PENGEMBANGAN MODEL INKUIRI SOSIAL DALAM PELAJARAN IPS DI SD.

PENGEMBANGAN MODEL INKUIRI SOSIAL
DALAM PELAJARAN IPS DI SD

TESIS

Diajukankepada Panitia Ujian
untukmemenuhi sebagian syarat penyelesaiaii studi

ProgramS2 ProgramStudiPengembangan Kurikulum
PascasarjanalKIP Bandung

Oleh:

Wina Sanjaya
MM: 9596132

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1998


DISETUJUIOLEH:

Prof Dr. H. NANA SYAODIH SUKMADINATA

, Pembimbing I

Dr. R. IBRAHIM, MA

Pembimbing II

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BANDUNG
1998

Untuk:

Iatriku,


Lin Guatinl, S.Pd.

dan Ketlga anaku, Rlaaa San Rizqiya,
Diena San Fauzlya, Dzlkrl F. San Flrdauaya

RINGKASAN

Salah

satu

masalah

yang

dihadapi

dalam


pelajaran IPS adalah adanya kecenderungan pengelolaan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru
lebih beroerientasi kepada proses menghapal materi
pelajaran dengan pola
komunikasi satu arah
yaitu dari guru kepada siswa.
Akibatnya muncul
berbagai kritikan yang menganggap pelajaran IPS
tidak
merangsang atau tidak melatih kemampuan
siswa untuk
berpikir; atau adanya anggapan yang
memandang IPS sebagai
pelajaran
"kelas dua"
yang lebih mudah dipelajari
dibandingkan dengan
pelajaran lain.

Dengan menggunakan metoda 'Action Research"
di Kelas 5 Sekolah Dasar Negeri Pakuwon 2 Kecamatan

Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang, penelitian ini

berusaha mengembangkan kegiatan belajar mengajar
dalam pelajaran IPS di SD yang lebih menekankankan
kepada proses berpikir atau proses pemecahan masa
lah melalui model inkuiri sosial
sederhana, yang
difokuskan pada masalah pengembangan model perenca
naan

mengajar yang bertumpu kepada

model

inkuiri

sosial,
penerapan proses belajar mengajar sesuai
dengan perencanaan mengajar yang disusun,
serta

pengembangan model evaluasi pengajaran IPS yang
bertumpu kepada model inkuiri sosial untuk

melihat

keberhasilan dan peningkatan kemampuan siswa.
Dengan
mempertimbangkan
hasil
studi
pendahuluan (pra survey) serta memperhatikan kemam
puan guru dan siswa selama proses pengembangan,
maka pengembangan model perencanaan terdiri dari
empat komponen pokok yaitu
tujuan pembelajaran,
komponen kegiatan belajar mengajar, alat dan sumber
pelajaran
serta
komponen
evaluasi.

Dalam
pengembangan
kegiatan belajar mengajar
sesuai
dengan pola perencanaan yang dikembangkan terdiri
dari
langkah-langkah orientas, perumusan masalah,
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data,
menguji
hipotesis dan merumuskan kesimpulan.
Sedangkan,
model evaluasi, sesuai dengan hakekat pengajaran

inkuiri, berfungsi untuk mengumpulkan data tentang
kemampuan siswa melakukan kegiatan belajar pada
setiap tahapan

inkuiri.

Berdasarkan

hasil
monitoring
dengan
menggunakan
rekaman video dan pedoman observasi
yang dilaksanakan secara terus menerus setiap kali
implementasi,
ditemukan
6
prinsip
pokok
pengembangan
dalam pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar
yaitu
prinsip
pemahaman model,
pengkondisian atau orientasi, prinsip bertanya, prinsip
menghargai dan reinforcement, prinsip keterbukaan
dan prinsip

individual.
Dengan menggunakan prinsip-prinsip tersebut
dalam
proses
pengembangan
model
terjadi
kecenderungan
aktivitas belajar
siswa
semakin
meningkat,
tumbuhnya
keberanian
siswa
untuk
bertanya,
menjawab,
dan mengeluarkan
pendapat,

tumbuhnya
sikap siswa menjadi lebih toleran dan
menghargai
pendapat orang lain serta meningkatnya
kemampuan berbahasa siswa secara lisan.

Sesuai
dengan hakekat inkuiri sosisal yang
lebih
menekankan kepada proses belajar
untuk
mengembangkan kemampuan berpikir siswa, maka model
inkuiri
yang dikembangkan
ini
akan
berhasil
pelaksanaannya manakala keberhasilan
pendidikan
tidak hanya diukur

dari
kemampuan siswa untuk
menghapal
materi pelajaran. Oleh sebab
itu dalam
sistem pendidikan kita yang berlaku sekarang,
yang
kualitas
keberhasilannya
diukur
dari
rata-rata
siswa memperoleh Nilai Ebtasa Murni (NEM), walaupun
secara

empiris lebih bermakna,

inkuri sosial

sulit berkembang karena guru tidak akan

berusaha mengembangkannya.

VI

akan

sepenuhnya

BAB I
PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan

dasar

diselenggarakan

untuk

mengembangkan sikap dan kemampuan serta

memberikan

pengetahuan dan keterampilan dasar yang

diperlukan

untuk

hidup dalam masyarakat

peserta

didik

mengikuti
nomor

2

Peraturan

yang

memenuhi

pendidikan
tahum

serta

1989,

mempersiapkan

persyaratan

menengah
pasal

(Undang-undang
13).

Pemerintah nomor 28 tahun

Pendidikan

Dasar

untuk

mempertegas

Selanjutnya

1990

tentang

kembali

bahwa

pendidikan

dasar bertujuan untuk memberikan

bekal

kemampuan

dasar

untuk

kepada

pererta

didik

mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota
masyarakat, warga negara, dan anggota umat

serta

mempersiapkan peserta didik untuk

manusia

mengikuti

pendidikan menengah.

Pernyataan di atas menunjukkan, paling
terdapat
pendidikan

dua

sasaran yang harus

ini.

Pertama kehidupan

kedua

jenjang

sekolah yang

Kehidupan

masyarakat

yang terus

dengan kemajuan ilmu pengetahuan

dicapai

tidak
lembaga

masyarakat

ada

di

atasnya.

berubah
„dan

dan

seiring

teknologi,

menuntut

pendidikan

menyelaraskan

dasar

dan

selamanya

mengantisipasi

harus

perubahan

tersebut,

agar materi dan pengalaman belajar

diberikan

di sekolah

kehidupannya.
masyarakat,

Oleh

sesaat,

sebab

dalam

untuk

arti

melek

huruf

pengetahuan

saja,

yang

menjadikan

dan

menjadi

memiliki

pengetahuan

dalam arti kurang dapat membantu mewujudkan

kemandiriannya.

Lulusan SD

huruf, dalam arti melek

(thinking
disebut

literacy)

melek

(Conny R.

harus menjadi

teknologi dan melek fikir

yang

kebudayaan

keseluruhannya
("cultural

jenjang

mutu
lain,

juga

halnya

dengan

yang ada di atasnya,

ini merupakan dasar yang

jenjang
tinggi

pendidikan

mengandung
menjadi

pendidikan berikutnya.
atau rendahnya

sasaran

kualitas

oleh

demikian,
dasar

kualitas

pendidikan

dalam skala yang lebih

akan

mempengaruhi

kualitas

kata

pendidikan
ditentu-

dasar.
luas

arti

penentu

Dengan

pada jenjang sekolah menengah akan sangat

kan

juga

literacy")

mempersiapkan lulusan untuk melanjutkan

lembaga

melek

Semiawan 1992:12).

Demikian

ke

bekal

kehidupan

fungsi SD tidak semata-mata

keluarannya

segumpalan

bermanfaat

yang

Dengan

pendidikan

sumber

daya

manusia.

dan

bangsa Indonesia

(Udik

Budi

Wibowo

1991).

Oleh

dasar,

karena

begitu

pentingnya

pendidikan

setelah dengan kebijaksanaannya

pemerintah

berhasil

meningkatkan angka

dasar

hingga

99%

(aspek

meningkatan kualitas

merupakan

salah

partisipasi

sekolah

pemerataan),

maka

pendidikan pada jenjang ini

satu prioritas

dalam

pelita

VI

(Garis-garis Besar Haluan Negara 1993).

Masalahnya

sekarang, bagaimana

meningkatkan

kualitas pendidikan dasar itu?

Sebagai
dasar

itu,

suatu

sistem,

kualitas

pendidikan

ditentukan oleh banyak komponen. Oleh

untuk

dimulai

dengan

tersebut.
bahwa

memperbaiki kualitas
memperbaiki

Rochman Natawijaya

unsur

sistemik

tersebut,

sebab

harus

komponen-komponen
(1992)

yang

mengemukakan

dapat

memberikan

kontribusi kepada kualitas pendidikan (khususnya di
sekolah

dasar)

sekurang-kurangnya

mencakup:

kurikulum dan materi pengajarannya, guru dan tenaga

pendidikan
prasarana

lainnya,
penunjang,

anak
proses

didik,

sarana

belajar

dan

mengajar,

sistem penilaian, bimbingan kepada anak didik,

pengelolaan
mutu

program

pendidikan

pendidikan.
di

sekolah

Upaya
secara

dan

perbaikan
tuntas

sekurang-kurangnya
unsur-unsur

harus menyentuh perbaikan

tersebut

seyogyanya

dilakukan

setidak-tidaknya
Perbaikan

di

atas.

secara

pada

Perbaikan

itu

menyeluruh,

dirancang

secara

pada salah satu unsur saja

atau

sistemik.
belum

tentu

menghasilkan perbaikan seluruh sistem apabila tidak
dirancang

secara sistemik. Akan tetapi,

kelemahan

pada satu unsur cenderung merusak seluruh sistem.
Selanjutnya

juga

dalam

menyatakan,

semua
Selain

unsur

itu

sumber yang

penanganan
sangat

memerlukan

serempak

sulit

untuk

biaya yang sangat

memerlukan

perhatian yang sangat

sebab

itu

perbaikan itu terpaksa

salah

satu

unsur yang dianggap

kontribusi

yang

beliau

terhadap
dilakukan,

besar,

juga

terpencar.

Oleh

dilakukan

pada

dapat

yang

dianggap memiliki kontribusi yang tinggi dan

perlu

perhatian

besar.

memberikan

Komponen

mendapat

sangat

sama

itu

diantaranya

adalah

komponen proses belajar mengajar.

Komponen

hubungannya
tombak
Beberapa
suatu

dan

proses

dengan

belajar

kemampuan guru

pengembang

kurikulum

mengajar

erat

sebagai

ujung

di

ahli menyatakan bahwa betapapun
kurikulum

(official),

hasilnya

lapangan.
bagusnya
sangat

tergantung
dalam

pada

kelas

memegang

maupun

apa yang dilakukan oleh

(actual).

peranan

penting

pelaksanaan

Sukmadinata,

Dengan

baik

guru

demikian,

dalam

kurikulum

di
guru

penyusunan

(Nana

Syaodih

1997:194).

Kritik

yang

sering

muncul

sehubungan

dengan

proses

belajar

dilakukan

guru,

adalah

adanya

ke

permukaan

mengajar

yang

kecenderungan

pengelolaan belajar mengajar dengan pola komunikasi
yang searah. Artinya, dalam setiap kegiatan belajar
mengajar,

guru memandang siswa sebagai objek

harus

diisi

Proses

belajar mengajar tidak atau kurang

sang

dengan

berbagai

siswa untuk berpikir.

Sartono

yang

informasi.
merang-

Kartodiredjo

(1991) melontarkan kritikannya, bahwa pendidikan di
sekolah

dasar

di Indonesia

telah

daya kritis anak;

kreativitas

dan

verbalisme

makin

menyapu

semua

sementara

merajalela. Pendidikan di

itu
SD

sangat mencekam dan mencekik, serta memprihatinkan,
karena

memompa

otak

dengan kata-kata dan

Kritik

muncul

menimbun

otak

bukan pengertian.

semacam itu memang sudah

kepermukaan.

terutama

dan memori,

Permasalahan

berhubungan

dengan

sejak

lama

efesiensi

yang

penyelenggaraan

pendidikan
erat

serta

kaitannya

pendidikan
akhirnya

relevansi pendidikan

dengan masalah

dengan

bermuara

kebutuhan

yang

juga

penyesuaian

hasil

masyarakat,

pada

pada rendahnya

kualitas

hasil

proses belajar mengajar.

Lemahnya kualitas proses belajar mengajar
sekolah

dasar,

terjadi pada hampir

pelajaran,

lebih-lebih

untuk

Pengetahuan

Sosial (IPS).

Studi

seluruh

mata

pelajaran

kualitas

di

Ilmu

tentang

pendidikan IPS menunjukkan beberapa kelemahan, baik
dilihat

dari

antara

lain

pendekatan

proses

proses maupun
dalam

dari

aspek

belajar,

metodologis

dimana

menguasai

seluruh

ekspositoris sangat

belajar

hasil

(Somantri, 1987).

Akibatnya,

dianggap sebagai mata pelajaran hapalan yang
menantang

siswa

menemukan

untuk

berpikir.

adanya kecenderungan di

(1990)

kalangan

siswa

ini

IPS

merupakan

bidang

studi yang menjemukan dan kurang

menantang

belajar,

sebagai

didik

bahwa

tidak

dewasa

minat

yang menganggap

Pelly

IPS

bahkan lebih dari

itu,

pelajaran "kelas dua", baik

maupun oleh orang tua mereka.

dipandang

oleh

peserta

Kecenderungan

itu diduga disebabkan oleh lemahnya proses belajar,
yang

menurut

Supardjo

(1990),

IPS

vbelum

mampu

membangkitkan
belajar
IPS,

budaya

belajar

pada

dalam kontek ini diartikan
bukan

melainkan

hanya

dipandang

dari

Budaya

bahwa

"what

to learn". Dengan

"how

seyogyanya

menyangkut

anak.

to

kata

aspek

belajar
learn"
lain

IPS

instrumenalnya

yaitu "learning to learn".

Berdasarkan beberapa kritik yang

berhubungan

dengan rendahnya kualitas belajar mengajar IPS yang
dilakukan

oleh

pembelajaran
memadai

guru,

IPS

agar

maka

yang

selanjutnya

bagaimana

yang

dapat mengembangkan

model

dianggap

budaya

belajar

siswa?

Hamid

tuntutan

Hasan (1996 : 17)

untuk

menjelaskan,

kemampuan

mengembangkan

bahwa

berpikir

tingkat tinggi merupakan suatu tuntutan yang
dijawab

sosial

dan

di

oleh

pendidikan

masa mendatang. Mungkin

demikian,

pendidikan
kebosanan

di emban

keluhan

para

siswa

sosial

hanya

akan

dalam

Selanjutnya

belajar akan

beliau

juga

kemampuan

belajar

berpikir

pendidikan

tinggi,

sosial

cara
belajar

ditandai

mampu

tingkat

ilmu

bahwa

menyatakan

pendidikan ilmu-ilmu sosial

ilmu-ilmu

dengan

dapat

harus

dengan

dihapuskan.
bahwa

jika

mengembangkan
keberhasilan

mungkin

akan

ditandai

dengan

menyelesaikan
dihadapkan

sudah

berbagai

harus

peserta
masalah

kepada mereka.

memang

sesuatu

kepuasan

didik

dalam

sosial

yang

ilmu

sosial

Pendidikan

membenahi

dirinya

yang merangsang siswa dalam

menjadi

berpikir

dan

memecahkan masalah sosial dan akademik.

Pernyataan

di

atas

mengisyaratkan

bahwa

proses belajar mengajar yang memadai untuk IPS agar
dapat

menunjang

lembaga
adalah

ketercapaian

tujuan

pendidikan (khususnya

pendidikan

siswa untuk

berpikir

yang sesuai dengan harapan

pendekatan

Cara

Belajar Siswa Aktif

mulai

diperkenalkan

1975.

CBSA,

sejak

untuk

kualitas belajar mengajar dengan
secara

optimal.

pengelolaan
mengutamakan

emosional)

kegiatan

belajar

keterlibatan

siswa

yang

sudah

kurikulum

meningkatkan

melibatkan

sebagai

pemberian

kepada. pengalamannya

(Setijadi,

siswa
dalam

yang

(intelektual-

pebelajar

makna

di

mengajar

mental

belajar, sesuai dengan

merupakan

adalah

CBSA adalah pendekatan

kegiatan

tinggi.

itu

berlakunya

diperkenalkan

mengem

tingkat

Pendekatan

fungsi
dasar),

proses belajar mengajar yang dapat

bangkan

yang

dan

di

hakekat
oleh

1992:26).

dalam

belajar
pebelajar

Walaupun

CBSA

lama kepada para guru

sudah

diperkenalkan

melalui

sejak

penataran-penataran

dan pelatihan-pelatihan, akan tetapi pelaksanaannya
di

lapangan

sedikit
yang

masih sangat kurang.

yang

hanya

Hasil

tidak

salah persepsi tentang hakekat CBSA,
dilihat dari aktifitas

penelitian

walaupun

Bahkan

Setijadi

secara

(1992)

fisik.

menunjukkan,

sebagian besar guru-guru SD (96%)

mendengar

istilah

CBSA,

akan

pernah

tetapi

praktiknya di dalam kelas hampir tidak

dalam

menunjukkan

penerapannya. Dengan demikian, penerapan CBSA perlu

mendapat

pembenahan

keterlibatan
belajar

anak

untuk

dengan

secara

fokus

aktif

memperoleh

mewujudkan

dalam

proses

kebermaknaan

belajar,

dalam

rangka mengembangkan prakarsa dan

kreativi-

tas,

serta

kemampuan

belajar

untuk

belajar

(R.Ibrahim, 1992).

Dalam
pengajaran

adalah

pengajaran
yang

IPS,

salah

bertumpu kepada

pengajaran

inkuiri.

satu

model

pendekatan

Penerapan

inkuiri

diarahkan agar siswa tidak hanya memamahami

gai

berba

konsep akan tetapi lebih dari itu, yaitu.

siswa

menguasai

pendidikan

keterampilan

keterampilan

berpikir

metodologis

CBSA

agar

melalui
keilmuan

(Hasan,

1996).

Hal

ini

juga

dikemukakan

oleh

Jarolimek: "If we want children to develop critical

habits of tought, to search for data independently,
to

able to form hypotheses and test them,

inquiry

we

teaching strategies (John Jarolimek

use
1977:

38).

Dalam

teknologi

membawa

perkembangan

ilmu

pengetahuan

yang sangat cepat, yang pada

perubahan sosial budaya

kemudian

orang

"globalisasi",

menamakannya

penerapan

dengan

dasar,

mendesak.

Hal

merupakan

untuk

pendidikan

tuntutan

ini disebabkan

yang

istilah

sosial

pelajaran IPS termasuk pada jenjang
tingkat

gilirannya

masyarakat,

inkuiri

dan

bukan

yang

saja

sangat

dengan

inkuiri sosial yang menekankan kepada proses berpi
kir

dapat

mengahapuskan kesan bahwa

IPS

sebagai

pelajaran hapalan, akan tetapi juga inkuiri sebagai
suatu

strategi

mengembangkan

memecahkan

dalam

(sosial),

mengambil

dan mandiri (Kosasih

benar-benar

IPS

sikap dan keterampilan

permasalahan

keterampilan

obyektif

dalam pengajaran

dibutuhkan untuk

agar dapat berperan aktif

dalam

yang

dapat

siswa

dalam

mengembangkan

keputusan

Djahiri,
membekali

kehidupan

secara

1984),
siswa

sosial

l:

masyarakat

serta

untuk

melatih

berpikir

agar

dapat melanjutkan pendidikan ke tingkat yang

lebih

tinggi. Hal ini sangat penting, seperti dikemukakan
Fakry

Gaffar,

bagaimana

bahwa

membantu

mengembangkan

pendidikan berpikir

peserta

didik

supaya

masalah
Seharus-

"learning" itu isinya "thinking", akan

tidak
di

dapat

daya fikirnya dalam melihat

sosial, amat penting untuk diaplikasikan.
nya

yaitu

hanya "thinking",

"values" juga mesti

dalamnya (Suwarma Al

Muchtar

baiki mutu proses belajar mengajar dalam
yang

akhirnya

selama

ini dianggap

dapat

meningkatkan

masuk

:1991).

penerapan inkuiri sosial, diharapkan dapat

IPS

tetapi

lemah,

Dengan
memper

pelajaran
yang

kualitas

pada
hasil

pendidikan.

Dalam

kurikulum pendidikan dasar 1994

dije-

laskan bahwa mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

(IPS)

di

pengetahuan

kenyataan

SD

berfungsi

untuk

dan keterampilan dasar

sosial

yang

kehidupan sehari-hari.

mengembangkan
untuk

dihadapi

melihat

siswa

dalam

Ini berarti bahwa IPS di

SD

tidak berorientasi kepada disiplin ilmu akan tetapi
berarientasi
Oleh

sebab

didasarkan

kepada kehidupan
itu,

walaupun

sosial

pelajaran

kepada bahan kajian ekonomi,

masyarakat.
IPS

di

SD

geografi,

sosiologi,

antrpologi,

tata negara

dan

sejarah,

akan tetapi seluruh bahan kajlan itu tidak
kan

secara terpisah,

terintegrasi

diajar-

akan tetapi diberikan

melalui topik-topik
"expanding

secara

tertentu

menggunakan

prinsip

menurut

kurikulum bahan kajian IPS SD

dengan

community"

atau
diorga-

nisasikan mulai dari bahan pelajaran yang dekat dan
sederhana

di sekitar anak ke yang lebih

luas

dan

komplek (Kurikulum Pendidikan Dasar 1994).
Berdasarkan karakteristik IPS tersebut,

inkuiri
lebih

sosial yang merupakan model mengajar
menekankan atau berorientasi

berpikir

pelajaran

dibandingkan

berdasarkan

kepada

kepada

ilmu,

yang
proses

penguasaan

disiplin

maka

meteri

dianggap

sebagai salah satu model yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kualitas pelajaran IPS di SD.

Atas

dasar latar belakang di

action research,

atas,

melalui

penulis ingin mengembangkan

inkuiri sosial dalam pelajaran IPS di SD.

model

B.

PARADIGMA TEORITIS DAN KAJIAN HASIL

PENELITIAN

TERDAHULU YANG RELEVAN

1. Paradigma teoritis
Menurut

Bogdan dan Biklen,

paradigma

adalah

kumpulan-longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang
bersama,

konsep

atau proposisi

yang

mengarahkan

cara berpikir dan penelitian (Lexi J. Maleong,

1988

: 26).

Berlandaskan
paradigma
menentukan

pada

teoritis
pokok

pengertian

disusun
masalah

sebagai
yang

di

atas,

dasar

diteliti

untuk
sesuai

dengan topik masalah.

Sebagai suatu sistem, proses pembelajaran IPS
di SD dapat dipengaruhi oleh beberapa komponen yang
saling terkait satu sama lain. Untuk
fikasi

komponen

dalam

pengajaran

bagan 1.

atau

aspek-aspek

IPS di SD,

dapat

mengidentiyang

terlibat

dilihat

pada

U

TUJUAN

SUBSTANS I L

ISI/STRUKTUR PROS.

h

SISUA

6URU

K B H
L

FASILITAS/
SUHBER BEL.

BESAR KELAS

JAH PERTE-

n

HUAN

LIN6KUK6Asl_

IKLIM SO

SIAL i

u

PSIK0L06ISJ
BA6AN 1. PARADIBHA TEORITIS

FAKTOR-FAKTOR YANG TERLIBAT DALAH PEN6AJARAN IPS

Pengajaran IPS di SD

memiliki tiga

dimen

si, pertama dimensi substantif yang berisi
(1)

tujuan mata pelajaran IPS;

IPS.

Kedua.

(2)

tentang

isi atau

ruang

lingkup

pelajaran

dimensi

Kegiatan

Belajar

Mengajar, yaitu tentang dinamika

kegiatan

v..

belajar

mengajar

yang

dapat dipengaruhi oleh (1)

15

faktor

guru,

baik

kemampuan

mengatur

strategi

pembelajaran atau penggunaan metodologi pengajaran,
maupun

IPS,

pandangan guru terhadap hakekat

(2)

karakteristik siswa sesuai dengan

perkembangannya,

yang

pengajaran

tersedia.

dan (3) alat serta bahan

Ketisa.

tahap

belajar

dimensi lingkungan

sosial,

baik yang menyangkut (1) besar kelas dan jumlah jam

pelajaran maupun (2) yang berhubungan dengan
sosial

dan

sekolah

(guru)

hubungan

iklim

antar

pskologis,

seperti

hubungan

dengan orang tua

siswa

guru dan

sekolah

kepala

adanya dukungan dari kepala sekolah atau

iklim

maupun
seperti
kerjasama

dengan guru lain.

Seluruh komponen yang terdapat dalam
dimensi,

setlap

pada dasarnya merupakan satu kesatuan yang

saling berhubungan dan saling mempengaruhi.
Dalam
IPS

kurikulum SD 1994,

yang diajarakan di SD terdiri atas

kajian pokok:
kajian

bumi,

sosial

dua

pengetahuan sosial dan sejarah.
mencakup

ekonomi,

dan

lingkungan

sosial,

pemerintahan.

bahan kajian -ejarah meliputi

kat,

dijelaskan

bahwa
bahan
Bahan
ilmu

Sedangkan,

perkembangan masyara

Indonesia sejak masa lampau hinga kini.

16

Fungsi dan tujuan pengetahuan sosial

mengembangkan

keterampilan

dasar

untuk melihat kenyataan sosial yang dihadapi

siswa

dalam

dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini

jukkan

menun

bahwa kajian pengetahuan sosial tidak

terlepas
di

pengetahuan dan

adalah

akan

dari kenyataan-kenyataan sosial yang

masyarakat. Oleh sebab itu

dan isi pelajaran IPS harus

dimensi

ada

tujuan

didasarkan

kepada

perkembangan sosial masyarakat yang selalu mengalami perubahan.

Fungsi dan tujuan IPS seperti di atas, harus

dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan kegi
atan belajar mengajar IPS yang dilakukan oleh guru.

Banyak

metode dan strategi yang

dapat

digunakan

dalam

pengajaran IPS. Dari sekian banyak itu

perlu

menentukan dan memilih metode

yang bagaimana yang diangap cocok
tujuan

sesuai

mata

pelajaran

guru

dalam

IPS.

merupakan

mempengarui

disamping

Oleh

memilih dan

pembelajaran,

dapat

dengan hakekat

faktor

strategi

untuk

mencapai

dan

karakteristik
itu kemampuan

mengembangan

kualitas

siswa,

dan

sebab

salah

satu

strategi

faktor

pengajaran

fasilitas

guru

belajar

tersedia serta faktor lingkungan sosial.

yang

IPS,

yang

2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

a. Pengelolaan Proses Belajar Mengajar di SD.
Hasil studi lapangan yang dilakukan

Setijadi

(1992)

tentang Proses Belajar Mengajar dan kinerja

murid

di

SD

(Kalimantan

yang

meneliti

di

Barat, Jawa Barat,

enam

propinsi

Sulawesi

Selatan,

Lampung, dan Nusa Tenggara Timur) dengan

kan

pendekatan

kualitatif

dan

mengguna

studi

kasus,

menyimpulkan:

1) Dari

pengamatan

kelas dapat disimpulkan

bahwa

tidak banyak terjadi perubahan selama 6-8

tahun

belakangan
serempak

lomba

ini.

untuk

terjadi

atas pertanyaan guru. Murid

menjawab

kesan suasana
"hiruk

Masih banyak

pertanyaan guru,

kelas

pikuk".
memberikan

bukannya

Keadaan

ini

umpan balik

jawaban
berlomba-

sehingga

"hidup"

tetapi

menyulitkan
korektif

ada

guru
kepada

jawaban murid.

2) Jarang sekali terlihat tatanan kelas yang menun
jukkan ciri-cri CBSA.

Hiasan dinding hasil karya

murid tidak banyak terdapat. Dialog antar murid

tak
Kelas

didengarkan

oleh

murid-murid

yang

sudah diatur kursinya untuk bisa

berkelompok,

lain.
bekerja

tetapi guru tetap menerangkan

dan

murid

tetap

harus

mendengarkan,

atau

berkelompok tetapi tugasnya menyalin

murid

pelajaran.

Sangat mungkin situasi ini disebabkan karena SD-

SD sample belum diprogramkan secara khusus untuk
melaksanakan CBSA.

3) Peranan perpustakaan hampir tidak ada,

meskipun

ada ruangan yang disebut "perpustakaan".

4) Dijumpai

mengajar

beberapa

secara

menunjukkan

orang guru, yang

klasikal,

akan

meskipun

tetapi

kemampuan menerangkan yag

dapat

memadai,

member! contoh yang jelas, relevan, serta

memilah
la

mana yang penting dan mana yang

juga mampu

mampu

tidak.

mengadakan tanya jawab

secara

teratur (Set.ijadl, 1992: 8-9).

Hasil studi lapangan yang dilakukan

itu

Setijadi

menunjukkan bahwa pola belajar mengajar di
cenderung

masih

menggunakan pola komukasi yang searah. Siswa

masih

berperan sebagai penerima informasi. Walaupun

guru

termasuk

dalam

memiliki

dengan

keinginan

mengatur

bekerja
ditunjang
memadai.

pengajaran

(belajar)
oleh

IPS,

SD

untuk menerapkan

tempat

duduk

kelompok,
kemampuan

agar

akan

CBSA,

yaitu

siswa

dapat

tetapi

menerapkannya

tidak
yang

1?

b. Pengambangan Kemampuan Berpikir dan Nilai

Hasil penelitian
tentang

pokok

gagasan

Suwarma Al Muchtar

masalah

(1991),

"Bagaimana

kondisi

dan

peningkatan mutu pendidikan

dilihat

dari

aspek sosial budaya, dalam mengembangkan

berpikir

kemampuan

dan nilai dalam pendidikan IPS?",

menggunakan

pendekatan

sampling technique",

kualitatif

di antaranya

dan

dengan

"snowball

menyimpulkan:

1) Dilihat dari aspek pemahaman hakekat dan

pendidikan
guru,

IPS

wawasan

mereka

bagaimana

para

memahami

seharusnya arah peningkatan

kualitas

IPS,

teoritik

dari

telah

pendidikan

secara

konseptual

tujuan

akan

tetapi

dilihat

dari

pelaksanaannya tidak tampak aplikasinya, sehingga

merupakan

kelemahan pendidikan

IPS

dewasa

ini .

2) Dari hasil
pendidikan

yang

analisis
IPS,

merupakan

kendala

proses

diperoleh

kerawanan

belajar
beberapa

dan

mengajar
kelemahan

muncul

sebagai

bagi kemungkinan pengembangan kemampuan

berpik.tr

dan

sangat

menonjol

kebiasaan

guru

nilai.

Kelemahan

di antaranya

pendidikan

IPS

tersebut
adalah

yang

yang
adanya

lebih

"0

banyak menggunakan pendekatan "ekspository" dari
pada

"inquiry". Dengan

menonjolnya

penggunaan

metode ceramah ternyata tidak memberikan peluang

bagi pengembangan
pengkajian

berpikir tingkat tinggi dan

nilai dari setiap

materi

pelajaran

pendidikan IPS.

3) Penggunaan

sumber

budaya

belajar

pendidikan

IPS masih terbatas

buku

baik oleh guru maupun

teks

didik,

yang

materi

maupun

terbatas

pada

menyebabkan ruang
profil proses

pada

materi

penggunaan

oleh

peserta

iingkup

belajar

dan

dalam

cara

sajian
mengajar

menyajikan

informasi yang terdapat dalam buku terse'but.

4) Perpustakaan sebagai
lingkungan
sebagai

sekolah ternyata

sumber

terintegrasi
Antara

sumber

daya

belajar pendidikan

dalam

proses

tumbuhnya

belajar

belajar

IPS

secara

mengajar.

koleksinya

diperkuat juga dengan

budaya

di

belum difungsikan

lain disebabkan selain

terbatas,

belajar

kondisi

yang

yang

belum

menggunakan

perpustakaan sebagai media dan sumber belajar.

Kesimpulan
atas

dari hasil penelitian Suwarma

membuktikan bahwa pengajaran IPS

di

di

lembaga

pendidikan formal, yang dapat mendorong siswa untuk

»

berpikir belum terkondisikan dengan sempurna.
sebab

itu,

Suwarma

merekomdasikan
dalam

aspek

berdasarkan

bahwa

untuk

proses

hasil

temuannya

mengatasi

belajar

kelemahan

mengajar,

diungkapkan dalam penelitian, maka perlu
transformasi
belajar

dominasi

kepada

pemecahan
dengan

dari

pendekatan

ceramah

kebiasaan

ekspositori

pendekatan

dan

disesuaikan

dilakukan

taktik

dengan

kondisi

pengggunaan

bentuk

dalam

dapat

pendekatan
secara

proses

dalam

inkuiri

masalah. Hal ini hanya

mengaplikasikan

strategi

seperti

budaya pendidikan dalam aspek

mengajar,

bentuk

dilakukan

inkuiri

dalam

Dalam

arti

luwes.
transisi

yaitu

kebiasaan gaya mengajar "tutur" dan budaya

"menghapal",

ke

dalam

orientasi

Oleh

cara

dari

belajar

berpikir

ilmuwan sosial (Suwarma Al Muchtar, 1991:287).

C.

RUMUSAN DAN FOKUS MASALAH

1. Rumusan Masalah

Dalam paradigma teoritis diungkapkan,
faktor

atau

aspek yang terlibat

dalam

dimensi pengajaran IPS di SD, baik yang
dalam dimensi substantif, dimensi kegiatan

mengajar maupun dimensi lingkungan sosial.

banyak
setiap

terlibat
belajar

Salah

pengajaran
mengajar

satu

IPS

masalah

yang

dihadapi

adalah lemahnya

yang

kualitas

diterapkan oleh

guru.

dalam

belajar

Berdasarkan

hasil beberapa penenelitian terdahulu, maupun urai-

an dalam latar belakang masalah seperti yang
dikemukakan

di

pengajaran

IPS,

guru

menerapkan

pola

ekspositori

siswa

untuk

gilirannya

atas,

dalam

pelaksanaan

cenderung

berpikir

telah
proses

terlalu

yang

kritis,

siswa hanya menghapal

tidak

banyak
melatih

sehingga

pada

sejumlah

fakta

atau informasi.

Melalui

akan

"Action

Research",

penelitian

ini

mengkaji dimensi proses belajar mengajar

IPS

dengan rumusan masalah: "Model inkuiri sosial

yang

bagaimana yang dapat meningkatkan kualitas pengaja
ran

IPS

di SD sesuai

dengan

kondisi

lingkungan

sekolah serta kurikulum yang berlaku?"
2.

Fokus Masalah

Fokus

masalah

yang

ingin

diteliti

dari

rumusan masalah di atas adalah:

a.

Bagaimana

kondisi guru, siswa,

fasilitas

dan

pelaksanaan pengajaran IPS yang selama ini berlangsung di SD?

Fokus

kondisi

data
ini

masalah ini merupakan

kajian

tentang

dan situasi pembelajaran IPS di SD.

yang terkumpul melalui kajian
digunakan sebagai masukan

fokus

dalam

Data-

masalah

pengembangan

model inkuiri yang ingin diterapkan.

Pertanyaan penelitian yang ingin dikaji

dari

fokus masalah tersebut adalah:

1) Bagaimana pandangan guru tentang konsep

inkuiri

dalam pengajaran IPS?
2) Bagaimana

pelaksanaan

pengajaran

IPS

yang

selama ini berlangsung di SD?
3) Bagaimana pada kenyataannya kondisi, karakteris-

tik

dan

tingkat

partisipasi

siswa

dalam

mengikuti PBM IPS?

4) Bagaimana

ketersediaan

fasilltas atau

sumber

belajar IPS di sekolah.
«.

5) Bagaimana iklim

sosial dan iklim psikologis

di

lingkungan sekolah selama ini?

b.

Model inkuiri sosial yang bagaimana yang

dapat

dikembangkan di SD?

Fokus
model

penelitian ini merupakan

pengembangan

inkuiri yang dapat diterapkan di SD

mempertimbangkan

data

masalah yang pertama.

yang diperoleh

pada

setelah
fokus

24

Pertanyaan penelitian dari fokus masalah yang
kedua ini adalah

1) Bagaimana
di

SD

:

model

perencanaan

pengajaran

dengan menggunakan pendekatan

IPS

inkuiri

sosial sesuai dengan kurikulum yang berlaku?

2) Bagaimana
di

penerapan pola belajar mengajar

SD dengan menggunakan inkuiri sosial

IPS

sesuai

dengan rencana yang disusun ?

3) Bagaimana menerapkan evaluasi pengajaran IPS

di

SD yang bertumpu kepada model inkuiri sosial?

4) Bagaimana

hasil

yang

diperoleh siswa

dalam

belajar dengan menggunakan model inkuiri sosial?
D. DEFINISI OPERASIONAL

Untuk
rumusan

menyamakan

masalah,

persepsi

maka perlu

sesuai

dijelaskan

dengan
beberapa

istilah yang terkandung dalam fokus masalah sebagai
berikut:

1. Mengembangkan,
sebagai

proses
tingkat

dalam penelitian ini

penerapan

model inkuiri

dimaksudkan
sosial

belajar mengajar IPS yang sesuai
perkembangan

Pengembangan

siswa

sekolah

tersebut difokuskan kepada

dalam

dengan
dasar.

proses

perencanaan, pengelolaan atau pelaksanaan kegia
tan belajar mengajar dan proses evaluasi.

2. Inkuiri sosial,

dalam

adalah

pembelajaran

model atau

yang

pendekatan

menekankan

proses pemecahan masalah sosial, yang

kan dengan tingkat

kepada
disesuai-

perkembangan siswa,

kondosi

guru dan kondisi lingkungan sekolah.

3. IPS,

adalah

mata

pelajaran

ilmu

pengetahuan

sosial yang diberikan di kelas 5 SD catur

1

sesuai

(kurikulum

dengan
SD

kurikulum

1994)

yang

yang

vmlan

berlaku

dibatasi

pada

pengajaran pengetahuan sosial.
E. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Penelitian

ini bertujuan untuk

menghasilkan

model pengembangan inkuiri sosial dalam

pengajaran

IPS SD kelas 5 catur wulan 1 sesuai dengan
sekolah dan kurikulum yang berlaku
1994),

yang

kondisi

(kurikulum

secara khusus .pengembangan

SD

tersebut

meliputi:
1.

Pengembangan

SD

perencanaan

pengajaran IPS

dengan menggunakan pendekatan

inkuiri

di

so

sial.

2.

Pengembangan
SD

pola

bela.iar mengajar IPS

yang bertumpu kepada model inkuiri

di
sosial

sesuai dengan rencana pengajaran yang disusun.

3.

Penerapan
bertumpu

evaluasi pengajaran IPS di
kepada

model inkuiri

SD

yang

sosial,

untuk

mendapatkan gambaran tentang hasil belajar yang

diperoleh

siswa setelah melaksanakan

kegiatan

proses pembelajaran dengan menggunakan

inkuiri

sosial.

Dengan pengembangan model tersebut diharapkan
akan bermanfaat untuk:

1. Memberikan

rangsangan kepada guru

dalam

meningkatkan kualitas pengajaran IPS SD

upaya

melalui

perbaikan proses belajar mengajar dengan menggu
nakan inkuiri sosial sebagai suatu strategi atau
model

mengajar;

2. Memberikan

pengalaman

kepada

guru

untuk

merancang

atau menyusun rencana pengajaran

penerapan

inkuiri

pembelajaran

sosial sebagai

suatu

yang bertumpu kepada Cara

dan

model

Belajar

Siswa Aktif sesuai dengan tuntutan kurikulum

SD

1994.

3. Menerapkan
untuk

pendidikan

melalui

model inkuiri sosial.

4. Merangsang minat

IPS

dan

melalui
v.

sosial.

instrumen

melatih kemampuan berpikir siswa

penerapan

belajar

IPS sebagai

motivasi siswa SD

tahapan-tahapan

untuk

inkuiri

BAB III
METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

A.

METODE PENELITIAN

Sesuai
yang

ingin

dengan jenis permasalahan dan
dicapai,

yaitu

tujuan

mengembangkan

model

inkuiri sosial dalam pelajaran IPS SD, maka

metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah

peneli

tian tindakan (action research).

Action

research

menggabungkan
ilmiah

dalam

serta

dalam

merupakan

antara

tindakan

rangka untuk

proses

penelitian
dengan

memahami

perbaikan.

Hal

prosedur

sambil

ini

combines

as

research

procedure,

substantive

it is action

act

in

process of improvement

Hopkins,

1993:44).

Pengertian

walaupun
perbaikan
seperti

action

di

atas

research

a

disciplined

by

while

reform

(David

menggambarkan,

bahwa

terlibat

tertentu, akan tetapi
penelitian

Action

with

enquiry, a personal attempt at understanding
engaged

ikut

seperti

diungkapkan David Hopkins yang menyatakan "
research

yang

pada umumnya

77

dalam

proses

tujuannya

adalah

yaitu

pemahaman

78

sesuatu.

John Elliot (1993: 49)

menyatakan:

fundamental aim of action research is to

"The

improve

rather than to produce knowledge".

Pernyataan
dasar

dari

action

pengetahuan
Artinya,

Elliot mempertegas, bahwa

dari

research
pada

adalah

memperbaiki

menghasilkan

pengetahuan.

action research tidak

penemuan

suatu

memperbaiki

tujuan

pengetahuan

menekankan
baru,

atau menyempurnakan

kepada

akan

tetapi

pengetahuan

yang

sudah ada.

Dalam
action

research

kurikulum
perbaikan
serta
yang

bidang pendidikan, lapangan
mencakup dalam

sekolah,

hal

pengembangan

pengembanghan

program sekolah dan

pekerjaan

profesional,

sistem

perencanaan

pengembangan kebljaksanaan. Hal ini
dikemukakan

action

Stephen Kemmis:"

In

research has been employed in

curriculum

school

development,

'improvement

planning

and

profesional

program,

education,
school-based
development,

and

policy development

seperti

systems

(David

Hopkins,

1993:44).

Pengembangkan

mata

pelajaran

bertujuan

untuk

model

IPS di SD

inkuiri

dalam

memperbaiki

sosial

dalam

penelitian

ini,

pengetahuan

guru

tentang

proses

belajar

mengajar

IPS

melalui

penerapan model inkuiri sosial sebagai usaha

meningkatkan

kualitas pengajaran IPS

yang

untuk

selama

ini dianggap sebagai suatu masalah dalam pendidikan
IPS

di SD. Oleh sebab itu, sesuai dengan

Kemmis

dan

sengaja
action

dari

David Hopkins,

dalam

juga

penelitian ini

pendapat

Elliot,

penulis

menggunakan

metode

research.

Elliot

yang mengutip model

action

research

Lewin,

berpandangan

action

research

bahwa

dilaksanakan seperti spiral yang berputar. Langkahlangkah

dan

dari mulai pengembangan

pelaksanaannya tidak akan

setelah selesai

ide,

terputus.

persoalan

Artinya,

melaksanakan suatu tindakan

lam langkah implementasi, peneliti akan
pada

perencanaan

baru yang

didapatkan

da

dihadapkan
dari

hasil

monitoring.

Elliot

menggambarkan

proses

pelaksanaan

action research seperti pada bagan 3 berikut ini.

IDENTIFYING
INITIAL IDEA

RECONNAISSANCE

(fact finding &analysis
GENERAL PLAN

ACTION STEPS 1
ACTION STEP 2

<

ACTION STEP 3
IMPLEMENT
ACTION STEPS 1

MONITOR IMPLEMENTATION
& EFFECT
'RECONNAISSANCE'

(explain any failure to
implement, and effects)

REVISE GENERAL
IDEA

4

AMANDED PLAN
ACTION STEPS 1
ACTION STEPS 2

IMPLEMENT NEXT
ACTION STEPS

ACTION STEPS 3

MONITOR IMPLEMENTATION
& EFFECT

"

'RECONNAISSANCE'

REVISE GENERAL

(explain any failure to
implement, and effects)

IDEA

I

X

AMANDED PLAN
ACTION STEPS 1
ACTION STEPS 2

IMPLEMENT NEXT
ACTION STEPS

ACTION STEPS 3

<
MONITOR IMPLEMENTATION
& EFFECT
'RECONNAISSAMCE'

(explain any failure to

implement, and effects)
BAGAN 3. Model Action Research versi Lewin yang direvisi
(John Elliot, 1993:71)

80

Dari

bagan di atas,

dapat

dijelaskan

proses pelaksanaan action research yang

kan

bahwa

dikembang

Lewin yang kemudian disempurnakan oleh

Elliot

terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:
a. Action research dimulai dengan

ide

mengidentifikasi

yang akan dijadikan kajian penelitian.

Ide

tersebut merupakan pernyataan dari keadaan

atau

situasi tertentu yang memerlukan perubahan

atau

peningkatan. Elliot mengatakan:" In other

words

the "general idea" refers to state of affairs or

situation
(Elliot,
b.

one wishes to change or

inmprove

on

1993:72).

Mengadakan

studi pendahuluan

(reconnaissance).

Pada langkah ini ada dua hal yang harus dikerjakan. Pertama menggambarkan fakta
fact

of

sesuai
ide

the situation)

yang ada

dengan masalah yang

yang

dijadikan

(Decribing the

kajian

di

lapangan

berhubungan
penelitian.

adalah

menjelaskan fakta melalui analisis

cermat

sebagai

bahan pertimbangan

masukan dalam penyusunan perencanaan

atau

Kedua

yang
bahan

penelitian

(Explaining the facts of the situation).

81

dengan

c. Menyusun
hasil

perencanaan secara umum sesuai
studi

general

pendahuluan

(Constructing

Dalam

ini

plan).

mengembangkan

dengan

langkah

the

peneliti

tindakan-tindakan apa yang

harus

dilakukan sesuai denga masalah penelitian.

d. Mengimplementasikan

tindakan

sesuai

dengan

perencanaan yang telah disusun. Selama

pelaksa

naan tindakan dilakukan monitoring dan

evaluasi

sebagai bahan perbaikan dan pengembangan.
e. Menjelaskan berbagai
pengaruh

yang

kelemahan,

timbul

masalah

berdasarkan

atau
hasil

monitoring selama implementasi berlangsung, yang
digunakan sebagai bahan perbaikan.
f. Melakukan perbaikan dan menyusun rencana

selan

jutnya.

g. Mengimplementasikan

kembali

tindakan

sesuai

dengan perencanaan yang telah direvisi

(kembali

ke langkah "d").
B.

PROSEDUR/TAHAPAN

PENELITIAN

Sesuai dengan metode penelitian yang
nakan

Action

Research, serta

mengadaptasi

menggu
model

pengembangan metode action research yang dikembang

kan

Elliot, maka prosedur atau

langkah-langkah

penelitian yang diterapkan seperti tergambar
bagan 2 di bawah ini.

dalam

PRA SURVEY

draf/prencanaan
MODEL 1

EVALUASI/
MONITORING

DRAFPERENCANAAN
MODEL2

EVALUASI/

MONITORING

DRAF/PERENCANAAN
MODEL 3

1.

Topik

1. Topik

1. Topik

1. Topik

l.Topilc

2.

Tujuan

2. Tujuan

2. Tujuan

2. Tujuan

2. Tujuan

3. KBM
- Aktivitas guru
- Aktivitas siswa

3. KBM

3. KBM

3. KBM

4. Alat dan

4. Alat dan Sumber

4. Alat dan Sumber

4. Alat dan Sumber

5. Evaluasi

5. Evaluasi

5. Evaluasi

3. KBM

- Aktivitas guru
- Aktivitas siswa
4. .Mat dan Sumber

• Aktivitas guru

• Aktivita« guru

• AJdiviUi gui u

• Aktivitas siswa

- Aktivitas siswa

• Aktivitas siswa

Sumber
5. Evaluasi

5. Evaluasi

DST

BAGAN 4. Tahapan Penelitian

CD

84

Sesuai

dengan

bagan di atas,

maka

tahapan

atau prosedur penelitian dapat dijelaskan sebagai
berikut:

1. Mengadakan survey pendahuluan

Survey pendahuluan dilakukan untuk mengumpulkan
data yang dianggap penting sesuai dengan tujuan
dan fokus penelitian.

Data-data

yang ingin dikumpulkan

dalam

survey

pendahuluan ini adalah:

a. Faktor guru, yang menyangkut pandangan
tentang IPS dan konsep

guru

Inkuiri.

b. Faktor Siswa, yang menyangkut kondisi
karakteristik siswa dalam

dan

pelajaran IPS.

c. Proses Belajar Mengajar IPS yang

berlangsung

selama ini, yang menyangkut:

1) Metoda mengajar yang digunakan oleh guru;

2) Alat dan sumber pelajaran yang digauanak
oleh guru selama ini;

3) Sistem

evaluasi

yang

digunakan

dalam

proses belajar mengajar IPS selama ini.
d. Fasilitas atau sumber belajar yang tersedia,
yang menyangkut:

1) Bahan cetakan/grafis
2) Media tiga dimensi

3) Media elektronik/yang diproyeksikan.

85

e. Iklim

sosial/psikologis

di

lingkungan

sekolah.

2. Menyusun

draf awal/model 1 bersama guru

memperhatikan

data

sesuai dengan

dengan

hasil

studi

pendahuluan.

3. Mengimplementasikan

draf awal/model 1 oleh guru

IPS. Selama implementasi berlangsung,
observasi

perbaikan.

sebagai

umpan

dilakukan

balik

Hal-hal yang diobservasi itu

untuk

adalah

tentang:

a) faktor

kemampuan

sesuai

guru

menerapkan

inkuiri

dengan perencanaan, yang menyangkut

kemampuan sebagai perencana, sebagai

pembuka

pelajaran, sebagai penanya, sebagai pengelola
dan sebagai evaluator.

b)

faktor
siswa

aktivitas

motivasi

belajar

dalam setiap tahapan inkuiri,

serta

kemampuan

yang

dan

berhubungan

dengan

proses

pemecahan masalah, seperti kemampuan bertanya
dan

keberanian

siswa

mngemukakan

pendapat

yang relevan dengan topik permasalahan.

86

4. Bersama-sama
yang

guru

didasarkan

melakukan diskusi
kepada

hasil

perbaikan
observasi/

monitoring selama PBM berlangsung.
5. Menyusun draft /model 2 bersama guru.

6. Mengimplementasikan draft /model 2 seperti

yang

telah dilakukan pada langkah sebelumnya.
7. Mengevaluasi draf/model 2

8. Dan seterusnya (kembali ke implementasi).
C.

METODE PENGUMPULAN DATA

Metode atau teknik pengumpul data yang

digu

nakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan fokus
masalah

dan pertanyaan penelitian

yang

diajukan,

yaitu:
1.

Wawancara (interview)

ini

Interview

atau wawancara

digunakan

untuk

khususnya untuk fokus

dalam

penelitian

mengumpulkan

informasi,

masalah 1 tentang

pendangan

guru mengenai inkuiri sosial dalam pengajaran IPS.
Jenis interview yang digunakan adalah
view

yang

tidak berstruktur atau

menghendaki
dimaksudkan

pandangannya

jawaban
agar

secara

sumber data

sesuai

dengan

interview

terbuka.
dapat

Hal

pendapatnya

Oleh ^ebab itu dalam proses

pulan

untuk

mendapatkan

yang

ini

mengemukakan

dengan bebas.

data,

inter

informasi

sendiri
pengum-

yang

87

lengkap, peneliti terlebih dahulu menentukan pokokpokok pertanyaan sesuai dengan topik masalah.
2. Pengamatan (observasi)

Pengamatan (observasi) merupakan metode

atau

teknik pengumpulan data yang digunakan dalam proses
implementasi model.

Beberapa
observasi

teknik

alasan

pokok

menggunakan

sebagai pengumpul data

observasi yang didasarkan

langsung,

adalah

pada

dianggap sebagai alat yang

mengetes

teknik
pertama,

pengalaman

ampuh untuk

sesuatu kebenaran atau untuk

melihat

kenyataan yang sebenarnya.

Kedua,
dan

teknik

mengamati

pengamatan dengan

sendiri tentang

melihat

kemampuan

guru

yang sebenarnya memungkinkan untuk dapat memperoleh
data secara obyektif.

Ketiaa.
mencatat

pengamatan

memungkinkan

peristiwa atau kejadian

penting

peneliti
sebagai

bahan masukkan untuk perbaikan penampilan guru.
Keftmpat.

peneliti
komplek.

mampu

teknik

pengamatan

memungkinkan

mengerti situasi yang rumit

dan

88

Kelima.

teknik

dalam kasus-kasus

tertentu

dimana

komunikasi lainnya tidak dimungkinkan

pengamatan

dapat

menjadi

alat

yang

maka
sangat

bermanfaat.

3. Analisis Dokumen (Document Analisys).

Analisis dokumen digunakan untuk mengumpulkan

berbagai informasi khususnya untuk melengkapi
dalam rangka studi pendahuluan atau untuk

pertanyaan

data

menjawab

penelitian mengenai pelaksanaan

proses

belajar mengajar belajar IPS selama ini.
4. Video recordings (Rekaman video)

Rekaman

Video

digunakan

sebagai

alat

observasi untuk melihat perkembangan kemampuan guru
dalam

menerapkan model inkuiri. Dengan mengguna

kan rekaman video, memungkinkan guru dapat

kelemahan-kelemahannya sendiri dalam
tasikan

model

sebagai

implementasi berikutnya.
juga

bahan

mengimplemen

perbaikan

peristiwa

berlangsung
rekaman.

dengan

untuk

Selain itu, rekaman voideo

digunakan untuk menganalisis lebih

setiap

melihat

penting

cara

selama

memutar

mendetail

implementasi

ulang

hasil

4. Triangulasi.

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan

data

luar

yang memanfaatkan sesuatu yang

data

sebagai

itu

untuk

keperluan

pengecekan

pembanding terhadap data itu.

digunakan

baik

untuk

survey

lain

di
atau

Triangulasi

pendahuluan

maupun

untuk keperluan monitoring.

Triangulasi

dilakukan

dengan

membandingkan data yang diperoleh melalui

cara

beberapa

teknik. Hal ini diperlukan untuk menentukan akurasi
data yang diperoleh.
5.

Catatan harian (Diaries)

Catatan

harian

digunakan

sebagai

monitoring

atau observasi baik selama

action

research

pengembangan

model

guru, maupun

berlangsung

inkuiri

yang

alat

pelaksanaan

yaitu

tentang

dilakukan

oleh

untuk mengumpulkan data dalam studi

pendahuluan.

D. TEKNIK ANALISIS DAN PENAFSIRAN DATA

Analisis data dalam penelitian ini

dilakukan

dengan menggunakan pendekatan kualititatif. Hal ini
disesesuaikan

dengan jenis

model

sosial dalam pelajaran

inkuiri

masalah

pengembangan
IPS

di

SD

90

serta

metode

penelitian

"action

research"

yang

lebih menekankan kepada proses daripada hasil.

Dalam

penelitian

penafsiran

kualitatif,

analisis

data merupakan proses yang tidak

dan
dapat

dipisahkan (Maleong, 1988 : 182). Oleh karena

itu,

dalam

data

penelitian ini analisis dan penafsiran

dilakukan

secara

bersama-sama dan

terus

menerus

sampai berhasil menemukan model inkuiri sosial yang

dianggap memadai sesuai dengan tujuan penelitian.
Langkah-langkah
analisis

dan

yang dilakukan dalam

penafsiran

data

proses

adalah

sebagai

berikut:

1. Menelaah seluruh data yang tersedia dari

gai sumber data yaitu hasil wawancara,

berba

dokumen-

tasi, hasil observasi dan catatan harian.
2. Membuat
dari

abstraksi

atau membuat rangkuman

hasil analisis atau penelaahan

inti

data

dari

setiap sumber atau teknik pengumpulan data

yang

digunakan.
3. Menyusun

sesuai

satuan-satuan atau katagorisasi

dengan

dipertanyakan.

pokok

permasalahan

data

yang

91

4. Mengadakan

pemeriksaan

membandingkan

hasil

dari

keabsahan data dengan
setiap

teknik

yang

digunakan (triangulasi).

5. Membuat

interpretasi

data dengan

melihat

hubungan antar aspek.
D.

LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

1.

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah

Dasar

Negeri Pakuwon II Sumedang kelas 5, catur wulan 1.
Pemilihan

oleh

alasan

lokasi ini bukan

saja

didasarkan

teknis, akan tetapi

juga

didasarkan

kepada kenyataan bahwa sekolah ini merupakan

satu sekolah induk yang ada di Kabupaten

salah

Sumedang.

Dengan demikian diharapkan sekolah ini akan menjadi
model

dalam menerapkan inkuiri sosial

dalam

mata

pelajaran IPS di sekolah.
2. Waktu Penelitian

Sesuai

ini

sampai

bahwa

penelitian

1,

maka

pelaksanaan akan dimulai sekitar bulan

Juli

akan

waktu

dengan perencanaan

dilaksanakan pada catur

September

terlampir).

1997

wulan

(jadwal

penelitian

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Salah

satu

kritik yang

sering

muncul

kepermukaan terhadap pengajaran IPS di SD selama
ini adalah adanya kecenderungan proses belajar
mengajar yang terlalu berorientasi kepada materi

pelajaran, dengan guru berperan sebagai penyampai
informasi dan siswa sebagai penerima informasi.
Menurut para ahli pendidikan IPS, pola mengajar
yang demikian tidak akan dapat mengembangkan kemam

puan berpikir siswa yang sangat diperlukan dalam
menghadapi tantangan dan kebutuhan seiring dengan

pola kehidupan masyarakat yang sangat cepat berubah
sebagai akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

Model inkuiri sosial yang dikembangkan dalam

penelitian ini yang menempatkan peran guru tidak
sebagai

penyampai informasi, akan tetapi sebagai

pembimbing siswa untuk menggali informasi melalui
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dapat menjawab

1-7 /

/ o

kekhawatiran

di

atas.

Berdasarkan

hasil

yang

diperoleh ternyata dengan menggunakan model inkuiri
sosial dalam pelajaran IPS, dapat merangsang

siswa

berpikir menggunakan kemampuan intelektualnya.
Model

penelitian
melalui

inkuiri

ini

yang

dikembangkan

menggunakan

pola

diskusi terbimbing, yang

tersebut

seutuhnya

pemecahan

masalah

yang

sederhana

dalam

diskusi

berorientasi

melalui

dalam

kepada

langkah-langkah

sistematis. Inilah yang membedakan model

sederhana

proses

yang dikembangkan dalam

yang
inkuiri

penelitian

ini

dengan pola inkuiri sederhana yang lain. Dalam pola
inkuiri sederhana yang lain seperti yang dikembang

kan

oleh Clark yang dinamakan "the

guided discussion" atau "Guided
yang

dikembangkan

diarahkan
masalah

Dengan

pada

untuk

oleh

controlled

Inquiry" seperti

Sound,

siswa

menjawab

demikian keterlibatan siswa

tersebut;

menemukan jawaban
sedangkan

model

dalam

penelitian ini siswa

dari

mulai

perumusan
terbiasa

perumusan

kesimpulan

hanya

pertanyaan

yang sudah jadi yang diajukan

proses

hanya

dari
yang

masalah

dari

oleh

guru.

terjadi

permasalahan
dikembangkan

sepenuhnya

dengan

or

dilibatkan

sampai

harapan

kepada

agar

berpikir sistematis dan logis serta

siswa
peka

178

terhadap permasalahan-permasalahan

sosial.

Dengan

demikian

inkuiri

yang

kesederhanaan

dikembangkan
pada

model

dalam penelitian ini

tahapan

permasalahan

terletak

inkuirinya akan tetapi
dan

proses pemecahannya

pada

jenis

yang

tidak

menuntut

siswa untuk mengadakan pengamatan

langsung

di

didasarkan

lapangan.

Proses

bukan

pemecahan

kepada pengalaman siswa yang

secara

masalah
ditunjang

oleh sumber-sumber pelajaran yang tersedia

seperti

buku-buku pelajaran, peta atau gambar.

Sesuai dengan pokok pertanyaan penelitian, di
bawah

ini

disajikan

perencanaan,

secara

utuh

tentang

pola belajar mengajar,

model

evaluasi

dan

hasil yang diperoleh siswa. Untuk melengkapi kesim

pulan,

selanjutnya

inkuiri

yang

dijelaskan

dikembangkan dengan

hubungan

model

kondisi

sistem

pendidikan kita yang berlaku dewasa ini.
1. Model perencanaan mengajar yang bertumpu

kepada

inkuiri sosial.

Model

perencanaan pengajaran yang

bertumpu

kepada inkuiri sosial, dan