PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN HUBUNGAN INTERPERSONAL PESERTA DIDIK : Studi Pra Eksperimen Terhadap Peserta didik Kelas XI SMA Negeri 11 Bandung Ajaran 2013/2014.

(1)

No. Daftar : 165/S/PPB/2013

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL UNTUK

MENGEMBANGKAN HUBUNGAN

INTERPERSONAL PESERTA DIDIK

(Studi Pra Eksperimen Terhadap Peserta didik Kelas XI SMA Negeri 11 Bandung Ajaran 2013/2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Oleh

Vivit Puspita Dewi 0901246

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL UNTUK

MENGEMBANGKAN HUBUNGAN

INTERPERSONAL PESERTA DIDIK

Oleh

Vivit Puspita Dewi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Asaretkha Adjane 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

VIVIT PUSPITA DEWI NIM.0901246

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL UNTUK

MENGEMBANGKAN HUBUNGAN INTERPERSONAL

PESERTA DIDIK

(Studi Pra Eksperimen Terhadap Peserta didik Kelas XI SMA Negeri 11 Bandung Ajaran 2013/2014)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Dr. Nandang Rusmana., M.Pd NIP.19600501 198603 1 004

Pembimbing II

Dr. Yusi Riksa Yustiana, M.Pd NIP. 19661115 199102 2 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Nandang Rusmana M.Pd NIP.19600501 198603 1 004


(4)

Vivit Puspita Dewi (2013). Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Hubungan Interpersonal Peserta didik.

(Studi Pra Eksperimen Terhadap Peserta didik Kelas XI SMA Negeri 11 Bandung Ajaran 2013/2014)

Penelitian bertujuan menghasilkan program bimbingan pribadi sosial yang efektif untuk mengembangkan hubungan interpersonal peserta didik. Masalah utama penelitian adalah “Apakah program bimbingan pribadi sosial efektif untuk mengembangkan hubungan interpersonal peserta didik SMA Negeri 11 Bandung Kelas XI Tahun Ajaran 2013/2014?” Metode penelitian yang digunakan yaitu pra-eksperimen dengan One Group Pretest-Posttest Design. Sampel penelitian sebanyak 20 peserta didik berdasarkan standar kelompok ideal dengan jumlah anggota pada setiap kelompok 5 anggota. Program bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan hubungan interpersonal peserta didik yang diujikan dalam penelitian memiliki daya pengaruh yang cukup baik, yaitu menghasilkan peningkatan yang signifikan perubahan skor rata-rata kemampuan hubungan interpersonal pada saat pretest sebesar 211.60 mengalami peningkatan menjadi 227,25 pada saat posttest. Rekomendasi penelitian ditunjukan kepada (1) guru pembimbing, program bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan hubungan interpersonal peserta didik dapat menjadi rujukan dalam upaya membantu peserta didik dalam mengembangkan hubungan interpersonal dan (2) peneliti selanjutnya, dapat menggunakan pengungkap hubungan interpersonal dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan interpersonal.

Kata Kunci: Hubungan Interpersonal, Peserta didik SMA, Program Bimbingan


(5)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GRAFIK ... x

DAFTAR BAGAN ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah dan Rumusan masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 9

BAB II PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL DAN HUBUNGAN INTERPERSONAL ... 11

A. Konsep Dasar Hubungan Interpersonal ... 11

1. Pengertian Hubungan Interpersonal ... 11

2. Teori Hubungan Interpersonal ... 12

3. Tahap-tahap Hubungan Interpersonal ... 14

4. Aspek-Aspek Hubungan Interpersonal ... 15

5. Jenis Hubungan Interpersonal ... 19

6. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Hubungan Interpersonal ... 21

B. Konsep Dasar Bimbingan Pribadi Sosial ... 23

1. Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling ... 23

2. Program Bimbingan Pribadi Sosial ... 29

3. Program Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Hubungan Interpersonal ... 34

C. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 38

D. Kerangka Penelitian... 40

BAB III METODE PENELITIAN ... 41

A. Lokasi, Subjek Penelitian, dan Sampel Penelitian ... 41

1. Lokasi Penelitian ... 41

2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 41

B. Pendekatan, Metode, dan Desai Penelitian ... 42

C. Definisi Operasional Variabel ... 44

1. Program Bimbingan Pribadi Sosial ... 44


(6)

D. Proses Pengembangan Instrumen ... 45

E. Pengembangan Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Hubungan Interpersonal Peserta didik 48 F. Uji Coba Alat Ukur ... 52

1. Uji Kelayakan Instrumen ... 52

2. Uji Keterbacaan ... 52

3. Uji Validitas dan Reabilitas ... 53

G. Teknik Pengumpulan Data ... 57

H. Prosedur Pengolahan Data ... 57

1. Verifikasi Data... 58

2. Analisis Data Pretest... 58

3. Pengolahan Data untuk Pengembangan Program... 59

4. Analisis Data Posttest ... 62

I. Prosedur Penelitian ... 64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 67

A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 67

1. Gambaran Kemampuan Hubungan Interpersonal Sebelum dan Sesudah Memperoleh Intervensi ... 67

a. Gambaran Aspek-aspek Kemampuan Hubungan Interpersonal Sebelum Memperoleh Intervensi ... 68

b. Gambaran Efektivitas Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Hubungan Interpersonal Peserta Didik Setelah Memperoleh Intervensi ... 72

c. Efektifitas Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Hubungan Interpersonal... 79

1. Uji Efektivitas Program Bimbingan Pribadi Sosial 79 2. Data Hasil Observasi ... 81

3. Data Hasil Jurnal Kegiatan Harian ... 82

4. Deskripsi Pelaksanaan Kegiatan... 84

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 96

1. Pembahasan Gambaran Kemampuan Hubungan Interpersonal Sebelum dan Sesudah Memperoleh Intervensi ... 96

a. Pembahasan Gambaran Kemampuan Hubungan Interpersonal Sebelum Memperoleh Intervensi ... 96

b. Pembahasan Gambaran Aspek-aspek Kemampuan Hubungan Interpersonal Sebelum Memperoleh Intervensi ... 97

c. Pembahasan Gambaran Efektivitas Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Hubungan Interpersonal Peserta Didik Setelah Memperoleh Intervensi ... 103

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 108


(7)

B. Rekomendasi ... 109 DAFTAR PUSTAKA ... 110 LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 114 RIWAYAT HIDUP


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Anggota Polpulasi dan Sampel Penelitian ... 41

Tabel 3.2 Desain Penelitian ... 43

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Pengungkap Hubungan Interpersonal Peserta Didik (Sebelum Uji Coba) ... 46

Tabel 3.4 Hasil Penimbangan Angket Pengungkap Hubungan Interpersonal ... 52

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Item Hubungan Interpersonal Peserta Didik ... 54

Tabel 3.6 Tingkat Reliabilitas Instrumen Hubungan Interpersonal Peserta Didik ... 55

Tabel 3.7 Kisi-kisi Instrumen Hubungan Interpersonal Peserta Didik (Setelah Uji Coba) ... 55

Tabel 3.8 Teknik Pengumpulan Data ... 57

Tabel 3.9 Konversi skor mentah menjadi skor matang dengan batas aktual ... 59

Tabel 3.10 Interpretasi Skor Kategori Hubungan Interpersonal ... 60

Tabel 3.11 Hasil Uji Normalitas ... 62

Tabel 3.10 Hasil Uji Homogenitas ... 63

Tabel 4.1 Perubahan Skor Tingkat Kemampuan Hubungan Interpersonal Peserta Didik Sebelum dan Sesudah Memperoleh Intervensi ... 72

Tabel 4.2 Perubahan Nilai Rata-rata Pretest dan Posttest Skor Kemampuan Hubungan Interpersonal Peserta Didik ... 73

Tabel 4.3 Perubahan Nilai Rata-rata Pretest dan Posttest Skor Kemampuan Hubungan Interpersonal Peserta Didik Berdasarkan Aspek Komunikasi yang Berkualitas ... 73

Tabel 4.4 Perubahan Nilai Rata-rata Pretest dan Posttest Skor Kemampuan Hubungan Interpersonal Peserta Didik Berdasarkan Aspek Partisipasi ... 74


(9)

Tabel 4.5 Gambaran Hasil Skor Uji Efektivitas pada Aspek-aspek

Hubungan Interpersonal Peserta Didik ... 80 Tabel 4.6 Hasil Observasi ... 81 Tabel 4.7 Hasil Jurnal Kegiatan Harian ... 82


(10)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Perbedaan Kemampuan Hubungan Interpersonal Peserta Didik pada Aspek Keterbukaan Setelah Memperoleh

Intervensi ... 75

Grafik 4.2 Perbedaan Kemampuan Hubungan Interpersonal Peserta

Didik pada Aspek Empati Setelah Memperoleh

Intervensi ... 75

Grafik 4.3 Perbedaan Kemampuan Hubungan Interpersonal Peserta

Didik pada Aspek Sikap Mendukung Setelah

Memperoleh Intervensi ... 76

Grafik 4.4 Perbedaan Kemampuan Hubungan Interpersonal Peserta

Didik pada Aspek Sikap Positif Setelah Memperoleh

Intervensi ... 77

Grafik 4.5 Perbedaan Kemampuan Hubungan Interpersonal Peserta

Didik pada Aspek Kesetaraan Setelah Memperoleh

Intervensi raan ... 77

Grafik 4.6 Perbedaan Kemampuan Hubungan Interpersonal Peserta

Didik pada Aspek Keterlibatan Mental atau Pikiran

Setelah Memperoleh Intervensi ... 78

Grafik 4.7 Perbedaan Kemampuan Hubungan Interpersonal Peserta

Didik pada Aspek Keterlibatan Emosil atau Perasaan


(11)

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Pemikiran ... 40

Bagan 3.1 Pengembangan Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Administrasi Penelitian ... 115

Lampiran 2 Kesimpulan Hasil Judgment Instrumen... 118

Lampiran 3 Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 127

Lampiran 4 Instrumen Penelitian ... 136

Lampiran 5 Pengolahan Data Gambaran Umum ... 145

Lampiran 6 Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Hubungan Interpersonal Peserta Didik ... 162

Lampiran 7 Format Validasi Program ... 237

Lampiran 8 Pengolahan Data Post-Test ... 242

Lampiran 9 Contoh Isian Jurnal Kegiatan Harian ... 248

Lampiran 10 Daftar Hadir Peserta Didik Selama Intervensi ... 300

Lampiran 11 Kartu Bimbingan ... 302


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Hubungan interpersonal sangat penting untuk perkembangan perasaan kenyamanan seseorang dalam berbagai lingkup sosial. Hubungan Interpersonal membantu dalam pertumbuhan dan perkembangan kognitif dan sosial, membangun identitas personal yang koheren dan positif, serta keyakinan akan hubungan interpersonal dengan realitas sosial. Peserta didik yang tidak memiliki hubungan interpersonal yang baik akan mengalami hambatan dalam proses interaksi, cenderung merasa terasing atau terkucilkan dalam lingkungannya Wijayanti (2012: 10).

Hasil studi yang dilakukan Lason, Csikszantmihalyi, dan Graef (Wisnuwardhani dan Mashoedi, 2012: 1) yang menemukan 70% dari 179 remaja dan orang dewasa melakukan aktivitas bersama orang lain setidaknya dua kali dalam sehari, menunjukan hubungan interpersonal merupakan aspek yang signifikan dan sangat penting bagi kehidupan.

Pearson (Wisnuwardhani dan Mashoedi, 2012: 2) mengemukakan hubungan interpersonal adalah hubungan yang terdiri dari dua orang atau lebih yang saling tergantung satu sama lain dan menggunakan pola interaksi yang konsisten. Hubungan Interpersonal akan memberikan pengaruh terhadap satu dengan yang lainnya atau dapat dikatakan juga sebagai hubungan yang bersifat timbal balik.

Hubungan interpersonal memiliki aspek-aspek yang mempengaruhi menurut Davis dan Yoder (www. egidiustae.wordpress.com, Kusjarwati, 2001) hubungan interpersonal dipengaruhi oleh kemampuan melakukan komunikasi yang berkualitas dan partisipasi. Hubungan interpersonal memerlukan komunikasi yang berkualitas dan partisipasi peserta didik terhadap kegiatan dalam kehidupan akan menumbuhkan hubungan interpersonal yang lebih dekat.

Devito (2011: 286-290) menyatakan komunikasi yang berkualitas ditandai dengan adanya yaitu: a) keterbukaan (openness), b) empati (empathy), c) sikap mendukung (supportiveness), d) sikap positif (positiveness), e) kesetaraan


(14)

(equality). Komunikasi merupakan hal yang paling penting dalam hubungan interpersonal.

Pada aspek partisipasi menurut Davis (1962: 15) adalah keterlibatan mental dan emosi seseorang untuk pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya. Pada dasarnya partisipasi sebagai keterlibatan mental atau pikiran dan emosi atau perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan.

Peserta didik di SMA berada pada tahap perkembangan remaja. Hubungan interpersonal merupakan unsur yang sangat penting bagi perkembangan psikologis remaja yang sehat. Johnson (Supratiknya, 1995: 21) mengemukakan beberapa manfaat hubungan interpersonal bagi peserta didik yaitu: (1) membantu perkembangan intelektual dan sosial peserta didik, (2) identitas atau jati diri remaja terbentuk lewat komunikasi dengan peserta didik lain, (3) dalam rangka memahami realitas di sekelilingnya, peserta didik melakukan perbandingan sosial untuk memperoleh pemahaman mengenai dunia di sekelilingnya, (4) kesehatan mental peserta didik sebagian ditentukan oleh kualitas komunikasi atau hubungan interpersonal yang terjalin antara peserta didik terutama dengan peserta didik-peserta didik terdekatnya (significant others).

Menurut Tedjasaputra (2004: 34) peserta didik yang memiliki kesulitan melakukan hubungan interpersonal akan mengalami persoalan yaitu sulit menyesuaikan diri, mudah marah, cenderung memaksakan kehendak, egois, dan ingin menang sendiri sehingga mudah terlibat perselisihan. Pesoalan-persoalan yang dialami peserta didik dalam ketidakmampuan melakukan hubungan interpersonal cenderung akan menghambat pembentukan kepribadian dan aktualisasi diri dalam kehidupan, terutama dalam meraih prestasi di sekolah dan dikhawatirkan dapat menimbulkan persoalan lain yang lebih kompleks bagi peserta didik.

Peserta didik memiliki kebutuhan untuk terikat yang bertahan sepanjang waktu dan umum dilakukan seperti berkenalan dan kemudian berteman. Dengan menjalin hubungan dengan orang lain, peserta didik mencoba untuk mengenali dan memahami kebutuhan satu dengan kebutuhan satu sama lain, membentuk


(15)

3

interaksi yang lebih akrab kepada orang lain, dan berusaha mempertahankan interaksi agar lebih terasa nyaman (Wisnuwardhani dan Mashoedi, 2012: 1-2). Peserta didik yang tidak hanya melakukan interaksi kepada orang yang terdekatnya saja tetapi dapat melakukannya dengan siapa saja, maka dapat dikatakan peserta didik tersebut tidak hanya dapat melakukan hubungan interpersonal tetapi dapat mengembangkan hubungan interpersonalnya

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di SMA Negeri 11 Bandung yang dilakukan pada tanggal 28 Januari 2013 sampai 02 Febuari 2013 melalui wawancara dengan guru BK dan pengamatan langsung terdapat fenomena yang menunjukkan kurang kemampuan hubungan Interpersonal yang dimiliki peserta didik dapat dilihat dari perilaku peserta didik kelas XI Tahun Ajaran 2013/2014 yaitu kemampuan melakukan komunikasi yang berkualitas dengan aspek keterbukaan terlihat perilaku yang menunjukkan ada peserta didik yang hanya mau bergaul dengan teman terdekat saja, pada aspek empati menunjukkan peserta didik bersikap tidak peduli ketika melihat temannya menangis bila tidak terlalu akrab dengan diri peserta didik, dan peserta didik cenderung mengejek teman yang memperoleh nilai jelek, pada aspek sikap mendukung, peserta didik cenderung tidak mendengarkan temannya yang sedang berbicara di depan kelas, pada aspek sikap positif dapat dilihat dan peserta didik masih kurang bisa menghargai orang lain, dan pada aspek kesetaraan, terlihat masih ada peserta didik yang hanya mau berteman dengan orang tertentu saja. Pada kemampuan dalam partisipasi terlihat peserta didik masih ada yang enggan mengikuti kegiatan dalam kelompok.

Studi pendahuluan juga dilakukan dengan menyebarkan instrument hubungan interpersonal kepada peserta didik hasil yang diperoleh terlihat hubungan interpersonal peserta didik kelas XI SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 dari jumlah sampel 329 peserta didik didapatkan 51 peserta didik (15.5%) pada kategori tinggi berarti peserta didik sudah mampu melakukan hubungan interpersonal dengan baik, peserta didik yang memiliki hubungan interpersonal yang tinggi menunjukan keterbukaan dalam hubungan interpersonal dengan siapa saja, menunjukkan sikap empati bukan hanya orang yang


(16)

dikenalnya, peserta didik juga tidak ragu untuk menunjukan sikap mendukung terhadap temannya, peserta didik sudah menunjukan sikap yang positif dalam berhubungan dengan orang lain, dan peserta didik sudah menerapkan kesetaraan dalam berhubungan dengan orang lain. Selain itu peserta didik dapat melakukan kerja sama dengan baik dalam melakukan partisipasi keterlibatan mental maupun keterlibatan emosinya. Sebanyak 231 peserta didik (70.2%) berada pada kategori sedang yang artinya peserta didik sudah mampu melakukan hubungan interpersonal menunjukan keterbukaan tetapi hanya sebatas kepada orang terdekat, menunjukan sikap empati kepada teman tetapi masih sebatas berempati kepada teman yang dikenalnya. Peserta didik sudah menunjukan dukungan kepada orang lain tetapi masih belum mendalam hanya sebatas memberikan dukungan yang sama dilakukan orang lain pada umumnya, peserta didik sudah menunjukan sikap yang positif tetapi masih sebatas orang-orang terdekat, dan peserta didik sudah menunjukan sikap kesetaraan tapi masih perlu mengembangkan cara mengkomunikasikan kesetaraan agar dapat diterima oleh orang lain. Selain itu peserta didik sudah mengikuti kegiatan kelompok tetapi belum terlihat aktif dalam memberikan pendapatnya ataupun menunjukan ekspresi perasaan. Dan sebanyak 47 peserta didik (14.3%) berada katagori rendah yang artinya tidak ada peserta didik yang tidak mampu melakukan hubungan interpersonal seperti kurang mampu menunjukan keterbukaan kepada orang lain, kurang mampu menunjukan sikap empati kepada orang lain. Peserta didik kurang mampu menunjukan dukungan kepada orang lain, peserta didik kurang mampu menunjukan sikap yang positif kepada orang lain, dan peserta didik kurang mampu menunjukan sikap kesetaraan tapi masih perlu mengembangkan cara mengkomunikasikan kesetaraan agar dapat diterima oleh orang lain. Selain itu peserta didik kurang mengikuti kegiatan kelompok seperti peserta didik belum terlihat aktif dalam memberikan pendapatnya ataupun menunjukan ekspresi perasaan.

Hasil studi pendahuluan yang diperoleh selain menunjukan sebagian besar peserta didik berada pada kategori sedang pada kemampuan komunikasi yang berkualitas dan kemampuan partisipasi tetapi hal tersebut dirasa belum maksimal


(17)

5

dan perlunya upaya bimbingan untuk mengembangkan hubungan interpersonal peserta didik. Selain itu program bimbingan dan konseling yang ada di sekolah lebih banyak terfokus pada layanan pemberian informasi dan orientasi, dan kurangnya mengakomodasi upaya pengembangan hubungan interpersonalnya.

Ketidakmampuan peserta didik dalam mengembangkan hubungan

interpersonal cenderung menunjukan perilaku yang negatif. Salah satu perilaku negatif yang dimaksud yaitu dalam bentuk menarik diri dalam lingkungan (negatif pasif) maupun dalam bentuk agresif terhadap lingkungan (negatif aktif) (Yusuf, 2007: 26). Peserta didik yang memiliki perilaku negatif di sekolah akan menimbulkan gangguan dalam berinteraksi sosial yang menjadikan peserta didik terisolir dari lingkungannya. Fenomena ketidakmampuan peserta didik dalam mengembangkan hubungan interpersonal, perlu memperoleh perhatian khusus dari semua pendidikan di sekolah salah satunya bantuan dari bimbingan dan konseling.

Bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu peserta didik agar dapat mencapai tugas perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial, belajar (akademik), dan karir (Depdiknas, 2008: 197). Guru bimbingan dan konseling dapat membuat dan melaksanakan program bimbingan dan konseling untuk memfasilitasi peserta didik agar dapat mencapai tugas perkembangannya.

Program bimbingan dan konseling meliputi empat bidang bimbingan, yaitu bimbingan belajar, pribadi, sosial, dan karir. Permasalahan hubungan interpersonal terdapat pada bidang pribadi sosial. Bimbingan pribadi sosial diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah dirinya (Yusuf, 2009: 55).

Bimbingan pribadi sosial dirasa tepat membantu peserta didik untuk mengembangkan hubungan interpersonal sesuai dengan salah satu tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi sosial yaitu memiliki kemampuan berinteraksi sosial yang diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan persaudaraan, atau silaturahmi dengan sesama manusia (Depdiknas, 2008: 198).


(18)

Bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan hubungan interpersonal peserta didik disusun dalam program bimbingan pribadi sosial yang direncanakan secara sistematis, terarah, dan terpadu sebagai upaya mengembangkan hubungan interpersonal juga diharapkan dapat membantu peserta didik mengatasi permasalahan yang bersifat pribadi akibat dari ketidakmampuan dalam melakukan hubungan interpersonal.

Berdasarkan fenomena yang dipaparkan, penelitian mengambil judul

“Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Hubungan

Interpersonal Peserta didik SMA Negeri 11 Bandung kelas XI tahun ajaran 2013/2014”.

B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah

Masa remaja sering disebut sebagai masa social hunger (kehausan sosial), yang ditandai dengan adanya keinginan untuk bergaul dan diterima di lingkungan yang lebih luas, terutama di dalam kelompok teman sebaya (peer group). Kehidupan sebaya, terutama pertemanan sebaya merupakan ciri khas kehidupan remaja, dimana interaksi bersama teman sebaya merupakan hal yang paling menyenangkan. Pada masa remaja keterikatan terhadap teman sebaya sangat kuat (www.wordpress.com, Sudrajat, 2008).

Pada masa remaja, pengaruh teman sebaya sangat berperan penting dalam perkembangan peserta didik. Untuk dapat berinteraksi dan beradaptasi secara baik dengan lingkungan sosial khususnya dalam lingkungan sekolah peserta didik dituntut untuk menguasai aspek-aspek hubungan interpersonal agar dapat menjalin hubungan interpersonal.

Aspek-aspek yang dapat menumbuhkan hubungan interpersonal yaitu komunikasi yang berkualitas dan partisipasi. Komunikasi merupakan hal yang paling penting dalam hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal memerlukan komunikasi yang berkualitas. Partisipasi peserta didik terhadap kegiatan dalam kehidupan akan menumbuhkan hubungan interpersonal yang lebih dekat. Davis dan Yoder (www.egidiustae.wordpress.com, Kusjarwati, 2001).


(19)

7

Hubungan interpersonal sangat penting untuk perkembangan perasaan kenyamanan personal peserta didik dalam berbagai lingkup sosial. Hubungan interpersonal akan membantu peserta didik tersebut dalam pertumbuhan dan perkembangan kognitif dan sosialnya, membangun identitas personal yang koheren dan positif, serta keyakinan akan hubungan peserta didik dengan realitas sosial. Menjalin hubungan dengan peserta didik lain. Peserta didik yang tidak memiliki hubungan interpersonal yang baik akan mengalami hambatan dalam proses interaksi, cenderung merasa terasing atau terkucilkan dalam lingkungannya Wijayanti (2012: 10).

Usaha ke arah mengembangkan hubungan interpersonal dapat dilakukan dengan memberikan Intervensi yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling. Intervensi dikemas dalam program bimbingan dan konseling. Hubungan interpersonal merupakan bagian dari ranah bimbingan pribadi dan sosial. Bimbingan pribadi sosial merupakan jenis bimbingan untuk membantu peserta didik mengatasi masalah-masalah yang bersifat pribadi sebagai akibat ketidakmampuan peserta didik menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya.

Program bimbingan merupakan serangkaian kegiatan bimbingan yang disusun secara sistematis, terarah, dan terpadu dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang berkaitan dengan pelaksanaannya serta pada akhirnya untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Apabila dikaitkan dengan bimbingan pribadi sosial, maka kegiatan bimbingan yang dimaksud merupakan jenis bimbingan dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan hubungan interpersonal di sekolah maupun di lingkungan tempat peserta didik berada. Tujuan dari program bimbingan pribadi sosial yaitu agar peserta didik dapat meningkatkan hubungan interpersonal di sekolah, sehingga peserta didik dapat berinteraksi dengan baik dan dapat diterima oleh lingkungan sosialnya.

Bimbingan merupakan upaya untuk membantu individu berkembang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya secara bertahap dalam proses yang matang. Rochman Natawidjaya (Winkel, 2006: 67) mengartikan bimbingan sebagai

proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara


(20)

sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat.

Bimbingan pribadi sosial adalah bentuk bimbingan yang disusun sebagai upaya untuk membantu peserta didik dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah pribadi sosial. Bimbingan pribadi sosial diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menangani masalah-masalah yang dialami peserta didik. Bimbingan merupakan layanan yang mengarah pada pencapaian pribadi yang seimbang dengan memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam permasalahan yang dialami oleh peserta didik. Bimbingan dan konseling pribadi sosial diberikan dengan cara menciptakan lingkungan interaksi pendidikan yang kondusif, mengembangkan sistem pemahaman diri dan sikap yang positif, serta dengan mengembangkan keterampilan sosial pribadi yang tepat. (Yusuf & Nurikhsan, 2005: 11).

Mengingat pentingnya program pribadi sosial di sekolah untuk membantu

peserta didik mengembangan hubungan interpersonal maka rumusan

permasalahan yang diangkat penelitian adalah “Apakah program bimbingan pribadi sosial efektif untuk mengembangkan hubungan interpersonal peserta didik

SMA Negeri 11 Bandung Kelas XI Tahun Ajaran 2013/2014?”

Sebagai need assement untuk menyusun program bimbingan pribadi sosial adapun pertanyaan penelitian, yaitu:

1. Bagaimana gambaran aspek-aspek kemampuan hubungan interpersonal

peserta didik SMA Negeri 11 Bandung Kelas XI Tahun Ajaran 2013/2014 sebelum memperoleh intervensi?

2. Bagaimana program hipotetik bimbingan pribadi sosial untuk

mengembangkan hubungan interpersonal peserta didik SMA Negeri 11 Bandung Kelas XI Tahun Ajaran 2013/2014?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian adalah mengetahui dan membuktikan secara empiris tentang efektivitas program pribadi sosial untuk mengembangkan hubungan


(21)

9

interpersonal peserta didik SMA Negeri 11 Bandung Kelas XI Tahun Ajaran 2013/2014. Secara khusus tujuan dari penelitian menemukan hal-hal berikut:

1. Gambaran aspek-aspek hubungan interpersonal peserta didik SMA

Negeri 11 Bandung Kelas XI Tahun Ajaran 2013/2014 sebelum memperoleh intervensi?

2. Gambaran program hipotetik bimbingan pribadi sosial untuk

mengembangkan hubungan interpersonal peserta didik SMA Negeri 11 Bandung Kelas XI Tahun Ajaran 2013/2014 setelah memperoleh intervensi?

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan memberikan manfaat: 1.Bagi Sekolah

Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat dijadikan dasar oleh kepala sekolah untuk membuat kebijakan menciptakan budaya sekolah yang dapat memfasilitasi perkembangan hubungan interpersonal peserta didik.

2. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling

Hasil penelitian dapat dijadikan bahan rujukan untuk pemberian layanan BK dalam mengembangkan hubungan interpersonal peserta didik.

3.Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB)

Penelitian menjadi salah satu program bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kemampuan hubungan interpersonal peserta didik.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi skripsi terdiri dari lima bab. Bab I pendahuluan terdiri dari latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. Bab II kajian pustaka yang berisi konsep-konsep teori hubungan interpersonal dan program bimbingan pribadi sosial. Bab III metode penelitian berisi beberapa komponen seperti lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, cara pemilihan sampel serta justifikasi dari pemilihan lokasi serta penggunaan sampel, desain penelitian, metode penelitian,


(22)

definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrument, teknik pengumpulan data, prosedur pengolahan data. Dan prosedur penelitian Bab IV hasil penelitian dan pembahasan terdiri dari pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan terkait dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis, tujuan penelitian, dan pembahasan atau analisis temuan.


(23)

41

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi penelitian dan Sampel Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 11 Bandung yang beralamat Jalan Kembar Baru Nomor: 23 Telp (022) 5201102 Bandung 40253. Pemilihan lokasi penelitian didasarkan hasil Berdasarkan hasil studi pendahuluan di SMA Negeri 11 Bandung yang dilakukan pada tanggal 28 Januari 2013 sampai 02 Febuari 2013 melalui wawancara dengan guru BK dan pengamatan langsung masih terdapat peserta didik menunjukan hubungan interpersonal yang belum optimal. Hubungan interpersonal yang belum optimal dapat dilihat kurangnya kemampuan melakukan komunikasi yang berkualitas dan kurangnya partisipasi peserta didik dalam lingkungan pergaulannya. Studi pendahuluan juga dilakukan dengan menggunakan instrument hubungan interpersonal, hasil yang diperoleh terlihat kemampuan hubungan interpersonal peserta didik kelas XI SMA Negeri 11 Bandung sebagian besar berada pada kategori sedang. Sehingga perlu upaya untuk mengembangkan hubungan interpersonal.

2. Populasi, dan Sampel Penelitian

Tabel 3.1

Jumlah Anggota Populasi dan Sampel Penelitian

No Kelas Populasi Sampel

1. XI IPA 1 45 33

2. XI IPA 2 45 31

3. XI IPA 3 45 30

4. XI IPA 4 45 32

5. XI IPA 5 45 32

6. XI IPA 6 45 19

7. XI IPA 7 45 34


(24)

9. XI IPS 2 45 30

10. XI IPS 3 45 30

11. XI IPS 4 45 30

12. XI IPS 5 45 33

13. XI IPS 6 45 31

Jumlah 455 329

Sampel penelitian peserta didik yang memperoleh intervensi adalah peserta didik kelas XI SMA Negeri 11 Bandung yang berada pada kategori kemampuan hubungan interpersonal sedang berdasarkan hasil studi pendahuluan juga dipergunakan sebagai pre-test dipilih sebanyak 20 peserta didik.

B. Pendekatan, Metode, dan Desain Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah kuantitatif karena diperlukan hasil penelitian mengenai hubungan interpersonal peserta didik. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang akan mengukur hubungan interpersonal peserta didik. Data hasil penelitian berupa skor (angka-angka) akan diproses melalui pengolahan statistik selanjutnya dideskripsikan untuk mendapatkan gambaran hubungan interpersonal peserta didik di sekolah. Gambaran hubungan interpersonal peserta didik di sekolah diukur melalui indikator-indikator dari masing-masing aspek yang akan dijadikan sumber dalam penyusunan program bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan hubungan interpersonal peserta didik.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode pra-eksperimen. Sugiyono (2010: 109) menyatakan:

Metode pra-eksperimen adalah suatu metode penelitian yang belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Hal ini dapat terjadi karena tidak adanya variabel kontrol..

Dalam penelitian metode pra-eksperimen yang dimaksud adalah suatu metode yang mengujicobakan program bimbingan pribadi sosial untuk


(25)

43

meningkatkan hubungan interpersonal pada peserta didik kelas XI SMA Negeri 11 Bandung tanpa ada kelompok kontrol

Desain yang digunakan dalam penelitian adalah desain satu kelompok subjek (one group pre-post design). Menurut Arikunto (2009: 212) desain satu kelompok subjek (one group pre-post design) adalah:

...eksperimen yang dilaksanakan pada satu kelompok saja tanpa kelompok kontrol, dengan alasan bahwa pre-test memberikan landasan untuk membuat komparasi perubahan yang dialami oleh subjek yang sama sebelum dan sesudah dilaksanakan eksperimen treatment.

Desain eksperimen yang digunakan adalah Pra-Eksperimen Desain dalam

Bentuk ”One-Group Pretest-Posttest Designs”, yang dilakukan dengan

membandingkan keadaan sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan pada kelompok eksperimen. Sugiyono (2010: 73)

Tabel 3.2 Desain Penelitian

Kelompok Pre-test Pelakuan Post-Test

Eksperimen O1 X O2

Keterangan :

X : Program bimbingan pribadi sosial. O1 : Hubungan Interpersonal yang rendah O2 : Peningkatan hubungan interpersonal.

Data awal pengukuran kebutuhan penyusunan program bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan hubungan interpersonal peserta didik diambil dari kondisi hubungan interpersonal peserta didik di sekolah. Tahapan kegiatan program bimbingan yang layak dilaksanakan meliputi:

1. Tahap pengidentifikasian dilakukan melalui penyebaran angket kepada peserta didik yaitu identifikasi tentang kemampuan hubungan interpersonal peserta didik. Pengidentifikasian dilakukan melalui penyebaran angket kepada peserta didik. Dan Identifikasi tentang layanan bimbingan pribadi sosial yang dibutuhkan peserta didik untuk mengembangkan hubungan interpersonal peserta didik.


(26)

2. Tahap pengembangan program layanan bimbingan belajar di SMAN 11 Bandung berdasarkan kajian terhadap data-data hasil pengidentifikasian disertai terhadap konsep bimbingan pribadi sosial, maka dikembangkanlah sebuah program hipotetik.

3. Tahap diskusi program hipotetik. Untuk menguji kelayakan sebuah program langkah berikutnya adalah mengadakan diskusi dengan dosen dan guru Bimbingan dan Konseling sebagai pertimbangan dalam pengembangan program.

4. Tahap penyempurnaan program. Berdasarkan diskusi yang telah dilakukan akhirnya program disempurnakan dan dinyatakan sebagai program yang layak untuk dilaksanakan.

C. Definisi Operasional Variabel

1. Program Bimbingan Pribadi Sosial

Secara Operasional, pada penelitian yang dimaksud program bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan hubungan interpersonal peserta didik di sekolah adalah rancangan aktivitas layanan bimbingan dan konseling yang terencana, terorganisasi dan terkoordinasi dalam periode satu bulan untuk membantu peserta didik mengembangkan hubungan interpersonal peserta didik.

Struktur program yang dikembangkan dalam penelitian mengacu kepada struktur pengembangan program berbasis tugas perkembangan yaitu: a) Rasional Program, d) Tujuan, f) Rencana Operasional, i) Evaluasi.

2. Hubungan Interpersonal

Definisi operasional variabel penelitian mengacu pada pengertian hubungan interpersonal adalah kemampuan dalam melakukan komunikasi yang berkualitas dan partisipasi dalam kehidupan individu.

a. Kualitas komunikasi

Aspek komunikasi yang berkualitas yaitu: a) keterbukaan (openness), b) empati (empathy), c) sikap mendukung (supportiveness), d) sikap positif (positiveness), e) kesetaraan (equality). Indikator keterbukaan (openness), adalah membuka hubungan baru dengan orang lain, menunjukan keterbukaan dalam


(27)

45

hubungan, dan menunjukan kepercayaan dalam membagi perasaan yang dirasakan. Indikator empati (empathy) adalah menunjukan perhatian kepada orang lain, menjaga perasaan orang lain, dan mengerti keinginan orang lain. Indikator sikap mendukung (supportiveness) adalah memberi dukungan kepada teman, memberikan penghargaan terhadap orang lain, dan Spontanitas. Indikator sikap positif (positiveness) adalah menghargai orang lain, berpikiran positif terhadap orang lain, dan tidak menaruh curiga secara berlebihan. Indikator kesetaraan (equality) adalah menempatkan diri setara dengan orang lain, mengakui pentingnya kehadiran orang lain, komunikasi dua arah, dan suasana komunikasi: akrab dan nyaman.

b. Partisipasi

Partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi seseorang untuk pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab didalamnya. Pada dasarnya partisipasi sebagai keterlibatan mental atau pikiran dan emosi atau perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan.

D. Proses Pengembangan Instrumen

Berdasarkan jenis data yang diperlukan dalam penelitian maka dikembangkan alat pengumpul data. Langkah-langkah yang dilakukan yaitu:

1. Menyusun indikator-indikator dari variabel penelitian yang akan

ditanyakan pada responden berdasarkan pada teori yang telah dikemukakan dalam pembahasan sebelumnya. Membuat kisi-kisi dalam bentuk matriks yang sesuai dengan indikator setiap variabel.

2. Mengembangkan instrument

3. Menyusun pertanyaan-pertanyaan disertai alternatif jawaban yang akan dipilih oleh responden dengan berpedoman pada kisi-kisi butir angket yang telah dibuat sekaligus menetapkan kriteria penyekoran untuk setiap alternatif jawabannya.

4. Membuat petunjuk pengisian angket.


(28)

Jenis instrument pengungkap data dalam penelitian berupa inventori berskala. Skala terdiri dari item, masing-masing aspek memiliki item. Skala dalam penelitian menggunakan metode Likert yang dimodifikasi dengan menghilangkan jawaban yang ditengah yaitu, R yang berarti tidak dapat menentukan jawaban atau ragu-ragu. Alasan pertama untuk menghindari atau menghilangkan alternatif jawaban R adalah jawaban R dapat dikatakan ragu-ragu, atau bahkan netral, sehingga nantinya akan memberikan kesan bias pada jawaban. Selain itu jawaban yang ditengah memiliki makna ganda. Kategori jawaban yang bermakna ganda tidak diharapkan dalam suatu instrumen. Alasan kedua, tersedianya kategori jawaban ditengah menimbulkan kecenderungan menjawab ditengah (central tendency effect), terutama bagi responden yang ragu-ragu atau arah kecenderungan jawabannya ke arah sesuai atau ke arah tidak sesuai. Tersedianya jawaban ditengah akan menghilangkan banyak data penelitian, sehingga mengurangi banyaknya informasi yang dapat dijaring pada responden. (Hadi, 2000: 20)

Sistem penilaian item dalam penelitian menggunakan sistem penilaian skala 4 dengan menggunakan empat alternative. Pernyataan atau item-item yang di terdapat dalam instrumen menggambarkan tingkat hubungan interpersonal terdiri dari item favorable dan item unfavorable. Item favorable adalah item yang mengandung nilai-nilai yang mendukung secara positif terhadap satu pernyataan tertentu. Sedangkan item unfavorable adalah item yang mengandung nilai-nilai yang mendukung secara negative terhadap satu pernyataan tertentu.

Kisi-kisi intrumen untuk mengungkap tingkat hubungan interpersonal peserta didik dikembangkan dari definisi operasional variabel penelitian. Kisi-kisi instrumen hubungan interpersonal akan tersaji pada tabel 3.3:

Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen Pengungkap Hubungan Interpersonal Peserta didik (Sebelum Uji Coba)

Aspek Hubungan

Interpersonal

Sub Aspek Indikator ∑ Nomor Item

( + ) ( - )

Keterbukaan (Openness)

a. Memulai

hubungan baru


(29)

47

Kualitas Komunikasi

dengan orang

lain

b. Menunjukan

keterbukaan dalam hubungan

dengan orang

lain

c. Menunjukan

kepercayaan

kepada orang

lain untuk

berbagi perasaan. 4 4 (7,8) (9,10) (5,6) (11,12) Empati (empathy) a.Menunjukan perhatian/peduli

kepada orang

lain. b.Menjaga

perasaan orang

lain. c. Mengerti

keinginan orang lain. 4 4 4 (13,14) (18,20) (21,22, 23) (16,15) (17,19) (24) Sikap mendukung (supportivene ss),

a. Memberi

dukungan kepada teman

b.Memberikan

penghargaan

terhadap orang

lain. c.Spontanitas. 4 4 4 (25) (29,31) (33,35, 36) (26,27, 28) (30,32) (34) Sikap positif

(positiveness

) ,

a.Menghargai orang lain b.Berpikiran positif

terhadap orang lain

c.Tidak menaruh curiga secara berlebihan 4 4 4 (37,38) (41,43) (47) (39,40) (42,44) (45,46, 48) Kesetaraan (Equality). a. Menempatkan diri setara dengan orang lain b. Mengakui 4 4 (49,50) (53,56) (51,52) (54,55)


(30)

pentingnya kehadiran orang lain c. Komunikasi dua arah d. Suasana komunikasi akrab dan nyaman 4 4 (57,60) (61,62, 64) (58,59) (63) Partisipasi Keterlibatan

mental atau

pikiran a. Mencapai Tujuan b. Ikut Bertanggung jawab 4 4 (65,66) (69,70, 72) (67,68) (71) Keterlibatan

emosi atau

perasaaan a. Mencapai Tujuan b. Ikut Bertanggung jawab 4 4 (73,74) (77,78) (75,76) (79,80)

E. Pengembangan Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk

Mengembangkan Hubungan Interpersonal Peserta Didik a. Persiapan

Persiapan pengembangan program pertama dilakukan studi literatur dan studi pendahuluan selanjutnya program bimbingan pribadi sosial dibuat berdasarkan need assement yang telah dilakukan oleh peserta didik kelas XI


(31)

49

SMA Negeri 11 Bandung tahun ajaran 2013/2014. Tujuan dibuatnya program adalah mengembangkan hubungan interpersonal peserta didik, Setelah didapatkan need assement hubungan interpersonal peserta didik berada pada kategori sedang maka komponen program yang disusun berupa layanan dasar dengan strategi bimbingan kelompok.

b. Perancangan dan Pengembangan

Perancangan program dilakukan berdasarkan need assment yang sudah didapatkan dengan instrument hubungan interpersonal berdasarkan aspek komunikasi yang berkualitas meliputi keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif, dan kesetaraan. Pada aspek partisipasi meliputi keterlibatan mental dan keterlibatan emosi. Sasaran program bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kemampuan hubungan interpersonal yaitu peserta didik kelas XI SMA Negeri 11 Bandung tahun ajaran 2013/2014. Keterampilan yang harus dikuasai guru pembimbing dalam pelaksanaan adalah membimbing peserta didik agar dapat mengembangkan kemampuan hubungan interpersonal serta merencanakan kegiatan-kegiatan yang positif

untuk dilakukan peserta didik untuk mengembangkan hubungan

interpersonal.

Program dirancang untuk membantu peserta didik agar dapat mengembangkan hubungan interpersonal lebih baik. sehingga pada saat di kelas diharapkan peserta didik merasa nyaman dan kompak, apabila peserta didik merasa nyaman di kelas, peserta didik dapat belajar dengan baik.

Selanjutnya program hipotetik bimbingan pribadi sosial untuk

mengembangkan hubungan interpersonal peserta didik di validasi oleh tiga dosen Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan serta satu Guru BK SMA Negeri 11 Bandung.

1) Program sebelum judge ( terlampir) 2) Program setelah judge (terlampir)


(32)

Penerapan program dilakukan sesuai dengan rancangan operasional yang telah dirancang dan divalidasi. Penerapan program dilakukan selama satu bulan sesuai dengan rancangan yang sudah dibuat.

d. Evaluasi (evaluating)

Evaluasi program bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan hubungan interpersonal dilakukan meliputi evaluasi proses, dan evaluasi hasil.


(33)

51

\

Bagan 3.1

Pengembangan Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Hubungan Interpersonal Peserta Didik

Persiapan Perancangan dan Penerapan

Pengembangan

Implementasi Program

Program Hipotetik Bimbingan

Pribadi Sosial untuk

Mengembangkan Hubungan

Interpersonal Peserta Didik

Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Hubungan Interpersonal yang sudah divalidasi Judgment Program kepada tiga orang dosen ahli dari jurusan PPB dan satu guru BK SMA Negeri 11 Bandung

Post-Test dengan

menggunakan instrument pengungkap hubungan interpersonal

Analisi Data

Program teruji 1. Studi Literatur

2. Studi Pendahuluan

3. Need Assement dengan

Menggunakan angket Hubungan Interpersonal (Pre-Test)


(34)

F. Uji Coba Alat Ukur

Kuesioner sebagai alat pengumpul data yang dipergunakan telah melalui beberapa tahap pengujian, sebagai berikut:

a. Uji Kelayakan Instrumen

Instrumen keterampilan hubungan interpersonal peserta didik yang telah

disusun terlebih dahulu dilakukan uji kelayakan instrumen (judgement).

Penimbangan dilakukan oleh dosen ahli yaitu dosen dari jurusan Psikologi

Pendidikan dan Bimbingan. Penimbangan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat

kelayakan instrumen dari segi bahasa, konstruk, dan konten, yakni kesesuaian itempernyataan yang telah disusun dengan landasan teoritis dan ketepatan bahasa yang digunakan, dilihat dari sudut bahasa baku dan subjek yang memberikan respon.

Instrumen ditimbang oleh 3 orang dosen jurusan PPB FIP UPI yaitu 1) Dr. Anne Hafina, M.Pd 2) Drs. Sudaryat Nurdin Akhmad, 3) Dr. Hj. Nani M. Sugandi, M.Pd, Hasil penimbangan dari ahli tersebut, ditampilkan pada tabel 3.4

Tabel 3.4

Hasil Penimbangan Angket Pengungkap Hubungan Interpersonal Hasil

Penimb angan Pakar

Nomor Item Jum

lah Memadai 3,4,8,11,21,25,26,27,31,38,45,49,50,52,58,60,62,63,64,66,67,69,

75,77

24 Direvisi 1,2,5,6,7,9,10,12,13,14,15,16,17,18,19,20,22,23,24,28,29,

30,32,33,34,35,36,37,39,40,41,42,43,44,46,47,48,51,53,54,55,56, 57,59,61,65,68,70,71,72,73,74,76,78,79,80

56

b. Uji Keterbacaan

Uji keterbacaan dilakukan kepada lima peserta didik SMA yaitu tiga orang peserta didik laki-laki dan dua orang peserta didik perempuan dengan tujuan untuk mengukur sejauh mana instrumen tersebut dapat dipahami dan dimengerti oleh peserta didik. Hasilnya adalah sebagai berikut.


(35)

53

2) Pernyataan pada setiap item mudah dipahami dan dimengerti oleh peserta didik.

Berdasarkan hasil uji keterbacaan kepada lima peserta didik kelas XI tingkat SMA secara umum tidak mendapatkan kesulitan yang berarti, dalam arti para peserta didik memahami setiap pernyataan yang ada dalam instrumen. Selanjutnya hasil uji keterbacaan tersebut diujicobakan pada subjek penelitian sesungguhnya dan dihitung secara statistik untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya.

c. Uji Validitas dan Reliabilitas

1) Uji Validitas

Pengujian validitas yang dilakukan dalam penelitian dilakukan dengan tujuan untuk menunjukan tingkat kesahihan instrument yang akan digunakan dalam mengumpulkan data penelitian. Uji validitas diuji cobakan pada kelas XI SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014.

Sugiyono (2010: 267) mengungkapkan “uji validitas alat pengumpulan data dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan dalam penelitian dapat digunakan untuk mengukur apa yang akan diukur”. Semakin tinggi nilai validasi maka menunjukan semakin valid instrumen yang akan digunakan.

Pengujian validitas butir item yang dilakukan dalam penelitian adalah seluruh item yang terdapat dalam angket yang mengungkap hubungan interpersonal peserta didik. Data yang digunakan untuk mengukur validitas item, merupakan data hasil penyebaran instrumen. Penyebaran instrumen dilaksanakan sekaligus untuk menguji validitas item (built-in). Pengolahan data dalam penelitian dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows. Untuk menghitung koefisien korelasi ini digunakan teknik korelasi. Rumus yang digunakan untuk menghitung validitas setiap ítem pernyataan adalah rannk-difference correlation yang juga dikenal dengan Sperman’s rho

Dalam penelitian ini, ítem dinyatakan valid apabila memiliki koefisien validitas signifikan pada total aspek maupun total perangkat instrumen, dengan


(36)

nilai probabilitas (p-value) lebih kecil dari 0.05 (p-value < 0.05). Berdasarkan pengolahan data, hasil uji validitas menunjukkan bahwa dari 80 item pernyataan dari angket hubungan interpersonal peserta didik terdapat 74 item pernyataan yang valid dan 6 item pernyataan yang tidak valid. Berikut disajikan item-item pernyataan setelah validasi.

Tabel 3.5

Hasil Uji Validitas Item Hubungan Interpersonal Peserta Didik

Signifikansi No.Item Jumlah

Valid 1,2,3,4,5,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22,

23,24,25,26,27,29,30,31,32,33,34,35,36,37,38,39,40,41 ,42,43,44,47,48,49,50,53,54,55,56,57,58,59,60,61,62,6

3,64,65,66,67,68,69,70,71,72,73,74,75,76,77,78,79,80

74

Tidak Valid 6,28,45,46,51,52 6

2) Uji Reliabilitas

Reliabilitas instrumen menunjukkan sejauh mana instrumen yang digunakan tersebut dapat dipercaya atau derajat keajegan (konsistensi) skor yang diperoleh oleh subjek penelitian dengan instrumen yang sama dalam kondisi yang berbeda. Arikunto (2006: 178) mengungkapkan “suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat data karena instrumen tersebut sudah baik”. Instrumen yang reliabel akan menghasilkan data yang dipercaya, karena berapa kali pun data diambil hasilnya akan tetap sama.

Metode yang digunakan dalam uji reliabilitas adalah metode Alpha. Rumus yang digunakan sebagai berikut :

Dalam penelitian, koefisien reliabilitas dianggap signifikan pada total perangkat instrument, dengan nilai probabilitas (p-value) lebih kecil dari 0.05 ( p-value < 0.05). Adapun mengetahui tingkat reliabilitas instrumen dalam penelitian dengan taraf signifikansi 5% diolah dengan metode statistika memanfaatkan program komputer SPSS forWindows Versi 16.0. Menurut Sugiyono (2010: 257) sebagai tolak ukur, digunakan klasifikasi rentang koefisien reliabilitas sebagai berikut:

0,00 – 0,199 derajat keterandalan sangat rendah 0,20 – 0,399 derajat keterandalan rendah


(37)

55

0,40 – 0,599 derajat keterandalan cukup 0,60 – 0,799 derajat keterandalan tinggi 0,80 – 1,00 derajat keterandalan sangat tinggi

(Sugiyono, 2010: 257)

Berdasarkan pengolahan data, hasil perhitungan memperlihatkan bahwa dari ke 74 item pernyataan, menunjukkan koefisien reliabitas (konsistensi internal) instrumen hubungan interpersonal sebesar 0.839 yang artinya, tingkat korelasi dan derajat keterandalan instrumen hubungan interpersonal berada pada kategori sangat tinggi.

Tabel 3.6

Tingkat Reliabilitas Instrumen Hubungan Interpersonal Peserta Didik Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

0.839 74

Adapun kisi-kisi instrument setelah uji coba dapat dilihat pada tabel 3.7 berikut:

Tabel 3.7

Kisi-kisi Instrumen Hubungan Interpersonal Peserta Didik (Setelah Uji Coba)

Aspek Hubungan

Interpersonal

Sub Aspek Indikator ∑ Nomor Item

( + ) ( - ) Kualitas Hubungan Keterbukaan (Openness) a. Memulai

hubungan baru

dengan orang

lain

b. Menunjukan

keterbukaan dalam hubungan

dengan orang

lain c. Menunjukan 4 3 4 (1,3) (6,7) (8,9) (2,4) (5) (10,11)


(38)

kepercayaan

kepada orang

lain untuk

berbagi perasaan. Empati (empathy) a.Menunjukan perhatian/peduli

kepada orang

lain. b.Menjaga

perasaan orang

lain. c. Mengerti

keinginan orang lain. 4 4 4 (12,13) (17,19) (20,21,22) (14,15) (16,18) (23) Sikap mendukung (supportiveness)

a. Memberi

dukungan kepada teman

b.Memberikan

penghargaan

terhadap orang

lain. c.Spontanitas. 3 4 4 (24) (27,29) (31,33,34) (25,26) (28,30) (32)

Sikap positif

(positiveness) ,

a.Menghargai orang lain b.Berpikiran positif

terhadap orang lain

c.Tidak menaruh curiga secara berlebihan 4 4 2 (35,36) (39,41) (43) (37,38) (40,42) (44) Kesetaraan (Equality). a. Menempatkan diri setara dengan orang lain b. Mengakui pentingnya kehadiran orang lain c. Komunikasi dua arah d. Suasana komunikasi akrab dan nyaman 2 4 4 4 (45,46) (47,50) (51,54) (55,56,58) (48,49) (52,53) (57)


(39)

57

Partisipasi

Keterlibatan

mental atau

pikiran a. Mencapai Tujuan b. Ikut Bertanggung jawab 4 4 (59,60) (63,64,66) (61,62) (65) Keterlibatan

emosi atau

perasaaan a. Mencapai Tujuan b. Ikut Bertanggung jawab 4 4 (67,68) (71,72) (69,70) (73,74)

G. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian menggunakan skala likert dalam pengumpulan datanya. Dalam pengumpulan data terlebih dahulu menentukan sumber data, kemudian jenis data, teknik pengumpulan data, dan instrumen yang digunakan. Teknik pengumpulan data secara lengkap dapat dilihat pada tabel 3.8:

Tabel 3.8

Teknik Pengumpulan Data

No Sumber Data Jenis Data Teknik

Pengumpulan

Instrumen

1. Peserta didik Kemampuan Hubungan

Interpersonal

Pre test dan Post test

Angket

H. Prosedur Pengolahan Data

Data yang diungkap melalui instrumen yang telah disebarkan adalah data tentang gambaran hubungan interpersonal pada peserta didik. Adapun langkah-langkah yang ditempuh untuk mengolah data yang diperoleh adalah sebagai berikut:


(40)

1. Verifikasi Data

Verifikasi data bertujuan untuk menyeleksi data yang dianggap layak untuk diolah. Tahapan verifikasi data yang dilakukan dalam penelitian adalah sebagai berikut.

a. Melakukan pengecekan jumlah instrumen yang telah terkumpul.

b. Melakukan tabulasi data yaitu perekapan data yang diperoleh dari peserta didik dengan melakukan penyekoran sesuai dengan tahapan penyekoran yang telah ditetapkan.

c. Setelah tabulasi data maka dilanjutkan dengan melakukan perhitungan statistik sesuai dengan analisis yang dibutuhkan.

Dari 329 responden yang mengisi instrumen hubungan interpersonal, semuanya dinyatakan layak untuk dilakukan tabulasi data dan penyekoran karena semua responden mampu mengisi instrumen hubungan interpersonal dengan baik tanpa ada pernyataan yang terlewat.

2. Analisis Data Pretest

Langkah selanjutnya setelah seluruh data terkumpul dan diolah yakni menganalisis data sebagai bahan acuan dalam menyusun program untuk mengembangkan hubungan interpersonal peserta didik SMA. Data-data yang diperoleh dari hasil penyebaran instrumen kemudian diolah dengan menetapkan tingkatan hubungan interpersonal peserta didik, apakah berada dalam tingkatan tinggi, sedang, atau rendah.

Langkah-langkah dalam menentukan kedudukan peserta didik ke dalam tiga kriteria menurut Arikunto (2009: 263-264) adalah sebagai berikut.

a. Menentukan nilai rata-rata ideal, dengan menggunakan rumus :

X ideal = ½ {(χ min) + (χ max)} Ket:

X ideal : Rata-rata ideal χ min : Skor minimal item χ max : Skor maksimal item


(41)

59

Dalam penelitian ini skor max dan skor min dikalikan dengan jumlah item (n).

b. Menentukan nilai simpangan baku ideal (S ideal), dengan menggunakan rumus:

S ideal = 1/3 x ( S ideal) Ket:

S ideal : Simpangan baku ideal X ideal : Rata-rata ideal

Menentukan batas-batas kelompok

1) Kelompok kohesivitas kelas tinggi diperoleh dari skor rata-rata ideal ditambah skor simpangan baku ideal ke atas;

2) Kelompok kohesivitas kelas sedang diperoleh dari skor antara kelas rendah ditambah satu sampai sampai kelas tinggi dikurang satu;

3) Kelompok kohesivitas kelas rendah diperoleh dari skor rata-rata ideal dikurang simpangan baku ideal ke bawah.

Tabel 3.9

Konversi skor mentah menjadi skor matang dengan batas aktual

Skala skor mentah Kategori Skor

X > µ + 1,0 ơ Tinggi

µ - 1,0 ơ ≤ X ≥µ + 1,0 ơ Sedang

X > µ - 1,0 ơ Rendah

3. Pengolahan Data untuk Pengembangan Program

Hasil pengolahan data kemampuan komunikasi interpersonal peserta didik yang dijadikan landasan dalam pembuatan program bimbingan terlebih dahulu dilakukan pengelompokan data menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Hasil pengelompokan data berdasarkan kategori dan interpretasinya dapat dilihat pada tabel 3.10 berikut:


(42)

Tabel 3.10

Interpretasi Skor Kategori Hubungan Interpersonal

Kategori Skor Interpretasi

Tinggi >247 Peserta didik mencapai tingkat

hubungan interpersonal tinggi pada

setiap aspeknya, menunjukan

keterbukaan dalam hubungan

interpersonal dengan siapa saja,

menunjukkan sikap empati bukan hanya orang yang dikenalnya, peserta didik tidak ragu untuk menunjukan sikap mendukung terhadap temannya, peserta didik menunjukan sikap yang positif dalam berhubungan dengan

orang lain, dan peserta didik

menerapkan kesetaraan dalam

berhubungan dengan orang lain. Selain itu peserta didik be kerja sama dengan baik dalam partisipasi melibatkan mental maupun keterlibatan emosinya.

Sedang 124<XI>246 Peserta didik mencapai tingkat

hubungan interpersonal yang sedang pada setiap aspeknya, menunjukan

peserta didik mampu melakukan

hubungan interpersonal dengan

menunjukan keterbukaan tetapi

terbatas kepada orang terdekat,

menunjukan sikap empati kepada teman tetapi terbatas kepada teman


(43)

61

menunjukan dukungan kepada orang lain tetapi masih belum mendalam terbata dukungan yang sama dilakukan orang lain pada umumnya, peserta didik menunjukan sikap yang positif tetap terbatas pada orang-orang

terdekat, dan peserta didik

menunjukan sikap kesetaraan tapi masih perlu mengembangkan cara mengkomunikasikan kesetaraan agar dapat diterima oleh orang lain. Selain itu peserta didik sudah mengikuti

kegiatan kelompok tetapi belum

terlihat aktif dalam memberikan

pendapatnya ataupun menunjukan

ekspresi perasaan.

Rendah <123 Peserta didik pada mencapai tingkat

hubungan interpersonal yang rendah pada setiap aspek, kesulitan menunjukan keterbukaan kepada orang lain, kurang mampu bersikap empati kepada orang lain, kurang mampu menunjukan dukungan kepada orang lain, menunjukan sikap negatif kepada orang lain, dan peserta didik kurang mampu menunjukan sikap kesetaraan sehingga masih perlu mengembangkan

keterampilan mengkomunikasikan

kesetaraan agar dapat diterima oleh orang lain, peserta didik jarang mengikuti kegiatan kelompok, belum


(44)

terlibat aktif memberikan pendapatnya ataupun menunjukan ekspresi perasaan pada situasi kelompok.

Kedudukan peserta didik dalam tingkat hubungan interpersonal menentukan banyaknya peserta yang mendapatkan perlakuan/treatment. Setelah mendapatkan treatment, diadakan kembali tes yang bersifat mengukur kembali tingkat hubungan interpersonal peserta didik apakah ada perubahan atau tidak yang disebut dengan post-test.

4. Analisis Data Posttest

Skor posttest kemampuan hubungan interpersonal peserta didik yang telah diperoleh diuji melalui pengujian sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas data menggunakan bantuan software SPSS 16.0 for windows dengan uji statistic Kolmogorov-Smirnov atau Shapiro-Wilk menggunakan taraf signifikansi 5%. Hipotesis yang digunakan pada uji normalitas adaalh sebagai berikut:

H0 = Data pre-test dan post-test berdistribusi normal.

H1 = Data pre-test dan post-test berdistrtibusi tidak normal. Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

1) Jika Sig. ≥ 0.05 maka H0 diterima. 2) Jika Sig < 0.05 maka H0 ditolak.

Tabel 3.11 Hasil Uji Normalitas

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic Df Sig.

Post_Test .144 20 .200* .939 20 .234

Dari tabel 3.11 diperoleh nilai signifikansi skor post-test dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk hasil post-test sebesar 0.200, pada


(45)

63

taraf signifikansi α = 0.05. Sedangkan jika uji dengan Shapiro-Wilk didapatkan hasil signifikasi post-test sebesar 0.234. Oleh karena itu nilai signifikasi post-test lebih besar dari α = 0.05, maka n H0 diterima dan H1 = ditolak berarti berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitasi dilakukan bila data berdistribusi normal, pengujian dilanjutkan dengan menguji homogenitas data menggunakan bantuan software SPSS 16.0 for windows dengan uji statistic leven’s test dengan taraf signifikan 5%. Uji homogenitas dimaksudkan untuk menilai untuk menilai apakah data hasil penelitian dari dua kelompok yang diteliti memiliki varian yang sama atau tidak. Jika data memiliki varians yang cenderung sama (homogen) berarti sampel-sampel dari kedua kelompok tersebut berasal dari populasi yang sama/seragam. Dalam hal ini, dilakukan uji homogenitas varians antara data pre-test dan data hasil post-test, hipotesis yang diajukan adalah

H0 = Varians kedua kelompok data tidak berbeda (varian data homogen) H1 = Varians kedu kelompok data berbeda (varians data tidak homogeny)

Tabel 3.12 Hasil Uji Homogenitas Levene

Statistic df1 df2 Sig.

.172 1 38 .680

Dari tabel 3.12 diperoleh hasil uji Levene Statistic sebesar 0.680, pada taraf signifikansi α = 0.05. Berdasarkan hipotesis yang digunakan untuk uji homogenitas H0 diterima dan H1 ditolak. Disimpulkan varians data yang dianalisis homogen.

c. Uji Statistika Nonparametik

Jika salah satu data posttest dari hasil data tidak memenuhi asumsi normalitas


(46)

d. Uji-t berpasangan

Jika data memenuhi asumsi normalitas dan homogenitas maka digunakan uji t. Skor t hasil penelitian menggunakan program SPSS 16.0, dengan menggunakan teknik analisis Paired-Samples T-Test. Dalam hal ini, hipotesis yang diuji pada penelitian adalah

H0 = Program bimbingan pribadi sosial tidak efektif untuk mengembangkan hubungan interpersonal.

H1 = Program bimbingan pribadi sosial efektif untuk mengembangkan hubungan interpersonal.

Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut: 1) Jika Sig. ≥ 0.05 maka H0 diterima.

2) Jika Sig < 0.05 maka H0 ditolak.

I. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian meliputi langkah berikut :

1. Persiapan

a. Studi Literatur

b.Studi pendahuluan di SMA Negeri 11 Bandung yang dilaksanakan pada tanggal 28 Januari 2013.

c.Membuat proposal penelitian dan mengkonsultasikannya dengan dosen mata kuliah Metode Riset Bimbingan Konseling.

d.Proposal penelitian yang telah disahkan oleh dosen mata kuliah diserahkan dengan persetujuan dari dari dewan skripsi, calon dosen pembimbing skripsi serta ketua jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan.

e.Mengajukan permohonan pengangkatan dosen pembimbing skripsi pada tingkat fakultas.

f.Mengajukan permohonan izin penelitian dari jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang memberikan rekomendasi untuk melanjutkan ke tingkat Fakultas dan Rektor UPI. Kemudian surat izin penelitian yang telah disahkan kemudian disampaikan pada kepala sekolah SMA Negeri 11 Bandung.


(47)

65

g.Membuat instrumen penelitian berikut penimbangannya kepada tiga orang dosen ahli dari jurusan PPB.

2. Pelaksanaan

a. Melakukan uji coba instrumen pada seluruh peserta didik kelas XI SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 yang merupakan pelaksanaan pre-test.

b. Menghitung validitas dan reliabilitas instrumen yang telah diujicobakan. c. Menentukan sampel treatment yaitu kelompok kelas peserta didik yang

tingkat hubungan peserta didiknya di bawah rata-rata kelompok.

d. Mengembangkan program bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan

hubungan interpersonal pada peserta didik berdasarkan hasil analisis data penelitian.

Untuk menghasilkan program bimbingan pribadi sosial dalam upaya meningkatkan hubungan interpersonal yang layak, maka dilakukan beberapa tahapan kegiatan sebagai berikut.

1) Tahap needs assessment tentang hubungan interpersonal pada peserta didik SMA.

2) Tahap penyusunan program bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan hubungan interpersonal pada peserta didik, berdasarkan analisis dari hasil needs assessment.

3) Tahap uji rasional program bimbingan pribadi sosial kepada pakar dan praktisi lapangan. Hal ini bertujuan untuk menilai kelayakan program bimbingan pribadi sosial.

4) Tahap penyempurnaan program bimbingan pribadi sosial. Berdasarkan hasil uji kelayakan program bimbingan pribadi sosial yang telah dilakukan, selanjutnya program bimbingan pribadi sosial tersebut disempurnakan dan dinyatakan sebagai program bimbingan pribadi sosial yang memiliki kelayakan untuk diujicobakan.

e. Melakukan treatment untuk meningkatkan hubungan interpersonal pada


(48)

f. Melakukan post-test untuk memperoleh data mengenai perubahan hubungan interpersonal pada peserta didik setelah dilakukannya treatment.

3. Pelaporan

Tahapan ini merupakan tahap akhir dari tahapan penelitian. Pada tahap ini seluruh kegiatan dan hasil penelitian dianalisis dan dilaporkan dalam bentuk karya ilmiah (skripsi) untuk kemudian dipertanggungjawabkan.


(49)

108

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Penelitian program bimbingan dan pribadi sosial untuk mengembangkan hubungan interpersonal peserta didik kelas XI SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Hubungan Interpersonal peserta didik kelas XI SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 secara umum berada pada kategori sedang, berarti menunjukan keterbukaan tetapi hanya sebatas kepada orang terdekat, menunjukan sikap empati kepada teman tetapi masih sebatas berempati kepada teman yang dikenalnya. Peserta didik sudah menunjukan dukungan kepada orang lain tetapi masih belum mendalam hanya sebatas memberikan dukungan yang sama dilakukan orang lain pada umumnya, peserta didik sudah menunjukan sikap yang positif tetapi masih sebatas orang-orang terdekat, dan peserta didik sudah menunjukan sikap kesetaraan tapi masih perlu mengembangkan cara mengkomunikasikan kesetaraan agar dapat diterima oleh orang lain.p Selain itu peserta didik sudah mengikuti kegiatan kelompok tetapi belum terlihat aktif dalam memberikan pendapatnya ataupun menunjukan ekspresi perasaan.

2. Program bimbingan pribadi sosial memiliki signifikan, artinya program bimbingan pribadi sosial efektif untuk mengembangkan hubungan interpersonal peserta didik. Hal ini terlihat adanya peningkatan rata-rata skor hubungan interpersonal kepada sasaran intervensi secara keseluruhan baik dari setiap aspek.

B. Rekomendasi

1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling

Program bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan hubungan interpersonal peserta didik dapat menjadi rujukan dalam upaya membantu peserta didik dalam mengembangkan hubungan interpersonal peserta didik. Bimbingan


(50)

pribadi sosial dapat dilaksanakan secara terpadu sesuai dengan program sekolah yang ada, dengan demikian akan lebih mudah bagi guru bimbingan dan konseling dalam mengarahkan peserta didik menangani masalah-maslah pribadi sosial. (Langkah Operasional terlampir pada pedoman pelaksanaan program)

2. Peneliti Selanjutnya

a. Program yang telah dirumuskan dan diuji cobakan terbatas pada peserta didik pada kemampuan hubungan interpersonal pada kategori sedang. Peneliti selanjutnya dapat mempergunakan bagi semu kategori, khusus untuk kategori rendah dapat dirumuskan intervensi lainnya.,

b. Metode yang digunakan penelitian adalah metode pra-eksperimen tanpa ada kelompok kontrol. untuk memperoleh gambaran yang lebih lengkap terhadap keterandalan program penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode eksperimen dengan melibatkan kelompok kontrol

c. Penelitian menggunakan pengungkap hubungan interpersonal dilihat dari aspek-aspek yang mempengaruhi hubungan interpersonal, terdapat faktor yang mempengaruhi hubungan interpersonal sehingga dapat diteliti lebih lanjut


(51)

110

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu & Ahmad Rohani (1991). Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta

Altman, I. & Taylor, D. 1973. Social Penetration: The Development of Interpersonal Relationship. New York: Holt.

American School Counselor Organization (ASCA). 2006. Why Elementary School Counselor. Alexandria: Timberlake Publising.http ://www. schoolcounselor-org.

Arikunto, Suharsini (2009), Prosedur Penelitian. Jakarta rineka cipta.

Buhrmester, et al. (1988). Five Domains of Interpersonal Competence in Peer Relationship. Jurnal of Personality and Social Psychology. Vol. 55 no 6, 1991-1008.

Bynre, et al. (1971). The Attraction Paradigm. New York: Academic Press. 187

Byne,. D dan Baron, A, B Alih bahasa Djuwita, R et al. (2003) Psikologi Sosial. Jakarta. Erlangga.

Counte, Michael. A. (1981). Interpersonal Behavior and Health Care. Westview Press.

Davis, (1962) Human Relations at Work : New York, San Francisco, Toronto, London.

Davis, John W. Newstrom. (1995). Perilaku Dalam Organisasi, Jakarta: Erlangga.

Departemen Agama RI. (2007). Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan. Jakarta.

Depdiknas. (2008). Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan

Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta.

Devito, Joseph. Alih bahasa Agus Maulana MSM. (2011). Komunikasi Antar Manusia. Jakarta : Professional Books.

Elliot, John. (1991). Action Research for Educational Change. Philadelphia: Open University Press.

Effendy, Onong Uchjaya. (1993). Dinamika Komunikasi. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.


(52)

Firmansyah. (2010). Partisipasi/Peran serta Masyarakat dalam

Mencerdaskan Masyarakat. [Online]. Tersedia:

http://perpusunpas.wordpress.com/2010/03/22/partisipasiperan-serta-masyarakat-dalam-mencerdaskan-masyarakat/. [22 Agustus 2013].

Gainau, B (2009). Keterbukaan Diri (Self Disclosure) Siswa dalam Perspektif Budaya Dan Implikasinya Bagi Konseling. [Online]. Tersedia : Puslit2.petra.ac.id. (2 Agustus 2013).

Hadi, Sutrisno. 2000. Metodologi Research. Yogyakarta : Andi Offset

Kalbfleisch, Pamela, J (1993). Interpersonal Communication Evoling

Interpersonal Relationships. Newjersey: Lawrence Elbaum Associates.

Kusjarwati, E. 2001. Hubungan Antara Persepsi Karyawan Terhadap Hubungan

Interpersonal Pimpinan dengan Kepuasan Kerja. Publising. www. egidiustae.wordpress.com.

Liliweri, A. (1997). Komunikasi Antar Pribadi. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Marshall,Eldon. (1982). Interpersonal Helping Skills. Jossey-Bass Publishers.

Monks, F.J. (1982). Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Muro, J.J. dan Kottman (1995). Guidance and Counseling in Elementary and Middle Schools. United State of America: Web Brown Communication inc.

Natawidjaja, R. (1987). Penyuluhan Kelompok I. Bandung: CV. Diponogoro.

Nurihsan, Juntika (2006). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Bandung: Mutiara.

Packard, Vance. (1974). The Hidden Persuarders. New York. Ig Publishing.

Pamela O. Paisley. (2006). What a School Administrator Need to Know About: Expressive Art and Play Media in School Counseling. Proceeding.

Prayitno dan Erman Amti. (2004). Dasar-Dasar Bimbingan Konseling. Jakarta : Rineka Cipta

Qolbi. (2013). Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal Dengan Iklim

Organisasi Di Sdn 034 Samarinda. Ejournal Ilmu Komunikasi, Volume 1, Nomor 1, 2013:22-38 .


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Penelitian program bimbingan dan pribadi sosial untuk mengembangkan hubungan interpersonal peserta didik kelas XI SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Hubungan Interpersonal peserta didik kelas XI SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 secara umum berada pada kategori sedang, berarti menunjukan keterbukaan tetapi hanya sebatas kepada orang terdekat, menunjukan sikap empati kepada teman tetapi masih sebatas berempati kepada teman yang dikenalnya. Peserta didik sudah menunjukan dukungan kepada orang lain tetapi masih belum mendalam hanya sebatas memberikan dukungan yang sama dilakukan orang lain pada umumnya, peserta didik sudah menunjukan sikap yang positif tetapi masih sebatas orang-orang terdekat, dan peserta didik sudah menunjukan sikap kesetaraan tapi masih perlu mengembangkan cara mengkomunikasikan kesetaraan agar dapat diterima oleh orang lain.p Selain itu peserta didik sudah mengikuti kegiatan kelompok tetapi belum terlihat aktif dalam memberikan pendapatnya ataupun menunjukan ekspresi perasaan.

2. Program bimbingan pribadi sosial memiliki signifikan, artinya program bimbingan pribadi sosial efektif untuk mengembangkan hubungan interpersonal peserta didik. Hal ini terlihat adanya peningkatan rata-rata skor hubungan interpersonal kepada sasaran intervensi secara keseluruhan baik dari setiap aspek.

B. Rekomendasi

1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling

Program bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan hubungan interpersonal peserta didik dapat menjadi rujukan dalam upaya membantu peserta didik dalam mengembangkan hubungan interpersonal peserta didik. Bimbingan


(2)

pribadi sosial dapat dilaksanakan secara terpadu sesuai dengan program sekolah yang ada, dengan demikian akan lebih mudah bagi guru bimbingan dan konseling dalam mengarahkan peserta didik menangani masalah-maslah pribadi sosial. (Langkah Operasional terlampir pada pedoman pelaksanaan program)

2. Peneliti Selanjutnya

a. Program yang telah dirumuskan dan diuji cobakan terbatas pada peserta didik pada kemampuan hubungan interpersonal pada kategori sedang. Peneliti selanjutnya dapat mempergunakan bagi semu kategori, khusus untuk kategori rendah dapat dirumuskan intervensi lainnya.,

b. Metode yang digunakan penelitian adalah metode pra-eksperimen tanpa ada kelompok kontrol. untuk memperoleh gambaran yang lebih lengkap terhadap keterandalan program penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode eksperimen dengan melibatkan kelompok kontrol

c. Penelitian menggunakan pengungkap hubungan interpersonal dilihat dari aspek-aspek yang mempengaruhi hubungan interpersonal, terdapat faktor yang mempengaruhi hubungan interpersonal sehingga dapat diteliti lebih lanjut


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu & Ahmad Rohani (1991). Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta

Altman, I. & Taylor, D. 1973. Social Penetration: The Development of Interpersonal Relationship. New York: Holt.

American School Counselor Organization (ASCA). 2006. Why Elementary School Counselor. Alexandria: Timberlake Publising.http ://www. schoolcounselor-org.

Arikunto, Suharsini (2009), Prosedur Penelitian. Jakarta rineka cipta.

Buhrmester, et al. (1988). Five Domains of Interpersonal Competence in Peer Relationship. Jurnal of Personality and Social Psychology. Vol. 55 no 6, 1991-1008.

Bynre, et al. (1971). The Attraction Paradigm. New York: Academic Press. 187

Byne,. D dan Baron, A, B Alih bahasa Djuwita, R et al. (2003) Psikologi Sosial. Jakarta. Erlangga.

Counte, Michael. A. (1981). Interpersonal Behavior and Health Care. Westview Press.

Davis, (1962) Human Relations at Work : New York, San Francisco, Toronto, London.

Davis, John W. Newstrom. (1995). Perilaku Dalam Organisasi, Jakarta: Erlangga.

Departemen Agama RI. (2007). Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan. Jakarta.

Depdiknas. (2008). Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta.

Devito, Joseph. Alih bahasa Agus Maulana MSM. (2011). Komunikasi Antar Manusia. Jakarta : Professional Books.

Elliot, John. (1991). Action Research for Educational Change. Philadelphia: Open University Press.

Effendy, Onong Uchjaya. (1993). Dinamika Komunikasi. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.


(4)

Firmansyah. (2010). Partisipasi/Peran serta Masyarakat dalam

Mencerdaskan Masyarakat. [Online]. Tersedia:

http://perpusunpas.wordpress.com/2010/03/22/partisipasiperan-serta-masyarakat-dalam-mencerdaskan-masyarakat/. [22 Agustus 2013].

Gainau, B (2009). Keterbukaan Diri (Self Disclosure) Siswa dalam Perspektif Budaya Dan Implikasinya Bagi Konseling. [Online]. Tersedia : Puslit2.petra.ac.id. (2 Agustus 2013).

Hadi, Sutrisno. 2000. Metodologi Research. Yogyakarta : Andi Offset

Kalbfleisch, Pamela, J (1993). Interpersonal Communication Evoling Interpersonal Relationships. Newjersey: Lawrence Elbaum Associates. Kusjarwati, E. 2001. Hubungan Antara Persepsi Karyawan Terhadap Hubungan

Interpersonal Pimpinan dengan Kepuasan Kerja. Publising. www. egidiustae.wordpress.com.

Liliweri, A. (1997). Komunikasi Antar Pribadi. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Marshall,Eldon. (1982). Interpersonal Helping Skills. Jossey-Bass Publishers.

Monks, F.J. (1982). Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Muro, J.J. dan Kottman (1995). Guidance and Counseling in Elementary and Middle Schools. United State of America: Web Brown Communication inc.

Natawidjaja, R. (1987). Penyuluhan Kelompok I. Bandung: CV. Diponogoro.

Nurihsan, Juntika (2006). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Bandung: Mutiara.

Packard, Vance. (1974). The Hidden Persuarders. New York. Ig Publishing.

Pamela O. Paisley. (2006). What a School Administrator Need to Know About: Expressive Art and Play Media in School Counseling. Proceeding.

Prayitno dan Erman Amti. (2004). Dasar-Dasar Bimbingan Konseling. Jakarta : Rineka Cipta

Qolbi. (2013). Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal Dengan Iklim Organisasi Di Sdn 034 Samarinda. Ejournal Ilmu Komunikasi, Volume 1, Nomor 1, 2013:22-38 .


(5)

Rakhmat, J. (2007). Psikologi komunikasi. Bandung: Rosda Karya.

Rusmana, N. (2009). Bimbingan dan Konseling Di Sekolah. Bandung: RIZQI PRESS.

----. (2009). Permainan (Play & Games). Permainan untuk para pendidik, pembimbing, pelatih, dan widyaiswara. Bandung: RIZQI PRESS.

----. (2009). Konseling Kelompok bagi anak berpengalaman Traumatis. Bandung: RIZQI PRESS.

Santrock, John W. (2003). Life-Span Development. Dubuque USA: Brown and Benchmark.

Scneiders, A. (1964). Personal Adjustement and Mental Health. New York:Rinehart and Watson.

Subino. (1987). Konstruk dan Analisis Tes. Jakarta. Depdikbud

Sudrajat, Ahmad. (2008). Permasalahn Remaja. [Online].Tersedia: www. .Wordpress.com. [22 Agustus 2013].

Shertzer, B. & Stone, S.C. (1966). Fundamental of Gudance. Boston : HMC

Sugiyo. (2005). Komunikasi Antarpribadi. Semarang: UNNES Press

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suherman AS, Uman (2006). Pendekatan Konseling Qurani untuk Mengembangkan Keterampilan Hubungan Sosial. Desertasi Pada Program Pasca Sarjana UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Suherman, U. dan Sudrajat, D. (1998). Evaluasi dan Pengembangan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Publikasi Jurusan PPB FIP UPI.

Suherman, Uman. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bekasi. Madani.

Sukardi, Dewa Ketut. (2004). Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Sukmadinata, Nana Syaodin. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:PT Remaja Rosdakarya.


(6)

Sunarya, Y. (1999). Beberapa Karakteristik Siswa Terisolir di Sekolah. Tesis pada FPS IKIP Bandung: Tidak Diterbitkan.

Supratiknya. (1995). Komunikasi antarpribadi Tinjauan Psikologi. Yogyakarta: Kanisius.

Surya, Muhammad. (2003). Psikologi Konseling. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Steinberg, Laurence. (1993). Adolescence. New York: Mc Grave-Hill, inc.

Stewart, John. (1988). Together Communicating Interpersonal. Random House.

Reardon, Kathleen. (1987). Interpersonal Commication. Wadsworth.Publishing Company.

Taylor & Francis. (2007). Interpersonal relationships and irrationality as predictors of life satisfaction. The Journal of Positive Psychology ; 2(1): 29– 39

Tedjasaputra. (2004). Komunikasi Interpersonal. Jakarta : Rineka Cipta.

Tohirin (2007). Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Wijayanti, D. 2012. Efektivitas Teknik Sosiodrama Untuk Meningkatkan Hubungan Interpersonal Siswa Kelas X di SMAN 1 Lembang Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi. UPI Bandung. Tidak diterbitkan. Winkell & Hastuti MW .(2004). Bimbingan dan Konseling di Institusi

Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.

Winkel W.S. (2006). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.

Wisnuwardhani dan Mashoedi. (2012). Hubungan Interpersonal. Jakarta. Salemba Humanika

Yusuf, S. (2007). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

________. (2009). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Rizqi Press

Yusuf. S & Nurihsan. J. (2005). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.