DESKRIPSI KESULITAN BELAJAR SISWA SMA PADA MATERI STOIKIOMETRI Lusy Ela Sakti

  

DESKRIPSI KESULITAN BELAJAR SISWA SMA PADA MATERI

STOIKIOMETRI

1) 2)* Lusy Ela Sakti dan Alizar Ulianas

  1,2)

  Jurusan Kimia, Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Padang, Indonesia

  Author Corespondent: alizar_chem@yahoo.co.id

  

ABSTRACT

  Stoichiometry is a material learned by high school students in class X even semester. In this material, 91.44% of students in SMAN 4 Kerinci at class X MIPA have not been able to achieve the minimum completeness criteria set. This case indicates that students experience learning difficulties. Learning difficulties are failures in achieving learning goals that are characterized by low learning outcomes. This research is a descriptive study that aims to determine the percentage of students' learning difficulties in stoichiometry material and find out the factors causing student learning difficulties internally. The subjects of this study were students of class XI MIPA 2 SMAN 4 Kerinci. The research instruments used were description tests, questionnaires and interviews. For data analysis used descriptive analysis. The results of this study, to show that students of SMAN 4 Kerinci have learning difficulties in stoichiometric material with a very high category. The highest level of student learning difficulties is found in indicator 9, which determines the amount of substances in the mixture (% mass,% volume, molality, and mole fraction) in question number 13 by 99.7% with a very high category. Learning difficulties experienced by students are caused by students not interested, unmotivated, and not talented on stoichiometry material.

  Keyword: Learning Difficulties, Stoichiometry, Description Test.

A. PENDAHULUAN

  Menurut Daryanto (2010: 2) belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku secara menyeluruh. Dalam proses pembelajaran, seorang guru akan berusaha menciptakan kondisi belajar yang membantu siswa memahami materi pelajaran yang disampaikan. Namun, kenyataannya tidak semua siswa mampu memahami materi pelajaran dengan baik. Sebagian siswa dapat mengalami kesulitan belajar sehingga hasil belajar siswa kurang maksimal. Kesulitan belajar akademik menunjuk pada adanya kegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Orang tua maupun guru bisa mengetahui kesulitan belajar akademik dimana anak gagal menunjukkan kemampuan akademiknya (Abdurrahman, 2012: 7).

  Berdasarkan hasil observasi di SMAN 4 Kerinci dapat diketahui bahwa materi stoikiometri cukup sulit di pahami siswa dibandingkan materi lainnya pada semester genap tahun ajaran 2016/2017. Sebagian besar siswa memperoleh nilai ujian di bawah KKM pada materi stoikiometri. Dari nilai rata-rata hasil ujian siswa kelas X MIPA SMAN 4 Kerinci pada materi stoikiometri tahun ajaran 2016/2017 yang belum memenuhi standar kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu sebesar 91,44% dengan KKM yang ditetapkan sebesar

  75. Fakta mengindikasikan bahwa siswa mengalami kesulitan belajar sehingga hasil belajar siswa menjadi kurang maksimal. Agar siswa bisa dibantu dengan tepat dalam meminimalisir kesulitannya, terlebih dahulu harus mengetahui bagaimana tingkat kesulitan belajar yang dialami siswa serta faktornya, setelah itu dianalisis dan dicarikan solusinya. Upaya untuk mengetahui kesulitan belajar siswa pada suatu materi pembelajaran adalah dengan cara pemberian tes berbentuk uraian.

  Untuk mengungkapkan bentuk kesulitan belajar yang dialami siswa kelas XI MIPA tahun ajaran 2018/2019 di SMAN 4 Kerinci pada materi stoikiometri digunakan tes uraian, angket dan lembar wawancara siswa. Tes uraian yang digunakan mewakili 9 indikator pembelajaran stoikiometri, sedangkan lembar angket dan wawancara siswa yang digunakan untuk mengungkap penyebab kesulitan belajar siswa dari faktor internal (minat, bakat, dan motivasi) ini mewakili 6 indikator.

B. METODE PENELITIAN

  Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dimana penelitian ini menyelidiki keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan dan lain-lain, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian (pendapat Arikunto, 2010). Penelitian ini tidak memberikan perlakuan terhadap variabel yang diteliti, tetapi mendeskripsikan dan menganalisis kondisi yang ada. Subjek penelitian ini yaitu siswa selas XI MIPA 2 SMA Negeri 4 Kerinci yang terdaftar pada tahun ajaran 2018/2019 yang telah mempelajari materi stoikiometri.

  Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes uraian, wawancara, dan angket. Agar memberikan data yang baik maka sebelum dilakukan tes terhadap sampel dilakuakan uji validitas dan reliabilitas soal tes. Dari hasil uji coba soal, maka di dapatkan bahwa 15 soal uji coba yang digunakan telah sahih dan bisa dipakai untuk alat ukur sampel penelitian untuk mengidentifikasi kesulitan belajar siswa kelas XI MIPA 2 di SMA Negeri

  4 Kerinci. Persentase kesulitan belajar siswa tiap butir soal dapat diukur dengan menggunakan perhitungan persentase untuk mengetahui seberapa besar tingkat kesulitan belajar yang dialami siswa dengan rumus menurut Sriningsih (2015:3) sebagai berikut. P= 100%

  % K = 100% - P dengan P adalah persentase siswa yang tidak mengalami kesulitan pada tiap butir soal dan %K adalah persentase kesulitan yang dialami siswa pada tiap butir soal. Interpretasi kesulitan belajar siswa berdasarkan kriteria yang dikemukakan oleh Arikunto seperti pada tabel 1.

  Tabel 1 berikut ini.

  Kriteria Persentase (%)

  Sangat tinggi

  81

  • – 100% Tinggi

  61

  • – 80% Cukup tinggi

  41

  • – 60% Rendah

  21

  • – 40% Sangat rendah
  • – 20% Angket dianalisis secara kuantitatif dengan membandingkan jumlah skor yang diperoleh responden dengan skor 100% sehingga hasilnya dinyatakan dalam bentuk persentase, dengan menggunakan rumus menurut Haryatni (2014) sebagai berikut.

  ∑ ∑ dengan P adalah persentase faktor kesulitan belajar,∑F adalah skor tanggapan responden dan ∑N adalah skor total responden. Jawaban dari setiap butir angket pemberian skor seperti yang terdapat pada Tabel 2(Sugiyono, 2013: 94)

  Tabel 2. Skor Untuk Kriteria Butir Angket

  Skor Skor Kriteria Pernyataan Kriteria Pernyataan (-) (+)

  Selalu

  4 Selalu

  1 Sering

  3 Sering

  2 Kadang-kadang

  2 Kadang-kadang

  3 Tidak Pernah

  1 Tidak Pernah

  4

  C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian Distribusi skor jawaban siswa pada tiap butir soal dapat dilihat pada Tabel 3.

  Tabel 3 berikut ini Berdasarkan data Tabel 3 dapat dilihat bahwa indikator 9 adalah yang paling sulit menurut siswa dalam menentukan banyaknya zat dalam campuran (% massa, % volume, molalitas, dan fraksi mol ) pada soal nomor 13 sebesar 99,7 % dengan kriteria sangat tinggi. Persentase penyebab kesulitan belajar siswa secara internal dapat dilihat pada tabel 4.

  Tabel 4 berikut ini Berdasarkan data Tabel 4 dapat dilihat bahwa indikator 2 adalah yang paling tinggi persentase penyebab kesulitan belajar siswa sebesar 28,5% dengan kriteria rendah. Lembar wawancara yang digunakan juga mewakili 6 indikator faktor internal untuk menggungkapkan penyebab kesulitan belajar siswa seperti yang digunakan pada lembar angket. Wawancara hanya dilakukan kepada 10 orang siswa yang mengalami kesulitan belajar. Hasil dari analisis wawancara dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.

  Tabel 5. Analisis hasil wawancara siswa 2.

   Pembahasan 1)

  Tingkat Kesulitan Belajar Siswa Berdasarkan analisis jawaban dari tes uraian, dapat diketahui bahwa siswa mengalami kesulitan belajar pada materi stoikiometri dengan kategori yang sangat tinggi.

  Urutan kesulitan belajar siswa yang paling tinggi terdapat pada indikator ke-9 (menentukan banyaknya zat dalam campuran: % massa, % volume, molalitas, dan fraksimol) pada soal nomor 13 sebesar 99,7% dengan kategori sangat tinggi. Tingkat kesulitan yang kedua terdapat pada indikator ke-7 (menentukan rumus molekul dan rumus empiris) pada soal nomor 11 sebesar 98,7% dengan kategori sangat tinggi. Tingkat kesulitan yang ketiga pada soal nomor 10 sebesar 96,5% dengan kategori sangat tinggi. Tingkat kesulitan yang keempat pada soal nomor 2c sebesar 92% dengan kategori sangat tinggi. Tingkat kesulitan yang kelima terdapat pada soal nomor 14 sebesar 87,5% dengan kategori sangat tinggi. Tingkat kesulitan yang keenam terdapat pada soal nomor 15 sebesar 80,8% dengan kategori tinggi. Tingkat kesulitan yang ketujuh terdapat pada soal nomor 12 sebesar 80% dengan kategori tinggi. Tingkat kesulitan yang kedelapan terdapat pada soal nomor 2d sebesar 72% dengan kategori tinggi. Tingkat kesulitan yang kesembilan terdapat pada soal nomor 9 sebesar 67,4% dengan kategori tinggi. Tingkat kesulitan kesepuluh terdapat pada soal nomor 7 sebesar 64,9% dengan kategori tinggi. Tingkat kesulitan kesebelas terdapat pada soal nomor 8 sebesar 64,5% dengan kategori tinggi. Tingkat kesulitan kedua belas terdapat pada soal nomor 2a dan 6 sebesar 60% dengan kategori cukup tinggi. Tingkat kesulitan ke-13 terdapat pada soal nomor 5 sebesar 56% dengan kategori cukup tinggi. Tingkat kesulitan ke-14 terdapat pada soal nomor 4 sebesar 49,4% dengan kategori cukup tinggi. Tingkat kesulitan ke-15 terdapat pada soal nomor 1 sebesar 36% dengan kategori rendah. Tingkat kesulitan ke-16 terdapat pada soal nomor 3 sebesar 26,9% dengan kategori rendah. Tingkat kesulitan yang paling rendah terdapat pada soal nomor 2b sebesar 0% dengan kategori sangat rendah.

  Pada indikator 1 yaitu, menjelaskan pengertian massa atom relatif (Ar) dan massa molekul relatif (Mr) berdasarkan data hasil penelitian diwakili oleh soal nomor 1. Sebagian besar siswa dapat menjawab soal ini dengan benar. Hal ini dapat dilihat dari tingkat kesulitan yang dialami siswa pada kategori rendah, hal ini disebabkan oleh kemampuan mengingat pengertian massa atom relatif (Ar) dan massa nolekul relatif (Mr) yang rendah, sehingga siswa tidak dapat menjelaskan makna dari massa atom relatif (Ar) dan massa molekul relatif (Mr) itu sendiri.

  Pada indikator 2 yaitu, menentukan massa molekul relatif (Mr) dengan mengetahui massa atom relatif (Ar), data hasil penelitian diwakili oleh soal nomor 3. Pada soal nomor ini kesulitan yang dialami siswa berada pada kategori rendah. Sebagian besar siswa dapat menjawab soal ini dengan benar. Berdasarkan data hasil tes uraian siswa, diketahui bahwa siswa yang tidak bisa menjawabnya disebabkan oleh ketidak mampuan siswa dalam menyederhanakan suatu senyawa dan menghitung indeks yang menunjukkan jumlah unsur, sehingga kesalahan yang dialami siswa adalah menghitung jumlah massa molekul relatif suatu senyawa.

  Pada indikator 4 yaitu, menghitung massa suatu zat diwakili oleh soal nomor 4 dan 5. Pada soal ini bentuk kesulitan yang dialami siswa dalam mengerjakan soal ini berada pada kategori cukup tinggi. Berdasarkan data hasil tes uraian, siswa mengalami kesulitan dalam menggunakan rumus menghitung massa zat yang diketahui molnya. Sejumlah siswa tidak dapat membalikkan rumus menghitung mol jika tidak dikatahui massa zat tersebut. Hal ini menyebabkan siswa keliru dalam menggunakan rumus yang tepat dalam menghitung massa suatu zat.

  Pada indikator 5 yaitu, menghitung volume suatu gas diwakili oleh soal nomor 6 dan 7. Pada soal nomor 6 dan 7 ini persentase kesulitan yang dialami siswa dalam mengerjakan soal ini berada pada kategori cukup tinggi dan tinggi. Berdasarkan data hasil tes uraian, pada soal nomor 6 kesulitan yang dialami siswa adalah dalam mengingat nilai dari volume molar. Kesulitan siswa disebabkan karena siswa tidak mengetahui bahwa 1 mol gas mengandung volume gas sebanyak 22,4 liter/mol. Pada soal nomor 7 kesulitan yang dialami oleh siswa yaitu dalam memahami maksud soal menghitung volume gas pada keadaan standar dan volume gas pada keadaaan tertentu yaitu volume gas pada saat suhu 30 C dan tekanan 2 atm. Kesulitan ini disebabkan oleh ketidakmampuan siswa dalam mengingat rumus dalam materi stoikiometri, sehingga menyebabkan siswa tidak mampu membedakan rumus yang digunakan untuk menghitung volume suatu gas. Untuk

  o

  mengetahui volume gas pada keadaan standar (STP), yaitu keadaan dengan suhu 0 C dan tekanan 1 atm, dinyatakan bahwa 1 mol gas mengandung volume gas sebanyak 22,4 liter/mol. Berarti, pada keadaan STP harga volume molar = 22,4 liter/mol, dirumuskan dengan:

  V = n (mol) x volume molar (Vm)

  o

  Untuk mengetahui volume gas pada saat suhu 30 C dan tekanan 2 atm, persamaan yang dipakai yaitu: PV = nRT

  Persamaan ini disebut juga persamaan keadaan untuk gas ideal karena berdengan variabel-variabel (P, V, n, T) yang memberikan sifat-sifat dari gas. Apabila harga dari tiga variabel diketahui maka variabel keempat hanya mempunyai satu harga (Brady, 2010: 504).

  Pada indikator 6 yaitu, menghitung jumlah partikel dalam suatu zat diwakili oleh soal nomor 8 dan 9. Pada soal nomor 8 dan 9 ini tingkat kesulitan yang dialami oleh siswa dalam menyelesaikan soal ini berada pada kategori tinggi. Berdasarkan data hasil tes uraian, pada soal nomor 8 sejumlah siswa hanya mampu menghitung jumlah mol saja dan tidak mampu menghubungkan mol dengan jumlah partikel suatu senyawa. Pada soal nomor 9 kesulitan juga dialami oleh siswa dalam memahami hubungan mol dengan jumlah partikel. Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan siswa dalam mengingat bilangan Avogadro, sehingga menyebabkan jawaban siswa menjadi salah meskipun perhitungan dalam menentukan jumah molnya benar. Satu mol zat mengandung

  23

  23

  6,02x10 partikel, satu mol senyawa mengandung 6,02x10 molekul, dan satu mol unsur

  23

  23

  mengandung 6,02x10 atom. Bilangan 6,02x10 disebut tetapan atau bilangan Avogadro. Hubungan mol dengan jumlah partikel dirumuskan dengan: Jumlah Partikel = mol x bilangan Avogadro.

  Pada indikator 7 yaitu, menentukan rumus molekul dan rumus empiris diwakili oleh soal nomor 10 dan 11. Pada soal nomor 10 dan 11 ini bentuk kesulitan yang dialami oleh siswa dalam menyelesaikan soal ini berada pada kategori sangat tinggi. Berdasarkan data hasil tes uraian, pada soal nomor 10 sejumlah siswa tidak mengetahui apa itu rumus molekul. Kesulitan siswa disini disebabkan karena ketidakmampuan siswa dalam mengingat rumus molekul itu sendiri. Pada soal nomor 11 siswa mengalami kesulitan dalam mengubah jumlah unsur Belerang dan Oksigen dalam gram menjadi jumlah mol. Hal ini disebabkan karena siswa tidak mengetahui bahwa rumus paling sederhana merupakan maksud dari rumus empiris sehingga siswa tidak memahami maksud dari soal ini. Untuk dapat menentukan rumus empiris senyawa, perlu mengetahui perbandingan atom dalam suatu senyawa. Perbandingan atom sama dengan perbandingan mol. Sehingga dalam menentukan rumus empiris, diukur perbandingan molnya.

  Pada indikator 8 yaitu, menentukan kadar zat dalam campuran diwakili oleh soal nomor 12. Pada soal nomor 12 ini bentuk kesulitan yang dialami oleh siswa dalam mengerjakan soal ini berada pada kategori tinggi. Berdasarkan data hasil tes uraian, sejumlah siswa mengalami kesulitan dalam mengingat rumus yang digunakan dalam menentukan kadar fruktosa. Sebagian siswa hanya menulis apa yang diketahui dalam soal yaitu massa fruktosa = 7,2 gram, Mr fruktosa = 180, dan volume larutan = 500 ml, kemudian siswa tidak mampu mengaplikasikan kedalam rumus. Hal ini disebabkan karena ketidakmampuan siswa dalam mengingat rumus untuk menentukan kadar fruktosa.

  Pada indikator 9 yaitu, menentukan kadar zat dalam campuran (% massa, molalitas, dan fraksi mol) diwakili oleh soal nomor 13,14, dan 15. Pada soal nomor 13, 14 dan 15 ini tingkat kesulitan yang dialami oleh siswa dalam menyelesaikan soal ini berada pada kategori sangat tinggi, sangat tinggi, dan tinggi. Berdasarkan data hasil tes uraian, pada soal nomor 13 siswa tidak memahami bahwa dalam senyawa H O terdapat 2

  2

  mol atom hidrogen dan 1 mol atom oksigen. Selain itu, sebagian siswa tidak mengetahui rumus untuk menentukan komposisi suatu unsur dalam suatu senyawa. Pada soal nomor 14, ada beberapa siswa mengalami kesulitan dalam menentukan molalitas larutan urea. Pada soal nomor 15 sebagian siswa mengalami kesulitan dalam menentukan fraksi mol larutan. Kesulitan siswa disebabkan oleh siswa tidak mengetahui rumus untuk menentukan molalitas dan fraksi mol, sehingga siswa keliru dalam menggunakan rumus yang tepat untuk menentukan molalitas urea dan fraksi mol larutan.

2) Penyebab Kesulitan Belajar yang dialami Siswa dari Segi Faktor Internal.

  Berdasarkan analisis data angket, dapat diketahui urutan indikator penyebab kesulitan belajar siswa yaitu perhatian terhadap pembelajaran stoikiometri sebesar 19 %, ketertarikan pada pembelajaran stoikiometri sebesar 23,25 %, kemampuan menyelesaikan soal sebesar 25 %, usaha untuk belajar stoikiometri sebesar 25,25 %, pemahaman terhadap stoikiometri sebesar 25,5 %, dan sikap terhadap pembelajaran stoikiometri sebesar 28, 5 %.

  a.

  Ketertarikan pada pembelajaran stoikiometri Ketertarikan pada pembelajaran merupakan salah satu penyebab dari kesulitan belajar yang dialami oleh siswa. Hal ini dikarenakan siswa merasa malas dalam mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan stoikiometri. Berdasarkan wawancara ini dikarenakan siswa tidak paham dengan materi stoikiometri, siswa tidak bisa menerapkan rumus dalam penyelesaian soal-soal yang berhubungan dengan perhitungan, selain itu, siswa juga merasa bosan pada saat pembelajaran berlangsung karena siswa jenuh dengan perhitungan yang terlalu banyak menggunakan rumus, sehingga siswa tidak tertarik atau tidak berminat untuk memahami materi stoikiometri sehingga menyebabkan nilai hasil belajarnya rendah. Hal ini sesuai dengan penelitian Zarisma (2015: 60), bahwa semakin besar minat belajar siswa maka semakin tinggi prestasi yang dihasilkan, begitupun sebaliknya semakin kurang minat belajar siswa semakin rendah pula prestasi yang dihasilkan.

  b.

  Sikap terhadap pembelajaran stoikiometri Sikap terhadap pembelajaran merupakan salah satu penyebab dari kesulitan belajar yang dialami siswa. Hal ini di karenakan ketika belajar di sekolah ada sejumlah siswa kurang baik dalam menyikapi proses pembelajaran. Berdasarkan wawancara ada beberapa siswa tidak memperhatikan guru menerangkan pelajaran, siswa lebih sering bercerita dengan teman, memainkan HP, dan terkadang siswa tertidur di dalam kelas saat pembelajaran berlangsung. Selain itu, terkadang siswa juga lebih memilih untuk tidak masuk kelas waktu pembelajaran berlangsung. Hal ini menunjukkan siswa tidak memusatkan pikiran atau tidak berkonsentrasi terhadap pelajaran sehingga membuat siswa kesulitan dalam memahami materi pelajaran dan menyebabkan nilai hasil belajarnya rendah. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Aviani (2015: 33) bahwa jika konsentrasi siswa rendah dalam belajar, maka aktivitas yang dihasilkan juga rendah sehingga dapat menimbulkan ketidakseriusan dalam belajar dan tingkat pemahamannya terhadap materipun juga rendah.

  c.

  Perhatian terhadap pembelajaran stoikiometri Perhatian terhadap pembelajaran merupakan salah satu penyebab kesulitan belajar siswa. Berdasarkan wawancara yang dilakuakan, ada beberapa siswa tidak perhatian terhadap materi stoikiometri, jika terdapat kesulitan siswa lebih memilih berdiam saja, siswa tidak bertanya kepada guru, terkadang siswa hanya bertanya kepada teman yang lebih paham. Hal ini dikarenakan siswa tidak termotivasi untuk memahami materi yang tidak dimengerti sehingga menyebabkan nilai hasil belajarnya rendah. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Hamdu (2011: 85) dalam penelitiannya menghasilkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi terhadap prestasi belajar siswa. Semakin baik motivasi belajar siswa, maka prestasi yang dicapainya akan baik pula. Sebaliknya, semakin rendah motivasi belajar siswa, maka prestasi yang dicapainya akan rendah pula.

  d.

  Usaha untuk belajar stoikiometri Usaha untuk belajar merupakan salah satu penyebab kesulitan belajar siswa. Berdasarkan wawancara yang dilakukan hal ini disebabkan ada sejumlah siswa yang tidak berusaha untuk belajar materi stoikiometri seperti mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Siswa lebih sering mengerjakan tugas dengan menyalin jawaban tugas dari teman. Hanya terkadang siswa mengerjakan tugas dengan kemampuan sendiri. Jika siswa menemui soal yang rumit, siswa lebih memilih diam saja tanpa bertanya kepada guru, dan hanya kadang-kadang siswa mengerjakannya dengan cara bertanya kepada teman. Selain itu, siswa lebih sering mengerjakan tugas saat di sekolah tanpa mengulang kembali materi pelajaran dirumah sehingga siswa mengalami kesulitan dalam belajar yang menyebabkan nilai hasil belajarnya rendah.

  Apabila dikaitkan dengan indikator pembelajaran, pada indikator 2, 4, 5, 6,7, 8, dan 9 itu menggunakan banyak rumus untuk menyelesaikan soal perhitungan. Untuk menjawab soal yang berhubungan dengan operasi hitung siswa diharuskan mengulang kembali materi pelajaran dirumah dengan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru untuk mencapai prestasi belajar yang baik.

  Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto (2010: 82) yang menyatakan bahwa mengerjakan tugas dapat mempengaruhi hasil belajar. Siswa perlu mengerjkan tugas untuk memperoleh hasil belajar yang baik. Tugas itu mencakup pekerjaan rumah (PR), menjawab soal latihan buatan sendiri, soal dalam buku pegangan, tes/ulangan harian, ulangan umum dan ujian. Pernyataan tersebut mengartikan bahwa latihan atau mengerjakan tugas berarti siswa mengulang-ulang materi yang dipelajari sehingga materi pelajaran tersebut menjadi mudah diingat.

  e.

  Pemahaman terhadap stoikiometri Pemahaman merupakan salah satu penyebab kesulitan belajar siswa. Kesulitan ini disebabkan karena ketika belajar di sekolah ada beberapa siswa lebih lambat dalam memahami materi stoikimetri ini jika dibandingkan dengan materi kimia lainnya. Berdasarkan wawancara, siswa beranggapan bahwa materi stoikiometri meerupakan materi yang rumit dibandingkan dengan materi kimia lainnya karena terlalu banyak menggunakan rumus dalam soal yang berhubungan dengan operasi matematika, sehingga siswa cenderung tidak paham dengan materi stoikiometri. Hal ini menyebabkan siswa mengalami kesulitan dan menyebabkan nilai hasil belajarnya rendah.

  f.

  Kemampuan menyelesaikan soal stoikiometri Kemampuan menyelesaikan soal juga merupakan salah satu penyebab kesulitan belajar siswa. Berdasarkan wawancara yang dilakukan, kesulitan ini disebabkan karena ketika menyelesaikan soal yang berkaitan dengan stoikiomteri ada beberapa siswa lebih lambat dalam menyelesaikannya jika dibandingkan dengan soal-soal materi kimia lainnya. Hal ini dikarenakan siswa lebih lambat memahami rumus dibandingkan materi lain yang berupa hafalan saja, Sehinngga kemampuan siswa juga menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam belajar yang pada akhirnya berpengaruh kepada nilai hasil belajarnya menjadi rendah.

  Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap soal tes uraian dan angket, diperoleh hasil yang saling berhubungan. Siswa mengalami kesulitan belajar pada materi stoikiometri berada pada kategori sangat tinggi. Kesulitan belajar ini juga dipengaruhi oleh faktor internal minat, motivasi, dan bakat. Apabila siswa memiliki minat, motivasi dan bakat dalam belajar, maka prestasi belajar siswa akan baik. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Rahayu (2013 :16) bahwa minat dan motivasi belajar berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi di kelas X program keahlian akuntansi SMK Ketintang Surabaya.

D. KESIMPULAN

  Kesulitan belajar siswa pada materi stoikiometri dikelas XI MIPA 2 SMAN 4 Kerinci berada pada kategori sangat tinggi. Tingkat kesulitan belajar siswa paling tinggi terdapat pada indikator 9 yaitu menentukan banyaknya zat dalam campuran (% massa, % volume, molalitas, dan fraksimol). Faktor penyebab kesulitan belajar yang dialami siswa pada materi stoikiometri di kelas XI MIPA 2 SMAN 4 Kerinci disebabkan karena siswa tidak berminat, tidak termotivasi, dan tidak berbakat.

DAFTAR PUSTAKA

  Abdurrahman, Mulyono. 2012. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Jabar. 2010. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi aksara. Aviani, Ria. 2015. “Pengaruh Tingkat Konsentrasi Belajar Siswa Terhadap Daya

  Pemahaman M ateri Pada Pembelajaran Kimia di SMA Negeri 2 Batang”. Jurnal

  Pendidikan Sains (JPS). Vol. 3. Hal 33

  Brady, James E. 2010. Kimia Universitas Asas dan Struktur Jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara. Daryanto. 2010. Belajar dan Mengajar. Bandung: Y rama Widya. H amdu, Ghullam. 2011. “Pengaruh Motivasi Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar IPA

  Di Sekolah Dasar”. Jurnal Penenlitian Pendidikan. Vol.12.Hal 85 Haryatni, Anggina Pratiwi. 2014. Identifikasi Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Pada Siswa SMP Negeri 5 Kota Jambi . Skripsi. Universitas Jambi.

  Ristiyani, Erika. 2016. Analisis Kesulitan Belajar Kimia Siswa Di SMAN X Kota Tanggerang Selatan . Jurnal Penelitian dan Pembelajaran IPA vol 2 no 1. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sriningsih, dkk. 2015. “Analisis Kesalahan Konsep Mahasiswa Pokok Bahasan Reaksi

  Reduksi Oksidasi”. Jurnal Penelitian. Hal 3 Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan, Kuantitatif, Kualitatif, dan

  R&D . Bandung: CV. Alfabeta

  Zarisma, Umi. 2015. Identifikasi Kesulitan Belajar Siswa Pada Materi Dunia Tumbuhan

Kelas X SMA Negeri 1 Sambas . Skripsi. Universitas Muhammadiyah Pontianak.

  Pontianak.