PENGEMBANGAN MODEL INKUIRI SOSIAL DALAM PELAJARAN IPS DI SD.
PENGEMBANGAN MODEL INKUIRI SOSIAL
DALAM PELAJARAN IPS DI SD
TESIS
Diajukankepada Panitia Ujian
untukmemenuhi sebagian syarat penyelesaiaii studi
ProgramS2 ProgramStudiPengembangan Kurikulum
PascasarjanalKIP Bandung
Oleh:
Wina Sanjaya
MM: 9596132
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1998
DISETUJUIOLEH:
Prof Dr. H. NANA SYAODIH SUKMADINATA
, Pembimbing I
Dr. R. IBRAHIM, MA
Pembimbing II
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1998
Untuk:
Iatriku,
Lin Guatinl, S.Pd.
dan Ketlga anaku, Rlaaa San Rizqiya,
Diena San Fauzlya, Dzlkrl F. San Flrdauaya
RINGKASAN
Salah
satu
masalah
yang
dihadapi
dalam
pelajaran IPS adalah adanya kecenderungan pengelolaan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru
lebih beroerientasi kepada proses menghapal materi
pelajaran dengan pola
komunikasi satu arah
yaitu dari guru kepada siswa.
Akibatnya muncul
berbagai kritikan yang menganggap pelajaran IPS
tidak
merangsang atau tidak melatih kemampuan
siswa untuk
berpikir; atau adanya anggapan yang
memandang IPS sebagai
pelajaran
"kelas dua"
yang lebih mudah dipelajari
dibandingkan dengan
pelajaran lain.
Dengan menggunakan metoda 'Action Research"
di Kelas 5 Sekolah Dasar Negeri Pakuwon 2 Kecamatan
Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang, penelitian ini
berusaha mengembangkan kegiatan belajar mengajar
dalam pelajaran IPS di SD yang lebih menekankankan
kepada proses berpikir atau proses pemecahan masa
lah melalui model inkuiri sosial
sederhana, yang
difokuskan pada masalah pengembangan model perenca
naan
mengajar yang bertumpu kepada
model
inkuiri
sosial,
penerapan proses belajar mengajar sesuai
dengan perencanaan mengajar yang disusun,
serta
pengembangan model evaluasi pengajaran IPS yang
bertumpu kepada model inkuiri sosial untuk
melihat
keberhasilan dan peningkatan kemampuan siswa.
Dengan
mempertimbangkan
hasil
studi
pendahuluan (pra survey) serta memperhatikan kemam
puan guru dan siswa selama proses pengembangan,
maka pengembangan model perencanaan terdiri dari
empat komponen pokok yaitu
tujuan pembelajaran,
komponen kegiatan belajar mengajar, alat dan sumber
pelajaran
serta
komponen
evaluasi.
Dalam
pengembangan
kegiatan belajar mengajar
sesuai
dengan pola perencanaan yang dikembangkan terdiri
dari
langkah-langkah orientas, perumusan masalah,
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data,
menguji
hipotesis dan merumuskan kesimpulan.
Sedangkan,
model evaluasi, sesuai dengan hakekat pengajaran
inkuiri, berfungsi untuk mengumpulkan data tentang
kemampuan siswa melakukan kegiatan belajar pada
setiap tahapan
inkuiri.
Berdasarkan
hasil
monitoring
dengan
menggunakan
rekaman video dan pedoman observasi
yang dilaksanakan secara terus menerus setiap kali
implementasi,
ditemukan
6
prinsip
pokok
pengembangan
dalam pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar
yaitu
prinsip
pemahaman model,
pengkondisian atau orientasi, prinsip bertanya, prinsip
menghargai dan reinforcement, prinsip keterbukaan
dan prinsip
individual.
Dengan menggunakan prinsip-prinsip tersebut
dalam
proses
pengembangan
model
terjadi
kecenderungan
aktivitas belajar
siswa
semakin
meningkat,
tumbuhnya
keberanian
siswa
untuk
bertanya,
menjawab,
dan mengeluarkan
pendapat,
tumbuhnya
sikap siswa menjadi lebih toleran dan
menghargai
pendapat orang lain serta meningkatnya
kemampuan berbahasa siswa secara lisan.
Sesuai
dengan hakekat inkuiri sosisal yang
lebih
menekankan kepada proses belajar
untuk
mengembangkan kemampuan berpikir siswa, maka model
inkuiri
yang dikembangkan
ini
akan
berhasil
pelaksanaannya manakala keberhasilan
pendidikan
tidak hanya diukur
dari
kemampuan siswa untuk
menghapal
materi pelajaran. Oleh sebab
itu dalam
sistem pendidikan kita yang berlaku sekarang,
yang
kualitas
keberhasilannya
diukur
dari
rata-rata
siswa memperoleh Nilai Ebtasa Murni (NEM), walaupun
secara
empiris lebih bermakna,
inkuri sosial
sulit berkembang karena guru tidak akan
berusaha mengembangkannya.
VI
akan
sepenuhnya
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan
dasar
diselenggarakan
untuk
mengembangkan sikap dan kemampuan serta
memberikan
pengetahuan dan keterampilan dasar yang
diperlukan
untuk
hidup dalam masyarakat
peserta
didik
mengikuti
nomor
2
Peraturan
yang
memenuhi
pendidikan
tahum
serta
1989,
mempersiapkan
persyaratan
menengah
pasal
(Undang-undang
13).
Pemerintah nomor 28 tahun
Pendidikan
Dasar
untuk
mempertegas
Selanjutnya
1990
tentang
kembali
bahwa
pendidikan
dasar bertujuan untuk memberikan
bekal
kemampuan
dasar
untuk
kepada
pererta
didik
mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota
masyarakat, warga negara, dan anggota umat
serta
mempersiapkan peserta didik untuk
manusia
mengikuti
pendidikan menengah.
Pernyataan di atas menunjukkan, paling
terdapat
pendidikan
dua
sasaran yang harus
ini.
Pertama kehidupan
kedua
jenjang
sekolah yang
Kehidupan
masyarakat
yang terus
dengan kemajuan ilmu pengetahuan
dicapai
tidak
lembaga
masyarakat
ada
di
atasnya.
berubah
„dan
dan
seiring
teknologi,
menuntut
pendidikan
menyelaraskan
dasar
dan
selamanya
mengantisipasi
harus
perubahan
tersebut,
agar materi dan pengalaman belajar
diberikan
di sekolah
kehidupannya.
masyarakat,
Oleh
sesaat,
sebab
dalam
untuk
arti
melek
huruf
pengetahuan
saja,
yang
menjadikan
dan
menjadi
memiliki
pengetahuan
dalam arti kurang dapat membantu mewujudkan
kemandiriannya.
Lulusan SD
huruf, dalam arti melek
(thinking
disebut
literacy)
melek
(Conny R.
harus menjadi
teknologi dan melek fikir
yang
kebudayaan
keseluruhannya
("cultural
jenjang
mutu
lain,
juga
halnya
dengan
yang ada di atasnya,
ini merupakan dasar yang
jenjang
tinggi
pendidikan
mengandung
menjadi
pendidikan berikutnya.
atau rendahnya
sasaran
kualitas
oleh
demikian,
dasar
kualitas
pendidikan
dalam skala yang lebih
akan
mempengaruhi
kualitas
kata
pendidikan
ditentu-
dasar.
luas
arti
penentu
Dengan
pada jenjang sekolah menengah akan sangat
kan
juga
literacy")
mempersiapkan lulusan untuk melanjutkan
lembaga
melek
Semiawan 1992:12).
Demikian
ke
bekal
kehidupan
fungsi SD tidak semata-mata
keluarannya
segumpalan
bermanfaat
yang
Dengan
pendidikan
sumber
daya
manusia.
dan
bangsa Indonesia
(Udik
Budi
Wibowo
1991).
Oleh
dasar,
karena
begitu
pentingnya
pendidikan
setelah dengan kebijaksanaannya
pemerintah
berhasil
meningkatkan angka
dasar
hingga
99%
(aspek
meningkatan kualitas
merupakan
salah
partisipasi
sekolah
pemerataan),
maka
pendidikan pada jenjang ini
satu prioritas
dalam
pelita
VI
(Garis-garis Besar Haluan Negara 1993).
Masalahnya
sekarang, bagaimana
meningkatkan
kualitas pendidikan dasar itu?
Sebagai
dasar
itu,
suatu
sistem,
kualitas
pendidikan
ditentukan oleh banyak komponen. Oleh
untuk
dimulai
dengan
tersebut.
bahwa
memperbaiki kualitas
memperbaiki
Rochman Natawijaya
unsur
sistemik
tersebut,
sebab
harus
komponen-komponen
(1992)
yang
mengemukakan
dapat
memberikan
kontribusi kepada kualitas pendidikan (khususnya di
sekolah
dasar)
sekurang-kurangnya
mencakup:
kurikulum dan materi pengajarannya, guru dan tenaga
pendidikan
prasarana
lainnya,
penunjang,
anak
proses
didik,
sarana
belajar
dan
mengajar,
sistem penilaian, bimbingan kepada anak didik,
pengelolaan
mutu
program
pendidikan
pendidikan.
di
sekolah
Upaya
secara
dan
perbaikan
tuntas
sekurang-kurangnya
unsur-unsur
harus menyentuh perbaikan
tersebut
seyogyanya
dilakukan
setidak-tidaknya
Perbaikan
di
atas.
secara
pada
Perbaikan
itu
menyeluruh,
dirancang
secara
pada salah satu unsur saja
atau
sistemik.
belum
tentu
menghasilkan perbaikan seluruh sistem apabila tidak
dirancang
secara sistemik. Akan tetapi,
kelemahan
pada satu unsur cenderung merusak seluruh sistem.
Selanjutnya
juga
dalam
menyatakan,
semua
Selain
unsur
itu
sumber yang
penanganan
sangat
memerlukan
serempak
sulit
untuk
biaya yang sangat
memerlukan
perhatian yang sangat
sebab
itu
perbaikan itu terpaksa
salah
satu
unsur yang dianggap
kontribusi
yang
beliau
terhadap
dilakukan,
besar,
juga
terpencar.
Oleh
dilakukan
pada
dapat
yang
dianggap memiliki kontribusi yang tinggi dan
perlu
perhatian
besar.
memberikan
Komponen
mendapat
sangat
sama
itu
diantaranya
adalah
komponen proses belajar mengajar.
Komponen
hubungannya
tombak
Beberapa
suatu
dan
proses
dengan
belajar
kemampuan guru
pengembang
kurikulum
mengajar
erat
sebagai
ujung
di
ahli menyatakan bahwa betapapun
kurikulum
(official),
hasilnya
lapangan.
bagusnya
sangat
tergantung
dalam
pada
kelas
memegang
maupun
apa yang dilakukan oleh
(actual).
peranan
penting
pelaksanaan
Sukmadinata,
Dengan
baik
guru
demikian,
dalam
kurikulum
di
guru
penyusunan
(Nana
Syaodih
1997:194).
Kritik
yang
sering
muncul
sehubungan
dengan
proses
belajar
dilakukan
guru,
adalah
adanya
ke
permukaan
mengajar
yang
kecenderungan
pengelolaan belajar mengajar dengan pola komunikasi
yang searah. Artinya, dalam setiap kegiatan belajar
mengajar,
guru memandang siswa sebagai objek
harus
diisi
Proses
belajar mengajar tidak atau kurang
sang
dengan
berbagai
siswa untuk berpikir.
Sartono
yang
informasi.
merang-
Kartodiredjo
(1991) melontarkan kritikannya, bahwa pendidikan di
sekolah
dasar
di Indonesia
telah
daya kritis anak;
kreativitas
dan
verbalisme
makin
menyapu
semua
sementara
merajalela. Pendidikan di
itu
SD
sangat mencekam dan mencekik, serta memprihatinkan,
karena
memompa
otak
dengan kata-kata dan
Kritik
muncul
menimbun
otak
bukan pengertian.
semacam itu memang sudah
kepermukaan.
terutama
dan memori,
Permasalahan
berhubungan
dengan
sejak
lama
efesiensi
yang
penyelenggaraan
pendidikan
erat
serta
kaitannya
pendidikan
akhirnya
relevansi pendidikan
dengan masalah
dengan
bermuara
kebutuhan
yang
juga
penyesuaian
hasil
masyarakat,
pada
pada rendahnya
kualitas
hasil
proses belajar mengajar.
Lemahnya kualitas proses belajar mengajar
sekolah
dasar,
terjadi pada hampir
pelajaran,
lebih-lebih
untuk
Pengetahuan
Sosial (IPS).
Studi
seluruh
mata
pelajaran
kualitas
di
Ilmu
tentang
pendidikan IPS menunjukkan beberapa kelemahan, baik
dilihat
dari
antara
lain
pendekatan
proses
proses maupun
dalam
dari
aspek
belajar,
metodologis
dimana
menguasai
seluruh
ekspositoris sangat
belajar
hasil
(Somantri, 1987).
Akibatnya,
dianggap sebagai mata pelajaran hapalan yang
menantang
siswa
menemukan
untuk
berpikir.
adanya kecenderungan di
(1990)
kalangan
siswa
ini
IPS
merupakan
bidang
studi yang menjemukan dan kurang
menantang
belajar,
sebagai
didik
bahwa
tidak
dewasa
minat
yang menganggap
Pelly
IPS
bahkan lebih dari
itu,
pelajaran "kelas dua", baik
maupun oleh orang tua mereka.
dipandang
oleh
peserta
Kecenderungan
itu diduga disebabkan oleh lemahnya proses belajar,
yang
menurut
Supardjo
(1990),
IPS
vbelum
mampu
membangkitkan
belajar
IPS,
budaya
belajar
pada
dalam kontek ini diartikan
bukan
melainkan
hanya
dipandang
dari
Budaya
bahwa
"what
to learn". Dengan
"how
seyogyanya
menyangkut
anak.
to
kata
aspek
belajar
learn"
lain
IPS
instrumenalnya
yaitu "learning to learn".
Berdasarkan beberapa kritik yang
berhubungan
dengan rendahnya kualitas belajar mengajar IPS yang
dilakukan
oleh
pembelajaran
memadai
guru,
IPS
agar
maka
yang
selanjutnya
bagaimana
yang
dapat mengembangkan
model
dianggap
budaya
belajar
siswa?
Hamid
tuntutan
Hasan (1996 : 17)
untuk
menjelaskan,
kemampuan
mengembangkan
bahwa
berpikir
tingkat tinggi merupakan suatu tuntutan yang
dijawab
sosial
dan
di
oleh
pendidikan
masa mendatang. Mungkin
demikian,
pendidikan
kebosanan
di emban
keluhan
para
siswa
sosial
hanya
akan
dalam
Selanjutnya
belajar akan
beliau
juga
kemampuan
belajar
berpikir
pendidikan
tinggi,
sosial
cara
belajar
ditandai
mampu
tingkat
ilmu
bahwa
menyatakan
pendidikan ilmu-ilmu sosial
ilmu-ilmu
dengan
dapat
harus
dengan
dihapuskan.
bahwa
jika
mengembangkan
keberhasilan
mungkin
akan
ditandai
dengan
menyelesaikan
dihadapkan
sudah
berbagai
harus
peserta
masalah
kepada mereka.
memang
sesuatu
kepuasan
didik
dalam
sosial
yang
ilmu
sosial
Pendidikan
membenahi
dirinya
yang merangsang siswa dalam
menjadi
berpikir
dan
memecahkan masalah sosial dan akademik.
Pernyataan
di
atas
mengisyaratkan
bahwa
proses belajar mengajar yang memadai untuk IPS agar
dapat
menunjang
lembaga
adalah
ketercapaian
tujuan
pendidikan (khususnya
pendidikan
siswa untuk
berpikir
yang sesuai dengan harapan
pendekatan
Cara
Belajar Siswa Aktif
mulai
diperkenalkan
1975.
CBSA,
sejak
untuk
kualitas belajar mengajar dengan
secara
optimal.
pengelolaan
mengutamakan
emosional)
kegiatan
belajar
keterlibatan
siswa
yang
sudah
kurikulum
meningkatkan
melibatkan
sebagai
pemberian
kepada. pengalamannya
(Setijadi,
siswa
dalam
yang
(intelektual-
pebelajar
makna
di
mengajar
mental
belajar, sesuai dengan
merupakan
adalah
CBSA adalah pendekatan
kegiatan
tinggi.
itu
berlakunya
diperkenalkan
mengem
tingkat
Pendekatan
fungsi
dasar),
proses belajar mengajar yang dapat
bangkan
yang
dan
di
hakekat
oleh
1992:26).
dalam
belajar
pebelajar
Walaupun
CBSA
lama kepada para guru
sudah
diperkenalkan
melalui
sejak
penataran-penataran
dan pelatihan-pelatihan, akan tetapi pelaksanaannya
di
lapangan
sedikit
yang
masih sangat kurang.
yang
hanya
Hasil
tidak
salah persepsi tentang hakekat CBSA,
dilihat dari aktifitas
penelitian
walaupun
Bahkan
Setijadi
secara
(1992)
fisik.
menunjukkan,
sebagian besar guru-guru SD (96%)
mendengar
istilah
CBSA,
akan
pernah
tetapi
praktiknya di dalam kelas hampir tidak
dalam
menunjukkan
penerapannya. Dengan demikian, penerapan CBSA perlu
mendapat
pembenahan
keterlibatan
belajar
anak
untuk
dengan
secara
fokus
aktif
memperoleh
mewujudkan
dalam
proses
kebermaknaan
belajar,
dalam
rangka mengembangkan prakarsa dan
kreativi-
tas,
serta
kemampuan
belajar
untuk
belajar
(R.Ibrahim, 1992).
Dalam
pengajaran
adalah
pengajaran
yang
IPS,
salah
bertumpu kepada
pengajaran
inkuiri.
satu
model
pendekatan
Penerapan
inkuiri
diarahkan agar siswa tidak hanya memamahami
gai
berba
konsep akan tetapi lebih dari itu, yaitu.
siswa
menguasai
pendidikan
keterampilan
keterampilan
berpikir
metodologis
CBSA
agar
melalui
keilmuan
(Hasan,
1996).
Hal
ini
juga
dikemukakan
oleh
Jarolimek: "If we want children to develop critical
habits of tought, to search for data independently,
to
able to form hypotheses and test them,
inquiry
we
teaching strategies (John Jarolimek
use
1977:
38).
Dalam
teknologi
membawa
perkembangan
ilmu
pengetahuan
yang sangat cepat, yang pada
perubahan sosial budaya
kemudian
orang
"globalisasi",
menamakannya
penerapan
dengan
dasar,
mendesak.
Hal
merupakan
untuk
pendidikan
tuntutan
ini disebabkan
yang
istilah
sosial
pelajaran IPS termasuk pada jenjang
tingkat
gilirannya
masyarakat,
inkuiri
dan
bukan
yang
saja
sangat
dengan
inkuiri sosial yang menekankan kepada proses berpi
kir
dapat
mengahapuskan kesan bahwa
IPS
sebagai
pelajaran hapalan, akan tetapi juga inkuiri sebagai
suatu
strategi
mengembangkan
memecahkan
dalam
(sosial),
mengambil
dan mandiri (Kosasih
benar-benar
IPS
sikap dan keterampilan
permasalahan
keterampilan
obyektif
dalam pengajaran
dibutuhkan untuk
agar dapat berperan aktif
dalam
yang
dapat
siswa
dalam
mengembangkan
keputusan
Djahiri,
membekali
kehidupan
secara
1984),
siswa
sosial
l:
masyarakat
serta
untuk
melatih
berpikir
agar
dapat melanjutkan pendidikan ke tingkat yang
lebih
tinggi. Hal ini sangat penting, seperti dikemukakan
Fakry
Gaffar,
bagaimana
bahwa
membantu
mengembangkan
pendidikan berpikir
peserta
didik
supaya
masalah
Seharus-
"learning" itu isinya "thinking", akan
tidak
di
dapat
daya fikirnya dalam melihat
sosial, amat penting untuk diaplikasikan.
nya
yaitu
hanya "thinking",
"values" juga mesti
dalamnya (Suwarma Al
Muchtar
baiki mutu proses belajar mengajar dalam
yang
akhirnya
selama
ini dianggap
dapat
meningkatkan
masuk
:1991).
penerapan inkuiri sosial, diharapkan dapat
IPS
tetapi
lemah,
Dengan
memper
pelajaran
yang
kualitas
pada
hasil
pendidikan.
Dalam
kurikulum pendidikan dasar 1994
dije-
laskan bahwa mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS)
di
pengetahuan
kenyataan
SD
berfungsi
untuk
dan keterampilan dasar
sosial
yang
kehidupan sehari-hari.
mengembangkan
untuk
dihadapi
melihat
siswa
dalam
Ini berarti bahwa IPS di
SD
tidak berorientasi kepada disiplin ilmu akan tetapi
berarientasi
Oleh
sebab
didasarkan
kepada kehidupan
itu,
walaupun
sosial
pelajaran
kepada bahan kajian ekonomi,
masyarakat.
IPS
di
SD
geografi,
sosiologi,
antrpologi,
tata negara
dan
sejarah,
akan tetapi seluruh bahan kajlan itu tidak
kan
secara terpisah,
terintegrasi
diajar-
akan tetapi diberikan
melalui topik-topik
"expanding
secara
tertentu
menggunakan
prinsip
menurut
kurikulum bahan kajian IPS SD
dengan
community"
atau
diorga-
nisasikan mulai dari bahan pelajaran yang dekat dan
sederhana
di sekitar anak ke yang lebih
luas
dan
komplek (Kurikulum Pendidikan Dasar 1994).
Berdasarkan karakteristik IPS tersebut,
inkuiri
lebih
sosial yang merupakan model mengajar
menekankan atau berorientasi
berpikir
pelajaran
dibandingkan
berdasarkan
kepada
kepada
ilmu,
yang
proses
penguasaan
disiplin
maka
meteri
dianggap
sebagai salah satu model yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kualitas pelajaran IPS di SD.
Atas
dasar latar belakang di
action research,
atas,
melalui
penulis ingin mengembangkan
inkuiri sosial dalam pelajaran IPS di SD.
model
B.
PARADIGMA TEORITIS DAN KAJIAN HASIL
PENELITIAN
TERDAHULU YANG RELEVAN
1. Paradigma teoritis
Menurut
Bogdan dan Biklen,
paradigma
adalah
kumpulan-longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang
bersama,
konsep
atau proposisi
yang
mengarahkan
cara berpikir dan penelitian (Lexi J. Maleong,
1988
: 26).
Berlandaskan
paradigma
menentukan
pada
teoritis
pokok
pengertian
disusun
masalah
sebagai
yang
di
atas,
dasar
diteliti
untuk
sesuai
dengan topik masalah.
Sebagai suatu sistem, proses pembelajaran IPS
di SD dapat dipengaruhi oleh beberapa komponen yang
saling terkait satu sama lain. Untuk
fikasi
komponen
dalam
pengajaran
bagan 1.
atau
aspek-aspek
IPS di SD,
dapat
mengidentiyang
terlibat
dilihat
pada
U
TUJUAN
SUBSTANS I L
ISI/STRUKTUR PROS.
h
SISUA
6URU
K B H
L
FASILITAS/
SUHBER BEL.
BESAR KELAS
JAH PERTE-
n
HUAN
LIN6KUK6Asl_
IKLIM SO
SIAL i
u
PSIK0L06ISJ
BA6AN 1. PARADIBHA TEORITIS
FAKTOR-FAKTOR YANG TERLIBAT DALAH PEN6AJARAN IPS
Pengajaran IPS di SD
memiliki tiga
dimen
si, pertama dimensi substantif yang berisi
(1)
tujuan mata pelajaran IPS;
IPS.
Kedua.
(2)
tentang
isi atau
ruang
lingkup
pelajaran
dimensi
Kegiatan
Belajar
Mengajar, yaitu tentang dinamika
kegiatan
v..
belajar
mengajar
yang
dapat dipengaruhi oleh (1)
15
faktor
guru,
baik
kemampuan
mengatur
strategi
pembelajaran atau penggunaan metodologi pengajaran,
maupun
IPS,
pandangan guru terhadap hakekat
(2)
karakteristik siswa sesuai dengan
perkembangannya,
yang
pengajaran
tersedia.
dan (3) alat serta bahan
Ketisa.
tahap
belajar
dimensi lingkungan
sosial,
baik yang menyangkut (1) besar kelas dan jumlah jam
pelajaran maupun (2) yang berhubungan dengan
sosial
dan
sekolah
(guru)
hubungan
iklim
antar
pskologis,
seperti
hubungan
dengan orang tua
siswa
guru dan
sekolah
kepala
adanya dukungan dari kepala sekolah atau
iklim
maupun
seperti
kerjasama
dengan guru lain.
Seluruh komponen yang terdapat dalam
dimensi,
setlap
pada dasarnya merupakan satu kesatuan yang
saling berhubungan dan saling mempengaruhi.
Dalam
IPS
kurikulum SD 1994,
yang diajarakan di SD terdiri atas
kajian pokok:
kajian
bumi,
sosial
dua
pengetahuan sosial dan sejarah.
mencakup
ekonomi,
dan
lingkungan
sosial,
pemerintahan.
bahan kajian -ejarah meliputi
kat,
dijelaskan
bahwa
bahan
Bahan
ilmu
Sedangkan,
perkembangan masyara
Indonesia sejak masa lampau hinga kini.
16
Fungsi dan tujuan pengetahuan sosial
mengembangkan
keterampilan
dasar
untuk melihat kenyataan sosial yang dihadapi
siswa
dalam
dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
jukkan
menun
bahwa kajian pengetahuan sosial tidak
terlepas
di
pengetahuan dan
adalah
akan
dari kenyataan-kenyataan sosial yang
masyarakat. Oleh sebab itu
dan isi pelajaran IPS harus
dimensi
ada
tujuan
didasarkan
kepada
perkembangan sosial masyarakat yang selalu mengalami perubahan.
Fungsi dan tujuan IPS seperti di atas, harus
dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan kegi
atan belajar mengajar IPS yang dilakukan oleh guru.
Banyak
metode dan strategi yang
dapat
digunakan
dalam
pengajaran IPS. Dari sekian banyak itu
perlu
menentukan dan memilih metode
yang bagaimana yang diangap cocok
tujuan
sesuai
mata
pelajaran
guru
dalam
IPS.
merupakan
mempengarui
disamping
Oleh
memilih dan
pembelajaran,
dapat
dengan hakekat
faktor
strategi
untuk
mencapai
dan
karakteristik
itu kemampuan
mengembangan
kualitas
siswa,
dan
sebab
salah
satu
strategi
faktor
pengajaran
fasilitas
guru
belajar
tersedia serta faktor lingkungan sosial.
yang
IPS,
yang
2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
a. Pengelolaan Proses Belajar Mengajar di SD.
Hasil studi lapangan yang dilakukan
Setijadi
(1992)
tentang Proses Belajar Mengajar dan kinerja
murid
di
SD
(Kalimantan
yang
meneliti
di
Barat, Jawa Barat,
enam
propinsi
Sulawesi
Selatan,
Lampung, dan Nusa Tenggara Timur) dengan
kan
pendekatan
kualitatif
dan
mengguna
studi
kasus,
menyimpulkan:
1) Dari
pengamatan
kelas dapat disimpulkan
bahwa
tidak banyak terjadi perubahan selama 6-8
tahun
belakangan
serempak
lomba
ini.
untuk
terjadi
atas pertanyaan guru. Murid
menjawab
kesan suasana
"hiruk
Masih banyak
pertanyaan guru,
kelas
pikuk".
memberikan
bukannya
Keadaan
ini
umpan balik
jawaban
berlomba-
sehingga
"hidup"
tetapi
menyulitkan
korektif
ada
guru
kepada
jawaban murid.
2) Jarang sekali terlihat tatanan kelas yang menun
jukkan ciri-cri CBSA.
Hiasan dinding hasil karya
murid tidak banyak terdapat. Dialog antar murid
tak
Kelas
didengarkan
oleh
murid-murid
yang
sudah diatur kursinya untuk bisa
berkelompok,
lain.
bekerja
tetapi guru tetap menerangkan
dan
murid
tetap
harus
mendengarkan,
atau
berkelompok tetapi tugasnya menyalin
murid
pelajaran.
Sangat mungkin situasi ini disebabkan karena SD-
SD sample belum diprogramkan secara khusus untuk
melaksanakan CBSA.
3) Peranan perpustakaan hampir tidak ada,
meskipun
ada ruangan yang disebut "perpustakaan".
4) Dijumpai
mengajar
beberapa
secara
menunjukkan
orang guru, yang
klasikal,
akan
meskipun
tetapi
kemampuan menerangkan yag
dapat
memadai,
member! contoh yang jelas, relevan, serta
memilah
la
mana yang penting dan mana yang
juga mampu
mampu
tidak.
mengadakan tanya jawab
secara
teratur (Set.ijadl, 1992: 8-9).
Hasil studi lapangan yang dilakukan
itu
Setijadi
menunjukkan bahwa pola belajar mengajar di
cenderung
masih
menggunakan pola komukasi yang searah. Siswa
masih
berperan sebagai penerima informasi. Walaupun
guru
termasuk
dalam
memiliki
dengan
keinginan
mengatur
bekerja
ditunjang
memadai.
pengajaran
(belajar)
oleh
IPS,
SD
untuk menerapkan
tempat
duduk
kelompok,
kemampuan
agar
akan
CBSA,
yaitu
siswa
dapat
tetapi
menerapkannya
tidak
yang
1?
b. Pengambangan Kemampuan Berpikir dan Nilai
Hasil penelitian
tentang
pokok
gagasan
Suwarma Al Muchtar
masalah
(1991),
"Bagaimana
kondisi
dan
peningkatan mutu pendidikan
dilihat
dari
aspek sosial budaya, dalam mengembangkan
berpikir
kemampuan
dan nilai dalam pendidikan IPS?",
menggunakan
pendekatan
sampling technique",
kualitatif
di antaranya
dan
dengan
"snowball
menyimpulkan:
1) Dilihat dari aspek pemahaman hakekat dan
pendidikan
guru,
IPS
wawasan
mereka
bagaimana
para
memahami
seharusnya arah peningkatan
kualitas
IPS,
teoritik
dari
telah
pendidikan
secara
konseptual
tujuan
akan
tetapi
dilihat
dari
pelaksanaannya tidak tampak aplikasinya, sehingga
merupakan
kelemahan pendidikan
IPS
dewasa
ini .
2) Dari hasil
pendidikan
yang
analisis
IPS,
merupakan
kendala
proses
diperoleh
kerawanan
belajar
beberapa
dan
mengajar
kelemahan
muncul
sebagai
bagi kemungkinan pengembangan kemampuan
berpik.tr
dan
sangat
menonjol
kebiasaan
guru
nilai.
Kelemahan
di antaranya
pendidikan
IPS
tersebut
adalah
yang
yang
adanya
lebih
"0
banyak menggunakan pendekatan "ekspository" dari
pada
"inquiry". Dengan
menonjolnya
penggunaan
metode ceramah ternyata tidak memberikan peluang
bagi pengembangan
pengkajian
berpikir tingkat tinggi dan
nilai dari setiap
materi
pelajaran
pendidikan IPS.
3) Penggunaan
sumber
budaya
belajar
pendidikan
IPS masih terbatas
buku
baik oleh guru maupun
teks
didik,
yang
materi
maupun
terbatas
pada
menyebabkan ruang
profil proses
pada
materi
penggunaan
oleh
peserta
iingkup
belajar
dan
dalam
cara
sajian
mengajar
menyajikan
informasi yang terdapat dalam buku terse'but.
4) Perpustakaan sebagai
lingkungan
sebagai
sekolah ternyata
sumber
terintegrasi
Antara
sumber
daya
belajar pendidikan
dalam
proses
tumbuhnya
belajar
belajar
IPS
secara
mengajar.
koleksinya
diperkuat juga dengan
budaya
di
belum difungsikan
lain disebabkan selain
terbatas,
belajar
kondisi
yang
yang
belum
menggunakan
perpustakaan sebagai media dan sumber belajar.
Kesimpulan
atas
dari hasil penelitian Suwarma
membuktikan bahwa pengajaran IPS
di
di
lembaga
pendidikan formal, yang dapat mendorong siswa untuk
»
berpikir belum terkondisikan dengan sempurna.
sebab
itu,
Suwarma
merekomdasikan
dalam
aspek
berdasarkan
bahwa
untuk
proses
hasil
temuannya
mengatasi
belajar
kelemahan
mengajar,
diungkapkan dalam penelitian, maka perlu
transformasi
belajar
dominasi
kepada
pemecahan
dengan
dari
pendekatan
ceramah
kebiasaan
ekspositori
pendekatan
dan
disesuaikan
dilakukan
taktik
dengan
kondisi
pengggunaan
bentuk
dalam
dapat
pendekatan
secara
proses
dalam
inkuiri
masalah. Hal ini hanya
mengaplikasikan
strategi
seperti
budaya pendidikan dalam aspek
mengajar,
bentuk
dilakukan
inkuiri
dalam
Dalam
arti
luwes.
transisi
yaitu
kebiasaan gaya mengajar "tutur" dan budaya
"menghapal",
ke
dalam
orientasi
Oleh
cara
dari
belajar
berpikir
ilmuwan sosial (Suwarma Al Muchtar, 1991:287).
C.
RUMUSAN DAN FOKUS MASALAH
1. Rumusan Masalah
Dalam paradigma teoritis diungkapkan,
faktor
atau
aspek yang terlibat
dalam
dimensi pengajaran IPS di SD, baik yang
dalam dimensi substantif, dimensi kegiatan
mengajar maupun dimensi lingkungan sosial.
banyak
setiap
terlibat
belajar
Salah
pengajaran
mengajar
satu
IPS
masalah
yang
dihadapi
adalah lemahnya
yang
kualitas
diterapkan oleh
guru.
dalam
belajar
Berdasarkan
hasil beberapa penenelitian terdahulu, maupun urai-
an dalam latar belakang masalah seperti yang
dikemukakan
di
pengajaran
IPS,
guru
menerapkan
pola
ekspositori
siswa
untuk
gilirannya
atas,
dalam
pelaksanaan
cenderung
berpikir
telah
proses
terlalu
yang
kritis,
siswa hanya menghapal
tidak
banyak
melatih
sehingga
pada
sejumlah
fakta
atau informasi.
Melalui
akan
"Action
Research",
penelitian
ini
mengkaji dimensi proses belajar mengajar
IPS
dengan rumusan masalah: "Model inkuiri sosial
yang
bagaimana yang dapat meningkatkan kualitas pengaja
ran
IPS
di SD sesuai
dengan
kondisi
lingkungan
sekolah serta kurikulum yang berlaku?"
2.
Fokus Masalah
Fokus
masalah
yang
ingin
diteliti
dari
rumusan masalah di atas adalah:
a.
Bagaimana
kondisi guru, siswa,
fasilitas
dan
pelaksanaan pengajaran IPS yang selama ini berlangsung di SD?
Fokus
kondisi
data
ini
masalah ini merupakan
kajian
tentang
dan situasi pembelajaran IPS di SD.
yang terkumpul melalui kajian
digunakan sebagai masukan
fokus
dalam
Data-
masalah
pengembangan
model inkuiri yang ingin diterapkan.
Pertanyaan penelitian yang ingin dikaji
dari
fokus masalah tersebut adalah:
1) Bagaimana pandangan guru tentang konsep
inkuiri
dalam pengajaran IPS?
2) Bagaimana
pelaksanaan
pengajaran
IPS
yang
selama ini berlangsung di SD?
3) Bagaimana pada kenyataannya kondisi, karakteris-
tik
dan
tingkat
partisipasi
siswa
dalam
mengikuti PBM IPS?
4) Bagaimana
ketersediaan
fasilltas atau
sumber
belajar IPS di sekolah.
«.
5) Bagaimana iklim
sosial dan iklim psikologis
di
lingkungan sekolah selama ini?
b.
Model inkuiri sosial yang bagaimana yang
dapat
dikembangkan di SD?
Fokus
model
penelitian ini merupakan
pengembangan
inkuiri yang dapat diterapkan di SD
mempertimbangkan
data
masalah yang pertama.
yang diperoleh
pada
setelah
fokus
24
Pertanyaan penelitian dari fokus masalah yang
kedua ini adalah
1) Bagaimana
di
SD
:
model
perencanaan
pengajaran
dengan menggunakan pendekatan
IPS
inkuiri
sosial sesuai dengan kurikulum yang berlaku?
2) Bagaimana
di
penerapan pola belajar mengajar
SD dengan menggunakan inkuiri sosial
IPS
sesuai
dengan rencana yang disusun ?
3) Bagaimana menerapkan evaluasi pengajaran IPS
di
SD yang bertumpu kepada model inkuiri sosial?
4) Bagaimana
hasil
yang
diperoleh siswa
dalam
belajar dengan menggunakan model inkuiri sosial?
D. DEFINISI OPERASIONAL
Untuk
rumusan
menyamakan
masalah,
persepsi
maka perlu
sesuai
dijelaskan
dengan
beberapa
istilah yang terkandung dalam fokus masalah sebagai
berikut:
1. Mengembangkan,
sebagai
proses
tingkat
dalam penelitian ini
penerapan
model inkuiri
dimaksudkan
sosial
belajar mengajar IPS yang sesuai
perkembangan
Pengembangan
siswa
sekolah
tersebut difokuskan kepada
dalam
dengan
dasar.
proses
perencanaan, pengelolaan atau pelaksanaan kegia
tan belajar mengajar dan proses evaluasi.
2. Inkuiri sosial,
dalam
adalah
pembelajaran
model atau
yang
pendekatan
menekankan
proses pemecahan masalah sosial, yang
kan dengan tingkat
kepada
disesuai-
perkembangan siswa,
kondosi
guru dan kondisi lingkungan sekolah.
3. IPS,
adalah
mata
pelajaran
ilmu
pengetahuan
sosial yang diberikan di kelas 5 SD catur
1
sesuai
(kurikulum
dengan
SD
kurikulum
1994)
yang
yang
vmlan
berlaku
dibatasi
pada
pengajaran pengetahuan sosial.
E. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Penelitian
ini bertujuan untuk
menghasilkan
model pengembangan inkuiri sosial dalam
pengajaran
IPS SD kelas 5 catur wulan 1 sesuai dengan
sekolah dan kurikulum yang berlaku
1994),
yang
kondisi
(kurikulum
secara khusus .pengembangan
SD
tersebut
meliputi:
1.
Pengembangan
SD
perencanaan
pengajaran IPS
dengan menggunakan pendekatan
inkuiri
di
so
sial.
2.
Pengembangan
SD
pola
bela.iar mengajar IPS
yang bertumpu kepada model inkuiri
di
sosial
sesuai dengan rencana pengajaran yang disusun.
3.
Penerapan
bertumpu
evaluasi pengajaran IPS di
kepada
model inkuiri
SD
yang
sosial,
untuk
mendapatkan gambaran tentang hasil belajar yang
diperoleh
siswa setelah melaksanakan
kegiatan
proses pembelajaran dengan menggunakan
inkuiri
sosial.
Dengan pengembangan model tersebut diharapkan
akan bermanfaat untuk:
1. Memberikan
rangsangan kepada guru
dalam
meningkatkan kualitas pengajaran IPS SD
upaya
melalui
perbaikan proses belajar mengajar dengan menggu
nakan inkuiri sosial sebagai suatu strategi atau
model
mengajar;
2. Memberikan
pengalaman
kepada
guru
untuk
merancang
atau menyusun rencana pengajaran
penerapan
inkuiri
pembelajaran
sosial sebagai
suatu
yang bertumpu kepada Cara
dan
model
Belajar
Siswa Aktif sesuai dengan tuntutan kurikulum
SD
1994.
3. Menerapkan
untuk
pendidikan
melalui
model inkuiri sosial.
4. Merangsang minat
IPS
dan
melalui
v.
sosial.
instrumen
melatih kemampuan berpikir siswa
penerapan
belajar
IPS sebagai
motivasi siswa SD
tahapan-tahapan
untuk
inkuiri
BAB III
METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN
A.
METODE PENELITIAN
Sesuai
yang
ingin
dengan jenis permasalahan dan
dicapai,
yaitu
tujuan
mengembangkan
model
inkuiri sosial dalam pelajaran IPS SD, maka
metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
peneli
tian tindakan (action research).
Action
research
menggabungkan
ilmiah
dalam
serta
dalam
merupakan
antara
tindakan
rangka untuk
proses
penelitian
dengan
memahami
perbaikan.
Hal
prosedur
sambil
ini
combines
as
research
procedure,
substantive
it is action
act
in
process of improvement
Hopkins,
1993:44).
Pengertian
walaupun
perbaikan
seperti
action
di
atas
research
a
disciplined
by
while
reform
(David
menggambarkan,
bahwa
terlibat
tertentu, akan tetapi
penelitian
Action
with
enquiry, a personal attempt at understanding
engaged
ikut
seperti
diungkapkan David Hopkins yang menyatakan "
research
yang
pada umumnya
77
dalam
proses
tujuannya
adalah
yaitu
pemahaman
78
sesuatu.
John Elliot (1993: 49)
menyatakan:
fundamental aim of action research is to
"The
improve
rather than to produce knowledge".
Pernyataan
dasar
dari
action
pengetahuan
Artinya,
Elliot mempertegas, bahwa
dari
research
pada
adalah
memperbaiki
menghasilkan
pengetahuan.
action research tidak
penemuan
suatu
memperbaiki
tujuan
pengetahuan
menekankan
baru,
atau menyempurnakan
kepada
akan
tetapi
pengetahuan
yang
sudah ada.
Dalam
action
research
kurikulum
perbaikan
serta
yang
bidang pendidikan, lapangan
mencakup dalam
sekolah,
hal
pengembangan
pengembanghan
program sekolah dan
pekerjaan
profesional,
sistem
perencanaan
pengembangan kebljaksanaan. Hal ini
dikemukakan
action
Stephen Kemmis:"
In
research has been employed in
curriculum
school
development,
'improvement
planning
and
profesional
program,
education,
school-based
development,
and
policy development
seperti
systems
(David
Hopkins,
1993:44).
Pengembangkan
mata
pelajaran
bertujuan
untuk
model
IPS di SD
inkuiri
dalam
memperbaiki
sosial
dalam
penelitian
ini,
pengetahuan
guru
tentang
proses
belajar
mengajar
IPS
melalui
penerapan model inkuiri sosial sebagai usaha
meningkatkan
kualitas pengajaran IPS
yang
untuk
selama
ini dianggap sebagai suatu masalah dalam pendidikan
IPS
di SD. Oleh sebab itu, sesuai dengan
Kemmis
dan
sengaja
action
dari
David Hopkins,
dalam
juga
penelitian ini
pendapat
Elliot,
penulis
menggunakan
metode
research.
Elliot
yang mengutip model
action
research
Lewin,
berpandangan
action
research
bahwa
dilaksanakan seperti spiral yang berputar. Langkahlangkah
dan
dari mulai pengembangan
pelaksanaannya tidak akan
setelah selesai
ide,
terputus.
persoalan
Artinya,
melaksanakan suatu tindakan
lam langkah implementasi, peneliti akan
pada
perencanaan
baru yang
didapatkan
da
dihadapkan
dari
hasil
monitoring.
Elliot
menggambarkan
proses
pelaksanaan
action research seperti pada bagan 3 berikut ini.
IDENTIFYING
INITIAL IDEA
RECONNAISSANCE
(fact finding &analysis
GENERAL PLAN
ACTION STEPS 1
ACTION STEP 2
<
ACTION STEP 3
IMPLEMENT
ACTION STEPS 1
MONITOR IMPLEMENTATION
& EFFECT
'RECONNAISSANCE'
(explain any failure to
implement, and effects)
REVISE GENERAL
IDEA
4
AMANDED PLAN
ACTION STEPS 1
ACTION STEPS 2
IMPLEMENT NEXT
ACTION STEPS
ACTION STEPS 3
MONITOR IMPLEMENTATION
& EFFECT
"
'RECONNAISSANCE'
REVISE GENERAL
(explain any failure to
implement, and effects)
IDEA
I
X
AMANDED PLAN
ACTION STEPS 1
ACTION STEPS 2
IMPLEMENT NEXT
ACTION STEPS
ACTION STEPS 3
<
MONITOR IMPLEMENTATION
& EFFECT
'RECONNAISSAMCE'
(explain any failure to
implement, and effects)
BAGAN 3. Model Action Research versi Lewin yang direvisi
(John Elliot, 1993:71)
80
Dari
bagan di atas,
dapat
dijelaskan
proses pelaksanaan action research yang
kan
bahwa
dikembang
Lewin yang kemudian disempurnakan oleh
Elliot
terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:
a. Action research dimulai dengan
ide
mengidentifikasi
yang akan dijadikan kajian penelitian.
Ide
tersebut merupakan pernyataan dari keadaan
atau
situasi tertentu yang memerlukan perubahan
atau
peningkatan. Elliot mengatakan:" In other
words
the "general idea" refers to state of affairs or
situation
(Elliot,
b.
one wishes to change or
inmprove
on
1993:72).
Mengadakan
studi pendahuluan
(reconnaissance).
Pada langkah ini ada dua hal yang harus dikerjakan. Pertama menggambarkan fakta
fact
of
sesuai
ide
the situation)
yang ada
dengan masalah yang
yang
dijadikan
(Decribing the
kajian
di
lapangan
berhubungan
penelitian.
adalah
menjelaskan fakta melalui analisis
cermat
sebagai
bahan pertimbangan
masukan dalam penyusunan perencanaan
atau
Kedua
yang
bahan
penelitian
(Explaining the facts of the situation).
81
dengan
c. Menyusun
hasil
perencanaan secara umum sesuai
studi
general
pendahuluan
(Constructing
Dalam
ini
plan).
mengembangkan
dengan
langkah
the
peneliti
tindakan-tindakan apa yang
harus
dilakukan sesuai denga masalah penelitian.
d. Mengimplementasikan
tindakan
sesuai
dengan
perencanaan yang telah disusun. Selama
pelaksa
naan tindakan dilakukan monitoring dan
evaluasi
sebagai bahan perbaikan dan pengembangan.
e. Menjelaskan berbagai
pengaruh
yang
kelemahan,
timbul
masalah
berdasarkan
atau
hasil
monitoring selama implementasi berlangsung, yang
digunakan sebagai bahan perbaikan.
f. Melakukan perbaikan dan menyusun rencana
selan
jutnya.
g. Mengimplementasikan
kembali
tindakan
sesuai
dengan perencanaan yang telah direvisi
(kembali
ke langkah "d").
B.
PROSEDUR/TAHAPAN
PENELITIAN
Sesuai dengan metode penelitian yang
nakan
Action
Research, serta
mengadaptasi
menggu
model
pengembangan metode action research yang dikembang
kan
Elliot, maka prosedur atau
langkah-langkah
penelitian yang diterapkan seperti tergambar
bagan 2 di bawah ini.
dalam
PRA SURVEY
draf/prencanaan
MODEL 1
EVALUASI/
MONITORING
DRAFPERENCANAAN
MODEL2
EVALUASI/
MONITORING
DRAF/PERENCANAAN
MODEL 3
1.
Topik
1. Topik
1. Topik
1. Topik
l.Topilc
2.
Tujuan
2. Tujuan
2. Tujuan
2. Tujuan
2. Tujuan
3. KBM
- Aktivitas guru
- Aktivitas siswa
3. KBM
3. KBM
3. KBM
4. Alat dan
4. Alat dan Sumber
4. Alat dan Sumber
4. Alat dan Sumber
5. Evaluasi
5. Evaluasi
5. Evaluasi
3. KBM
- Aktivitas guru
- Aktivitas siswa
4. .Mat dan Sumber
• Aktivitas guru
• Aktivita« guru
• AJdiviUi gui u
• Aktivitas siswa
- Aktivitas siswa
• Aktivitas siswa
Sumber
5. Evaluasi
5. Evaluasi
DST
BAGAN 4. Tahapan Penelitian
CD
84
Sesuai
dengan
bagan di atas,
maka
tahapan
atau prosedur penelitian dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Mengadakan survey pendahuluan
Survey pendahuluan dilakukan untuk mengumpulkan
data yang dianggap penting sesuai dengan tujuan
dan fokus penelitian.
Data-data
yang ingin dikumpulkan
dalam
survey
pendahuluan ini adalah:
a. Faktor guru, yang menyangkut pandangan
tentang IPS dan konsep
guru
Inkuiri.
b. Faktor Siswa, yang menyangkut kondisi
karakteristik siswa dalam
dan
pelajaran IPS.
c. Proses Belajar Mengajar IPS yang
berlangsung
selama ini, yang menyangkut:
1) Metoda mengajar yang digunakan oleh guru;
2) Alat dan sumber pelajaran yang digauanak
oleh guru selama ini;
3) Sistem
evaluasi
yang
digunakan
dalam
proses belajar mengajar IPS selama ini.
d. Fasilitas atau sumber belajar yang tersedia,
yang menyangkut:
1) Bahan cetakan/grafis
2) Media tiga dimensi
3) Media elektronik/yang diproyeksikan.
85
e. Iklim
sosial/psikologis
di
lingkungan
sekolah.
2. Menyusun
draf awal/model 1 bersama guru
memperhatikan
data
sesuai dengan
dengan
hasil
studi
pendahuluan.
3. Mengimplementasikan
draf awal/model 1 oleh guru
IPS. Selama implementasi berlangsung,
observasi
perbaikan.
sebagai
umpan
dilakukan
balik
Hal-hal yang diobservasi itu
untuk
adalah
tentang:
a) faktor
kemampuan
sesuai
guru
menerapkan
inkuiri
dengan perencanaan, yang menyangkut
kemampuan sebagai perencana, sebagai
pembuka
pelajaran, sebagai penanya, sebagai pengelola
dan sebagai evaluator.
b)
faktor
siswa
aktivitas
motivasi
belajar
dalam setiap tahapan inkuiri,
serta
kemampuan
yang
dan
berhubungan
dengan
proses
pemecahan masalah, seperti kemampuan bertanya
dan
keberanian
siswa
mngemukakan
pendapat
yang relevan dengan topik permasalahan.
86
4. Bersama-sama
yang
guru
didasarkan
melakukan diskusi
kepada
hasil
perbaikan
observasi/
monitoring selama PBM berlangsung.
5. Menyusun draft /model 2 bersama guru.
6. Mengimplementasikan draft /model 2 seperti
yang
telah dilakukan pada langkah sebelumnya.
7. Mengevaluasi draf/model 2
8. Dan seterusnya (kembali ke implementasi).
C.
METODE PENGUMPULAN DATA
Metode atau teknik pengumpul data yang
digu
nakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan fokus
masalah
dan pertanyaan penelitian
yang
diajukan,
yaitu:
1.
Wawancara (interview)
ini
Interview
atau wawancara
digunakan
untuk
khususnya untuk fokus
dalam
penelitian
mengumpulkan
informasi,
masalah 1 tentang
pendangan
guru mengenai inkuiri sosial dalam pengajaran IPS.
Jenis interview yang digunakan adalah
view
yang
tidak berstruktur atau
menghendaki
dimaksudkan
pandangannya
jawaban
agar
secara
sumber data
sesuai
dengan
interview
terbuka.
dapat
Hal
pendapatnya
Oleh ^ebab itu dalam proses
pulan
untuk
mendapatkan
yang
ini
mengemukakan
dengan bebas.
data,
inter
informasi
sendiri
pengum-
yang
87
lengkap, peneliti terlebih dahulu menentukan pokokpokok pertanyaan sesuai dengan topik masalah.
2. Pengamatan (observasi)
Pengamatan (observasi) merupakan metode
atau
teknik pengumpulan data yang digunakan dalam proses
implementasi model.
Beberapa
observasi
teknik
alasan
pokok
menggunakan
sebagai pengumpul data
observasi yang didasarkan
langsung,
adalah
pada
dianggap sebagai alat yang
mengetes
teknik
pertama,
pengalaman
ampuh untuk
sesuatu kebenaran atau untuk
melihat
kenyataan yang sebenarnya.
Kedua,
dan
teknik
mengamati
pengamatan dengan
sendiri tentang
melihat
kemampuan
guru
yang sebenarnya memungkinkan untuk dapat memperoleh
data secara obyektif.
Ketiaa.
mencatat
pengamatan
memungkinkan
peristiwa atau kejadian
penting
peneliti
sebagai
bahan masukkan untuk perbaikan penampilan guru.
Keftmpat.
peneliti
komplek.
mampu
teknik
pengamatan
memungkinkan
mengerti situasi yang rumit
dan
88
Kelima.
teknik
dalam kasus-kasus
tertentu
dimana
komunikasi lainnya tidak dimungkinkan
pengamatan
dapat
menjadi
alat
yang
maka
sangat
bermanfaat.
3. Analisis Dokumen (Document Analisys).
Analisis dokumen digunakan untuk mengumpulkan
berbagai informasi khususnya untuk melengkapi
dalam rangka studi pendahuluan atau untuk
pertanyaan
data
menjawab
penelitian mengenai pelaksanaan
proses
belajar mengajar belajar IPS selama ini.
4. Video recordings (Rekaman video)
Rekaman
Video
digunakan
sebagai
alat
observasi untuk melihat perkembangan kemampuan guru
dalam
menerapkan model inkuiri. Dengan mengguna
kan rekaman video, memungkinkan guru dapat
kelemahan-kelemahannya sendiri dalam
tasikan
model
sebagai
implementasi berikutnya.
juga
bahan
mengimplemen
perbaikan
peristiwa
berlangsung
rekaman.
dengan
untuk
Selain itu, rekaman voideo
digunakan untuk menganalisis lebih
setiap
melihat
penting
cara
selama
memutar
mendetail
implementasi
ulang
hasil
4. Triangulasi.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan
data
luar
yang memanfaatkan sesuatu yang
data
sebagai
itu
untuk
keperluan
pengecekan
pembanding terhadap data itu.
digunakan
baik
untuk
survey
lain
di
atau
Triangulasi
pendahuluan
maupun
untuk keperluan monitoring.
Triangulasi
dilakukan
dengan
membandingkan data yang diperoleh melalui
cara
beberapa
teknik. Hal ini diperlukan untuk menentukan akurasi
data yang diperoleh.
5.
Catatan harian (Diaries)
Catatan
harian
digunakan
sebagai
monitoring
atau observasi baik selama
action
research
pengembangan
model
guru, maupun
berlangsung
inkuiri
yang
alat
pelaksanaan
yaitu
tentang
dilakukan
oleh
untuk mengumpulkan data dalam studi
pendahuluan.
D. TEKNIK ANALISIS DAN PENAFSIRAN DATA
Analisis data dalam penelitian ini
dilakukan
dengan menggunakan pendekatan kualititatif. Hal ini
disesesuaikan
dengan jenis
model
sosial dalam pelajaran
inkuiri
masalah
pengembangan
IPS
di
SD
90
serta
metode
penelitian
"action
research"
yang
lebih menekankan kepada proses daripada hasil.
Dalam
penelitian
penafsiran
kualitatif,
analisis
data merupakan proses yang tidak
dan
dapat
dipisahkan (Maleong, 1988 : 182). Oleh karena
itu,
dalam
data
penelitian ini analisis dan penafsiran
dilakukan
secara
bersama-sama dan
terus
menerus
sampai berhasil menemukan model inkuiri sosial yang
dianggap memadai sesuai dengan tujuan penelitian.
Langkah-langkah
analisis
dan
yang dilakukan dalam
penafsiran
data
proses
adalah
sebagai
berikut:
1. Menelaah seluruh data yang tersedia dari
gai sumber data yaitu hasil wawancara,
berba
dokumen-
tasi, hasil observasi dan catatan harian.
2. Membuat
dari
abstraksi
atau membuat rangkuman
hasil analisis atau penelaahan
inti
data
dari
setiap sumber atau teknik pengumpulan data
yang
digunakan.
3. Menyusun
sesuai
satuan-satuan atau katagorisasi
dengan
dipertanyakan.
pokok
permasalahan
data
yang
91
4. Mengadakan
pemeriksaan
membandingkan
hasil
dari
keabsahan data dengan
setiap
teknik
yang
digunakan (triangulasi).
5. Membuat
interpretasi
data dengan
melihat
hubungan antar aspek.
D.
LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
1.
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah
Dasar
Negeri Pakuwon II Sumedang kelas 5, catur wulan 1.
Pemilihan
oleh
alasan
lokasi ini bukan
saja
didasarkan
teknis, akan tetapi
juga
didasarkan
kepada kenyataan bahwa sekolah ini merupakan
satu sekolah induk yang ada di Kabupaten
salah
Sumedang.
Dengan demikian diharapkan sekolah ini akan menjadi
model
dalam menerapkan inkuiri sosial
dalam
mata
pelajaran IPS di sekolah.
2. Waktu Penelitian
Sesuai
ini
sampai
bahwa
penelitian
1,
maka
pelaksanaan akan dimulai sekitar bulan
Juli
akan
waktu
dengan perencanaan
dilaksanakan pada catur
September
terlampir).
1997
wulan
(jadwal
penelitian
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Salah
satu
kritik yang
sering
muncul
kepermukaan terhadap pengajaran IPS di SD selama
ini adalah adanya kecenderungan proses belajar
mengajar yang terlalu berorientasi kepada materi
pelajaran, dengan guru berperan sebagai penyampai
informasi dan siswa sebagai penerima informasi.
Menurut para ahli pendidikan IPS, pola mengajar
yang demikian tidak akan dapat mengembangkan kemam
puan berpikir siswa yang sangat diperlukan dalam
menghadapi tantangan dan kebutuhan seiring dengan
pola kehidupan masyarakat yang sangat cepat berubah
sebagai akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Model inkuiri sosial yang dikembangkan dalam
penelitian ini yang menempatkan peran guru tidak
sebagai
penyampai informasi, akan tetapi sebagai
pembimbing siswa untuk menggali informasi melalui
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dapat menjawab
1-7 /
/ o
kekhawatiran
di
atas.
Berdasarkan
hasil
yang
diperoleh ternyata dengan menggunakan model inkuiri
sosial dalam pelajaran IPS, dapat merangsang
siswa
berpikir menggunakan kemampuan intelektualnya.
Model
penelitian
melalui
inkuiri
ini
yang
dikembangkan
menggunakan
pola
diskusi terbimbing, yang
tersebut
seutuhnya
pemecahan
masalah
yang
sederhana
dalam
diskusi
berorientasi
melalui
dalam
kepada
langkah-langkah
sistematis. Inilah yang membedakan model
sederhana
proses
yang dikembangkan dalam
yang
inkuiri
penelitian
ini
dengan pola inkuiri sederhana yang lain. Dalam pola
inkuiri sederhana yang lain seperti yang dikembang
kan
oleh Clark yang dinamakan "the
guided discussion" atau "Guided
yang
dikembangkan
diarahkan
masalah
Dengan
pada
untuk
oleh
controlled
Inquiry" seperti
Sound,
siswa
menjawab
demikian keterlibatan siswa
tersebut;
menemukan jawaban
sedangkan
model
dalam
penelitian ini siswa
dari
mulai
perumusan
terbiasa
perumusan
kesimpulan
hanya
pertanyaan
yang sudah jadi yang diajukan
proses
hanya
dari
yang
masalah
dari
oleh
guru.
terjadi
permasalahan
dikembangkan
sepenuhnya
dengan
or
dilibatkan
sampai
harapan
kepada
agar
berpikir sistematis dan logis serta
siswa
peka
178
terhadap permasalahan-permasalahan
sosial.
Dengan
demikian
inkuiri
yang
kesederhanaan
dikembangkan
pada
model
dalam penelitian ini
tahapan
permasalahan
terletak
inkuirinya akan tetapi
dan
proses pemecahannya
pada
jenis
yang
tidak
menuntut
siswa untuk mengadakan pengamatan
langsung
di
didasarkan
lapangan.
Proses
bukan
pemecahan
kepada pengalaman siswa yang
secara
masalah
ditunjang
oleh sumber-sumber pelajaran yang tersedia
seperti
buku-buku pelajaran, peta atau gambar.
Sesuai dengan pokok pertanyaan penelitian, di
bawah
ini
disajikan
perencanaan,
secara
utuh
tentang
pola belajar mengajar,
model
evaluasi
dan
hasil yang diperoleh siswa. Untuk melengkapi kesim
pulan,
selanjutnya
inkuiri
yang
dijelaskan
dikembangkan dengan
hubungan
model
kondisi
sistem
pendidikan kita yang berlaku dewasa ini.
1. Model perencanaan mengajar yang bertumpu
kepada
inkuiri sosial.
Model
perencanaan pengajaran yang
bertumpu
kepada inkuiri sosial, dan
DALAM PELAJARAN IPS DI SD
TESIS
Diajukankepada Panitia Ujian
untukmemenuhi sebagian syarat penyelesaiaii studi
ProgramS2 ProgramStudiPengembangan Kurikulum
PascasarjanalKIP Bandung
Oleh:
Wina Sanjaya
MM: 9596132
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1998
DISETUJUIOLEH:
Prof Dr. H. NANA SYAODIH SUKMADINATA
, Pembimbing I
Dr. R. IBRAHIM, MA
Pembimbing II
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1998
Untuk:
Iatriku,
Lin Guatinl, S.Pd.
dan Ketlga anaku, Rlaaa San Rizqiya,
Diena San Fauzlya, Dzlkrl F. San Flrdauaya
RINGKASAN
Salah
satu
masalah
yang
dihadapi
dalam
pelajaran IPS adalah adanya kecenderungan pengelolaan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru
lebih beroerientasi kepada proses menghapal materi
pelajaran dengan pola
komunikasi satu arah
yaitu dari guru kepada siswa.
Akibatnya muncul
berbagai kritikan yang menganggap pelajaran IPS
tidak
merangsang atau tidak melatih kemampuan
siswa untuk
berpikir; atau adanya anggapan yang
memandang IPS sebagai
pelajaran
"kelas dua"
yang lebih mudah dipelajari
dibandingkan dengan
pelajaran lain.
Dengan menggunakan metoda 'Action Research"
di Kelas 5 Sekolah Dasar Negeri Pakuwon 2 Kecamatan
Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang, penelitian ini
berusaha mengembangkan kegiatan belajar mengajar
dalam pelajaran IPS di SD yang lebih menekankankan
kepada proses berpikir atau proses pemecahan masa
lah melalui model inkuiri sosial
sederhana, yang
difokuskan pada masalah pengembangan model perenca
naan
mengajar yang bertumpu kepada
model
inkuiri
sosial,
penerapan proses belajar mengajar sesuai
dengan perencanaan mengajar yang disusun,
serta
pengembangan model evaluasi pengajaran IPS yang
bertumpu kepada model inkuiri sosial untuk
melihat
keberhasilan dan peningkatan kemampuan siswa.
Dengan
mempertimbangkan
hasil
studi
pendahuluan (pra survey) serta memperhatikan kemam
puan guru dan siswa selama proses pengembangan,
maka pengembangan model perencanaan terdiri dari
empat komponen pokok yaitu
tujuan pembelajaran,
komponen kegiatan belajar mengajar, alat dan sumber
pelajaran
serta
komponen
evaluasi.
Dalam
pengembangan
kegiatan belajar mengajar
sesuai
dengan pola perencanaan yang dikembangkan terdiri
dari
langkah-langkah orientas, perumusan masalah,
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data,
menguji
hipotesis dan merumuskan kesimpulan.
Sedangkan,
model evaluasi, sesuai dengan hakekat pengajaran
inkuiri, berfungsi untuk mengumpulkan data tentang
kemampuan siswa melakukan kegiatan belajar pada
setiap tahapan
inkuiri.
Berdasarkan
hasil
monitoring
dengan
menggunakan
rekaman video dan pedoman observasi
yang dilaksanakan secara terus menerus setiap kali
implementasi,
ditemukan
6
prinsip
pokok
pengembangan
dalam pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar
yaitu
prinsip
pemahaman model,
pengkondisian atau orientasi, prinsip bertanya, prinsip
menghargai dan reinforcement, prinsip keterbukaan
dan prinsip
individual.
Dengan menggunakan prinsip-prinsip tersebut
dalam
proses
pengembangan
model
terjadi
kecenderungan
aktivitas belajar
siswa
semakin
meningkat,
tumbuhnya
keberanian
siswa
untuk
bertanya,
menjawab,
dan mengeluarkan
pendapat,
tumbuhnya
sikap siswa menjadi lebih toleran dan
menghargai
pendapat orang lain serta meningkatnya
kemampuan berbahasa siswa secara lisan.
Sesuai
dengan hakekat inkuiri sosisal yang
lebih
menekankan kepada proses belajar
untuk
mengembangkan kemampuan berpikir siswa, maka model
inkuiri
yang dikembangkan
ini
akan
berhasil
pelaksanaannya manakala keberhasilan
pendidikan
tidak hanya diukur
dari
kemampuan siswa untuk
menghapal
materi pelajaran. Oleh sebab
itu dalam
sistem pendidikan kita yang berlaku sekarang,
yang
kualitas
keberhasilannya
diukur
dari
rata-rata
siswa memperoleh Nilai Ebtasa Murni (NEM), walaupun
secara
empiris lebih bermakna,
inkuri sosial
sulit berkembang karena guru tidak akan
berusaha mengembangkannya.
VI
akan
sepenuhnya
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan
dasar
diselenggarakan
untuk
mengembangkan sikap dan kemampuan serta
memberikan
pengetahuan dan keterampilan dasar yang
diperlukan
untuk
hidup dalam masyarakat
peserta
didik
mengikuti
nomor
2
Peraturan
yang
memenuhi
pendidikan
tahum
serta
1989,
mempersiapkan
persyaratan
menengah
pasal
(Undang-undang
13).
Pemerintah nomor 28 tahun
Pendidikan
Dasar
untuk
mempertegas
Selanjutnya
1990
tentang
kembali
bahwa
pendidikan
dasar bertujuan untuk memberikan
bekal
kemampuan
dasar
untuk
kepada
pererta
didik
mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota
masyarakat, warga negara, dan anggota umat
serta
mempersiapkan peserta didik untuk
manusia
mengikuti
pendidikan menengah.
Pernyataan di atas menunjukkan, paling
terdapat
pendidikan
dua
sasaran yang harus
ini.
Pertama kehidupan
kedua
jenjang
sekolah yang
Kehidupan
masyarakat
yang terus
dengan kemajuan ilmu pengetahuan
dicapai
tidak
lembaga
masyarakat
ada
di
atasnya.
berubah
„dan
dan
seiring
teknologi,
menuntut
pendidikan
menyelaraskan
dasar
dan
selamanya
mengantisipasi
harus
perubahan
tersebut,
agar materi dan pengalaman belajar
diberikan
di sekolah
kehidupannya.
masyarakat,
Oleh
sesaat,
sebab
dalam
untuk
arti
melek
huruf
pengetahuan
saja,
yang
menjadikan
dan
menjadi
memiliki
pengetahuan
dalam arti kurang dapat membantu mewujudkan
kemandiriannya.
Lulusan SD
huruf, dalam arti melek
(thinking
disebut
literacy)
melek
(Conny R.
harus menjadi
teknologi dan melek fikir
yang
kebudayaan
keseluruhannya
("cultural
jenjang
mutu
lain,
juga
halnya
dengan
yang ada di atasnya,
ini merupakan dasar yang
jenjang
tinggi
pendidikan
mengandung
menjadi
pendidikan berikutnya.
atau rendahnya
sasaran
kualitas
oleh
demikian,
dasar
kualitas
pendidikan
dalam skala yang lebih
akan
mempengaruhi
kualitas
kata
pendidikan
ditentu-
dasar.
luas
arti
penentu
Dengan
pada jenjang sekolah menengah akan sangat
kan
juga
literacy")
mempersiapkan lulusan untuk melanjutkan
lembaga
melek
Semiawan 1992:12).
Demikian
ke
bekal
kehidupan
fungsi SD tidak semata-mata
keluarannya
segumpalan
bermanfaat
yang
Dengan
pendidikan
sumber
daya
manusia.
dan
bangsa Indonesia
(Udik
Budi
Wibowo
1991).
Oleh
dasar,
karena
begitu
pentingnya
pendidikan
setelah dengan kebijaksanaannya
pemerintah
berhasil
meningkatkan angka
dasar
hingga
99%
(aspek
meningkatan kualitas
merupakan
salah
partisipasi
sekolah
pemerataan),
maka
pendidikan pada jenjang ini
satu prioritas
dalam
pelita
VI
(Garis-garis Besar Haluan Negara 1993).
Masalahnya
sekarang, bagaimana
meningkatkan
kualitas pendidikan dasar itu?
Sebagai
dasar
itu,
suatu
sistem,
kualitas
pendidikan
ditentukan oleh banyak komponen. Oleh
untuk
dimulai
dengan
tersebut.
bahwa
memperbaiki kualitas
memperbaiki
Rochman Natawijaya
unsur
sistemik
tersebut,
sebab
harus
komponen-komponen
(1992)
yang
mengemukakan
dapat
memberikan
kontribusi kepada kualitas pendidikan (khususnya di
sekolah
dasar)
sekurang-kurangnya
mencakup:
kurikulum dan materi pengajarannya, guru dan tenaga
pendidikan
prasarana
lainnya,
penunjang,
anak
proses
didik,
sarana
belajar
dan
mengajar,
sistem penilaian, bimbingan kepada anak didik,
pengelolaan
mutu
program
pendidikan
pendidikan.
di
sekolah
Upaya
secara
dan
perbaikan
tuntas
sekurang-kurangnya
unsur-unsur
harus menyentuh perbaikan
tersebut
seyogyanya
dilakukan
setidak-tidaknya
Perbaikan
di
atas.
secara
pada
Perbaikan
itu
menyeluruh,
dirancang
secara
pada salah satu unsur saja
atau
sistemik.
belum
tentu
menghasilkan perbaikan seluruh sistem apabila tidak
dirancang
secara sistemik. Akan tetapi,
kelemahan
pada satu unsur cenderung merusak seluruh sistem.
Selanjutnya
juga
dalam
menyatakan,
semua
Selain
unsur
itu
sumber yang
penanganan
sangat
memerlukan
serempak
sulit
untuk
biaya yang sangat
memerlukan
perhatian yang sangat
sebab
itu
perbaikan itu terpaksa
salah
satu
unsur yang dianggap
kontribusi
yang
beliau
terhadap
dilakukan,
besar,
juga
terpencar.
Oleh
dilakukan
pada
dapat
yang
dianggap memiliki kontribusi yang tinggi dan
perlu
perhatian
besar.
memberikan
Komponen
mendapat
sangat
sama
itu
diantaranya
adalah
komponen proses belajar mengajar.
Komponen
hubungannya
tombak
Beberapa
suatu
dan
proses
dengan
belajar
kemampuan guru
pengembang
kurikulum
mengajar
erat
sebagai
ujung
di
ahli menyatakan bahwa betapapun
kurikulum
(official),
hasilnya
lapangan.
bagusnya
sangat
tergantung
dalam
pada
kelas
memegang
maupun
apa yang dilakukan oleh
(actual).
peranan
penting
pelaksanaan
Sukmadinata,
Dengan
baik
guru
demikian,
dalam
kurikulum
di
guru
penyusunan
(Nana
Syaodih
1997:194).
Kritik
yang
sering
muncul
sehubungan
dengan
proses
belajar
dilakukan
guru,
adalah
adanya
ke
permukaan
mengajar
yang
kecenderungan
pengelolaan belajar mengajar dengan pola komunikasi
yang searah. Artinya, dalam setiap kegiatan belajar
mengajar,
guru memandang siswa sebagai objek
harus
diisi
Proses
belajar mengajar tidak atau kurang
sang
dengan
berbagai
siswa untuk berpikir.
Sartono
yang
informasi.
merang-
Kartodiredjo
(1991) melontarkan kritikannya, bahwa pendidikan di
sekolah
dasar
di Indonesia
telah
daya kritis anak;
kreativitas
dan
verbalisme
makin
menyapu
semua
sementara
merajalela. Pendidikan di
itu
SD
sangat mencekam dan mencekik, serta memprihatinkan,
karena
memompa
otak
dengan kata-kata dan
Kritik
muncul
menimbun
otak
bukan pengertian.
semacam itu memang sudah
kepermukaan.
terutama
dan memori,
Permasalahan
berhubungan
dengan
sejak
lama
efesiensi
yang
penyelenggaraan
pendidikan
erat
serta
kaitannya
pendidikan
akhirnya
relevansi pendidikan
dengan masalah
dengan
bermuara
kebutuhan
yang
juga
penyesuaian
hasil
masyarakat,
pada
pada rendahnya
kualitas
hasil
proses belajar mengajar.
Lemahnya kualitas proses belajar mengajar
sekolah
dasar,
terjadi pada hampir
pelajaran,
lebih-lebih
untuk
Pengetahuan
Sosial (IPS).
Studi
seluruh
mata
pelajaran
kualitas
di
Ilmu
tentang
pendidikan IPS menunjukkan beberapa kelemahan, baik
dilihat
dari
antara
lain
pendekatan
proses
proses maupun
dalam
dari
aspek
belajar,
metodologis
dimana
menguasai
seluruh
ekspositoris sangat
belajar
hasil
(Somantri, 1987).
Akibatnya,
dianggap sebagai mata pelajaran hapalan yang
menantang
siswa
menemukan
untuk
berpikir.
adanya kecenderungan di
(1990)
kalangan
siswa
ini
IPS
merupakan
bidang
studi yang menjemukan dan kurang
menantang
belajar,
sebagai
didik
bahwa
tidak
dewasa
minat
yang menganggap
Pelly
IPS
bahkan lebih dari
itu,
pelajaran "kelas dua", baik
maupun oleh orang tua mereka.
dipandang
oleh
peserta
Kecenderungan
itu diduga disebabkan oleh lemahnya proses belajar,
yang
menurut
Supardjo
(1990),
IPS
vbelum
mampu
membangkitkan
belajar
IPS,
budaya
belajar
pada
dalam kontek ini diartikan
bukan
melainkan
hanya
dipandang
dari
Budaya
bahwa
"what
to learn". Dengan
"how
seyogyanya
menyangkut
anak.
to
kata
aspek
belajar
learn"
lain
IPS
instrumenalnya
yaitu "learning to learn".
Berdasarkan beberapa kritik yang
berhubungan
dengan rendahnya kualitas belajar mengajar IPS yang
dilakukan
oleh
pembelajaran
memadai
guru,
IPS
agar
maka
yang
selanjutnya
bagaimana
yang
dapat mengembangkan
model
dianggap
budaya
belajar
siswa?
Hamid
tuntutan
Hasan (1996 : 17)
untuk
menjelaskan,
kemampuan
mengembangkan
bahwa
berpikir
tingkat tinggi merupakan suatu tuntutan yang
dijawab
sosial
dan
di
oleh
pendidikan
masa mendatang. Mungkin
demikian,
pendidikan
kebosanan
di emban
keluhan
para
siswa
sosial
hanya
akan
dalam
Selanjutnya
belajar akan
beliau
juga
kemampuan
belajar
berpikir
pendidikan
tinggi,
sosial
cara
belajar
ditandai
mampu
tingkat
ilmu
bahwa
menyatakan
pendidikan ilmu-ilmu sosial
ilmu-ilmu
dengan
dapat
harus
dengan
dihapuskan.
bahwa
jika
mengembangkan
keberhasilan
mungkin
akan
ditandai
dengan
menyelesaikan
dihadapkan
sudah
berbagai
harus
peserta
masalah
kepada mereka.
memang
sesuatu
kepuasan
didik
dalam
sosial
yang
ilmu
sosial
Pendidikan
membenahi
dirinya
yang merangsang siswa dalam
menjadi
berpikir
dan
memecahkan masalah sosial dan akademik.
Pernyataan
di
atas
mengisyaratkan
bahwa
proses belajar mengajar yang memadai untuk IPS agar
dapat
menunjang
lembaga
adalah
ketercapaian
tujuan
pendidikan (khususnya
pendidikan
siswa untuk
berpikir
yang sesuai dengan harapan
pendekatan
Cara
Belajar Siswa Aktif
mulai
diperkenalkan
1975.
CBSA,
sejak
untuk
kualitas belajar mengajar dengan
secara
optimal.
pengelolaan
mengutamakan
emosional)
kegiatan
belajar
keterlibatan
siswa
yang
sudah
kurikulum
meningkatkan
melibatkan
sebagai
pemberian
kepada. pengalamannya
(Setijadi,
siswa
dalam
yang
(intelektual-
pebelajar
makna
di
mengajar
mental
belajar, sesuai dengan
merupakan
adalah
CBSA adalah pendekatan
kegiatan
tinggi.
itu
berlakunya
diperkenalkan
mengem
tingkat
Pendekatan
fungsi
dasar),
proses belajar mengajar yang dapat
bangkan
yang
dan
di
hakekat
oleh
1992:26).
dalam
belajar
pebelajar
Walaupun
CBSA
lama kepada para guru
sudah
diperkenalkan
melalui
sejak
penataran-penataran
dan pelatihan-pelatihan, akan tetapi pelaksanaannya
di
lapangan
sedikit
yang
masih sangat kurang.
yang
hanya
Hasil
tidak
salah persepsi tentang hakekat CBSA,
dilihat dari aktifitas
penelitian
walaupun
Bahkan
Setijadi
secara
(1992)
fisik.
menunjukkan,
sebagian besar guru-guru SD (96%)
mendengar
istilah
CBSA,
akan
pernah
tetapi
praktiknya di dalam kelas hampir tidak
dalam
menunjukkan
penerapannya. Dengan demikian, penerapan CBSA perlu
mendapat
pembenahan
keterlibatan
belajar
anak
untuk
dengan
secara
fokus
aktif
memperoleh
mewujudkan
dalam
proses
kebermaknaan
belajar,
dalam
rangka mengembangkan prakarsa dan
kreativi-
tas,
serta
kemampuan
belajar
untuk
belajar
(R.Ibrahim, 1992).
Dalam
pengajaran
adalah
pengajaran
yang
IPS,
salah
bertumpu kepada
pengajaran
inkuiri.
satu
model
pendekatan
Penerapan
inkuiri
diarahkan agar siswa tidak hanya memamahami
gai
berba
konsep akan tetapi lebih dari itu, yaitu.
siswa
menguasai
pendidikan
keterampilan
keterampilan
berpikir
metodologis
CBSA
agar
melalui
keilmuan
(Hasan,
1996).
Hal
ini
juga
dikemukakan
oleh
Jarolimek: "If we want children to develop critical
habits of tought, to search for data independently,
to
able to form hypotheses and test them,
inquiry
we
teaching strategies (John Jarolimek
use
1977:
38).
Dalam
teknologi
membawa
perkembangan
ilmu
pengetahuan
yang sangat cepat, yang pada
perubahan sosial budaya
kemudian
orang
"globalisasi",
menamakannya
penerapan
dengan
dasar,
mendesak.
Hal
merupakan
untuk
pendidikan
tuntutan
ini disebabkan
yang
istilah
sosial
pelajaran IPS termasuk pada jenjang
tingkat
gilirannya
masyarakat,
inkuiri
dan
bukan
yang
saja
sangat
dengan
inkuiri sosial yang menekankan kepada proses berpi
kir
dapat
mengahapuskan kesan bahwa
IPS
sebagai
pelajaran hapalan, akan tetapi juga inkuiri sebagai
suatu
strategi
mengembangkan
memecahkan
dalam
(sosial),
mengambil
dan mandiri (Kosasih
benar-benar
IPS
sikap dan keterampilan
permasalahan
keterampilan
obyektif
dalam pengajaran
dibutuhkan untuk
agar dapat berperan aktif
dalam
yang
dapat
siswa
dalam
mengembangkan
keputusan
Djahiri,
membekali
kehidupan
secara
1984),
siswa
sosial
l:
masyarakat
serta
untuk
melatih
berpikir
agar
dapat melanjutkan pendidikan ke tingkat yang
lebih
tinggi. Hal ini sangat penting, seperti dikemukakan
Fakry
Gaffar,
bagaimana
bahwa
membantu
mengembangkan
pendidikan berpikir
peserta
didik
supaya
masalah
Seharus-
"learning" itu isinya "thinking", akan
tidak
di
dapat
daya fikirnya dalam melihat
sosial, amat penting untuk diaplikasikan.
nya
yaitu
hanya "thinking",
"values" juga mesti
dalamnya (Suwarma Al
Muchtar
baiki mutu proses belajar mengajar dalam
yang
akhirnya
selama
ini dianggap
dapat
meningkatkan
masuk
:1991).
penerapan inkuiri sosial, diharapkan dapat
IPS
tetapi
lemah,
Dengan
memper
pelajaran
yang
kualitas
pada
hasil
pendidikan.
Dalam
kurikulum pendidikan dasar 1994
dije-
laskan bahwa mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS)
di
pengetahuan
kenyataan
SD
berfungsi
untuk
dan keterampilan dasar
sosial
yang
kehidupan sehari-hari.
mengembangkan
untuk
dihadapi
melihat
siswa
dalam
Ini berarti bahwa IPS di
SD
tidak berorientasi kepada disiplin ilmu akan tetapi
berarientasi
Oleh
sebab
didasarkan
kepada kehidupan
itu,
walaupun
sosial
pelajaran
kepada bahan kajian ekonomi,
masyarakat.
IPS
di
SD
geografi,
sosiologi,
antrpologi,
tata negara
dan
sejarah,
akan tetapi seluruh bahan kajlan itu tidak
kan
secara terpisah,
terintegrasi
diajar-
akan tetapi diberikan
melalui topik-topik
"expanding
secara
tertentu
menggunakan
prinsip
menurut
kurikulum bahan kajian IPS SD
dengan
community"
atau
diorga-
nisasikan mulai dari bahan pelajaran yang dekat dan
sederhana
di sekitar anak ke yang lebih
luas
dan
komplek (Kurikulum Pendidikan Dasar 1994).
Berdasarkan karakteristik IPS tersebut,
inkuiri
lebih
sosial yang merupakan model mengajar
menekankan atau berorientasi
berpikir
pelajaran
dibandingkan
berdasarkan
kepada
kepada
ilmu,
yang
proses
penguasaan
disiplin
maka
meteri
dianggap
sebagai salah satu model yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kualitas pelajaran IPS di SD.
Atas
dasar latar belakang di
action research,
atas,
melalui
penulis ingin mengembangkan
inkuiri sosial dalam pelajaran IPS di SD.
model
B.
PARADIGMA TEORITIS DAN KAJIAN HASIL
PENELITIAN
TERDAHULU YANG RELEVAN
1. Paradigma teoritis
Menurut
Bogdan dan Biklen,
paradigma
adalah
kumpulan-longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang
bersama,
konsep
atau proposisi
yang
mengarahkan
cara berpikir dan penelitian (Lexi J. Maleong,
1988
: 26).
Berlandaskan
paradigma
menentukan
pada
teoritis
pokok
pengertian
disusun
masalah
sebagai
yang
di
atas,
dasar
diteliti
untuk
sesuai
dengan topik masalah.
Sebagai suatu sistem, proses pembelajaran IPS
di SD dapat dipengaruhi oleh beberapa komponen yang
saling terkait satu sama lain. Untuk
fikasi
komponen
dalam
pengajaran
bagan 1.
atau
aspek-aspek
IPS di SD,
dapat
mengidentiyang
terlibat
dilihat
pada
U
TUJUAN
SUBSTANS I L
ISI/STRUKTUR PROS.
h
SISUA
6URU
K B H
L
FASILITAS/
SUHBER BEL.
BESAR KELAS
JAH PERTE-
n
HUAN
LIN6KUK6Asl_
IKLIM SO
SIAL i
u
PSIK0L06ISJ
BA6AN 1. PARADIBHA TEORITIS
FAKTOR-FAKTOR YANG TERLIBAT DALAH PEN6AJARAN IPS
Pengajaran IPS di SD
memiliki tiga
dimen
si, pertama dimensi substantif yang berisi
(1)
tujuan mata pelajaran IPS;
IPS.
Kedua.
(2)
tentang
isi atau
ruang
lingkup
pelajaran
dimensi
Kegiatan
Belajar
Mengajar, yaitu tentang dinamika
kegiatan
v..
belajar
mengajar
yang
dapat dipengaruhi oleh (1)
15
faktor
guru,
baik
kemampuan
mengatur
strategi
pembelajaran atau penggunaan metodologi pengajaran,
maupun
IPS,
pandangan guru terhadap hakekat
(2)
karakteristik siswa sesuai dengan
perkembangannya,
yang
pengajaran
tersedia.
dan (3) alat serta bahan
Ketisa.
tahap
belajar
dimensi lingkungan
sosial,
baik yang menyangkut (1) besar kelas dan jumlah jam
pelajaran maupun (2) yang berhubungan dengan
sosial
dan
sekolah
(guru)
hubungan
iklim
antar
pskologis,
seperti
hubungan
dengan orang tua
siswa
guru dan
sekolah
kepala
adanya dukungan dari kepala sekolah atau
iklim
maupun
seperti
kerjasama
dengan guru lain.
Seluruh komponen yang terdapat dalam
dimensi,
setlap
pada dasarnya merupakan satu kesatuan yang
saling berhubungan dan saling mempengaruhi.
Dalam
IPS
kurikulum SD 1994,
yang diajarakan di SD terdiri atas
kajian pokok:
kajian
bumi,
sosial
dua
pengetahuan sosial dan sejarah.
mencakup
ekonomi,
dan
lingkungan
sosial,
pemerintahan.
bahan kajian -ejarah meliputi
kat,
dijelaskan
bahwa
bahan
Bahan
ilmu
Sedangkan,
perkembangan masyara
Indonesia sejak masa lampau hinga kini.
16
Fungsi dan tujuan pengetahuan sosial
mengembangkan
keterampilan
dasar
untuk melihat kenyataan sosial yang dihadapi
siswa
dalam
dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
jukkan
menun
bahwa kajian pengetahuan sosial tidak
terlepas
di
pengetahuan dan
adalah
akan
dari kenyataan-kenyataan sosial yang
masyarakat. Oleh sebab itu
dan isi pelajaran IPS harus
dimensi
ada
tujuan
didasarkan
kepada
perkembangan sosial masyarakat yang selalu mengalami perubahan.
Fungsi dan tujuan IPS seperti di atas, harus
dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan kegi
atan belajar mengajar IPS yang dilakukan oleh guru.
Banyak
metode dan strategi yang
dapat
digunakan
dalam
pengajaran IPS. Dari sekian banyak itu
perlu
menentukan dan memilih metode
yang bagaimana yang diangap cocok
tujuan
sesuai
mata
pelajaran
guru
dalam
IPS.
merupakan
mempengarui
disamping
Oleh
memilih dan
pembelajaran,
dapat
dengan hakekat
faktor
strategi
untuk
mencapai
dan
karakteristik
itu kemampuan
mengembangan
kualitas
siswa,
dan
sebab
salah
satu
strategi
faktor
pengajaran
fasilitas
guru
belajar
tersedia serta faktor lingkungan sosial.
yang
IPS,
yang
2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
a. Pengelolaan Proses Belajar Mengajar di SD.
Hasil studi lapangan yang dilakukan
Setijadi
(1992)
tentang Proses Belajar Mengajar dan kinerja
murid
di
SD
(Kalimantan
yang
meneliti
di
Barat, Jawa Barat,
enam
propinsi
Sulawesi
Selatan,
Lampung, dan Nusa Tenggara Timur) dengan
kan
pendekatan
kualitatif
dan
mengguna
studi
kasus,
menyimpulkan:
1) Dari
pengamatan
kelas dapat disimpulkan
bahwa
tidak banyak terjadi perubahan selama 6-8
tahun
belakangan
serempak
lomba
ini.
untuk
terjadi
atas pertanyaan guru. Murid
menjawab
kesan suasana
"hiruk
Masih banyak
pertanyaan guru,
kelas
pikuk".
memberikan
bukannya
Keadaan
ini
umpan balik
jawaban
berlomba-
sehingga
"hidup"
tetapi
menyulitkan
korektif
ada
guru
kepada
jawaban murid.
2) Jarang sekali terlihat tatanan kelas yang menun
jukkan ciri-cri CBSA.
Hiasan dinding hasil karya
murid tidak banyak terdapat. Dialog antar murid
tak
Kelas
didengarkan
oleh
murid-murid
yang
sudah diatur kursinya untuk bisa
berkelompok,
lain.
bekerja
tetapi guru tetap menerangkan
dan
murid
tetap
harus
mendengarkan,
atau
berkelompok tetapi tugasnya menyalin
murid
pelajaran.
Sangat mungkin situasi ini disebabkan karena SD-
SD sample belum diprogramkan secara khusus untuk
melaksanakan CBSA.
3) Peranan perpustakaan hampir tidak ada,
meskipun
ada ruangan yang disebut "perpustakaan".
4) Dijumpai
mengajar
beberapa
secara
menunjukkan
orang guru, yang
klasikal,
akan
meskipun
tetapi
kemampuan menerangkan yag
dapat
memadai,
member! contoh yang jelas, relevan, serta
memilah
la
mana yang penting dan mana yang
juga mampu
mampu
tidak.
mengadakan tanya jawab
secara
teratur (Set.ijadl, 1992: 8-9).
Hasil studi lapangan yang dilakukan
itu
Setijadi
menunjukkan bahwa pola belajar mengajar di
cenderung
masih
menggunakan pola komukasi yang searah. Siswa
masih
berperan sebagai penerima informasi. Walaupun
guru
termasuk
dalam
memiliki
dengan
keinginan
mengatur
bekerja
ditunjang
memadai.
pengajaran
(belajar)
oleh
IPS,
SD
untuk menerapkan
tempat
duduk
kelompok,
kemampuan
agar
akan
CBSA,
yaitu
siswa
dapat
tetapi
menerapkannya
tidak
yang
1?
b. Pengambangan Kemampuan Berpikir dan Nilai
Hasil penelitian
tentang
pokok
gagasan
Suwarma Al Muchtar
masalah
(1991),
"Bagaimana
kondisi
dan
peningkatan mutu pendidikan
dilihat
dari
aspek sosial budaya, dalam mengembangkan
berpikir
kemampuan
dan nilai dalam pendidikan IPS?",
menggunakan
pendekatan
sampling technique",
kualitatif
di antaranya
dan
dengan
"snowball
menyimpulkan:
1) Dilihat dari aspek pemahaman hakekat dan
pendidikan
guru,
IPS
wawasan
mereka
bagaimana
para
memahami
seharusnya arah peningkatan
kualitas
IPS,
teoritik
dari
telah
pendidikan
secara
konseptual
tujuan
akan
tetapi
dilihat
dari
pelaksanaannya tidak tampak aplikasinya, sehingga
merupakan
kelemahan pendidikan
IPS
dewasa
ini .
2) Dari hasil
pendidikan
yang
analisis
IPS,
merupakan
kendala
proses
diperoleh
kerawanan
belajar
beberapa
dan
mengajar
kelemahan
muncul
sebagai
bagi kemungkinan pengembangan kemampuan
berpik.tr
dan
sangat
menonjol
kebiasaan
guru
nilai.
Kelemahan
di antaranya
pendidikan
IPS
tersebut
adalah
yang
yang
adanya
lebih
"0
banyak menggunakan pendekatan "ekspository" dari
pada
"inquiry". Dengan
menonjolnya
penggunaan
metode ceramah ternyata tidak memberikan peluang
bagi pengembangan
pengkajian
berpikir tingkat tinggi dan
nilai dari setiap
materi
pelajaran
pendidikan IPS.
3) Penggunaan
sumber
budaya
belajar
pendidikan
IPS masih terbatas
buku
baik oleh guru maupun
teks
didik,
yang
materi
maupun
terbatas
pada
menyebabkan ruang
profil proses
pada
materi
penggunaan
oleh
peserta
iingkup
belajar
dan
dalam
cara
sajian
mengajar
menyajikan
informasi yang terdapat dalam buku terse'but.
4) Perpustakaan sebagai
lingkungan
sebagai
sekolah ternyata
sumber
terintegrasi
Antara
sumber
daya
belajar pendidikan
dalam
proses
tumbuhnya
belajar
belajar
IPS
secara
mengajar.
koleksinya
diperkuat juga dengan
budaya
di
belum difungsikan
lain disebabkan selain
terbatas,
belajar
kondisi
yang
yang
belum
menggunakan
perpustakaan sebagai media dan sumber belajar.
Kesimpulan
atas
dari hasil penelitian Suwarma
membuktikan bahwa pengajaran IPS
di
di
lembaga
pendidikan formal, yang dapat mendorong siswa untuk
»
berpikir belum terkondisikan dengan sempurna.
sebab
itu,
Suwarma
merekomdasikan
dalam
aspek
berdasarkan
bahwa
untuk
proses
hasil
temuannya
mengatasi
belajar
kelemahan
mengajar,
diungkapkan dalam penelitian, maka perlu
transformasi
belajar
dominasi
kepada
pemecahan
dengan
dari
pendekatan
ceramah
kebiasaan
ekspositori
pendekatan
dan
disesuaikan
dilakukan
taktik
dengan
kondisi
pengggunaan
bentuk
dalam
dapat
pendekatan
secara
proses
dalam
inkuiri
masalah. Hal ini hanya
mengaplikasikan
strategi
seperti
budaya pendidikan dalam aspek
mengajar,
bentuk
dilakukan
inkuiri
dalam
Dalam
arti
luwes.
transisi
yaitu
kebiasaan gaya mengajar "tutur" dan budaya
"menghapal",
ke
dalam
orientasi
Oleh
cara
dari
belajar
berpikir
ilmuwan sosial (Suwarma Al Muchtar, 1991:287).
C.
RUMUSAN DAN FOKUS MASALAH
1. Rumusan Masalah
Dalam paradigma teoritis diungkapkan,
faktor
atau
aspek yang terlibat
dalam
dimensi pengajaran IPS di SD, baik yang
dalam dimensi substantif, dimensi kegiatan
mengajar maupun dimensi lingkungan sosial.
banyak
setiap
terlibat
belajar
Salah
pengajaran
mengajar
satu
IPS
masalah
yang
dihadapi
adalah lemahnya
yang
kualitas
diterapkan oleh
guru.
dalam
belajar
Berdasarkan
hasil beberapa penenelitian terdahulu, maupun urai-
an dalam latar belakang masalah seperti yang
dikemukakan
di
pengajaran
IPS,
guru
menerapkan
pola
ekspositori
siswa
untuk
gilirannya
atas,
dalam
pelaksanaan
cenderung
berpikir
telah
proses
terlalu
yang
kritis,
siswa hanya menghapal
tidak
banyak
melatih
sehingga
pada
sejumlah
fakta
atau informasi.
Melalui
akan
"Action
Research",
penelitian
ini
mengkaji dimensi proses belajar mengajar
IPS
dengan rumusan masalah: "Model inkuiri sosial
yang
bagaimana yang dapat meningkatkan kualitas pengaja
ran
IPS
di SD sesuai
dengan
kondisi
lingkungan
sekolah serta kurikulum yang berlaku?"
2.
Fokus Masalah
Fokus
masalah
yang
ingin
diteliti
dari
rumusan masalah di atas adalah:
a.
Bagaimana
kondisi guru, siswa,
fasilitas
dan
pelaksanaan pengajaran IPS yang selama ini berlangsung di SD?
Fokus
kondisi
data
ini
masalah ini merupakan
kajian
tentang
dan situasi pembelajaran IPS di SD.
yang terkumpul melalui kajian
digunakan sebagai masukan
fokus
dalam
Data-
masalah
pengembangan
model inkuiri yang ingin diterapkan.
Pertanyaan penelitian yang ingin dikaji
dari
fokus masalah tersebut adalah:
1) Bagaimana pandangan guru tentang konsep
inkuiri
dalam pengajaran IPS?
2) Bagaimana
pelaksanaan
pengajaran
IPS
yang
selama ini berlangsung di SD?
3) Bagaimana pada kenyataannya kondisi, karakteris-
tik
dan
tingkat
partisipasi
siswa
dalam
mengikuti PBM IPS?
4) Bagaimana
ketersediaan
fasilltas atau
sumber
belajar IPS di sekolah.
«.
5) Bagaimana iklim
sosial dan iklim psikologis
di
lingkungan sekolah selama ini?
b.
Model inkuiri sosial yang bagaimana yang
dapat
dikembangkan di SD?
Fokus
model
penelitian ini merupakan
pengembangan
inkuiri yang dapat diterapkan di SD
mempertimbangkan
data
masalah yang pertama.
yang diperoleh
pada
setelah
fokus
24
Pertanyaan penelitian dari fokus masalah yang
kedua ini adalah
1) Bagaimana
di
SD
:
model
perencanaan
pengajaran
dengan menggunakan pendekatan
IPS
inkuiri
sosial sesuai dengan kurikulum yang berlaku?
2) Bagaimana
di
penerapan pola belajar mengajar
SD dengan menggunakan inkuiri sosial
IPS
sesuai
dengan rencana yang disusun ?
3) Bagaimana menerapkan evaluasi pengajaran IPS
di
SD yang bertumpu kepada model inkuiri sosial?
4) Bagaimana
hasil
yang
diperoleh siswa
dalam
belajar dengan menggunakan model inkuiri sosial?
D. DEFINISI OPERASIONAL
Untuk
rumusan
menyamakan
masalah,
persepsi
maka perlu
sesuai
dijelaskan
dengan
beberapa
istilah yang terkandung dalam fokus masalah sebagai
berikut:
1. Mengembangkan,
sebagai
proses
tingkat
dalam penelitian ini
penerapan
model inkuiri
dimaksudkan
sosial
belajar mengajar IPS yang sesuai
perkembangan
Pengembangan
siswa
sekolah
tersebut difokuskan kepada
dalam
dengan
dasar.
proses
perencanaan, pengelolaan atau pelaksanaan kegia
tan belajar mengajar dan proses evaluasi.
2. Inkuiri sosial,
dalam
adalah
pembelajaran
model atau
yang
pendekatan
menekankan
proses pemecahan masalah sosial, yang
kan dengan tingkat
kepada
disesuai-
perkembangan siswa,
kondosi
guru dan kondisi lingkungan sekolah.
3. IPS,
adalah
mata
pelajaran
ilmu
pengetahuan
sosial yang diberikan di kelas 5 SD catur
1
sesuai
(kurikulum
dengan
SD
kurikulum
1994)
yang
yang
vmlan
berlaku
dibatasi
pada
pengajaran pengetahuan sosial.
E. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Penelitian
ini bertujuan untuk
menghasilkan
model pengembangan inkuiri sosial dalam
pengajaran
IPS SD kelas 5 catur wulan 1 sesuai dengan
sekolah dan kurikulum yang berlaku
1994),
yang
kondisi
(kurikulum
secara khusus .pengembangan
SD
tersebut
meliputi:
1.
Pengembangan
SD
perencanaan
pengajaran IPS
dengan menggunakan pendekatan
inkuiri
di
so
sial.
2.
Pengembangan
SD
pola
bela.iar mengajar IPS
yang bertumpu kepada model inkuiri
di
sosial
sesuai dengan rencana pengajaran yang disusun.
3.
Penerapan
bertumpu
evaluasi pengajaran IPS di
kepada
model inkuiri
SD
yang
sosial,
untuk
mendapatkan gambaran tentang hasil belajar yang
diperoleh
siswa setelah melaksanakan
kegiatan
proses pembelajaran dengan menggunakan
inkuiri
sosial.
Dengan pengembangan model tersebut diharapkan
akan bermanfaat untuk:
1. Memberikan
rangsangan kepada guru
dalam
meningkatkan kualitas pengajaran IPS SD
upaya
melalui
perbaikan proses belajar mengajar dengan menggu
nakan inkuiri sosial sebagai suatu strategi atau
model
mengajar;
2. Memberikan
pengalaman
kepada
guru
untuk
merancang
atau menyusun rencana pengajaran
penerapan
inkuiri
pembelajaran
sosial sebagai
suatu
yang bertumpu kepada Cara
dan
model
Belajar
Siswa Aktif sesuai dengan tuntutan kurikulum
SD
1994.
3. Menerapkan
untuk
pendidikan
melalui
model inkuiri sosial.
4. Merangsang minat
IPS
dan
melalui
v.
sosial.
instrumen
melatih kemampuan berpikir siswa
penerapan
belajar
IPS sebagai
motivasi siswa SD
tahapan-tahapan
untuk
inkuiri
BAB III
METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN
A.
METODE PENELITIAN
Sesuai
yang
ingin
dengan jenis permasalahan dan
dicapai,
yaitu
tujuan
mengembangkan
model
inkuiri sosial dalam pelajaran IPS SD, maka
metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
peneli
tian tindakan (action research).
Action
research
menggabungkan
ilmiah
dalam
serta
dalam
merupakan
antara
tindakan
rangka untuk
proses
penelitian
dengan
memahami
perbaikan.
Hal
prosedur
sambil
ini
combines
as
research
procedure,
substantive
it is action
act
in
process of improvement
Hopkins,
1993:44).
Pengertian
walaupun
perbaikan
seperti
action
di
atas
research
a
disciplined
by
while
reform
(David
menggambarkan,
bahwa
terlibat
tertentu, akan tetapi
penelitian
Action
with
enquiry, a personal attempt at understanding
engaged
ikut
seperti
diungkapkan David Hopkins yang menyatakan "
research
yang
pada umumnya
77
dalam
proses
tujuannya
adalah
yaitu
pemahaman
78
sesuatu.
John Elliot (1993: 49)
menyatakan:
fundamental aim of action research is to
"The
improve
rather than to produce knowledge".
Pernyataan
dasar
dari
action
pengetahuan
Artinya,
Elliot mempertegas, bahwa
dari
research
pada
adalah
memperbaiki
menghasilkan
pengetahuan.
action research tidak
penemuan
suatu
memperbaiki
tujuan
pengetahuan
menekankan
baru,
atau menyempurnakan
kepada
akan
tetapi
pengetahuan
yang
sudah ada.
Dalam
action
research
kurikulum
perbaikan
serta
yang
bidang pendidikan, lapangan
mencakup dalam
sekolah,
hal
pengembangan
pengembanghan
program sekolah dan
pekerjaan
profesional,
sistem
perencanaan
pengembangan kebljaksanaan. Hal ini
dikemukakan
action
Stephen Kemmis:"
In
research has been employed in
curriculum
school
development,
'improvement
planning
and
profesional
program,
education,
school-based
development,
and
policy development
seperti
systems
(David
Hopkins,
1993:44).
Pengembangkan
mata
pelajaran
bertujuan
untuk
model
IPS di SD
inkuiri
dalam
memperbaiki
sosial
dalam
penelitian
ini,
pengetahuan
guru
tentang
proses
belajar
mengajar
IPS
melalui
penerapan model inkuiri sosial sebagai usaha
meningkatkan
kualitas pengajaran IPS
yang
untuk
selama
ini dianggap sebagai suatu masalah dalam pendidikan
IPS
di SD. Oleh sebab itu, sesuai dengan
Kemmis
dan
sengaja
action
dari
David Hopkins,
dalam
juga
penelitian ini
pendapat
Elliot,
penulis
menggunakan
metode
research.
Elliot
yang mengutip model
action
research
Lewin,
berpandangan
action
research
bahwa
dilaksanakan seperti spiral yang berputar. Langkahlangkah
dan
dari mulai pengembangan
pelaksanaannya tidak akan
setelah selesai
ide,
terputus.
persoalan
Artinya,
melaksanakan suatu tindakan
lam langkah implementasi, peneliti akan
pada
perencanaan
baru yang
didapatkan
da
dihadapkan
dari
hasil
monitoring.
Elliot
menggambarkan
proses
pelaksanaan
action research seperti pada bagan 3 berikut ini.
IDENTIFYING
INITIAL IDEA
RECONNAISSANCE
(fact finding &analysis
GENERAL PLAN
ACTION STEPS 1
ACTION STEP 2
<
ACTION STEP 3
IMPLEMENT
ACTION STEPS 1
MONITOR IMPLEMENTATION
& EFFECT
'RECONNAISSANCE'
(explain any failure to
implement, and effects)
REVISE GENERAL
IDEA
4
AMANDED PLAN
ACTION STEPS 1
ACTION STEPS 2
IMPLEMENT NEXT
ACTION STEPS
ACTION STEPS 3
MONITOR IMPLEMENTATION
& EFFECT
"
'RECONNAISSANCE'
REVISE GENERAL
(explain any failure to
implement, and effects)
IDEA
I
X
AMANDED PLAN
ACTION STEPS 1
ACTION STEPS 2
IMPLEMENT NEXT
ACTION STEPS
ACTION STEPS 3
<
MONITOR IMPLEMENTATION
& EFFECT
'RECONNAISSAMCE'
(explain any failure to
implement, and effects)
BAGAN 3. Model Action Research versi Lewin yang direvisi
(John Elliot, 1993:71)
80
Dari
bagan di atas,
dapat
dijelaskan
proses pelaksanaan action research yang
kan
bahwa
dikembang
Lewin yang kemudian disempurnakan oleh
Elliot
terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:
a. Action research dimulai dengan
ide
mengidentifikasi
yang akan dijadikan kajian penelitian.
Ide
tersebut merupakan pernyataan dari keadaan
atau
situasi tertentu yang memerlukan perubahan
atau
peningkatan. Elliot mengatakan:" In other
words
the "general idea" refers to state of affairs or
situation
(Elliot,
b.
one wishes to change or
inmprove
on
1993:72).
Mengadakan
studi pendahuluan
(reconnaissance).
Pada langkah ini ada dua hal yang harus dikerjakan. Pertama menggambarkan fakta
fact
of
sesuai
ide
the situation)
yang ada
dengan masalah yang
yang
dijadikan
(Decribing the
kajian
di
lapangan
berhubungan
penelitian.
adalah
menjelaskan fakta melalui analisis
cermat
sebagai
bahan pertimbangan
masukan dalam penyusunan perencanaan
atau
Kedua
yang
bahan
penelitian
(Explaining the facts of the situation).
81
dengan
c. Menyusun
hasil
perencanaan secara umum sesuai
studi
general
pendahuluan
(Constructing
Dalam
ini
plan).
mengembangkan
dengan
langkah
the
peneliti
tindakan-tindakan apa yang
harus
dilakukan sesuai denga masalah penelitian.
d. Mengimplementasikan
tindakan
sesuai
dengan
perencanaan yang telah disusun. Selama
pelaksa
naan tindakan dilakukan monitoring dan
evaluasi
sebagai bahan perbaikan dan pengembangan.
e. Menjelaskan berbagai
pengaruh
yang
kelemahan,
timbul
masalah
berdasarkan
atau
hasil
monitoring selama implementasi berlangsung, yang
digunakan sebagai bahan perbaikan.
f. Melakukan perbaikan dan menyusun rencana
selan
jutnya.
g. Mengimplementasikan
kembali
tindakan
sesuai
dengan perencanaan yang telah direvisi
(kembali
ke langkah "d").
B.
PROSEDUR/TAHAPAN
PENELITIAN
Sesuai dengan metode penelitian yang
nakan
Action
Research, serta
mengadaptasi
menggu
model
pengembangan metode action research yang dikembang
kan
Elliot, maka prosedur atau
langkah-langkah
penelitian yang diterapkan seperti tergambar
bagan 2 di bawah ini.
dalam
PRA SURVEY
draf/prencanaan
MODEL 1
EVALUASI/
MONITORING
DRAFPERENCANAAN
MODEL2
EVALUASI/
MONITORING
DRAF/PERENCANAAN
MODEL 3
1.
Topik
1. Topik
1. Topik
1. Topik
l.Topilc
2.
Tujuan
2. Tujuan
2. Tujuan
2. Tujuan
2. Tujuan
3. KBM
- Aktivitas guru
- Aktivitas siswa
3. KBM
3. KBM
3. KBM
4. Alat dan
4. Alat dan Sumber
4. Alat dan Sumber
4. Alat dan Sumber
5. Evaluasi
5. Evaluasi
5. Evaluasi
3. KBM
- Aktivitas guru
- Aktivitas siswa
4. .Mat dan Sumber
• Aktivitas guru
• Aktivita« guru
• AJdiviUi gui u
• Aktivitas siswa
- Aktivitas siswa
• Aktivitas siswa
Sumber
5. Evaluasi
5. Evaluasi
DST
BAGAN 4. Tahapan Penelitian
CD
84
Sesuai
dengan
bagan di atas,
maka
tahapan
atau prosedur penelitian dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Mengadakan survey pendahuluan
Survey pendahuluan dilakukan untuk mengumpulkan
data yang dianggap penting sesuai dengan tujuan
dan fokus penelitian.
Data-data
yang ingin dikumpulkan
dalam
survey
pendahuluan ini adalah:
a. Faktor guru, yang menyangkut pandangan
tentang IPS dan konsep
guru
Inkuiri.
b. Faktor Siswa, yang menyangkut kondisi
karakteristik siswa dalam
dan
pelajaran IPS.
c. Proses Belajar Mengajar IPS yang
berlangsung
selama ini, yang menyangkut:
1) Metoda mengajar yang digunakan oleh guru;
2) Alat dan sumber pelajaran yang digauanak
oleh guru selama ini;
3) Sistem
evaluasi
yang
digunakan
dalam
proses belajar mengajar IPS selama ini.
d. Fasilitas atau sumber belajar yang tersedia,
yang menyangkut:
1) Bahan cetakan/grafis
2) Media tiga dimensi
3) Media elektronik/yang diproyeksikan.
85
e. Iklim
sosial/psikologis
di
lingkungan
sekolah.
2. Menyusun
draf awal/model 1 bersama guru
memperhatikan
data
sesuai dengan
dengan
hasil
studi
pendahuluan.
3. Mengimplementasikan
draf awal/model 1 oleh guru
IPS. Selama implementasi berlangsung,
observasi
perbaikan.
sebagai
umpan
dilakukan
balik
Hal-hal yang diobservasi itu
untuk
adalah
tentang:
a) faktor
kemampuan
sesuai
guru
menerapkan
inkuiri
dengan perencanaan, yang menyangkut
kemampuan sebagai perencana, sebagai
pembuka
pelajaran, sebagai penanya, sebagai pengelola
dan sebagai evaluator.
b)
faktor
siswa
aktivitas
motivasi
belajar
dalam setiap tahapan inkuiri,
serta
kemampuan
yang
dan
berhubungan
dengan
proses
pemecahan masalah, seperti kemampuan bertanya
dan
keberanian
siswa
mngemukakan
pendapat
yang relevan dengan topik permasalahan.
86
4. Bersama-sama
yang
guru
didasarkan
melakukan diskusi
kepada
hasil
perbaikan
observasi/
monitoring selama PBM berlangsung.
5. Menyusun draft /model 2 bersama guru.
6. Mengimplementasikan draft /model 2 seperti
yang
telah dilakukan pada langkah sebelumnya.
7. Mengevaluasi draf/model 2
8. Dan seterusnya (kembali ke implementasi).
C.
METODE PENGUMPULAN DATA
Metode atau teknik pengumpul data yang
digu
nakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan fokus
masalah
dan pertanyaan penelitian
yang
diajukan,
yaitu:
1.
Wawancara (interview)
ini
Interview
atau wawancara
digunakan
untuk
khususnya untuk fokus
dalam
penelitian
mengumpulkan
informasi,
masalah 1 tentang
pendangan
guru mengenai inkuiri sosial dalam pengajaran IPS.
Jenis interview yang digunakan adalah
view
yang
tidak berstruktur atau
menghendaki
dimaksudkan
pandangannya
jawaban
agar
secara
sumber data
sesuai
dengan
interview
terbuka.
dapat
Hal
pendapatnya
Oleh ^ebab itu dalam proses
pulan
untuk
mendapatkan
yang
ini
mengemukakan
dengan bebas.
data,
inter
informasi
sendiri
pengum-
yang
87
lengkap, peneliti terlebih dahulu menentukan pokokpokok pertanyaan sesuai dengan topik masalah.
2. Pengamatan (observasi)
Pengamatan (observasi) merupakan metode
atau
teknik pengumpulan data yang digunakan dalam proses
implementasi model.
Beberapa
observasi
teknik
alasan
pokok
menggunakan
sebagai pengumpul data
observasi yang didasarkan
langsung,
adalah
pada
dianggap sebagai alat yang
mengetes
teknik
pertama,
pengalaman
ampuh untuk
sesuatu kebenaran atau untuk
melihat
kenyataan yang sebenarnya.
Kedua,
dan
teknik
mengamati
pengamatan dengan
sendiri tentang
melihat
kemampuan
guru
yang sebenarnya memungkinkan untuk dapat memperoleh
data secara obyektif.
Ketiaa.
mencatat
pengamatan
memungkinkan
peristiwa atau kejadian
penting
peneliti
sebagai
bahan masukkan untuk perbaikan penampilan guru.
Keftmpat.
peneliti
komplek.
mampu
teknik
pengamatan
memungkinkan
mengerti situasi yang rumit
dan
88
Kelima.
teknik
dalam kasus-kasus
tertentu
dimana
komunikasi lainnya tidak dimungkinkan
pengamatan
dapat
menjadi
alat
yang
maka
sangat
bermanfaat.
3. Analisis Dokumen (Document Analisys).
Analisis dokumen digunakan untuk mengumpulkan
berbagai informasi khususnya untuk melengkapi
dalam rangka studi pendahuluan atau untuk
pertanyaan
data
menjawab
penelitian mengenai pelaksanaan
proses
belajar mengajar belajar IPS selama ini.
4. Video recordings (Rekaman video)
Rekaman
Video
digunakan
sebagai
alat
observasi untuk melihat perkembangan kemampuan guru
dalam
menerapkan model inkuiri. Dengan mengguna
kan rekaman video, memungkinkan guru dapat
kelemahan-kelemahannya sendiri dalam
tasikan
model
sebagai
implementasi berikutnya.
juga
bahan
mengimplemen
perbaikan
peristiwa
berlangsung
rekaman.
dengan
untuk
Selain itu, rekaman voideo
digunakan untuk menganalisis lebih
setiap
melihat
penting
cara
selama
memutar
mendetail
implementasi
ulang
hasil
4. Triangulasi.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan
data
luar
yang memanfaatkan sesuatu yang
data
sebagai
itu
untuk
keperluan
pengecekan
pembanding terhadap data itu.
digunakan
baik
untuk
survey
lain
di
atau
Triangulasi
pendahuluan
maupun
untuk keperluan monitoring.
Triangulasi
dilakukan
dengan
membandingkan data yang diperoleh melalui
cara
beberapa
teknik. Hal ini diperlukan untuk menentukan akurasi
data yang diperoleh.
5.
Catatan harian (Diaries)
Catatan
harian
digunakan
sebagai
monitoring
atau observasi baik selama
action
research
pengembangan
model
guru, maupun
berlangsung
inkuiri
yang
alat
pelaksanaan
yaitu
tentang
dilakukan
oleh
untuk mengumpulkan data dalam studi
pendahuluan.
D. TEKNIK ANALISIS DAN PENAFSIRAN DATA
Analisis data dalam penelitian ini
dilakukan
dengan menggunakan pendekatan kualititatif. Hal ini
disesesuaikan
dengan jenis
model
sosial dalam pelajaran
inkuiri
masalah
pengembangan
IPS
di
SD
90
serta
metode
penelitian
"action
research"
yang
lebih menekankan kepada proses daripada hasil.
Dalam
penelitian
penafsiran
kualitatif,
analisis
data merupakan proses yang tidak
dan
dapat
dipisahkan (Maleong, 1988 : 182). Oleh karena
itu,
dalam
data
penelitian ini analisis dan penafsiran
dilakukan
secara
bersama-sama dan
terus
menerus
sampai berhasil menemukan model inkuiri sosial yang
dianggap memadai sesuai dengan tujuan penelitian.
Langkah-langkah
analisis
dan
yang dilakukan dalam
penafsiran
data
proses
adalah
sebagai
berikut:
1. Menelaah seluruh data yang tersedia dari
gai sumber data yaitu hasil wawancara,
berba
dokumen-
tasi, hasil observasi dan catatan harian.
2. Membuat
dari
abstraksi
atau membuat rangkuman
hasil analisis atau penelaahan
inti
data
dari
setiap sumber atau teknik pengumpulan data
yang
digunakan.
3. Menyusun
sesuai
satuan-satuan atau katagorisasi
dengan
dipertanyakan.
pokok
permasalahan
data
yang
91
4. Mengadakan
pemeriksaan
membandingkan
hasil
dari
keabsahan data dengan
setiap
teknik
yang
digunakan (triangulasi).
5. Membuat
interpretasi
data dengan
melihat
hubungan antar aspek.
D.
LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
1.
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah
Dasar
Negeri Pakuwon II Sumedang kelas 5, catur wulan 1.
Pemilihan
oleh
alasan
lokasi ini bukan
saja
didasarkan
teknis, akan tetapi
juga
didasarkan
kepada kenyataan bahwa sekolah ini merupakan
satu sekolah induk yang ada di Kabupaten
salah
Sumedang.
Dengan demikian diharapkan sekolah ini akan menjadi
model
dalam menerapkan inkuiri sosial
dalam
mata
pelajaran IPS di sekolah.
2. Waktu Penelitian
Sesuai
ini
sampai
bahwa
penelitian
1,
maka
pelaksanaan akan dimulai sekitar bulan
Juli
akan
waktu
dengan perencanaan
dilaksanakan pada catur
September
terlampir).
1997
wulan
(jadwal
penelitian
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Salah
satu
kritik yang
sering
muncul
kepermukaan terhadap pengajaran IPS di SD selama
ini adalah adanya kecenderungan proses belajar
mengajar yang terlalu berorientasi kepada materi
pelajaran, dengan guru berperan sebagai penyampai
informasi dan siswa sebagai penerima informasi.
Menurut para ahli pendidikan IPS, pola mengajar
yang demikian tidak akan dapat mengembangkan kemam
puan berpikir siswa yang sangat diperlukan dalam
menghadapi tantangan dan kebutuhan seiring dengan
pola kehidupan masyarakat yang sangat cepat berubah
sebagai akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Model inkuiri sosial yang dikembangkan dalam
penelitian ini yang menempatkan peran guru tidak
sebagai
penyampai informasi, akan tetapi sebagai
pembimbing siswa untuk menggali informasi melalui
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dapat menjawab
1-7 /
/ o
kekhawatiran
di
atas.
Berdasarkan
hasil
yang
diperoleh ternyata dengan menggunakan model inkuiri
sosial dalam pelajaran IPS, dapat merangsang
siswa
berpikir menggunakan kemampuan intelektualnya.
Model
penelitian
melalui
inkuiri
ini
yang
dikembangkan
menggunakan
pola
diskusi terbimbing, yang
tersebut
seutuhnya
pemecahan
masalah
yang
sederhana
dalam
diskusi
berorientasi
melalui
dalam
kepada
langkah-langkah
sistematis. Inilah yang membedakan model
sederhana
proses
yang dikembangkan dalam
yang
inkuiri
penelitian
ini
dengan pola inkuiri sederhana yang lain. Dalam pola
inkuiri sederhana yang lain seperti yang dikembang
kan
oleh Clark yang dinamakan "the
guided discussion" atau "Guided
yang
dikembangkan
diarahkan
masalah
Dengan
pada
untuk
oleh
controlled
Inquiry" seperti
Sound,
siswa
menjawab
demikian keterlibatan siswa
tersebut;
menemukan jawaban
sedangkan
model
dalam
penelitian ini siswa
dari
mulai
perumusan
terbiasa
perumusan
kesimpulan
hanya
pertanyaan
yang sudah jadi yang diajukan
proses
hanya
dari
yang
masalah
dari
oleh
guru.
terjadi
permasalahan
dikembangkan
sepenuhnya
dengan
or
dilibatkan
sampai
harapan
kepada
agar
berpikir sistematis dan logis serta
siswa
peka
178
terhadap permasalahan-permasalahan
sosial.
Dengan
demikian
inkuiri
yang
kesederhanaan
dikembangkan
pada
model
dalam penelitian ini
tahapan
permasalahan
terletak
inkuirinya akan tetapi
dan
proses pemecahannya
pada
jenis
yang
tidak
menuntut
siswa untuk mengadakan pengamatan
langsung
di
didasarkan
lapangan.
Proses
bukan
pemecahan
kepada pengalaman siswa yang
secara
masalah
ditunjang
oleh sumber-sumber pelajaran yang tersedia
seperti
buku-buku pelajaran, peta atau gambar.
Sesuai dengan pokok pertanyaan penelitian, di
bawah
ini
disajikan
perencanaan,
secara
utuh
tentang
pola belajar mengajar,
model
evaluasi
dan
hasil yang diperoleh siswa. Untuk melengkapi kesim
pulan,
selanjutnya
inkuiri
yang
dijelaskan
dikembangkan dengan
hubungan
model
kondisi
sistem
pendidikan kita yang berlaku dewasa ini.
1. Model perencanaan mengajar yang bertumpu
kepada
inkuiri sosial.
Model
perencanaan pengajaran yang
bertumpu
kepada inkuiri sosial, dan