Tinjauan Unsur Visual Pada Poster Propaganda Perjuangan Masa Revolusi Kemerdekaan Di Indonesia

(1)

TINJAUAN UNSUR VISUAL PADA POSTER

PROPAGANDA PERJUANGAN MASA REVOLUSI

KEMERDEKAAN DI INDONESIA

DK 38315/ Skripsi Semester II 2010-2011

Oleh:

Yulia Andriani 51907090 Program Studi

Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

i ABSTRAK

Skripsi disusun untuk mengulas tinjauan unsur visual pada poster-poster di masa revolusi kemerdekaan Indonesia, yang saat itu digunakan sebagai alat propaganda perjuangan. Penelitian lain yang membahas mengenai poster di masa revolusi kemerdekaan Indonesia juga pernah dilakukan oleh A. D Pirous, penelitiannya mengulas sejarah poster sebagai alat propaganda perjuangan di Indonesia dan melalui penelitiannya menunjukkan bahwa bidang seni dan desain memberi peran penting di masa revolusi kemerdekaan di Indonesia.

Metode penelitian kualitatif adalah metode yang digunakan untuk melakukan penelitian ini, dikarenakan data yang didapat tidak dapat diukur dengan angka, dan penelitian ini lebih kepada aspek nilai-nilai estetis, meninjau unsur visual yang terdapat pada poster propaganda perjuangan masa revolusi kemerdekaan di Indonesia. Meninjau unsur visual pada poster propaganda merupakan melihat, mengamati atau mempelajari unsur visual apa saja yang terdapat pada poster, sehingga menghasilkan sebuah pendapat dan pandangan tentang unsur visual yang terdapat pada poster tersebut.

Unsur visual merupakan bagian dari suatu karya seni dan desain. Poster adalah salah satu bagian dari seni dan desain yang memiliki gaya, aliran maupun trend tersendiri yang tidak lepas dari tingkat penguasaan teknologi serta gaya hidup dari suatu zaman. Dari penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan poster propaganda perjuangan masa revolusi kemerdekaan Indonesia memiliki unsur visual yang saling berhubungan satu sama lain yang menimbulkan persepsi yang dapat memberikan semangat perjuangan atau menggambarkan bagaimana keadaan yang terjadi pada saat revolusi kemerdekaan di Indonesia.

Kata Kunci: Unsur Visual, Poster, Propaganda Perjuangan, Revolusi Kemerdekaan Indonesia


(3)

ii KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrahim. Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas segala limpahan rahmat, berkah, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Tinjauan Unsur Visual pada Poster Propaganda Perjuangan Masa Revolusi Kemerdekaan di Indonesia” ini sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari tidaklah semudah yang dibayangkan dan berbagai hambatan dan rintangan harus dilalui oleh penulis. Tetapi semua dapat penulis lalui dengan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan baik moril maupun materil. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tiada hingganya kepada :

1. Andang Iskandar, S.Pd, M.Ds selaku pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, nasehat dan arahan kepada penulis.

2. Tiara Istiaty, M.Sn dan Kankan Kasmana, S.Sn selaku penguji saat sidang akhir yang telah memberikan saran dan kritik kepada penulis 3. Mira Puspitarini, S.Sos, selaku Kepala Seksi Layanan Arsip besertas

petugas layanan arsip ANRI, dan pihak-pihak lain yang telah banyak membantu dan memberikan informasi dan data-data yang diperlukan penulis dalam penyusunan skripsi ini.


(4)

iii 4. Ucapan terima kasih penulis kepada pihak-pihak lain yang tidak dapat

disebutkan satu persatu yang memberikan bantuan, dorongan serta motivasi sehingga skripsi ini terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan selanjutnya.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua urusan dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya.

Bandung, 13 Juli 2011


(5)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam dunia politik saat ini, terutama di kalangan partai-partai yang sedang memperebutkan simpati dan dukungan, terlihat banyak sekali kegiatan propaganda yang dilakukan, khususnya menggunakan media poster propaganda. Hal itu terjadi karena poster propaganda merupakan suatu bentuk kegiatan membujuk, mempengaruhi atau mengubah sikap dan perilaku individu atau kelompok yang berbeda dari sebelumnya.

Sejarah pun membuktikan bahwa negara manapun tidak dapat lepas dari peran poster dalam menjalankan sebuah propaganda. Poster propaganda berperan serta untuk kemajuan politik dan mengangkat ideologi maupun cita-cita. Poster Propaganda dibuat oleh para seniman dan desainer dengan berbagai teknik grafis, cetak, fotografi hingga media elektronik.

Awal terjadinya kegiatan propaganda di Indonesia pada tahun 1615 oleh Jan Pieterzoon Coen, pendiri Batavia, ia menciptakan sebuah iklan dengan tulisan tangan yang indah di surat kabar “Memorie De Nouvellas’. Karena keterbatasan teknologi percetakan, walaupun belum menggunakan foto atau gambar pada unsur visual, pada dasarnya


(6)

2 pengaturan letak huruf (tipografi) dalam halaman media cetak saat itu merupakan kesadaran tentang desain. (Arief, 2010, h.138).

Poster propaganda perjuangan Indonesia diawali sejak semangat Kebangkitan Nasional dan pidato-pidato Soekarno tentang Nasionalisme, timbul kesadaran akan nilai-nilai cinta kebangsaan. Sebagai bagian dari rasa cinta kebangsaan tersebut terekspresikan pada kegiatan menggambar sebagai bagian dari pengembangan bakat alam dan pendidikan dasar kesenirupaan, sehingga menghasilkan karya-karya yang mempunyai nilai semangat nasionalisme.

Menurut Sachari (2002), semangat nasionalisme yang diekspresikan pada kegiatan menggambar oleh para seniman saat itu, merupakan alasan didirikannya PERSAGI (Persatuan Ahli Gambar Indonesia) pada tahun 1939, yang anggotanya sebagian besar adalah tukang-tukang gambar di biro reklame dan percetakan. Nilai-nilai yang muncul dari seniman PERSAGI, lebih banyak ditekankan untuk menggugah semangat atau sindiran terhadap keadaan yang seniman PERSAGI rasakan langsung akibat penjajahan Belanda. Tema-tema kritik sosial yang PERSAGI angkat merupakan bagian dari keseluruhan perjuangan bangsa Indonesia. Sudjojono sebagai juru bicara PERSAGI, mengungkapkan bahwa penjajahan hakikatnya adalah pelanggaran terhadap kemanusiaan habis-habisan, oleh karena itu setiap pencipta karya seni harus memberontak terhadap sekelilingnya (penjajah).


(7)

3 PERSAGI merupakan kelompok yang secara terang-terangan anti terhadap Belanda, sehingga dalam buku “Sejarah dan Perkembangan Desain dan Kesenirupaan di Indonesia” dikatakan bahwa karakter estetik dicari dari peninggalan-peninggalan zaman Hindu, kenyataan sehari-hari dan imajinasi karya gambar anak-anak yang masih dianggap murni karena belum terpengaruh oleh sistem nilai yang diterapkan Belanda. Kemiskinan dan ketertindasan merupakan faktor yang mengilhami nilai-nilai estetik. Selain perjuangan menentang penjajahan juga membangun nilai-nilai tersendiri yang dapat menciptakan semangat rakyat untuk berjuang. Karya-karya kesenian tersebut merupakan alat propaganda untuk mengobarkan semangat perjuangan (h.80).

Dalam rangka untuk menjelang hari kemerdekaan Indonesia, Sudjojono, Affandi dan Chairil Anwar membuat sebuah poster propaganda “Boeng Ajo Boeng” sesuai dengan permintaan Bung Karno kepada Affandi untuk menciptakan sebuah poster yang dapat membangkitkan semangat kemerdekaan. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, poster “Boeng Ajo Boeng” kembali diperbanyak, karena poster tersebut telah berhasil membangkitkan gejolak semangat kemerdekaan bagi rakyat Indonesia.

Poster propaganda perjuangan mempunyai peran yang sangat penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia dan melalui poster propaganda perjuangan dapat meyakinkan dunia internasional, bahwa


(8)

4 kemerdekaan Indonesia adalah wujud kehendak bangsa Indonesia yang telah diperjuangkan sejak puluhan tahun. Karena pada poster propaganda perjuangan yang dibuat oleh para seniman dan desainer Indonesia khususnya poster propaganda masa revolusi kemerdekaan Indonesia (1945-1949) terdapat unsur visual yang mempunyai makna kemerdekaan yang diraih bangsa Indonesia merupakan kehendak bangsa Indonesia sendiri dan semangat perjuangan kemerdekaan tidak pernah padam. Hal ini merupakan partisipasi para seniman dan desainer Indonesia dalam ikut serta berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada latar belakang maka yang dapat diuraikan dalam identifikasi masalah adalah sebagai berikut:

1. Poster perjuangan sebagai alat propaganda untuk membangkitkan semangat para pejuang dan seluruh rakyat Indonesia dalam berjuang meraih dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

2. Dalam poster propaganda perjuangan terdapat berbagai kata pembakar semangat dan unsur visual yang dapat perhatian seluruh rakyat Indonesia.

3. Proses pembuatan poster propaganda perjuangan oleh para seniman dan desainer Indonesia dibuat dengan bentuk


(9)

5 sederhana karena keterbatasan alat, bahan, dan dalam situasi penuh tekanan. Tapi bagaimanapun bentuknya, poster propaganda perjuangan telah tersebar dan sudah berfungsi sebagai alat pembangkit semangat para pejuang dan rakyat dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang dan identifikasi masalah yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana visualisasi poster propaganda masa perjuangan revolusi yang bertujuan untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia?

2. Unsur visual apa saja yang terdapat pada poster-poster propaganda perjuangan di masa revolusi kemerdekaan Indonesia (1945-1949), khususnya poster yang tersebar di kota Jakarta, Jogjakarta dan Bandung?

1.4 Pembatasan Masalah

Penekanan batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

• Keberadaan poster propaganda perjuangan di masa revolusi kemerdekaan Indonesia (1945-1949), masa revolusi merupakan peristiwa besar dalam sejarah bangsa Indonesia.


(10)

6 • Poster propaganda perjuangan yang tersebar di daerah Jakarta,

Jogjakarta dan Bandung.

• Melihat unsur visual seperti, ilustrasi, teks/ tipografi yang muncul dari poster-poster propaganda perjuangan.

1.5 Metode Penelitian

Menurut data dan fakta realitas di lapangan yang didapat adalah data yang tidak dapat diukur dengan angka, dan penelitian ini lebih kepada aspek nilai-nilai estetis, maka metode dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif (Denzim dan Lincoln 1987), yaitu penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi.

Teknik pengumpulan data dan penelitian adalah :

1. Studi kepustakaan (Library Research), yaitu mempelajari bahan-bahan dan data yang akan digunakan sebagai landasan teori serta pelengkap penulisan skripsi melalui media cetak, seperti: buku-buku pengantar desain komunikasi visual, jurnal dan majalah-majalah.

2. Studi lapangan (Field Research), yaitu meneliti atau melakukan pengamatan secara langsung untuk mendapatkan bahan atau data primer dengan cara wawancara.


(11)

7 1.6 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud, penelitian ini adalah meninjau untuk melihat, mengetahui dan mempelajari berbagai unsur visual pada poster propaganda perjuangan yang mempunyai peran penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan di Indonesia.

Tujuan, penelitian ini dengan mengetahui dan mempelajari unsur visual apa saja yang membentuk poster propaganda perjuangan di masa revolusi kemerdekaan Indonesia dapat memberikan pandangan, wawasan tentang poster-poster yang beredar saat itu.

1.7 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu di bidang Desain Komunikasi Visual, dalam menciptakan sebuah desain poster, khususnya poster propaganda yang dapat mempengaruhi atau mengubah sikap dan perilaku individu atau kelompok sebagaimana pada propaganda perjuangan yang dapat membangkitkan semangat perjuangan rakyat Indonesia.

1.8 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulisan ini maka peneliti menyusun secara sistematis sebagai berikut.


(12)

8 Pendahuluan, merupakan bab yang menguraikan latar belakang masalah, identifikasi masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, metode penelitian, maksud dan tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

Unsur Visual dan Poster Propaganda, merupakan bab yang menguraikan teori utama dan referensi-referensi yang akan digunakan untuk membahas unsur visual yang terdapat pada poster-poster propaganda perjuangan di masa revolusi kemerdekaan Indonesia.

Poster Propaganda Perjuangan Masa Revolusi Kemerdekaan Indonesia, merupakan bab yang menguraikan tentang data-data dari poster-poster propaganda perjuangan yang akan diteliti, baik data primer maupun sekunder.

Tinjauan Unsur Visual pada Poster Propaganda Perjuangan di Masa Revolusi Kemerdekaan Indonesia, merupakan bab yang menguraikan pembahasan mengenai permasalahan yang akan diteliti yaitu meninjau unsur visual yang terdapat pada poster propaganda perjuangan dengan menggunakan landasan teori serta metode penelitian.

Kesimpulan, merupakan bab yang menguraikan kesimpulan, berisikan paparan inti yang memuat kesimpulan umum yang disimpulkan dari bab satu hingga bab empat.


(13)

9 BAB II

UNSUR VISUAL DAN POSTER PROPAGANDA

2.1 Unsur Visual Pada Poster Sebagai Karya Desain Grafis 2.1.1 Desain Grafis

Kata grafis mengacu pada pengertian suatu gambar. Dalam

Encyclopedia of Graphic Desain + Designers, kata “desain grafis” diartikan sebagai: “generic term for the activity of combining typography, illustration, photography and printing for purposes of persuasion, information or instruction”. Desain grafis adalah proses merancang gambar atau bentuk-bentuk visual dwimatra (dua dimensi) untuk kepentingan proses komunikasi yang fungsional dan efektif. Tiga fungsi utama desain grafis menurut Livingston (1994) adalah fungsi persuasi, fungsi informasi, dan fungsi instruksi (Arief, 2010, h.25). Secara garis besar ada empat elemen dasar dalam desain grafis, yaitu: ilustrasi, fotografi, simbol, dan tipografi (headline, sub-headline, dan body copy).

Secara garis besar dapat dikatakan bahwa, desain grafis merupakan proses dalam merancang atau menyusun gambar, huruf, simbol, fotografi atau unsur-unsur visual lainnya dan memperhatikan harmoni/kesatuan, keseimbangan, irama atau


(14)

10 prinsip visual lainnya sehingga menjadi informasi visual untuk kepentingan proses komunikasi yang fungsional dan efektif.

2.1.2 Unsur Visual dalam Desain Grafis

Unsur atau elemen merupakan bagian dari suatu karya desain. Unsur-unsur tersebut saling berhubungan satu sama lain. Masing-masing memiliki sikap tertentu terhadap yang lain, misalnya sebuah garis mengandung warna dan juga memiliki style garis yang utuh, yang terputus-putus, yang memiliki tekstur bentuk, dan sebagainya. (Kusrianto, 2007, h.29)

Selain itu juga dijelaskan oleh Arthur (2009), dalam suatu karya, unsur visual dapat tampil eksplisit atau implisit. Unsur yang tampil eksplisit berarti ia dapat langsung dikenali sebagai titik merah atau garis sapuan kuas misalnya. Sebaliknya, disebut implisit karena unsur-unsur ini tidak langsung dikenal sebagai garis atau titik, tapi ia tampil dalam bentuk gambar atau huruf. Unsur visual ‘tersamar’ atau ‘terkandung’ dalam bentuk gambar dan huruf. (h.20)

Menurut Adi Kusrianto (2007) untuk mewujudkan suatu tampilan visual, diperlukan beberapa unsur yang disusun menjadi karya desain yang selaras, serasi dan seimbang dalam kesatuan, unsur-unsur tersebut yaitu titik, garis, bidang, ruang, warna, dan tekstur.


(15)

11

Titik

Titik adalah salah satu unsur visual yang wujudnya relatif kecil, dimana dimensi memanjang dan melebarnya dianggap tidak berarti. Titik cenderung ditampilkan dalam bentuk kelompok, dengan variasi jumlah, susunan dan kepadatan tertentu.

Garis

Garis dianggap sebagai unsur visual yang banyak berpengaruh terhadap pembentukan suatu objek sehingga garis, selain dikenal sebagai goresan atau coretan juga menjadi batas limit suatu bidang atau warna. Ciri khas garis adalah terdapatnya arah serta dimensi memanjang. Garis dapat tampil dalam bentuk lurus, lengkung, gelombang, zigzag, dan lainnya. Kualitas garis ditentukan oleh tiga hal, yaitu orang yang membuatnya, alat yang digunakan serta bidang dasar tempat garis digoreskan.

Garis merupakan unsur terbentuknya sebuah gambar. Garis memiliki dimensi memanjang serta memiliki arah.

Goresan suatu garis memiliki arti/ kesan sebagai berikut:


(16)

12 Garis datar: lemah, tidur, dan mati

Garis lengkung: lemah, lembut, mengarah

Garis patah: tegas, tajam, hati-hati, naik turun

Garis miring: sedang, menyudutkan

Garis berombak: halus, lunak, berirama

Bidang

Bidang merupakan unsur visual yang berdimensi panjang dan lebar. Ditinjau dari bentuknya bidang bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu bidang geometri/ beraturan dan non-geometri/ tidak beraturan.

Bidang dihadirkan dengan menyusun titik maupun garis dalam kepadatan tertentu, dan dapat pula dihadirkan dengan mempertemukan potongan hasil goresan satu garis atau lebih.

Ruang

Ruang dapat dihadirkan dengan adanya bidang. Pembagian bidang atau jarak antara objek berunsur titik, garis, bidang, dan warna. Ruang lebih mengarah pada perwujudan tiga dimensi sehingga ruang dapat dibagi menjadi dua, yaitu ruang nyata dan semu. Keberadaan


(17)

13 ruang sebagai salah satu unsur visual sebenarnya tidak dapat diraba tetapi dapat dimengerti.

Warna

Warna sebagai unsur visual yang berkaitan dengan bahan yang mendukung keberadaannya ditentukan oleh jenis pigmennya. Kesan yang diterima oleh mata lebih ditentukan oleh cahaya.

Warna merupakan pelengkap gambar serta mewakili suasana kejiwaan pembuat gambar dalam berkomunikasi. Warna juga merupakan unsur yang sangat tajam untuk menyentuh kepekaan penglihatan sehingga mampu merangsang munculnya rasa haru, sedih, gembira, mood, semangat dan lainnya.

Secara visual, warna memiliki kekuatan yang mampu mempengaruhi citra orang yang melihatnya. Masing-masing warna mampu memberikan respon secara psikologis. Molly E. Holzschlag (seperti dikutip Kusrianto, 2007), seorang pakar tentang warna, dalam tulisannya “Creating Color Scheme” membuat daftar mengenai kemampuan masing-masing warna ketika memberikan respon secara psikologis, seperti warna merah mampu memberikan respon yang ditimbulkan kekuatan,


(18)

14 bertenaga, kehangatan, nafsu, cinta, agresifitas, bahaya; warna biru menimbulkan kepercayaan, konservatif, keamanan, teknologi, kebersihan, perintah; warna hijau menimbulkan kesan alami, kesehatan, pandangan yang enak, kecemburuan, pembaruan; warna kuning menimbulkan rasa optimis, harapan, filosofi, ketidakjujuran/ kecurangan, pengecut, pengkhianatan; warna ungu menimbulkan spiritual, misteri, keagungan, perubahan, bentuk, galak, arogan; warna orange menimbulkan energi keseimbangan, kehangatan; warna coklat menimbulkan respon dapat dipercaya, nyaman, bertahan; warna abu-abu menimbulkan intelek, futuristik, modis, kesenduan, merusak; dan warna putih menimbulkan rasa bersih, kemurnian/ suci, kecermatan,

innocent (tanpa dosa), steril, kematian.

Tekstur

Tekstur adalah nilai raba dari suatu permukaan. Secara fisik tekstur dibagi menjadi tekstur halus dan kasar, dengan kesan pantul mengkilat dan kusam. Ditinjau dari efek tampilannya tekstur digolongkan menjadi tekstur nyata dan tekstur semu. Disebut tekstur nyata bila ada kesamaan antara hasil raba dan penglihatan.


(19)

15 Sedangkan, pada tekstur semu terdapat perbedaan antara hasil penglihatan dan perabaan.

Variabel penyusunan unsur-unsur visual meliputi kedudukan, arah, ukuran, jarak, bentuk, dan jumlah.

Kedudukan adalah masalah dimana suatu objek yang terbentuk oleh unsur-unsur visual ditempatkan.

Arah, memberikan pilihan mengenai ke arah mana suatu objek dihadapkan dan bagaimana efeknya terhadap hubungan suatu objek dengan objek lainnya.

Ukuran, menentukan kesan besar-kecilnya sesuai peranannya.

Jarak, bentuk, dan jumlah berpengaruh terhadap kepadatan, bobot, dan keluasaan ruang atau bidang dimana berbagai objek dihadirkan.

2.1.3 Poster

Poster adalah iklan atau pengumuman yang diproduksi secara massal (Ensiklopedia Encarta, 2004). Sedangkan menurut Sumbo Tinarbuko (2007), poster merupakan salah satu media komunikasi visual berbentuk dua dimensional. Kehadirannya bertujuan menyampaikan suatu pesan, keinginan, mengumumkan sesuatu agar diketahui masyarakat dan


(20)

16 mengingatkan mereka tentang hal-hal yang dianggap penting.

Poster adalah salah satu bagian dari seni dan desain yang memiliki gaya, aliran maupun trend tersendiri yang tidak lepas dari tingkat penguasaan teknologi serta gaya hidup dari suatu zaman. (Kusrianto, 2007, h.338)

Poster pada umumnya dibuat dengan ukuran besar di atas kertas untuk didisplay pada khalayak. Sebuah poster biasanya berisikan gambar ilustrasi dengan warna-warna yang indah dan beberapa teks maupun memuat trademark. Sebuah poster biasanya berguna secara komersial untuk mengiklankan suatu produk, suatu kegiatan pendidikan, acara entertainment, maupun alat propaganda. Namun, banyak juga poster yang dibuat hanya untuk tujuan seni maupun sebagai hiasan.

Poster dibuat untuk menyampaikan pesan atau informasi. Jenis poster dikelompokkan menjadi, sebagai berikut:

Poster Teks

Sebagaimana namanya, poster teks mengutamakan teks sebagai informasi, tetapi biasanya juga ada elemen-elemen gambar seperti simbol kerajaan, gambar raja atau ornamen lain. Pada awalnya, poster digunakan untuk menyampaikan pengumuman pemerintah kepada


(21)

17 rakyat di abad ke-15. Poster selain digunakan sebagai pengumuman, poster juga digunakan untuk iklan.

Poster Bergambar

Pada abad ke-17, yang disebut sebagai awal abad modern, ada dua pemicu atas berkembangnya produksi poster. Pertama, semakin maju teknologi percetakan. Kedua, dimulainya era industrialisasi dalam skala besar dengan terjadinya Revolusi Industri di Prancis yang menyebabkan diperlukannya sarana iklan menggunakan poster. Oleh karena itu, poster dicetak dalam jumlah besar.

Poster-poster pada era itu dihiasi dengan gambar yang berwarna-warni. Dan terdapat banyak poster yang memiliki nilai artistik yang tinggi, diantaranya adalah dengan masuknya pengaruh aliran Art Noveau, Kubisme, Surrealisme, Dada, dan Art Deco. (Kusrianto, 2007, h. 339)

Di Indonesia, poster mulanya digunakan untuk membangkitkan nasionalisme. Poster-poster tersebut merupakan poster propaganda yang berperan sebagai media pendukung untuk membangkitkan semangat perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia.


(22)

18 Dalam sebuah poster terdapat komponen dasar yang telah membentuknya menjadi suatu karya seni atau desain, yaitu titik, garis, bidang, bentuk, tipografi, tekstur, dan warna. Komponen dasar ini juga dapat disebut unsur visual. Dari unsur visual yang sederhana tersebut, dapat membentuk sebuah karya seni dan desain. Titik menjadi garis, garis tersusun membentuk bidang, bidang berlapis membentuk volume, dan bentuk akhir ini memiliki tekstur dan warna yang wujudnya figuratif atau non figuratif, dan rangkaian tipografi membentuk kata, kata-kata membentuk satu kalimat yang dapat menarik perhatian dan isi dari karya seni dan desain tersebut dapat mempengaruhi atau mengubah sikap dan perilaku individu atau kelompok sasaran.

2.1.4 Unsur dalam Sebuah Poster

Dalam sebuah poster terdapat unsur yang sangat bervariasi, namun biasanya ada unsur utama yang terkandung dalam sebuah poster yaitu visual (gambar) dan teks (tipografi). (Rustan, 2008, h. 108)

1. Gambar/ Ilustrasi

Ilustrasi menurut definisinya adalah seni gambar yang dimanfaatkan untuk memberi penjelasan atau suatu maksud atau tujuan secara visual. (Kusrianto, 2007,


(23)

19 h.140)

Dalam poster propaganda perjuangan masa revolusi kemerdekaan Indonesia terlihat ilustrasinya sangat mengilustrasikan keadaan yang sedang terjadi, gemuruh semangat perjuangan para pejuang dan rakyat demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

• Ilustrasi dengan Teknik Woodcut

Teknik membuat ilustrasi merupakan bagian dari grafis desain yang tidak dapat dipisahkan dari teknik reproduksi (untuk memperbanyak).

T

eknik pertama yang dikenal dengan nama woodcut

(membuat cukilan) atau relief pada sebuah kayu Gambar 2.1 : Ilustrasi tentang Benyamin Franklin (1706-1790) menggunakan teknik woodcut yang dibuat oleh perusahaan percetakan Cox & Sons pada tahun 1785. Sumber: Buku “Pengantar Desain Komunikasi Visual”, 2007


(24)

20 kemudian dicap pada kertas atau kain (Gambar 2.1). Setelah teknik woodcut muncul teknik woodblock

yang merupakan teknik cetak/ pengecapan berwarna dengan sistem (Gambar 2.2).

• Ilustrasi dalam Fine Art

Sebuah karya ilustrasi yang dibuat sedemikian detail mendekati keadaan sebenarnya dikelompokkan sebagai Fine Art.

Ketika teknik fotografi belum maju, orang yang hidup di akhir abad ke-18 lebih menyukai memanfaatkan goresan pena ilustrasi untuk menggambarkan suatu pemandangan atau suasana.

Teknik reproduksinya dilakukan dengan teknik

lithografi. Lithografi adalah proses pencetakan yang Gambar 2.2 : Ilustrasi di era woodblock dibuat oleh seniman Jepang, tahun 1603-1867. Sumber: Buku “Pengantar Desain Komunikasi Visual”, 2007


(25)

21 ditemukan pada tahun 1798 oleh Aloys Senefelder dari Jerman. Lithografi awalnya merupakan teknik cetak di atas batu (lithos) yang diukir, yang perkembangannya kemudian menggunakan pelat medal. Pada zaman modern, percetakan dilakukan dengan pelat kertas dan proses cetaknya disebut offset.

• Pengaruh Art Noveau dalam Ilustrasi

Kusrianto (2007) menjelaskan Art Noveau adalah sebuah gerakan di bidang seni yang dipelopori oleh beberapa orang seniman Perancis (dan Belgia). Art Noveau kurang lebih “Seni Baru”. Gerakan seni Art Noveau mempersatukan antara Fine Art dan Applied Art (karya seni yang dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari). (h.146)

Keberanian untuk menggunakan ruang-ruang kosong maupun blocking bidang menggunakan warna gelap terang menggantikan trend sebelumnya yang mengandalkan garis-garis arsiran sebagai pengisi ruang.

Selain itu, kekuatan garis-garis juga sangat diandalkan dalam Art Noveau.


(26)

22 Penggunaan garis-garis dekoratif, style, penokohan, serta penampilan grafis dengan ruang yang datar sangat kental dengan pengaruh gaya Art Noveau.

Ciri dari gaya grafisnya adalah penggunaan efek dramatis dengan penggunaan blok bidang gelap terang untuk menuangkan media grafisnya (Gambar 2.4).

Seniman grafis itu dapat mengadaptasi berbagai gaya dan ide melukis, tetapi secara ide lukisannya berasal dari gabungan ilustrasi (dengan kekuatan Gambar 2.3 : Ilustrasi yang dibuat di Belgia tahun 1897 oleh Alphonse Mucha dari Perancis. Goresan bentuk rambut khas gaya Art Noveau yang mempengaruhi kebanyakan seniman ilustrasi hingga tahun 1970. Sumber: Buku “Pengantar Desain Komunikasi Visual”, 2007


(27)

23 goresan bentuk) dan teknik lukisan (pada teknik render dalam setiap pengisian bidang).

I

Ilustrasi menggunakan teknik airbrush (kuas semprot), mempunyai kelebihan yaitu kemampuannya menggambar (mereproduksi) foto atau melukis dengan hasil seperti foto dan teknik airbrush pernah berjaya antara tahun 1970-an hingga 1980-an.

Dalam sebuah gambar terdapat hubungan figure-ground. Hubungan figure dan gound yaitu menganggap bahwa setiap gambar/ bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (objek/ bentuk) dan ground (latar). Penampilan suatu objek seperti ukuran, potongan, Gambar 2.4 : Ilustrasi karya William Heart Robinson. Sumber: Buku “Pengantar Desain Komunikasi Visual”, 2007


(28)

24 warna dan sebagainya membedakan figure dari ground

(latar belakang). Bila figure dan ground bersifat samar-samar, maka akan terjadi kekaburan penafsiran antara latar dan figure.

2. Teks/ Tipografi

Di dalam desain grafis, tipografi didefinisikan sebagai suatu proses seni untuk menyusun bahan publikasi menggunakan huruf cetak. Oleh karena itu, “menyusun” meliputi merancang bentuk huruf cetak hingga merangkainya dalam sebuah komposisi yang tepat untuk memperoleh suatu efek tampilan yang dikehendaki. (Kusrianto, 2007, h.190)

Desain Komunikasi Visual tidak bisa lepas dari tipografi sebagai unsur pendukungnya. Perkembangan tipografi banyak dipengaruhi oleh faktor budaya dan teknik pembuatan. Karakter tipografi yang ditimbulkan dari bentuk hurufnya bisa dipersepsikan berbeda.

Rangkaian huruf dalam sebuah kata atau kalimat bukan hanya berarti sebuah makna yang mengacu pada sebuah objek atau gagasan, tetapi juga memiliki kemampuan untuk menyuarakan citra atau kesan secara visual, karena dalam suatu huruf terdapat nilai


(29)

25 fungsional dan nilai estetika, pemilihan jenis huruf pun harus disesuaikan dengan citra yang ingin diungkapkan.

Huruf-huruf dapat digolongkan menurut jenisnya yaitu:

- Roman, pada awalnya adalah kumpulan huruf kapital seperti yang biasa ditemui di pilar dan prasasti Romawi, namun kemudian definisinya berkembang menjadi seluruh huruf yang mempunyai ciri tegak dan didominasi garis lurus kaku.

- Serif, memiliki sirip, kaki, atau serif yang berbentuk lancip pada ujungnya, dan ketebalan dan ketipisan yang kontras pada garis-garis hurufnya. Kesan yang ditimbulkan adalah klasik, anggun, lemah gemulai dan feminin.

- Egyptian, jenis huruf yang memiliki ciri kaki, sirip, atau serif yang berbentuk persegi seperti papan dengan ketebalan yang sama atau hampir sama. Kesan yang ditimbulkan adalah kokoh, kuat, kekar dan stabil. Egyptian populer dengan sebutan slab serif.

- Sans serif, jenis huruf yang tidak memiliki kaki, atau serif jadi huruf jenis ini tidak memiliki sirip pada ujung hurufnya dan memiliki ketebalan huruf yang sama atau hampir sama. Kesan yang ditimbulkan oleh huruf jenis ini adalah modern, kontemporer dan efisien.

- Script, menyerupai goresan tangan yang dikerjakan dengan pena, kuas atau pensil tajam dan biasanya miring


(30)

26

ke kanan. Kesan yang ditimbulkannya adalah sifast pribadi dan akrab.

- Miscellaneous, merupakan jenis huruf pengembangan dari bentuk-bentuk yang sudah ada. Ditambah hiasan dan ornamen, atau garis-garis dekoratif. Kesan yang dimiliki adalah dekoratif dan ornamental.

Tipografi dapat dikatakan alat komunikasi apabila tipografi tersebut dapat berkomunikasi dalam bentuknya yang paling kuat, jelas (clarity), dan terbaca (legibility). Eksekusi terhadap desain tipografi dalam rancang grafis pada aspek legibility akan mencapai keberhasilan bila melalui proses investigasi terhadap makna, alasan-alasan kenapa teks harus dibaca, dan siapa yang membacanya.


(31)

27 2.2 Propaganda Sebagai Media Komunikasi

Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu melakukan proses hubungan (interaksi) antara satu dengan yang lainnya, hal ini disebut dengan komunikasi. Kurangnya kemampuan manusia berkomunikasi dapat menyebabkan manusia tersebut mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang terbatas. Berbagai ide, gagasan, keinginan dan tuntutannya tidak dapat disalurkan atau diketahui orang lain.

Komunikasi mempunyai sifat verbal, yaitu kegiatan yang menggunakan bunyi, lisan, atau media tertulis. Dan komunikasi yang bersifat non verbal, yaitu kegiatan yang menggunakan lambang, isyarat (gestural communication) atau gambar (pictorial communication). (Nurudin, 2001, h.3)

Propaganda merupakan bagian dari kegiatan komunikasi, karena metode, media, karakteristik unsur komunikasi (komunikator, pesan, media, komunikan) sama dengan kegiatan komunikasi lainnya seperti jurnalistik, pameran, hubungan masyarakat. Meskipun sama, tetapi masing-masing kegiatan komunikasi memiliki penekanan tertentu. Jurnalistik lebih fokus terhadap kegiatan yang behubungan dengan proses pemberitaan (cetak atau elektronik), pameran menunjukkan pada media yang digunakan, humas pada institusi sedangkan propaganda lebih menunjukkan cara penyampaian pesannya.


(32)

28 2.2.1 Definisi Propaganda

Propaganda berasal dari bahasa Latin propagare. Awalnya berarti ‘gagasan untuk disebarkan ke sekeliling’. Dari sejarahnya sendiri, propaganda awalnya adalah mengembangkan agama Katholik Roma baik di Italia maupun negara-negara lain. Sejalan dengan tingkat perkembangan manusia, propaganda tidak hanya digunakan dalam bidang keagamaan saja tetapi juga dalam bidang pembangunan, politik, komersial, pendidikan dan lain-lain. Oleh karena itu, saat ini teknik propaganda juga digunakan dalam bidang seperti humas, kampanye politik dan periklanan. Diakui oleh Brown dan Both dalam Werner J Severin dan James W Tankard (1979), (seperti dikutip Nurudin, 2001) “Propaganda would include much of advertising, much of political campaigning and much of public relations”.

Adapun beberapa definisi atau pengertian propaganda (seperti dikutip Nurudin, 2001) adalah sebagai berikut:

a. Dalam Ensyclopedia International dikatakan propaganda adalah, “Suatu jenis komunikasi yang berusaha mempengaruhi pandangan dan reaksi, tanpa mengindahkan tentang nilai benar atau tidak benarnya nilai yang disampaikan.


(33)

29 b. Everyman’s Encyclopedia diungkapkan bahwa propaganda

adalah suatu seni untuk penyebaran dan meyakinkan suatu kepercayaan, khususnya suatu kepercayaan agama atau politik.

c. Qualter mengatakan bahwa propaganda adalah suatu usaha yang dilakukan secara sengaja oleh beberapa individu atau kelompok untuk membentuk, mengawasi atau mengubah sikap dari kelompok-kelompok lain dengan menggunakan media komunikasi dengan tujuan bahwa pada setiap situasi yang tersedia, reaksi dari mereka yang dipengaruhi akan seperti yang diinginkan oleh pembuat propaganda.

d. Harold D. Laswell dalam tulisannya Propaganda Technique in the World War menyebutkan propaganda adalah semata-mata kontrol opini yang dilakukan melalui simbol-simbol yang mempunyai arti, atau menyampaikan pendapat yang konkrit dan akurat melalui sebuah cerita, rumor laporan gambar-gambar dan bentuk-bentuk lain yang bisa digunakan dalam komunikasi sosial.

e. Leonard W. Dobb mengatakan, propaganda adalah usaha sistematis yang dilakukan individu yang masing-masing berkepentingan untuk mengontrol sikap kelompok atau individu lainnya dengan cara menggunakan sugesti dan sebagai akibatnya mengontrol kegiatan tersebut. (Nurudin, 2001, h.9)


(34)

30 Dari berbagai pengertian dapat disimpulkan bahwa propaganda merupakan media komunikasi yang dirancang secara khusus untuk menyampaikan suatu pesan yang didalamnya bertujuan untuk mempengaruhi atau mengubah sikap dan perilaku individu atau kelompok sasaran propaganda sesuai dengan keinginan penyebar pesan propaganda.

2.2.2 Teknik Propaganda

Menurut Institute for Propaganda Analysis (IPA), (seperti dikutip Adityawan, 2010) terdapat tujuh jenis teknik (devices) yang digunakan untuk menyamarkan tujuan utama pesan dalam suatu propaganda. Teknik-teknik ini dikenal sebagai “seven common propaganda devices” yang terdiri dari:

1 Name-Calling atau pemberian julukan yang penggunaan julukan tersebut digunakan untuk menjatuhkan seseorang, istilah, atau ideologi dengan konotasi negatif.

2 Glittering Generalities mirip dengan Name-Calling, tetapi bersifat pujian, memperindah, atau menciptakan gemerlap. 3 Transfer merupakan suatu teknik propaganda yang

meminjam atau memindahkan nilai-nilai kebijakan tertentu untuk ditempelkan di hal lain.

4 Testimonial, teknik yang memanfaatkan reputasi atau peran seseorang. Pernyataan atau kesaksian tokoh yang dhormati,


(35)

31 disegani, atau disukai masyarakat akan selalu dikutip dan ditampilkan secara langsung.

5 Plain Folks menggunakan pendekatan yang digunakan oleh seseorang untuk menunjukkan dirinya rendah hati dan empati dengan penduduk umumnya atau menampilkan figur seorang pemimpin sebagai orang biasa.

6 Card-Stacking atau tumpukan kartu merupakan teknik yang menggunakan “pengelabuan” untuk kepentingan pribadi, kelompok, atau organisasi. Dengan mengangkat atau menekan isu yang lebih menguntungkan dan mengaburkan isu yang dianggap merugikan dengan memunculkan isu baru. 7 Bandwagon atau “teknik rombongan” mempengaruhi

khalayak sasaran dengan penyampaian pesan yang memiliki implikasi untuk bergabung dan bertindak seperti yang dikerjakan banyak orang dan mempunyai banyak dukungan.

Selain dari tujuh teknik propaganda tersebut ada dua teknik propaganda, sebagaimana dituliskan oleh Nurudin (2001), yaitu:

Repuitable Mounthpiece, teknik yang dilakukan dengan mengemukakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan.

Using All Form of Persuations, teknik yang digunakan untuk membujuk orang lain dengan rayuan, himbauan dan “iming-iming”.


(36)

32 2.2.3 Pengelompokan Propaganda

Dari segi isi dan sumber informasi propaganda terdiri dari :

1. Propaganda putih (white propaganda), sumber dan ketepatan berita yang disampaikan akurat dan dapat diidentifikasi secara jelas dan terbuka.

2. Propaganda hitam (black propaganda), sumber maupun isi beritanya sarat dengan kebohongan. Propaganda hitam sering disebut juga sebagai “propaganda terselubung”

(covert propaganda), propaganda ynag seolah-olah menunjukkan sumber informasi, padahal bukan sumber yang sebenarnya.

3. Propaganda abu-abu (grey propaganda), sumber yang menyampaikan jelas tetapi berita yang disebarkan penuh dengan kebohongan atau seolah-olah berasal dari sumber yang netral, tapi sebenarnya sumber berasal dari pihak lawan.


(37)

33 BAB III

POSTER PROPAGANDA PERJUANGAN MASA REVOLUSI KEMERDEKAAN INDONESIA

3.1 Masa Revolusi Kemerdekaan Indonesia

Masa revolusi kemerdekaan dimulai dengan masuknya diboncengi ol pemerintahan sipil Hindia Belanda) ke berbagai wilayah Indonesia setelah kekalaha Terdapat banyak peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi pada tahun 1945 sampai dengan tahun 1949. Berbagai perundingan dan peristiwa terjadi, seperti pindahnya ibukota ke Yogyakarta, Perjanjian Linggardjati, Perjanjian Renville, Agrasi Militer II, hingga penyerahan kedaulatan oleh Belanda kepada Indonesia.

Pada masa revolusi kemerdekaan Indonesia pun lahir gerakan kesenian “Seniman Indonesia Muda” (SIM). Pimpinan gerakan kesenian tersebut adalah Sudjojono, ia merupakan tokoh representatif dalam sejarah perkembangan poster perjuangan Indonesia.

Menurut Sudjojono, dimasa singkat revolusi kemerdekaan Indonesia (1945-1949), banyak sekali poster-poster propaganda yang dibuat oleh para seniman dan desainer Indonesia, selain berfungsi sebagai


(38)

34 pembangkit semangat perjuangan, tapi juga dapat berfungsi mendidik jiwa rakyat Indonesia tentang nilai keindahan.

Sudjojono mengatakan mengenai perkembangan poster jaman Jepang merupakan masa peralihan gambar-gambar poster perjuangan yang kelak menemukan bentuk sempurnanya di masa revolusi kemerdekaan Indonesia. (Pirous, 2006, h.141)

3.2 Poster Propaganda Perjuangan oleh Seniman Indonesia

Sejak revolusi kemerdekaan Indonesia tahun 1945, di Yogya telah berdiri sebuah organisasi kesenian “Pusat Tenaga Pelukis Indonesia” (PTPI) yang bergerak aktif dalam bidang seni lukis. Organisasi ini didirikan oleh Djaengasmoro, Sindusiswoyo, Surjosugondo, Prawito dan Noor Baheramsjah.

PTPI bekerjasama dengan pemerintahan, terutama dengan jawatan penerangan Jawa Tengah yang kala itu dipimpin oleh Dr. Soebandrio. Kerjasama terutama dalam pembuatan poster propaganda cetak dan pancang. Poster pancang adalah poster yang dipasang dijalan-jalan kota.

Produksi poster cetak yang disebar ke seluruh derah melalui perantara Djawatan Kereta Api (DKA), Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI). ALRI mempunyai tugas khusus untuk pengiriman ke luar Jawa melalui laut.


(39)

35 Akibat kurangnya bahan-bahan dalam proses teknik cetak, para seniman Indonesia seringkali menggunakan teknik cukilan kayu dan sablon sebagai medium utama dalam penciptaan poster-poster cetak. Hal ini juga dilakukan oleh para seniman-seniman yang tergabung dalam “Seniman Indonesia Muda” (SIM).

Kegiatan PTPI yang dimulai tahun 1945 sempat berjalan aktif selama tiga tahun. Setelah tahun 1948 kegiatan-kegiatan PTPI mulai berangsur lesu.

Seiring Yogya mulai menjadi kota pusat para seniman, di Bandung dan sekitarnya peran dunia kreatif dipegang oleh pelukis-pelukis yang bergabung dalam “Barisan Perjuangan” yaitu: Affandi, Hendra Gunawan, Barli, Kerton dan Sudarso. Mereka mempelopori pembuatan-pembuatan propaganda.

3.3 Poster Propaganda Perjuangan Menjelang Proklamasi Kemerdekaan

Tahun 1945, di hari-hari menuju kekalahan Jepang, Bung Karno yang ketika itu menjabat sebagai ketua Persiapan Kemerdekaan Indonesia, meminta kepada Affandi untuk menciptakan sebuah poster sebagai propaganda untuk membangkitkan semangat kemerdekaan.

Affandi yang saat itu pelukis utama dari Putera (Pusat Tenaga Rakyat), menerima tugas ini dan ia segera menemui Sudjojono untuk


(40)

36 merundingkan hal ini. Sudjojono mempunyai gagasan untuk membuat gambar seorang yang sedang mengacungkan tangannya dalam sikap sedang meronta memutuskan rantai belenggu, dengan latar belakangnya adalah Sang Saka Merah Putih yang berkibar. Melalu tema ini, ia ingin menggambar suatu gelora semangat dan keinginan bangsa Indonesia untuk memutuskan rantai penjajahan. Gagasan ini diterima baik dan penggambarannya dilakukan oleh Affandi.

Sebagai poster perjuangan, Sudjojono dan Affandi berkeinginan untuk menambahkan beberapa kata-kata yang paling tepat dan penuh semangat untuk poster tersebut. Berhari-hari mereka memikirkan kata-kata yang tepat, sampai akhirnya suatu hari bertemu dengan Chairil Anwar, seorang penyair muda Indonesia yang saat itu namanya mulai dikenal. Sudjojono dan Affandi meminta Chairil Anwar untuk memberikan kata semboyan yang tepat. Permintaan penuh semangat disambut oleh Chairil dengan tuliskan saja: “Boeng, ajo Boeng”. Akhirnya, keinginan Bung Karno untuk membuat sebuah poster perjuangan terlaksana, dengan gambar oleh Affandi, ide/gagasan oleh Sudjojono, semboyan poster dari Chairil Anwar dan Dullah sebagai model.

Poster ini dikerjakan secara bergerilya di Jakarta karena Jepang masih berkuasa. Poster ini dibuat dengan teknik cetak, dan karena situasi penuh tekanan yang mendebarkan, terpaksa poster ini dibuat dengan bentuk yang sederhana sekali dengan ukuran poster sekitar 50x70 cm,


(41)

37 dicetak di atas kertas koran dengan dua warna, yaitu warna hitam untuk gambar dan tulisan serta warna merah untuk bendera.(Gambar 3.1)

Dalam saat proses mencetak, istri Affandi pun ikut serta, ia bertugas sebagai penjaga untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan penggerebekkan pihak Kempei Tai. Hingga larut malam proses mencetak poster propaganda “Boeng, Ajo Boeng” ini dan selanjutnya poster-poster ini di selundupkan ke luar kota Jakarta oleh buruh-buruh kereta api untuk disebarluaskan.

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, dan ketika semangat revolusi yang sedang menyala-nyala, poster propaganda ini diperbanyak di kota Yogya dengan teknik sablon, juga dikerjakan

Gambar 3.1 : Poster karya Affandi : “Boeng, Ajo Boeng”, 50x70cm, 1945. Sumber: http://dgi-indonesia.com/, akses tgl 29 Maret 2011


(42)

38 dengan cara digambar ulang satu persatu oleh kelompok Seniman Indonesia Muda.

Reproduksi dari poster “Boeng, ajo Boeng”, menurut Sudjojono, gambar pertamanya jauh lebih baik dibanding hasil-hasil yang telah diperbanyak. Tetapi bagaimanapun poster yang telah tersebar ketika itu sudah berfungsi sebagai alat membangkitkan semangat perjuangan.

3.4 Poster Propaganda Perjuangan Masa Revolusi

Dengan penuh “élan vital” mulailah pemuda bergerak. Para mahasiswayang ketika berpusat di Prapatan 10 (Gedung Kementrian Kesehatan) sekarang dengan tak mengenal susah payah dan tak memandang bahaya yang datang dari “Kempei Tai”

yang ketika itu masih berkuasa di Jakarta; sebagai langkah pertama, menggambari tram dan tembok gedung serta membuat semboyan-semboyan dan poster yang mereka sebarkan kemana-mana, sampai juga jauh ke daerah pedalaman. Dalam sekejap mata, Jakarta berganti corak. Dari kota lesu didalam tanda kekalahan Jepang, tiba-tiba jadi kota yang bernafaskan revolusi semata-mata. Dari sana sini menjilat-jilat api revolusi yang kemudian membakar jiwa seluruh bangsa Indonesia.

Tulisan di atas merupakan tulisan dari buku “Lukisan Revolusi Indonesia, 1945-1950”, terbitan Kementerian Penerangan Republik Indonesia. Tahun 1949, di Yogyakarta yang menggambarkan bagaimana gemuruhnya semangat di hari kemerdekaan Indonesia.


(43)

39 Semboyan-semboyan bertuliskan: “We fight for democracy, we have only to win” (Gambar 3.2) diteriakkan lewat coretan tembok-tembok, spanduk, tram kota dan tempat-tempat lainnya. Semboyan lainnya, yaitu: “Indonesia never again the life blood of any nation”, ”Satu tanah air satu bangsa, satu tekad, tetap merdeka!” dan “Freedom is the glory for all nation”. Semboyan-semboyan tersebut bagaikan sumpah yang lahir dari kebulatan tekad untuk Indonesia Merdeka.

Pada tanggal 4 Januari 1946, pemerintahan memutuskan pindah ke Yogya. Aktivitas pembuatan propaganda revolusi pun ikut berpindah ke Yogya. Namun walau konsentrasi poster pindah ke Yogya perjuangan di kota Jakarta tetap berjalan sebagaimana dengan kota-kota lainnya di Indonesia.

Menurut AD Pirous (2006), perkembangan propaganda saat perjuangan masa revolusi kemerdekaan Indonesia berfungsi, yaitu sebagai:

Gambar 3.2 : Poster Lapangan, 9mx12m karya Surono dan kawan-kawan SIM di bawah koordinasi SMNUP. Sumber: Buku “Revolusi Indonesia dalam Loekisan, 1945-1950


(44)

40 1. Propaganda yang membangkitkan semangat perjuangan.

Sebagian dari propaganda dibuat untuk diapresiasi oleh pihak luar negeri, terutama negara-negara anggota PBB, untuk tujuan menyakinkan dunia internasional, bahwa kemerdekaan Indonesia bukan hadiah dari pemerintahan Jepang tapi merupakan wujud keinginan bangsa Indonesia yang telah diperjuangkan sejak puluhan tahun.

Salah satu propaganda yang benar-benar diciptakan untuk menimbulkan semangat partriotik dan revolusioner adalah propaganda yang semboyannya berbunyi: “Darahku merah tak sudi dijajah” (Gambar 3.3). Propaganda tersebut menggambarkan pejuang yang menggenggam sebilah pedang, sikapnya yang menantang dan sang Saka berkibar di belakangnya. Ikat kepala

Gambar 3.3 : Poster Lapangan, “Darahkoe Merah Ta’ Soedi Didjajah”, 1946. Sumber: Sejarah Poster sebagai Alat Propaganda Perjuangan di Indonesia, 2006


(45)

41 yang dipakai merupakan ciri dari sosok seorang pemuda pejuang.

2. Propaganda penggalangan kepercayaan rakyat di dalam negeri. Salah satunya, propaganda yang bertemakan tentang keberhasilan perundingan-perundingan Linggardjati, Renville dan kebijaksanaan pemerintah.

Politik di Indonesia mengalami keadaan yang sangat krisis pada saat menghadapi perundingan-perundingan dengan Belanda. Krisis ditandai dengan situasi mulai pecahnya kesatuan di kalangan partai-partai politik, barisan pejuang, dan rakyat Indonesia sendiri. Seniman Indonesia Muda (SIM) yang saat itu

Gambar 3.4 : Poster cetak, “Naskah Djembatan Tjita-tjita Kita”, 30x40cm. Sumber: Sejarah Poster sebagai Alat Propaganda Perjuangan di Indonesia, 2006


(46)

42 sebagai organisasi resmi dari Sekretariat Menteri Negara Urusan Pemuda Bagian Kesenian, telah membuat banyak sekali poster-poster untuk menjernihkan keadaaan dan mengembalikan kestabilan masyarakat. Salah satunya poster yang bertuliskan: “Naskah Jembatan Cita-cita Kita” (Gambar 3.4).

Propaganda yang menguraikan semboyan “Naskah Linggardjati Renville hanya catatan sejarah. Indonesia sekali merdeka tetap merdeka” (Gambar 3.5), mencerminkan semangat rawe-rawe rantas, malang-malang putung, membujur lalu membelintang patah, namun Indonesia tetap merdeka.

Gambar 3.5 : Poster cetak, “Naskah Linggardjati-Renville hanya Catatan Sejarah, Indonesia Sekali Merdeka tetap Merdeka”, 30x40cm.


(47)

43 Pada masa revolusi kemerdekaan tidak hanya pejuang-pejuang pria, namun pejuang wanita pun ikut serta dalam medan perang dalam mempertahankan kemerdekaan. Wanita tidak hanya mengurus dapur umum, tapi bergabung dalam “Laskar Wanita Indonesia” atau menjadi anggota Palang Merah Indonesia.

Sehubungan dengan hal tersebut, Sudjojono memiliki gagasan untuk membuat poster yang khusus mengajak pejuang-pejuang wanita untuk bersama-sama pejuang pria melawan Belanda. Poster tersebut berslogan “Betina dan Jantan sama” (Gambar 3.6), pelaksanaan poster ini dilakukan oleh Surono. Poster ini tidak mengatakan wanita dan pria itu sama, tapi poster ini dengan nada yang lebih revolusioner mengatakan bahwa betina dan jantan sama saja.

Gambar 3.6 : Poster cetak, cukil-kayu/sablon oleh Surono dan kelompok SIM “Betina dan Jantan sama”. Sumber: majalah “Seniman” 1947)


(48)

44 Seiring dengan berjalannya politik pemerintah Indonesia terhadap luar negeri, seperti tertulis maklumat politik tanggal 1 Nopember 1945 (Tirtoprojo, 1963) “Indonesia tidak membenci bangsa asing, bahkan mengharap bantuan teknik dan keuangan dari dunia luar” (h.62), maka dijalankan beberapa kebijaksanaan yang dapat dilihat dari tindakan pemerintah terhadap dunia luar.

Tindakan kemanusiaan yang baik di mata dunia adalah tindakan penawaran bantuan beras kepada India pada tanggal 12 April 1946 saat India sedang mengalami bahaya kelaparan. Indonesia semakain diakui kedaulatannya oleh dunia sebagai suatu negara yang merdeka, sehingga pada tanggal 16 April 1946, mendapat kabar bahwa setiap usaha di Pelabuhan Australia yang menunggu muatannya untuk Indonesia tidak akan memuatnya sebelum mendapatkan ijin dari pemerintah Indonesia. Sehingga kapal-kapal Belanda yang akan berangkat ke Indonesia dari pelabuhan Australia tersebut diijinkan berangkat setelah persoalan ijin dengan Indonesia terselesaikan.

Secara spontan, berdatangan bantuan persenjataan atas simpati dari pihak luar negeri terhadap perjuangan bangsa Indonesia. Rasa setia bertetangga dengan Australia, disambut Indonesia dengan dibuatnya sebuah poster oleh Seniman Indonesia Muda, yang dianggap sebagai pernyataan terima kasih pemerintah Indonesia. “ Many thanks and best wishes Australia”.


(49)

45 Pertikaian antara Indonesia dan Belanda terus berlanjut, sehingga dibentuklah Komisi Tiga Negara (KTN) yang terdiri dari Australia (dicalonkan oleh Indonesia), Belgia (dicalonkan oleh Belanda) dan Afrika (dicalonkan oleh Indonesia dan Belanda). Kunjungan KTN pertama ke Yogya direncanakan 29 Oktober 1947. Untuk menyambut misi Dewan Keamanan PBB, telah dipersiapkan poster-poster pembawa aspirasi politik oleh rakyat.

Salah satu poster penyambutan tamu KTN adalah poster “Allons enfants de la patrie! Le jour de gloire est arrive” yang merupakan kutipan dari sebait lagu kebangsaan Perancis “Marseilles”, dan di bawahnya tertulis terjemahan bebasnya “Majulah, majulah, anak jantan tanah airku, hari kemenangan pasti datang.”(Gambar 3.7)

Gambar 3.7 : Poster lapangan, oleh Surono dan kelompok SIM dibawah SMNUP: “Allons enfants de la patrie! Le jour de gloire est arrive”, 4x6m, 1946. Sumber: majalah “Seniman” 1947.


(50)

46 Poster tersebut terinspirasi dari lukisan revolusi perancis, ciptaan Eugene Delaroix: “Liberty Leading the People” (1830). Lukisan yang menggambarkan seorang wanita pembawa bendera Perancis dengan para pejuang-pejuang lain yang memegang pistol dan senapan, sementara disekitarnya bergelimpangan para korban yang jatuh.(Gambar 3.8)

Dengan mengambil tema dari lukisan Delacroix dan sebait kata-kata dari lagu kebangsaan Perancis, bukan berarti para seniman dan pendesain poster perjuangan Indonesia tidak kreatif lagi tapi karena luas dan jauhnya tinjauan politik yang ingin mereka tuju. Dan poster perjuangan ini merupakan poster yang bertujuan sebagai pesan untuk dunia tentang kenyataan politik dalam negeri saat itu.

Gambar 3.8 : Lukisan Eugene Delaroix: “Liberty Leading the People” (1830). Sumber: Sejarah Poster sebagai Alat Propaganda Perjuangan di Indonesia, 2006


(51)

47 BAB IV

TINJAUAN UNSUR VISUAL PADA POSTER PROPAGANDA

PERJUANGAN MASA REVOLUSI KEMERDEKAAN INDONESIA

4.1 Poster “Boeng, Ajo Boeng”

Unsur Visual Poster “Boeng, Ajo Boeng” Ilustrasi - Mengilustrasikan gelora semangat dan

keinginan bangsa Indonesia untuk memutuskan rantai penjajahan.

- Pada poster terdapat warna merah untuk bendera, hitam untuk gambar, dan putih


(52)

48 yang merupakan warna background

Ukuran dan teknik - Ukuran 50x70cm - Poster cetak

- Gambar, cetak, dan sablon

Teks/ tipografi “Boeng, Ajo Boeng” Jenis huruf script Jenis poster Poster bergambar Teknik dan kelompok

propaganda

Using all form of persuations, dan propaganda putih dari segi isi dan sumber informasi

Penjelasan

• Ilustrasi, poster “Boeng, Ajo Boeng” merupakan karya Affandi seorang pelukis utama dari Putera (Pusat Tenaga Rakyat) tahun 1945, yang mengilustrasikan gelora semangat dan keinginan bangsa Indonesia untuk memutuskan rantai penjajahan.

Figure, dalam poster ini mengilustrasikan seorang yang tangan kanannya dikepal dan sedang meronta memutuskan rantai, sambil mulutnya menganga berteriak yang dimaksudkan sebagai memutuskan rantai penjajahan. Goresan garis patah yang terlihat seperti


(53)

49 menunjukkan sikap yang tegas dalam keputusan untuk memutuskan rantai penjajahan.

Foreground, Sang Saka Merah Putih yang berkibar yang dilatarbelakangi arsiran yang garisnya miring, lengkung dan patah. Sang Saka Merah Putih yang posisinya dilatarbelakangi arsiran mengilustrasikan kalau bangsa Indonesia ingin merdeka lepas dari penjajahan yang membuat bangsa Indonesia menderita.

Background, warna putih yang bermakna sebagai kemerdekaan Indonesia bersih berasal dari semangat bangsa Indonesia untuk merdeka.

Goresan garis yang membentuk bidang geometri/ beraturan dapat menghadirkan ruang yang nyata, karena terlihat gelap terang. Gelap terang muncul karena keberanian menggunakan ruang kosong dengan goresan garis-garis sebagai pengisi ruang.

Ukuran poster ini 50x70cm, dan teknik pembuatannya pertama kali digambar oleh Affandi, dan pertama kali saat menjelang proklamasi kemerdekaan poster ini diperbanyak dibuat dengan teknik cetak di atas koran dengan dua warna hitam untuk gambar dan merah untuk bendera. Setelah proklamasi kemerdekaan dan semangat revolusi sedang berkobar, poster ini kembali diperbanyak dengan teknik sablon dan juga dikerjakan dengan


(54)

50 cara digambar ulang satu persatu oleh kelompok Seniman Indonesia Muda (SIM).

• Teks semboyan “Boeng, Ajo Boeng” diberikan oleh Chairil Anwar.

 Kata “Bung” berasal dari bahasa Bengkulu, yang artinya "kakak". Digunakan sebagai panggilan untuk kakak laki-laki yang tertua dalam suatu keluarga.

Panggilan "Bung" ini sudah dipakai oleh para keluarga di Bengkulu sekitar tahun 1850, jauh sebelum panggilan ini meluas secara nasional.

Di samping itu, kata "Bung" digunakan oleh seorang istri untuk memanggil suaminya. Terutama, bila keluarga istri tidak memiliki kakak laki-laki dalam keluarganya. Dari sinilah kata "Bung" meluas secara nasional, yakni ketika Ibu Fatmawati menikah dengan Ir. Soekarno. Maka, Ir. Soekarno dipanggil Fatmawati dengan panggilan "Bung Karno".

Karena sudah dipakai dan meluas secara nasional, kata “Bung” lah yang cocok diantara panggilan Kang, Akang, Aa (Sunda), Tuan, Uda (Padang), Mas (Jawa) atau


(55)

51 panggilan lainnya yang masih kental terasa bahasa daerahnya.

 Kata “Ayo” merupakan kata seruan untuk mengajak atau memberikan dorongan/ semangat.

Tipografi dalam poster ini dikatakan berhasil karena dapat berkomunikasi dengan jelas (clarity) dan terbaca (legibility).

“Boeng, Ajo Boeng” makna yang terbaca dari kalimat tersebut jelas untuk mengajak rakyat Indonesia untuk semangat berjuang demi kemerdekaan Indonesia.

Jenis huruf pada poster ini menggunakan jenis huruf Script, karena dibuat menggunakan kuas, goresan tangan dan penulisannya dimiringkan ke kanan. Jenis huruf ini juga memberikan kesan keakraban dalam poster.

Using all form of persuations merupakan teknik propaganda yang terdapat pada poster “Boeng, Ajo Boeng”, karena teknik using all form of persuations digunakan untuk mengajak para pemuda untuk berjuang melepaskan rantai penjajahan.

• Dan dilihat dari segi isi dan sumbernya, poster “Boeng, Ajo Boeng” merupakan propaganda putih, karena sumber berasal dari bangsa Indonesia dan isi pada poster untuk rakyat Indonesia.


(56)

52 4.2 Poster “We fight for democracy, We have only to win”

Unsur Visual Poster “We fight for democracy, We have only to win”

Ilustrasi - Mengilustrasikan gemuruhnya semangat dihari kemerdekaan Indonesia..

Ukuran dan teknik - Ukuran 9x12m - Poster lapangan - Gambar

Teks/ tipografi “We fight for democracy, We have only to win”

Jenis huruf Script Jenis poster Poster bergambar Teknik dan kelompok

propaganda

Bandwagon, dan propaganda putih dari segi isi dan sumber informasi


(57)

53 Penjelasan

• Ilustrasi, poster “We fight for democracy, we have only to win”

merupakan karya Surono dan kawan-kawan SIM (Seniman Indonesia Muda) tahun 1945, yang mengilustrasikan gemuruhnya semangat dihari kemerdekaan Indonesia.

Figure, dalam poster ini mengilustrasikan seorang pejuang yang tangan kanannya dikepal, yang dimaksudkan sebagai seruan semangat dihari kemerdekaan Indonesia.  Foreground, ada beberapa pejuang atau pun rakyat yang

ikut bersemangat untuk berjuang demi kemerdekaan Indonesia.

Background, arsiran gelap terang yang bermakna sebagai suasana atau keadaan yang terjadi saat kemerdekaan Indonesia.

Poster bergambar ini berukuran 9x12m, ukuran poster termasuk ukuruan yang besar karena poster ini merupakan poster yang berada di lapangan. Poster ini digambar oleh Surono dan kawan-kawan SIM.

• Teks semboyan “We fight for democracy, we have only to win”

yang artinya “kami berjuang untuk demokrasi, kami hanya menang”. Teks tersebut menunjukkan kesungguhan para pejuang dan rakyat Indonesia untuk menang demi kemerdekan


(58)

54 Indonesia dan penggunaan bahasa asing (English) dikarenakan poster propaganda perjuangan ini merupakan poster yang dibuat untuk menunjukkan ke dunia internasional bahwa kemerdekaan Indonesia merupakan kehendak bangsa Indonesia dengan perjuang yang sudah dilalui berpuluh-puluh tahun lamanya.

Jenis huruf pada poster ini menggunakan jenis huruf Script, karena dibuat menggunakan kuas, goresan tangan dan penulisannya dimiringkan ke kanan.

• Pada poster “We fight for democracy, we have only to win”, terdapat teknik propaganda bandwagon atau teknik rombongan, teknik yang mempengaruhinya dengan penyampaian pesan yang memiliki implikasi untuk bergabung, bertindak atau mendukung seperti yang digambarkan pada poster yang menegaskan perjuangan kemerdekaan Indonesia dilakukan oleh banyak pejuang dan mempunyai banyak dukungan dari rakyat Indonesia itu sendiri.

• Dilihat dari segi isi dan sumbernya, poster “We fight for democracy, we have only to win” merupakan propaganda putih, karena sumber diketahui, karya Surono dan kawan-kawan Seniman Indonesia dan ketepatan isi pada poster tersebut akurat dan dapat diidentifikasi secara jelas untuk menunjukkan kesungguhan para pejuang dan rakyat Indonesia untuk menang demi kemerdekaan Indonesia.


(59)

55 4.3 Poster “Darahkoe Merah Ta’ Soedi Didjajah”

Unsur Visual Poster “Darahkoe Merah Ta’ Soedi Didjajah!” Ilustrasi - Mengilustrasikan seorang pejuang

menggenggam sebuah pedang dan menunjukkan keberanian dalam berjuang mempertahankan kemerdekaan

Indonesia.

- Goresan garis-garis lengkung, miring dan patah membentuk bidang dan


(60)

56

figure dan ground dari gambar.

Ukuran dan teknik - Poster lapangan - Gambar

Teks/ tipografi “Darahkoe Merah Ta’ Soedi Didjajah!” Jenis huruf Sans Serif

Jenis poster Poster bergambar Teknik dan kelompok

propaganda

Using all form of persuations, dan propaganda putih dari segi isi dan sumber informasi

Penjelasan

• Ilustrasi, poster “Darahkoe Merah Ta’ Soedi Didjajah!” dibuat oleh PTPI (Pusat Tenaga Pelukis Indonesia) pada tahun 1946, tujuan poster untuk menimbulkan semangat patriotik dan revolusioner.

Figure, dalam poster ini mengilustrasikan seorang pejuang menggenggam sebuah pedang dengan sikap menantang untuk menunjukkan keberanian dalam berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan ikat kepala berwarna merah putih yang dipakai untuk memberikan ciri sosok pejuang.

Foreground, Sang Saka Merah putih berkibar yang menegaskan pejuang tersebut berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia


(61)

57  Background, goresan garis yang horizontal, vertikal dan ketebalannya membentuk sebuah ruang yang dapat membedakan figure dan ground dari poster tersebut.

Poster ini berukuran besar karena poster ini termasuk poster lapangan dan poster ini dikatakan berhasil karena dapat berkomunikasi dengan jelas dan terbaca.

• Teks semboyan “Darahkoe Merah Ta’ Soedi Didjajah!”.

Darah merah setiap manusia memiliki darah yang berwarna merah, ada pun yang mengatakan memiliki darah biru itu hanya untuk menyatakan bahwa mereka berasal dari keluarga bangsawan/ kerajaan, tetapi jika dilihat yang mengalir di tubuhnya itu bukan darah yang berwarna biru melainkan merah.

Bangsa Indonesia dan penjajah (Belanda) sama-sama memiliki darah yang berwarna merah. Oleh karena itu, pesan dalam poster ini menegaskan Indonesia mempunyai hak yang sama untuk merdeka dan tidak sudi dijajah, sesuai dengan UUD yang menyatakan kemerdekaan merupakan hak segala bangsa dan penjajahan dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.


(62)

58 Jenis huruf yang digunakan pada poster ini adalah jenis Sans Serif, huruf yang tidak memiliki sirip pada ujung hurufnya dan memiliki ketebalan huruf yang sama atau hampir sama.

Using all form of persuations merupakan teknik propaganda yang terdapat pada poster “Darahkoe Merah Ta’ Soedi Didjajah!”, karena teknik using all form of persuations digunakan untuk himbauan dan menegaskan untuk tidak takut mengatakan tidak sudi dijajah karena bangsa Indonesia memiliki hak yang sama dengan bangsa lain untuk merdeka dan memiliki kehidupan yang lebih baik tanpa campur tangan orang lain (penjajah).

• Dan dilihat dari segi isi dan sumbernya, poster “Darahkoe Merah Ta’ Soedi Didjajah!” merupakan propaganda putih, karena sumber jelas, poster dibuat oleh PTPI dan isi yang disampaikan pada poster jelas untuk menimbulkan semangat patriotik dan revolusioner.


(63)

59 4.4 Poster “ Naskah Jembatan Tjita-tjita Kita”

Unsur Visual Poster “Naskah Djembatan Tjita-djita Kita”

Ilustrasi - Mengilustrasikan seseorang yang sedang melangkah menuju jembatan untuk

mencapai setangkai bunga.

- Goresan garis-garis membentuk seperti dua dataran yang dipisahkan jurang dan dihubungkan dengan jembatan sehingga tercipta ruang, tekstur tanah dan tebing terlihat dengan goresan garis yang tidak lurus dan berliku.

Ukuran dan teknik - Ukuran 30x40 cm - Poster cetak


(64)

60 - Gambar, cetak dan sablon

Teks/ tipografi “Naskah Djembatan Tjita-djita Kita” Jenis huruf Sans Serif

Jenis poster Poster bergambar Teknik dan kelompok

propaganda

Transfer, dan propaganda putih dari segi isi dan sumber informasi

Penjelasan

• Ilustrasi, poster “Naskah Djembatan Tjita-tjita Kita” merupakan karya SIM (Seniman Indonesia Muda) dibawah SMNUP (Sekretariat Menteri Negara Urusan Pemuda). Poster ini dibuat untuk menjernihkan keadaan dan mengembalikan kestabilan masyarakat karena situasi mulai pecahnya kesatuan politik, barisan pejuang dan rakyat sendiri.

Figure, dalam poster ini mengilustrasikan seseorang yang sedang melangkah menuju jembatan untuk mencapai setangkai bunga. Setangkai bunga merupakan simbol dari “cita-cita”. Bunga tersebut terletak di daratan yang terpisah oleh suatu jurang.

Ground, daratan yang dipisahkan oleh jurang dan hanya dihubungkan oleh sebuah jembatan kecil. Jurang dapat dimaksudkan sebagai hambatan yang harus dilalui dan untuk mencapai setangkai bunga “cita-cita” dapat


(65)

61 menggunakan jembatan sebagai alat untuk melalui jurang hambatan.

• Teks semboyan “Naskah Djembatan Tjita-tjita Kita” ini mencerminkan segala cita-cita dan harapan tergantung pada suatu naskah penjanjian yang menjadi jembatan untuk menyelesaikan pertikaian, jembatan sebagai penghubung dua daratan, naskah perjanjian menjadi jalan keluar antara Indonesia dan Belanda untuk menyelesaikan pertikaian yang berlarut-larut, dan harapan bangsa Indonesia dengan naskah tersebut dapat mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Jenis huruf yang digunakan pada poster ini adalah jenis Sans Serif, huruf yang tidak memiliki sirip pada ujung hurufnya dan memiliki ketebalan huruf yang sama atau hampir sama.

Transfer merupakan teknik propaganda yang terdapat pada poster “Naskah Djembatan Tjita-tjita Kita”, karena teknik tersebut digunakan untuk membujuk orang lain dengan memindahkan nilai-nilai kebijakan tertentu sehingga mendapat dukungan.

• Dilihat dari segi isi dan sumbernya, poster “Naskah Djembatan Tjita-djita Kita” merupakan propaganda putih, karena sumbernya diketahui, poster merupakan karya Seniman Indonesia Muda yang ketepatan isi pada poster tersebut untuk bangsa Indonesia.


(66)

62 4.5 Poster “Naskah Linggardjati-Renville hanya Catatan Sejarah,

Indonesia Sekali Merdeka tetap Merdeka”

Unsur Visual Poster “Naskah Linggardjati-Renville hanya Catatan Sejarah, Indonesia Sekali Merdeka

tetap Merdeka”

Ilustrasi - Mengilustrasikan kapal di laut (Renville) dan sebuah rumah di puncak bukit (Linggardjati).

- Goresan garis lengkung membentuk sebuah puncak bukit dan garis yang berombak dibawah kapal membentuk seperti air lautan.


(67)

63 Ukuran dan teknik - Ukuran 1x2m

- Poster cetak - Gambar dan cetak

Teks/ tipografi “Naskah Linggardjati-Renville hanya Catatan Sejarah, Indonesia Sekali Merdeka tetap Merdeka”

Jenis huruf Sans Serif Jenis poster Poster bergambar Teknik dan kelompok

propaganda

Transfer, dan propaganda putih dari segi isi dan sumber informasi

Penjelasan

• Ilustrasi, poster “Naskah Linggardjati-Renville hanya Catatan Sejarah, Indonesia Sekali Merdeka tetap Merdeka” merupakan karya SIM (Seniman Indonesia Muda) dibawah SMNUP (Sekretariat Menteri Negara Urusan Pemuda).

Figure, dalam poster ini mengilustrasikan kapal di laut (Renville) dan sebuah rumah di puncak bukit (Linggardjati) yang dimaksudkan untuk menegaskan kapal yang di laut diumpamakan sebagai Renville dan sebuah rumah di puncak bukit diumpakan sebagai Linggardjati hanya sebuah catatan, Indonesia sekali merdeka tetap merdeka tidak ada yang dapat mengubahnya, apa pun yang terjadi Tabel 4. 5 Poster “Naskah Linggardjati-Renville hanya Catatan


(68)

64 karena para pejuang dan rakyat Indonesia akan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

• Teks semboyan “Naskah Linggardjati-Renville hanya Catatan Sejarah, Indonesia Sekali Merdeka tetap Merdeka” ini mencerminkan semangat rawe-rawe rantas, malang-malang putung, membujur lalu membelintang patah, namun Indonesia tetap merdeka. Apa pun yang terjadi, siapa pun yang akan mengusik kemerdekaan Indonesia, semangat perjuangan tidak akan padam demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Jenis huruf yang digunakan pada poster ini adalah jenis Sans Serif, huruf yang tidak memiliki sirip pada ujung hurufnya dan memiliki kesan yang efisien.

Transfer merupakan teknik propaganda yang terdapat pada poster “Naskah Linggardjati-Renville hanya Catatan Sejarah, Indonesia Sekali Merdeka tetap Merdeka”, karena dengan memindahkan nilai-nilai kebijakan Naskah Linggardjati-Renville hanya catatan sejarah, apa pun yang terjadi sekali merdeka Indonesia tetap merdeka.

• Dilihat ari segi isi dan sumbernya, poster “Naskah Linggardjati-Renville hanya Catatan Sejarah, Indonesia Sekali Merdeka tetap Merdeka” merupakan propaganda putih, karena sumber merupakan karya Seniman Indonesia Muda, dibawah Sekretariat


(69)

65 Menteri Negara Urusan Pemuda dan isi pada poster tersebut untuk bangsa Indonesia demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia.


(70)

66 Unsur Visual Poster “Betina dan Jantan sama”

Ilustrasi - Mengilustrasikan seorang patriot wanita yang sedang memangul senapan yang menunjukkan kalau wanita juga dapat berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

- Goresan garis dan blocking bidang

menggunakan gelap terang menghadirkan ruang sehingga terlihat figure dan ground.

Ukuran dan teknik - Poster cetak

- Teknik cukil-kayu/ sablon

Teks/ tipografi “Betina dan Jantan sama” Jenis huruf Serif

Jenis poster Poster bergambar Teknik dan kelompok

propaganda

Using all form of persuations dan propaganda putih dari segi isi dan sumber informasi

Penjelasan

• Ilustrasi, poster “Betina dan Jantan sama” merupakan karya Surono dan kelompok SIM (Seniman Indonesia Muda) dibawah SMNUP (Sekretariat Menteri Negara Urusan Pemuda), yang bertujuan untuk mengajak patriot-patriot wanita untuk bersama dengan pejuang pria menggempur Belanda. Poster ini menggunakan teknik cukil/ sablon.


(71)

67  Figure, dalam poster ini mengilustrasikan seorang patriot

wanita yang sedang memangul senapan yang menunjukkan kalau wanita juga dapat berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia seperti pejuang pria.

Foreground, ada beberapa barisan pejuang yang mengesankan patriot wanita sebagai pimpinan barisan pejuang tersebut.

Background, proporsi antara bidang kosong dan gambar diberi efek gelap terang agar suasana yang muncul berkesan mencekam namun artistik.

• Teks semboyan “Betina dan Jantan sama” dimaksudkan untuk mengatakan bahwa wanita dan pria sama saja, tidak hanya pria saja yang dapat berjuang demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia tetapi wanita juga berhak berjuang karena wanita juga mempunyai keahlian untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Tetapi dalam poster ini disampaikan dengan nada yang revolusioner, karena poster ini meneriakkan sesuatu hal yang lantang, keras dan tegas walaupun ditujukan untuk patriot-patriot wanita.

Jenis huruf yang digunakan pada poster ini adalah jenis Serif, huruf yang memiliki sirip pada ujung hurufnya dan memiliki ketebalan dan ketipisan yang kontras pada garis-garis hurufnya.


(72)

68 Kesan yang ditimbulkan adalah anggun dan feminin karena segmentasi utama poster ini untuk para patriot wanita.

Using all form of persuations merupakan teknik propaganda yang terdapat pada poster “Betina dan Jantan sama”, karena dengan pernyataan bahwa betina dan jantan sama merupakan bagian dari himbauan untuk para patriot wanita ikut berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

• Dari segi isi dan sumbernya, poster “Betina dan Jantan sama” merupakan propaganda putih, karena diketahui merupakan karya Surono dengan Seniman Indonesia Muda dibawah Sekretariat Menteri Negara Urusan Pemuda dan isi pada poster tersebut merupakan himbauan untuk para patriot wanita untuk ikut berjuang memperthankan kemerdekaan Indonesia.


(73)

69 4.6 Poster “Allons enfants de la patrie! Le jour de gloire est arrive;

Majulah, majulah, anak djantan tanah airku, hari kemenangan pasti datang

Unsur Visual Poster “Allons enfants de la patrie! Le jour de gloire est arrive; Majulah, majulah, anak djantan tanah airku, hari kemenangan pasti datang

Ilustrasi - Menggambarkan seorang pejuang yang mengacungkan tangannya ke atas, dan seperti sedang menyerukan semangatnya


(74)

70 untuk menang dan merdeka.

Ukuran dan teknik - Ukuran 4x6 m - Poster Lapangan - Gambar, dan cetak

Teks/ tipografi “Allons enfants de la patrie! Le jour de gloire est arrive; Majulah, majulah, anak djantan tanah airku, hari kemenangan pasti datang.

Jenis huruf Sant Serif

Jenis poster Poster bergambar Teknik dan kelompok

propaganda

Glittering Generalities, dan propaganda putih dari segi isi dan sumber informasi

Penjelasan

• Poster ini dibuat oleh Surono dan kelompok SIM dibawah SMNUP pada tahun 1946, yang merupakan poster penyambutan tamu KTN dan termasuk kedalam poster lapangan karena poster berukuran 4x6 m.

• Ilustrasi, poster “Allons enfants de la patrie! Le jour de gloire est arrive; Majulah, majulah, anak djantan tanah airku, hari kemenangan pasti datang”, ilustrasi poster ini terinspirasi dari lukisan “Liberty Leading the People”, lukisan revolusi Perancis dengan tujuan untuk menghidupkan kembali semangat revolusioner seperti lukisan tersebut yang dapat membangkitkan semangat revolusiner di Perancis.

Tabel 4. 7 Poster “Allons enfants de la patrie! Le jour de gloire est arrive; Majulah, majulah, anak djantan tanah airku, hari


(75)

71

• Teks semboyan “Allons enfants de la patrie! Le jour de gloire est arrive; Majulah, majulah, anak djantan tanah airku, hari kemenangan pasti datang.

“Allons enfants de la patrie! Le jour de gloire est arrive”

merupakan kutipan dari bait lagu kebangsaan Perancis “Marseilles”, menggunakan kata-kata dari bait lagu kebangsaan Perancis karena saat itu ingin menunjukkan bahwa bangsa sedang mengadakan revolusi sebagaimana tingginya semangat revolusi bangsa lain, seperti Perancis dalam merubah nasibnya. Dan karena untuk menunjukkan kepada dunia internasional bahwa bangsa Indonesia berada di masa revolusi yang mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Jenis huruf yang digunakan pada poster ini adalah jenis Sans Serif, huruf yang tidak memiliki sirip pada ujung hurufnya dan memiliki kesan yang efisien.

• Teknik propaganda yang terdapat pada poster “Allons enfants de la patrie! Le jour de gloire est arrive; Majulah, majulah, anak djantan tanah airku, hari kemenangan pasti datang, merupakan teknik using all form of persuations karena mengajak pemuda-pemuda untuk maju berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia dengan himbauan bahwa kemerdekaan Indonesia seutuhnya akan datang.


(76)

72

• Dari segi isi dan sumbernya, poster “Allons enfants de la patrie! Le jour de gloire est arrive; Majulah, majulah, anak djantan tanah airku, hari kemenangan pasti datangmerupakan propaganda putih, karena sumber dan ketepatan isi pada poster tersebut akurat dan dapat diidentifikasi secara jelas.


(77)

73 BAB V

KESIMPULAN

Dalam sebuah poster propaganda terdapat unsur-unsur visual yang saling berhubungan satu sama lain. Titik menjadi garis, garis tersusun membentuk bidang, bidang berlapis membentuk ruang, dan memiliki tekstur dan warna, dan rangkaian tipografi membentuk kata, kata-kata membentuk satu kalimat yang dapat menarik perhatian dan isi karya seni dan desain tersebut dapat mempengaruhi atau mengubah sikap dan perilaku individu atau kelompok sasaran.

Sebuah poster mempunyai unsur yang bervariasi, namun unsur utama yang terkandung, yaitu visual (gambar/ ilustrasi) dan teks (tipografi). Ilustrasi yang terdapat pada poster-poster propaganda perjuangan masa revolusi kemerdekaan Indonesia sangat mengilustrasikan keadaan yang sedang terjadi saat itu. Teks atau tipografinya pun menggunakan kata-kata pembangkit semangat perjuangan para pejuang dan rakyat mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Poster-poster propaganda perjuangan masa revolusi kemerdekaan Indonesia, berukuran besar karena poster-poster propaganda perjuangan tersebut berada di lapangan ada pun beberapa yang bukan merupakan poster lapangan tapi ukuran poster-poster tersebut cukup besar, seperti poster “Boeng, Ajo Boeng” yang berukuran 50x70cm. Teknik-teknik yang


(78)

74 digunakan saat itu dalam pembuatan dan memperbanyak poster-poster propaganda perjuangan adalah teknik gambar, cukil/kayu, sablon, dan cetak.

Poster-poster propaganda perjuangan dibuat oleh para seniman dan desainer Indonesia, termasuk dalam propaganda putih karena poster-poster propaganda perjuangan diketahui sumbernya, karya dari para seniman dan desainer Indonesia dan dari isi dalam poster propaganda tidak ada kebohongan, dalam poster masa revolusi kemerdekaan Indonesia terdapat unsur visual yang mempunyai makna dan pesan untuk membangkitkan semangat perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan juga menegaskan ke dunia internasional, bahwa kemerdekaan yang diraih bangsa Indonesia merupakan kehendak bangsa Indonesia sendiri dan semangat perjuangan kemerdekaan tidak pernah padam.


(79)

75 DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Adityawan, Arief., & Tim Litbang Concept. (2010). Tinjauan Desain Grafis. Jakarta: Concept.

Arthur, Rene. (2009). Desain Grafis: dari mata turun ke hati, Bandung: Kelir.

Arsip Nasional RI, DI Bawah Pendudukan Jepang: Kenangan Empat Puluh.

Kementerian Penerangan. (1950). Revolusi Indonesia dalam Loekisan 1945-1950. Batavia: Kementerian Penerangan

Kusrianto, Adi. (2007). Pengantar Desain Komunikasi Visual, Yogyakarta: ANDI

Nurudin. (2001). Komunikasi Propaganda, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rustan, Surianto. (2008). LAYOUT, Dasar & Penerapannya, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Sachari, Agus., & Sunarya, Yan yan. (2002). Sejarah Perkembangan Desain dan Dunia Kesenirupaan di Indonesia. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Sarwono, Jonathan., & Lubis, Hary. (2007). Metode Riset untuk Desain Komunikasi Visual, Yogyakarta: ANDI.

Sihombing, Danton. (2001). Tipografi dalam Desain Grafis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.


(80)

76 Tinarbuko, Sumbo. (2008). Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta:

Jalasutra.

JURNAL

Pirous, AD. (2006) Sejarah Poster sebagai Alat Propaganda

Perjuangan di Indonesia, Jurnal Ilmu Desain, Volume 1 No.3, 136-158, Institut Teknologi Bandung

SITUS WEB/ INTERNET

Tinarbuko, Sumbo. 2007 (22 November). http://dgi-indonesia.com/


(81)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Yulia Andriani

Nama Panggilan : Ulie

Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 30 Juli 1989

Umur : 22 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Raya Cinunuk No.126b Cibiru Bandung No. Telp/ HP : 082117061077

E- mail : [email protected] Nama Orang Tua,

• Ayah : Sudarno Akma Iskandar

• Ibu : Ipah Ruhipah Riwayat Pendidikan :

No Keterangan Tahun Lulus

1 TK Islam Al – Husna Bekasi 1993-1995

2 SD Islam Al – Husna Bekasi 1995-2001

3 SLTP Negri 7 Bekasi 2001-2004

4 SMU Negeri 2 Bekasi 2004-2007

5 Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM)

Bandung 2007-2011

Pengalaman Organisasi :

No Keterangan Tahun

1 Sie. Acara Musyawarah Besar Desain Komunikasi Visual

2008

2 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Desain Komunikasi Visual


(1)

72 • Dari segi isi dan sumbernya, poster “Allons enfants de la patrie! Le jour de gloire est arrive; Majulah, majulah, anak djantan tanah airku, hari kemenangan pasti datang” merupakan propaganda putih, karena sumber dan ketepatan isi pada poster tersebut akurat dan dapat diidentifikasi secara jelas.


(2)

73 BAB V

KESIMPULAN

Dalam sebuah poster propaganda terdapat unsur-unsur visual yang saling berhubungan satu sama lain. Titik menjadi garis, garis tersusun membentuk bidang, bidang berlapis membentuk ruang, dan memiliki tekstur dan warna, dan rangkaian tipografi membentuk kata, kata-kata membentuk satu kalimat yang dapat menarik perhatian dan isi karya seni dan desain tersebut dapat mempengaruhi atau mengubah sikap dan perilaku individu atau kelompok sasaran.

Sebuah poster mempunyai unsur yang bervariasi, namun unsur utama yang terkandung, yaitu visual (gambar/ ilustrasi) dan teks (tipografi). Ilustrasi yang terdapat pada poster-poster propaganda perjuangan masa revolusi kemerdekaan Indonesia sangat mengilustrasikan keadaan yang sedang terjadi saat itu. Teks atau tipografinya pun menggunakan kata-kata pembangkit semangat perjuangan para pejuang dan rakyat mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Poster-poster propaganda perjuangan masa revolusi kemerdekaan Indonesia, berukuran besar karena poster-poster propaganda perjuangan tersebut berada di lapangan ada pun beberapa yang bukan merupakan poster lapangan tapi ukuran poster-poster tersebut cukup besar, seperti poster “Boeng, Ajo Boeng” yang berukuran 50x70cm. Teknik-teknik yang


(3)

74 digunakan saat itu dalam pembuatan dan memperbanyak poster-poster propaganda perjuangan adalah teknik gambar, cukil/kayu, sablon, dan cetak. Poster-poster propaganda perjuangan dibuat oleh para seniman dan desainer Indonesia, termasuk dalam propaganda putih karena poster-poster propaganda perjuangan diketahui sumbernya, karya dari para seniman dan desainer Indonesia dan dari isi dalam poster propaganda tidak ada kebohongan, dalam poster masa revolusi kemerdekaan Indonesia terdapat unsur visual yang mempunyai makna dan pesan untuk membangkitkan semangat perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan juga menegaskan ke dunia internasional, bahwa kemerdekaan yang diraih bangsa Indonesia merupakan kehendak bangsa Indonesia sendiri dan semangat perjuangan kemerdekaan tidak pernah padam.


(4)

75 DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Adityawan, Arief., & Tim Litbang Concept. (2010). Tinjauan Desain Grafis. Jakarta: Concept.

Arthur, Rene. (2009). Desain Grafis: dari mata turun ke hati, Bandung: Kelir.

Arsip Nasional RI, DI Bawah Pendudukan Jepang: Kenangan Empat Puluh.

Kementerian Penerangan. (1950). Revolusi Indonesia dalam Loekisan 1945-1950. Batavia: Kementerian Penerangan

Kusrianto, Adi. (2007). Pengantar Desain Komunikasi Visual, Yogyakarta: ANDI

Nurudin. (2001). Komunikasi Propaganda, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rustan, Surianto. (2008). LAYOUT, Dasar & Penerapannya, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Sachari, Agus., & Sunarya, Yan yan. (2002). Sejarah Perkembangan Desain dan Dunia Kesenirupaan di Indonesia. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Sarwono, Jonathan., & Lubis, Hary. (2007). Metode Riset untuk Desain Komunikasi Visual, Yogyakarta: ANDI.

Sihombing, Danton. (2001). Tipografi dalam Desain Grafis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.


(5)

76 Tinarbuko, Sumbo. (2008). Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta:

Jalasutra. JURNAL

Pirous, AD. (2006) Sejarah Poster sebagai Alat Propaganda

Perjuangan di Indonesia, Jurnal Ilmu Desain, Volume 1 No.3, 136-158, Institut Teknologi Bandung

SITUS WEB/ INTERNET

Tinarbuko, Sumbo. 2007 (22 November). http://dgi-indonesia.com/


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Yulia Andriani

Nama Panggilan : Ulie

Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 30 Juli 1989

Umur : 22 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Raya Cinunuk No.126b Cibiru Bandung No. Telp/ HP : 082117061077

E- mail : [email protected] Nama Orang Tua,

• Ayah : Sudarno Akma Iskandar

• Ibu : Ipah Ruhipah

Riwayat Pendidikan :

No Keterangan Tahun Lulus

1 TK Islam Al – Husna Bekasi 1993-1995 2 SD Islam Al – Husna Bekasi 1995-2001

3 SLTP Negri 7 Bekasi 2001-2004

4 SMU Negeri 2 Bekasi 2004-2007

5 Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM)

Bandung 2007-2011

Pengalaman Organisasi :

No Keterangan Tahun

1 Sie. Acara Musyawarah Besar Desain Komunikasi Visual

2008 2 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Desain

Komunikasi Visual