PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILL) DALAM PELAJARAN IPS DI SD.

(1)

1

BABBIB

PENDAHULUANB

B

A. LatarBBelakangBMasalahB

Ada beberapa hal yang melatarbelakangi penelitian tentang peningkatan keterampilan menulis argumentatif melalui model halaqah (MH) ini. Pertama, ada anggapan bahwa keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sulit. Iskandarwassid dan Sunendar (2008: 291) mengakui, “Menulis merupakan keterampilan yang paling tinggi tingkat kesulitannya bagi pembelajar dibandingkan dengan ketiga keterampilan lainnya”. Senada dengan itu, Nurgiantoro (2001: 296) juga mengatakan bahwa dibanding tiga kemampuan berbahasa yang lain [menyimak, berbicara, membaca], kemampuan menulis sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan sekalipun. Hal itu disebabkan kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar kebahasaan itu sendiri yang akan menjadi isi karangan. Akan tetapi, ada juga yang mengatakan bahwa menulis itu gampang. Hal ini dikatakan oleh Atmowiloto (1984) pada buku tentang tuntunan mengarang yang diberinya judul Mengarang Itu Gampang. Kedua pandangan tentang menulis itu tampaknya ada pertentangan (sulit versus mudah). Jika demikian, mana yang benar dari kedua anggapan itu? Untuk menjawabnya, dibutuhkan informasi dan data yang faktual dan aktual.


(2)

2

Bab I. Pendahuluan

Kedua, keterampilan menulis yang dianggap lebih tinggi kesulitannya tersebut, baik jenis narasi, deskripsi, eksposisi, dan argumentasi, ternyata masih bertingkat lagi derajat kesulitannya. Dari semua jenis tulisan atau karangan tersebut, karangan argumentatif dinyatakan paling sulit. Suparno dan Yunus (2005: 5.33) mengatakan, “… Corak karangan ini (argumentasi; pen.) termasuk karangan yang paling sulit bila dibandingkan dengan corak karangan yang lain…” Alasannya, “…kesulitan tersebut muncul karena perlu adanya alasan dan atau bukti yang dapat meyakinkan, sehingga pembaca terpengaruh dan membenarkan gagasan, pendapat, sikap, dan keyakinan kita” (2005: 5.33).

Sementara itu, kegiatan pembelajaran yang dilakukan di sekolah, salah satu tujuannya adalah untuk memudahkan kesulitan belajar yang dialami oleh siswa. Dengan demikian, dibutuhkan sebuah proses pembelajaran yang dapat memberi kemudahan bagi siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Ketiga, penelitian-penelitian terdahulu menemukan bahwa kemampuan menulis di beberapa subjek pendidikan (mahasiswa dan siswa) ternyata masih rendah. Untuk kalangan mahasiswa, Bukhori (2001: 142) mengungkapkan bahwa salah satu kelemahan umum mahasiswa adalah kelemahan dalam menulis. Hal ini diperkuat lagi oleh pernyataan Soewandi (1984) bahwa bahasa tertulis mahasiswa dalam skripsi yang sudah diperbaiki oleh dosen pembimbing masih menunjukkan kekurangan dalam aspek ortografis, linguistik, dan logikanya. Alwasilah (2003) menyatakan bahwa dalam hal tulis-menulis kemampuan para sarjana Indonesia diklasifikasikan dalam kategori rendah.


(3)

Bab I. Pendahuluan

Keempat, upaya-upaya untuk keluar dari kesulitan menulis khususnya menulis argumentatif telah dilakukan, antara lain dengan penerapan model pembelajaran sebagaimana yang dilakukan oleh Setianingsih (2008) dan Sobari (2006). Setianingsih menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa penerapan model pembelajaran berdasarkan Logika Toulmin efektif meningkatkan kemampuan menulis argumentatif dan keterampilan berpikir kritis. Lebih lanjut, pada bagian Saran, dikatakannya bahwa penelitiannya tidak dapat digeneralisasikan karena penelitian tersebut hanya cocok diterapkan di perguruan tinggi yang memiliki karakteristik lebih kurang sama dengan kondisi Program Studi Farmasi. Sobari sendiri setelah membandingkan model Kooperatif Tipe Jigsaw dengan model Ekspositori dalam pembelajaran Menulis Paragraf dalam Karangan Argumentatif di SMU PGII 2 Bandung menyimpulkan bahwa model Kooperatif Tipe Jigsaw lebih baik dibandingkan model Ekspositori. Dalam Saran-nya, Sobari mengatakan bahwa selayaknya peneliti selanjutnya mengukur sense of interpersonal relationship (hubungan yang akrab antarsiswa) karena ditemukan beberapa siswa kurang aktif melakukan diskusi.

Setelah mencermati hal-hal yang dikemukakan di atas, maka diperlukan inovasi-inovasi untuk menemukan solusi atas permasalahan tersebut. Salah satu solusi yang digagas adalah melalui penelitian penerapan model pembelajaran tertentu.

Salah satu model pembelajaran yang menjadi fokus kajian penelitian ini adalah model halaqah ilmiah (MHI) yang ditransformasi dari model halaqah


(4)

4

Bab I. Pendahuluan

tradisional (MHT). MH memiliki landasan filosofis pedagogis dan prinsip-prinsip serta karakteristik yang diekstrak dari ajaran agama Islam sebagai sebuah pedoman hidup (minhajul hayah). Salah satu prinsip dalam ajaran Islam adalah sebuah pekerjaan, perbuatan, tindakan, aksi, ucapan hendaknya dilandasi oleh alasan ilmiah. Prinsip ini diambil dari salah satu ayat Alquran yang terdapat dalam Surat Al-Isra ayat 36 yang menyatakan, Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawabannya (Depag, 1971: 429) Oleh karena itu, berdasarkan prinsip ini, dalam MH pun setiap peserta halaqah harus melandasi setiap pendapat, sikap, dan keyakinannnya dengan pemahaman atau ilmu yang memadai.

Sementara itu, menulis argumentatif berarti mengemukakan pernyataan-pernyataan atau pendapat-pendapat yang harus dipertanggungjawabkan kebenaran dan keabsahannya melalui argumentasi dengan logika yang benar. Tampaknya, ada relevansi antara karakteristik halaqah sebagai sebuah model pembelajaran dengan karakteristik menulis argumentatif. Persamaan karakteristik tersebut menjadi titik singgung antara MH sebagai model pembelajaran dengan menulis argumentatif sebagai materi pembelajaran.

Berdasarkan paparan latar belakang di atas, maka penelitian tentang MH sebagai salah satu model pembelajaran untuk peningkatan keterampilan menulis argumentatif dipandang penting untuk dilakukan. Sejauh pengamatan dan


(5)

Bab I. Pendahuluan

penelusuran yang penulis lakukan, belum ada penelitian tentang penerapan MH, baik berkaitan dengan kemampuan menulis pada umumnya maupun dengan kemampuan menulis argumentatif. Untuk itu, penelitian tentang MH menjadi penting untuk dilakukan.

B. BatasanBdanBRumusanBMasalahB 1. BatasanBMasalahB

Penelitian ini dirancang untuk mengkaji salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pembelajaran, yaitu mengkaji keefektifan penggunaan sebuah model pembelajaran yang disebut model halaqah (MH) untuk peningkatan keterampilan menulis argumentatif. Oleh karena itu, penelitian difokuskan pada pengaruh proses pembelajaran melalui penerapan model halaqah terhadap keterampilan menulis argumentatif dengan mencermati (1) hasil menulis argumentatif, (2) keefektifan penerapan model halaqah, dan (3) respon guru terhadap pembelajaran model halaqah, dan (4) kepribadian menulis.

2. RumusanBMasalahB

Sesuai dengan batasan masalah, berikut ini diajukan rumusan masalah penelitian yang dinyatakan dalam bentuk pertanyaan.

1) Apakah ada peningkatan keterampilan menulis argumentatif siswa dengan menggunakan MH?

2) Apakah penerapan MH efektif menanggulangi kesulitan menulis argumentatif?


(6)

6

Bab I. Pendahuluan

3) Bagaimanakah respon guru terhadap MH?

4) Apakah MH dapat membentuk kepribadian menulis?

C. BTujuanBPenelitianB

Sesuai dengan batasan dan rumusan masalah di atas, penelitian dirancang untuk menemukan model pembelajaran menulis argumentatif yang teruji dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Model halaqah (MH) dimaksudkan untuk menjadi model alternatif untuk meningkatkan keterampilan menulis argumentatif. Secara operasional, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk:

1) mengetahui Bkeefektifan model halaqah bagi peningkatan keterampilan menulis argumentatif.B

2) menggambarkan sistem atau desain dan proses penerapan model halaqah dalam proses pembelajaran menulis argumentatif.B

3) memperolehBgambaran respon guru terhadap MH sebagai sebuah model pembelajaran yang diharapkan menjadi alternatif solutif bagi peningkatan keterampilan menulis argumentatif.B

4) mengetahui kepribadian menulis yang terbentuk melalui MH.B B

D. ManfaatBHasilBPenelitianB

Melalui penelitian ini diharapkan diperoleh hasil kajian tentang halaqah sebagai sebuah model pembelajaran menulis argumentatif. Hasil kajian itu


(7)

Bab I. Pendahuluan

berupa panduan praktis model halaqah yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan menulis argumentatif. Hasil penelitian diharapkan bermanfaat secara teoretis yang dapat memberi sumbangan pemikiran dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada kompetensi dasar (KD) Menulis Argumentatif. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah alternatif model pembelajaran menulis argumentatif siswa SMA.

Jika hasil penelitian eksperimen menunjukkan keefektifan model halaqah dalam meningkatkan keterampilan menulis argumentatif siswa, maka hasil penelitian dapat direkomendasikan untuk menjadi model pembelajaran menulis argumentatif.

E. AsumsiB

Asumsi yang mendasari penelitian ini adalah (1) menulis merupakan suatu proses dan (2) keterampilan menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa dapat ditingkatkan kualitasnya melalui berbagai upaya.

F. HipotesisB

Sebuah penelitian merupakan upaya untuk menemukan sesuatu yang terbaik dalam ruang lingkup garapan tertentu. Walaupun begitu, sebelum dibuktikan secara ilmiah, dibutuhkan sebuah pernyataan tesis untuk menjadi panduan dalam pengambilan keputusan atau kesimpulan hasil penelitian.


(8)

8

Bab I. Pendahuluan

Berdasarkan kajian terhadap latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka hipotesis penelitian yang diajukan adalah

a. Keterampilan menulis argumentatif siswa meningkat secara signifikan pada:

1) pembelajaran MHI dibandingkan dengan MHT dan MKonv. 2) pembelajaran MHT dibandingkan dengan MKonv.

b. MHI berkontribusi positif dalam menanggulangi kesulitan siswa dalam menulis argumentatif.

G. DefinisiBOperasionalB

Agar tidak terjadi salah pengertian tentang konsep-konsep yang dikaji dalam penelitian ini, maka dibutuhkan definisi operasional tentang keterampilan, menulis argumentatif, tulisan, model pembelajaran, dan model halaqah.

1. Menulis adalah proses mengungkapkan pesan (pikiran, perasaan, keinginan, kehendak, atau pengalaman) melalui lambang grafis yang tersusun menjadi kata-kata, kalimat, dan paragraf secara sistematis yang mengandung makna yang dapat dipahami oleh pembaca.

2. Argumentatif adalah tulisan atau karangan yang dibuat oleh siswa yang mengandung unsur pernyataan sikap, alasan, dan pembenaran dengan maksud untuk meyakinkan pembaca.


(9)

Bab I. Pendahuluan

3. Model yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pola pembelajaran yang secara khusus dirancang untuk pembelajaran menulis argumentatif.

4. Model halaqah adalah model pembelajaran dengan kelas kecil (berjumlah 15 – 20 orang) berbentuk lingkaran (halaqah), posisi guru dan murid setara dan saling berhadapan dengan tahap kegiatan belajar (1) iftitah (pembukaan), (2) pengungkapan kejadian di masyarakat, (3) pembuatan tulisan argumentatif, (4) penyampaian masalah dan kabar gembira, dan (5) ikhtitam (penutup) yang digunakan dalam penelitian ini.

5. Keterampilan adalah kecakapan tertentu untuk melakukan sesuatu secara baik berdasarkan ilmu yang dimiliki yang digunakan dalam penelitian ini.

6. Keterampilan menulis adalah kecakapan mengungkapkan pesan melalui lambang grafis secara sistematis dan logis menjadi kata-kata, kalimat, dan paragraf yang secara utuh menjadi sebuah wacana argumentatif.

7. Keterampilan menulis argumentatif adalah kecakapan mengungkapkan pesan melalui lambang grafis menjadi kata-kata, kalimat, dan paragraf secara sistematis dan logis menjadi sebuah wacana yang mengandung pernyataan sikap, alasan, dan pembenaran sebagai hasil belajar melalui pembelajaran model halaqah.


(10)

10

Bab I. Pendahuluan

8. Pembelajaran adalah proses atau cara guru mengondisikan siswa belajar dalam situasi tertentu untuk mencapai tujuan tertentu dalam pembelajaran menulis argumentatif dengan menggunakan model halaqah.

9. Kesulitan menulis adalah faktor penghambat atau kesulitan belajar yang dialami oleh siswa dalam mencapai keterampilan menulis argumentatif, baik berasal dari dalam dirinya (minat, motivasi, pengetahuan, sikap, anggapan) maupun dari lingkungan belajarnya. Dalam penelitian ini, kesulitan belajar diidentifikasi dan dianalisis untuk menjadi salah satu dasar perancangan model halaqah.

10. Kepribadian menulis adalah karakter, moral, atau akhlak dalam menulis yang menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, kesantunan, dan keadilan dalam menulis argumentatif.

H. ParadigmaBPenelitianB

Budaya literat merupakan budaya manusia berperadaban tinggi yang ditandai oleh kesadaran kolektif melek huruf yang bersifat komunal. Untuk menjadi bangsa yang berbudaya literat, dibutuhkan perubahan pola pikir (mind set) sebelum perubahan pola sikap. Sesuai dengan hukum alam (sunatullah), perubahan suatu masyarakat berawal dari perubahan individu-individu di dalam masyarakat itu dan perubahan dalam skala besar berawal dari perubahan pada skala kecil. Demikian halnya, perubahan suatu bangsa berawal dari perubahan


(11)

Bab I. Pendahuluan

individu-individu, lalu perubahan komunitas, dan pada akhirnya perubahan kolektif pada bangsa tersebut.

Perubahan individu pun berawal dari perubahan pola pikir, lalu terinternalisasi menjadi perubahan sikap, dan akhirnya kepada perubahan tindakan dan perbuatan. Dengan alur yang sama, membentuk bangsa dan masyarakat literat dimulai dari membentuk individu-individu berbudaya literat.

Untuk melahirkan individu, masyarakat, dan bangsa yang berperadaban tinggi (berbudaya literat), maka pendidikan merupakan satu bidang terpenting dan utama untuk pembentukan masyarakat dan bangsa yang berperadaban tinggi (bangsa literat) tersebut. Lewat pendidikan (pembelajaran), pembentukan generasi masa depan bangsa yang melek huruf secara bertahap dapat dilakukan. Melalui pendidikanlah, generasi muda (siswa-siswa dan mahasiswa-mahasiswi) dapat dididik, dibina, dan dilatih untuk menjadi unsur-unsur perubah di tengah kehidupan menuju masyarakat dan bangsa yang berbudaya literat.

Untuk mengasaskan budaya literat, maka mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah merupakan bidang studi atau mata pelajaran terdepan untuk memelopori tercapainya tujuan itu. Konsekuensinya adalah guru Bahasa Indonesia, siswa, dan pihak sekolah harus bergerak maju mencapai prestasi yang lebih baik. Oleh karena itu, di dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah harus senantiasa dilakukan dinamisasi dan inovasi progresif baik strategi, pendekatan, metode, maupun model-model pembelajaran.


(12)

12

Bab I. Pendahuluan

Salah satu standar kompetensi dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah menulis. Dengan menulis, seorang siswa dididik dan dilatih untuk berbudaya literat dan di dalam standar kompetensi menulis itu terdapat berbagai kompetensi dasar, antara lain menulis paragraf argumentatif yang merupakan kompetensi yang relatif lebih sulit jika dibandingkan dengan menulis paragraf deskriptif, naratif, atau ekspositif.

Penerapan MH dalam penelitian ini merupakan salah satu upaya alternatif untuk meningkatkan keterampilan menulis khususnya keterampilan menulis argumentatif siswa. Jika hasil penelitian ini terbukti meningkatkan secara signifikan kemampuan menulis argumentatif siswa, maka dapat dijadikan rekomendasi bagi model pembelajaran di SMA.

MH dibangun di atas kesadaran bahwa keberhasilan pembelajaran bukan semata-mata didasari oleh paradigma pembelajaran yang berpusat pada siswa (student learning center ) atau pada keaktifan guru, melainkan perpaduan antara keduanya secara seimbang. MH mengutamakan keaktifan siswa, tetapi pada saat yang sama guru harus memainkan peran yang utuh untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itu, guru harus mengajar dan murid harus belajar, secara maksimal dan seoptimal mungkin.

Fungsi guru dalam MH adalah (1) sebagai orang tua, (2) sebagai ustaz/ulama, (3) sebagai teladan, (4) sebagai pemimpin. Sebagai orang tua, seorang guru hendaknya memberi perhatian maksimal pada peningkatan keterampilan menulis, baik di sekolah maupun di rumah. Sang guru selalu


(13)

Bab I. Pendahuluan

memantau hal ini sampai siswa mencapai karakteristik yang diinginkan. Sebagai ulama (ilmuwan), guru hendaknya memiliki kapasitas ilmu yang memadai. Di mata siswa, guru adalah seorang cerdas dan tempat menimba ilmu. Sebagai teladan, guru hendaknya menjadi model penulis yang dapat diteladani oleh siswa. Dalam mengajarkan menulis argumentatif, guru memperlihatkan hasil karya (tulisannya) kepada siswa. Guru tidak boleh menjadi periwayat ilmu belaka, tetapi ia harus mengamalkan ilmu yang diajarkannya yang dibuktikan oleh tulisan argumentatif yang dihasilkannya, sekurang-kurangnya guru mampu membuktikan diri kepada siswa bahwa ia pantas dijadikan teladan dalam hal menulis. Sebagai pemimpin, guru hendaknya dengan sabar menuntun siswa untuk belajar. Guru membantu siswa dalam membuat perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengevaluasian kegiatan belajarnya. Guru harus menyediakan waktu ketika para siswanya membutuhkannya, karena ia bertanggung jawab penuh di dunia dan di akhirat akan kesuksesan para siswanya.

MHT sebagai model dasar dalam penelitian ini diaplikasikan dalam tiga tahap, yaitu

a. Tahap I: Pemilihan kompetensi dan materi pembelajaran; b. Tahap II: Pembentukan halaqah;

c. Tahap III: Kegiatan pembelajaran yang terdiri atas tujuh langkah: (1) Iftitah (pembukaan),


(14)

14

Bab I. Pendahuluan

(3) Talaqqi madah (penyampaian materi), diskusi, dan berlatih menulis argumentatif,

(4) Mutaba’ah (evaluasi) permasalahan dan kabar gembira, (5) Pengumuman dan penugasan

(6) Ikhtitam (penutupan)

Dengan menggunakan paradigma perubahan sebagaimana dikemukakan di atas, apabila model halaqahilmiah (MHI) – hasil transformasi dari MHT – terbukti meningkatkan keterampilan menulis argumentatif siswa yang dapat diketahui dari hasil karangan argumentatif siswa yang berkualitas, maka secara instruksional MHI dapat dijadikan model alternatif pembelajaran menulis argumentatif. Meningkatnya keterampilan menulis argumentatif, secara bertahap akan berdampak pada perbaikan kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia, selanjutnya berpengaruh pula pada kualitas siswa. Apabila para siswa meningkat kualitasnya, maka secara alami akan meningkat pula kualitas sekolah, lalu kualitas generasi muda, dan pada akhirnya kualitas masyarakat dan bangsa Indonesia yang berperadaban tinggi dan berbudaya literat.


(15)

Bab I. Pendahuluan

BaganB1.1B ParadigmaBPenelitianB

B

Model Halaqah Ilmiah

(MHI)

Tingkat Kompetensi Menulis Argumentatif (Individual) Kualitas Pembelajaran Bahasa

Indonesia (Komunal)

MasyarakatBLiteratB

Pascapembelajaran

Dampak Instruksional

Realitas:B PermasalahanB

KualitasB PembelajaranB

MenulisB ArgumentatifB

KualitasB ProsesBdanB

ProdukB MenulisB ArgumentatifB !

" #

$%

# #


(16)

209

BABBVBB

PEMBAHASANBHASILBPENELITIANB

Bahasan dalam bab ini berspa analisis mengenai temsan-temsan penelitian. Temsan-temsan tersebst merspakan jawaban atas rsmssan masalah penelitian sebagaimana dikemskakan pada Bab I bagian B poin 2. Oleh karena its, hal-hal yang akan dibahas pada bagian ini adalah (1) hasil belajar siswa sebelsm dan sessdah penerapan model, (2) keefektifan model halaqah ilmiah (MHI), (3) ksalitas implementasi model, dan (4) perbaikan model.

A. PembahasanBHasilBBelajarByangBDiperolehBSebelumBdanBSesudahBPenerapanB ModelBHalaqahB

1. AnalisisBHasilBBelajarBSebelumBPenerapanBMHB

Data hasil belajar yang akan dianalisis pada bagian ini adalah tslisan argsmentatif yang dibsat oleh siswa kelas eksperimen halaqah ilmiah. Secara ksalitatif, tslisan argsmentatif yang dibsat oleh siswa pada tes awal dapat dikemskakan sebagai berikst.

b.BAnalsisBKomponenBSubstantifB

Dari segi ssbstansi tslisan atas karangan argsmentasi, hasil karangan siswa pada tes awal belsm mensnjskkan kategori jenis karangan argsmentasi. Delapan belas karangan siswa tidak memsat pernyataan sikap, alasan, dan pembenaran.


(17)

Bab V. Pembahasan

Akibatnya, karangan yang ditslis oleh siswa hanya massk pada kategori eksposisi, deskriptif, atas narasi.

Pada tes awal (praperlaksan), dari 20 siswa, ksalitas keterampilan siswa dalam menslis argsmentatif terkategorikan kurang sebanyak 18 orang (90%) dan kategori cukup hanya 2 orang (10%). Dengan kategori kurang, berarti tslisan siswa belsm memenshi kriteria sebagai karangan argsmentatif, karena tidak memsat elemen pokok maspsn elemen pendsksng. Kategori cukup, berarti tslisan yang dibsat siswa memenshi kriteria sebagai tslisan argsmentatif, yaits memsat elemen pokok berspa pernyataan sikap dan alasan tanpa pembenaran.

b. AnalisisBKomponenBTekstualB

Pada tes awal, walaspsn secara ssbstansi belsm dapat dikategorikan sebagai tslisan argsmentatif, namsn secara tekstsal ssdah terlihat snssr-snssr pendahslsan, isi, dan penstsp atas kesimpslan. Tampaknya, pola tslisan siswa belsm terbentsk menjadi bagian pendahslsan, isi, dan kesimpslan secara stsh.

Pada smsmnya, siswa tidak mengalami kendala dalam membsat pendahslsan, karena semsa tslisan selals mengacs pada realitas kehidspan nyata dengan cara menceritakan realitas kekinian. Akan tetapi, pada bagian isi tslisan, rata-rata tslisan siswa belsm mensnjskkan kajian atas bahasan yang memenshi kriteria argsmentatif. Demikian jsga pada bagian kesimpslan atas penstsp, tslisan siswa mayoritas belsm memsat kesimpslan atas penstsp.


(18)

211

Bab V. Pembahasan

Pada bagian pendahuluan atas pembukaan tslisan, selals dinyatakan dengan frase berikst:

caat ini .... Dewasa ini ....

Kita saksikan bahwa saat ini .... ... sudah tidak asing lagi ....

... sekarang ini sedang marak-maraknya .... Di zaman sekarang ...

... sekarang ini ....

Adapsn pada bagian penstsp atas kesimpslan, tslisan siswa belsm memperlihatkan ketepatan penyimpslan sebsah tslisan. Kebanyakan akhir tslisan siswa masih mengambang, karena belsm hadirnya kesimpslan.

Secara keselsrshan, tslisan siswa yang ssdah mengarah kepada strsktsr yang baiksebanyak 15%, cukupsebanyak 60%, dan kategorikurangsebanyak 25%.

Analisis aspek tekstsal dengan fakta seperti tersebst di atas, dapat menjadi sebsah bahan pertimbangan bahwa tindak lanjst yang dapat dilakskan gsrs pada saat pembelajaran tslisan argsmentatif melalsi model halaqah adalah pengarahan fokss pada bagian isi dan penutup atas kesimpulan. Adapsn bagian

pendahuluan, csksp dengan pengarahan secara baik pada langkah pembelajaran

lintasan pikiran.


(19)

Bab V. Pembahasan

c. AnalisisBKomponenBLeksikalB

Dalam analisis komponen leksikal ini, yang diperhatikan adalah ketepatan penggsnaan kosa kata dan aspek kebaksan kata yang digsnakan. Dari 20 tslisan siswa pada tes awal, selsrshnya ditemskan kesalahan berspa penggsnaan kosa kata nonbaks dan penggsnaan ragam bahasa lisan dalam tslisan. Delapan belas (90%) tslisan siswa menggsnakan kosa kata nonbaks. Kosa kata nonbaks tersebst tampaknya dipengarshi oleh gaya bahasa lisan yang dimasskkan ke dalam tslisan. Dalam tslisan yang berkode T.Aw. 10 terdapat kalimat, “… sekali

nyontek maunya nyontek terus dech”. Pada tslisan dengan kode T.Aw. 14 dan 15

memang tidak ditemskan kosa kata nonbaks, tetapi kedsa tslisan tersebst terkategori sangat miskin kosa kata.

Sebagaimana diketahsi bahwa tslisan argsmentaif adalah tslisan ragam ilmiah, maka konseksensinya, seorang penslis dalam membsat tslisan argsmentatif membstshkan pengalaman ilmiah yang diwsjsdkan dalam bentsk kata-kata dan istilah-istilah denotatif. Ssdah barang tents, pemerolehan kosa kata ilmiah harsslah melalsi forsm-forsm ilmiah atas bahan-bahan bacaan ilmiah.

d. AnalisisBKomponenBSintaktisB

Komponen sintaksis yang dianalisis berkaitan dengan keefektifan kalimat melipsti aspek kesepadanan, keparalelan, penegasan, kehematan, dan kelogisan. Dari keselsrshan tslisan pada tes awal, tslisan terkategori baik sebanyak tiga


(20)

213

Bab V. Pembahasan

tslisan atas 15% (T.Aw.05, 07, dan 20); kategori csksp sebanyak 15 tslisan atas 75% (T.Aw. 01, 02, 03, 04, 06, 08, 09, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 17, dan 19); kategori ksrang sebanyak dsa tslisan atas 10% (T.Aw. 14 dan 18).

Pada tes awal ini, secara smsm terlihat bahwa keterampilan siswa dalam membsat kalimat efektif belsm csksp yaits sebanyak 75%. Dengan demikian, diperlskan penjelasan yang lebih detil tentang kalimat efektif di dalam halaqah.

e. AnalisisBKomponenBGrafologisB

Analisis komponen grafologis pada tes awal ditemskan 20 (100%) tslisan yang mengandsng kesalahan.

Berdasarkan kriteria komponen grafologis, dari 20 siswa pada tes awal, sebanyak 2 orang (10%) termassk kategori baik, 11 orang (55%) termassk kategori csksp, dan tsjsh orang (35%) termassk kategori ksrang.

2. AnalisisBHasilBBelajarBSesudahBPenerapanBMHIB

Sebsah pertanyaan penting sntsk dijawab sehsbsngan dengan penerapan model halaqah ilmiah (MHI) dalam penelitian ini adalah “apakah MHI dapat meningkatkan keterampilan menslis argsmentatif?”. Untsk menjawab pertanyaan ini, dibstshkan dsa hal, yaits membandingkan hasil tes keterampilan menslis argsmentatif pada pretes dan postes dan melakskan sji signifikansi secara statistik.


(21)

Bab V. Pembahasan

Penganalisisan hasil belajar siswa pascapenerapan MHI pada tes akhir, sebagaimana pada tes awal, didasarkan pada komponen kebahasaan tslisan argsmentatif. Komponen yang dimakssd adalah (1) ssbstantif, (2) tekstsal, (3) leksikal, (4) sintaksis, dan (5) grafologis. Analisis tslisan siswa pada tes akhir dikemskakan sebagai berikst.

a. AnalisisBKomponenBSubstantifB

Dari komponen ssbstantif, keterampilan menslis argsmentatif siswa pasca penerapan MHI mengalami peningkatan yang signifikan. Pada tes akhir ini, dari 20 tslisan, hanya sats (5%) tslisan yang berkategori ksrang, yaits tslisan yang berkode T.Akh.11. Keksrangan tersebst dikarenakan tidak adanya pernyataan sikap. Akan tetapi, dari topik yang diangkatnya mensnjskkan adanya kontroversial, yaits tentang Kebiasaan Merokok. Sebanyak 11 (55%) tslisan berkategori sangat baik, di mana pada tslisan-tslisan tersebst (T.Akh.01, 02, 04, 06, 07, 10, 12, 13, 15, 17, dan 19) telah memsat elemen pokok dan elemen pendsksng.

b. AnalisisBKomponenBTekstualB

Pada komponen tekstsal terkait aspek ketepatan ragam tslisan pada tes akhir, dari 20 tslisan, 19 (95%) tslisan merspakan ragam argsmentatif. Hal ini berbanding terbalik dengan hasil belajar pada tes awal, yaits 19 (95%) tslisan bskan termassk tslisan argsmentatif. Pada tes akhir hanya sats (5%) tslisan yang tidak dikategorikan sebagai tslisan argsmentatif, di mana sats tslisan tersebst


(22)

215

Bab V. Pembahasan

tidak ada pernyataan sikap, padahal di sana-sini dikemskakan argsmen-argsmen dari realitas yang disampaikan di awal tslisan.

Pada aspek strsktsr atas organisasi tslisan, secara konsisten semsa tslisan (100%) mengandsng bagian pembska atas pendahslsan, isi, dan penstsp atas kesimpslan.

c. AnalisisBKomponenBLeksikalB

Dari hasil tes akhir diperoleh data pada komponen keterampilan memilih kata (leksikal) siswa pada aspek kebaksan kata sebagai berikst.

Penggsnaan kata tapi berksrang intensitasnya, yang lebih banyak digsnakan adalah kata tetapi. Walasn psn dari segi kebaksan penggsnaan kata

tapi merspakan sats kesalahan, tetapi tidak mengganggs makna. Oleh karena its, dari segi indikator penilaian masih dapat dikategorikan baik.

d. AnalisisBKomponenBSintaktisB

Pada analisis komponen sintaksis, masih ditemskan kesalahan pemakaian kalimat pada aspek kesepadanan, khssssnya kesalahan ketidakjelasan ssbjek. Hal disebabkan oleh penggsnaan penggsnaan kata penghsbsng tetapi pada awal kalimat (T.Akh.01, 04, dan 10).

Ditinjas dari komponen sintaksis, dari 20 tslisan pada tes akhir, termassk kategori sangat baik sebanyak delapan (40%) tslisan (T.Akh.01, 02, 04, 06, 07, 08, 17, dan 19), kategori baik sebanyak 12 tslisan (60%). Dengan demikian, maka


(23)

Bab V. Pembahasan

hasil belajar keterampilan menslis argsmentatif siswa pada komponen sintaksis mensnjskkan adanya peningkatan dibandingkan dengan tes awal.

e. AnalisisBKomponenBGrafologisB

Pada komponen grafologis, tslisan argsmentatif siswa dianalsis dari segi penggsnaan ejaan, dalam hal ini Ejaan yang Disempsrnakan (EYD).

Dari kesalahan grafologis pada tabel 5.5 tersebst, diperoleh informasi bahwa kesalahan penggsnaan ejaan dari 10 aspek kesalahan disebabkan oleh (1) ketidaktaatasasan atas ketidakkonsistenan dalam menggsnakan kosa kata tertents, (2) ketiadaan pengetahsan yang memadai atas ketidakmengertian tentang kaidah EYD, dan (3) ketidaktahsan konsep dasar sebsah bentsk.

Ketidaktaatasasan penggsnaan kaidah bahasa Indonesia dapat dibsktikan dengan, misalnya, penggsnaan bentsk kata yang bersbah-sbah (tapi dan tetapi,

karna dan karena), pengslangan kata (anak’’ dan anak-anak, orang’’ dan orang-orang). Adapsn kesalahan yang disebabkan oleh ketidakmengertian siswa terhadap kaidah bahasa Indonesia (EYD) dapat dibsktikan dengan penslisan atas pemakaian hsrsf, kata, atas tanda baca yang asal jadi, misalnya strees, sex, tehnologi.Kesalahan yang disebabkan oleh ketidakpahaman terhadap konsep kaidah bahasa, misalnya sslit membedakan cara penslisan awal di- dan


(24)

217

Bab V. Pembahasan

Ditinjas dari komponen grafologis, dari 20 tslisan argsmentatif siswa, berkategori baik sebanyak 15 (75%) tslisan dan berkategori csksp sebanyak 5 (25%) tslisan, serta tidak sats psn yang mencapai kategori sangat baik.

Secara keselsrshan, keterampilan menslis argsmentatif siswa pascaperlaksan atas penerapan model, baik its model konvensional, model halaqah tradisional, maspsn model halaqah ilmiah mensnjskkan peningkatan dalam semsa komponennya. Hal ini dapat dilihat pada meningkatnya ksalitas tslisan dari berbagai komponen kebahasaan. Untsk mendapat gambaran yang lebih jelas tentang peningkatan ksalitas keterampilan menslis argsmentatif siswa pada semsa kelompok, dapat dilihat pada tabel berikst.

TabelB5.1B

PerbandinganBKualitasBKeterampilanBMenulisBArgumentatifB NoB ModelB TesBAwalB TesBAkhirB

1 MHI 69.75 (Ksrang) 90.25 (Sangan baik)

2 MHT 67.4 (Ksrang) 84.3 (Baik)

3 Mkonv. 62.591 (Ksrang) 71 (Csksp)

Tabel 5.6 memperlihatkan adanya peningkatan keterampilan menslis argsmentatif sebagai pengarsh atas dampak dari perlaksan model yang secara bertsrst-tsrst pada MHI dari peringkat kurang menjadi sangat baik, MHT dari


(25)

Bab V. Pembahasan

B. KeefektifanBMHIB

Untsk mengetahsi keefektifan MHI perls dilakskan sji hipotesis yang dalam penelitian ini digsnakan sji statistik parametrik dengan menggsnakan

software atas program SPSS versi 17. Sebelsm dilakskan sji hipotesis, data-data yang diperoleh dari tes keterampilan menslis argsmentatif terlebih dahsls disji sifat normalitas dan homogenitasnya.

Uji normalitas dimakssdkan sntsk mengetahsi apakah data yang akan diolah terdistribssi normal atas tidak. Uji normalitas pada kelompok data tes awal dan tes akhir MHI, MHT, dan MKonv. mensnjskkan bahwa data-data tersebst terdistribssi normal. Dengan demikian, data telah memenshi syarat sntsk diolah lebih lanjst.

Uji homogenitas dimakssdkan sntsk memperlihatkan bahwa dsa atas lebih kelompok data sampel berasal dari popslasi yang memiliki variansi yang sama. Harga sig. (sinifikansi) yang diperoleh dari perhitsngan (x2hitung) selanjstnya dibandingkan dengan x2 dari tabel (x2tabel ), bila sig. yang diperoleh<x2tabel (0,05) maka data berasal dari popslasi yang mempsnyai varian tidak serspa (tidak homogen). Jika sig. yang diperoleh > 0,05 maka data berasal dari popslasi yang mempsnyai varian yang serspa (homogen). Hasil sji homogenitas semsa data mensnjskkan adanya sifat homogenitas pada data-data tersebst. Dengan demikian, maka sji hipotesis dapat dilakskan.


(26)

219

Bab V. Pembahasan

Uji hipotesis dilakskan dengan analisis varian dan kovarian dan analisis perbedaan dsa rata-rata. Analisis varian dan kovarian terhadap MHI dengan MKonv., MHI dengan MHT, MHT dengan MHI mensnjskkan adanya perbedaan hasil yang signifikan pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05). Ini memberi informasi adanya pengarsh perlaksan terhadap peningkatan keterampilan menslis argsmentatif baik pada halaqah ilmiah, halaqah tradisional, maspsn pada kelas konvensional.

Analisis perbedaan rata-rata ketiga kelompok mensnjskkan bahwa hipotesis yang diajskan dapat diterima pada tingkat kepercayaan 95%. Hipotesis yang diajskan berbsnyi: keterampilan menulis argumentatif siswa meningkat secara signifikan pada pembelajaran MHI dibandingkan dengan MHT dan

Mkonv. dan pembelajaran MHT dibandingkan dengan Mkonv. diterima.

Peningkatan skor rata-rata keterampilan menslis dapat dilihat pada tabel berikst.

TabelB5.2B

PerbedaanBNilaiBRata-rataBKeterampilanBMenulisBArgumentatifB

ModelB Rata-rataBHasilBTesBAkhirB

Konvensional 72,60

Halaqah Tradisional 84,30


(27)

Bab V. Pembahasan

Meningkatnya skor rata-rata pada MHI, MHT, dan MKonv. mensnjskkan pengarsh perlaksan. Tabel 5.1 menggambarkan adanya pengarsh MHI lebih baik daripada MHT dan MKonv. Hal ini ditopang oleh perbedaan Gain, baik Gain per individs maspsn Gain antarmodel sebagai berikst.

TabelB5.3B

NilaiBTesBAwal,BTesBAkhir,BdanBPeningkatanB(Gain)BMHP,BMHT,BdanBMKonv.B

NoB UrutB MHPB GAIN MHTB GAINB MKonv.B GAINB TesB AwalB TesB AkhirB TesBAwalB TesB AkhirB TesB AwalB TesB AkhirB

1B 2B 3B 4B 5B 6B 7B 8B 9B 10B

1 73 95 22 71 81 10 58 72 14

2 66 95 29 70 77 7 75 71 -4

3 65 88 23 74 77 3 77 86 9

4 69 98 29 74 80 6 59 81 22

5 74 89 15 71 84 13 62 75 13

6 74 97 23 73 65 -8 58 74 16

7 76 97 21 58 77 19 60 75 15

8 75 91 16 58 67 9 60 77 17

9 74 86 12 66 80 14 59 62 3

10 64 91 27 71 89 18 59 70 11

11 62 76 14 65 76 11 59 57 -2

12 63 95 32 66 88 22 59 56 -3

13 72 91 19 67 79 12 74 70 -4

14 60 81 21 64 89 25 63 77 14

15 74 92 18 65 75 10 60 75 15

16 66 82 16 70 98 28 60 74 14

17 72 99 27 67 71 4 62 86 24

18 62 84 22 64 86 22 63 73 10

19 81 92 11 67 97 30 59 68 9

20 73 86 13 70 99 29 59 61 2

21 67 79 12 59 61 2

22 64 89 25 60 66 6

23 65 75 10 84 88 4

24 73 96 23 60 78 18


(28)

221

Bab V. Pembahasan

1B 2B 3B 4B 5B 6B 7B 8B 9B 10B

26 71 93 22 77 57 -20

27 67 71 4 59 94 35

28 58 86 28 57 63 6

29 64 86 22 59 68 9

30 67 97 30 60 73 13

31 69 76 7 83 73 -10

32 70 99 29 58 75 17

33 81 82 1 59 66 7

34 58 76 18 59 83 24

35 64 98 34 59 60 1

36 72 97 25 59 84 25

37 68 79 11 61 79 18

38 60 92 32 58 71 13

39 73 80 7 71 64 -7

40 62 88 26 84 57 -27

41 79 87 8

42 57 85 28

43 68 79 11

Jsmlah 1395B 1805B 2694 3372 2754B 3122B

Rata-rata 69.75B 90.25B 67.4B 84.3B 64B 73B

Sumber:BKapitulasiBJumlahBSkorBHasilBTesBKeterampilanBMenulisB ArgumentaifB

Dari Gain per siswa pada pretes dan postes diperoleh rata-rata: Mkonv.= 8,56; MHT = 16,95; dan MHI = 20,5. Ini mensnjskkan bahwa semsa model pembelajaran yang digsnakan dalam penelitian ini memperlihatkan adanya peningkatan keterampilan menslis argsmentatif dengan peringkat yang berbeda-beda.


(29)

Bab V. Pembahasan

TabelB5.4B

GainBAntarmodelBPembelajaranByangBDigunakanB

B GAINB

Konvensional Halaqah Tradisional 11,345

Konvensional Halaqah Ilmiah 16,815

Halaqah Tradisional Halaqah Ilmiah 5,128

B

Kenaikan Gain antarkelompok model di atas semakin menegaskan bahwa MHI lebih efektif meningkatkan keterampilan menslis argsmentatif siswa dengan peningkatan sebesar 16,815 dibandingkan dengan MKonv. dan peningkatan sebesar 5,128 dibandingkan dengan MHT.

Berdasarkan perbedaan skor rata-rata pretes-postes, skor rata-rata antarkelompok model, dan perbedaan Gain antarkelompok tersebst, diperoleh informasi bahwa MHI jash lebih baik dalam meningkatkan keterampilan menslis argsmentatif siswa daripada MHT dan MKonv. Dengan demikian, pertanyaan penelitian, Apakah ada peningkatan keterampilan menulis argumentatif siswa

dengan menggunakan MH?, ssdah terjawab. Demikian jsga dengan pertanyaan

Apakah penerapan MH efektif menanggulangi kesulitan menulis argmentatif,

dapat dijawab bahwa dengan meningkatnya keterampilan menslis argsmentatif siswa sebagaimana ditsnjskkan dalam tabel 5.1 dan 5.2, maka kesslitan belajar ssdah tertanggslangi melalsi penerapan model halaqah ilmiah.


(30)

223

Bab V. Pembahasan

Adapsn tentang peningkatan Gain sebesar 5,128 antara MHT dan MHI, dapat dimaknai sebagai pengarsh dari perbaikan MHT menjadi MHI, yaits adanya penambahan kegiatan yang disebst ssprahalaqah. Tahap ssprahalaqah pada MHI memsngkinkan terjadinya interaksi timbal balik antara gsrs-siswa, siswa-gsrs, dan siswa-siswa. Dampak dari interaksi ini adalah

a. Meningkatnya aktivitas penyelesaian masalah belajar, khssssnya berkaitan dengan keterampilan menslis argsmentatif. Hal ini memberi efek pada berksrangnya tingkat kesslitan dari permasalahan yang dialami oleh siswa.

b. Meningkatnya kenyamanan belajar siswa di dalam halaqah sehingga kendala-kendala psikologis yang menjadi penghambat pembelajaran dapat ditiadakan atas minimal dapat diksrangi.

c. Meningkatnya kerja sama antara siswa dengan gsrs atas siswa dengan siswa. Jika kerja sama dilakskan antara siswa dengan siswa, maka masih dibstshkan pihak ketiga (dalam hal ini gsrs) sntsk mengontrol prodsk dari kerja sama tersebst. Akan tetapi, kerja sama antara siswa dengan gsrs bernilai mslti efek, antara lain (1) kerja sama its bernilai bimbingan, (2) kerja sama its bernilai perhatian, (3) kerja sama its bernilai kasih sayang, (4) kerja sama its bernilai pertolongan, dan (5) kerja sama its tidak lagi membstshkan pihak ketiga. Semsa its melahirkan kenyamanan, ketenangan, dan semakin meningkatkan


(31)

Bab V. Pembahasan

kekagsman dan penghargaan siswa kepada gsrs yang akhirnya wibawa gsrs semakin lebih baik di mata para siswanya.

C. KualitasBImplementasiB 1. KegiatanBGuruBB

Hasil observasi mensnjskkan bahwa kegiatan gsrs pada MHI relatif lebih padat, karena kegiatan yang dilakskan sntsk pembelajaran menslis argsmentatif tidak hanya dilakskan di dalam halaqah (kelas), tetapi jsga di lsar halaqah. Hal ini memberi “beban” tersendiri kepada gsrs. Akan tetapi, jika memang seorang gsrs berkeinginan ksat sntsk memajskan siswa-siswanya, maka gsrs harss meningkatkan keikhlasannya. Dengan keikhlasan yang tinggi, maka beban seberat apa psn akan terasa lebih ringan. Keikhlasan yang tinggi dan kesabaran menanggsng beban berat its memberi nilai tinggi bagi kemsliaan profesi gsrs.

Beban berat yang harss dilakskan oleh gsrs tersebst, sebenarnya dapat disiasati dengan membsat skala prioritas, yaits mendahslskan siswa yang bermasalah dalam kegiatan ssprahalaqah. Jsga, bisa memanfaatkan siswa yang berkemampsan lebih tinggi sntsk menjadi “sasdara” bagi siswa yang berkemampsan rendah. Penanaman nilai-nilai kebersamaan dan tolong-menolong dalam menyelesaikan tsgas-tsgas belajar perls terss disampaikan oleh gsrs pada setiap pertemsan dengan siswa.


(32)

225

Bab V. Pembahasan

Hambatan yang dialami oleh gsrs dalam MHI adalah terbatasnya wakts sang gsrs its sendiri dan banyaknya kegiatan siswa dari berbagai bidang stsdi maspsn kegiatan ekstraksriksler. Apabila gsrs tidak pandai mengelola kegiatan, sangat msngkin berdampak pada lahirnya pandangan bahwa MHI its memberatkan para gsrs.

Secara srst, kegiatan gsrs dapat dilihat pada tabel berikst.

TabelB5.5B KegiatanBGuruB

NomorB JenisBKegiatanB YaB TidakB

1B 2B 3B 4B

1 Memilih kompetensi dasar yang akan diajarkan melalsi MH.

v 2 Membentsk kelompok halaqah yang terdiri atas

20 orang dan menentskan ketsa halaqah sebagai penghsbsng antara halaqah dengan gsrs.

v

3 Memberi nama halaqah tersebst, misalnya halaqah Penslis Masa Depan.

v 4 Mengatsr posisi atas tempat dsdsk siswa dan

gsrs membentsk lingkaran. Mengondisikan kelas seakrab msngkin, jashi hal-hal yang dapat menjadi hijab (kendala) psikologis sosial.

v

5 Memberi kesempatan kepada siswa sntsk memilih “sasdara” sebagai partner dalam menyelesaikan tsgas.

v

6 Memslai pembelajaran dengan menghsbsngkan antara aspek-aspek kebahasaan (misalnya menslis) dengan aspek spiritsal, yaits pertanggsngjawaban kepada Allah swt. Akan lebih baik jika diawali dengan membaca ayat-ayat dalam kitab ssci sehsbsngan dengan topik yang akan dibahas pada pertemsan its (yang relevan


(33)

Bab V. Pembahasan

dengan topik yang dibahas).

7 a. Menyampaikan lintasan pikiran tentang iss-iss dan realitas kekinian

b. Meminta peserta sntsk menyampaikan lintasan-lintasan pikiran terkait dengan masalah-masalah di masyarakat, misalnya masalah sosial, ekonomi, politik, moral, pendidikan, dan lain-lain.

c. Memberi kesempatan kepada siswa secara bergilir dan merata.

v v

v

8 a. Meminta siswa sntsk mengidentifikasi masalah-masalah yang mengandsng kontroversi (pro-kontra) di masyarakat. b. Meminta siswa sntsk menginventarisasi

masalah-masalah its menjadi topik-topik disertai alasan-alasan, baik alasan yang pro maspsn yang kontra.

v

v

9 a. Meminta siswa menentskan posisi atas sikap masing-masing terhadap masalah kontroversi yang sedang dibicarakan disertai alasan yang berasal dari keyakinan keagamaan, data-data ilmiah, dan sebagainya.

b. Mensntsn siswa sntsk memberikan argsmen perihal sikap yang dipilihnya

v

v

10 Menjelaskan kepada siswa tentang pemahaman dasar (teori) menslis argsmentatif.

v 11 Meminta siswa sntsk mensliskan realitas yang

sedang dibicarakan disertai pernyataan sikap dan argsmentasinya, dengan dsksngan logika, data, pendapat, dan sebagainya.

v

12 Memperlihatkan contoh tslisan argsmentatif bsatan gsrs sendiri sebagai sebsah bentsk keteladanan seorang gsrs kepada siswanya.

v

13 Memberi kesempatan kepada siswa sntsk menyampaikan segala snek-snek, kesslitan, atas masalah dalam menslis argsmentatif.


(34)

227

Bab V. Pembahasan

14 Memberi kesempatan kepada selsrsh peserta halaqah sntsk memberi tanggapan disertai alasan dan dalil, sebagai bentsk tolong-menolong, kerja sama antarsiswa.

v

15 Memberi tsgas yang sessai sntsk menjadi ajang berlatih para siswa.

v 16 Mengsmpslkan tslisan siswa sntsk selanjstnya

diapresiasi dengan baik.

v

17 Menstsp kegiatan belajar dengan motivasi dan membaca doa sessdah belajar.

v

Dari kegiatan gsrs diketahsi, ada sats aktivitas yang tidak terlaksana, yaits memberi nama halaqah (kegiatan 3). Tidak terlaksananya kegiatan ini disebabkan oleh adanya persepsi awal bahwa halaqah-halaqah tersebst telah terbagi ke dalam halaqah tradisional A dan B dan halaqah ilmiah. Walaspsn kegiatan ini tidak terlaksana, tetapi tidak berpengarsh secara prinsip pada kelangssngan proses pembelajaran.

Dari rentetan kegiatan dalam proses pembelajaran, khssssnya kegiatan gsrs, terlihat adanya temsan dalam langkah-langkah pembsatan karangan/tslisan argsmentatif sebagai berikst:

a. Lintasan pikiran tentang iss dan kejadian di masyarakat; b. Identifikasi iss, kejadian yang kontroversi;

c. Mensliskan realitas yang kontroversi; d. Menyatakan sikap (proposisi);


(35)

Bab V. Pembahasan

f. Menjelaskan dsksngan logika, data, pendapat, keyakinan, dan sebagainya;

g. Mengemskakan dsksngan dan sanggahan; h. Membsat kesimpslan;

Kesembilan langkah atas tahap menslis argsmentatif ini langssng mengarah kepada ssbstansi tslisan argsmentatif dan tidak lagi membsat kerangka karangan. Kesempsrnaan tslisan yang dihasilkan dengan langkah-langkah ini sangat tergantsng pada (1) tingkat kematangan berpikir, (2) kelsasan ilms, (3) keragaman pengalaman hidsp, dan (4) keseringan menslis. Oleh karena its, ketika menilai tslisan argsmentatif para siswa dalam hasil penelitian ini, ada yang perls diingat bahwa ssbjek penelitian adalah siswa SMA kelas X yang masih sangat msda ssia dengan tingkat kematangan berpikir yang relatif sederhana, ilms yang seadanya, pengalaman hidsp yang masih ksrang, dan pengalaman menslis yang jsga ksrang.

Walaspsn demikian, ketika siswa berhasil menysssn tslisan argsmentatif dalam bentsk yang sederhana sekalipsn, its merspakan ssats prestasi yang sangat bagss mengingat sslitnya menslis argsmentatif berbanding rendahnya pengalaman siswa sebagai penslis. Yang paling penting pada kondisi seperti its adalah bahwa siswa telah bisa membsat tslisan argsmentatif secara ssbstantif yang membedakannya dengan jenis tslisan lain. Oleh karena its, tsntstan


(36)

229

Bab V. Pembahasan

kesempsrnaan tslisan siswa tidak dapat disetarakan dengan kesempsrnaan tslisan para mahasiswa, gsrs, dosen, atas penslis profesional.

2. KegiatanBSiswaB

Berdasarkan hasil observasi pada kegiatan siswa, baik intrahalaqah maspsn ssprahalaqah, ada peningkatan ksalitas kessnggshan dalam belajar. Teridentifikasinya ekspresi kognitif, emosional, maspsn spiritsal merspakan bskti-bskti bahwa MHI menjadi tempat yang nyaman sntsk belajar.

Interaksi yang demikian lancar dengan kedekatan posisi antarsiswa dan gsrs, pemberian giliran dan kesempatan sntsk berpendapat, saling menghargai, tsrst memberi efek tambahan bagi para siswa, yaits meningkatnya keterampilan berbicara dan mengemskakan pendapat. Hal ini dapat dijelaskan bahwa intensitas aktivitas dalam model halaqah csksp tinggi jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

Di dalam halaqah, salah sats fsngsi atas peran gsrs adalah sebagai qa’id

(pemimpin) yang banyak memberi komando, arahan, dorongan kepada siswa sntsk menslis, sehingga keaktifan siswa menjadi lebih optimal. Bskan its saja, dalam berhalaqah, siswa tidak memiliki kesempatan melakskan “selingan” aktivitas yang tidak bergsna atas yang tidak berhsbsngan dengan materi pelajaran dikarenakan sitsasi halaqah yang saling berdekatan dan saling


(37)

Bab V. Pembahasan

berhadapan antara siswa dengan gsrs atas antara siswa dengan siswa menjadi mekanisme kontrol yang csksp efektif.

Rangkaian kegiatan siswa pada MHI dapat dilihat pada tabel berikst.

TabelB5.6B KegiatanBSiswaB

NomorB JenisBKegiatanB YaB TidakB

1B 2B 3B 4B

1 a. Mengiksti petsnjsk gsrs dengan berada pada halaqahnya.

b. Memilih ketsa halaqah.

v v

2 Mengssslkan nama halaqah. v

3 Mendsdski posisi dengan membentsk lingkaran. v 4 Memilih “sasdara” sebagai partner dalam

menyelesaikan tsgas.

v 5 a. Mendengarkan pembskaan pembelajaran

dengan seksama.

b. Membaca ayat-ayat kitab ssci yang diminta oleh gsrs atas kata-kata hikmah yang bermanfaat dari orang-orang terkenal

v v

6 Menyampaikan lintasan-lintasan pikiran terkait dengan masalah-masalah di masyarakat, misalnya masalah sosial, ekonomi, politik, moral, pendidikan, dan lain-lain.

v

7 a. Mensliskan masalah-masalah yang mengandsng kontroversi (pro-kontra) di masyarakat.

b. Menginventarisasi masalah-masalah menjadi topik-topik disertai alasan-alasan, baik alasan yang pro maspsn yang kontra.

v v

8 a. Menentskan posisi atas menyatakan sikap masing-masing terhadap masalah kontroversi yang sedang dibicarakan disertai alasan yang berasal dari keyakinan keagamaan, data-data ilmiah, dan sebagainya.

b. Memberikan argsmen perihal sikap yang dipilihnya.

v


(38)

231

Bab V. Pembahasan

9 a. Mengiksti dan mendengarkan penjelasan gsrs tentang menslis argsmentatif.

b. Bertanya dan mengajskan pendapat

v v 10 a. Mensliskan realitas yang sedang dibicarakan

disertai pernyataan sikap dan argsmentasinya, b. Menambahkan pendapatnya dengan dsksngan

logika, data, pendapat orang lain, dan sebagainya.

v v

11 a. Membaca tslisan argsmentatif karya gsrs. b. Memberi tanggapan atas tslisan gsrs tersebst.

v 12 Menyampaikan segala snek-snek, kesslitan, atas

masalah dalam menslis argsmentatif.

v 13 Memberi tanggapan disertai alasan dan dalil atas

permasalahan yang dialami oleh teman sebagai bentsk tolong-menolong, kerja sama antarsiswa.

v v 14 a. Mengerjakan tsgas yang diberikan oleh gsrs

menjadi ajang berlatih para siswa.

b. Mengerjakan tsgas bersama dengan “sasdara” yang telah dipilihnya.

v v 15 Mengsmpslkan tslisan siswa yang telah dibsatnya

dan diserahkan kepada gsrs.

v 16 a. Berdoa bersama.

b. Memimpin doa.

v v

Dari aktivitas siswa pada tabel 5.4 tersebst, dapat diketahsi empat aktivitas pokok siswa dalam halaqah, yaits (1) aktivitas berpikir, (2) aktivitas menyimak, (3) aktivitas berbicara, dan (4) aktivitas menslis dalam ssasana kekelsargaan, kebersamaan, persasdaraan, dan persahabatan. Perpadsan antara aktivitas dengan ssasana yang nyaman merspakan prasyarat yang menjadi daya dsksng bagi keberhasilan siswa dalam belajar.


(39)

Bab V. Pembahasan

3. SistemBSosialBKelasB

Sistem sosial kelas, sebagaimana dijelaskan pada bagian 4.2.4 menghasilkan sebsah kelas yang efektif dari berbagai sisinya, baik dari aspek komsnikasi, psikologis, interaksi, kerja sama, maspsn hal-hal lainnya. Intinya, ssasana demokratis tampak pada setiap pertemsan halaqah. Dampaknya adalah hadirnya kerindsan sntsk berhalaqah yang ditandai oleh kehadiran tepat wakts dan penggsnaan wakts belajar di dalam halaqah yang efektif.

Yang menjadi catatan di sini adalah ketersediaan sarana tempat dsdsk, tempat menslis, dan sarana lainnya. Hal ini csksp mengganggs dinamika kelas apabila hal-hal tersebst tidak dapat dipenshi.

4. Prinsip-prinsipBReaksiB

Prinsip-prinsip reaksi dalam MHI telah terealisasi secara stsh, mslai kenyamanan belajar, saling menghargai, saling menyayangi, saling menolong, sampai saling bertoleransi. Ssasana kekelsargaan menempatkan gsrs dan siswa sebagai sats kelsarga dengan makna yang lebih lsas.

5. SistemBPendukungB

Dari hasil observasi diperoleh beberapa catatan penting bahwa (1) tidak tersedianya perpsstakaan kelas, (2) tidak tersedianya rsangan yang memadai sntsk berhalaqah, (3) sslitnya menggsnakan tempat dan rsang yang ada. Akan


(40)

233

Bab V. Pembahasan

tetapi, semsa its masih dapat diatasi dengan menggsnakan tempat seadanya, baik di halaman sekolah (rsang tsnggs gsrs), maspsn mengondisikan rsangan yang dipenshi oleh meja-ksrsi yang banyak.

6. PenerapanBMHIB

a. EksistensiBMHBSebagaiBModelBBaruB

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakskan pada tanggal 12 dan 14 Maret 2010, diperoleh jawaban dari kedsa narassmber bahwa MH adalah termassk model bars. Alasan yang dikemskakan oleh kedsa nara ssmber adalah bahwa selama ini kedsa narassmber belsm pernah mengajar dengan menggsnakan model halaqah. Kebarsan MH memberi ssasana bars dalam pembelajaran.

Jika mengacs pada hasil analisis keefektifan MH, maka kebarsan MH dapat dimaknai sebagai (1) hadirnya model bars dalam pembelajaran menslis argsmentatif berserta selsrsh paradigma yang dikandsngnya, (2) ditemskannya cara bars dalam pembelajaran menslis argsmentatif, (3) model yang belsm dikenal oleh dsnia pendidikan formal, khssssnya pendidikan smsm di Indonesia. Mengapa dikatakan bars pada pendidikan smsm? Ini dikarenakan MH ssdah dikenal secara tradisional di pendidikan pesantren, walaspsn mensrst Jswariyah, halaqah di pesantren hanya digsnakan pada saat-saat tertents.

Hadirnya MH di kancah pendidikan (pembelajaran) dengan format bars yang dikenal dengan MHI sessai dengan salah sats tsjsan penelitian ini yakni


(41)

Bab V. Pembahasan

menemskan model mengajar yang efektif sntsk peningkatan keterampilan menslis argsmentatif.

b. KemenarikanBMHB

Kedsa narassmber menyatakan bahwa secara pribadi kedsanya sangat tertarik dengan model halaqah dengan alasan (1) MH dipandang memiliki sistem yang lebih komprehensif dalam mengggali potensi peserta didik, (2) MH bskan sekadar mentransfer ilms, melainkan jsga membangsn kedekatan psikologis dengan peserta didik. Selain its, kemenarikan MH jsga lebih bernsansa psikologis, di mana narassmber hanya menyatakan banyak dari MH yang menarik, tetapi yang bersangkstan tidak merinci apa saja yang dipandangnya menarik its.

Kemenarikan ssats model atas metode pembelajaran oleh gsrs dapat mempengarshi keefektifan dan ksalitas proses dan interaksi belajar-mengajar. Mengapa demikian? Ssdah menjadi fitrah manssia bahwa lebih memperhatikan dan menarsh perhatian kepada hal-hal yang menarik hatinya daripada hal-hal yang ksrang menarik. Apabila gsrs merasa tertarik dengan ssats model pembelajaran, maka dapat dipastikan bahwa ia dengan senang hati mengajari para siswanya. Demikian jsga apabila siswa tertarik dengan cara gsrs mengajar, maka ia akan pensh perhatian mengiksti proses pembelajaran. Semsa its akan bersjsng pada meningkatnya daya serap siswa yang pada gilirannya dapat mempertinggi ksalitas hasil belajarnya.


(42)

235

Bab V. Pembahasan

c. KemanfaatanBMHB

Berbicara tentang manfaat MH, kedsa narassmber menyatakan bahwa MH bermanfaat dalam (1) melatih dan mengarahkan siswa secara maksimal, (2) memberi ssasana akrab antara gsrs dengan siswa atas antara siswa dengan siswa, (3) memspsk keberanian, keterbskaan, keaktifan bertanya.

Kemanfaatan MH tersebst berkaitan dengan interaksi aktif antara gsrs-siswa dan gsrs-siswa-gsrs-siswa. Dari sisi gsrs, jika sebsah model pembelajaran terasa manfaatnya, maka akan semakin menambah ketertarikannya. Dari sisi siswa, kebermanfaatan sebsah model pembelajaran akan semakin menambah minatnya sntsk belajar.

Dengan adanya pernyataan narassmber bahwa MH its bermanfaat, maka manfaat penelitian ini psn semakin bertambah dan jash dari aktivitas akademik yang sia-sia. Ini berarti bahwa bskan saja MH efektif meningkatkan keterampilan menslis argsmentatif pada siswa sampel, melainkan jsga memberi hasil gsna pada penelitian ini.

d. KerumitanBMHB

Sebelsm dianalisis kersmitan MH berdasarkan pendapat atas kesan narassmber, perls dijelaskan tentang daya terima tentang kersmitan its. Bagi sebagian orang, sessats yang rsmit merspakan tantangan yang harss dihadapi. Istilah “menantang” jsstrs menambah semangat baginya. Orang dengan tipe seperti ini, lebih tertarik hal-hal yang rsmit dan tidak menyskai hal-hal kecil dan


(43)

Bab V. Pembahasan

sederhana. Akan tetapi, sebahagian yang lain lebih menyskai kesederhanaan, karena sederhana its identik atas sama dengan msdah dan rsmit identik dengan sslit. Oleh karena its, istilah kersmitan bersifat relatif, tergantsng bagaimana tipe seseorang dalam memandang ssats permasalahan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan narassmber, MH dipandang sederhana dalam penerapannya, sehingga dapat diterapkan oleh siapa saja. Oleh narassmber lain dikatakan bahwa MH tidak dapat dikatakan rsmit ataspsn msdah. Walaspsn begits, dinyatakannya bahwa ada kesslitan dalam menggsnakan istilah-istilah bahasa Arab yang digsnakan dalam MH, seperti istilah murabbi, ta’aruf, taakhi, dan sebagainya. Kesslitan lainnya adalah tsntstan agar gsrs menjadi teladan dalam pembelajaran, padahal tidak msdah menjadi teladan, khsssnya keteladanan dalam menslis argsmentatif.

Berkaitan dengan kesslitan menggsnakan istilah Arab, persoalannya terletak pada pembiasaan dan kebiasaan, karena begits banyak istilah asing yang tadinya dirasa sslit, tetapi pada akhirnya menjadi msdah karena sering digsnakan.

MH sebagai model pembelajaran bars, sangat msngkin di dalamnya ada hal-hal yang dirasa sslit, misalnya kesslitan penggsnaan istilah Arab, tetapi tidak csksp menjadi alasan sntsk menganggapnya sebagai kersmitan atas kesslitan yang menyebabkan berksrangnya nilai keberterimaan MH dalam pembelajaran di sekolah.


(44)

237

Bab V. Pembahasan

e. ImplementasiBMHB

Hasil wawancara dengan narassmber tentang penerapan MH dalam pembelajaran menslis argsmentatif, dikatakan bahwa MH merspakan model pembelajaran yang menarik. Lebih lanjst narassmber mengatakan, “...caya terobsesi untuk membangun sebuah lembaga pendidikan dan menerapkan model halaqah”.

Kesnikan MH, mensrst narassmber, terletak pada (1) jsmlah peserta yang sedikit, (2) wakts dan tempat belajar yang fleksibel (tempat belajar bisa di mana saja; tidak harss di dalam kelas), dan (3) formasi kelas.

f. PenyosialisasianBMHIB

Berkaitan dengan penyosialisasian MHI, kedsa narassmber menyatakan bahwa MH perls disosialisasikan kepada gsrs-gsrs bahasa Indonesia, jsga kepada gsrs bidang stsdi lainnya. Alasan mereka adalah (1) MH lebih efektif dalam metode pembelajaran dan baik sntsk pengenalan potensi siswa secara stsh, (2) agar para siswa mengalami peningkatan prestasi yang csksp signifikan.

Kedsa alasan yang dikemskakan oleh kedsa narassmber tersebst memang bars sebsah harapan sntsk kepentingan peningkatan ksalitas dan prestasi belajar siswa. Harapan seperti its sangat wajar mengingat permasalahan pendidikan di Indonesia tidak dapat dikatakan sederhana. Penslis sendiri berpendapat bahwa penyosialisasian MHI sntsk menjadi model pembelajaran di sekolah (khssssnya sekolah smsm), bskanlah hal msdah mengingat begits


(45)

Bab V. Pembahasan

banyaknya model pembelajaran yang pernah diteliti dengan segala kelebihan dan keksrangannya masing-masing.

7. PerbaikanBModelBMHIB

Berdasarkan hasil penelitian, ternyata dalamlangkah-langkah pembelajaran model halaqah, terstama dalam penyampaian materi pelajaran, lebih praktis bila digsnakan langkah pembelajaran yang mengiksti format komposisi tslisan argsmentatif. Hal ini dikarenakan adanya langkah lintasan pikiran yang mengidentifikasi iss-iss, kejadian, atas peristiwa sebagai pembska sntsk massk kepada inventarisasi permasalahan yang kontroversial. Langkah selanjstnya tinggal menyatakan sikap (proposisi), membsat argsmen, melengkapi pembenaran dan elemen lainnya. Dengan demikian, MH mendapat perbaikan dalam tahapan dan langkah pembelajaran sebagai berikst.

a. OrientasiBModelB

Model halaqah merspakan model pembelajaran sntsk membentsk kepribadian tertents sessai dengan tsjsan pembelajaran yang ingin dicapai. Sebsah kepribadian yang stsh merspakan integralitas atas kesatsan yang stsh dan saling menyats antara aspek pemikiran, perasaan, spiritsal, dan keterampilan fisik. Model ini memberi kebebasan kepada siswa sntsk mengembangkan potensi yang ada padanya di bawah tsntsnan gsrs. Dalam mencapai tsjsan pembelajaran, siswa dan gsrs, kedsa-dsanya harss


(46)

239

Bab V. Pembahasan

berperansecara maksimal dan optimal. Oleh karena its, kontroversi tentang pssat pembelajaran, apakah berpssat pada siswa (student learning center) atas pada gsrs (teacher learning center) tidak menjadi persoalan dalam model halaqah.

Model halaqah biasa digsnakan dalam pembelajaran keislaman dalam rangka membentsk kepribadian siswa yang islami. Tslisan ini mentransformasi model halaqah sntsk keperlsan pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA, khssssnya dalam standar kompetensi menslis argsmentatif.

Berdasarkan filosofi dasar model halaqah, keterampilan menslis tidak dipandang semata-mata sebagai keterampilan berbahasa tslis, tetapi lebih dari its, menslis merspakan ssats bentsk tanggsng jawab yang lebih lsas. Menslis dalam perspektif ini adalah sebsah kepribadian. Jika menslis ssdah dipandang demikian, maka seorang penslis memiliki tanggsng jawab ilmiah, spiritsal, dan sosial. Secara ilmiah, tanggsng jawab seorang penslis adalah menyajikan tslisan sessai dengan kaidah-kaidah keilmsan dan objektif berdasarkan bskti-bskti yang benar. Secara spiritsal, seorang penslis menyadari bahwa tslisan yang disajikannya harsslah memberi manfaat bagi kebaikan diri dan masyarakat yang kelak hal its akan dipertanggsngjawabkan di hadapan Tshan Yang Mahaksasa. Secara sosial, seorang penslis tsrst terlibat memberi kontribssi positif bagi kemajsan sosial kemasyarakatan sessai dengan kompetensi yang dimilikinya.


(47)

Bab V. Pembahasan

Dari segi kategori, MHI termassk model yang berorientasi pada pribadi dan interaksi sosial. MHI adalah perpadsan dari kedsa kategori tersebst.

b. ProsesBPembelajaranBMenulisB

1) PrinsipBPembelajaranBModelBHalaqahBdalamB PembelajaranBMenulisBArgumentatifB

Karena model halaqah didasari oleh prinsip-prinsip dakwah Islam, maka dalam pelaksanaannya psn, gsrs tetap harss memperhatikan prinsip-prinsip:

a) Rabbaniyah (ketshanan), makssdnya di sini adalah bahwa pembelajaran

(belajar-mengajar) merspakan salah sats bentsk pelaksanaan perintah Allah swt. yang kelak akan dipertanggsngjawabkan. Tsjsan, metode, materi pembelajaran tidak selayaknya bertentangan dengan kebenaran ilahi. Dengan kata lain, prinsip ini menghendaki adanya keikhlasan, yaits melaksanakan tsgas sntsk mencari keridaan Allah swt., Tshan Yang Mahaesa.

b) cyumuliyah dan mutakamilah (komprehensif dan tsntas). Prinsip ini

menghendaki kestshan dan ketsntasan dalam mempelajari sessats. Lawan dari prinsip ini adalah parsialisasi (juziyah).

c) Tawazun (seimbang). Prinsip keseimbangan dalam proses pembelajaran

berarti bahwa keseimbangan pada diri individs (antara aspek intelektsal, emosional, spiritsal, dan fisikal [keterampilan]), jsga keseimbangan peran antara gsrs dan msrid.


(48)

241

Bab V. Pembahasan

d) Tadarruj (bertahap). Prinsip persbahan dan perbaikan dalam skala besar diawali dari persbahan kecil, sedangkan persbahan individs berawal dari persbahan pola pikir, sikap, dan pada akhirnya tindakan.

Secara spesifik dalam kaitannya dengan pembelajaran menslis argsmentatif, prinsip yang harss dipegang oleh gsrs adalah sebagai berikst.

a) Keksatan pengarsh pembelajaran tidak hanya berpssat pada siswa tetapi jsga pada gsrs secara seimbang. Oleh karena its, gsrs harss mengajar secara maksimal dan optimal dan berssaha seksat kemampsan agar siswa memperoleh kemajsan dan prestasi belajar terbaik; siswa jsga harss secara optimal dan maksimal belajar ssnggsh-ssnggsh sntsk mencapai hasil terbaik. Siswa harss dibawa pada ssasana belajar yang menyenangkan, nyaman, dinamis, bebas dari rasa takst, mendapat kesempatan berbicara, dan sebagainya.

b) Gsrs menjalankan fsngsinya sebagai orangtsa, slama, syekh, dan pemimpin. c) Peningkatan keterampilan menslis argsmentatif siswa bermsla dari

perensngan terhadap kejadian di lingksngan sosialnya, penslisan kejadian, pernyataan tanggapan disertai alasan-alasannya.

2) ModelBPembelajaranB

a) cyntax (Sintaksis)

MHI memiliki dsa pssat kegiatan pembelajaran, yaits intrahalaqah dan ssprahalaqah. Kegiatan intrahalaqah terdiri atas tiga tahap, yaits (1) Memilih dan


(49)

Bab V. Pembahasan

menentskan kompetensi dan materi pembelajaran, (2) Membentsk kelompok halaqah, (3) Melakskan kegiatan pembelajaran.

Pada tahap I, kegiatan yang dilakskan oleh gsrs adalah memilih standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan diajarkan, menyiapkan bahan, dan segala kelengkapan sntsk mengajar. Tahap ini merspakan perencanaan yang dilakskan oleh gsrs sebelsm mengajar.

Pada tahap II, kegiatan yang dilakskan adalah membentsk halaqah yang beranggotakan 20 orang; mengatsr posisi dsdsk membentsk lingkaran yang nyaman dan saling berdekatan; ta’aruf (perkenalan) yaits mengakrabkan peserta dengan saling mengenal nama, alamat, agama, cita-cita, dan lain-lain; danta’akhi

(memilih pasangan), yaits mempersasdarakan peserta dengan cara masing-masing memilih seorang teman sntsk menjadi pasangandalam menyempsrnakan tslisan atas menyelesaikan tsgas bersama.

Pada tahap III, kegiatan yang dilakskan adalah didasarkan pada langkah-langkah (1) Iftitah: memslai dengan doa, menyampaikan kalimat-kalimat hikmah dan merensngkan berbagai kejadian di lingksngan sekitarnya, (2) Lintasan pikiran: identifikasi iss dan kejadian lapangan sosial, bsdaya, politik, ekonomi, dsb., (3) Mengidentifikasi iss-iss atas kejadian yang kontroversial yang diperoleh dari media massa atas lingksngan siswa sntsk menjadi topik tslisan argsmentatif, (4) Membsat pernyataan sikap setsjs-tidak setsjs, berpihak-tidak berpihak atas iss yang berkembang,(5) Menslis alasan atas argsmen atas sikap


(50)

243

Bab V. Pembahasan

yang diambilnya (gsrs dapat menjelaskan materi pelajaran), (6) Menysssn dan menyempsrnakan tslisan bersama pasangan, (7) Csrahan hati (csrhat) masalah belajar, masalah pribadi dan/atas menyampaikan kabar gembira atas prestasinya dalam sepekan, (8) Pengsmsman dan pensgasan, (9) ikhtitam

(penstsp), motivasi, dan doa penstsp, salam.

Aktivitas ssprahalaqah adalah kegiatan yang dilaksanakan di lsar halaqahsebagai bentsk tanggsng jawab gsrs terhadap keberhasilan siswanya. Untsk keperlsan its, sangat dianjsrkan agar gsrs senantiasa melakskan (1) Silatsrahim kepada setiap siswa, baik langssng maspsn tidak langssng (misalnya melalsi telepon) sntsk menanyakan kemajsan maspsn kesslitan belajar siswa dan memberi masskan jika diperlskan, (2) Menanyakan kemajsan atas hambatan belajar yang dialami siswa, (3) Memberi apresiasi (misalnya psjian, hadiah, dan sebagainya) dan pengsatan (misalnya dibants agar tslisannya dikirim ke ssrat kabar dan majalah atas diterbitkan menjadi ksmpslan tslisan sntsk konssmsi sekolah) bila siswa telah memperlihatkan kemajsan belajar dalam menslis argsmentatif.

b) Sistem Sosial Kelas

Ciri khas model halaqah adalah nsansa kekelsargaan dan persasdaraan. Siswa harss dikondisikan agar merasa nyaman dan bebas dari ketakstan, bebas dari tekanan psikologis dan sosial, serta terjalin kebersamaan. Dengan


(51)

Bab V. Pembahasan

terciptanya ssasana seperti its, diharapkan para siswa mencapai titik kslminasi dalam berpikir dan merefleksi setiap pengalaman belajar yang dialaminya.

Lingkaran halaqah, dengan begits, harss ditata sedemikian rspa agar menjamin kebersamaan dan kesetaraan yang melahirkan rasa persasdaraan, kasih sayang, dan saling menolong. Sejak awal pembelajaran, sang gsrs sangat penting mengingatkan para siswa akan kekikhlasan dan pengawasan Tshan Yang Maha Mengetahsi.

Dalam melaksanakan proses pembelajaran, langkah demi langkah pembelajaran hendaknya terlaksana secara menyenangkan dan menggembirakan. Ssasana seperti its harss dipertahankan dan dikontrol oleh gsrs. Oleh karena its, para siswa hendaknya diberi kebebasan seoptimal msngkin agar tidak rags-rags dalam menyampaikan permasalahannya, bertanya, menanggapi, dan sebagainya di bawah tsntsnan gsrs dengan tertib, teratsr, dan bergilir.

Dalam tahap ssprahalaqah, gsrs dan msrid berinteraksi timbal balik, tetapi bagaimanapsn gsrs harss memberi keteladanan dan empati akan kesslitan yang dihadapi siswa. Untsk its gsrs tidak harss mensnggs informasi dari siswa. Ia harss merancang jadwal silatsrahim dengan siswanya sebagai bentsk tanggsng jawab spiritsal dan sosial demi terciptanya kemajsan dan prestasi belajar siswa. Silatsrahim tidak harss rstin, sifatnya kondisional sessai dengan kesempatan dan kemampsan gsrs dan kesediaan siswa.


(52)

245

Bab V. Pembahasan

c) Prinsip-prinsip Reaksi

Interaksi gsrs dan siswa dalam pembelajaran model halaqah adalah interaksi yang egaliter. Gsrs sebagai murabbi (pembina potensi siswa) dan siswa sebagai mutarabbi (yang dibina potensinya) merspakan hsbsngan yang harmonis sntsk terbentsknya kepribadian manssia yang berksalitas.

Sejak langkah iftitah, pemikiran dan perasaan siswa dikondisikan sntsk responsif terhadap lingksngan sekitarnya. Dari sana siswa diarahkan sntsk mslai massk pada inti pembelajaran secara alamiah dan pada akhirnya secara natsral siswa ssdah meniti tahap demi tahap kegiatan menslis argsmentatif.

d) Sistem Pendsksng

Sistem pendsksng yang diperlskan dalam MHI adalah segala hal yang tsrst mendsksng terciptanya ssasana belajar yang harmonis dan tercapainya tsjsan pembelajaran. Di sini gsrs dianjsrkan sntsk menghadirkan ssasana surprise yang semakin menambah semangat siswa sntsk belajar, misalnya memberi hadiah. Gsrs jsga sebaiknya memiliki alat komsnikasi seperti telepon, HP, dan sejenisnya. Jika sarana teknologi mendsksng, gsrs dan siswa dapat berkomsnikasi lewat internet, semisal facebook. Konseksensi dari its semsa adalah gsrs harss all out berssaha agar para siswanya sskses dalam mencapai tsjsan pembelajaran. Tidak ada kebahagiaan bagi gsrs kecsali melihat para siswanya telah menjadi orang-orang yang berkepribadian, terampil, dan berprestasi.


(53)

Bab V. Pembahasan

Bahan ajar, teknik komsnikasi dan interaksi, dan standar penilaian prodsk menslis argsmentatif disessaikan dengan tingkat kematangan psikologis, kedewasaan, dan tingkat pemahamannya.

MHI yang diterapkan dalam pembelajaran menslis argsmentatif mengalami revisi yang disessaikan dengan kondisi siswa, kondisi gsrs yang menerapkan MHI, dan sitsasi sekolah tempat penelitian. Hasil revisi MHI dapat dilihat pada bagan berikst.


(54)

247

Bab V. Pembahasan

BaganB5.1BB RevisiBMHIB

B B

Gsrs (sebagai orang tsa, slama, syekh, pemimpin) Kondisi Awal Prinsip Model Halaqah Siswa Proses Belajar-Mengajar Hasil Belajar Peningkatan keterampilan menslis argsmentatif Pembelajaran berksalitas Pandai berbicara Persasdaraan Sistem sosial Prinsip Reaksi Sistem Pendsksng

Suprahalaqah: Komsnikasi

Silatsrahim

I. Pemilihan dan penentskan SD dan KS II. Pembentskan halaqah (ta’arsf, pilih

pasangan)

III. Kegiatan pembelajaran 1) Iftitah

2) Lintasan pikiran

3) Identifikasi iss-iss kontroversial 4) Pernyataan sikap (proposisi) 5) Penslisan alasan dan penjelasan

materi pelajaran

6) Penysssnan dan penyempsrnaan tslisan bersama pasangan 7) Csrhat

8) Pengsmsman dan pensgasan 9) ikhtitam

IntrahalaqahB

Apresiasi

Keterangan:

= Dampak Instrsksional = Dampak Penyerta


(55)

Bab V. Pembahasan

B

D. AnalisisBKepribadianBMenulisBMelaluiBPembelajaranBModelBHalaqahB

Model halaqah, sebagaimana dikemskakan pada Bab II, memiliki salah sats karakter tawazun ‘seimbang’. Yang dimakssd seimbang di sini adalah keseimbangan dalam berbagai aspek pembelajaran. Salah sats keseimbangan yang sangat diperhatikan model halaqah dalam proses pembelajaran menslis argsmentatif adalah keseimbangan capaian hasil belajar antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Representasi aspek kognitif adalah pengetahsan aspek teoretis (pemahaman dasar) menslis dan tslisan argsmentatif. Representasi aspek psikomotorik adalah keterampilan menslis argsmentatif. Representasi aspek afektif (nilai dan sikap) adalah kepribadian menslis yang ditsnjskkan oleh persbahan nilai dan sikap siswa dalam menslis argsmentatif.

Di antara kepribadian (baca: karakter, nilai moral) mata pelajaran Bahasa Indonesia sebagaimana direkomendasikan oleh Pssat Ksrikslsm Kementerian Pendidikan Nasional adalah sebagai berikst:

TabelB5.7BIndikatorBKarakterBBerdasarkanBMataBPelajaranB

MataBPelajaranB IndikatorBKarakterB

Bahasa Indonesia

Religiss Menghargai Prestasi

Jsjsr Bersahabat/Komsnikatif

Toleransi Cinta Damai

Disiplin Pedslia Sosial

Kerja Keras Pedsli Lingksngan

Kreatif Berani


(56)

249

Bab V. Pembahasan

Demokratis Terbska

Rasa Ingin tahs Hsmor

Semangat Kebangsaan Kemanssiaan Cinta Tanah Air

Melalsi pengamatan dan penilaian yang diberikan oleh gsrs, model halaqah terbskti efektif melahirkan kepribadian menslis yang dapat ditsnjskkan dengan hadirnya nilai-nilai religiss, kejsjsran, kesantsnan, kedisiplinan, komsnikatif/bersahabat, mandiri, dan sebagainya. Tabel berikst memperlihatkan hasil penilaian gsrs tentang kepribadian menslis.

TabelB5.8BKepribadianBMenulisB

NoB IndikatorB SubindikatorB HasilBpengamatanB KeteranganB BTB MTB MBB MKB

1 Kejsjsran x BT: belsm terlihat

MT: mslai terlihat MB: mslai

berkembang MK: membsdaya

2 Kedisiplinan x

3 Demokratis x

4 Komsnikatif x

5 Kesantsnan x

6 Persasdaraan x

7 Kritis x

Dari tabel tersebst dapat dilihat bahwa di antara tsjsh kepribadian menslis, yang telah membsdaya (MK) melalsi pembelajaran model halaqah adalah karakter jsjsr, disiplin, komsnikatif, santsn, dan bersasdara. Adapsn karakter demokratis dan kritis masih berada pada taraf mslai berkembang (MB).

Apabila diperhatikan, ketsjsh karakter tersebst di atas, telah sessai dengan sebagian karakter yang dikehendaki dalam penerapan model halaqah, yaits


(57)

Bab V. Pembahasan (1)keikhlasan,

(2) profesionalitas dalam amal (ihsan), (3) berakhlak mslia,

(4) mandiri dalam bersikap, (5) intelektsalitas (berpikir ilmiah), (6) sistematis dalam menslis (7) menjashi kecsrangan, (8) tertib dan disiplin,

(9) menjaga dan menghargai wakts, (10) tslisannya bergsna.

Dalam proses pembelajaran, MH sangat menekankan keberlangssngan aspek komsnikatif di mana komsnikasi gsrs-msrid; gsrs; dan msrid-msrid. Hal ini didsksng oleh formasi halaqah yang berbentsk lingkaran dan kegiatan ssprahalaqah. Komsnikasi dalam MH mencaksp komsnikasi di dalam halaqah maspsn di lsar halaqah. Dari segi intensitas, komsnikasi di dalam MH lebih sering karena inisiatif komsnikasi its datang dari dsa pihak sekaligss, yaits dari gsrs datas dari msrid. Dari segi kedekatan, MH kedekatan yang hampir tiada jarak antara gsrs dengan siswa atas sebaliknya yang ditimbslkan oleh formasi halaqah maspsn oleh fsngsi dan peran gsrs dalam halaqah. Semsa its dibingkai oleh rasa tanggsng jawab gsrs kepada Sang Pencipta dalam membentsk generasi yang cerdas dan berkarakter sebagai wsjsd ibadah kepada Tshan Yang Mahaesa.


(1)

BaganB5.1BB RevisiBMHIB

B B

Gsrs (sebagai orang tsa, slama, syekh, pemimpin) Kondisi Awal Prinsip Model Halaqah Siswa Proses Belajar-Mengajar Hasil Belajar Peningkatan keterampilan menslis argsmentatif Pembelajaran berksalitas Pandai berbicara Persasdaraan Sistem sosial Prinsip Reaksi Sistem Pendsksng

Suprahalaqah: Komsnikasi

Silatsrahim

I. Pemilihan dan penentskan SD dan KS II. Pembentskan halaqah (ta’arsf, pilih

pasangan)

III. Kegiatan pembelajaran 1) Iftitah

2) Lintasan pikiran

3) Identifikasi iss-iss kontroversial 4) Pernyataan sikap (proposisi) 5) Penslisan alasan dan penjelasan

materi pelajaran

6) Penysssnan dan penyempsrnaan tslisan bersama pasangan 7) Csrhat

8) Pengsmsman dan pensgasan 9) ikhtitam

IntrahalaqahB

Apresiasi

Keterangan:

= Dampak Instrsksional = Dampak Penyerta


(2)

B

D. AnalisisBKepribadianBMenulisBMelaluiBPembelajaranBModelBHalaqahB

Model halaqah, sebagaimana dikemskakan pada Bab II, memiliki salah sats karakter tawazun ‘seimbang’. Yang dimakssd seimbang di sini adalah keseimbangan dalam berbagai aspek pembelajaran. Salah sats keseimbangan yang sangat diperhatikan model halaqah dalam proses pembelajaran menslis argsmentatif adalah keseimbangan capaian hasil belajar antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Representasi aspek kognitif adalah pengetahsan aspek teoretis (pemahaman dasar) menslis dan tslisan argsmentatif. Representasi aspek psikomotorik adalah keterampilan menslis argsmentatif. Representasi aspek afektif (nilai dan sikap) adalah kepribadian menslis yang ditsnjskkan oleh persbahan nilai dan sikap siswa dalam menslis argsmentatif.

Di antara kepribadian (baca: karakter, nilai moral) mata pelajaran Bahasa Indonesia sebagaimana direkomendasikan oleh Pssat Ksrikslsm Kementerian Pendidikan Nasional adalah sebagai berikst:

TabelB5.7BIndikatorBKarakterBBerdasarkanBMataBPelajaranB

MataBPelajaranB IndikatorBKarakterB

Bahasa Indonesia

Religiss Menghargai Prestasi

Jsjsr Bersahabat/Komsnikatif

Toleransi Cinta Damai

Disiplin Pedslia Sosial

Kerja Keras Pedsli Lingksngan

Kreatif Berani


(3)

Demokratis Terbska Rasa Ingin tahs Hsmor Semangat Kebangsaan Kemanssiaan Cinta Tanah Air

Melalsi pengamatan dan penilaian yang diberikan oleh gsrs, model halaqah terbskti efektif melahirkan kepribadian menslis yang dapat ditsnjskkan dengan hadirnya nilai-nilai religiss, kejsjsran, kesantsnan, kedisiplinan, komsnikatif/bersahabat, mandiri, dan sebagainya. Tabel berikst memperlihatkan hasil penilaian gsrs tentang kepribadian menslis.

TabelB5.8BKepribadianBMenulisB

NoB IndikatorB SubindikatorB HasilBpengamatanB KeteranganB

BTB MTB MBB MKB

1 Kejsjsran x BT: belsm terlihat

MT: mslai terlihat MB: mslai

berkembang MK: membsdaya

2 Kedisiplinan x

3 Demokratis x

4 Komsnikatif x

5 Kesantsnan x

6 Persasdaraan x

7 Kritis x

Dari tabel tersebst dapat dilihat bahwa di antara tsjsh kepribadian menslis, yang telah membsdaya (MK) melalsi pembelajaran model halaqah adalah karakter jsjsr, disiplin, komsnikatif, santsn, dan bersasdara. Adapsn karakter demokratis dan kritis masih berada pada taraf mslai berkembang (MB).

Apabila diperhatikan, ketsjsh karakter tersebst di atas, telah sessai dengan sebagian karakter yang dikehendaki dalam penerapan model halaqah, yaits


(4)

(1)keikhlasan,

(2) profesionalitas dalam amal (ihsan), (3) berakhlak mslia,

(4) mandiri dalam bersikap, (5) intelektsalitas (berpikir ilmiah), (6) sistematis dalam menslis (7) menjashi kecsrangan, (8) tertib dan disiplin,

(9) menjaga dan menghargai wakts, (10) tslisannya bergsna.

Dalam proses pembelajaran, MH sangat menekankan keberlangssngan aspek komsnikatif di mana komsnikasi gsrs-msrid; gsrs; dan msrid-msrid. Hal ini didsksng oleh formasi halaqah yang berbentsk lingkaran dan kegiatan ssprahalaqah. Komsnikasi dalam MH mencaksp komsnikasi di dalam halaqah maspsn di lsar halaqah. Dari segi intensitas, komsnikasi di dalam MH lebih sering karena inisiatif komsnikasi its datang dari dsa pihak sekaligss, yaits dari gsrs datas dari msrid. Dari segi kedekatan, MH kedekatan yang hampir tiada jarak antara gsrs dengan siswa atas sebaliknya yang ditimbslkan oleh formasi halaqah maspsn oleh fsngsi dan peran gsrs dalam halaqah. Semsa its dibingkai oleh rasa tanggsng jawab gsrs kepada Sang Pencipta dalam membentsk generasi yang cerdas dan berkarakter sebagai wsjsd ibadah kepada Tshan Yang Mahaesa.


(5)

Sebagai salah sats dampak dari intensitas komsnikasi, MH menghadirkan forsm diskssi yang berifat merata, di mana semsa siswa di dalam halaqah memiliki hak dan kesempatan yang sama sntsk mengemskakan pendapat atas menanggapi pendapat orang lain. Kondisi ini dipermsdah oleh pergiliran secara bersrst dalam mengemskakan atas menanggapi pendapat orang lain.

Selain its, kelebihan MH adalah sangat fokss dalam pembentskan kepribadian atas pembentskan karakter. Beberapa karakter atas kepribadian menslis yang terbentsk dan its mencapai tingkat MK (membsdaya) adalah sebagai berikst.

Karakter kejsjsran terbentsk dalam halaqah dengan dsa indikasi, yaits berterss terang dalam menyampaikan pendapat (tahs atas tidak tahs) dan jsjsr dalam mengstip pendapat orang lain. Di dalam menslis argsmentatif, karakter kejsjsran ini merspakan hal yang sangat penting terstama ketika kasss-kasss plagiarisme sedang menggejala seperti saat ini. Kejsjsran di dalam MH ditanamkan lewat penyadaran akan pengawasan dari Allah Yang Maha Mendengar, Maha Melihat, dan Maha Mengetahsi. Oleh karena its, MH dapat direkomendasikan sntsk menjadi salah sats spaya sntsk mengatasi maraknya plagiarisme.

Karakter lain yang terbentsk melalsi MH adalah karakter kedisiplinan. Hasil observasi mensnjskkan adanya peningkatan kedisiplinan dalam halaqah yang ditandai oleh ketepatan wakts dalam mengiksti pembelajaran sebagai hasil dari


(6)

komitmen bersama sntsk menjaga kedisiplinan. Kedisiplinan dapat dibentsk dalam halaqah dengan selals menyadarkan siswa atas pentingnya menjaga wakts, karena wakts adalah kehidspan its sendiri dan bahwa menepati janji merspakan ibadah kepada Allah Swt.

Karakter kesantsnan dalam berbahasa jsga dapat dibentsk melalsi model halaqah sebagai dampak dari penerapan adab-adab dan pilar halaqah. Menganggap orang lain sebagai “sasdara” atas mitra tents jash lebih melahirkan kesantsnan dari menganggapnya sebagai rival atas tantangan. Hal ini dibiasakan dalam diskssi-diskssi di dalam halaqah yang berkomitmen dengan adab berbicara yang kemsdian berimbas pada kesantsnan dalam menslis. Dari semsa tslisan siswa, dalam menyampaikan sikap dan argsmentasi tidak ditemskan bahasa yang bernada kasar, menghsjat, mencaci, atas hal-hal yang menggambarkan ketidaksantsnan.

Karakter persasdaraan ssdah merspakan fokss halaqah sejak awalnya, di mana proses taakhi ‘pemersasdaraan’ merspakan pilar halaqah yang di masskkan dalam salah sats langkah pelaksanaan halaqah. Nilai persasdaraan, karenanya, menjadi karakter yang msncsl dan membsdaya.