SUPERVISI AKADEMIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN (PENJASORKES) DI KABUPATEN PURWAKARTA.

(1)

ix

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

ABSTRAK ... vii

ABSTRACK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

1. Tujuan Penelitian ... 7

2. Manfaat Penelitian ... 8

a. Manfaat Teoritis ... 9

b. Manfaat Praktis ... 9

D. Anggapan Dasar ... 10

E. Paradigma Penelitian... 12

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teoretik Supervisi Pendidikan ... 14


(2)

x

a. Supervisi Manajerial ... 19

b. Supervisi Akademik ... 19

c. Prinsip-Prinsip Supervisi Akademik ... 23

d. Dimensi-Dimensi Substasi Supervisi Akademik ... 24

B. Metode dan Teknik Supervisi Akademik ... 27

a. Teknik Supervisi Individual ... 28

b. Teknik Supervisi Kelompok ... 33

c. Langkah-Langkah Pembinaan Kemampuan Guru ... 35

d. Instrumen Pengukuran Kemampuan Guru ... 41

C. Kepemimpinan Pengawas dalam Penyelenggaraan Pendidikan ... 43

D. Kompetensi Pembinaan dan Peningkatan Kemampuan Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran ... 52

1. Kemampuan guru dalam mengembangkan kurikulum ... 55

2. Kemampuan guru dalam membuat program/perencanaan pembelajaran ... 58

3. Kemampuan dalam pelaksanaan pembelajaran ... 62

4. Kemampuan guru dalam menggunakan Pendekatan dan metode pembelajaran yang relevan ... 65

5. Kemampuan guru dalam memilih dan menggunakan media Pembelajaran ... 68

6. Kemampuan dalam Melaksanakan Evaluasi Pembelajaran ... 70


(3)

xi

A. Metode Penelitian ... 80

B. Teknik dan Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 82

1. Teknik Pengumpulan Data ... 82

2. Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 88

C. Validasi Hasil Penelitian ... 90

1. Kredibilitas ... 90

2. Transferabilitas ... 91

3. Dependabilitas dan Konfirmabilitas ... 92

D. Subjek Penelitian ... 93

E. Instrumen Penelitian ... 94

F. Rancangan Analisis Data ... 95

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 98

B. Field Note ... 103

C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 104

1. Kegiatan Supervisi Akademik Pengawas ... 105

2. Pendekatan Supervisi Akademik ... 113

3. Tanggapan Guru Terhadap Kegiatan Supervisi Aakademik Pengawas ... 117

4. Kemampuan Guru dalam Pemgelolaan KBM ... 121

5. Temuan Hasil Penelitian ... 128

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 140


(4)

xii

3. Respon Guru Terhadap Kegiatan Supervisi Akademik

Pengawas ... 151

4. Kemampuan Guru dalam Mengelola KBM ... 154

BAB V. KESIMPULAN, SARAN, DAN REKOMENDASI A.Kesimpulan ... 161

B.Saran ... 163

C.Rekomendasi ... 163

DAFTAR PUSTAKA ... 167


(5)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lembaga pendidikan dapat dikategorikan sebagai organisasi nirlaba yang melayani masyarakat. Meskipun sifatnya nirlaba, namun bukan berarti sekolah tidak dituntut untuk terus meningkatkan mutu proses maupun output

pendidikannya. Sebaliknya, sekolah sangat diharapkan benar-benar memerhatikan mutu, karena tugas suci yang diembannya adalah turut mencerdaskan kehidupan bangsa, dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

Dalam menjaga mutu proses tersebut, diperlukan adanya quality controll

yang mengawasi jalannya proses dan segala komponen pendukungnya. Meski demikian pengawasan mutu dalam dunia pendidikan tentu berbeda dengan perusahaan yang memproduksi barang/jasa. Sekolah adalah sebuah people

changing institution, yang dalam proses kerjanya selalu berhadapan dengan

uncertainty and interdependence (McPherson, Crowson and Pitner, 1986: 33-40).

Maksudnya mekanisme kerja (produksi) di lembaga pendidikan secara teknologis tidak dapat dipastikan karena kondisi input dan lingkungan yang tidak pernah sama. Selain itu proses pendidikan di sekolah juga tidak terpisahkan dengan lingkungan keluarga maupun pergaulan peserta didik.

Dalam situasi demikian, maka pengawasan terhadap sekolah pasti berbeda model dan pendekatannya. Peran seorang pengawas pendidikan pun tentu berbeda dengan pengawas pada perusahaan produksi. Supervisor harus mampu


(6)

mengkoordinasikan programs, goups, materials, and reports yang berkaitan dengan sekolah dan para guru. Supervisor juga harus mampu berperan sebagai konsultan dalam manajemen sekolah, pengembangan kurikulum, teknologi pembelajaran, dan pengembangan staf. Ia harus melayani kepala sekolah dan guru, baik secara kelompok maupun individual. Ada kalanya supervisor harus berperan sebagai pemimpin kelompok dalam pertemuan-pertemuan yang berkaitan dengan 2 pengembangan kurikulum, pembelajaran atau manajemen sekolah secara umum. Menghadapi tugas tersebut pengawas juga tentu harus menguasai strategi/metode/teknik pembelajaran/bimbingan yang up to date. Bila pengetahuan pengawas sudah ketinggalan, apa lagi hanya mengandalkan pengalaman tanpa didukung teori-teori, maka pengawas tidak akan mandapatkan respek dari para guru yang dibinanya. Terakhir, pengawas juga harus melakukan evaluasi terhadap pengelolaan sekolah dan pembelajaran pada sekolah-sekolah yang menjadi lingkup tugasnya.

Supervisi pendidikan sebagai suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kegiatan manajemen pendidikan perlu diupayakan secara simultan dan ditingkatkan kualitas pelaksanaannya. Bukti yang menunjukan bahwa supervisi menjadi bagian dari manajemen pendidikan nasional adalah terdapatnya bab khusus mengenai pengawasan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 yang diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. Oleh karena supervisi pendidikan mempunyai kedudukan strategis dan penting dalam manajemen pendidikan, maka sudah menjadi keharusan pemerintah untuk berupaya secara terus menerus menjadikan para pelaksana supervisi pendidikan


(7)

sebagai tenaga yang profesional. Salah satu upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan profesionalisasi tenaga pengawas pendidikan, maka dikeluarkanlah sebuah keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN) Nomor: 118 tahun 1996 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah. Standar kinerja dalam jabatan fungsional pengawas sekolah diarahkan pada peningkatan kualitas pengawasan pendidikan di sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan.

Perubahan kebijakan yang berkiaitan dengan supervisi pendidikan tersebut dalam pelaksanaanya tidak dapat menghindarkan diri dari berbagai hambatan. Hambatan yang dihadapi terutama yang berkaitan dengan kondisi nyata di lapangan bahwa pada umumnya masih terdapat penyimpangan-penyimpangan dalam supervisi. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Arikunto (1998:157) bahwa bentuk penyimpangan tersebut antara lain: (1) supervisi dilakukan sebagai pekerjaan menginfeksi atau mengadakan penilaian semata-mata, sehingga seringkali mereka itu tidak disukai oleh personil-personil yang disupervisi, (2) kegiatan supervisi dilakukan tanpa memberitahukan terlebih dahulu sehingga mereka yang disupervisi merasa “kena jebak”, (3) tidak jarang terjadi supervisor tetap “menjaga jarak” dengan guru-guru yang disupervisi sehingga jalinan kekeluargaan menjadi tidak tampak, (4) prakarsa supervisi datang dari supervisor, menentukan sasaran dan waktu sendiri untuk berkunjung, jarang


(8)

sekali datang dari yang disupervisi, (5) sasaran supervisi masih terlalu umum sehingga hasilnya belum operasional, dan (6) supervisi dilakukan tanpa memberikan umpan balik , kalaupun data umpan balik tersebut kurang memadai.

Untuk mengeliminasi penyimpangan-penyimpangan tersebut, dewasa ini dikembangkan supervisi pendidikan yang menitikberatkan perhatian pada analisis proses belajar mengajar yang dikenal dengan supervisi akademik. Namun sampai saat ini belum ada penelitian yang mengkaji lebih jelas tentang pelaksanaan supervisi akademik khusus terhadap guru ataupun mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Maka dari itu tujuan supervisi akademik dalam penelitian ini adalah membantu guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran yang dicanangkan bagi murid-muridnya (Glickman, 1981). Melalui supervisi akademik diharapkan kualitas akademik yang dilakukan oleh guru semakin meningkat (Neagley, 1980). Pengembangan kemampuan dalam konteks ini janganlah ditafsirkan secara sempit, semata-mata ditekankan pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan mengajar guru, melainkan juga pada peningkatan komitmen (commitmen) atau kemauan (willingness) atau motivasi

(motivation) guru, sebab dengan meningkatkan kemampuan dan motivasi kerja

guru, kualitas pembelajaran akan meningkat.

Berbicara mengenai mutu pendidikan sangatlah abstrak, mudah untuk diucapkan tetapi cukup sulit untuk diukur dan diseskripsikan. Perbedaan pendapat tentang indikator dan kriteria pengukurannya sulit untuk diselesaikan secara tuntas. Banyak faktor yang mempengaruhi pendidikan, antara lain; kurikulum, peserta didik, guru, sarana prasarana, dan fasilitas lainnya.


(9)

Pada umumnya masyarakat dalam menyoroti mutu pendidikan selalu dialamatkan kepada satu arah saja yakni guru. Gaffar dalam Supriyadi (1998:15) mengemukakan bahwa “guru memegang peranan strategis dalam membentuk watak bangsa melalui pengembangan kepribadian. Selanjutnya guru harus mampu mengembangkan keprofesionalannya sebagai problem solver atau pemecah masalah dalam proses pembelajarannya. Berbagai kesulitan yang dirasakan oleh guru dalam melaksanakan tugasnya disekolah, dengan kehadiran supervisor yang terampil dalam bidang supervisi pendidikan sangat diperlukan. Kehadiran supervisi akademik yang dilakukan pengawas secara intensif dan berkesinambungan memberi peluang untuk meningkatkan kemampuan mengajar guru.

Pendidikan Jasmani, yang dalam kurikulum disebut secara paralel dengan istilah lain menjadi Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, merupakan salah satu mata pelajaran yang disajikan di sekolah, mulai dari SD sampai dengan SMA. Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan (CDC, 2000; Disman, 1990; Pate dan Trost, 1998).

Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan


(10)

(Penjasorkes) antara lain adanya dimensi supervisi akademik dari pengawas. Oleh karena itu, dimensi supervisi akademik diduga dapat mempengaruhi kinerja guru tersebut dalam meningkatkan mutu pembelajarannya, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Untuk itu penelitian ini mengangkat judul tentang: “Supervisi Akademik dan Peningkatan Kualitas Pembelajaran Guru Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan (Penjasorkes) Di Kabupaten Purwakarta”.

B. Rumusan Masalah

Pengawas sebagai supervisor pendidikan memiliki kewenangan dalam memberikan bantuan supervisi terhadap personilnya. Supervisi pengajaran akan berproses efektif apabila pengawas memiliki kewibawaan profesionalnya bukan hanya sekedar otoritas karena status dan posisinya. Peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah akan menjadi kenyataan apabila guru-guru memiliki kemampuan profesional yang handal.

Mengacu pada kondisi tersebut, maka fokus utama penelitain ini adalah mempelajari implementasi kinerja yang dilakukan pengawas dalam membina guru melalui supervisi akademik dengan rumusan masalah “apakah implementasi supervisi akademik yang dilakukan pengawas dapat meningkatkan kualitas pembelajaran guru?”.

Dari pertanyaan umum tersebut secara rinci dijabarkan melalui pertanyaan khusus sebagai berikut:


(11)

1. Bagaimana proses pelaksanaan supervisi akademik terhadap guru-guru Penjasorkes pada pendidikan menengah di Kabupaten Purwakarta?

2. Bagaimana pola pendekatan yang diterapkan pengawas dalam melakukan supervisi akademik dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran?

3. Bagimana respon guru terhadap pola pendekatan supervisi akademik yang dilakukan pengawas dalam mensupervisi dirinya?

4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola KBM terutama dalam hal: (a) merencanakan program belajar mengajar; (b) kemampuan menguasai materi pelajaran; (c) melaksanakan proses belajar mengajar; dan (d) menilai kemajuan proses belajar mengajar.?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Merumuskan tujuan dalam penelitian merupakan kegiatan yang sangat membantu untuk menentukan arah yang akan dilaksanakan. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang implementasi supervisi akademik pengawas terhadap guru-guru dalam upaya meningkatkan dan mengembangkan kemampuan mengajar. Hasil pengkajian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perumusan konsepsi-konsepsi pembinaan kemampuan guru, khususnya kepada guru-guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) pada pendidikan menengah di Kabupaten Purwakarta. Berbagai faktor penghambat dan pendukung dalam pelaksanaan supervisi akademik menjadi perhatian penulis, diharapkan dapat menemukan


(12)

suatu pola pendekatan atau sistem pembinaan kemampuan profesional guru terutama dalam proses kegiatan belajar mengajar, sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

Secara lebih rinci penelitian ini ditujukan untuk:

a. Mendapatkan gambaran tentang proses pelaksanaan supervisi akademik pengawas terhadap guru-guru Penjasorkes pada pendidikan menengah di Kabupaten Purwakarta.

b. Mendapatkan gambaran tentang pola pendekatan supervisi akademik yang dilakukan pengawas dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran.

c. Mendapatkan gambaran tentang respon guru terhadap pola pendekatan supervisi akademik yang dikembangkan pengawas.

d. Mendapatkan gambaran tentang kemampuan guru dalam mengelola Kegiatan Belajar Mengajar (KBM ) terutama dalam hal: (a) merencanakan program

belajar mengajar; (b) kemampuan menguasai materi pelajaran; (c) melaksanakan proses belajar mengajar; dan (d) menilai kemajuan proses

belajar mengajar.

2. Manfaat Penelitian

Hasil temuan penelitian ini diharapkan dapat diperoleh sejumlah informasi penting yang bermanfaat dan dapat dijadikan acuan pembinaan pengawas dalam melakukan kegiatan supervisi akademik dalam upaya mengembangkan dan menyempurnakan sistem bantuan profesional bagi guru-guru Penjasorkes pada


(13)

sekolah menengah di Kabupaten Purwakarta. Dengan demikian maka manfaat penelitian ini dapat dilihat dari dua dimensi yakni dari dimensi teoritis dan dimensi praktis.

a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menyokong pengembangan teori-teori supervisi, sehingga dapat memberikan kontribusi positif bagi pengembangan konsep-konsep pembinaan profesional guru.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis temuan hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi para pembuat keputusan, khususnya bagi kepala sub-dinas pendidikan menengah, para pengawas, para kepala sekolah, dan pejabat lainnya yang terkait.

Dengan terungkapnya faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pembinaan kemampuan profesional guru, dapat dijadikan petunjuk praktis dalam mengatasi hambatan pelaksanaan pembinaan guru, yang selanjutnya mampu memberikan kontribusi bagi peningkatan mutu pendidikan. Bagi pengawas hasil penelitian ini dapat dijadikan umpan balik yang berguna untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pelaksanaan supervisi akademik, serta diharapkan dapat mengantisipasi berbagai hambatan dan mengetahui masalah-masalah mana yang mendapat prioritas utama. Melalui supervisi akademik yang mengutamakan


(14)

pelayanan bagi guru, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan pemahaman guru tentang pentingnya pelaksanaan pembinaan yang dilakukan pengawas.

D. Anggapan Dasar

Sebagai titik tolak pemikiran di dalam penelitian diperlukan anggapan dasar. Beberapa anggapan dasar yang sebagai landasan untuk memperkokoh pelaksanaan penelitian ini adalah:

1. Supervisi Akademik adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pengawas dalam membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran (Glickman, 1981; Surya Dharma, 2008).

2. Supervisi akademik harus dilakukan secara berkesinambungan. Supervisi akademik bukan tugas bersifat sambilan yang hanya dilakukan sewaktu-waktu jika ada kesempatan. Perlu dipahami bahwa supervisi akademik merupakan salah satu essential function dalam keseluruhan program sekolah (Alfonso dkk., 1981 dan Weingartner, 1973)

3. Pengawas sekolah memiliki peran yang signifikan dan srategis dalam proses dan hasil pendidikan yang bermutu disekolah. Dalam konteks ini peran pengawas sekolah meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut pengawas yang harus dilakukan secara teratur dan berkesinambungan (PP 19 pasal 55, 2005; Sudjana, 2011; Rahmat, 2011). 4. Pengawas mata pelajaran atau rumpun mata pelajaran adalah pengawas


(15)

penuh dalam melaksanakan tugas pengawasan mata pelajaran atau rumpun mata pelajaran tertentu pada sejumlah sekolah baik negeri maupun swasta Sudjana, 2011; Rahmat, 2011; Lestari, 2011).

5. Mutu kegiatan belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh kompetensi profesional guru. Pembinaan terhadap penyelenggaraan proses pembelajaran hendaknya mengutamakan peningkatan konpetensi profesional guru (Sergiofani, 1982; Sutisna, 1982; Sanusi, 1982)

6. Proses pembelajaran dan hasil belajar akan berhasil dengan baik jika gurunya memiliki kemampuan yang profesional. Kemampuan yang harus dimiliki guru dalam melaksanakan pembelajaran diantaranya: (1) kemampuan guru dalam mengembangkan kurikulum; (2) kemampuan guru dalam membuat program/perencanaan pembelajaran; (3) kemampuan dalam pelaksanaan pembelajaran; dan (4) kemampuan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran (Nasution, 1989; Sudjana, 2000; Depdikbud, 1982).

7. Pendidikan Jasmani dalam kurikulum disebut secara paralel dengan istilah lain menjadi Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, merupakan salah satu mata pelajaran yang disajikan di sekolah, mulai dari SD sampai dengan SMA. Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani terpilih yang direncanakan secara


(16)

sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan (CDC, 2000; Disman, 1990; Pate dan Trost, 1998).

E. Paradigma Penelitian

Rumusan permasalahan yang dikemukakan, merupakan fokus penelitian yang diupayakan untuk menemukan solusinya melalui analisis lapangan dan analisis konseptual tentang supervisi akademik serta tugas pengawas sebagai supervisor yang secara struktural dianggap orang yang bmemiliki prinsip dan dapat berpengaruh padakematangan, kemampuan dan keterampilan guru sebagai mitra kerjanya. Alur pemikiran tersebut, digambarkan pada permasalahan– permasalahan faktual yang terjadi di sekolah (tugas pengawas dan tugas-tugas guru) serta konsep-konsep teoritis yang ada dan dikembangkan menjadi satu konsep pelaksanaan supervisi akademik di sekolah.

Kemampuan mengajar guru, sebagai sebuah tuntutan profesional pada prinsipnya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Namun demikian sebuah analisis awal sesuai dengan kerangka dasar pemikiran penelitian ini, untuk meningkatkan kemampuan mengajar guru salah satunya dapat dipengaruhi oleh pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan pengawas, terutama pola pendekatan supervisi akademik yang dikembangkannya. Peningkatan kemampuan profesional guru melalui pola pendekatan supervisi akademik, secara konseptual paling tidak dipengaruhi oleh empat faktor, yakni; pertama, ketepatan kemampuan atau pemilihan materi supervisi yang sesuai dengan kebutuhan riil guru dalam melaksanakan tugas-tugas profesinya; kedua, ketepatan dalam menentukan tujuan


(17)

supervisi; ketiga, ketepatan dalam menentukan sasaran dan waktu supervisi; dan keempat, ketepatan dalam memilih serta menerapkan pola pendekatan supervisi.

Kemampuan profesional guru dalam mengajar itu sendiri, dapat dilihat dari empat komponen kemampuan dasar, yaitu: pertama, kemampuan dalam merencanakan proses belajar mengajar; kedua, kemampuan dalam menguasai bahan pelajaran; ketiga, kemampuan dalam mengelola atau melaksanakan proses belajar mengajar; dan keempat, kemampuan dalam menilai kemajuan proses belajar mengajar. Selain itu, faktor lain yang menunjang kemampuan profesional guru adalah tingkat kepercayaan diri dan kesadaran guru tentang profesi yang disandangnya serta perhatian guru terhadap perkembangan dan kemajuan siswa sebagai anak didiknya, serta keterampilan lain yang menunjang guru dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan dan keterampilan-keterampilan itu akan tumbuh dan berkembang baik dalam diri guru, apabila pengawas memiliki ketepatan dalam memilih dan menerapkan pola pendekatan supervisi yang dilakukannya. Hal ini sangat beralasan karena fungsi pengawas dalam supervisi akademik adalah membantu, mendorong, dan membina para guru untuk senantiasa meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam pengelolaan kegiatan belajar mengajar.


(18)

80

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tentang proses pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan pengawas dalam rangka meningkatkan kemampuan mengajar guru di jenjang pendidikan sekolah menengah (SMA/SMK), bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan dan pola pendekatan supervisi akademik dalam rangka meningkatkan kemampuan mengajar guru. Untuk membuktikan tujuan penelitian, maka analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini dilakukan melalui pendekatan naturalistik kualitatif serta teknik analisis SWOT, hasil analisis merupakan jabaran hasil penelitian lapangan dan kemudian direkomendasikan untuk pembahasan dan kesimpulan penelitian. Dengan pendekatan tersebut, hasil penelitian diharapkan mampu menyentuh kealamiahan sumber data yang bersifat menyeluruh kaitannya dengan upaya-upaya supervisi akademik yang dilakukan pengawas. Berkenaan dengan hal tersebut, Lexy J. Moleong (2001:9) mengingatkan bahwa, “Penelitian dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-situasi tertentu.”

Mencermati permasalahan tersebut dan untuk mencapai tujuan penelitian, maka pendekatan penelitian yang dipandang relevan adalah pendekatan kualitatif, sebagaimana dikemukakan oleh Nasution (1996:5), bahwa “Penelitian kualitatif pada hakekatnya adalah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya,


(19)

berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya.”

Penelitian kualitatif sering disebut dengan metoda naturalistik. Lebih lanjut Nasution (1996:9-11) mengemukakan ciri-ciri metoda penelitian kualitatif sebagai berikut: "(a) Sumber data adalah situasi yang wajar "Natural Setting" berdasarkan observasi situasi yang wajar serbagaimana adanya, (b) peneliti berperan sebagai instrumen penelitian yang utama (key instrument), peneliti mengadakan sendiri pengamatan atau wawancara langsung. (c) sangat deskriptif, yang dituangkan dalam bentuk laporan dan uraian, (d) mementingkan proses maupun produk, (e) mencari makna di belakang kelakuan atau perbuatan, sehingga dapat memahami masalah dan situasi, (f) mengutamakan data langsung (first hand), peneliti sendiri yang terjun kelapangan mengadakan observasi atau wawancara, (g) triangulasi, data atau informasi dari satu pihak di chek kebenarannya dari sumber lain, (h) menonjolkan rincian kontekstual, peneliti mengumpulkan dan mencatat data dengan sangat rinci, (i) subjek yang diteliti dipandang berkedudukan sama dengan peneliti, (j) mengutamakan perspektif emic, yakni mementingkan pandangan dan penafsiran responden sesuai dengan pendiriannya, (k) verifikasi, antara lain melalui kasus yang bertentangan atau negatif untuk memperoleh hasil yang dapat lebih dipercaya, (l) Sampling yang purposif, yakni tidak menggunakan sampel yang banyak tetapi sampelnya sedikit di pilih menurut tujuan, (m) menggunakan "audit trail", untuk mengetahui apakah laporan penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan, (n) partisipasi tanpa mengganggu, artinya observasi dilakukan secara wajar (natural) sehingga tidak


(20)

mengganggu kewajaran situasi, dan (o) mengadakan analisis sejak awal penelitian".

B. Teknik dan Pelaksanaan Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Berkaitan dengan tujuan dan fokus masalah penelitian maka, teknik pengumpulan data yang dilakukan meliputi; observasi, wawancara mendalam

(depth interview), dan studi dokumentasi.

a. Observasi

Teknik pengumpulan data ini, digunakan dengan tujuan untuk memperoleh data secara langsung melalui pengamatan dengan menggunakan berbagai alat. Peneliti secara langsung melakukan pengamatan terhadap subjek penelitian guna memperoleh berbagai informasi yang dibutuhkan sesuai dengan fokus penelitian. Hal ini sebagaimana dikemukakan Satori (1998:153) bahwa observasi dalam penelitian naturalistik memungkinkan peneliti mendapatkan informasi dalam kaitannya dengan konteks (hal-hal yang berkaitan di sekitarnya) sehingga peneliti memperoleh makna dari informasi yang dikumpulkan.

Kaitannya dengan hal tersebut di atas, Patton dalam Nasution (1996: 59-60) mengemukakan manfaat teknik pengamatan sebagai berikut: Pertama: dengan berada di lapangan peneliti lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi (holistik). Kedua: pengalaman langsung memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, sehingga membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery. Ketiga: peneliti dapat melihat hal-hal yang


(21)

kurang atau yang tidak diamati orang lain, karena telah dianggap "biasa" dan karena ttu -ftdak akan tenjngkapkan dalam wawancara. Keempat: peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan tenjngkapkan oleh responden karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi. Kelima: peneliti dapat menemukan hal-hal di luar persepsi responden, sehingga gambaran yang didapat lebih komprehensif. Keenam: di lapangan peneliti tidak hanya dapat mengadakan pengamatan akan tetapi juga memperoleh kesan-kesan secara pribadi.

Observasi atau pengamatan dapat diklasifikasikan atas pengamatan melalui cara berperanserta dan yang tidak berperanserta. Pengamat berperanserta melakukan dua peranan sekaligus, yaitu sebagai pengamat dan sekaligus menjadi anggota resmi dari kelompok yang diamatinya (Nasution, 1996:126-127). Lebih lanjut Nasution (1996: 61) menjelaskan "tingkatan partisipasi dalam kegiatan observasi/pengamatan terdiri dari berbagai tingkatan, dari tingkatan rendah sampai tinggi, yakni dari partisipasi nihil, partisipasi pasif, sedang, aktif sampai partisipasi penuh".

Memperhatikan sifat penelitian serta dengan mempertimbangkan kedudukan peneliti, maka pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan pengamatan pasif dan pengamatan aktif. Melalui pendekatan pengamatan ini, peneliti melakukan observasi mulai dari sebagai penonton dan sekali-kali terlibat secara langsung dalam situasi atau kegiatan yang berlangsung bersama subjek penelitian. Sementara itu efektivitas suatu observasi sangat ' dipengaruhi oleh pertanyaan-pertanyaan yang terpikirkan oleh pengamat itu sendiri, pertanyaan-pertanyaan tersebut dibentuk dan diturunkan dari kerangka


(22)

teori yang dirumuskan peneliti sebagai perspektif teoritis yang dijadikan pedoman inquiri terhadap masalah yang diteliti (Satori, 1989:154). Bachtiar (dalam Satori, 1996:154-155) menyatakan bahwa: "bilamana seorang peneliti mengadakan pengamatan tanpa menggunakan kerangka pemikiran yang merupakan teori, maka ia sering tertarik oleh gejala atau peristiwa yang seolah-olah menonjol menuntut perhatian".

b. Wawancara

Wawancara dalam penelitian naturalistik, merupakan teknik pengumpulan data yang paling penting (Satori, 1989:148). Pendapat senada juga disampaikan oleh Nasution (1996:69) bahwa "dalam penelitian naturalistik kita ingin mengetahui bagaimana persepsi responden tentang dunia kenyataan, observasi saja tidak memadai dalam melakukan penelitian. Mengamati kegiatan dan kelakuan orang saja tidak dapat mengungkapkan apa yang diamati atau dirasakan orang lain, itu sebabnya observasi harus dilengkapi oleh wawancara.

Tujuan wawancara ialah untuk mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran dan hati orang lain, bagaimana pandangannya tentang dunia, yaitu hal-hal yang tidak dapat diketahui melalui observasi. Nasution (1996:71) mengemukakan bahwa: penelitian naturalistik berusaha mengetahui bagaimana responden memandang dunia dan segi persepektifnya, menurut pikiran dan perasaannya- yaitu informasi "emic". Namun demikian tidak selalu mudah dalam memperoleh keterangan emic yang murni, sebab itu setiap pertanyaan peneliti cenderung mengarahkan dan dengan demikian mempengarulii jalan pikiran responden, sehingga data yang diperoleh akan bersifat "etic", yakni ditinjau dari pandangan


(23)

peneliti. Dengan demikian data yang diperoleh/ diinginkan akan beralih dari data

emic kearah etic. Atas dasar pertimbangan tersebut, maka dalam penelitian ini akan digunakan wawancara tak berstruktur dan selanjutnya beralih menjadi lebih berstruktur. Hal ini dilakukan peneliti dengan memperhatikan pendapat Nasution (1996:72) yang menerangkan bahwa:

Pada awal penelitian, peneliti itu sendiri 'tidak tahu apa yang tidak diketahuinya1, karena itu ia tidak dapat menyediakan pertanyaan yang relevan, maka karena itu wawancara itu tak berstruktur artinya responden mendapatkan kebebasan dan kesempatan untuk mengeluarkan buah pikiran, pandangan dan perasaannya tanpa diatur ketat oleh peneliti. Akan tetapi kemudian, setelah peneliti memperoleh sejurrrfah keterangan, ia dapat mengadakan wawancara yang lebih berstruktur yang disusun berdasarkan apa yang telah disampaikan oleh responden.

Dengan mempertimbangkan pendapat tersebut di atas, teknik wawancara yang digunakan berupa wawancara mendalam (depth interview), tidak terlalu terikat oleh suatu daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan, sehingga wawancara dilakukan berdasarkan pada topik permasalahan yang secara umum telah ditetapkan peneliti. Hubungan antara pewawancara dengan yang diwawancara berlangsung dalam suasana biasa dan wajar, sehingga tanya jawab berjalan seperti halnya obrolan santai sehari-hari. Situasi pelaksanaan wawancara di atas sengaja diciptakan oleh peneliti agar tidak menimbulkan kecurigaan dari pihak yang diwawancarai. Sebagai pegangan, peneliti menyediakan pedoman wawancara meskipun dalam pelaksanaannya tidak terlalu terikat pada pedoman tersebut. Pedoman tersebut disusun secara garis besar, disesuaikan dengan paradigma dan masalah penelitian.


(24)

Wawancara dilakukan dengan guru-guru serta pengawas sekolah di lingkungan SMA/SMK Negeri Kabupaten Purwakarta. Materi wawancara meliputi proses pelaksanaan supervisi dan pendekatan supervisi akademik yang dilakukan serta kemampuan mengajar guru.

c. Studi Dokumentasi

Meskipun data dalam penelitian naturalistik kebanyakan diperoleh dari sumber manusia atau human resources melalui observasi dan wawancara, akan tetapi ada pula sumber bukan manusia, non human resources di antaranya, dokumen, foto dan bahan statistik (Nasution, 1996:85). Dokumen dapat berupa tulisan pribadi seperti buku harian, surat-surat, dan dokumen resmi. Sedangkan tulisan itu sendiri banyak ragamnya yang masing-masing dapat memberikan manfaat sesuai dengan jenis dan kepentingannya. Nasution (1996:85) lebih lanjut mengemukakan jenis-jenis tulisan meliputi; "notula rapat, laporan berskala, jadwal pekerjaan, peraturan pemerintah, anggaran dasar, formulir isian, rapor murid, kitab induk, surat-surat resmi, murid atau orang tua, studi kasus, persiapan guru dan sebagainya".

Dalam penelitian ini, dokumen dapat digunakan sebagai bahan telaah yang lebih luas mengenai kegiatan-kegiatan supervisi yang dilakukan pengawas sekaligus dijadikan sebagai bahan triangulasi untuk mencek kesesuaian data hasil pengamatan dan wawancara dengan dokumen yang tersedia. Sebelum mengambil data dari dokumen Kartodirdjo (dalam Satori, 1989:157) memberikan petunjuk sebagai berikut: (1) apakah dokumen itu otentik atau palsu, (2) apakah isinya


(25)

dapat diterima sebagai kenyataan, dan (3) apakah data itu cocok untuk menambah pengertian tentang gejala yang diteliti.

Memperhatikan penjelasan tentang teknik pengumpulan data di atas, Kartodirjo (dalam Satori, 1989:157) mengemukakan tentang data yang akan dikumpulkan melalui teknik-teknik tersebut, meliputi:

1) Data yang menyangkut pelaksanaan supervisi di SMA/SMK meliputi : a) Materi-materi supervisi

b) Tujuan supervisi c) Sasaran supervisi

d) Pola sapervisi (tahapan kegiatan, waktu, dan evaluasi/penilaian) 2) Data menyangkut pola pendekatan supervisi akademik, melalui:

a) Melalui diskusi kelompok/rapat supervisi b) Melalui pembicaraan individual

c) Melalui kunjungan kelas/lapangan

3) Respon guru-guru terhadap kegiatan supervisi klinis kepala sekolah, dilihat dari:

a) Materi

b) Waktu yang digunakan

c) Teknik/ pendekatan yang dilkakukan

4) Data yang menyangkut kemampuan guru dalam pengelolaan PBM di SMA/SMK, meliputi:

a) Kemampuan merencanakan Proses Belajar Merigajar b) Kemampuan menguasai bahan pelajaran


(26)

c) Kemampuan mengelola/melaksanakan Proses Belajar Mengajar c) Kemarnpuan meniiai kemajuan proses belajar mengajar

2. Pelaksanaan Pengumpulan data

Pelaksanaan pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tahapan sebagaimana yang diarahkan oleh Nasution (1996:33) yaitu, terdiri dari: tahap orientasi, tahap eksplorasi dan tahap member chek.

a. Tahap Orientasi

Pada tahap ini secara umum peneliti telah memuiki gambaran tentang masalah yang akan diteliti, namun demikian belum nyata benar apa yang akan dipilihnya sebagai fokus penelitian. Untuk itu peneliti pada tahap ini melakukan beberapa kegiatan antara lain; membaca dan mempelajari dokumen-dokumen atau laporan yang berhubungan dengan kegiatan supervisi akademik. Selain membaca dan mempelajari dokumen sebagaimana di atas, peneliti juga secara langsung mengadakan survey ke lokasi penelitian sambil mengadakan wawancara dengan pengawas dan guru, dengan pertanyaan-pertanyaan yang masih bersifat umum dan terbuka. Informasi yang diperoleh, selanjutnya dikaji untuk menemukan hal-hal yang menonjol, menarik, penting dan berguna untuk diteliti, dengan jalan menganalisis dan mendiskusikannya bersama pihak-pihak yang dianggap berkompeten.

Setelah itu, untuk mengumpulkan informasi yang relevan dalam memahami fokus penelitian, peneliti mencoba mengembangkannya dalam


(27)

paradigma penelitian yang akan dijadikan pedoman dalam proses inquiri, yaitu eksplorasi fokus penelitian.

b. Tahap Eksplorasi

Pada tahap ini penelitian lebih terfokus dan jelas, sehingga dapat dikumpulkan data yang lebih terarah dan spesifik. Observasi dilakukan pada hal-hal yang ada hubungannya dengan fokus penelitian, sehingga wawancara tidak lagi umum dan terbuka, akan tetapi sudah lebih berstruktur dalam memperoleh informasi yang mendalam mengenai aspek-aspek yang menjadi fokus penelitian.

Untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam maka dilakukan diskusi yang lebih mendalam dengan informan yang berkompeten dan memiliki pengetahuan tentang hal-hal yang berhubungan dengan fokus penelitian. Selanjutnya seluruh informasi yang diperoleh dituangkan dalam catatan lapangan (field notes).

c. Tahap Member Chek

Tujuan member chek ialah agar responden mengecek kebenaran laporan, agar hasil penelitian lebih dapat dipercaya (Nasution, 1996:34). Untuk maksud tersebut, pada tahap ini yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:

(a) Setiap kali setelah selesai melakukan wawancara, hasil wawancara tersebut dikonfirmasikan kepada responden yang bersangkutan untuk mendapat reaksi kesesuaian atau ketidaksesuaian antara informasi yang diberikan dengan yang di catat oleh peneliti.

(b) Untuk memperoleh keyakinan terhadap kebenaran informasi yang dikumpulkan, setelah tahap eksplorasi selesai peneliti kelapangan lagi untuk


(28)

meminta reaksi responden mengenai kesesuaian atau ketidak sesuaian atas informasi yang dikumpulkan peneliti.

C. Validitas Hasil Penelitian

Kriteria yang perlu diperhatikan dalam penelitian naturalistik meliputi; "kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas dan konfirmabilitas" (Nasution, 1996:105).

1. Kredibilitas

Guna memenuhi kriteria kredibilitas, dalam penelitian ini dilakukan langkah- langkah sebagai berikut:

a. Member Check

Adalah kegiatan mengulang pertanyaan diakhir kegiatan wawancara secara garis besar, sehingga informasi yang disampaikan responden dapat diperbaiki jika ada kekeliruan atau menambahkan apa yang masih kurang. Dengan demikian kegiatan ini penting dilakukan dalam penelitian kualitatif.

Dalam pelaksanaannya, laporan hasil penelitian dituangkan oleh peneliti dalam bentuk laporan lapangan dan selanjutnya diperlihatkan kepada sumber informasi untuk dibaca dan diperiksa kebenarannya, apakah sesuai dengan yang dikatakan ketika peneliti mengadakan kegiatan wawancara. Setiap koreksi ataupun tambahan yang diberikan responden tidak segera/langsung diterima dan dibenarkan oleh peneliti, akan tetapi dijadikan bahan masukan yang perlu dipertimbangkan secara serius agar hasil penelitian mencapai tingkat kepercayaan yang lebih tinggi.


(29)

b. Triangulasi

Tujuan triangulasi ialah menchek kebenaran data tertentu dengan membandingkannya dengan data yang diperoleh dari sumber lain, pada berbagai fase penelitian lapangan, pada waktu yang berlainan, dan sering menggunakan metode yang berlainan (Nasution, 1996:115). Untuk membuktikan kebenaran informasi yang diperoleh dalam penelitian ini, maka cara yang ditempuh oleh peneliti adalah membandingkan data hasil penelitian dari seorang responden untuk diperiksa lagi kebenarannya oleh responden lain sampai diperoleh informasi yang lengkap dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

c. Pengamatan Terus Menerus

Dilakukan dengan maksud agar peneliti dapat memperhatikan sesuatu secara lebih cermat, terinci dan mendalam. Selama pengumpulan data/informasi di lapangan, peneliti dapat membedakan hal-hal yang bermakna dan tidak bermakna untuk memahami gejala tertentu. Melalui pengamatan yang kontinue, peneliti dapat memberikan deskripsi yang cermat dan terperinci mengenai segala yang diamati. Dan hasilnya dituangkan dan disusun dalam catatan lapangan.

2. Transferabilitas

Nilai transfer ini berkenaan dengan pertanyaan, hingga manakah hasil penelitian itu dapat diaplikasikan atau digunakan dalam situasi-situasi lain. Kaitannya dengan hal ini Nasution (1996:118) berpendapat bahwa: "Bagi peneliti naturalistik transferability bergantung pada si pemakai, yakni hingga manakah hasil penelitian itu dapat mereka gunakan dalam konteks dan situasi tertentu.


(30)

Peneliti sendiri tidak dapat menjamin "validitas eksternal" ini. la hanya melihat transferability sebagai suatu kemungkinan. la telah memberikan deskripsi yang terinci bagaimana ia mencapai hasil penelitiannya itu. Apakah hasil penelitian itu dapat diterapkan, diserahkan kepada para pembaca dan pemakai. Bila pemakai melihat ada dalam penelitian itu yang serasi bagi situasi yang dihadapinya, maka disitu tampak adanya transfer, walaupun dapat diduga bahwa tidak ada dua situasi yang sama sehingga masih perlu penyesuaian menurut keadaan masing-masing.

3. Dependabilitas dan Konfirmabilitas

Dependabilitas dan konfirmabilitas berkaitan dengan masalah kebenaran dalam penelitian naturalistik yang ditunjukan oleh dilakukannya proses "audit

trail". "Trail" artinya jejak yang dapat dilacak atau diikuti; "audit" artinya

pemeriksaan terhadap ketelitian yang dilakukan sehingga timbul keyakinan bahwa apa yang dilaporkan itu demikian adanya (Satori, 1989:165). Dalam penelitian ini proses "audit trail" dilakukan sendiri oleh peneliti (human instrument) sebagai berikut:

a) Menyusun data mentah yang diperoleh dari wawancara dan pengamatan dalam bentuk cacatan lapangan serta menyimpannya dan melakukan penelitian terhadap dokumen.

b) Menyusun unit analisis atau kategorisasi informasi dan mendeskripsikannya sebagai hasil analisis data.

c) Merumuskan tafsiran dan kesimpulan sebagai hasil sintesa data. d) Melaporkan bagaimana proses pengumpulan data yang dilakukan.


(31)

D. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap Pengawas Akademik rumpun mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) dan Guru-guru Penjasorkes SMA/SMK Negeri di Kabupaten Purwakarta. Peneliti menganggap bahwa guru SMA/SMK adalah kelompok profesi yang perlu ditingkatkan kemampuan dan keterampilannya, mengingat ia memiliki tugas di tingkat pendidikan paling strategis dan menjadi penghubung bagi pendidikan selanjutnya (pendidikan tinggi),

Subjek penelitian dalam studi ini adalah peangawas dan guru Penjasorkes pada SMA/SMK Negeri yang berlokasi di Kabupaten Purwakarta. Dasar pertimbangan yang dijadikan pemilihan lokasi subjek penelitian tersebut adalah hasil evaluasi yang dilakukan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Didikpora) Kabupaten Purwakarta.

Subjek penelitian yang dijadikan sumber informasi/data dipilih sesuai dengan tujuan, sebagaimana prinsip dari penarikan sampel purposive, dengan pertimbangan sebagaimana yang dikemukakan Nasution (1996:11) "penelitian naturalistik tidak menggunakan sampling random atau acakan dan tidak menggunakan populasi dan sampel yang banyak. Sampelnya biasanya sedikit dan dipilih menurut tujuan (purpose) penelitian. Penelitian kualitatif sering berupa studi kasus atau multi kasus". Lebih lanjut Nasution (1996:32-33), mengemukakan: Dalam penelitian naturalistik yang dijadikan sampel hanyalah sumber yang dapat memberikan informasi. Sampel dapat berupa hal, peristiwa, manusia, situasi yang diobservasi. Sampel dipilih secara "purposive" bertalian


(32)

dengan purpose atau tujuan tertentu. Sering responden diminta untuk menunjukan orang lain yang dapat memberikan informasi, dan kemudian responden ini diminta pula menunjuk orang Iain dan seterusnya. Cara ini lazim disebut "snowball

sampling" yang dilakukan secara serial atau berurutan. Untuk memperoleh

informasi tertentu sampling dapat diteruskan sampai dicapai taraf "redundancy", ketuntasan atau kejenuhan, artinya bahwa dengan menggunakan responden selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru yang berarti".

Dengan memperhatikan pendapat di atas, meskipun sampel/subjek penelitian jumlahnya tidak ditetapkan, namun peneliti melakukan pengelompokan sampel/subjek penelitian ini, sebagai berikut:

1. Pengawas Akademik rumpun mata pelajaran Penjasorkes dipilih dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Purwakarta.

2. Guru-guru Penjasorkes SMA/SMK Negeri Kabupaten Purwakarta dipilih dari 19 sekolah.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian naturalistik/kualitatatif peranan peneliti sangat menentukan, peneliti secara pribadi langsung terjun ke lapangan untuk berusaha sendiri mengumpulkan informasi melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Oleh karena itu " metode Naturalistik sangat mengutamakan peneliti sebagai instrumen penelitian, sebab mempunyai adaptabilitas yang tinggi" (Nasution, 1996:55-56 ). Dengan peneliti sebagai instrumen, senantiasa dapat memperluas pertanyaan untuk memperoleh data yang rinci menurut keinginannya


(33)

dan dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah-rubah yang mungkin dihadapi peneliti.

Instrumen penelitian didasarkan atas prinsip human instrument, yaitu penelitilah yang secara fleksibel mengumpulkan data dari berbagai subjek penelitian. Meskipun kemungkinan subjek penelitian menunjukkan kemajemukan dan bervariasi secara personal maupun latar belakang alamiahnya, akan tetapi dengan menggunakan instrumen peneliti akan lebih fungsional dan cermat serta dapat menggali sekaligus menafsirkan data untuk pelacakan berikutnya, sehingga gagasan untuk mengaplikasikan hasil penelitian ini dibangun atas dasar pendapat yang bersifat alami.

F. Rancangan Analisis Data

Untuk memberikan makna terhadap data yang telah dikumpulkan, dilakukan analisis dan interpretasi. Sehubungan penelitian ini dilaksanakan melalui pendekatan kualitatif, maka analisis data dilakukan sejak pertama dikumpulkan sampai penelitian berakhir secara terus-menerus. Data hasil penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif, pada awalnya masih sulit untuk diidentifikasi. Data yang diperoleh dari lapangan sangat banyak dan bervariasi, seperti catatan lapangan, komentar peneliti, gambar serta berbagai dokumen yang berhubungan. Untuk memudahkan dalam menganalisis data, tentu saja perlu diorganisasikan ke dalam bentuk yang lebih sederhana. Analisis data menurut Moleong (2001:103), adalah "proses mengorganisasi dan mengurutkan data, ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data". Ia


(34)

membedakannya dengan penafsiran, yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian, dan mencari hubungan diantara dimensi-dimensi uraian. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan mengikuti prosedur sebagaimana diserahkan oleh Nasution (1996:129), yakni: “(1) Reduksi data, (2) Display data, dan (3) mengambil kesimpulan dan verifikasi”.

Laporan lapangan sebagai bahan mentah terlebih dahulu akan direduksi, yakni dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok untuk difokuskan kepada hal-hal yang lebih penting, disusun oleh sistematis dengan jalan dicari tema atau polanya sehingga lebih mudah dipahami. Kegiatan reduksi data ini dilakukan secara terus menerus sejak data dikumpulkan, dengan demikian kesimpulan yang diambil pada awalnya masih bersifat tentatif dan agak kabur.

Data yang sudah terkumpul, selanjutnya dilakukan kegiatan “display”

data. Display data dilakukan dengan jalan membuat berbagai macam matrik,

grafik, network dan chart, sehingga data yang terkumpul dalam jumlah yang

banyak dan bertumpuk akan lebih mudah dilihat hubungannya. Dengan demikian peneliti dapat menguasai data dan tidak tenggelam dalam tumpukan detail. Guna memantapkan kesimpulan dari hasil kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan yang diambil mula-mula masih sangat tentatif, kabur, diragukan, akan tetapi dengan bertambahnya data maka kesimpulan lebih berdasar (grounded). Untuk itu selama kegiatan penelitian berlangsung, peneliti secara terus menerus melakukan kegiatan verifikasi. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin tingkat kepercayaan


(35)

hasil penelitian, sehingga prosesnya dapat berlangsung bersama dengan member check dan triangulasi.


(36)

161

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bagian akhir tesis ini akan diuraikan secara berturut-turut tentang (1) Kesimpulan, (2) Saran, dan (3) Rekomendasi.

A. Kesimpulan

Berdasarkan permasalahan dan tujuan dari penelitian serta dihubungkan dengan hasil analisis dan pembahasannya, secara garis besar dibuat kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut:

1. Kesimpulan umum

Berdasar kepada hasil-hasil penelitian dan pembahasannya, maka dapatlah disimpulkan bahwa, makna yang terungkap dari penelitian ini yaitu adanya perubahan dan peningkatan kemampuan serta keterampilan guru dalam mengajar, hal ini sebagai akibat dari adanya supervisi akademik yang dilakukan pengawas. Perubahan penting lainnya adalah praktek supervisi akademik di lingkungan persekolahan yang dilakukan pengawas menjadikan hal-hal yang berkaitan dengan perintah, instruksi serta pemeriksaan sangat dihindari dan dirubah ke dalam bentuk kerjasama, kemitraan, penyadaran serta pemberian contoh tauladan dari pengawas itu sendiri. Maka kegiatan supervisi akademik yang dilakukan pengawas lebih memperhatikan upaya untuk memahami dan memecahkan masalah-masalah proses belajar mengajar serta membantu guru-guru dalam memecahkan permasalahan-permasalahan belajar


(37)

mengajar tersebut. Orientasi pengawas seperti itu harus didasari oleh pemahamannya akan perannya sebagai supervisor di sekolah.

2. Kesimpulan Khusus

Mengacu kepada kesimpulan umum tersebut, maka kesimpulan khusus penelitian ini adalah :

a. Kegiatan supervisi akademik yang dilakukan pengawas berjalan sesuai prinsip-prinsip: penetapan tujuan, penggunaan dan penerapan pola, tahapan kegiatan, penggunaan waktu, kegiatan evaluasi dan tindak lanjut.

b. Pola supervisi akademik yang dilakukan pengawas yaitu melalui tiga teknik, yakni; (a) teknik diskusi kelompok/rapat supervisi (b) teknik pertemuan individual, dan (c) teknik kunjungan kelas/lapangan.

c. Respon guru terhadap pola pendekatan supervisi akademik yang dilakukan pengawas sangat positif, hal tersebut terungkap melalui tingginya partisipasi dan perhatian guru dalam melaksanakan setiap tugas yang diberikan pengawas terutama untuk lebih inovatif dan trampil dalam menggunakan metode-metode mengajar, serta meningkatkan penguasaan bahan ajar.

d. Supervisi akademik pengawas mampu menumbuhkan kemampuan guru

terutama dalam hal: (a) perencanaan program belajar mengajar; (b) penguasaan materi pelajaran; (c) pelaksanaan proses belajar mengajar; dan


(38)

B. Saran

Sehubungan dengan kesimpulan-kesimpulan tersebut, maka saran-saran yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1) Untuk meningkatkan kemampuan secara profesional berkelanjutan, pengawas hendaknya bergabung dalam organisasi profesi yang disebut Asosiasi Pengawas Sekolah Indonesia (APSI) sebagai organisasi independen yang memiliki struktur organisasi mulai dari kabupaten/kota, provinsi, dan nasional. 2) Untuk dapat melaksanakan tugasnya tersebut pengawas tentu harus lebih benar-benar menguasai berbagai prinsip, metode dan teknik supervisi sehingga ia dapat menentukan strategi, pendekatan atau model supervisi yang cocok untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang dihadapi oleh guru dalam proses pembelajaran. 3) Melalui supervisi akademik diharapkan kualitas akademik yang dilakukan oleh guru bisa lebih semakin meningkat, sebab dengan meningkatkan kemampuan dan motivasi kerja guru, kualitas pembelajaran akan meningkat.

C. Rekomendasi

Aktivitas kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru di kelas, merupakan faktor strategis dalam menentukan tinggi rendahnya kualitas pendidikan yang dihasilkan. Sementara itu, kualitas proses belajar mengajar berkaitan erat dengan kemampuan mengajar guru, teruatama kemampuan guru dalam hal merencanakan program pengajaran, melaksanakan PBM dan mengevaluasi kemajuan PBM, di samping itu pula guru dituntut untuk mampu menciptakan situasi dan kondisi yang kondusif sehingga murid dapat belajar secara efektif dan efisien.


(39)

Dalam konteks tersebut, supervisi akademik pengawas dipandang sebagai bimbingan atau pelayanan profesional guru bagi guru dalam meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. Oleh karena itu supervisi akademik pengawas memiliki implikasi yang kental terhadap petumbuhan profesional guru untuk mencapai proses belajar murid yang lebih baik, dan tentunya hanya dapat dicapai melalui cara mengajar yang baik pula.

Kegiatan supervisi akademik pada tataran implementasi, merupakan suatu aktivitas pengawas yang dapat diamati dan dipelajari, bertujuan untuk mempengaruhi perilaku mengajar guru ke arah perbaikan atau peningkatan kemampuan mengajar. Dengan demikian efektivitas kegiatan supervisi akademik pengawas erat kaitannya dengan komitmen pengawas dalam menjalankan tugas sebagai supervisor pengajaran. Di samping itu, efektivitas kegiatan supervisi akademik pengawas sangat dipengaruhi oleh keterampilan pengawas dalam melakukan aksi supervisi. Keterampilan-keterampilan aksi tersebut seperti; 1) keterampilan menempatkan diri pada posisi yang menguntungkan pihak supevisor dan pihak yang disupervisi, sehingga akan terjalin situasi dan kondisi saling membutuhkan, 2) keterampilan atau kemampuan pengawas dalam melakukan pendekatan partisipatif, yaitu pendekatan yang dapat membuka dengan leluasa untuk menggunakan cara-cara lain yang kondusif bagi peningkatan mutu pengajaran sehingga dapat terhindar dari situasi mendikte atau memerintah, dan 3) keterampilan dalam menggugah kesadaran guru terhadap tugas dan fungsinya sebagai tenaga pendidik, sehingga


(40)

dapat menumbuhkan dan mendorong semangat guru untuk meningkatkan kemampuan diri dan kreativitasnya.

Memperhatikan uraian di atas, dengan berdasar pada hasil-hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan penelitian, sebagai bahan masukan bagi peningkatan efektivitas kegiatan supervisi akademik pengawas, selanjutnya dirumuskan beberapa rekomendasi sebagai berikut:

1. Bagi Pengawas

Untuk meningkatkan efektivitas kegiatan supervisi akademik terhadap kemampuan guru dalam mengajar, maka pengawas perlu:

a. Melakukan kajian terhadap kebutuhan dan permasalahan yang dapat mendukung dan menghambat peningkatan kemampuan guru dalam mengajar. b. Melakukan analisis terhadap materi supervisi dengan jalan melibatkan guru,

untuk mengkaji ketepatan dan kesesuaian materi yang akan diberikan.

c. Menyusun petunjuk teknis kegiatan supervisi akademik, dan mensosialisasikannnya kepada guru.

d. Menggunakan teknik supervisi yang lebih banyak melibatkan dan atau memberikan kepercayaan pada pihak yang disupervisi.

2. Bagi Guru

Guru perlu terlibat secara proaktif dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi atau tindak lanjut kegiatan supervisi akademik.


(41)

3. Bagi Peneliti Lain

Kepada peneliti lain yang memiliki perhatian terhadap upaya peningkatan efektifltas dan efisiensi kegiatan supervisi akademik, sebaiknya menindaklanjuti hasil-hasil penelitian ini dengan jalan mengembangkan variabel penelitiannya yang berbeda namun masih dalam tataran supervisi akademik atau dengan pendekatan/metode penelitian yang berbeda yakni metode kuantitatif.


(42)

167

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Ahmad, 2006. Profesi Kependidikan (Pengertian, Ruang Lingkup, dan Sejarah

Supervisi Pendidikan). Bandung: SPs UPI Bandung.

Arikunto, 2006. Pengembangan Kapasitas Kepengawasan Pendidikan di Wilayah

Kota Yogyakarta. Yogyakarta: Jurnal Penelitian Bappeda Kota Yogyakarta.

Bogdan, Robert C & Sari Knop Bikleen, (1982). Qualitative Research for

Education; an introduction to theory and method. Boston: Allyn and Bacon

Inc.

Buchari, 2010. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta. Dharma, 2008. Metode dan Teknik Supervisi. Jakarta: Ditjen PMPTK. Daryanto, 2005. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Engkoswara, 1987. Dasar-dasar Administrasi Pendidikan. Jakarta: Proyek Pengembangan LPTK, Ditjen Dikti Depdikbud.

Etzioni, Amitai, 1985. Modern Organization, alih bahasa oleh Suryatin. Jakarta: UI Press.

Fattah, Nanang, 1996. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Gaffar, M. Fakry, 1987. Perencanaan Pendidikan; Teori dan Metodologi. Jakarta: Proyek PengembanganLPTK Ditjen Dikti Depdikbud.

Gibson, Curtis. R. & Robert. L Mc Gough, (1982). Administering and Supervising

Occupational Educational. New York: Englewood Cliiffs, Prentice Hall,

Inc.

Gibson, James. L. Et al, 1987. Organization alih bahasa oleh Djoebarn Wahid. Jakarta: Erlangga.

Globe, Norman M, 1993. The Charging Role of the Teacher (Unesco 1977),

terjemahan Suryatun. Jakarta: PT, Idayu Press.

Guba, 1978. Toward A Methodologi of Naturalistic Inquiri in Education,. Long Engles: Center for the Studi of Evaluation.


(43)

Hambali, 2005. Peraturan Bupati Purwakarta Nomor 10 tahun 2005 tentang

Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendidikan. Purwakarta: Kantor

Pemerintah Kabupaten Purwakarta.

Ibrahim, 1988. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Jalal, Fasli dan Supriyadi, Dedi, (2001). Reformasi Pendidikan dalam Konteks

Otonomi Daerah. Yogyakarta: Adi Cita Karya Nusa.

Lutan, 2007. Evaluasi Pendidikan Jasmani. Bandung: Modul PKO FPOK UPI Bandung.

Lutan, 2007. Penelitian Pendidikan dalam Pelatihan Olahraga. Bandung: Modul PKO FPOK UPI Bandung.

McMillan, 2010. Research in Education (A Conceptual Introduction). Bandung: SPs UPI Bandung.

Moleong, Lexy, 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyadi, 2008. Peraturan Bupati Purwakarta (Rincian Tugas, Fungsi, dan Tata

Kerja Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga). Purwakarta: Kantor

Disdikpora Kabupaten Purwakarta.

Nasution, 1988. Metode Penelitian Naturtalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Ramlan, 2006. Perencanaan Strategis (Renstra) Dinas Pendidikan.

Purwakarta: Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta.

Rowe, 2010. Strategic Management (A Methodological Approach). Bandung: SPs UPI Bandung.

Rukmana, 2006. Strategic Partnering for Educational Managemen (Model

Manajemen Pendidikan Berbasis Kemitraan). Bandung: Alfabeta.

Sanusi, Ahmad, 1990. Beberapa Dimensi Mutu Pendidikan. Bandung: SPs UPI Bandung.

Satori, Djam’an, 1989. Pengembangan Model Supervisi Sekolah Dasar

(disertasi). Bandung: SPs UPI Bandung.

Sergiovanni, Thoomas J. Et.all, 1980. Educational Governance and


(44)

Sudjana, 2011. Buku Kerja Pengawas Sekolah. Jakarta: PPTK, Kementrian Pendidikan Nasional.

Sudjana, 2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Sinar Baru Algensindo.

Suharsimi, 1996. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Suherman, Adang, 2009. Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani (Alternatif Pengembangan dan Implementasi Mode Pembelajaran dalam Pengajaran

Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK UPI Bandung.

Sutisna, Oteng, 1993. Administrasi Pendidikan, Dasar teoretis untuk praktek

Profesional. Bandung: Angkasa.

Syamsudin, Abin, 2000. Analisis Posisi Pengembangan Pendidikan Nasional.

Jakarta: Biro PerencanaanDepdiknas.

Tangyong Af, Wahyudi dan Djam’an Satori, 1989. CBSA, Bagaimana membina

guru secara profesional. Jakarta: Balitbang Dikbud, Pusat Pengembangan

Kurikulum.

Tanjung, Nur, 1995. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (proposal, skripsi,

dan tesis). Medan: Kencana.

Ukas, 2006. Manajemen (Konsep, Prinsip dan Aplikasi). Bandung: Agnini Bandung.

Voltmer, 2010. The Organization and Administration of Physical Education.

Bandung: SPs UPI Bandung.


(1)

164

Dalam konteks tersebut, supervisi akademik pengawas dipandang sebagai bimbingan atau pelayanan profesional guru bagi guru dalam meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. Oleh karena itu supervisi akademik pengawas memiliki implikasi yang kental terhadap petumbuhan profesional guru untuk mencapai proses belajar murid yang lebih baik, dan tentunya hanya dapat dicapai melalui cara mengajar yang baik pula.

Kegiatan supervisi akademik pada tataran implementasi, merupakan suatu aktivitas pengawas yang dapat diamati dan dipelajari, bertujuan untuk mempengaruhi perilaku mengajar guru ke arah perbaikan atau peningkatan kemampuan mengajar. Dengan demikian efektivitas kegiatan supervisi akademik pengawas erat kaitannya dengan komitmen pengawas dalam menjalankan tugas sebagai supervisor pengajaran. Di samping itu, efektivitas kegiatan supervisi akademik pengawas sangat dipengaruhi oleh keterampilan pengawas dalam melakukan aksi supervisi. Keterampilan-keterampilan aksi tersebut seperti; 1) keterampilan menempatkan diri pada posisi yang menguntungkan pihak supevisor dan pihak yang disupervisi, sehingga akan terjalin situasi dan kondisi saling membutuhkan, 2) keterampilan atau kemampuan pengawas dalam melakukan pendekatan partisipatif, yaitu pendekatan yang dapat membuka dengan leluasa untuk menggunakan cara-cara lain yang kondusif bagi peningkatan mutu pengajaran sehingga dapat terhindar dari situasi mendikte atau memerintah, dan 3) keterampilan dalam menggugah kesadaran guru terhadap tugas dan fungsinya sebagai tenaga pendidik, sehingga


(2)

dapat menumbuhkan dan mendorong semangat guru untuk meningkatkan kemampuan diri dan kreativitasnya.

Memperhatikan uraian di atas, dengan berdasar pada hasil-hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan penelitian, sebagai bahan masukan bagi peningkatan efektivitas kegiatan supervisi akademik pengawas, selanjutnya dirumuskan beberapa rekomendasi sebagai berikut:

1. Bagi Pengawas

Untuk meningkatkan efektivitas kegiatan supervisi akademik terhadap kemampuan guru dalam mengajar, maka pengawas perlu:

a. Melakukan kajian terhadap kebutuhan dan permasalahan yang dapat mendukung dan menghambat peningkatan kemampuan guru dalam mengajar. b. Melakukan analisis terhadap materi supervisi dengan jalan melibatkan guru,

untuk mengkaji ketepatan dan kesesuaian materi yang akan diberikan.

c. Menyusun petunjuk teknis kegiatan supervisi akademik, dan mensosialisasikannnya kepada guru.

d. Menggunakan teknik supervisi yang lebih banyak melibatkan dan atau memberikan kepercayaan pada pihak yang disupervisi.

2. Bagi Guru

Guru perlu terlibat secara proaktif dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi atau tindak lanjut kegiatan supervisi akademik.


(3)

166

3. Bagi Peneliti Lain

Kepada peneliti lain yang memiliki perhatian terhadap upaya peningkatan efektifltas dan efisiensi kegiatan supervisi akademik, sebaiknya menindaklanjuti hasil-hasil penelitian ini dengan jalan mengembangkan variabel penelitiannya yang berbeda namun masih dalam tataran supervisi akademik atau dengan pendekatan/metode penelitian yang berbeda yakni metode kuantitatif.


(4)

167

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Ahmad, 2006. Profesi Kependidikan (Pengertian, Ruang Lingkup, dan Sejarah

Supervisi Pendidikan). Bandung: SPs UPI Bandung.

Arikunto, 2006. Pengembangan Kapasitas Kepengawasan Pendidikan di Wilayah

Kota Yogyakarta. Yogyakarta: Jurnal Penelitian Bappeda Kota Yogyakarta.

Bogdan, Robert C & Sari Knop Bikleen, (1982). Qualitative Research for

Education; an introduction to theory and method. Boston: Allyn and Bacon

Inc.

Buchari, 2010. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta. Dharma, 2008. Metode dan Teknik Supervisi. Jakarta: Ditjen PMPTK. Daryanto, 2005. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Engkoswara, 1987. Dasar-dasar Administrasi Pendidikan. Jakarta: Proyek Pengembangan LPTK, Ditjen Dikti Depdikbud.

Etzioni, Amitai, 1985. Modern Organization, alih bahasa oleh Suryatin. Jakarta: UI Press.

Fattah, Nanang, 1996. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Gaffar, M. Fakry, 1987. Perencanaan Pendidikan; Teori dan Metodologi. Jakarta: Proyek PengembanganLPTK Ditjen Dikti Depdikbud.

Gibson, Curtis. R. & Robert. L Mc Gough, (1982). Administering and Supervising

Occupational Educational. New York: Englewood Cliiffs, Prentice Hall,

Inc.

Gibson, James. L. Et al, 1987. Organization alih bahasa oleh Djoebarn Wahid. Jakarta: Erlangga.

Globe, Norman M, 1993. The Charging Role of the Teacher (Unesco 1977),

terjemahan Suryatun. Jakarta: PT, Idayu Press.

Guba, 1978. Toward A Methodologi of Naturalistic Inquiri in Education,. Long Engles: Center for the Studi of Evaluation.


(5)

168

Hambali, 2005. Peraturan Bupati Purwakarta Nomor 10 tahun 2005 tentang

Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendidikan. Purwakarta: Kantor

Pemerintah Kabupaten Purwakarta.

Ibrahim, 1988. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Jalal, Fasli dan Supriyadi, Dedi, (2001). Reformasi Pendidikan dalam Konteks

Otonomi Daerah. Yogyakarta: Adi Cita Karya Nusa.

Lutan, 2007. Evaluasi Pendidikan Jasmani. Bandung: Modul PKO FPOK UPI Bandung.

Lutan, 2007. Penelitian Pendidikan dalam Pelatihan Olahraga. Bandung: Modul PKO FPOK UPI Bandung.

McMillan, 2010. Research in Education (A Conceptual Introduction). Bandung: SPs UPI Bandung.

Moleong, Lexy, 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyadi, 2008. Peraturan Bupati Purwakarta (Rincian Tugas, Fungsi, dan Tata

Kerja Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga). Purwakarta: Kantor

Disdikpora Kabupaten Purwakarta.

Nasution, 1988. Metode Penelitian Naturtalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Ramlan, 2006. Perencanaan Strategis (Renstra) Dinas Pendidikan.

Purwakarta: Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta.

Rowe, 2010. Strategic Management (A Methodological Approach). Bandung: SPs UPI Bandung.

Rukmana, 2006. Strategic Partnering for Educational Managemen (Model

Manajemen Pendidikan Berbasis Kemitraan). Bandung: Alfabeta.

Sanusi, Ahmad, 1990. Beberapa Dimensi Mutu Pendidikan. Bandung: SPs UPI Bandung.

Satori, Djam’an, 1989. Pengembangan Model Supervisi Sekolah Dasar

(disertasi). Bandung: SPs UPI Bandung.

Sergiovanni, Thoomas J. Et.all, 1980. Educational Governance and


(6)

Sudjana, 2011. Buku Kerja Pengawas Sekolah. Jakarta: PPTK, Kementrian Pendidikan Nasional.

Sudjana, 2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Sinar Baru Algensindo.

Suharsimi, 1996. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Suherman, Adang, 2009. Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani (Alternatif Pengembangan dan Implementasi Mode Pembelajaran dalam Pengajaran

Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK UPI Bandung.

Sutisna, Oteng, 1993. Administrasi Pendidikan, Dasar teoretis untuk praktek

Profesional. Bandung: Angkasa.

Syamsudin, Abin, 2000. Analisis Posisi Pengembangan Pendidikan Nasional.

Jakarta: Biro PerencanaanDepdiknas.

Tangyong Af, Wahyudi dan Djam’an Satori, 1989. CBSA, Bagaimana membina

guru secara profesional. Jakarta: Balitbang Dikbud, Pusat Pengembangan

Kurikulum.

Tanjung, Nur, 1995. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (proposal, skripsi,

dan tesis). Medan: Kencana.

Ukas, 2006. Manajemen (Konsep, Prinsip dan Aplikasi). Bandung: Agnini Bandung.

Voltmer, 2010. The Organization and Administration of Physical Education.

Bandung: SPs UPI Bandung.


Dokumen yang terkait

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehata

6 147 156

PERSEPSI GURU NON PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN (PENJASORKES) TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN (PENJASORKES) SD NEGERI DI DABIN II KECAMATAN BREBES TAHUN 2009.

0 1 107

(ABSTRAK) PERSEPSI GURU NON PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN (PENJASORKES) TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN (PENJASORKES) SD NEGERI DI DABIN II KECAMATAN BREBES TAHUN 2009.

0 0 2

PERSEPSI GURU NON PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN (PENJASORKES) TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN (PENJASORKES) SD NEGERI DI DABIN IV KECAMATAN JATIBARANG TAHUN 2009.

0 1 80

Persepsi Guru Non Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PENJASORKES) terhadap Kinerja Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PENJASORKES) SD Negeri di Dabin IV Kecamatan Jatibarang tahun 2009.

0 2 81

(ABSTRAK) PERSEPSI GURU NON PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN (PENJASORKES) TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN (PENJASORKES) SD NEGERI DI DABIN IV KECAMATAN JATIBARANG TAHUN 2009.

0 0 2

(ABSTRAK) PERSEPSI GURU NON PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN (PENJASORKES) TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN (PENJASORKES) SD NEGERI DI DABIN VII KECAMATAN BREBES TAHUN 2009.

0 0 2

PERSEPSI GURU NON PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN (PENJASORKES) TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN (PENJASORKES) SD NEGERI DI DABIN VII KECAMATAN BREBES TAHUN 2009.

0 1 112

Persepsi Guru Non Pendidikan Jasmani, olahraga dan kesehatan (Penjasorkes) Terhadap kinerja Guru Pendidikan Jasmani, olahraga dan kesehatan (Penjasorkes) SD Negeri Di Kecamatan Dukuhturi Kabupaten Tegal Tahun 2009.

0 1 70

Kelas 11 SMA Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan Penjasorkes Guru 2017

0 1 145