, untuk mengetahui makna yang tersembunyi, untuk memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori, untuk memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembangan.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian diskriptitf kualitatif yaitu penelitian tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk kata-kata dan gambar, kata-kata disusun dalam kalimat, misalnya kalimat hasil wawancara antara peneliti dan informan.Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut perspektif partisipan.Partisipan adalah orang-orang yang diajak berwawancara, diobservasi, diminta memberikan data, pendapat, pemikiran, persepsinya (Sukmadinata, 2006: 94).


(17)

B. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Monumen Perjuangan Jogja II, Lapangan Darongdong, Dusun Darongdong, Desa Buahdua, Kecamatan Buahdua, Kabupaten Sumedang. Waktu penelitian selama empat bulan dari Mei 2012 sampai dengan Agustus 2012.

. tempat penelitian tersebut kira-kira berjarak ± 60 km dari pusat pemeritahan Kabupaten Sumedang, serta berjarak 55 Km dari pusat pemerintahan kota Sumedang.

Gambar 3.1 Peta Lokasi Monumen Perjuangan jogja II Sumber : Http://maps google.com : 2012


(18)

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian. Sebagaimana diungkapkan oleh Sugiyono, (2008:

102) bahwa: “ Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”.

Instrumen penelitian juga berfungsi sebagai media yang digunakan dalam proses penelitian. Instrumen adalah berbagai komponen yang digunakan dalam proses penelitian. Instrumen penelitian memiliki kaitan dengan metode penelitian.

Arikunto. S (2006: 160) menjelaskan bahwa instrumen adalah :

Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik.dalam hasil lebih cermat. lengkap. dan sistematis sehingga lebili mudah diolah. Variasi jenis instrumen penelitian adalah: angket. ceklis(check-list) atau daftar tentang. pedoman wawancara. pedoman pengamatan.

Dari penjelasan tersebut.dapat dikatakan bahwa metode adalah cara yang dilakukan untuk melakukan penelitian. sedangkan instrumen penelitian adalah media yang digunakan untuk mendukung kelancaran proses penelitian. Instrumen penelitian yang biasa dipakai adalah lembar tes.angket atau kuesioner (questionnaires),interviu (interview),observasi. skala bertingkat. dan dokumentasi. Dalam penelitian Relief Pada Monumen Perjuangan Jogja II.Instrumen yang dipakai adalah lembar pertanyaan yang digunakan saat melakukan interviu.


(19)

Dalam penelitian kualintatif ini, peneliti membuat instrumen penelitian serta terjun langsung ke lapangan dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Hal ini selaras dengan yang diungkapkan oleh Sugiyono, (2008: 101) : “dalam penelitian kualintatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian

adalah peneliti itu sendiri”.

Instrumen yang digunakan oleh penulis, dalam prosesnya mengalami perkembangan.Pengembangan tersebut, berubah sesuai dengan keadaan atau kondisi saat penelitian dilakukan. Instrumen yang mengalami pengembangan adalah :

1. Daftar Pertanyaan Interviu

Interviu dilakukan bersama koresponden yang dianggap memiliki informasi lebih banyak dan terpercaya.Daftar pertanyaan semula disusun dengan tidak sistematis dan melebarkan pertanyaan ke berbagai objek sehingga pembahasan menjadi sangat luas.Pertanyaan disusun kembali dengan memusatkannya ke bagian-bagian yang diperlukan yang terkait dengan rumusan masalah, yaitu terbatas pada sejarah, jenis alat dan bahan, makna, danvisualisasi atau bentuk, relief yang terdapat pada Monumen Perjuangan Jogja II di Kabupaten Sumedang.

2. Sumber Pustaka

Sumber pustaka yang dipakai adalah buku-buku, dan situs terkait batasan permasalahan objek. Pada prosesnya, sumber yang dipakai tidak hanya meliputi kajian visualisasi bentuk serta sejarah yang melatarbelakangi


(20)

kemudian dipakai untuk melengkapi pembahasan yang lainnya yang dianggap memiliki keterkaitan dengan pembahasan pokok yaitu komponen makna, alat dan bahan serta fungsi dari relief yang terdapat di Monumen Perjuangan Jogja II di Kabupaten Sumedang.

D. JENIS DAN SUMBER DATA

Menurut sumbernya data dibedakan menjadi dua yaitu data intern dan data ekstern. Data intern adalah data yang dikumpulkan oleh suatu lembaga mengenai kegiatan lembaga tersebut dan hasilnya digunakan untuk keperluan lembaga itu sendiri. Sedangkan data ekstern adalah data yang sumbernya diperoleh dari luar perusahaan itu.Data ekstern dibagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder.Data primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh organisasi yang menerbitkan atau menggunakannya.Data sekunder adalah data yang diterbitkan atau digunakan oleh organisasi yang bukan pengolahnya, (Soeratno, 2008: 13).

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Bagian terpenting dari proses penelitian adalah teknik pengumpulan data. Mengumpulkan data harus benar-benar dilakukan secara serius agar data yang terkumpul sesuai dengan hasil yang akan diteliti. Jika dalam pengumpulan data ini kurang lengkap atau terdapat kesalahan, maka pengaruhnya akan sangat besar sekali dengan hasil yang disimpulkan.


(21)

Melihat pentingnya fungsi dari teknik pengumpulan data, maka penulis harus mengetahui teknik-teknik yang harus dipergunakan. Oleh karena itu, teknik yang digunakan antara lain:

1. Wawancara

Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap

informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya.Tehnik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in–depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat mewawancarai responden adalah intonasi suara, kecepatan berbicara, sensitifitas pertanyaan, kontak mata, dan kepekaan nonverbal.Dalam mencari informasi, peneliti melakukan dua jenis wawancara, yaitu autoanamnesa (wawancara yang dilakukan dengan subjek atau responden) dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga responden). Beberapa tips saat melakukan wawancara adalah mulai dengan pertanyaan yang mudah, mulai dengan informasi fakta, hindari pertanyaan multiple, jangan menanyakan pertanyaan pribadi sebelum building raport, ulang kembali jawaban untuk klarifikasi, berikan kesan positif, dan kontrol emosi negatif.


(22)

Responden dalam penelitian ini meliputi pihak-pihak yang dinilai dapat memberikan informasi yang nyata kebenarannya mengenai keberadaan Monumen Perjuangan Jogja II serta sejarah yang ada pada relief di dalamnya. Responden yang terpilih untuk mendapatkan informasi tentang Monumen Perjuangan Jogja II diantaranya adalah pembuat konsep awal yang merancang secara keseluruhan sebelum membangun Monumen Perjuangan Jogja II yaitu Bapak Badra, beliau merupakan seniman otodidak yang di awal karirnya merupakan seniman komik pada tahun 1982, kemudian merasuk dunia seni lukis yang beberapa karyanya cenderung realis, selanjutnya beliau mendapat kepercayaan dari Kodim Sumedang dan Yonif 301 untuk merancang monumen untuk memperingati sebuah perjuangan di Desa Buahdua, Kecamatan Buahdua, Kabupaten Sumedang pada tahun 1995, untuk kepentingan penelitian Bapak Badra merupakan narasumber yang sangat penting posisinya sebagai pedoman dari segi teknis pembuatan Monumen Perjuangan Jogja II. Pihak dari Museum Prabu Gesan Ulun Yayasan Sumedang, untuk mendapatkan informasi mengenai sejarah kota Sumedang, sejarah Monumen Perjuangan Jogja II serta sejarah saat Sumedang merebut dan Mempertahankan kemerdekaan, adapun informasi tersebut yaitu R. Moch. Achmad Wiriaatmadja (Sesepuh/Pemangku Adat Sumedanglarang), Bapak Abdul Syukur (Pemandu Museum), Ibu Ila Gilang Kencana (Pemandu Museum), serta untuk memperkuat sejarah tentang perjuangan yang erat kaitannya dengan Monumen Perjuangan Jogja II lebih dalam, Peneliti kembali melakukan wawancara kepada pejuang pada masa mempertahankan kekuasaan Buahdua yaitu Bapak H. Kiswaya selaku peteran atau pensiunan PETA (Pembela Tanah Air).


(23)

Untuk memperlancar proses wawancara tersebut, pedoman wawancara yang disusun peneliti hanya berupa poin-poin penting yang akan ditanyakan, namun pertanyaan itu akan berkembang apabila ada beberapa hal penting lain yang perlu digali informasinya. Wawancara yang dilakukan peneliti yaitu wawancara terbuka yang lebih mirip dengan percakapan informal.

Wawancara baru dapat dilaksanakan setelah hal-hal lain yang mendukung pelaksanaan wawancara tersebut sudah dipersiapkan, seperti responden pengganti jika responden utama yang telah ditetapkan sebelumnya ada yang tidak bisa ditemui pedoman wawancara (interview guide) sudah disusun dengan baik, dan penyusunan jadwal kerja harian di lapangan.

Tujuan wawancara tidak lain adalah untuk mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran atau hati orang lain, bagaimana pandangan tentang dunia, yaitu hal yang tidak dapat kita ketahui melalui observasi. Dalam teknik wawancara ini peneliti harus mengetahui alam pikiran responden yang agar terjadi feed back (umpan balik) didalam suatu interaksi, oleh karena itu diperlukan suatu keuletan dan kesabaran guna memperoleh hasil yang diharapkan sesuai dengan rumusan masalah yang diteliti.

Ada beberapa hal yang dilakukan peneliti sebelum memulai wawancara, yaitu:

a. Menjelaskan instuisi atau badan apa yang melaksanakan penelitian b. Menerangkan tujuan dan kegunaan dari penelitian, dan


(24)

Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang menggunakan pertolongan indra mata. Teknik ini bermanfaat untuk :

1. Mengurangi jumlah pertanyaan,

2. Mengukur kebenaran jawaban pada wawancara,

3. Untuk memeperoleh data yang tidak dapat diperoleh dengan wawancara.

Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan.Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhada pengukuran tersebut. Bungin (2007: 115) mengemukakan beberapa bentuk observasi yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu observasi partisipasi, observasi tidak terstruktur, dan observasi kelompok tidak terstruktur.

1. Observasi partisipasi (participant observation) adalah metode

pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan dimana observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian responden.

2. Observasi tidak berstruktur adalah observasi yang dilakukan tanpa menggunakan guide observasi. Pada observasi ini peneliti atau pengamat harus mampu mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu objek.


(25)

3. Observasi kelompok adalah observasi yang dilakukan secara berkelompok terhadap suatu atau beberapa objek sekaligus.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam observasi adalah topografi, jumlah dan durasi, intensitas atau kekuatan respon, stimulus kontrol (kondisi dimana perilaku muncul), dan kualitas perilaku. (Bungin, 2007 :13).

3. Dokumen

Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi.Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, foto, dan sebagainya.Sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam. Secara detail bahan dokumenter terbagi beberapa macam, yaitu otobiografi, surat-surat pribadi, buku atau catatan harian, memorial, klipping, dokumen pemerintah atau swasta, data di server dan flashdisk, data tersimpan di website, dan lain-lain.

Sebagian dokumen yang diperoleh peneliti dalam penelitian yaitu berasal dari Disbudparpora (Dinas Kebudayaan Pariwisata dan Olahraga) Kabupaten Sumedang, yaitu berupa buku yang berjudul Sejarah Sumedang Dari Masa Ke Masa.Data dari Museum Prabu Geusan Ulun Sumedang diantaranya berupa buku yang menjelaskan tentang sejarah Sumedang, foto-foto dan arsip-arsip koleksi museum yang berkenaan dengan Monumen Perjuangan Jogja II. Adapun peta wilayah Kabupaten Sumedang dan peta daerah Kecamatan Buahdua yaitu arsip dari kantor Kecamatan Buahdua serta peta Dislokasi Bataliyon II/Tarumanegara


(26)

dokumen YONIF 301, KODIM Siliwangi Sumedang dan KORAMIL Desa Buahdua.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mencari informasi yang lebih bersifat teori atau pemahaman sebagai bahan pembanding dengan data-data yang telah ditemukan selama di lapangan, proses studi lapangan berupa dokumen-dokumen tertulis berupa,buku-buku, surat kabar, majalah, dan data-data yang berkaitan dengan sejarah, sisi seni relief pada Monumen Perjuangan Jogja II.

4. Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan surat cara mencari data-data yang berupa buku-buku, majalah, surat kabar, foto-foto, gambar-gambar, catatan, transkrip, dan sebagainya yang mendukung penulisan karya ilmiah.

Dokumentasi foto sebagian diperoleh dari buku-buku dan sebagian lagi merupakan hasil pemotretan sendiri dari tempat lokasi, karena foto maupun sketsa gambar Monumen Perjuangan Jogja II belum terdapat di buku sejarah Sumedang dari masa ke masa, dikarenakan Monumen Perjuangan Jogja II baru dibangun pada tahun 1995 dan arsip yang ada di KODIM Sumedang hanya sketsa konstruksi, untuk kemudian peneliti melakukan pengukuran ulang objek agar mendapatkan ukuran yang sebenarnya, lalu pengeditan melalui softwere komputer (Adobbe Photosop CS 4) untuk memperjelas relief dan memisahkan bagian perpanel relief agar lebih mudah dan fokus pada setiap outline (garis luar) yang di potong.


(27)

F. PENDEKATAN PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian Kajian Visual Relief Pada Monumen Perjuangan Jogja II, adalah pendekatan deskriptif kualitatif naturalistik, yaitu prosedur penelitian yang mengumpulkan data sebanyak-banyaknya yang kemudian dianalisis sesuai dengan permasalahan yang dikaji.Pendekatan secara khusus, adalah pendekatan secara visual.Penelitian juga dilakukan dengan mengunjungi lokasi penelitian.

Nama yang dibicarakan ini disebut "kualitatif naturalistik". Istilah "naturalistik" menunjukan bahwa pelaksanaan penelitian ini memang terjadi secara ilmiah, apa adanya, dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya, menekankan pada deskripsinya secara alami. Pengambilan data atau penjaringan fenomena dilakukan dari keadaan yang sewajarnya ini dikenal dengan sebutan "pengambilan data secara alami atau natural". Dengan sifatnya ini maka dituntut keterlibatan peneliti secara langsung dilapangan, tidak seperti penelitian kuantitatif yang dapat mevvakilkan orang lain untuk menvebarkan atau melakukan wawancara terstruktur (Arikunto, 2006: 12).

Pendapat yang sama dikemukakan oleh Nasution yang ditulis kembali oleh Januar (2010: 44) bahwa :

Penelitian kualitatif disebut juga penelitian naturalistik, disebut kualitatif karena sifat dan data yang dikumpulkan bercorak kualitatif, bukan kuantitatif karena situasi lapangan penelitian lapangan bersifat "natural" atau wajar sebagaimana adanya tanpa dimanipulasi.

Menurut Bogdan dan Taylor (1975) yang dikutip oleh Januar (2010. 42) bahvva "pendekatan penelitian deskriptif-kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati".


(28)

Dalam penelitian ini, yang menjadi objek dan lokasi penelitian adalah (Analisis Estetis Relief Pada Monumen Perjuangan Jogja II di Desa Buahdua kecamatan Buahdua kabupaten Sumedang) meliputi teknik, bahan, dan alat.

Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya.( Miller, 1986: 9).

Penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif memberikan keleluasan dalam menentukan langkah-langkah penelitian penulis. Selain itu, penulis dapat terlibat langsung di lapangan sehingga bagian-bagian objek yang akan dikaji dapat diteliti, sesuai dengan kebutuhan. Pembahasan materi juga dapat berkembang selama penelitian berlangsung.

Pendekatan kualitatif merupakan pendekatan yang memiliki hubungan dengan dokumen-dokumen penting. Dokumen penting disini seperti buku-buku ilmiah, karya tulis, foto-foto pendukung, lembar catatan hasil interviu, rekaman hasil interviu, dan sumber informasi lainnya yang digunakan selama proses penelitian berlangsung. Insirumen tersebut adalah faktor yang mendukung terselesaikannya suatu penelitian. 1. Metode Penelitian

"Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya." (Arikunto, 2006: 160) Metode merupakan kata yang berasal dari bahasa Yunani, methodos, yang berarti cara atau jalan. Penelitian berasal dari kata research (dalam Bahasa Inggris) yang memiliki arti usaha untuk mencari objek atau javvaban pennasalahan yang dilakukan dengan suatu metode tertentu dengan sistematis, dan terperinci, sehingga pemasalahan dapat diselesaikan.

Menurut Subagyo (1991), mengatakan bahwa :

Metode dapat dikatakan sebagai jalan yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai sasaran yang diperlukan bagi penggunanya, sehingga dapat.


(29)

memahami objek sasaran yang dikehendaki dalam upaya mencapai tujuan pemecahan masalah.

Sesuai dengan penjelasan di atas.penulis memakai metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. untuk menyelesaikan karya tulis penelitian ini. sehingga tujuan yang diharapkan. dapat tercapai. Tujuan merupakan bagian yang sangat penting dalam melakukan penelitian.karena tujuan adalah alasan kenapa penelitian dilakukan. Tujuan diadakannya penelitian Kajian Visual Pada Relief Monumen Perjuangan Jogja II.

G. PROSEDUR DAN TAHAP-TAHAP PENELITIAN

Tahapan-tahapan dalam penelitian kualitatif seperti yang dikatakan Meolong (1996: 85) sebagai berikut: a) Tahap pra-lapangan, b) Kegiatan lapangan, c) Analisis data. Dalam hal ini peneliti melakukan langkah-langkah penelitian sebagai berikut:

1. Tahap pra-lapangan

Pada tahapan ini, peneliti melakukan persiapan-persiapan meliputi; memilih masalah yang akan diteliti, melakukan studi pendahuluan dan survei lokasi penelitian, menentukan fokus penelitian, memilih pendekatan penelitian, menentukan sistem pola yang diamati dan sumber data.

Pada tahap ini peneliti membuat proposal untuk dikonsultasikan dengan pembimbing yang telah ditunjuk oleh dewan skripsi.Setelah melalui beberapa perbaikan dari dosen pembimbing dan proposal disetujui. Proposal penelitian


(30)

dilampirkan untuk memperoleh SK (Surat Keputusan) untuk pengesahan judul, dan penunjukan dosen pembimbing skripsi serta untuk memperoleh surat izin penelitian yang dikeluarkan oleh fakultas dengan tembusan Dekan FPBS UPI dan Ketua Jurusan Pendidikan Seni Rupa FPBS UPI. Setelah surat perizinan penelitian diperoleh, maka ditujukan kelokasi-lokasi penelitian yaitu:

a. Kantor Kecamatan Buahdua Kabupaten Sumedang.

b. Museum Prabu Geusan Ulun Kabupaten Sumedang

c. DEPDIKBUD (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan) Kabupaten

Sumedang.

d. KORAMIL Kecamatan Buahdua, Kabupaten Sumedang.

e. YONIF 301 Kabupaten Sumedang.

f. KODIM Kabupaten Sumedang.

g. H. Kiswaya Peteran, Pensiunan PETA (Pembela Tanah Air).

h. Bapak Badra (Seniman Sumedang).

2. Tahap Kegiatan Lapangan

Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan data sekaligus menyaring data-data yang diperlukan sesuai dengan fokus penelitian dan menyimpulkan data tersebut secara deskriptif untuk memecahkan permasalahan yang diteliti. Secara singkat kegiatan pada tahap penelitian ini adalah mengumpulkan data berupa catatan lapangan dan hasil observasi secara keseluruhan, menyusun dan mengelompokan data sejenis sesuai dengan fokus penelitian, memberikan komentar dan tafsiran terhadap data kontekstual, menyimpulkan data tersebut menjadi suatu pertanyaan umum sekaligus menyusun temuan penelitian.


(31)

Ketika berada dilapangan peneliti banyak berhubungan dengan fenomena. Fenomena tersebut perlu didekati oleh peneliti dengan terlibat langsung pada situasi nyata, tidak cukup meminta bantuan orang lain atau sebatas mendengar penuturan secara jarak jauh laksana remote control. Hal ini bertujuan agar data-data yang sudah dikumpulkan sesuai dengan kegiatan yang ada di lapangan.

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses kategori urutan data,

mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar, ia membedakannya dengan penafsiran yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan di antara dimensi-dimensi uraian. Analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis seperti yang di saranakan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis tersebut, jika dikaji definisi atas lebih menitik beratkan pada pengorganisasian data sedangkan definisi tersebut dapat pengorganisasian data sedangkan definisi yang kedua lebih menekankan maksud dan tujuan analisis data, dan dari kedua definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan, analisis data, adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Analisis data bermaksud atas nama mengorganisasikan data, data yang terkumpul banyak sekali dan terdiri dari catatan lapangan dan komentar peneliti, gambar, foto, dokumen, laporan, dan


(32)

lain-mengelompokkan dan memberikan suatu kode tertentu dan mengkategorikannya, pengelolaan data tersebut bertujuan untuk menemukan tema dan hipotesis kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori substantif (Moeloeng, 2007: 103).

Analisis data dilakukan dalam suatu proses, proses berarti pelaksanaannya sudah mulai dilakukan sejak pengumpulan data dan dilakukan secara intensif, yakni sesudah meninggalkan lapangan, pekerjaan menganalisis data memerlukan usaha pemusatan perhatian dan pengarahan tenaga fisik dan pikiran dari peneliti, dan selain menganalisis data peneliti juga perlu mendalami kepustakaan guna mengkonfirmasikan atau menjustifikasikan teori baru yang barangkali ditemukan.

Setelah semua data yang diperlukan terkumpul maka dilakukan tahap kegiatan pengolahan data. Pengorganisasian penulisan laporan penelitian dituangkan dalam satu karya ilmiah yang terbagi dalam lima bab yang meliputi pendahuluan, landasan teoritis, metodologi penelitian, pembahasan analisis visual relief pada monumen perjuangan Jogja II, dan penutup berupa kesimpulan dan rekomendasi.

Kegiatan pada tahap analisis ini meliputi:

a. Mengumpulkan catatan-catatan hasil observasi, studi pustaka, dan wawancara. b. Mengelompokan data penelitian ke dalam data jenis.

c. Menyusun data sesuai dengan fokus permasalahan dan tujuan penelitian. d. Menganalisa hubungan antara data yang satu dengan yang lainnya. e. Memberikan komentar berupa tanggapan, tafsiran terhadap data.

f. Menyusun temuan-temuan dan gagasan.


(33)

BAB V

KESIMPLAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan data-data yang berhasil dihimpun dan dianalisis oleh penulis, maka dapat disimpulkan tentang beberapa hal penting dalam pembahasan mengenai "Kajian Visual Relief Pada Monumen Perjuangan Jogja II Di Kabupaten Sumedang", akhirnya memperoleh pokok penjelasan dalam bentuk kesimpulan sebagai berikut:

1. Monumen Perjuangan Jogja II memiliki nilai seni yang sangat tinggi dibalik kisah sebuah perjuangan, dengan objek relief yang realis, walaupun pengerjaan relief tersebut dibuat secara manual mampu menyajikan kesan sebuah ilustrasi nyata pada cerita saat rakyat mempertahankan dan membela tanah airnya karena di dalam relief tersebut terlihat suatu kode-kode masa identitas keadaan kisah di jamannya. Konsep dari visualisasi pada dinding pilarnya terlihat menjadi stilasi simbol seekor burung Garuda yang gagah disertai makna 4 pilar sebagai dasar bernegara Indonesia. Tidak lepas dari segi visual, ukuran Monumen Perjuangan Jogja II pun memberi keterangan sebuah waktu Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945.

2. Relief pada Monumen Perjuangan Jogja II memiliki makna serta sejarah yang

sangat kuat pengaruhnya bagi kemerdekaan rakyat indonesia juga khususnya rakyat Kabupaten Sumedang hingga dapat dinikmati anak cucunya sampai sekarang, dilihat dari gambaran Ilustrasi pada setiap panel reliefnya terpaparkan


(34)

kemerdekaan, yang kemudian berakhir di Kecamatan Buahdua sebagai simbolisasi kemerdekaan maka diturunkan sebuah upacara penyematan Bintang Gerilya untuk yang pertamakalinya di seluruh Indonesia.

3. Monumen Perjuangan Jogja II dibangun dengan media dan bahan alam yang

memiliki kekuatan tahan lama berupa pasir, batu, semen serta betonan umum seperti halnya membuat sebuah bangunan 2 lantai yang memperkokoh pondasi menjadikan bangunan tersebut mampu bertahan memperlihatkan bahwa disini terjadi kisah sejarah. Untuk teknik pembuatan relief itu sendiri menggunakan pahat batu, pahat kayu, gurinda hingga memanfaatkan alat seadanya yang cocok dan biasa di gunakan untuk menoreh ataupun memahat setelah adukan setengah kering ataupun sudah mulai mengeras. Hingga akhir finishing menggunakan adukan semen pasta atau pengacian.

B. Saran

Berdasarkan hasil pengamatan selama melakukan penelitian di lapangan, ada beberapa saran dan masukan yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Saran dan masukan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siapapun, maka penulis merekomendasikan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi masyarakat sekitar Monumen perjuangan Jogja II agar selalu

berpartisipasi untuk selalu menjaga kebersihan serta menghargai keberadaan monumen tersebut karena suatu identiatas bangsa hasil jerih payah pejuang setidaknya dihargai dengan keselarasan lingkungannya.


(35)

2. Bagi intansi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Daerah Kecamatan Buahdua agar memberi petunjuk arah atau plang Monumen Perjuangan Jogja II upaya mempermudah masyarakat di luar daerah yang tidak mengetahui keberadaan monument.

3. Bagi seniman yang membuat konsep awal monumen perjuangan serta relief Jogja II di kecamatan Buahdua Kabupaten Sumedang hendaknya terus berusaha untuk meningkatkan kemampuannya dalam membuat sebuah karya patung, monument serta relief yang lebih inovatif dan lebih artistik, selain menggunakan objek-objek yang realis diharapkan dapat membuat sebuah monumen, patung, relief, peringatan yang lebih simpel namun dapat dimengerti masyarakat awam seperti bentuk simbol atau menstilasi bentuk asli menjadi bentuk yang sederhana agar kesan yang ditampilkan lebih memiliki unsur seni yang futuristik, apalagi di masa moderen seperti jaman sekarang.

4. Bagi Pemerintah Kabupaten Sumedang khususnya, serta umumnya untuk

instansi-instansi terkait diharapkan dapat memberi perhatian terhadap keberadaan Monumen Perjuangan Jogja II di Kecamatan Buahdua, Kabupaten Sumedang ini berupa penyuluhan ataupun bimbingan serta mengadakan kegiatan-kegiatan pameran pada acara-acara penting Kota Sumedang seperti hari jadi Kota Sumedang, Festival-festival Kesenian dan Peringatan hari kemerdekaan 17 Agustus 1945, agar masyarakat setempat khususnya rakyat Indonesia pada umumnya memahami akan makna serta sejarah yang terkandung pada relief pada Monumen Perjuangan Jogja II sehingga mereka


(36)

Jogja II ini adalah salah satu identitas suatu perjuangan yang tidak mudah dilupakan dalam sejarah.

5. Bagi Pendidik atau Guru SMA/MA, SMK, SMP daerah Sumedang khususnya

dapat memperkenalkan secara teoritis dari mata pelajaran Sejarah dan Seni Rupa dari segi konsep visual hingga ilustrasi pada panel relief tentang keberadaan Monumen Perjuangan Joja II memiliki sejarah yang sangat penting diketahui peserta didik, untuk Guru SD, bahkan PAUD/TK memperkenalkan secara minimalis misalkan menggambar bebas sambil bermain di lingkungan monumen serta diisi dongeng tentang sejarah Monumen Perjuangan Jogja II dengan sedikit imajinasi yang menarik. sehingga mereka tahu penting dan berharganya keberadaan monumen tersebut.

6. Bagi bidang keilmuan pendidikan seni rupa, penelitian ini semoga dapat menjadi bahan masukan atau informasi tentang keberadaan Monumen Perjuangan Jogja II di Kecamatan Buahdua Kabupaten Sumedang sehingga diharapakan ikut memperhatikan keberadaan dan upaya menjaga serta pelestariannya. Barangkali penyusunan skripsi i n i masih merupakan langkah awal, dan dapat memacu pemerhati lain untuk berkarya lebih lengkap.


(37)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta; Rineka Cipta.

______ ADPP, (2009) Kec.Buahdua, AkumulasiDaftarPopulasiPenduduk, Sumedang.

Bungin, B. (2007). Penelitian Kualitatif. Prenada Media Group: Jakarta.

Creswell, J. (1998). Qualitatif Inquiry and Research Design. Sage Publications, Inc: California.

Cooman, Mikhail. (1978) Manusia Daya, Dahulu, Sekarang, Masa Depan,

Gramedia, Jakarta.

Christo. (1979) Buletin surat Formalisme dan Estetika, PT. Media Primadi :Yogyakarta.

Dendy, Sugono. (2008). “Pemertahanan Bahasa dan Sastra Austronesia Serta

Revitalisasi dalam Era Global” dalam kumpulan Makalah

Autronesia-Nonaustronesia Prespektif Makrolinguistik. Denpasar: Universitas Udayana.

Dharsono, Sony, Kartika. (2004). Seni Rupa Modern. Bandung; Rekayasa Sains. Ensiklopedia Nasional. (1990) (Indonesia no 8) PT. Cipta Adi Pustaka, Jakarta. Ensiklopedia Nasional Indonesia, Jilid 12, PT. Cipta Adi Pusaka, Jakarta. Harsono, FX. (1994), Pameran Seni Rupa Kontemporer, Jakarta, Suara. Hidayat Purnama. (2008), Gerakan 30 September PKI, Jakarta, Gramedia. Herlina, N. et al. (2008). Sejarah Sumedang Dari Masa Ke masa. Sumedang:

Dinas Parawisata dan Kebudayaan Pemerintah Kabupaten sumedang. Holt Claire. (2000). Art In Indonesia: Continuitas and Change. Versi


(38)

Joko Subagyo P, (1991), Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta.

Koentjaraningrat. (1990). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT.Rinekacipta. ______ 1994. Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka.

______KBBI (2009). Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Kartika, D.S. (2004). Seni Rupa Modern. Bandung: Rekayasa Sains.

Krik dan Miller. 1986. Vailidity and Qualitative Research. Beverly Hills. A: Sage.

Lombard, Denys. (1996), Jawa : Silang Budaya : Kajian Sejarah Terpadu Bagian I,

Pembinaan Kesenian, Depdikbud, Jakarta. Nusa.

Moeloeng, Anton M. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan).

Mustopo Habib M., (2006). Sejarah untuk kelas 1 SMA: Yudhis Tira.

Muharam, E. & Sundaryati, Warti. (2006). Pendidikan Kesenian II Seni Rupa. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek pembinaan Tenaga Kerja.

Nunung D, (2002). Transformasi Wujud dan pengayaan Gambar Ilustrasi. RU-ITB.

Nursam, M. (1993). Sejarah yang Memihak Mengenang Sartono Kartodirjo, Gramedia: Jakarta.

Pusat Pengembangan & Pembinaan Bahasa. (1999). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta; Balai Pustaka.

Purwadarminta, W.J.S (1986). Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: PT. Bina Angkasa Baru.


(39)

Rusmasih, (1989). Sumedang tandang, Pustaka (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan).

Sukmadinata, B. (2006). Analisis Data Penelitian Kualitatif. PT Rajagrafindo Persada: Jakarta.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dab R&D) Bandung. CV. Alfabeta.

Sunaryo, A. (2009). Ornamen Nusantara Kajian Khusus tentang Ornamen

Indonesia. Semarang: Dahara Prize.

Setjoatmodjo, Pranjoto. (1988). Bacaan Pilihan tentang Estetika. Jakarta: P2LPTK.

Soeratno (2008). Penelitian Kualitatif. Prenada Media Group: Jakarta. Soedarso SP. (1990). Tinjauan Seni. Saku Dayar Sarana; Yogyakarta

Sobur, Alex. (2009). Semiotika Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya. Supangkat, (1992). Tiga Gejala Awal Pertumbuhan Patung Modern Indonesia.

ISI: Yogyakarta.

Sumarjo, Jakob. (2007). Arkeologi Budaya Indonesia. Jakarta; Qalam. ______ (2000). Filsafat Seni. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Sulasmi Darma Prawira. (1980) Seni dan Desain, Depdikbud, Jakata. Suwadji, (2000). Seni Kriya Semarang: Universitas Negri Semarang. Susanto Mike, (2011). Diksi Rupa, Kumpulan Istilah Seni Rupa.

Yogyakarta: Kanisisiu

Surachmad Winarno, (1980). Pengantar Penelitian Ilmiah,. Bandung : Tarsito. Tarjo, E. (2004). Strategi Belajar-Mengajar Seni Rupa. Jurusan Pendidikan Seni


(40)

Toekiyo, S. (1987). Mengenal Ragam Hias Indonesia. Bandung: Angkasa.

Teori Warna dan Kreativitas. Karangan: Darmaprawira W. A, Sulasmi. (2002) dalam buku skripsi Dessi Rohaetti. 2009.

Widyosiswono, (1986: 12). Seni modern dan masyarakat, Gramedia. Yudoseputro, Wiyoso. (1986). Pengantar Seni Rupa Islam di Indonesia. Bandung: Angkasa Bandung.

______ (1986). Pengantar Seni Rupa Islam di Indonesia. Bandung: Angkasa Bandung.

______ Proses kreasi, Apresiasi Belajar, Bandung ; ITB.

Januar. (2010). Kerajinan Ukir Batu Gading Udins Gallery. Skripsi FPBS UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Sumber Internet

Tersedia :http://www.sejarah-buahdua-Sumedang.com/ [3 Februari 2012].

Tersedia :http://monumenIndonesia.wordpress.com/perjuangan-Indonesia/

[23 Mei 2012].

Tersedia :http://www.annehira.com/pengertian-seni-menurut-para-ahli.html

[5 Juni 2012].

Tersedia : http://file.upi.edu/direktori/fpbs/jur.taswadi.bhs.rupa.jurnal.pdf: 2012. dari tesis FSRD ITB, tahun 2000, oleh Taswadi [27 Oktober 2012].


(1)

Wigusti Eko Sutaryo, 2013

Kajian Visual Relief Pada Monumen Perjuangan Jogja II Di Kabupaten Sumedang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Bagi intansi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Daerah Kecamatan Buahdua agar memberi petunjuk arah atau plang Monumen Perjuangan Jogja II upaya mempermudah masyarakat di luar daerah yang tidak mengetahui keberadaan monument.

3. Bagi seniman yang membuat konsep awal monumen perjuangan serta relief Jogja II di kecamatan Buahdua Kabupaten Sumedang hendaknya terus berusaha untuk meningkatkan kemampuannya dalam membuat sebuah karya patung, monument serta relief yang lebih inovatif dan lebih artistik, selain menggunakan objek-objek yang realis diharapkan dapat membuat sebuah monumen, patung, relief, peringatan yang lebih simpel namun dapat dimengerti masyarakat awam seperti bentuk simbol atau menstilasi bentuk asli menjadi bentuk yang sederhana agar kesan yang ditampilkan lebih memiliki unsur seni yang futuristik, apalagi di masa moderen seperti jaman sekarang.

4. Bagi Pemerintah Kabupaten Sumedang khususnya, serta umumnya untuk instansi-instansi terkait diharapkan dapat memberi perhatian terhadap keberadaan Monumen Perjuangan Jogja II di Kecamatan Buahdua, Kabupaten Sumedang ini berupa penyuluhan ataupun bimbingan serta mengadakan kegiatan-kegiatan pameran pada acara-acara penting Kota Sumedang seperti hari jadi Kota Sumedang, Festival-festival Kesenian dan Peringatan hari kemerdekaan 17 Agustus 1945, agar masyarakat setempat khususnya rakyat Indonesia pada umumnya memahami akan makna serta sejarah yang terkandung pada relief pada Monumen Perjuangan Jogja II sehingga mereka menyadari bahkan menghargai bahwa dibangunnya Monumen Perjuangan


(2)

Jogja II ini adalah salah satu identitas suatu perjuangan yang tidak mudah dilupakan dalam sejarah.

5. Bagi Pendidik atau Guru SMA/MA, SMK, SMP daerah Sumedang khususnya dapat memperkenalkan secara teoritis dari mata pelajaran Sejarah dan Seni Rupa dari segi konsep visual hingga ilustrasi pada panel relief tentang keberadaan Monumen Perjuangan Joja II memiliki sejarah yang sangat penting diketahui peserta didik, untuk Guru SD, bahkan PAUD/TK memperkenalkan secara minimalis misalkan menggambar bebas sambil bermain di lingkungan monumen serta diisi dongeng tentang sejarah Monumen Perjuangan Jogja II dengan sedikit imajinasi yang menarik. sehingga mereka tahu penting dan berharganya keberadaan monumen tersebut.

6. Bagi bidang keilmuan pendidikan seni rupa, penelitian ini semoga dapat menjadi bahan masukan atau informasi tentang keberadaan Monumen Perjuangan Jogja II di Kecamatan Buahdua Kabupaten Sumedang sehingga diharapakan ikut memperhatikan keberadaan dan upaya menjaga serta pelestariannya. Barangkali penyusunan skripsi i n i masih merupakan langkah awal, dan dapat memacu pemerhati lain untuk berkarya lebih lengkap.


(3)

Wigusti Eko Sutaryo, 2013

Kajian Visual Relief Pada Monumen Perjuangan Jogja II Di Kabupaten Sumedang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta; Rineka Cipta.

______ ADPP, (2009) Kec.Buahdua, AkumulasiDaftarPopulasiPenduduk, Sumedang.

Bungin, B. (2007). Penelitian Kualitatif. Prenada Media Group: Jakarta.

Creswell, J. (1998). Qualitatif Inquiry and Research Design. Sage Publications, Inc: California.

Cooman, Mikhail. (1978) Manusia Daya, Dahulu, Sekarang, Masa Depan, Gramedia, Jakarta.

Christo. (1979) Buletin surat Formalisme dan Estetika, PT. Media Primadi :Yogyakarta.

Dendy, Sugono. (2008). “Pemertahanan Bahasa dan Sastra Austronesia Serta

Revitalisasi dalam Era Global” dalam kumpulan Makalah

Autronesia-Nonaustronesia Prespektif Makrolinguistik. Denpasar: Universitas Udayana.

Dharsono, Sony, Kartika. (2004). Seni Rupa Modern. Bandung; Rekayasa Sains. Ensiklopedia Nasional. (1990) (Indonesia no 8) PT. Cipta Adi Pustaka, Jakarta. Ensiklopedia Nasional Indonesia, Jilid 12, PT. Cipta Adi Pusaka, Jakarta. Harsono, FX. (1994), Pameran Seni Rupa Kontemporer, Jakarta, Suara. Hidayat Purnama. (2008), Gerakan 30 September PKI, Jakarta, Gramedia. Herlina, N. et al. (2008). Sejarah Sumedang Dari Masa Ke masa. Sumedang:

Dinas Parawisata dan Kebudayaan Pemerintah Kabupaten sumedang. Holt Claire. (2000). Art In Indonesia: Continuitas and Change. Versi


(4)

Joko Subagyo P, (1991), Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta.

Koentjaraningrat. (1990). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT.Rinekacipta. ______ 1994. Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka.

______KBBI (2009). Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Kartika, D.S. (2004). Seni Rupa Modern. Bandung: Rekayasa Sains.

Krik dan Miller. 1986. Vailidity and Qualitative Research. Beverly Hills. A: Sage.

Lombard, Denys. (1996), Jawa : Silang Budaya : Kajian Sejarah Terpadu Bagian I,

Pembinaan Kesenian, Depdikbud, Jakarta. Nusa.

Moeloeng, Anton M. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan).

Mustopo Habib M., (2006). Sejarah untuk kelas 1 SMA: Yudhis Tira.

Muharam, E. & Sundaryati, Warti. (2006). Pendidikan Kesenian II Seni Rupa. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek pembinaan Tenaga Kerja.

Nunung D, (2002). Transformasi Wujud dan pengayaan Gambar Ilustrasi. RU-ITB.

Nursam, M. (1993). Sejarah yang Memihak Mengenang Sartono Kartodirjo, Gramedia: Jakarta.

Pusat Pengembangan & Pembinaan Bahasa. (1999). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta; Balai Pustaka.

Purwadarminta, W.J.S (1986). Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: PT. Bina Angkasa Baru.


(5)

Wigusti Eko Sutaryo, 2013

Kajian Visual Relief Pada Monumen Perjuangan Jogja II Di Kabupaten Sumedang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Rusmasih, (1989). Sumedang tandang, Pustaka (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan).

Sukmadinata, B. (2006). Analisis Data Penelitian Kualitatif. PT Rajagrafindo Persada: Jakarta.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dab R&D) Bandung. CV. Alfabeta.

Sunaryo, A. (2009). Ornamen Nusantara Kajian Khusus tentang Ornamen Indonesia. Semarang: Dahara Prize.

Setjoatmodjo, Pranjoto. (1988). Bacaan Pilihan tentang Estetika. Jakarta: P2LPTK.

Soeratno (2008). Penelitian Kualitatif. Prenada Media Group: Jakarta. Soedarso SP. (1990). Tinjauan Seni. Saku Dayar Sarana; Yogyakarta

Sobur, Alex. (2009). Semiotika Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya. Supangkat, (1992). Tiga Gejala Awal Pertumbuhan Patung Modern Indonesia.

ISI: Yogyakarta.

Sumarjo, Jakob. (2007). Arkeologi Budaya Indonesia. Jakarta; Qalam. ______ (2000). Filsafat Seni. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Sulasmi Darma Prawira. (1980) Seni dan Desain, Depdikbud, Jakata. Suwadji, (2000). Seni Kriya Semarang: Universitas Negri Semarang. Susanto Mike, (2011). Diksi Rupa, Kumpulan Istilah Seni Rupa.

Yogyakarta: Kanisisiu

Surachmad Winarno, (1980). Pengantar Penelitian Ilmiah,. Bandung : Tarsito. Tarjo, E. (2004). Strategi Belajar-Mengajar Seni Rupa. Jurusan Pendidikan Seni


(6)

Toekiyo, S. (1987). Mengenal Ragam Hias Indonesia. Bandung: Angkasa.

Teori Warna dan Kreativitas. Karangan: Darmaprawira W. A, Sulasmi. (2002) dalam buku skripsi Dessi Rohaetti. 2009.

Widyosiswono, (1986: 12). Seni modern dan masyarakat, Gramedia. Yudoseputro, Wiyoso. (1986). Pengantar Seni Rupa Islam di Indonesia. Bandung: Angkasa Bandung.

______ (1986). Pengantar Seni Rupa Islam di Indonesia. Bandung: Angkasa Bandung.

______ Proses kreasi, Apresiasi Belajar, Bandung ; ITB.

Januar. (2010). Kerajinan Ukir Batu Gading Udins Gallery. Skripsi FPBS UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Sumber Internet

Tersedia :http://www.sejarah-buahdua-Sumedang.com/ [3 Februari 2012]. Tersedia :http://monumenIndonesia.wordpress.com/perjuangan-Indonesia/

[23 Mei 2012].

Tersedia :http://www.annehira.com/pengertian-seni-menurut-para-ahli.html [5 Juni 2012].

Tersedia : http://file.upi.edu/direktori/fpbs/jur.taswadi.bhs.rupa.jurnal.pdf: 2012. dari tesis FSRD ITB, tahun 2000, oleh Taswadi [27 Oktober 2012].