ANALISIS KESULITAN SISWA MELALUI TAHAP-TAHAP PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI STOIKIOMETRI.

(1)

vii DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR BAGAN ... x

DAFTAR GRAFIK ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Definisi Operasional ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Pembatasan Masalah ... 7

G. Anggapan Dasar ... 8

BAB II. ANALISIS KESULITAN SISWA MELALUI TAHAP-TAHAP PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI STOIKIOMETRI... 10

A Pemecahan Masalah Dalam Ilmu Kimia ... 10

B.Stoikiometri ... 13

C.Pemecahan Masalah Stoikiometri ... 19

D.Pemecahan Masalah Stoikiometri dan Soal Uraian Berstruktur ... 21

E.Beberapa Penelitian yang Relevan ... 23

BAB III. METODE PENELITIAN ... 26

A. Desain Penelitian ... 26

B. Subjek Penelitian ... 29

C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 29

1. Analisis RPP ... 29

2. Observasi ... 30

3. Tes ... 31

4. Angket ... 38

5. Wawancara ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Proses Pembelajaran Stoikiometri di Kelas... 43

B. Pemahaman Siswa Pada Materi Stoikiometri ... 49

1. Pemahaman Siswa Pada Konsep Prasyarat ... 50

2. Pemahaman Siswa Pada Materi Stoikiometri ... 51

C. Kesulitan-kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan SoalStoikiometri ... 52

D.Tanggapan Guru tentang Upaya Mengatasi Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Stoikiometri ………..62


(2)

viii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

A. Kesimpulan ... 65

B. Saran-saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran A. Instrumen Penelitian ... 69

Lampiran B. Data dan Analisis Hasil Uji Coba Instrumen ... 96

Lampiran C. Hasil Analisis Data Penelitian ... 108

Lampiran D. Data dan Pengolahan Data Penelitian ... 145

Lampiran E. Surat-Surat Izin Penelitian ... 214 RIWAYAT HIDUP


(3)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Tahap-tahap Pemecahan Masalah Stoikiometri ... 21

3.1. Tafsiran Koefisien Reliabilitas ... 34

3.2. Tafsiran Koefisien Tingkat Kesukaran ... 35

3.3. Tafsiran Koefisien Daya Pembeda ... 36

4.1 Hasil Analisis RencanaPelaksanaan Pembelajaran ... 44

4.2. Hasil Observasi Proses Belajar Mengajar Stoikiometri ... 45

4.3. Perbandingan Antara RPP dan PBM Stoikiometri ... 46

4.4. Pemetaan Soal Untuk Konsep Prasyarat ... 49

4.5. Pemetaan Soal Untuk Stoikiometri ... 49

4.6. Item-item Pada Masing-masing Tahap Untuk Soal Nomor 1 dan 4 ... 52

4.7. Item-item Pada Masing-masing Tahap Untuk Soal Nomor 2 ... 53

4.8. Item-item Pada Masing-masing Tahap Untuk Soal Nomor 5 ... 53

4.9. Item-item Pada Masing-masing Tahap Untuk Soal Nomor 3 dan 6 ... 53

4.10. Analisis Hasil Wawancara dengan Siswa ... 54


(4)

x

DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman

2.1. Hubungan Antara Mol, Massa, Volume Gas dan Jumlah Partikel ... 13 2.2. Peta Konsep Materi Stoikiometri ... 18 2.3. Proses Konversi dari Massa yang Diketahui Menjadi Massa yang ditanyakan . 20 3.1 Alur Pelaksanaan Penelitian ... 28


(5)

xi

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

4.1. Nilai Rata-rata Siswa Pada Masing-masing Konsep Prasyarat………..50 4.2. Nilai Rata-rata Siswa Pada Masing-masing Soal Stoikiometri………..51 4.3 Nilai Rata-rata Siswa Pada Masing-Masing Tahap Untuk

Masing-masing Soal ... 54 4.4. Perbandingan Nilai Rata-rata Siswa Pada Soal Berstruktur

Tidak Berstruktur ... 60 4.5. Perbandingan Nilai Rata-rata Siswa Pada Masing-masing Tahap

Untuk Soal Nomor 1 dan 4 ... 61 4.6. Perbandingan Nilai Rata-rata Siswa Pada Masing-masing Tahap


(6)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu kimia merupakan salah satu cabang ilmu sains yang memiliki kedudukan sangat penting terutama dalam menumbuhkembangkan kemampuan menjelaskan secara mikro (molekuler) terhadap fenomena makro. Kemampuan kimia tersebut memberikan konstribusi yang penting dan berarti terhadap pengembangan ilmu-ilmu terapan seperti pertanian, kesehatan dan perikanan serta teknologi. Oleh sebab itu salah satu tujuan mata pelajaran kimia di sekolah menengah atas (SMA) dan madrasah aliyah (MA) adalah memahami konsep, prinsip, hukum dan teori kimia serta saling keterkaitannya dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi (Depdiknas, 2006)

Hasil yang diharapkan setelah proses pembelajaran kimia yaitu siswa mampu memahami konsep-konsep kimia dan saling keterkaitannya serta penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi. Dalam proses pembelajaran, salah satu yang akan dihadapi oleh siswa yaitu kemampuan menghadapi masalah dalam bentuk soal-soal yang berhubungan dengan materi tertentu. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Arifin, M.et all (2000:127) bahwa “Secara sederhana masalah yang dihadapi oleh siswa di dalam kelas adalah soal yang berhubungan dengan mata pelajaran”.

Berdasarkan proses perkembangannya, struktur ilmu kimia dapat dibagi menjadi empat kelompok, hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Rahayu, SI (2001: 7-8) bahwa:


(7)

“Proses pengembangan kimia yang berlangsung secara induktif dapat dilihat dari struktur ilmu kimia. Melalui berbagai pengamatan, kimia merupakan kumpulan data dan fakta mengenai sifat-sifat zat. Setiap zat dapat mengalami proses. Berbagai proses kimia yang berlangsung ini dapat dibagi ke dalam empat kelompok, yakni (1) stoikiometri; (2) energitika; (3) struktur dan (4) dinamika”.

Lebih lanjut Rahayu menjelaskan bahwa stoikiometri bersumber dari hukum kekekalan massa yang mempelajari kesetaraan suatu zat dengan zat lain dalam suatu perubahan kimia. Dalam bentuk yang sederhana, stoikiometri meliputi kemampuan menentukan koefisien-koefisien dalam suatu reaksi kimia. Stoikiometri juga menggambarkan hubungan kuantitatif sederhana dalam kimia yang dijelaskan dengan rumus kimia dan persamaan reaksi. Sedangkan Schmidt.H.J (1997:237) mengemukakan bahwa rumus kimia dan persamaan reaksi menggambarkan hubungan kuantitatif dua tingkat yaitu tingkat fenomenologis (level makroskopik) dan tingkat partikel (tingkat mikroskopik). Pada tingkat makroskopik rumus kimia menyatakan hubungan massa unsur-unsur yang terkandung dalam senyawa atau menyatakan perbandingan massa pereaksi dan hasil reaksi dalam suatu persamaan reaksi. Sedangkan pada tingkat mikroskopik rumus kimia menyatakan perbandingan atom unsur dalam senyawa atau perbandingan partikel-partikel yang bereaksi yang dinyatakan dalam suatu persamaan reaksi.

Okanlawon, A.E (2010:127) mengemukakan bahwa stoikiometri merupakan topik yang mendasari semua aspek kimia yang melibatkan permasalahan untuk menghitung massa reaktan yang diperlukan dan produk yang dihasilkan dengan bantuan persamaan reaksi setara. Belajar untuk menyelesaikan masalah ini memerlukan penguasaan konsep stoikiometri yang baik, kemampuan untuk membangun dan menyetarakan persamaan reaksi dan menggunakannya untuk menghitung massa zat kimia yang terlibat dalam reaksi.


(8)

Stoikiometri merupakan konsep prasyarat siswa dalam mempelajari materi yang lainnya misalnya asam-basa, kesetimbangan kimia dan elektrolisis. Namun sayangnya materi stoikiometri merupakan salah satu topik yang sukar dimengerti oleh siswa. Hal ini sejalan dengan beberapa penelitian yang menemukan bahwa materi stoikiometri merupakan materi yang cukup sulit (Saerab,N.K, 1996; Scmidt, 1997; Chandrasegaran, A.L at all, 2009; Okanlawon, A.E, 2010). Lebih lanjut Okanlawon, A.E (2010;108) berpendapat bahwa kesulitan ini terletak pada kompleksitas dalam melakukan perhitungan ini memerlukan pemahaman tentang konsep mol, menyetarakan persamaan reaksi, keterampilan aljabar dan interpretasi dari sebuah masalah ke dalam langkah-langkah prosedural yang mengarah kepada jawaban yang benar. Berdasarkan hasil penelitiannya Saerab,N.K (1996; 92) menyimpulkan bahwa kesulitan-kesulitan siswa dalam perhitungan kimia menyangkut kesetaraan mol zat, perhitungan massa pereaksi dan hasil reaksi, perhitungan volume hasil reaksi dan pereaksi, penentuan pereaksi pembatas suatu reaksi, serta penentuan rumus empiris dan rumus molekul suatu senyawa.

Berdasarkan hasil wawancara informal dengan guru kimia kelas X di tempat peneliti bertugas, selama beberapa tahun ditemukan hanya 60 % saja siswa yang lulus KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) pada materi stoikiometri. Sementara setiap tahun minat siswa untuk memilih jurusan IPA di sekolah ini sangat tinggi yaitu sekitar 90%. Selain itu berdasarkan pengalaman peneliti selama mengajar kelas XII ditemukan kesulitan siswa dalam materi elektrolisis. Hal ini dikarenakan siswa kurang memahami konsep mol dan stoikiometri yang merupakan konsep prasyarat untuk materi tersebut. Keadaan tersebut harus menjadi pemikiran bagi guru-guru kimia di sekolah ini untuk mencari penyebab mengapa kondisi tersebut dapat terjadi. Guru harus dapat mengidentifikasi letak dan penyebab kesulitan siswa dalam


(9)

menyelesaikan soal stoikiometri sehingga dapat diupayakan untuk mencari solusi yang tepat agar kesulitan tersebut dapat diatasi, sehingga pada akhirnya akan membantu meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal stoikiometri. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa tersebut akan lebih mudah diidentifikasi kalau kita tahu bagaimana tahap-tahap pemecahan masalah yang dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan soal stoikiometri tersebut.

Berdasarkan paparan diatas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam menyelesaikan soal stoikiometri melalui tahap-tahap pemecahan masalah. Setelah diketahui kesulitan-kesulitan siswa tersebut, diharapkan guru berupaya untuk mencari solusi agar kesulitan tersebut dapat diatasi di masa yang akan datang sehingga kesulitan tersebut tidak menjadi penghambat dalam mempelajari materi selanjutnya yang lebih kompleks.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini dilakukan dengan rumusan masalah sebagai berikut: “Kesulitan-kesulitan apakah yang dihadapi siswa dalam menyelesaikan soal stoikiometri dan bagaimanakah tanggapan guru tentang upaya yang harus dilakukan untuk mengatasi kesulitan tersebut?” Rumusan masalah diatas dijabarkan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah proses pembelajaran stoikiometri yang dilaksanakan oleh guru di kelas?

2. Bagaimanakah pemahaman siswa terhadap materi stoikiometri?

3. Bagaimanakah siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal stoikiometri?

4. Bagaimanakah tanggapan guru tentang upaya mengatasi kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal stoikiometri?


(10)

C. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap judul penelitian ini maka akan dijelaskan istilah-istilah yang dianggap penting, yaitu:

1. Analisis

Analisis secara arti kata didefinisikan sebagai penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan ) untuk mengetahui keadaan sebenarnya (sebab musabab, duduk perkara ) (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991: 37).

Berdasarkan definisi diatas analisis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah menyelidiki letak dan penyebab kesulitan siswa dalam memecahkan masalah stoikiometri.

2. Kesulitan

Kesulitan didefinisikan sebagai keadaan yang sulit, sesuatu yang sulit. Sementara pengertian sulit adalah sukar sekali; susah (diselesaikan atau dikerjakan dsb) (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991: 971).

Kesulitan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu keadaan yang terjadi dalam diri siswa atau hambatan-hambatan yang dihadapi siswa dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan materi stoikiometri.

3. Pemecahan masalah

Pemecahan masalah yang dimaksud disini adalah langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menyelesaikan soal stoikiometri yang merupakan gabungan dari tahap pemecahan masalah yang dikemukakan oleh (Arifin, M.et all, 2000 ; 127) dan langkah-langkah penyelesaian soal stoikiometri yang dikemukakan oleh Chang (2005 : 75) yaitu tahap analisis (menuliskan yang diketahui dan yang ditanyakan), tahap perencanaan (menuliskan dan menyetarakan persamaan reaksi, menentukan mol dari massa/volume yang diketahui), tahap perhitungan


(11)

(menentukan mol yang ditanyakan berdasarkan perbandingan koefisien, menentukan massa/volume/jumlah partikel yang ditanyakan) dan tahap evaluasi (memeriksa kembali hasil penyelesaian masalah).

4. Stoikiometri menggambarkan hubungan kuantitatif antar atom dari unsur-unsur dalam zat-zat dan hubungan kuantitatif antar zat dalam suatu reaksi kimia (Johari, JMC dan Rachmawati, M, 2004;158). Sedangkan menurut Chang, R (2005;74) stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari kuantitas dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia.

Berdasarkan dua pengertian tersebut stoikiometri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah menggambarkan hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam suatu reaksi kimia.

D. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menggali informasi secara mendalam mengenai kesulitan yang dihadapi siswa pada materi stoikiometri berdasarkan proses pembelajaran yang berlangsung maupun hasil pembelajarannya. Setelah diketahui letak kesulitan siswa serta penyebab munculnya kesulitan tersebut maka peneliti akan menginformasikan dan mendiskusikan dengan guru upaya yang akan dilakukan agar pada proses pembelajaran mendatang kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal stoikiometri dapat diminimalisasi sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.

1. Bagi guru dan pengembangan bidang studi kimia, dengan mengetahui kesulitan-kesulitan siswa dalam memecahkan masalah stoikiometri maka guru dapat merancang proses pembelajaran dengan menggunakan metode pemecahan


(12)

masalah stoikiometri dan membimbing siswa menggunakan tahap-tahap pemecahan masalah stoikiometri secara konsisten sehingga dapat meningkatkan hasil pembelajaran stoikiometri.

2. Bagi siswa, dengan dikembangkannya proses pembelajaran dengan menggunakan metode pemecahan masalah stoikiometri maka diharapkan siswa akan dapat memahami materi stoikiometri dengan baik sehingga dapat mempermudah untuk mempelajari materi-materi kimia yang berhubungan dengan konsep stoikiometri. 3. Bagi sekolah, dengan adanya penelitian ini maka sekolah dapat memotivasi dan

memfasilitasi guru untuk mengembangkan penelitian-penelitian sejenis yang dapat menggali kesulitan siswa pada materi kimia lain atau pada bidang studi lain sehingga dengan diketahuinya kesulitan-kesulitan tersebut maka guru-guru dapat mencari solusi yang tepat untuk mengatasinya. Dengan demikian kualitas pembelajaran di sekolah tersebut dapat meningkat dan tentunya KKM sekolah dapat tercapai.

4. Bagi para peneliti lain, tahap-tahap pemecahan masalah stoikiometri yang ada dalam penelitian ini dapat digunakan untuk menganalisis kesulitan siswa pada materi stoikiometri dengan karakteristik soal tertentu. Selain itu tahap-tahap pemecahan masalah stoikiometri ini dapat diujicobakan pada subjek penelitian yang lebih banyak dan bervariasi agar dapat diketahui apakah tahap-tahap pemecahan masalah stoikiometri ini cukup efektif untuk mempermudah siswa menyelesaikan soal stoikiometri.

F. Pembatasan Masalah

Untuk lebih mengarahkan penelitian ini, maka permasalahan dibatasi sebagai berikut:


(13)

1. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang akan menganalisis letak dan penyebab kesulitan-kesulitan siswa dalam memecahkan masalah stoikiometri. 2. Materi stoikiometri yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah stoikiometri

yang menggambarkan hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam suatu reaksi kimia.

3. Untuk memudahkan menganalisis letak kesulitan siswa dan penyebabnya maka peneliti membuat tahap-tahap pemecahan masalah dalam menyelesaikan soal stoikiometri. Tahap-tahap pemecahan masalah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tahap pemecahan masalah stoikiometri terdiri dari 4 tahap yaitu: tahap menganalisis soal (menuliskan yang diketahui dan yang ditanyakan), tahap merencanakan pemecahan soal (menuliskan dan menyetarakan persamaan reaksi, menentukan mol dari massa/volume yang diketahui, menentukan pereaksi pembatas jika pereaksi yang diketahui lebih dari satu), tahap melakukan perhitungan (menentukan mol yang ditanyakan berdasarkan perbandingan koefisien, menentukan massa/volume/ jumlah partikel yang ditanyakan) dan tahap evaluasi (memeriksa kembali hasil penyelesaian masalah).

G. Anggapan Dasar

Sekolah yang menjadi tempat penelitian ini adalah sekolah berasrama penuh yang tentunya memiliki karakteristik yang berbeda dengan sekolah pada umumnya. Siswa hanya diberi kesempatan satu minggu sekali untuk bertemu dengan orangtuanya dan keluarganya. Keadaan ini tentunya akan mengganggu psikologis siswa misalnya menimbulkan perasaan tidak betah, ingin pindah sekolah agar lebih dekat dengan orangtua, malas belajar dan ingin selalu melanggar aturan sekolah. Dengan kondisi psikologis tersebut tentunya akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Namun demikian pada penelitian ini,


(14)

kesulitan siswa dalam memecahkan masalah (soal) stoikiometri hanya disebabkan oleh ketidakpahaman siswa memahami soal dan materi pembelajaran berdasarkan pembelajaran yang dilakukan dikelas sehingga faktor psikologis diatas dianggap tidak berpengaruh pada kesulitan siswa.


(15)

26 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal stoikiometri melalui tahap-tahap pemecahan masalah. Langkah awal dalam penelitian ini adalah melakukan analisis materi stoikiometri baik yang terdapat di dalam silabus kimia SMA maupun buku pegangan siswa dan buku teks kimia. Selain itu juga peneliti menganalisis RPP yang dibuat oleh guru untuk mengetahui gambaran rancangan pembelajaran stoikiometri di kelas dan mengidentifikasi indikator-indikator yang dikembangkan sebagai acuan untuk membuat soal.

Soal yang disusun terdiri dari dua jenis yaitu soal tentang konsep prasyarat dan stoikiometri. Soal konsep prasyarat digunakan untuk mengetahui sejauhmana kemampuan siswa dalam konsep prasyarat stoikiometri yaitu tata nama senyawa, persamaan reaksi dan konsep mol sedangkan soal stoikiometri digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa yang akan dianalisis tahap-tahap pemecahan masalahnya sehingga letak kesulitan siswa dapat teridentifikasi. Untuk lebih mudah menganalisis kesulitan siswa maka peneliti membuat kunci jawaban atau penyelesaian soal dengan tahap-tahap pemecahan masalah.

Untuk mengetahui proses pembelajaran berlangsung maka peneliti melakukan observasi baik tercatat maupun berupa rekaman. Tes konsep prasyarat dilaksanakan sebelum pelaksanaan pembelajaran stoikiometri, sedangkan tes stoikiometri dilaksanakan setelah pembelajaran stoikiometri. Hasil tes kemudian dianalisis untuk mengetahui langkah-langkah siswa dalam memecahkan masalah


(16)

kemudian dibandingkan dengan tahap-tahap pemecahan masalah yang sudah dibuat oleh peneliti. Setelah itu dilakukan pengambilan data melalui angket. Berdasarkan hasil analisis tes maka dilakukan wawancara kepada beberapa siswa yang dipilih berdasarkan kriteria kesulitan tertentu hal ini dimaksudkan untuk mencari letak dan penyebab kesulitan siswa tersebut. Untuk menggali informasi tentang upaya mengatasi kesulitan siswa maka peneliti melakukan wawancara dengan guru. Analisis hasil tes, angket dan wawancara disusun sebagai suatu temuan. Temuan ini bahas yang akan dijadikan sebagai bahan untuk membuat kesimpulan.

Prosedur penelitian ini dapat digambarkan dalam bagan alur pelaksanaan penelitian sebagaimana terdapat pada bagan 3.1


(17)

Bagan 3.1 . Alur Pelaksanaan Penelitian Tes Konsep Prasyarat

Nilai Stoikiometri di Bawah KKM

Validasi Instrumen

Kajian Literatur

Instumen Penelitian Kesulitan dalam

Stoikiometri

PBM Stoikiometri Observasi

Tes Stoikiometri

Analisis Data

RPP

Observasi Pembelajaran Tes (Prasyarat, Stoikiometri) Angket

Wawancara (Siswa dan Guru) Analisis RPP Materi Stoikiometri

Uji Coba Instrumen Revisi

Pengumpulan Data

Temuan


(18)

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini berasal dari salah satu SMA swasta berasrama yang ada di kota Bandung. Dari delapan kelas X yang ada di ambil satu kelas sebagai subjek penelitian. Pengambilan subjek penelitian dilakukan dengan teknik purposive sampling dan meminta pertimbangan guru pengajar kelas X. Hal ini bertujuan agar memperoleh sampel dengan karakteristik yang diinginkan yaitu kelas yang memiliki kemampuan rata-rata rendah. Berdasarkan informasi dari guru kelas X, maka dipilihlah kelas X-4 yang berjumlah 24 orang sebagai subjek penelitian ini.

Untuk mempermudah pelaksanaan penelitian dan hasil penelitian diharapkan dapat dirasakan secara langsung oleh peneliti serta dapat dikembangkan dan dievaluasi secara berkelanjutan maka peneliti mengambil sampel yang berasal dari sekolah peneliti bertugas. Selain itu juga sekolah ini merupakan sekolah berasrama penuh yang tentunya memiliki karakteristik yang berbeda dengan sekolah umum.

C. Teknik dan Alat Pengumpul Data

Dalam pengumpulan data penelitian digunakan beberapa teknik, yaitu analisis RPP, observasi proses belajar mengajar (PBM), tes tertulis hasil belajar, angket, wawancara dengan siswa dan wawancara dengan guru.

1. Analisis RPP

Rencana pelaksanaan pembelajaran ( RPP ) yang dianalisis merupakan RPP yang biasa dilaksanakan oleh guru kelas X dalam pembelajaran stoikiometri seperti yang tersaji dalam lampiran C-1. Analisis RPP ini bertujuan untuk menggali informasi tentang aspek-aspek apa saja yang ada di dalam RPP tersebut dan apakah aspek-aspek yang terdapat dalam RPP tersebut sudah sesuai dengan


(19)

standar proses pendidikan. Analisis RPP ini dilakukan sebelum dilaksanakan observasi dan merupakan acuan untuk penyusunan pedoman observasi. Langkah pertama yang dilakukan dalam menganalisis RPP adalah mengidentifikasi komponen-komponen yang harus ada dalam RPP yaitu identitas mata pelajaran, SK, KD, indikator, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode, kegiatan pembelajaran (pendahuluan, kegiatan inti, penutup), evaluasi dan sumber belajar. Langkah selanjutnya membandingkan antara RPP dengan pelaksanaan pembelajaran di kelas, lalu dianalisis untuk melihat kesesuaian antara RPP dengan proses belajar mengajar.

2. Observasi

Observasi dilakukan pada saat pelaksanaan proses belajar mengajar pada materi stoikiometri. Tujuan observasi adalah untuk mengamati secara langsung pelaksanaan proses pembelajaran pada materi tersebut guna memperoleh informasi tentang bagaimana proses belajar mengajar stoikiometri di kelas dan apakah RPP yang disusun dapat diimplementasikan dengan baik oleh guru tersebut. Semua aktifitas guru dan siswa dicatat dalam pedoman observasi dan direkam. Proses rekaman dilakukan agar proses pembelajaran dapat diamati berulang-ulang sehingga analisis dapat dilakukan secara lebih mendalam. Adapun aspek-aspek yang diobservasi adalah persiapan, pendahuluan, kegiatan inti, penggunaan media, metode dan sumber belajar, pengelolaan kelas, evaluasi dan penutup. Hasil observasi tersebut dicatat dalam pedoman observasi.

Hasil dari observasi yang telah dikumpulkan, disusun dan dianalisis untuk memperoleh data tentang proses pembelajaran stoikiometri yang dilaksanakan oleh guru di kelas. Dari hasil observasi ini diharapkan peneliti dapat menggali informasi tentang beberapa aspek yaitu motivasi, konsep prasyarat, penggunaan


(20)

metode, media dan sumber belajar, penerapan tahap-tahap pemecahan masalah, jenis evaluasi yang diberikan guru dan penggunaan kalkulator.

3. Tes

Alat pengumpul data berikutnya adalah tes hasil belajar konsep prasyarat dan stoikiometri yang diharapkan dapat mengungkapkan pemahaman siswa dalam stoikiometri. Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes uraian. Tujuan dari pemilihan jenis tes ini adalah agar peneliti dapat menggali kemampuan siswa dalam memahami konsep prasyarat dan mengaplikasikannya dalam soal stoikiometri .

Tes yang disusun terdiri atas sepuluh soal yang dibagi menjadi dua bagian yaitu empat soal tentang konsep prasyarat stoikiometri (tata nama senyawa, persamaan reaksi dan konsep mol) dan enam soal tentang stoikiometri. Dari enam soal stoikiometri, tiga soal pertama berbentuk uraian berstruktur sedangkan sisanya soal bentuk uraian tidak berstruktur.

Melalui tes uraian berstruktur ini diharapkan siswa dapat menyelesaikan soal secara sistematis sehingga peneliti dapat menggali informasi tentang tahap-tahap pemecahan masalah yang dilakukan siswa. Melalui tahap-tahap pemecahan masalah diharapkan kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal stoikiometri dapat dianalisis dengan mudah. Selain itu penggunaan soal berstruktur bertujuan untuk mengetahui apakah soal berstruktur dapat membantu siswa untuk menyelesaikan soal stoikiometri. Sedangkan penyusunan soal uraian tidak berstruktur bertujuan untuk menyesuaikan dengan kondisi di sekolah pada umumnya, soal-soal disajikan dalam buku pegangan siswa maupun guru berbentuk uraian tidak berstruktur.


(21)

Tes yang digunakan harus benar-benar dapat mengidentifikasi kesulitan siswa menyelesaikan masalah stoikiometri reaksi, oleh karena itu pembuatan instrumen dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menganalisis silabus mata pelajaran kimia kelas X, buku pegangan siswa kelas X dan buku teks.

b. Membuat kisi-kisi soal dan penulisan butir-butir soal ( Lampiran A-1).

c. Pembuatan kunci jawaban dan pedoman penskoran yang disertai tahap-tahap pemecahan masalah (Lampiran A-2 sampai dengan A-4)

Skor dari tiap butir soal yang ada di dalam tes berbeda, hal ini dikarenakan tingkat kesukaran dan jumlah unsur yang terdapat dalam setiap butir soal berbeda.

e. Meminta pertimbangan ( judgment ) dari tiga orang dosen kimia. Pertimbangan yang diminta kepada para penimbang ini adalah validasi isi, validasi konstruk, kejelasan bahasa, kesesuaian butir soal dengan indikator pembelajaran, kebenaran kunci jawaban dan pedoman penskoran, serta ketepatan aspek-aspek pada ranah kognitif menurut taksonomi Bloom. Berdasarkan hasil pertimbangan semua butir soal dapat dipergunakan hanya ada perbaikan untuk penulisan kata, ranah kognitif untuk soal konsep prasyarat yaitu pada soal nomor 1a, 1b dan 2a dan perbaikan struktur kalimat untuk soal stoikiometri nomor 3 . Pada saat meminta pertimbangan, peneliti membuat lima butir soal stoikiometri yang terdiri dari tiga soal berstruktur dan dua soal tidak berstruktur, namun berdasarkan saran penimbang soal tidak berstruktur ditambah satu soal yaitu soal nomor empat sehingga keseluruhan jumlah butir soal stoikiometri reaksi menjadi enam soal. Soal nomor empat memiliki indikator yang sama dengan nomor satu, perbedaanya hanya dari jenis soal yaitu berstruktur dan tidak berstruktur. Hal


(22)

tersebut dimaksudkan untuk mengetahui apakah soal bersrtuktur lebih mudah atau lebih susah dikerjakan oleh siswa.

f. Merevisi dan menambahkan butir soal tes sesuai dengan saran-saran para penimbang, sehingga soal tes dapat diujicobakan.

Sebelum soal tes dipergunakan dalam penelitian, soal tes ini diujicobakan terlebih dahulu. Uji coba ini harus dilakukan pada siswa yang sudah pernah mendapatkan materi stoikiometri reaksi, oleh karena itu dipilihlah tiga kelas XII SMA tempat penelitian dengan jumlah siswa keseluruhan 52 orang.

Analisis uji coba tes meliputi reliabilitas, daya pembeda (D) dan tingkat kesukaran (P).

a. Reliabilitas

Reliabilitas instrumen dilakukan untuk menguji ketepatan instrumen dalam mengukur ketepatan siswa dalam menjawab butir soal. Untuk menentukan reliabilitas seperangkat soal yang diujicobakan ini dilakukan analisis butir soal. Sesuai dengan bentuk tes yang akan dipergunakan adalah bentuk uraian maka reliabilitas soal secara keseluruhan rumus yang digunakan dicari dengan menggunakan rumus Alpha seperti yang dikemukakan oleh Arikunto, S (2003:109) sebagai berikut:

Dengan keterangan:

r11 = reliabilitas yang dicari

= jumlah varians skor tiap-tiap item = varians total


(23)

Menurut Arikunto, S ( 2003 : 75 ) sebagai acuan untuk menafsirkan nilai koefisien reliabilitas digunakan kriteria seperti yang tersaji pada tabel berikut:

Tabel 3.1 Tafsiran Koefisien Reliabilitas Koefisien Reliabilitas Tafsiran

0,80 – 1,00 0,60 – 0,80 0,40 – 0,60 0,20 – 0,40 0,00 – 0,20

Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah

Setelah diolah dengan menggunakan Program Excel dan rumus Alpha maka diperoleh koefisien reliabilitas (r11) untuk soal konsep prasyarat dengan katagori

cukup yaitu sebesar 0,592 sedangkan untuk soal stoikiometri reaksi berharga 0,81 dengan katagori sangat tinggi. Berarti kedua soal tersebut cukup reliabel sehingga dapat dipercaya sebagai alat ukur. Hasil perhitungan secara lengkap dapat dilihat pada lampiran B-1 dan B-2

b. Tingkat Kesukaran

Dengan penskoran yang sama seperti yang dilakukan pada analisis daya pembeda, maka untuk menentukan tingkat kesukaran digunakan rumus yang dikemukakan oleh Arikunto, S ( 2003 : 208 )

Keterangan:

P = Indeks Kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS = Jumlah seluruh peserta tes


(24)

Tabel 3.2 Tafsiran Koefisien Tingkat Kesukaran Kriteria Tingkat

Kesukaran

Tafsiran P = 0,00

0,00 < P ≤ 0,30 0,30 < P ≤ 0,70 0,70 < P ≤ 1,00 P = 1,00

Soal terlalu sukar Sukar

Sedang Mudah

Sangat Mudah

Berdasarkan hasil analisis diperoleh tingkat kesukaran dari soal konsep prasyarat delapan item tergolong mudah, tiga item tergolong sedang dan tiga item tergolong sukar. Sedangkan dari 24 item soal stoikiometri reaksi 11 item tergolong mudah dan sisanya tergolong sedang. Hasil analisis tingkat kesukaran dapat dilihat pada lampiran B-3 dan B-4

c. Daya Pembeda

Daya pembeda soal (D) adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Karena soal terdiri dari beberapa item, maka daya pembeda dihitung untuk masing-masing item yang ada di dalam soal tersebut. Penskoran untuk menentukan daya pembeda tes uji coba ini, diambil kebijaksanaan berpedoman kepada pendapat Subino (Saerab, 1996 : 48), yaitu: untuk siswa yang memperoleh skor butir soal itu besarnya 50% ke bawah dari bobot soal dinyatakan salah (0), dan yang memperoleh skor yang lebih besar daripada 50% daripada bobot soal dianggap benar (1). Dalam analisis daya pembeda butir soal tes ini hanya diambil siswa kategori tinggi 27% dan siswa kategori rendah 27% ( Sudjino, A, 2007 : 387 ). Selanjutnya daya pembeda dihitung dengan menggunakan rumus yang dikemukan oleh Arikunto, S ( 2003 : 213 ) yaitu :


(25)

Keterangan :

JA = Banyaknya peserta kelompok atas JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar

BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar

PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

Kriteria daya pembeda menurut Arikunto, S ( 2003 : 218 ) sebagai berikut: Tabel 3.3 Tafsiran Koefisien Daya Pembeda

Kriteria Daya Pembeda Tafsiran < 0,00

0,00 - 0,20 0,20 - 0,40 0,40 - 0,70 0,70 - 1,00

Dibuang Jelek Cukup

Baik Baik Sekali

Dengan menggunakan rumus diatas dan pengolahan data dengan program Excel maka diperoleh ada dua item pada soal nomor dua ( 2a, 2c ) dan satu item pada soal nomor tiga ( 3b ) untuk konsep prasyarat memiliki daya pembeda jelek. Sedangkan untuk soal stoikiometri reaksi ada satu item dari soal nomor satu ( 1a ) memiliki daya pembeda negatif dan tiga item memiliki daya pembeda yang jelek yaitu satu item dari soal nomor satu ( 1d ) dan dua item ( 2a, 2b ) dari soal nomor dua. Item soal yang memiliki daya pembeda negatif dibuang sedangkan item soal yang lainnya diperbaiki. Hasil analisis daya pembeda secara lengkap ditampilkan pada lampiran B-5 dan B-6.


(26)

Ada dua data tes yang ada dalam penelitian ini yaitu hasil tes konsep prasyarat dan hasil tes stoikiometri. Langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis hasil tes tersebut adalah :

a. Memberi skor pada masing-masing item jawaban siswa pada setiap soal sesuai dengan kunci jawaban yang sudah disusun berdasarkan tahap-tahap pemecahan masalah. Untuk mempermudah proses penentuan skor yang diperoleh siswa, pada soal stoikiometri reaksi pemberian skor mengurut dari mulai nomor 1,4, 2, 5, 3 dan 6.

b. Data skor yang diperoleh siswa pada masing-masing item yang terdapat pada tahap-tahap pemecahan masalah dikonversi dalam bentuk persen lalu di olah dengan menggunakan program Excel 2007 sehingga diperoleh nilai rata-rata pada masing-masing item, masing-masing tahap dan nilai siswa pada setiap soal. Untuk menentukan nilai rata-rata tiap item digunakan rumus :

c. Persentase masing-masing item dari tiap tahap dijumlahkan sehingga diperoleh nilai pada masing-masing tahap. Nilai rata-rata siswa pada setiap tahap untuk tes stoikiometri diperoleh dengan menjumlahkan nilai rata-rata pada setiap tahap untuk masing-masing soal dibagi dengan jumlah soal. Untuk mengetahui perbandingan nilai yang diperoleh pada masing-masing tahap antara soal yang berstruktur dan tidak berstruktur maka dilakukan pengelompokkan yaitu soal 1 dan 4, 3 dan 6. Untuk mempermudah


(27)

menganalisis maka nilai pada masing-masing tahap dari soal yang mirip tersebut disajikan secara berdampingan.

d. Nilai siswa pada konsep prasyarat disajikan dalam bentuk persentase pada masing-masing konsep yaitu tata nama senyawa, persamaan reaksi dan konsep mol. Data nilai ini akan diajukan sebagai salah satu acuan untuk mencari penyebab dari kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal stoikiometri.

e. Nilai-nilai yang diperoleh pada tes stoikiometri dianalisis yang akan dijadikan sebagai dasar untuk pemilihan siswa yang akan diwawancara.

4. Angket

Alat pengumpul data lainnya adalah angket yang diperlukan untuk memperoleh informasi berupa pendapat siswa tentang kesulitan-kesulitan mereka dalam menyelesaikan soal stoikiometri. Skala pengukuran yang digunakan pada angket ini adalah skala sikap Likert.

Pada awalnya angket yang disusun terdiri dari tiga bagian A yaitu tentang motivasi sebanyak dua butir pernyataan, bagian B tentang konsep –konsep yang berhubungan dengan stoikiometri yang terdiri dari 14 butir pernyataan sedangkan bagian C terdiri dari empat butir yang mengungkap tentang tahap-tahap pemecahan masalah. Setelah didiskusikan dengan dosen pembimbing ada penambahan beberapa butir pernyataan dan urutan pernyataan angket. Perubahan tersebut berpedoman pada kepentingan untuk menggali letak dan penyebab kesulitan-kesulitan siswa dalam menyelesaikan stoikiometri melalui tahap-tahap pemecahan masalah. Oleh karena itu butir-butir angket disusun mengacu kepada tahap-tahap pemecahan masalah stoikiometri. Lima butir pernyataan awal bertujuan untuk mengetahui motivasi siswa dalam mempelajari stoikiometri


(28)

(1A-5A) dan 21 butir pernyataan berikutnya bertujuan untuk menggali informasi bagaimana sikap siswa dalam menyelesaikan soal stoikiometri berdasarkan tahap-tahap pemecahan masalah (1B-21B). Angket dengan skala sikap Likert ini dibuat dalam bentuk checklist. Setiap butir pernyataan terdiri atas sebuah pernyataan dan kolom jawaban yang memiliki empat alternatif pilihan yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Siswa hanya diminta memberi tanda check (V) pada salah satu alternatif jawaban.

Menurut pendapat Sugiyono (2004:107) bahwa jawaban setiap butir pernyataan yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Untuk keperluan analisis kuantitatif maka jawaban tersebut dapat diberi skor. Pada penelitian skor jawaban siswa untuk jenis pernyataan negatif ( – ) diberi skor 1, 2, 3, 4 (SS, S, TS, STS), sedangkan untuk jenis pernyataan positif ( + ) diberi skor 4, 3, 2, 1 (SS, S, TS, STS). Untuk menganalisis skor yang diperoleh siswa pada setiap butir pernyataan diolah dengan menggunakan program Excel . Data skor siswa di sajikan dalam bentuk persentase tingkat kesetujuan siswa untuk pernyataan ( + ) dan persentase tingkat ketidakkesetujuan siswa untuk pernyataan ( – ). Tingkat kesetujuan (tk) dan tingkat ketidakkesetujuan (tks) siswa dihitung dengan menggunakan rumus berikut :

tk

tks


(29)

Data hasil angket dianalisis menjadi persentase kesetujuan (tk) siswa untuk pernyataan positif dan persentase tingkat ketidaksetujuan (tks) siswa untuk pernyataan negatif. Langkah pertama penggolahan data hasil angket adalah memasukkan data jawaban setiap siswa untuk setiap butir pernyataaan ke dalam tabel. Rekapitulasi skor siswa pada masing-masing butir pernyataan disajikan pada lampiran D-21. Langkah selanjutnya adalah mengolah data dengan menggunakan program Excel dan rumus yang dikemukakan oleh Sugiyono (2004 : 109) sehingga diperoleh persentase kesetujuan (tk) dan persentase ketidaksetujuan (tks).

Data persentase kesetujuan dan ketidakkesetujuan diinterpretasikan dengan memperhatikan harga persentase tingkat kesetujuan siswa. Semua responden dikatakan setuju terhadap suatu butir pernyataan angket, jika harga persentase kesetujuan siswa lebih besar daripada 50% dan apabila 50% atau lebih kecil diartikan responden tidak setuju (Sugiyono, 2004 : 109).

5. Wawancara

a. Wawancara dengan Siswa

Wawancara dalam penelitian ini merupakan jenis wawancara tidak berstruktur yang dilakukan dengan teknik tanya jawab secara langsung terhadap siswa dengan menggunakan alat perekam. Wawancara ini bertujuan untuk menggali informasi secara lebih jelas tentang langkah-langkah yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal stoikiometri sehingga letak dan penyebab kesulitan siswa dapat diketahui dengan tepat. Wawancara ini di lakukan setelah peneliti menganalisis hasil belajar siswa. Siswa yang dipilih untuk mengikuti wawancara adalah siswa yang memiliki karakteristik kesulitan tertentu berdasarkan hasil tes


(30)

belajar stoikiometri. Oleh karena itu pertanyaan yang diajukan sangat tergantung kepada karakteristik kesulitan siswa tersebut. Berdasarkan hasil tes tersebut, dari 24 siswa yang akan mengikuti wawancara sebanyak 17 siswa.

Wawancara ini dilaksanakan selama tiga hari menggunakan jam pelajaran lain yang kebetulan materinya sudah habis. Untuk meminimalisasi gangguan, maka wawancara di adakan ditempat yang tertutup yaitu ruangan Bimbingan Konseling (BK) dan digunakan alat perekam. Pada saat pelaksanaan wawancara ada satu orang siswa yaitu AV tidak hadir, tapi karakteristik AV ini bisa terwakili oleh 13 orang temannya yang memiliki karakteristik sama.

b. Wawancara dengan Guru

Wawancara dengan guru kimia kelas X yang bersangkutan dilakukan dengan maksud untuk memperoleh informasi tentang persepsi guru tentang materi stoikiometri, konsep prasyarat stoikiometri dan tahap-tahap pemecahan masalah dalam menyelesaikan soal stoikiometri, metode pembelajaran, media dan sumber belajar dan evaluasi. Selain itu wawancara ini juga dimaksudkan untuk menggali secara lebih mendalam tentang semua aspek yang berhubungan dengan proses belajar mengajar stoikiometri sehingga diharapkan letak dan penyebab kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal stoikiometri dapat diidentifikasi. Dengan diketahuinya letak dan penyebab kesulitan siswa maka guru dapat mencari solusi yang tepat untuk mengatasi kesulitan tersebut.

Wawancara dilakukan terhadap guru merupakan wawancara berstruktur karena peneliti sudah menyusun pertanyaan-pertanyaan yang disesuaikan aspek-aspek yang ingin digali dalam penelitian ini. Wawancara ini dilaksanakan di sekolah subjek penelitian dengan menggunakan rambu-rambu (pedoman)


(31)

wawancara yang meliputi persepsi guru tentang materi stoikiometri, konsep prasyarat, tahap-tahap pemecahan masalah stoikiometri, proses pembelajaran stoikiometri dan upaya-upaya yang akan dilakukan guru dalam mengatasi kesulitan stoikiometri. Wawancara ini dilaksanakan paling akhir setelah peneliti menganalisis data dari hasil tes, angket dan wawancara siswa dengan maksud untuk melengkapi data yang telah diperoleh sebelumnya.

Langkah pertama yang dilakukan dalam menganalisis hasil wawancara siswa adalah membuat transkrip wawancara masing-masing siswa berdasarkan data hasil rekaman. Selanjutnya hasil transkrip wawancara dianalisis untuk menyeleksi dan mengelompokkan letak dan penyebab kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal stoikiometri berdasarkan tahap-tahap pemecahan masalah. Hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel yang terdiri letak kesulitan siswa berdasarkan tahap-tahap pemecahan masalah, penyebab kesulitan siswa dan sumber data (Lampiran C-14) . Hal ini dimaksudkan agar peneliti dapat dengan mudah menelusuri data tersebut ditemukan. Transkrip tersebut dianalisis untuk menambah informasi yang sudah diperoleh dari observasi dan untuk menggali upaya-upaya yang akan dilakukan oleh guru untuk mengatasi kesulitan siswa tersebut.


(32)

65 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN

Penelitian ini bertujuan untuk menggali informasi secara mendalam mengenai kesulitan yang dihadapi siswa pada materi stoikiometri berdasarkan proses pembelajarannya maupun hasil pembelajarannya. Berdasarkan hasil penelitian maka pada bagian ini akan disimpulkan tentang kesulitan-kesulitan menyelesaikan soal stoikiometri dan tanggapan guru tentang upaya-upaya yang akan dilakukan untuk mengatasi kesulitan tersebut.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

1. Proses pembelajaran stoikiometri yang berlangsung di kelas di mulai dengan apersepsi yaitu guru menjelaskan tentang konsep prasyarat. Pada kegiatan inti guru menjelaskan tentang langkah-langkah penyelesaian soal stoikiometri dengan menggunakan metode problem solving. Sedangkan pada kegiatan penutup guru tidak membimbing siswa untuk menyusun kesimpulan. Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa proses pembelajaran masih terpusat pada guru (teacher centered) 2. Pemahaman siswa pada materi stoikiometri sangat rendah dikarenakan

kurangnya penguasaan siswa terhadap konsep prasyarat. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa pada masing-masing konsep tata nama senyawa, persamaan reaksi dan konsep mol sebesar 33, 13 dan 19.

3. Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal stoikiometri karena pemahaman siswa pada konsep prasyarat sangat rendah. Selain itu siswa juga mengalami kesulitan dalam tahap-tahap pemecahan masalah yaitu menganalisis soal dengan nilai rata-rata 30, tahap merencanakan pemecahan masalah dengan


(33)

nilai rata-rata 47, tahap melakukan perhitungan nilai rata-rata 28 dan tahap melakukan evaluasi memperoleh nilai rata-rata 24. Dari hasil penelitian ini juga dapat disimpulkan bahwa soal berstruktur dapat memudahkan siswa dalam menyelesaikan soal stoikiometri.

4. Tanggapan-tanggapan guru tentang upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kesulitan siswa dalam menyelesaikan stoikiometri adalah meningkatkan motivasi belajar, menata ulang materi, lebih intensif dalam membimbing siswa, membiasakan tidak menggunakan kalkulator, memperluas wawasan guru, mengatur waktu pembelajaran remedial.

B. Saran-saran

Berdasarkan temuan, pembahasan, kesimpulan, keterbatasan penelitian dapat dikemukakan beberapa saran.

1. Untuk menyelesaikan soal stoikiometri, siswa harus menguasai konsep prasyarat stoikiometri terlebih dahulu. Oleh karena itu guru perlu menata ulang materi kimia kelas X agar pelaksanaan pembelajaran materi konsep prasyarat tidak terlalu berjauhan dengan materi stoikiometri sehingga siswa tidak mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal stoikiometri yang diakibatkan oleh kurangnya pemahaman siswa pada materi konsep prasyarat tersebut.

2. Disarankan kepada guru kimia kelas X untuk menggunakan metode pemecahan masalah stoikiometri dalam proses pembelajaran dan membimbing siswa untuk menggunakan tahap-tahap pemecahan masalah stoikiometri secara konsisten. 3. Sewaktu memulai proses pembelajaran stoikiometri disarankan guru

menyampaikan tentang pentingnya stoikiometri sebagai konsep prasyarat untuk memahami materi selanjutnya misalnya larutan asam-basa, kesetimbangan larutan maupun elektrolisis dan lain-lain


(34)

4. Kepada guru kimia disarankan agar proses pembelajaran berlangsung guru lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat sehingga proses pembelajaran berpusat pada siswa (student centered).

5. Disarankan kepada guru kimia dan siswa untuk menggunakan harga massa molar zat dalam pengubahan massa zat menjadi mol atau sebaliknya, bukan menggunakan Ar atau Mr yang tidak memiliki satuan.

6. Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal stoikiometri maka guru perlu memberikan latihan soal yang lebih banyak dan lebih bervariasi. Soal yang dipilih atau disusun hendaknya berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan memiliki angka sederhana sehingga siswa tidak mengalami kesulitan dalam perhitungan. Selain itu pada saat mengerjakan latihan soal guru membiasakan siswa untuk tidak menggunakan kalkulator agar siswa tidak tergantung pada kalkulator dalam menyelesaikan soal hitungan.

7. Untuk memudahkan siswa dalam menyelesaikan soal stoikiometri maka guru disarankan untuk menyusun jenis soal berstruktur agar siswa memamahami alur penyelesaian soal dengan baik. Selain itu guru perlu secara konsisten menerapkan tahap-tahap pemecahan masalah agar siswa dapat mengerjakan soal secara sistematis.

8. Untuk mengidentifikasi kesulitan siswa lebih dini dalam menyelesaikan soal stoikiometri maka guru perlu meluangkan waktu untuk memeriksa latihan siswa. 9. Bila siswa memiliki nilai rendah, maka disarankan guru untuk mengidentifikasi

permasalahan siswa dan melakukan upaya yang tepat agar siswa tidak mengalami kesulitan. Upaya dapat dilakukan adalah melaksanakan pembelajaran remedial baik kelas maupun individual.


(35)

10. Perlu diadakan penelitian yang sejenis dengan sampel yang lebih besar, sehingga dapat terungkap kesulitan-kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal stoikiometri secara lebih akurat dan dilakukan upaya secara langsung untuk mengatasi kesulitan tersebut.


(36)

DAFTAR PUSTAKA

Adesoji,F.A .(2008). Students’ Ability Level and Effectiveness of Problem- Solving Instrucsional Strategy dalam J. Soc. Sci. [Online], 17 Vol 1 Hal 5-8[ 1 April 2010]

Arifin, M. et all .(2000).Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung : JurusanPendidikan Kimia FPMIPA

Arikunto, S (2009).Dasar- Dasar Evaluasi Pendidikan,Edisi Revisi,Cetakan 10. Jakarta: Bumi Aksara

Chandrasegaran,AL et all (2009).Students’ Dilemmas in Reaction Stoichiometry Problem Solving : Deducing the Limiting Reagent in Chemical Reactions Chemistry Education Research and Practise [Online], Vol 10 Hal 14-23. Tersedia :www.rsc.org/cerp [ 6 Maret 2010]

Chang,R. (2005) . Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti, Jilid 1, Edisi ke-3 Jakarta ; Erlangga

Jegede, C.S.A .(2007).The Effect of Problem- Solving Technique on Students’dalam Research Journal of Aplied Sciences 2 Vol 7 Hal 801-803. Tersedia : Medwell Online [ 1 April 2010]

Johari, JMC dan Rachmawati, M (2004) .Kimia SMA Jilid 1 untuk Kelas X,Jakarta : Esis

Moleong.L.J. (2007) .Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya

Okanlawon,A.E .(2010).Teaching Reaction Stoichiometry: Exploring and Acknowledging Nigerian Chemistry Teachers’ Pedagogical Content Knowledge dalam Cypriot Journal Of Educational Sciences [Online], Vol 5 Hal 107-129. Tersedia :www.world-education-center.org/index.php/cjes [ 28 Desember 2010]

Panitia Pelaksana PLPG Rayon 10.(2009).Bahan Ajar PLPG Kimia SMA/MA Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia

Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah

Rahayu, S.I (2001).Hakikat Pembelajaran Kimia di Perguruan Tinggi. Proyek Pengembangan UT, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Depdiknas

Saerab.N.K (1996).Kesulitan-kesulitan Siswa Kelas 1 SMU dalam Menguasai Konsep Mol dan Upaya Mengatasinya dengan Pengajaran Remedi, Tesis, PPS IKIP Bandung: tidak diterbitkan


(37)

Schmidt,H.-J .(1997). An Alternate Path to Stoichimetric Problem Solving dalam Research in Science Education Vol 1 Hal 237-249. [ 28 Desember 2010] Selvaratnam, M dan Canagaratna, S.G (2008).Using Problem-Solution Maps To

Improve Students’Problem Solving Skills. Division of Chemical Education[Online], Vol 85 Hal 381-384. Tersedia :www.JCE.DivCHED.org [ 6 Maret 2010]

Sudargo, F. (2008). Silabus Metode Penelitian Pendidikan Berbasis IPA. Bandung : Pasca Sarjana UPI

Sudjino, A (2007). Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Remaja Rosda Karya. Bandung.

Sugiyono (2004). Metode Penelitian Administrasi . Alfabeta. Bandung. Sukardi, H.M (2009) Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa .(1991).Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka

Toth, Z dan Sebestyen, A .(2009) Relationship between Students’ Knowledge Structure and Problem Solving Strategy in Stoichimetric Problems based on the Chemical Equation dalam Eurasian J. Phys. Chem. Educ [Online], Vol 1 Hal 8-20. [ 6 Maret 2010]

Universitas Pendidikan Indonesia. (2009). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah,Bandung : UPI


(1)

65 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN

Penelitian ini bertujuan untuk menggali informasi secara mendalam mengenai kesulitan yang dihadapi siswa pada materi stoikiometri berdasarkan proses pembelajarannya maupun hasil pembelajarannya. Berdasarkan hasil penelitian maka pada bagian ini akan disimpulkan tentang kesulitan-kesulitan menyelesaikan soal stoikiometri dan tanggapan guru tentang upaya-upaya yang akan dilakukan untuk mengatasi kesulitan tersebut.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

1. Proses pembelajaran stoikiometri yang berlangsung di kelas di mulai dengan apersepsi yaitu guru menjelaskan tentang konsep prasyarat. Pada kegiatan inti guru menjelaskan tentang langkah-langkah penyelesaian soal stoikiometri dengan menggunakan metode problem solving. Sedangkan pada kegiatan penutup guru tidak membimbing siswa untuk menyusun kesimpulan. Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa proses pembelajaran masih terpusat pada guru (teacher centered) 2. Pemahaman siswa pada materi stoikiometri sangat rendah dikarenakan

kurangnya penguasaan siswa terhadap konsep prasyarat. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa pada masing-masing konsep tata nama senyawa, persamaan reaksi dan konsep mol sebesar 33, 13 dan 19.

3. Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal stoikiometri karena pemahaman siswa pada konsep prasyarat sangat rendah. Selain itu siswa juga mengalami kesulitan dalam tahap-tahap pemecahan masalah yaitu menganalisis soal dengan nilai rata-rata 30, tahap merencanakan pemecahan masalah dengan


(2)

66

nilai rata-rata 47, tahap melakukan perhitungan nilai rata-rata 28 dan tahap melakukan evaluasi memperoleh nilai rata-rata 24. Dari hasil penelitian ini juga dapat disimpulkan bahwa soal berstruktur dapat memudahkan siswa dalam menyelesaikan soal stoikiometri.

4. Tanggapan-tanggapan guru tentang upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kesulitan siswa dalam menyelesaikan stoikiometri adalah meningkatkan motivasi belajar, menata ulang materi, lebih intensif dalam membimbing siswa, membiasakan tidak menggunakan kalkulator, memperluas wawasan guru, mengatur waktu pembelajaran remedial.

B. Saran-saran

Berdasarkan temuan, pembahasan, kesimpulan, keterbatasan penelitian dapat dikemukakan beberapa saran.

1. Untuk menyelesaikan soal stoikiometri, siswa harus menguasai konsep prasyarat stoikiometri terlebih dahulu. Oleh karena itu guru perlu menata ulang materi kimia kelas X agar pelaksanaan pembelajaran materi konsep prasyarat tidak terlalu berjauhan dengan materi stoikiometri sehingga siswa tidak mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal stoikiometri yang diakibatkan oleh kurangnya pemahaman siswa pada materi konsep prasyarat tersebut.

2. Disarankan kepada guru kimia kelas X untuk menggunakan metode pemecahan masalah stoikiometri dalam proses pembelajaran dan membimbing siswa untuk menggunakan tahap-tahap pemecahan masalah stoikiometri secara konsisten. 3. Sewaktu memulai proses pembelajaran stoikiometri disarankan guru

menyampaikan tentang pentingnya stoikiometri sebagai konsep prasyarat untuk memahami materi selanjutnya misalnya larutan asam-basa, kesetimbangan larutan maupun elektrolisis dan lain-lain


(3)

4. Kepada guru kimia disarankan agar proses pembelajaran berlangsung guru lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat sehingga proses pembelajaran berpusat pada siswa (student centered).

5. Disarankan kepada guru kimia dan siswa untuk menggunakan harga massa molar zat dalam pengubahan massa zat menjadi mol atau sebaliknya, bukan menggunakan Ar atau Mr yang tidak memiliki satuan.

6. Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal stoikiometri maka guru perlu memberikan latihan soal yang lebih banyak dan lebih bervariasi. Soal yang dipilih atau disusun hendaknya berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan memiliki angka sederhana sehingga siswa tidak mengalami kesulitan dalam perhitungan. Selain itu pada saat mengerjakan latihan soal guru membiasakan siswa untuk tidak menggunakan kalkulator agar siswa tidak tergantung pada kalkulator dalam menyelesaikan soal hitungan.

7. Untuk memudahkan siswa dalam menyelesaikan soal stoikiometri maka guru disarankan untuk menyusun jenis soal berstruktur agar siswa memamahami alur penyelesaian soal dengan baik. Selain itu guru perlu secara konsisten menerapkan tahap-tahap pemecahan masalah agar siswa dapat mengerjakan soal secara sistematis.

8. Untuk mengidentifikasi kesulitan siswa lebih dini dalam menyelesaikan soal stoikiometri maka guru perlu meluangkan waktu untuk memeriksa latihan siswa. 9. Bila siswa memiliki nilai rendah, maka disarankan guru untuk mengidentifikasi

permasalahan siswa dan melakukan upaya yang tepat agar siswa tidak mengalami kesulitan. Upaya dapat dilakukan adalah melaksanakan pembelajaran remedial baik kelas maupun individual.


(4)

68

10. Perlu diadakan penelitian yang sejenis dengan sampel yang lebih besar, sehingga dapat terungkap kesulitan-kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal stoikiometri secara lebih akurat dan dilakukan upaya secara langsung untuk mengatasi kesulitan tersebut.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Adesoji,F.A .(2008). Students’ Ability Level and Effectiveness of Problem- Solving Instrucsional Strategy dalam J. Soc. Sci. [Online], 17 Vol 1 Hal 5-8[ 1 April 2010]

Arifin, M. et all .(2000).Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung : JurusanPendidikan Kimia FPMIPA

Arikunto, S (2009).Dasar- Dasar Evaluasi Pendidikan,Edisi Revisi,Cetakan 10. Jakarta: Bumi Aksara

Chandrasegaran,AL et all (2009).Students’ Dilemmas in Reaction Stoichiometry Problem Solving : Deducing the Limiting Reagent in Chemical Reactions

Chemistry Education Research and Practise [Online], Vol 10 Hal 14-23.

Tersedia :www.rsc.org/cerp [ 6 Maret 2010]

Chang,R. (2005) . Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti, Jilid 1, Edisi ke-3 Jakarta ; Erlangga

Jegede, C.S.A .(2007).The Effect of Problem- Solving Technique on Students’dalam Research Journal of Aplied Sciences 2 Vol 7 Hal 801-803. Tersedia : Medwell Online [ 1 April 2010]

Johari, JMC dan Rachmawati, M (2004) .Kimia SMA Jilid 1 untuk Kelas X,Jakarta : Esis

Moleong.L.J. (2007) .Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya

Okanlawon,A.E .(2010).Teaching Reaction Stoichiometry: Exploring and Acknowledging Nigerian Chemistry Teachers’ Pedagogical Content Knowledge dalam Cypriot Journal Of Educational Sciences [Online], Vol 5 Hal 107-129. Tersedia :www.world-education-center.org/index.php/cjes [ 28 Desember 2010]

Panitia Pelaksana PLPG Rayon 10.(2009).Bahan Ajar PLPG Kimia SMA/MA Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia

Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah

Rahayu, S.I (2001).Hakikat Pembelajaran Kimia di Perguruan Tinggi. Proyek Pengembangan UT, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Depdiknas

Saerab.N.K (1996).Kesulitan-kesulitan Siswa Kelas 1 SMU dalam Menguasai Konsep Mol dan Upaya Mengatasinya dengan Pengajaran Remedi, Tesis, PPS IKIP Bandung: tidak diterbitkan


(6)

Schmidt,H.-J .(1997). An Alternate Path to Stoichimetric Problem Solving dalam

Research in Science Education Vol 1 Hal 237-249. [ 28 Desember 2010]

Selvaratnam, M dan Canagaratna, S.G (2008).Using Problem-Solution Maps To Improve Students’Problem Solving Skills. Division of Chemical

Education[Online], Vol 85 Hal 381-384. Tersedia :www.JCE.DivCHED.org

[ 6 Maret 2010]

Sudargo, F. (2008). Silabus Metode Penelitian Pendidikan Berbasis IPA. Bandung : Pasca Sarjana UPI

Sudjino, A (2007). Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Remaja Rosda Karya. Bandung.

Sugiyono (2004). Metode Penelitian Administrasi . Alfabeta. Bandung. Sukardi, H.M (2009) Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa .(1991).Kamus

Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka

Toth, Z dan Sebestyen, A .(2009) Relationship between Students’ Knowledge Structure and Problem Solving Strategy in Stoichimetric Problems based on the Chemical Equation dalam Eurasian J. Phys. Chem. Educ [Online], Vol 1 Hal 8-20. [ 6 Maret 2010]

Universitas Pendidikan Indonesia. (2009). Pedoman Penulisan Karya

Ilmiah,Bandung : UPI


Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SETIAP TAHAP MODEL POLYA DARI SISWA SMK IBU PAKUSARI JURUSAN MULTIMEDIA PADA POKOK BAHASAN PROGRAM LINIER

2 26 18

Analisis Kesulitan Siswa Dalam Pemecahan Masalah Soal Cerita Matematika Pada Siswa SMP

1 5 9

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA MATERI PECAHAN DITINJAU DARI PEMECAHAN Analisis Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pada Materi Pecahan Ditinjau Dari Pemecahan Masalah Polya (Kelas VII SMP Negeri 23 Surakarta Tah

0 5 14

ANALISIS TINGKAT KESULITAN SOAL PEMECAHAN MASALAH DALAM BUKU SISWA PELAJARAN MATEMATIKA Analisis Tingkat Kesulitan Soal Pemecahan Masalah dalam Buku Siswa Pelajaran Matematika SMP Kelas IX Kurikulum 2013.

0 6 24

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA SMP Analisis Kesulitan Siswa Dalam Pemecahan Masalah Soal Cerita Matematika Pada Siswa Smp Kelas VII Di SMP N 2 Gatak Sukoharjo.

0 2 14

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH SOAL CERITA MATEMATIKA PADA SISWA SMP KELAS VII Analisis Kesulitan Siswa Dalam Pemecahan Masalah Soal Cerita Matematika Pada Siswa Smp Kelas VII Di SMP N 2 Gatak Sukoharjo.

0 2 15

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN DIMENSI PENGETAHUAN DAN PENALARAN SISWA SMA PADA MATERI POKOK STOIKIOMETRI.

0 0 40

TAHAP DEFINE DAN DESIGN PADA PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS PEMECAHAN MASALAH BERBANTUAN GEOGEBRA

0 0 11

DESKRIPSI KESULITAN BELAJAR SISWA SMA PADA MATERI STOIKIOMETRI Lusy Ela Sakti

0 0 11

PEMAHAMAN DAN KESULITAN SISWA MENGENAI TAHAP-TAHAP PENYELESAIAN MASALAH PROGRAM LINEAR DENGAN METODE GARIS SELIDIK

0 1 226