MANAJEMEN PROGRAM MUTU PELAYANAN PENDIDIKAN BERBASIS SEKOLAH DENGAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMU NEGERI 2 WATAMPONE MAKASSAR PROPINSI SULAWESI SELATAN.

MANAJEMEN PROGRAM MUTU PELAYANAN
PENDIDIKAN BERBASIS SEKOLAH
DENGAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMU NEGERI 2

WATAMPONE MAKASSAR PROPINSI SULAWESI SELATAN

TESIS

Diajukan untuk memenuhi sebagian
Syarat memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Administrasi Pendidikan

4^
:&

PENOIO/*

f&TS&S.
Oleh:
ST. Nursiah B
999709


PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2002

DISETUJUI DAN DISAHKAN

OLEH:

PEMBIMBIN

PROF. DR. H .TB. ABIN SYAMSUDDIN MAKMUN, M.A

PEMBIMBING II

PROF. DR. NANANG FATTAH

PROGRAM PASCASARJANA


UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2002

DISETUJUI DAN DISAHKAN

OLEH

KETUA PROGRAM STUDI

ADMINISTRA$ PENDIDIKAN

PROF. DR. H . m ABIN,SA*AMSUDDIN MAKMUN, M.A

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2002


ABSTRAK

ST. Nursiah, B. Manajemen Hubungan Program Mutu Pelayanan
Pendidikan Berbasis Sekolah dengan Hasil Belajar Siswa di SMU Negeri 2
Watampone Makassar, Propinsi Sulawesi Selatan.
Penelitian ini dilatar belakangi dari data hasil penelitian pendahuluan di
SMU Negeri 2 Watampone Makassar, di mana sekolah tersebut sudah melakukan
program mutu pelayanan pendidikan berbasis sekolah. Namun demikian, hasil
belajar yang dicapai siswa belum menunjukkan peningkatan secara signifikan.
Fokus masalah pada penelitian ini Apakah terdapat hubungan antara
program mutu pelayanan pendidikan berbasis sekolah dengan hasil belajar yang
dicapai siswa SMU Negeri 2 Watampone Makassar?

Tujuan penelitian ini: (1) untuk mengetahui mutu pelayanan pendidikan
berbasis sekolah, (2) mengetahui keberhasilan belajar siswa SMU Negeri 2
Watampone, dan (3) mengetahui hubungan antara program mutu pelayanan

pendidikan berbasis sekolah dengan hasil belajar siswa di SMU Negeri 2
Watampone, Sulawesi Selatan.


Prosedur penelitian yang ditempuh, setelah penulis menemukan masalah
penelitian maka menetapkan metode penelitian. Dalam kegiatannya ditetapkan
lokasi peneltian, metode yang digunakan dalam penelitian, penentuan subyek
penelitian, instrument penelitian dan teknik analisis data hasil penelitian.
Temuan dari penelitian ini, dilihat dari kompetensi guru dan fasilitas
pendidikan pelayanan mutu pendidikan di SMU Negeri 2 Watampone Makassar
sudah memenuhi norma manajemen berbasis sekolah. Begitu juga hasil belajar
yang dicapai siswa termasuk berhasil, indikasinya setiap tahun siswa yang
diterima di Perguruan Tinggi Negeri semakin meningkat.

Kesimpulan dari penelitian ini bahwa pelaksanaan program mutu

pelayanan pendidikan berbasis sekolah memberikan kontribusi positif bagi
peningkatan hasil belajar siswa di SMU Negeri 2 Watampone Makassar, Propinsi
Sulawesi Selatan.

Menyadari akan keterbatasan yang penulis miliki, tentu tesis ini masih
banyak kekurangannya. Kepada pembaca yang bersedia memberikan perbaikan
secara konstruktif penulis mengucapkan terima kasih.


DAFTARISI

KATA PENGANTAR

i

PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH

ii

DAFTAR ISI

iv

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR TABEL


vii

BAB

BAB

I

II

PENDAHULUAN

1

A. Latar Belakang Masalah
B. Permasalahan dan Pertanyaan Penelitian
C. Hipotesis Penelitian
D. Kerangka Berpikir Penelitian
E. Tujuan Penelitian


1
5
6
7
11

F. Manfaat Penelitian

12

G. Sistematika Pembahasan

13

LANDASAN TEORITIS

15

A.
B.

C.
D.

15
16
20

Konsep Manajemen Berbasis Sekolah
Program Pelayanan Pendidikan Berbasis Sekolah
Fasilitas Pelayanan Pendidikan
Kompetensi Guru Dalam Proses Pelayanan

Mutu

Pendidikan

BAB

III


22

E. Ebta dan Ebtanas

27

F. Hubungan antara program mutu pelayanan pendidikan
berbasis sekolah dengan hasil belajar

38

PROSEDUR PENELITIAN

43

:

A. Metode Penelitian

BAB


IV

:...

43

B. Desain Penelitian

44

C. Operasional Variabel
D. Populasi dan Sampel
E. Teknik dan Pengumpulan Data

44
45
45

F. Analisis Data Penelitian


46

G. Struktur Laporan

48

H. Jadwal Penelitian

49

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

50

A. Deskripsi obyek Penelitian
B. Program Pelayanan Pendidikan Berbasis Sekolah
1. Deskripsi Data Penelitian
1) Fasilitas Pendidikan
2) Kompetensi Guru
3) Hasil Belajar Siswa

50
63
63
63
65
67

iv

4) Hubungan Kualitas Pelayanan Mutu Pendidikan
Dengan Pencapaian Hasil Belajar
C. Pembahasan

BAB

V

69
71

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

77

A. Kesimpulan
B. Implikasi

77
78

C. Rekomendasi

79

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR GAMBAR

NO

Nama Gambar

1.

Model Hubungan Antara Beberapa Variabel Mutu Pelayanan
Pendidikan Berbasis Sekolah dengan Hasil Belajar siswa
Skema Kerangka Pemikiran
Histogram Skor Fasilitas Pendidikan
Histogram Skor Kompetensi Guru
Histogram Skor Hasil Belajar

2.
j.

4.
5.

VI

Hal

11
42

65
67

69

DAFTAR TABEL

NO

Nama Gambar

Hal

1.

Jenis, Indikator dan Cara Evaluasi Prestasi Siswa

29

2.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar / NEM.
Keadaan Siswa SMU Negeri 2 Watampone Tahun 2001

37

4.

Distribusi Frekuensi Data Fasilitas Pendidikan

64

5.

Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar Siswa
Tabulasi Data Hubungan antara Kualitas Pelayanan Pendidikan
dengan Hasil Belajarnya
Perhitungan Chi-Kuadrat
Daftar Rangkuman Hasil Analisis Korelasi
Hasil Rangkuman Uji Keberartian Koefisien Korelasi anatar

68

variabel

74

J.

6.
7.

8.

9.

Vll

52

70
70
73

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesadaran pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kualitas pendidikan
saat ini semakin tinggi, hal ini tentu terkait dengan tantangan abad ke-21 terhadap
dunia pendidikan di Indonesia yang semakin berat. Menurut Yaumul C.A. Achir
(1997: 118) bahwa, "Lembaga pendidikan harus mengemban tugas menciptakan
manusia baru Indonesia yang sadar dan menguasai IPTEK, IMTAQ, dan etika'\

Pemikiran ini sangat logis mengingat perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi telah membawa perubahan hampir semua aspek kehidupan manusia
dimana berbagai permasalalian antara lain dapat dipecahkan dengan upaya

penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain bermanfaat
bagi kehidupan manusia di satu sisi perubahan tersebut juga telah membawa
manusia ke dalam era Persaingan global, yang merupakan ciri abad ke-21.

Uraian diatas juga meriggambarkan bahwa ilmu pengethauan dan
teknologi, keterampilan. keahlian, kemahiran yang memberi bobot kepada output
pendidikan segera mungkin untuk diberi prioritas.
Pada masa lampau, yaitu sebelum Pelita V, kebijakan pendidikan lebih
mengarah pada laju peningkatan pemerataan yang cepat tetapi mutu rendah. Sejak

Pelita V diusahakan untuk berubah ke laju peningkatan pemerataan rendah tapi
mutu tinggi. Untuk kondisi sekarang ini tentu yang terbaik adalah mempercepat
keduanya, jumlah anak didik harus sebanyak mungkin ditingkatkan hingga angka

partisipasi semakin tinggi dan merata. Sedangkan mutu pendidikan harus terus
menerus berkembang. Dilema antara kuantitas dan kualitas harus segera

dipecahkan, sementara relevansi dan efisiensi harus makin diutamakan.

Peningkatan kualitas pendidikan merupakan proses yang terintegrasi
dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka pemerintah
bersama kalangan swasta sama-sama telah dan terus berupaya mewujudkan
amanat tersebut melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih
berkualitas antara lain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan
sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan

materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya. Namun
secara empiris upaya pemerintah tersebut belum cukup signiflkan dalam

meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satu indikator kekurangberhasilan ini
ditunjukkan antara lain dengan NEM siswa untuk berbagai mata pelajaran pada
jenjang SLTP dan SLTA yang tidak memperlihatkan kenaikan yang berarti
bahkan dapat dikatakan konstan dari tahun ke tahun, kecuali untuk beberapa
sekolah yang jumlahnya relative kecil.
Menurut Umaedi (1999:2) bahwa ada dua faktor yang menyebabkan

mengapa upaya perbaikan mutu pendidikan selama ini kurang atau tidak berhasil,
yaitu:

Pertama, strategi pembangunan pendidikan selama ini lebih bersifat inputoriented. Strategi yang dimaksud lebih bersandar kepada asumsi bilamana semua
input pendidikan telah terpenuhi, seperti penyediaan buku-buku (materi ajar) dan
alat belajar lainnya, penyediaan sarana pendidikan, pelatihan guru dan tenaga
kependidikan lainnya, maka secara otomatis lembaga pendiikan akan dapat
menghasilkan output yang bermutu sebagaimana yang diharapkan. Kedua,
pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat macro-oriented diatur oleh
jajaran birokrasi di tingkat pusat. akibatnya banyak faktor yang diproyeksikan di

tingkat makro (pusat) tidak terjadi atau tidak berjalan sebagaimana mestinya di
tingkat mikro (sekolah).

Pendapat diatas memberikan pemahaman bahwa pembangunan pendidikan
bukan hanya terfokus pada penyediaan faktor input pendidikan tetapi juga harus
memperhatikan faktor proses pendidikan. Input pendidikan merupakan hal yang

mutlak harus ada dalam batas-batas tertentu, tetapi tidak menjamin dapat secara
otomatis meningkatkan mutu pendidikan. Disamping itu mengingat sekolah
sebagai unit pelaksana pendidikan formal terdepan dengan berbagai keragaman
potensi anak didik yang memerlukan layanan pendidikan yang beragam, kondisi
lingkungan yang berbeda satu dengan lainnya, maka sekolah harus dinamis dan

dinamis dalam melaksanakan perannya untuk mengupayakan peningkatan kualitas

pendidikan*Hal ini akan dapat dilaksanakan jika sekolah dengan berbagai
keragamannya itu, diberi kepercayaan untuk mengatur dan mengurus dirinya
sendiri sesuai dengan kondisi lingkungan dan kebutuhan anak didiknya.
Walaupun demikian, agar mutu tetap terjaga dan proses peningkatan mutu tetap

terkontrol, maka harus ada standar yang diatur dan disepakati secara nasional
untuk dijadikan indikator evaluasi keberhasilan peningkatan mutu tersebut. Dalam

hal ini, para ahli berupaya melakukan penyelidikan untuk menemukan pendekatan
baru, yakni pengelolaan peningkatan mutu pendidikan di masa mendatang dengan

melalui basis sekolah sebagai institusi paling depan dalam kegiatan pendidikan. ~^~"••'
Pendekatan ini, kemudian dikenal dengan manajemen peningkatan mutu
pendidikan berbasis sekolah.

Kajian peningkatan mutu pendidikan berbasis sekolah (School Based

Quality Management), merupakan konsep yang menawarkan kerjasama yang erat

antara sekolah, masyarakat dan pemerintah dengan tanggung jawab masingmasing ini, berkembang didasarkan keinginan pemberian kemandirian kepada
sekolah untuk ikut terlibat secara aktif dan dinamis dalam rangka proses

peningkatan kualitas pendidikan melalui pengelolaan sumber daya sekolah yang
ada.

('*>¥• Dalam kaitannya dengan uraian diatas Umaedi (1999:4) menyatakan
bahwa: "sekolah harus mampu menterjemahkan dan menangkap esensi kebijakan
makro pendidikan serta memahami kondisi lingkungannya (kelebihan dan

kekurangannya) untuk kemudian melalui proses perencanaan, sekolah harus
memformulasikannya ke dalam kebijakan mikro". Dalam hal ini sekolali harus

mampu membuat program-program prioritas yang harus dilaksanakan dan
dievaluasi oleh sekolah yang bersangkutan sesuai dengan visi dan misinya

masing-masing. Target utamanya yaitu menentukan target mutu yang ingin
dicapai dalam setiap kurun waktu.

Konsep diatas, oleh beberapa sekolah sebenarnya telah diujicobakan,
termasuk di SMU Negeri 2 Watampone Propinsi Sulawesi Selatan. Berdasarkan
studi eksplorasi di sekolah tersebut, bahwa upaya memberikan pelayanan

peningkatan mutu pendidikan telah berjalan hampir tiga tahun, namun dilihat dari
segi indikator hasil Nilai Ebtanas Murni (NEM) siswa. Data sementara yang

penulis peroleh NEM siswa SMU Negeri 21 Bandung pada tahun ajaran

1996/1997 untuk program studi IPS diperoleh nilai rata-rata 5,29 dan untuk

program studi IPA diperoleh nilai rata-rata 4,86. Pada tahun pelajaran 1997/1998
pada program studi IPS diperoleh nilai rata-rata 4,97 dan program studi IPA

diperoleh nilai rata-rata 4,43. Sedangkan pada tahun pelajaran 1998/1999
diperoleh nilai rata-rata untuk Program Studi IPS sebesar 4,42 dan untuk program
studi IPA diperoleh nilai rata-rata 4,41.
Fenomena diatas tampak adanya masalah. pada satu sisi sekolah telah

melakukan upaya meningkatkan pelayanan mutu pendidikan berbasis sekolah,
namun pada sisi lain hasil belajar siswa diukur dari indikator NEM tidak
menunjukkan hasil yang optimal. Masalah tersebut perlu adanya kajian yang
mendalam dengan pendekatan ilmiah, dengan cara menganalisis variabel-variabel
yang diduga kuat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa di SMU Negeri 2

Watmapone Propinsi Sulawesi Selatan.

B. Permasalahan dan Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian diatas, diperoleh gambaran tentang pentingnya usahausaha pelayanan peningkatan mutu pendidikan yang berorientasi pada basis
sekolah, sehingga mampu memberikan kontribusi terhadap keberhasilan sekolah
yang antara lain meningkatnya hasil NEM siswa. Namun demikian, upaya
memberikan pelayanan yang bermutu tidak terlepas dari fasilitas dan kompetensi
guru yang langsung berkaitan dengan kebutuhan belajar siswa.
Untuk memperoleh gambaran yang valid dan reliabel tentang pelaksanaan

pelayanan mutu pendidikan berbasis sekolah dan hasil NEM siswa SMU Negeri 2

Watampone Propinsi Sulawesi Selatan, maka penelitian ini akan menganalisis
Bagaimana hubungan antara program pelayanan peningkatan mutu pendidikan

berbasis sekolah dengan hasil NEM siswa di SMU Negeri 2 Watampone Propinsi
Sulawesi Selatan.

Agar pembahasan ini terarah, maka penulis perlu melakukan perumusan
masalah secara spesifik dan berkesinambungan,

yaitu "Bagaimana poia

hubungan antara program mutu pelayanan pendidikan berbasis sekolah
dengan hasil belajar siswa di SMU Negeri 2 Watampone Makassar Propinsi
Sulawesi SelatanT. Pertanyanan ini selanjutnya terbagi atas dua pertanyaan

penelitian adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara fasilitas pendidikan dalam
program mutu pelayanan pendidikan berbasis sekolah dengan hasil belajar
siswa di SMU Negeri 2 Watampone Propinsi Sulawesi Makassar Selatan?

2. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kompetensi guru dalam
program mutu pelayanan berbasis sekolah dengan hasil belajar siswa di SMU
Negeri 2 Watampone Makassar Propinsi Sulawesi Selatan?

C. Hipotesis Penelitian

Dalam penelitian ini dapat dirumuskan dua hipotesis penelitian, adalah
sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara fasilitas pendidikan dalam program

mutu pelayanan berbasis sekolah dengan hasil belajar siswa di SMU Negeri 2
Watampone Makassar Sulawesi Selatan.

2. Terdapat hubungan yang signifikan antara kompetensi guru dalam program
mutu pelayanan pendidikan berbasis sekolah dengan hasil belajar siswa di

SMU Negeri 2 Watampone Makassar Sulawesi Selatan.

D. Kerangka Berpikir Penelitian

Pelayanan dalam ilmu ekonomi tergolong pada jends kegiatan jasa. Philip
Kotler (1997: 83) menyatakan bahwa, "pelayanan adalah setiap kegiatan atau

manfaat yang ditawarkan oleh suatu pihak atau pihak lain dan pada dasarnya tidak
terwujud. serta tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu. Produk produksinya

mungkin atau mungkin juga tidak dikaitkan dengan sesuatu produk fisik".
Selanjutnya Philip Kotler (1997: 83) memberikan konsep perbandingan tentang
pelayanan dengan barang, yang menurutnya memiliki empat ciri, yaitu: (a) jasa
tidak dapat dirasakan sbelum dibeli oleh nasabah, (b) proses operasi jasa harus
bersamaan waktunya dengan saat pemakaian nasabah, (c) unsur jasa sangat

bervariasi. dan (d) jasa tidak dapat disimpan. Dari pendapat tersebut diperoleh
pemahaman bahwa ciri-ciri pemasaran jasa atau pelayanan sangat berbeda dengan
pemasaran barang.

Pendapat lain tentang konsep pelayanan dikemukan oleh Zithaml, Berry
dan Parasurraman (1990: 42) bahwa terdapat 5 dimensi pokok yang berkaitan

dengan pelayanan, yaitu: (1) bukti langsung (tangibles) yang meliputi: fasilitas
fisik perlengkapan pegawai dan sarana komunikasi, (2) keandalan (reliability)
yaitu berkaitan dengan kemampuan memberikan pelayanan dengan akurat dan
memuaskan, (3) daya tanggap (responsiveness) yaitu keinginan para karyawan /

personil untuk membantu pelanggan dan memberikan pStetyam»=Secara tanggap,
(4) jaminan (assurance) yaitu mencakup pengetahuan dan kemampuan, kesopanan

dan sifat dapat dipercaya serta bebas dari resiko atau bahaya dan keraguan bagi
pelanggan. dan (5) empathy, yaitu dimensi yang meliputi kemudahan dalam
melakukan hubungan komunikasi yang baik, memberikan perhatian secara pribadi
dan memahami kebutuhan para pelanggan.

Program pelayanan dalam kegiatan pendidikan dikenal dengan istilah
layanan bimbingan (Guidance Services). Para ahli pendidikan mendefinisikan
pelayanan bimbingan dengan cara yang bervariasi, namun selalu menunjukkan
kepada hakekat, tujuan dan prosedur yang serupa. Dalam hal ini Abin Syamsuddin
Makmun (1998: 188) memberikan pengertian pelayanan bimbingan sebagai
berikut:

1) Pelayanan bimbingan (guidance services) merupakan bantuan yang diberikan
kepada individu tertentu.
2) Agar yang bersangkutan dapat mencapat taraf perkembangan dan
kebahagiaan secara optimal,
3) Lingkungannya dengan melalui proses pengenalan, pemahaman, penerimaan,
pengarahan, perwujudan, serta penyesuaian diri, baik terhadap dirinya sendiri
maupun terhadap orang lain.
Menurut Robson (1996: 1-6) bahwa setiap siswa sebenarnya potensial

untuk menghadapi masalah (baik disadari maupun tidak). Sampai batas tertentu
mungkin mereka dapat menyelesaikan sendiri tanpa memerlukan pelayanan orang

lain. Atau, memang tidak mampu menyadari bahwa ia sesungguhnya memerlukan
bantuan orang lain.

Pelayanan dalam kegiatan pendidikan tentu memiliki tujuan. Menurut
Mortenseen dan Schmuller (1996: 6-8) bahwa tujuan atau sasaran akhir yang

hendak dicapai oleh pelayanan yaitu identik dengan tujuan pembelajaran, yaitu
tercapainya tingkat perkembangan individu secara optimal, sesuai dengan abilitas,
minat, dan kebutuhan-kebutuhannya.

Program pelayanan peningkatan mutu pendidikan berbasis sekolah

memuat rencana detail yang merupakan kegiatan atau tugas operasional sekolah.

Dalam hal ini meliputi: (a) program fasilitas pembelajaran yang dibutuhkan siswa

dan guru, dan (b) kompetensi guru sebagai pelayan siswa. Kompetensi guru
sebagai pelayan siswa dalam proses pembelajaran ini meliputi: kompetensi
kognitif, kompetensi afektif dan kompetensi psikomotor.
Kerangka kerja dalam manajemen peningkatan mutu pendidikan berbasis
sekolali, diharapkan sekolah dapat bekerja dalam koridor-koridor tertentu antara

lain; (a) sumber daya, sekolah harus mempunyai fleksibilitas dalam mengatur
semua sumber daya sesuai dengan kebutuhan setempat. Selain pembiayaan
operasional (administrasi), pengelolaan keuangan harus ditujukan untuk: (i)

memperkuat sekolah dalam menentukan dan mengalokasikan dana sesuai dengan
skala prioritas yang telah ditetapkan untuk proses peningkatan mutu, (ii)
pemisahan antara biaya yang bersifat akademis dari proses pengadaannya, dan
(iii) pengurangan birokrasi pusat; (b) pertanggungjawaban, sekolah dituntut untuk
memiliki akuntabilitas baik kepada masyarakat maupun pemerintah. Hal ini
merupakan perpaduan antara komitmen terhadap standar keberhasilan dan

harapan/tuntutan orang tua. Pertanggungjawaban ini bertujuan untuk meyakinkan

bahwa dana masyarakat dipergunakan sesuai dengan kebijakan yang telah
ditentukan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan dan jika mungkin

untuk meyakinkan informasi mengenai apa yang sudah o^eijJaik^t^Mrikulum,
berdasarkan kurikulum standar yang telah ditetapkan secara nasional, sekolah

bertangungjawab untuk mengembangkan kurikulum baik dari standar materi
(content) dan proses penyampaiannya. Pengembangan kurikulum tersebut harus
memenuhi kebutuhan siswa, untuk melihat progres pencapaian kurikulum, siswa
harus dinilai melalui proses tes yang dibuat berdasarkan standar nasional dan

mencapai berbagai aspek kognitif, affektif dan psikomotor maupun aspek

psikologi lainnya. Proses ini akan memberikan masukan ulang secara obyektif
kepada orang tua mengenai anak mereka (siswa) dan kepala sekolah yang
bersangkutan maupun sekolah lainnya mengenai performan sekolah sehubungan
dengan proses peningkatan mutu pendidikan; dan (d) personil sekolah, sekolah

bertanggungjawab dan terlibat dalam rekturmen (dalam arti penentuan jenis guru
yang diperlukan) dan pembinaan staf struktur sekolali. Kebutuhan guru yang

memiliki kompetensi profesionalisme sangat penting dalam rangka memberikan
pelayanan yang baik kepada siswa dalam proses pembelajaran.
Uraian diatas menggambarkan bahwa program pelayanan mutu pendidikan
di sekolah cukup luas. Dalam penelitian ini penulis hanya mengambil dua sub
variable yang diduga mempengaruhi terhadap keberhasilan NEM siswa (Y). Sub

variable independent tersebut yaitu: (1) fasilitas pendidikan yang dibutuhkan

dalam proses pembelajaran (X|), dan (2) kompetensi guru dalam memberikan
pelayanan kepada siswa (X2). Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data
NEM siswa diperoleh melalui studi dokumen hasil Ebtanas tahun pelajaran
1996/1997 - 1998/1999. Sedangkan untuk memperoleh data program pelayanan

11

peningkatan mutu pendidikan berbasis sekolah, penulis menyebarkan kuisioner
yang telah diuji tingkat validitas dan reliabilitasnya. Untuk itu paradigma dalam
penelitian ini penulis gambarkan sebagai berikut:

Mutu Program
Mutu Pelayanan
Fasilitas

Pendidikan (X,)

Hasil Belajar Siswa
Y

Kompetensi
Guru (X2)

Gambar

1: Model Hubungan antara Beberapa Variabel Mutu Pelayanan
Pendidikan Berbasis Sekolah dengan Hasil Belajar Siswa

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh dan mendapatkan data serta

informasi tentang program pelayanan peningkatan mutu pendidikan berbasis
sekolah

dan

hasil

NEM

siswa.

ICemudian

data

dan

informasi

tersebut

diklasifikasikan, dianalisis dan diinterpretasikan, sehingga akhir penelitian ini
dapat mendeskripsikan sekaligus menjelaskan sejauh mana hubungan program

pelayanan peningkatan mutu pendidikan berbasis sekolah dengan hasil NEM
siswa di SMU Negeri 2 Watampone Propinsi Sulawesi Selatan.

12

Sesuai dengan masalah yang telah diidentifikasikan diatas, dan maksud
penelitian ini, maka penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui gambaran empirik hubungan antara program mutu

pelayanan pendidikan berbasis sekolah dengan hasil belajar siswa di SMU
Negeri 2 Watampone Makassar Propinsi Sulawesi Selatan.
2. Untuk mengetahui gambaran empirik hubungan antara fasilitas pendidikan

dalam program mutu pelayanan pendidikan berbasis sekolah dengan hasil
belajar siswa di SMU Negeri 2 Watampone Makassar Propinsi Sulawesi
Selatan.

3. Untuk mengetahui gambaran empirik hubungan antara kompetensi guru

dengan hasil belajar siswa di SMU Negeri 2 Watampone Makassar Propinsi
Sulawesi Selatan.

F.

Manfaat Penelitian

1.

Manfaat Teoritik

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
masukan dalam pengembangan manajemen pendidikan di lingkungan SMU
dan keberhasilan belajar siswa dengan menerapkan konsep Maiiajenien
Berbasis Sekolah.

2.

Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat membantu menjelaskan strategi penerapan

manajemen mutu pendidikan berbasis sekolah dengan memperhatikan kajian
nianajemen pendidikan, khususnya di era pelaksanaan Otonomi Daerah. Bagi

13

kepala sekolah, pengetahuan dan pemahaman tentang manajemen pendidikan
berbasis

sekolah

sangat

penting.

Karena

dengan

mengetahui

teknik

manajemen dan penerapannya di sekolah, maka akan digunakan strategi
pengelolaan lembaga pendidikan yang tepat bagi setiap jenjang pendidikan
dalam hal ini SMU Negeri 2 Watampone Makassar Sulawesi Selatan. Temuan

ini juga diharapkan dapat memberikan gambaran tentang factor-faktor yang
menyebabkan keberhasilan belajar siswa.

G. Sistematika Pembahasan

Tesis

ini

berjudul:

"Manajemen

Program

Mutu

Pelayanan

Pendidikan Berbasis Sekolah Dengan Hasil Belajar Siswa Di SMU Negeri 2
Watampone Makassar Propinsi Sulawesi Selatan (Studi Tentang Hubungan
Antara Fasilitas Pendidikan dan Kompetensi Guru Dengan Hasil Balajar
Siswa)".

Tesis ini disusun dalam lima bab, setiap babnya secara garis besar memuat
sebagai berikut:
Bab Pertama, mengungkap hal-hal yang menjadi dasar penelitian ini

dilakukan. Uraian tersebut mencakup: latar belakang masalah, permasalahan dan
pertanyaan masalah, paradigma penelitian, tujuan dan manfaat penelitian.

Bab Kedua, dalam bab ini diuraikan berbagai kajian teoritis yang relevan

dengan permasalahan yang di teliti, yaitu tentang Manajemen Pendidikan Berbasis
Sekolah Dalam Upaya Peningkatan Pembelajaran.

14

Bab Ketiga, Metodologi Penelitian, dalam pembahasannya diuraikan

tentang metode penelitian yang digunakan, Desain Penelitian, Operasional
Variabel, Populasi dan Sanipel, Teknik Pengumpulan Data, dan Analisis Data.
Bab Keempat, Hasil Penelitian dan Pembahasan. Dalam uraiannya

dijelaskan tentang: Deskripsi obyek penelitian, Program pelayanan pendidikan
berbasis sekolah, dan pembahasan.

Bab

Kelima, membahas kesimpulan,

implikasi dan rekomendasi.

Kemudian dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran.

BAB III
PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian Deskriptif,
dengan metode ini penulis berusaha untuk memecahkan masalah yang dihadapi
pada masa sekarang. Sebagaimana dikemukakan Muhammad Ali (1985:120)

bahwa "Metode penelitian Deskriptif digunakan untuk berupaya memecahkan
atau menjawab permsalahan yang sedang dihadapi pada masa sekarang".

Sehubungan dengan

permasalahan penelitian yang

penulis

teliti

merupakan permasalahan-permasalahan yang sedang aktual pada masa sekarang
yaitu tentang kecenderungan pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah. Oleh
karena itu untuk menelitinya digunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif.

Penelitian deskriptif memberikan gambaran yang lebih mendalam tentang
gejala-gejala sosial tertentu atau aspek kehidupan tertentu pada masyarakat
(objek) yang diteliti. Pendekatan tersebut dapat mengungkapkan secara hidup
kaitan antara berbagai gejala sosial, suatau hal yang tidak dapat dicapai oleh
penelitian yang bersifat merangkum (Singarimbun dan Efendi, 1989: 78).

Penelitian ini diarahkan untuk menemukan tentang penilaian terhadap
"Hubungan Antara Fasilitas Pendidikan dan Kompetensi Guru Dalam
program mutu pelayanan pendidikan Berbasis Sekolah dengan Pencapaian
Hasil Belajar Siswa di SMU Negeri 2 Watampone Makassar, Sulawesi

Selatan". Penelitian ini selanjutnya diarahkan untuk menguji hipotesis yang

43

44

didasarkan atas data-data kuantitatif yang ada berkenaan dengan variabel-variabel
penelitian..
B.

Desain Penelitian

1. Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMU Negeri 2 Watampone Makassar

Sulawesi Selatan, adapun objek yang diteliti tersebut yaitu program pelayanan
mutu pendidikan berbasis sekolah. Dalam manajemen peningkatan mutu
pendidikan berbasis sekolah, obyek obyek yang akan diteliti yaitu : (1) Fasilitas

Pendidikan; (2) Kompetensi Guru; dan (3) Prestasi Belajar Siswa.
Fasilitas pendidikan, merupakan segenap fasilitas yang menunjang bagi

kelancaran dan keberhasilan proses pendidikan, seperti; Gedung, Media belajar,
Laboratorium, dan sebaginya. Kompetensi guru, merupakan segenap kemampuan
guru dalam melaksanakan tugas-tugas pembelajaran. Sedangkan, Prestasi Belajar

Siswa, Prestasi belajar siswa yang penulis teliti yaitu hasil Evaluasi Tahap Akiiir
(Ebtanas) tahun 2001. Dalam hal ini penulis melakukan studi dokumentasi

terhadap mata pelajaran yang diebtanaskan baik untuk jurusan IPA mupun IPS.
C. Operasional Variabel

Variabel penelitian ini adalah keberhasilan Nilai Ebtanas Murni (NEM)

siswa yang tingkat keberhasilannya diukur melalui indikator: 1) Aspek kognitif,
2) Aspek afektif, 3) Aspek psikomotorik.

Sedangkan variabel bebas dalam penelitian ini, yakni fasilitas pelayanan
pendidikan dan kompetensi profesionalisme guru yang diukur dan dinilai dari

hasil penyebaran angket kepada sejumlah responden penelitian. Adapun indikator

45

fasilitas mutu pelayanan pendidikan yaitu fasilitas fisik yang meliputi: (1) keadaan
gedung, (2) perpustakaan, (3) alat alat belajar, (4) dan situasi pembelajaran.
Sedangkan indikator kompetensi

profesionalisme guru

dalam melakukan

pelayanan pendidikan meliputi: (1) kemampuan dalam ilmu pendidikan, (2)
kemampuan dalam mata pelajaran yang disajikan, (3) kemampuan dalam

menggunakan metode mengajar, (4) kemampuan menggunakan media pengajaran
dan (5) kemapuan dalam melaksanakan evaluasi.
D. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah personil sekolah di SMU Negri 2
Watampone Makassar

Propinsi Sulawesi

Selatan. Karena

penelitian ini

melibatkan siswa sebagai objek penelitian, maka penulis menggunakan teknik

sampel, yaitu diambil 20% dari jumlah siswa yang ada di SMU Negeri 2
Watampone Makassar Propinsi Sulawesi Selatan. Pengambilan sampel ini
didasarkan pada pendapat Suharsini Arikunto (1990:101) bahwa, "Untuk populasi
yang jumlahnya lebih dari 100, maka dapat diambil sampel penelitian antara 10%15%o atau 20%-25%) atau lebih. Dari sejumlah siswa kelas III yang dijadikan

sampel penelitian, dengan jumlah 503, maka ditetapkan sebagai sampel sebanyak
100 siswa.

E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Pengumpulan dan penelitian dilakukan dengan menyebarkan angket
terhadap responden yang telah terpilih sebagai sampel. Kuesioner dimintai untuk
diisi tanpa harus berdikusi dengan responden lain. Setelah seluruh angket ditarik,
maka seterusnya dicatat dalam rangka menganalisis data. Selain itu, penulis juga

46

melakukan penelitian dokumentasi terhadap hasil Nilai Ebtanas Murni (NEM)
siswa SMU Negeri 2 Watampone Makassar Propinsi Sulawesi Selatan dari tahun
ajaran 1996/1997 s.d. tahun ajaran 2000/2001.

Instrumen penelitian ini yang utama yaitu dua jenis angket untuk mengukur
kedua variabel yaitu fasilitas pelayanan mutu pendidikan berbasis sekolah (Xi),

dan kompetensi profesionalisme guru (X2). Untuk variabel terikat (Y) penulis
menggunakan teknik dokumentasi dan pemberian tes hasil belajar.

Kuesioner atau angket langsung disusun oleh penulis. Untuk menjamin
kualitas instrumen, maka sebelumnya digunakan terlebih dahulu uji tingkat
validitas dan releabilitasnya.

Pengujian tingkat validitas instrumen dalam penelitian ini dilakukan dengan
face validity. Teknik ini dilakukan dengan meminta saran dan pertimbangan dari

mereka yang dianggap ahli. Pertimbangan dan saran yang diberikan akan menjadi
bahan masukan guna menyempurnakan instrumen penelitian yang telah disusun.
Sesuai dengan konsep ini, maka para ahli yang dimintai untuk melakukan
validitas instrumen ini adalah pembimbing thesis ini.
F. Analisis Data Penelitian

Pada tahap ini dilakukan analisis data penelitian guna data-data tersebut

dapat digunakan untuk menjawab hipotesis penelitian. Pada tahap ini dilakukan;

Uji Normalitas Distribusi Data, Analisis Regresi, dan Analisis Korelasi.
1. Uji Normalitas Distribusi Data

Pentingnya pengujian terhadap normalitas distribusi data agar generalisasi
yang buat berdasarkan data sampel penelitian dapat diberlakukan pada lingkup

47

Populasi. Disamping itu pengujian normalitas distribusi data menentukan teknik
statistik apa yang digunakan. Untuk keperluan pengujian normalitas distribusi

data, penulis menggunakan uji signifikansi Chi Kuadrat seperti di bawah ini.

x>-i&^£
i=l

2. Analisis Regresi

Analisis Regresi digunakan untuk mencari pola hubungan fumgsional

antara beberapa variabel. Untuk menguji pola hubungan dalam penelitian ini
digunakan analisis regresi sederhana dengan menggunakan rumus seperti di
bawah ini:

Rumus Regresi sederhana
Y = a + bX
3.

Analisis Korelasi

Analisis

korelasi

digunakan

untuk

mengetahui

derajat

hubungan

(keterikatan berupa data kuantitatif, dalam hal ini hubungan antara variabel X dan

Y. Sedangkan ukuran yang digunakan dinamakan koefisien korelasi. Untuk
mencari koefisien korelasi r dalam penelitian ini digunakan rumus korelasi seperti
dikemukan oleh Sudjana (1989;369) seperti di bawah ini:

r

=

Mx:-£x,)1»2>:-(zyj

48

Sedangkan untuk menguji signifikansi koefisien korelasi antara varibel X
dengan y digunakan rumus seperti dikemukan oleh Sudjana (1989:380) seperti di
bawah ini:
Koefisien Korelasi

t =•

rVn - 2

VTT

2

Dengan kriteria pengujian melalui uji dua pihak dengan dk = (n-2) dan pada taraf

• (
I }
(
I }
signifikansi tertentu. Terima H0 jika -tl—a