DAMPAK PERSEPSI SISWA TENTANG PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TERHADAP MOTIVASI BELAJAR : Studi deskriptif pada siswa kelas xi ipa sman 1 kawali.

(1)

Agiana Mahera, 2014

Dampak persepsi siswa tentang pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan terhadap motivasi belajar

DAMPAK PERSEPSI SISWA TENTANG PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN

TERHADAP MOTIVASI BELAJAR

(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas XI IPA SMAN 1 Kawali) SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Oleh Agiana Mahera

0901656

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

Agiana Mahera, 2014

Dampak persepsi siswa tentang pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan terhadap motivasi belajar

2014

DAMPAK PERSEPSI SISWA TENTANG PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN

TERHADAP MOTIVASI BELAJAR

Oleh Agiana Mahera

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Agiana Mahera 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014


(3)

Agiana Mahera, 2014

Dampak persepsi siswa tentang pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan terhadap motivasi belajar

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

AGIANA MAHERA 0901656

DAMPAK PERSEPSI SISWA TENTANG PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN

TERHADAP MOTIVASI BELAJAR

(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas XI IPA SMAN 1 Kawali) Disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing I

Prof. Dr. BeltasarTarigan, MS. AIFO NIP. 195603031983031005

Pembimbing II

SufyarMudjianto, M. Pd NIP. 197503222008011005

Mengetahui, Ketua Program Studi


(4)

Agiana Mahera, 2014

Dampak persepsi siswa tentang pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan terhadap motivasi belajar

Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Drs.Mudjihartono,M.Pd NIP. 196508171990011001


(5)

Agiana Mahera, 2014

Dampak persepsi siswa tentang pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan terhadap motivasi belajar

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. ... Latar Belakang Masalah ... 1

B. ... Identifi kasi Masalah ... 5

C. ... Rumus an Masalah ... 6

D. ... Tujuan Penelitian ... 6

E... Manfa at Penelitian ... 7

F. ... Batasa n Penelitian ... 7

G. ... Definis i Istilah ... 8

BAB II KAJIAN TEORITIS ... 10

A. ... Persep si ... 10

1... Penger tian Persepsi ... 10


(6)

Agiana Mahera, 2014

Dampak persepsi siswa tentang pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan terhadap motivasi belajar

2... Ciri-ciri Persepsi ... 11 3.... Faktor

yang Mempengaruhi Persepsi ... 12 4... Proses

Persepsi ... 15 B. ... Motiva

si Belajar ... 17 1... Penger

tian Motivasi Belajar ... 17 2....

Aspek-aspek Motivasi Belajar ... 19 3.... Faktor

yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ... 21 4... Fungsi

Motivasi Belajar ... 22 C. ... Konse

p Pendidikan Jasmani ... 23 1... Penger

tian Pendidikan Jasmani ... 23 2.... Tujuan Pendidikan Jasmani ... 24 3.... Manfa

at Pendidikan Jasmani di Sekolah ... 26 D. ... Keterk

aitan Persepsi dengan Motivasi Belajar ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 34 A. ... Lokasi

dan Subjek Populasi / Sampel Penelitian ... 34 1... Tempa

t dan Waktu Penelitian ... 34 2.... Popula

si ... 34 3... Sampe

l ... 35 B. ... Desain dan Langkah-lengkah Penelitian... 35 1... Desain


(7)

Agiana Mahera, 2014

Dampak persepsi siswa tentang pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan terhadap motivasi belajar

2... Langk ah-langkah penelitian ... 36 C. ... Metod

e Penelitian... 38 D. ... Definis

i Oprasional ... 40 E.... Instru

men Penelitian ... 41 1... Angket (Kuesioner) ... 43 2.... Penyus

unan Angket ... 46 F. ... Proses

Pengembangan Instrumen ... 48 1... Uji

Validitas ... 48 2.... Uji

Reliabilitas ... 55 G. ... Prosed

ur Pengolahan dan Analisi Data ... 57 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 61 A. ... Pemap

aran Data Penelitian ... 61 1.... Hasil

Uji Normalitas ... 62 B. ... Analisi Data ... 63 2... Analisi

s Data Persepsi Siswa... 63 3.... Analisi Data Motivasi Belajar ... 68 C. ... Pemba

hasan ... 75 BAB V KESIMPULAN ... 79 A. ... Kesim

pulan ... 79 B. ... Saran

... 79 DAFTAR PUSTAKA ... 80


(8)

Agiana Mahera, 2014

Dampak persepsi siswa tentang pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan terhadap motivasi belajar


(9)

Agiana Mahera, 2014

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Harus kita sadari betapa pentingnya pendidikan, pendidikan merupakan langkah awal untuk meningkatan sumber daya manusia. Betapa penting peranan pendidikan didalam kehidupan kita. Pendidikan jasmani merupakan pendidikan formal yang ada di sekolah. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan umum yang melibatkan interaksi antara guru dengan siswa, serta siswa dengan siswa. Perlu kita ketahui pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan pendidikan yang mencakup aspek afektif (sikap), kognitif (pengetahuan) dan psikomotor (gerak). Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan pendidikan sangat lengkap sekali karena mencakup berbagai aspek baik gerak, sikap, maupun pengetahuan, semuanya terdapat dalam pembelajaran pendidikan jasmani.

“Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan” (Mahendra, 2009:21). Berdasarkan kutipan tersebut, pendidikan jasmani tak lain merupakan suatu proses belajar untuk bergerak, dan belajar melalui gerak. Pendidikan Jasmani tidak hanya ditujukan untuk pembangunan fisik tetapi juga mencakup pengembangan individu secara menyeluruh.

Betapa pentingnya pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan serta kebugaran jasmani, sebagai proses pembelajaran melalui kegiatan fisik yang dirancang untuk meningkatkan kebugaran fisik, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan, perilaku hidup sehat, sportif, dan kecerdasan emosional.

Salah satu mata pelajaran yang ada di sekolah adalah pendidikan jasmani dimana pendidikan jasmani merupakan mata pelajaran yang wajib diikuti oleh siswa sebagai sarana bagi siswa untuk mengembangkan potensi diri dan untuk


(10)

merubah tingkah laku siswa di sekolah. Karena pendidikan itu adalah proses merubah individu dari tadinya tidak bisa menjadi bisa perubahan sikap menjadi lebih baik.

Tujuan dari pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan diantaranya harus mencakup 3 aspek, diantaranya yaitu: Aspek kognitif (pengetahuan intelektual), aspek afektif (sikap sosial), dan psikomotor (keterampilan gerak). Ketiga bagian tersebut menjadi kegiatan belajar mengajar pendidikan jasmani di sekolah. Menurut Tarigan (2012:32) dalam buku Optimalisasi Pendidikan Jasmani dan Olahraga Berlandaskan Ilmu Faal Olahraga menyatakan :

Pendidikan jasmani yaitu mengembangkan pribadi manusia secara utuh baik manusia sebagai mahluk individu, sosial, religius dan secara oprasional bertujuan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan siswa secara maksimal yang meliputi perkembangan pengetahuan, kerjasama, penalaran, emosional, sikap sportif, menghargai perbedaan, keterampilan, kesehatan, kebugaran jasmani bahkan meningkatkan perkembangan inteligensia. Berdasarkan kutipan di atas bahwa pendidikan jasmani mempunyai manfaat yang sangat besar pada diri individu siswa, bukan hanya mengembangkan kemampuan fisik saja tetapi juga mengembangkan kemampuan inteligensia, karena itulah pendidikan jasmani kesehatan dan olahraga di sekolah sangat penting, sehingga siswa harus mempunyai kesadaran sendiri akan pentingnya pendidikan jasmani di sekolah.

Keberadaan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah bukan hanya membentuk, aspek afektif, kognitif dan psikomotor saja, akan tetapi lewat pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan beban mental siswa-siswi di sekolah dapat berkurang. Pendidikan jasmani memang merupakan pendidikan sesuai dengan kebutuhan siswa siswi di sekolah, dimana materi pembelajaran disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan siswa siswi di sekolah. Di dalamnya siswa dapat belajar sambil bergembira melalui penyaluran hasratnya untuk bergerak. Semakin terpenuhi kebutuhan akan gerak dalam masa-masa


(11)

pertumbuhannya, makin besar bagi kualitas pertumbuhan itu sendiri. Menurut (Bonhauser dkk, 2005; DSR, 2006; Chatzisarantis, 2007) dalam buku optimalisasi pendidikan jasmani dan olahraga berlandaskan ilmu faal olahraga yang di kutip Tarigan (2012:76) menyatakan bahwa, “ sumbangan pendidikan jasmani terhadap sistem pendidikan disekolah dapat meningkatkan kemampuan konsentrasi dan memacu perkembangan kemampuan akademik dan perkembangan kognitif

siswa.”

Karena pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan pendidikan melalui aktivitas gerak, semakin terpenuhi kebutuhan akan gerak dalam masa-masa pertumbuhannya, semakin besar kualitas pertumbuhanya. Lewat gerak siswa dapat meluapkan ekspresi, kegembiraan, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Tentunya para siswa di sekolah sudah tidak asing dengan keberadaan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan karena sudah diajarkan mulai dari jenjang SD, SMP dan SMA. Berdasarkan pengalaman pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan siswa-siswi di sekolah, tentunya siswa-siswi tersebut akan memperoleh berbagai ungkapan yang erat kaitanya dengan kesan pribadi, kesan pribadi ini dapat menimbulkan bermacam persepsi dan motivasi dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani kesehatan dan olahraga di sekolah. Tergantung dari pengalaman masing-masing individu di sekolah.

Sehingga yang peneliti rasakan berdasarkan pengalaman ketika PPL (Program Pengalaman Lapangan) pembelajaran pendidikan jasmani kesehatan dan olahraga, pada kenyataanya mengalami hambatan pada waktu mengajar, misalnya ketika pembelajaran atau materi pembelajaran yang kurang diminati siswa di sekolah, beberapa orang dari mereka selalu ada yang pura-pura sakit, tidak hadir tanpa adanya keterangan yang jelas, atau tidak membawa baju olahraga tidak mengikuti pembelajaran sebagaimana mestinya, karena berbagai alasan yang tidak jelas, diantaranya ketakutan siswa dalam melakukan pembelajaran, takut terhadap bola atau bahkan takut terhadap guru mata pelajaran tersebut sehingga di temukan kesulitan dalam meningkatkan persepsi dan motivasi siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan.


(12)

Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru mata pelajaran pendidikan jasmani olaharaga dan kesehatan di SMA Negeri 1 Kawali menyatakan bahwa disetiap kelas pasti selalu ada siswa yang beralasan tidak mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah karena alasan yang tidak jelas seperti pura-pura sakit, bahkan mereka selalu berasumsi karena penjas bukan mata pelajaran eksak di sekolah, jadi terkadang mereka menomorduakan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Berdasarkan hasil wawancara mengenai pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah SMA Negeri 1 Kawali peneliti menemukan kendala persepsi dan motivasi mereka terhadap pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Padahal harusnya mereka mengetahui bahwa pendidikan jasmani itu memberikan banyak manfaat sebagaimana yang dijelaskan Mahendra (2009:7) bahwa

“Pendidikan jasmani pada hakekatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktifitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu baik dalam hal fisik, mental, serta emosional.”

Pada materi-materi pelajaran olahraga tertentu, motivasi siswa kurang untuk mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani kesehatan dan olahraga. Karena pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan sebagai mata pelajaran yang diwajibkan di sekolah, takutnya siswa melakukan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan hanya mengikuti pembelajaran, bukan karena adanya pemahaman dan kemauan sendiri akan pentingnya pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Hal seperti ini jika terus dibiarkan dapat menjadi dampak yang negatif terhadap pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Bahkan hal ini dapat menjadi bumerang bahwa berolahraga itu bukan hal penting. Karena pemahaman pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dimulai dari pemahaman di sekolah sejak usia dini. Karena itulah pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan ada di sekolah. Pemahaman serta pengalaman terhadap pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan menghasilkan persepsi. Menurut Chaplin (2004:358) mengemukakan persepsi adalah:


(13)

(1) Proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera, (2) Kesadaran dari proses-proses organis, (3) (Titchener) satu kelompok penginderaan dengan penambahan arti-arti yang berasal dari pengalaman di masa lalu, (4) variabel yang menghalangi atau ikut campur tangan, berasal dari kemampuan organisasi untuk melakukan pembedaan diantara perangsang-perangsang, (5) kesadaran intuitif mengenai kebenaran langsung atau keyakinan yang serta merta mengenai sesuatu.

Proses mengetahui atau mengenali objek dengan bantuan indera ini dirasakan ketika siswa terjun langsung dalam pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Lewat pengalaman mereka dapat merasakan sendiri bagaimana pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah.

Guru adalah penentu keberhasilan suatu pendidikan di sekolah. Namun pada kenyataanya mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan masih belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Baik tidaknya, berhasil tidaknya pendidikan jasmani olahraga kesehatan di sekolah, faktor yang mempengaruhi siswa mengikuti pembelajaran adalah guru. Bahkan persepsi siswa terhadap pembelajaran pendidikan jasmani olaharaga dan kesehatan ditentukan oleh guru, karena guru adalah pemegang kendali dalam proses belajar mengajar di sekolah. Pendidikan jasmani di sekolah harusnya dapat menarik siswa untuk melakukan aktivitas jasmani, sehingga siswa termotivasi untuk melakukan aktivitas jasmani. Kurangnya motivasi seseorang dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dapat mempengaruhi motivasi kepada siswa yang lain, sehingga mempengaruhi kepada mata pelajaran itu sendiri.

Motivasi mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar baik bagi guru maupun siswa. Bagi guru mengetahui motivasi belajar dari siswa sangat diperlukan guna memelihara dan meningkatkan semangat belajar siswa. Bagi siswa motivasi belajar dapat menumbuhkan semangat belajar sehingga siswa terdorong untuk melakukan kegiatan belajar.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul Dampak Persepsi Siswa tentang Pembelajaran Pendidikan Jasmani


(14)

Olahraga dan Kesehatan terhadap Motivasi Belajar studi kasus di SMAN 1 Kawali.

B.Identifikasi Masalah

Sesuai dengan uraian yang telah dibahas dalam latar belakang masalah diatas maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang sesuai dengan apa yang penulis lihat dari lapangan. Adapun masalah yang ditemui peneliti saat dilapangan yaitu :

1. Kurangnya pemahaman siswa tentang pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan disekolah.

2. Pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan kurang diminati oleh sebagian siswa karena malas berolahraga.

3. Pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, sering ditinggalkan oleh sebagian siswa, tidak mengikuti pembelajaran dengan alasan yang tidak jelas, diantaranya pura-pura sakit, tidak membawa baju olahraga.

4. Sebagian siswa menomorduakan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, berasumsi bahwa pembelajaran eksak lebih penting.

5. Pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan ditakuti oleh sebagian siswa di sekolah.

Berdasarkan hal tersebut, dari kelima permasalah diatas, persepsi dan motivasi siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan menjadi persoalan pokok dalam pembelajaran disekolah khususnya pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di SMA Negeri 1 Kawali.

C.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

Seberapa besar dampak persepsi siswa tentang pembelajaran pendidikan jasmani kesehatan dan olahraga terhadap motivasi belajar ?


(15)

D.Tujuan Penelitian

Dalam segala bentuk kegiatan, tujuan merupakan dasar pemikiran yang paling utama, tanpa adanya tujuan suatu kegiatan tidak akan berjalan lancar. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Untuk mengetahui seberapa besar dampak persepsi siswa terhadap motivasi belajar.

E.Manfaat Penelitian

Penulis berharap hasil penelitian bermanfaat sebagai berikut: a. Secara teoritis

Dapat digunakan sebagai masukan (bahan pemikiran) keilmuan dan informasi bagi lembaga pendidikan yang dalam hal ini adalah sekolah maupun bagi perorangan, seperti guru pendidikan jasmani, mahasiswa, para pembaca dan pemerhati olahraga maupun pendidikan mengenai dampak persepsi siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani kesehatan dan olahraga terhadap motivasi belajar pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan.

b. Secara praktis

Dapat dijadikan acuan dan pedoman bagi guru pendidikan jasmani dalam upaya mengembangkan persepsi yang baik terhadap pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan bagi siswa siswi di sekolah.

F. Batasan Penelitian

1. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada.

2. Variabel Independen atau variable bebas. menurut Sugiyono (2012:61)

”Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).” Dalam penelitian ini yang dimaksudkan variable bebas adalah persepsi siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani.


(16)

3. Variabel dependen atau variable terikat. Sugiyono (2012:61) menjelaskan

bahwa ”variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.” Variabel terikat Dalam penelitian ini adalah motivasi belajar

4. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI di SMA negeri 1 Kawali. 5. Lokasi penelitian dilakukan di Jl. Poronggol Raya, Kecamatan Kawali,

Kabupaten Ciamis

6. Dalam mengumpulkan data dari suatu sampel penelitian diperlukan alat yang disebut instrumen. Instrumen penelitian yang digunakan berupa angket.

7. Aspek yang ingin di ketahui dalam penelitian ini adalah persepsi siswa terhadap motivasi belajar pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan pada siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Kawali dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan.

G.Definisi Istilah

Untuk menghindari adanya kesalahan dalam penafsiran khususnya istilah-istilah yang ada dalam penelitian ini, maka penulis akan menguraikan beberapa istilah tersebut, antara lain sebagai berikut :

1. Persepsi dalam pengertian psikologi menurut Sarwono (2009:94) adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah penginderaan (penglihatan, pendengaran, peraba dan sebagainya). Sebaliknya, alat untuk memahaminya adalah kesadaran atau kognisi.

2. Sardiman (2010:75) yang mengatakan bahwa motivasi adalah motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberi arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat dicapai.


(17)

3. Mahendra (2009:21) pendidikan jasmani adalah proses pendidikan tentang dan melalui aktivitas jasmani, permaianan, dan olahraga yang dipilih untuk mencapai tujuan pendidikan.


(18)

Agiana Mahera, 2014

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Lokasi dan Subjek Populasi / Sampel Penelitian 1. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat penelitian

Dalam penelitian ini lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Ciamis, Kecamatan Kawali (46253), Jalan Polonggoraya Nomor 9, SMA Negeri 1 Kawali. b. Waktu penelitian

Waktu pemberian instrumen ini di laksanakan pada bulan januari pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Kawali.

2. Populasi

Untuk meneliti suatu masalah penelitian diperlukan sumber data dan pada umumnya sumber data itu disebut populasi dan sampel penelitian. Ketelitian menentukan populasi dan sampel yang akan menentukan derajat keberhasilan yang akan dilaksanakan atau dilakukan. Populasi memegang peranan penting dalam suatu penelitian, karena populasi merupakan keseluruhan sumber data atau

objek yang diteliti. Menurut Sugiyono (2012:117) “populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas : obyek / subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya”. Berdasarkan gambaran tersebut populasi merupakan suatu keseluruhan objek penelitian berupa gejala-gejala pristiwa-pristiwa baik benda, ataupun mahluk hidup / manusia yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kawali. Dalam hal pengambilan populasi peneliti mengambil kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Kawali, yang terdiri dari 4 kelas, terdiri dari XI IPA 1 sampai dengan XI IPA 4. Berikut ini jumlah populasi yang digambarkan dalam tabel 3.1 dibawah ini.


(19)

Table 3.1

Populasi Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Kawali

NO SISWA KELAS XI JUMLAH SISWA

1. XI IPA 1 39

2. XI IPA 2 40

3. XI IPA 3 40

4. XI IPA 4 39

JUMLAH 158

3. Sampel

Menurut Sugiyono (2012:118) “sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Berdasarkan hal tersebut sampel berarti bagian dari jumlah populasi serta dapat mewakili populasi tersebut. Oleh karena itu dalam pengambilan sampel harus benar-benar representatif. Sejalan dengan hal tersebut sedangkan pengertian sampel menurut Sukmadinata

(2012:252) “sampel merupakan suatu proses pemilihan dan penentuan jenis sample dan perhitungan besarnya sampel yang akan menjadi objek atau subjek

penelitian”.

Dalam pengambil sampel diperlukan rumus-rumus dan terdapat berbagai rumus untuk menentukan besarnya sampel yang diperlukan. Berdasarkan populasi diatas dari jumlah populasi 158 orang dengan tingkat kesalahan 5% maka jumlah sampel sekitar 110 orang, pengambilan sampel dengan random sampling.

B.Desain dan Langkah-langkah Penelitian 1. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan tentang cara menyimpulkan dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis dan sesuai dengan tujuan penelitian. Desain penelitian akan sangat membantu peneliti supaya penelitian dapat dilakasanakan seacara teratur dan tersusun dengan baik. Desain


(20)

penelitian menjelaskan mengenai hubungan antara suatau variabel dengan variabel lainnya, peneliti harus cermat dalam menentukan secara jelas yang mana variabel bebas (Independent variable) dan yang mana variable terikat (divendent variable). Dalam suatu penelitian deskriftif pengambilan data yang digunakan harus dipilih dasar yang tepat dan susunan dengan variabel-variabel yang tergantung dalam penelitian. Pada penelitian ini langkah-langkah yang disusun adalah sebagai berikut:

a. Menetapkan populasi dan sampel penelitian.

b. Pengambilan dan pengukuran data melalui tes dan pengukuran. c. Analisis data.

d. Menetapkan kesimpulan

Adapun paradigma penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut :

Gambar 3.2 Paradigma Penelitian

(Sugiyono 2012:66)

Keterangan:

Variable X = Persepsi siswa tentang penjasorkes Variable Y = Motivasi belajar

= Dampak

2. Langkah-langkah Penelitian

Untuk memberikan gambaran mengenai langkah penelitian yang dilakukan maka diperlukan langkah penelitian sebagai rencana kerja. Dengan adanya gambaran langkah penelitian maka akan mempermudah kita untuk memulai


(21)

langkah dari sebuah penelitian. Adapun mengenai langkah-langkah penelitian penulis jelaskan sebagai berikut:

1. Langkah pertama menentukan populasi yaitu siswa-siswi kelas XI SMA Negeri 1 Kawali, dari populasi tersebut kemudian diambil sampel berdasarkan ketentuan tingkat kesalahan 5%.

2. Kemudian melakukan tes pengukuran dengan menggunakan angket mengenai persepsi siswa dan motivasi belajar.

3. Setelah mendapatkan hasil pengetesan dari kedua variabel, langkah selanjutnya adalah melakukan pengolahan dan menganalisa data.

4. Langkah terakhir menentukan kesimpulan yang didasarkan dari hasil pengolahan dan analisis data tersebut.

Pada umumnya sumber data dalam penelitian disebut populasi dan sampel penelitian. Populasi dan sampel merupakan bagian yang sangat penting dalam melaksanakan penelitian sebab populasi dan sampel merupakan sumber untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Tanpa populasi, maka sumber data tidak akan diperoleh.

Dalam hal ini menurut Sugiyono (2012: 297) :

populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik sebuah kesimpulanya sedangkan sampel menurut adalah sebagian dari populasi itu sendiri.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat digambarkan bahwa yang dimaksud dengan populasi adalah totalitas sumber data secara keseluruhan subjek penelitian, oleh krena itu perlu ditetapkan secara akurat sebab data yang terkumpul akan diolah dan dianalisis.

Populasi dalam suatu penelitian merupakan kumpulan individu atau objek yang merupakan sifat-sifat umum atau menyeluruh. Dalam hal ini Zuriah


(22)

Populasi

Sampel

Pengolahan dan analisis data dampak persepsi

terhadap motivasi

Kesimpulan

Angket Motivasi belajar penjasorkes Angket Persepsi Siswa

tentang penjasorkes

(2006:116) menjelaskan, bahwa “ Populasi adalah seluruh data dalam penelitian

sedangkan sampel bagian dari populasi”.

Adapun langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan sebagai berikut :

Gambar 3.3

Langkah-langkah Penelitian

C. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara yang ditempuh untuk memperoleh data, menganalisis dan menyimpulkan hasil penelitian. Penggunaan metode


(23)

dalam melaksanakan hasil penelitian adalah hal yang sangat penting, sebab dalam menggunakan metode penelitian yang tepat diharapkan dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Disamping itu penggunaan metode tergantung kepada permasalahan yang akan dibahas, dengan kata lain penggunaan suatu metode dilihat darai efektifitas, efisien, dan relevansinya metode tersebut.

Metode penelitian ini tidak pernah lepas dalam setiap penelitian, hal tersebut dikarenakan metode penelitian mempunyai kedudukan yang penting dalam pelaksanaan pengumpulan dan analisis data. Tujuan penelitian ini adalah mengungkapkan, menggambarkan, dan mengumpulkan hasil dari pemecahan masalah melalui cara-cara tertentu sesuai dengan prosedur penelitian masalah yang akan diteliti serta tujuan yang ingin dicapai dalam suatu penelitian akan menentukan penggunaan metode penelitian.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif untuk mendeskripsikan fenomena yang ada di SMAN 1 Kawali. Alasan peneliti menggunakan metode ini didasarkan pada bentuk penelitian itu sendiri yang bertujuan untuk meneliti suatu pristiwa atau suatu gejala dan kemudian melihat apa penyebab atau gejala itu bisa muncul.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif, karena penelitian ini ingin mengetahui dampak persepsi siswa tentang pendidikan jasmani olaharaga dan kesehatan terhadap motivasi belajar siswa SMA Negeri 1 Kawali.

Mengenai metode penelitian deskriptif Sukmadinata (2012:72) “penelitian

deskriptif adalah bentuk penelitian yang paling dasar, diajukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada”. Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin mengetahui gambaran yang ada khususnya pada siswa kelas XI IPA di SMAN 1 Kawali.

Pendapat tersebut memberikan makna bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian dengan tujuan untuk menggambarkan suatu pristiwa pada saat sekarang


(24)

yang nampak pada suatu situasi. Lebih jelas lagi tentang metode deskriptif dijelakan oleh Sukmadinata (2012:73) terutama ciri-ciri sebagai berikut:

1. Merupakan penggambaran apa adanya hal yang alamiah dan sesuai dengan kenyataan kehidupan.

2. Penelitian deskriptif mempunyai makna yang lebih luas, mencakup deskriftif kuantitatif dan deskriftif kualitatif. Kajian metodenya lebih lengkap dari metode survei karena mencakup penelitian melalui pengamatan (observasi) dan studi dokumenter, sedangkan survai terbatas pada wawancara dan angket

3. Penelitian deskriftif merupakan penelitian yang paling dasar dari penelitian-penelitian noneksperimental. Metode ini banyak digunakan sebagai studi pendahuluan bagi peneliti noneksperimental lebih lanjut, seperti penelitian korelasional, komparatif, pengembangan dll.

4. Bagi para pemula lebih cocok memulai pengembangan kemampuan penelitian ya dengan penelitian deskriftif, seperti penelitian sederhana para siswa SMA, penulis tugas akhir program D3, penelitian skripsi mahasiswa S1, dll.

Dari gambaran diatas dapat disimpulkan bahwa metode penelitian deskriptif adalah suatu metode pemecahan masalah melalui proses pengukuran dan pengambilan data yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang suatu pristiwa menurut apa adanya, tanpa harus mengontrol suatu perlakuan (latihan). Sehingga dalam penelitian ini penulis tidak memberikan perlakuan terhadap responden hanya mengambil data saja dari responden tersebut dengan menggunakan angket.

Metode deskriptif adalah suatu metode yang berusaha menggambarkan, menjelaskan dan melukiskan situasi berupa gejala, kejadian yang ada pada masa sekarang. Langkah penelitian ini tidak terbatas pada suatu pengumpulan data, akan tetapi meliputi juga analisis dan interprestasi dari data, agar masalah ini dapat diungkapkan jawabanya sehingga tujuan dari penelitian ini dapat tercapai hal ini untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai dampak persepsi siswa tentang pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan terhadap motivasi belajar.

D. Definisi Oprasional 1. Variabel Penelitian


(25)

Pengertian variabel menurut Sugiyono (2012:60) “variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh tentang informasi hal tersebut, kemudian ditarik

kesimpulanya”. Variabel dalam penelitian melibatkan dua variabel yang terdiri atas variabel bebas (Independent variable) yaitu (X) dan variable terikat

(divendent variable) yaitu (Y).

Menurut Sugiyono (2012:61)

Variable Indevenden atau variabel bebas adalah variable yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variable divenden (terikat). Sedangkan variable divenden merupakan variable yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variable bebas.

Variabel bebas adalah faktor stimulus atau input yaitu faktor yang dipilih oleh peneliti untuk melihat hubungan terhadap gejala yang diamati. Variabel terikat adalah faktor yang diamati dan diukur untuk mengetahui efek variabel bebas.

Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini, penulis melibatkan dua variabel yaitu terdiri dari :

1. Variabel bebas (Independent variable) yang dilambangkan dengan X yaitu persepsi siswa tentang pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Persepsi siswa tentang pendidikan jasmani olahraga dan ksehatan adalah bagaimana pandangan siswa mengenai pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan berdasarkan pengalaman yang dialami siswa tersebut.

2. Variabel terikat (divendent variable) yang dilambangkan dengan Y yaitu motivasi belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Motivasi belajar siswa tentang pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah dorongan siswa berupa kebutuhan untuk mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan.


(26)

E. Instrumen Penelitian

Penelitian pada prinsipnya adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam. Dalam pengambilan data variabel penelitian maka diperlukan sebuah instrumen penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan angket sebagai salah satu pengumpulan data. Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang dinilai akurat untuk mengumpulkan dan memperoleh data variabel penelitian sejumlah populasi dan sampel penelitian yang telah

ditentukan. Menurut Sugiyono (2012:148) “meneliti adalah melakukan

pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam”. Oleh karena itu pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik, alat ukur dalam penelitian dinamakan instrumen penelitian.

Agar lebih jelas mengenai langkah langkah penyusunan instrumen penelitian dimulai dari penyusunan definisi konseptal, definisi oprasional, kemudian menyususn kisi-kisi instrumen penelitian. Keberhasilan penelitian

sangat ditentukan oleh instrumen penelitian. Menurut Zuriah (2006:168) “kualitas

instrumen akan menentukan kualitas data yang terkumpul.” Instrument penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data. Sehingga lewat instrumen ini diharapkan dapat menjawab permasalahan yang diteliti oleh peneliti. Langkah-langkah penyusunan instrument dijelaskan oleh Arikunto (Zuriah, 2006:169) Secara umum penyusunan instrument pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Mengadakan identifikasi terhadapat variabel-variabel yang ada didalam rumusan judul penelitian atau yang tertera dalam problematika penelitian b. Menjabarkan variabel menjadi sub ataupun bagian variabel.

c. Mencari indikator setiap sub atau bagian varibel d. Menderetkan deskriptor dari setiap indikator

e. Merumuskan setiap deskripstor menjadi butiran-butiran instrument

f. Melengkapi instrument dengan pedoman atau instruksi dan kata pengantar

Tabel 3.4


(27)

Menurut Arikunto (Zuriah, 2006:170)

Berdasarkan gambaran diatas penulis melakukan penjabaran mengenai persepsi siswa terhadap pendidikan jasmani olaharaga dan kesehatan serta motivasi belajar siswa mengenai pendidikan jasmani olaharaga dan kesehatan berdasarkan prosedur diatas.

1. Angket (Kuesioner)

Dalam penelitian ini baik persepsi siswa dan motivasi belajar menggunakan angket. Angket siswa dibuat untuk mengetahui dampak persepsi siswa terhadap motivasi belajar di SMA Negeri 1 Kawali. Ada beberapa alasan penulis menggunakan angket sebagai alat pengumpul data yaitu sebagai berikut:

a. Angket merupakan alat pengukur data lebih efisien ditinjau dari segi waktu penelitian.

b. Informasi ataupun data yang terkumpul lebih mudah.

c. Responden dapat menjawab lebih leluasa dalam pengisian angket tanpa dipengaruhi oleh sesuatu yang mengikat, sehingga jawabanya sesuai dengan apa yang diharapkan.

d. Angket dapat digunakan dari jumlah responden yang besar.

Jenis kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis kuesioner tertutup. Maksudnya jenis kuesioner tersebut telah tersusun atas pertanyaan atau pernyataan yang tegas, teratur, konkrir, lengkap dan tidak menuntut jawaban. Artinya angket tertutup merupakan angket yang berdasarkan yang dikatakan Margono (Zuriah, 2005:182) ‘kuesioner tertutup berisi pertanyaan pertanyaan yang disertai sejumlah alternatif jawaban yang disediakan. Responden dalam menjawab terikat pada sejumlah kemungkinan jawaban yang sudah disediakan.’ Berdasarkan hal tersebut dalam penelitian ini penulis menggunakan angket tertutup untuk mengumpulkan informasi dengan cara menyampaikan sejumlah pernyataan tertulis untuk dijawab secara tertulis oleh responden.

Variable Subvariable Indikator Deskriptor

Butir-butir pertanyaan


(28)

Maksudnya adalah angket yang disusun dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan terbatas tegas, lengkap. Sehingga responden hanya diminta untuk mengisi jawaban pada halaman yang telah disediakan dengan demikian yang diperoleh dari responden tidak berupa uraian yang lebih rinci tetapi hanya membutuhkan jawaban yang sudah disediakan. Adapun kisi-kisi angket tersebut dapat dilihat pada tabel 3.5 :

a. Persepsi Siswa 1) Definisi konseptual

Persepsi siswa dalam pendidikan jasmani adalah gambaran fakta yang dialami siswa ketika proses kegiatan belajar pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, berdasarkan hasil pengetahuan, pengalaman dan kesan yang dialami, sehingga menghasilkan pandangan positif maupun negatif terhadap mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan disekolah.

2) Definisi Oprasional

Persepsi siswa adalah skor yang diperoleh siswa setelah menjawab angket persepsi siswa tentang pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Persepsi siswa berbentuk sekala dengan skor antara 1 hingga 5.

Tabel 3.5

Kisi-kisi Angket Persepsi Siswa

Variable Sub Variable Indikator No Soal

Positif Negatif Persepsi

Siswa

1. Pengalaman a. Manfaat yang dialami siswa mengenai penjas

3, 34, 62 4, 13, 67

b. Pengalaman diri terhadap penjas 11, 50,

17,51, 21

10, 29, 32,52,53 c. Keikutsertaan dalam pembelajaran penjas 1, 24, 25,

61, 68

6, 8, 38, 39, 46,


(29)

2. Pengetahuan a. Pemahaman siswa mengenai penjas 59, 15, 30, 45,

2, 33, 40, 43

b. Mengetahui nilai-nilai pendidikan jasmani 65, 28 63,64

c. Mengetahui manfaat pelajaran pendidikan jasmani

7, 54 20, 42

d. Kegunaan penjas di sekolah 23, 55, 56, 22

3. Kesan a. Partisifasi mengikuti pembelajaran penjas 26, 41 14, 27,

b. Pentingnya pembelajaran penjas 36, 48 35, 18

c. Respon siswa mengikuti pembelajaran

penjas

9 16

d. Penilaian mengenai penjas 5, 19, 44 31, 66,

47

e. Kepuasan mengikuti pembelajaran penjas 37, 60

b. Motivasi Belajar 1) Definisi konseptual

Motivasi belajar adalah dorongan siswa untuk melakukan sesuatu berdasarkan tujuanya. Motivasi belajar siswa adalah proses siswa untuk melakukan aktifitas belajar, motivasi ini timbul dari dalam dirinya (faktor intrinsik), dari luar dirinya (faktor ekstrinsik). Sehingga dapat diketahui siswa dalam mengikuti pembelajaran penjasorkes, motivasinya rendah atau tinggi.

2) Definisi Oprasional

Motivasi belajar siswa adalah skor yang diperoleh siswa setelah menjawab angket motivasi belajar siswa tentang pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Persepsi siswa berbentuk skala dengan skor antara 1 hingga 5.

Tabel 3.6

Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar

Variable Sub

Variable

Indikator No Soal

Positif Negatif Motivasi Belajar Siswa 1. Faktor intrinsik dalam diri siswa

a. Kehadiran siswa mengikuti pembelajaran

pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

1, 4, 39 2, 55, 56 b. Mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani

olahraga dan kesehatan bersungguh-sungguh

3, 7, 33 8, 18, 57

c. Mendapatkan rasa bangga dalam pembelajaran

pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan


(30)

d. Bekerja keras untuk maju dalam pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

11, 15, 17,

58, 47, 59

e. Percaya diri mengikuti pembelajaran

pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

13, 68 12,67

f. Merasa nyaman mengikuti pembelajaran

pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah

31, 37 16, 35

g. Semangat mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

6, 9 5, 10, 2. Faktor

Ekstrinsik (Dari luar diri siswa)

a. Keinginan menjadi yang terbaik diantara teman

dalam pembelajaran pendidikan jasmani

olahraga dan kesehatan

21, 25, 27, 29, 41 26, 28, 42, 46, 60 b. Gaya kepemimpinan guru mengajar

pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

51 30

c. Dukungan dari guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

23, 69 52, 70 d. Dukungan dari orang tua pendidikan

jasmani olahraga dan kesehatan

19, 34 20, 62 e. Mendapat Pujian dari teman 49, 61 22, 50 f. Interaksi harmonis dengan teman 54, 63,

64, 65, 66

24, 36, 32, 40, 38 g. Mendapat Pujian dari guru pendidikan

jasmani olahraga dan kesehatan.

53 48

Setelah kisi-kisi dibuat dan indikator tersebut dirumuskan selanjutnya penulis menyusun item tes dalam angket sesuai dengan spesifikasi data. Item tersebut dibuat dalam bentuk pernyataan dengan disediakan alternatif jawaban yang tersedia agar responden dapat menjawab maka pernyataan berpedoman pada penjelas Arikunto (Zuriah, 2005:183) ada beberapa pedoman yang harus diperhatikan oleh peneliti dalam membuat angket (instrumen) adalah sebagai berikut :

a. Bahasa harus jelas dan dipahami. Ketidak-jelasan instruksi akan menyebabkan kesalahan pengisian.

b. Rumusan harus singkat agar responden tidak kehabisan waktu dalam membaca instruksi. Untuk mempersingkat rumusan instruksi tersebut sebaiknya selalu diingat aturan kebahasaan, yaitu menggunakan kalimat-kalimat tunggal.

c. Pada setiap bagian seyogianya diberi instruksi secara terpisah agar responden tidak usah membolak-balik halaman yang memuat kumpulan instruksi.


(31)

Berdasarkan gambaran diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam penyusunan pernyataan harus bersifat jelas, ringkas dan relevan.

2. Penyususnan Angket a. Skala Penelitian

Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut digunakan akan menghasilkan data. Skala penelitian sangat berbeda dengan tes karena pengukuran instrumennya, mengukur mengenai derajat atau tingkat perhatian yang dimiliki seseorang terhadap suatu objek.

Menurut Abduljabar dan Kusumah (2010:98) “skala pengukuran untuk

mengklasifikasikan variabel yang akan diukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisis data dan langkah-langkah penelitian”. Maksud dari pernyataan diatas adalah dalam sebuah penelitian terutama penelitian deskriftif menggunakan skala likert untuk mengetahui sejauhmana instrumen penelitian dapat dipercaya. Menurut Sugiyono (2012:134) skala dibagi menjadi beberapa macam diantarnya:

a. Skala Likert b. Skala Guttman c. Rating Scale

d. Semantic Deferential

Dari beberapa macam skala diatas maka penulis mengambil salah satu skala yang berhubungan dengan penelitian yatu skala likert sekala tersebut untuk menentukan sikap dan perilaku seseorang. Hal tersebut seperti yang diungkapkan

oleh Sugiyono (2012:134) “Skala likert digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial, dalam skala likert variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel, kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.”


(32)

Berdasarkan pernyataan diatas karena penulis ingin mengetahui dampak persepsi siswa tentang pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan terhadap motivasi belajar maka penulis dalam penelitian ini menggunakan skala likert. Seperti yang diungkapkan oleh Abduljabar dan Kusumah (2010:99) :

Dengan menggunakan skala likert maka variable yang diukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi menjadi subvariable kemudian sub variable dijabarkan menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Akhirnya indikator tersebut dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrumen yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden. Dalam pemberian nilai jawaban dari responden skor positif sangat setuju diberikan nilai 5-1, sedangkan pemberian skor negatif sangat setuju diberikan nilai 1-5.

Tabel 3.7

Katagori Pemberian Skor Alternatif Jawaban Alternatif Jawaban

Skor Alternatif Jawaban

Positif Negatif

Sangat Setuju 5 1

Setuju 4 2

Ragu-ragu 3 3

Tidak Setuju 2 4

Sangat Tidak Setuju 1 5

Pernyataan-pernyataan yang diberikan penulis kepada responden adalah untuk mengetahui dampak persepsi siswa terhadap motivasi belajar. Bobot skor yang dijawab responden dalam bentuk pernyataan menggunakan skor alternatif jawaban diatas.


(33)

F. Proses Pengembangan Instrumen 1. Uji Validitas

Uji validitas instrumen berkenaan dengan ketepatan yang hendak diukur

sesuai dengan fungsinya. Menurut Sukmadinata (2012:228) “suatu instrumen

dikatakan valid atau memiliki validitas bila instrumen tersebut benar-benar mengukur aspek atau segi yang akan diukur”.

Sebelum instrumen disebarkan kepada responden maka harus diadakan uji validitas terlebih dahulu, untuk mengetahui apakan pertanyaan atau pernyataan yang dibuat layak atau tidak sehingga dapat diketahui apa yang benar-benar diukur. Semakin baik validitasnya maka semakin baik pula apa yang ditelitinya, artinya apa yang diteliti atau diukur tersebut mengenai pada apa yang dituju, atau semakin menunjukan apa yang diukur. Langkah-langkah yang penulis tempuh untuk menunjukan validitas instrumen ini adalah sebagai berikut :

a. Menyebarkan angket kepada responden berbeda (artinya bukan sampel yang akan diuji, tapi berbeda sampel sekitar 40 orang)

b. Memberikan skor terhadap pernyataan sesuai dengan jawaban responden. c. Menghitung korelasi setiap item pernyataan dengan menggunakan rumus

product moment menurut Sugiyono (2012:255) dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

r xy = korelasi antara variabel X dan Y (kriteria) X = jumlah skor variabel X

Y = jumlah skor variabel Y Xy = jumlah skor X kali Y

n XY – (X) (Y)


(34)

n = jumlah responden

Untuk memudahkan peneliti dalam menguji validitas, maka peneliti menggunakan alat bantu aplikasi pembantu statistik yaitu Microsoft Office Excel. Setelah mendapat hasil dari total nilai korelasi dari tiap butirnya, maka hasil tadi dibandingkan dengan nilai r-tabel pada taraf signifikan 5 % dan jumlah responden sebanyak 40. Untuk menentukan apakah item dari soal tersebut valid atau tidak, peneliti berpedoman pada acuan jika rxy (r-hitung > r kritis (r-tabel) berarti item soal tersebut dinyatakan valid. Juga sebaliknya apabila jika rxy < r kritis maka item soal tersebut dinyatakan tidak valid. Bila ada item soal yang tidak memenuhi standar validitas, maka akan dibuang, dan jumlah item yang dinyatakan valid, maka sejumlah item soal itulah yang akan digunakan sebagai instrumen dalam penelitian.

Langkah langkah yang dilakukan penulis dalam perhitungan data uji validitas menggunakan Microsoft Office Excel. Berikut ini hasil uji validitas mengenai angket dampak persepsi siswa tentang pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan terhadap motivasi belajar.

Tabel 3.8

Data Hasil Uji Validitas Angket Persepsi Siswa No. Butir

Instrumen

t Hitung t Tabel Keterangan

1 0,8748 2,0244 Tidak Valid

2 0,4305 2,0244 Tidak Valid

3 1,8482 2,0244 Tidak Valid

4 1,6911 2,0244 Tidak Valid

5 2,5923 2,0244 Valid

6 1,9396 2,0244 Tidak Valid


(35)

8 0,7857 2,0244 Tidak Valid

9 2,6353 2,0244 Valid

10 3,0073 2,0244 Valid

11 4,228 2,0244 Valid

12 3,2836 2,0244 Valid

13 2,9827 2,0244 Valid

14 3,4602 2,0244 Valid

15 2,6788 2,0244 Valid

16 3,568 2,0244 Valid

17 0,5775 2,0244 Tidak Valid

18 2,5961 2,0244 Valid

19 0,2587 2,0244 Tidak Valid

20 1,7807 2,0244 Tidak Valid

21 -1,569 2,0244 Tidak Valid

22 0,3709 2,0244 Tidak Valid

23 2,419 2,0244 Valid

24 2,22 2,0244 Valid

25 2,3231 2,0244 Valid

26 2,2877 2,0244 Valid

27 2,6798 2,0244 Valid

28 2,3019 2,0244 Valid

29 1,4948 2,0244 Tidak Valid

30 3,1174 2,0244 Valid

31 0,5625 2,0244 Tidak Valid

32 0,4686 2,0244 Tidak Valid

33 2,1298 2,0244 Valid

34 2,1957 2,0244 Valid

35 3,951 2,0244 Valid

36 4,0098 2,0244 Valid


(36)

38 2,4827 2,0244 Valid

39 2,3175 2,0244 Valid

40 1,4039 2,0244 Tidak Valid

41 4,0582 2,0244 Valid

42 2,8112 2,0244 Valid

43 1,2929 2,0244 Tidak Valid

44 2,422 2,0244 Valid

45 0,112 2,0244 Tidak Valid

46 3,4155 2,0244 Valid

47 3,3388 2,0244 Valid

48 3,3327 2,0244 Valid

49 2,0562 2,0244 Valid

50 2,6 2,0244 Valid

51 2,5079 2,0244 Valid

52 3,4194 2,0244 Valid

53 3,3059 2,0244 Valid

54 2,5914 2,0244 Valid

55 2,4589 2,0244 Valid

56 4,7253 2,0244 Valid

57 3,6786 2,0244 Valid

58 2,0567 2,0244 Valid

59 0,7058 2,0244 Tidak Valid

60 4,478 2,0244 Valid

61 1,4954 2,0244 Tidak Valid

62 -0,826 2,0244 Tidak Valid

63 1,1265 2,0244 Tidak Valid

64 3,9971 2,0244 Valid

65 2,5816 2,0244 Valid

66 2,6809 2,0244 Valid


(37)

68 1,3327 2,0244 Tidak Valid

Berdasarkan uji validitas diatas persepsi siswa jumlah pernyataan yang valid 44 pernyataan sedangkan yang tidak valid 22 dari jumlah keseluruhan 68 pernyataan.

Tabel 3.9

Data Hasil Uji Validitas Angket Motivasi Belajar Siswa No. Butir

Instrumen

t Hitung t Tabel Keterangan

1 1,099955 2,0244 Tidak Valid

2 2,524667 2,0244 Valid

3 1,81075 2,0244 Tidak Valid

4 1,36335 2,0244 Tidak Valid

5 3,355164 2,0244 Valid

6 2,676765 2,0244 Valid

7 3,691855 2,0244 Valid

8 3,410999 2,0244 Valid

9 2,380833 2,0244 Valid

10 2,339033 2,0244 Valid

11 0,145707 2,0244 Tidak Valid

12 2,375183 2,0244 Valid

13 2,179379 2,0244 Valid

14 -0,23205 2,0244 Tidak Valid

15 4,871937 2,0244 Valid

16 1,312089 2,0244 Tidak Valid

17 1,758613 2,0244 Tidak Valid


(38)

19 2,297606 2,0244 Valid

20 2,08175 2,0244 Valid

21 3,421423 2,0244 Valid

22 2,192067 2,0244 Valid

23 0,856067 2,0244 Tidak Valid

24 1,47708 2,0244 Tidak Valid

25 1,844088 2,0244 Tidak Valid

26 1,281772 2,0244 Tidak Valid

27 2,599656 2,0244 Valid

28 2,006588 2,0244 Tidak Valid

29 1,839012 2,0244 Tidak Valid

30 3,328791 2,0244 Valid

31 2,351996 2,0244 Valid

32 2,534717 2,0244 Valid

33 3,13808 2,0244 Valid

34 -2,60885 2,0244 Tidak Valid

35 2,276735 2,0244 Valid

36 3,070994 2,0244 Valid

37 2,599295 2,0244 Valid

38 0,883998 2,0244 Tidak Valid

39 4,018284 2,0244 Valid

40 3,507316 2,0244 Valid

41 1,159054 2,0244 Tidak Valid

42 1,164561 2,0244 Tidak Valid

43 5,668726 2,0244 Valid

44 6,223187 2,0244 Valid

45 -1,15596 2,0244 Tidak Valid

46 4,993691 2,0244 Valid

47 3,569825 2,0244 Valid


(39)

49 2,959409 2,0244 Valid

50 1,849102 2,0244 Tidak Valid

51 2,197835 2,0244 Valid

52 1,589174 2,0244 Tidak Valid

53 2,304647 2,0244 Valid

54 1,21297 2,0244 Tidak Valid

55 5,810369 2,0244 Valid

56 3,850117 2,0244 Valid

57 2,122584 2,0244 Valid

58 4,372432 2,0244 Valid

59 4,894164 2,0244 Valid

60 2,833872 2,0244 Valid

61 0,907977 2,0244 Tidak Valid

62 2,733141 2,0244 Valid

63 -0,74972 2,0244 Tidak Valid

64 3,561798 2,0244 Valid

65 0,779185 2,0244 Tidak Valid

66 1,868673 2,0244 Tidak Valid

67 4,019868 2,0244 Valid

68 3,196735 2,0244 Valid

69 2,419661 2,0244 Valid

70 3,32204 2,0244 Valid

Untuk motivasi belajar jumlah pernyataan yang valid 45 pernyataan sedangkan yang tidak valid 25 pernyataan dari jumlah keseluruhan 70 pernyataan. 2. Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas adalah pengujian sesuai dengan apa adanya, artinya bila suatu data dikatakan baik maka akan sesuai dengan data yang apa adanya. Reliabilitas berkenaan dengan ketetapan hasil pengukuran mampu memberikan


(40)

hasil yang sama bila dilakukan secara berulang. Menurut Sukmadinata (2012:229)

“Suatu instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang memadai, bila instrumen

tersebut digunakan mengukur aspek yang diukur beberapa kali hasilnya sama atau

relatif sama”. Cara menghitung reliabilitas dapat menggunakan sebagai rumus Spearman Brown sebagai berikut:

rii =

Keterangan:

rii : koefisien yang dicari 2. r : dua kali koefisien korelasi 1 + r : satu tambah koefisien korelasi

Untuk memudahkan peneliti, maka digunakan alat bantu yaitu SPSS. Kriteria untuk mengetahui tingkat reliabilitas, digunakan klasifikasi yang dikemukakan oleh Abduljabar dan Kusumah (2010: 230) yang dijelaskan dalam tabel 3.10.

Tabel 3.10

Kriteria Reliabilitas Instrumen Interval Koefisien Tingkat Hubungan


(41)

0.80 – 1.000 Sangat Kuat

0.60 – 0.799 Kuat

0.40 – 0.599 Cukup Kuat 0.20 – 0.399 Rendah 0.00 – 0.199 Sangat rendah

Untuk menentukan apakah item dari soal tersebut reliabel, dan sejauh mana tingkat reliabilitasnya, setelah mendapat hasil dari nilai reliabilitas dari seluruh tiap butir soal, maka hasil tadi dibandingkan dengan nilai r-tabel pada taraf signifikan 5 % dan jumlah responden sebanyak 40. Lalu setelah itu bandingkan juga dengan tabel kriteria reliabilitas instrument (tabel 3.10), sejauh mana tingkat reliabilitasnya. Cara menggunakan SPSS21 :

1. Kopikan data ke Data View

2. Klik Analyze-Scale-Reliability Analysis.

3. Masukan variabel, kecuali variabel skor total ke kotak items, dan pada model pilih Alpha

4. Klik Ok

Berikut ini hasil perhitungan reliabilitas menggunakan SPSS : Persepsi

Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items

,867 68

Dengan nilai alpha cronbach’s 0,867 maka dapat dilihat pada tabel


(42)

Motivasi

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,871 70

Dengan nilai alpha cronbach’s 0,871 maka dapat dilihat pada tabel interpretasi kolerasi nilai r, maka dapat dinyatakan dengan keterangan sangat kuat. G. Prosedur Pengolahan dan Analisis Data

Setelah pengujian validitas dan relibilitas selesai dengan menggunakan angket dalam bentuk pernyataan maka dalam menguji angket kepada responden maka dalam pengolahan dan analisis data, diperlukan perhitungan untuk membuat kesimpulan data yang sudah terkumpul. Pengumpulan, pengolahan, dan penganalisisan data dimaksudkan untuk mengetahui dampak persepsi siswa terhadap motivasi belajar penjasorkes. Adapun langkah-langkah pengolahan dan analisis data tersebut adalah sebagai berikut :

1. Menghitung Rata-Rata Dan Simpangan Baku

a. Mencari nilai rata-rata (X) dari setiap data dengan rumus:

n

X

X

i Keterangan:

X : Nilai rata-rata yang dicari

Xi : Jumlah skor yang didapat


(43)

b. Menghitung simpangan baku dari setiap kelompok data dengan menggunakan rumus:

1

-n

X

-X

S

2

Keterangan:

S : Simpangan baku yang dicari

∑ : Jumlah

X : Skor

X : Nilai rata-rata

n : Jumlah sampel 1 : Angka tetap

2. Uji Normalitas Data

Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah data yang didapat dari hasil pengamatan berdistribusi normal atau tidak dan juga untuk menentukan jenis statistik yang akan digunakan selanjutnya. Uji normalitas yang digunakan pada penelitian ini adalah uji Lilifort. Prosedur yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Pengamatan X1, X2, … Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, ..., Zn dengan menggunakan rumus:

Xi – X Z1 =


(44)

(X dan S masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku dari sampel).

b. Untuk bilangan baku ini digunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F(Z1) = P(Z Z1).

c. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, … Zn Zi. Jika proporsi ini dinyatakan S(Zi), maka:

Banyaknya Z1, Z2, ... , Zn Zi S (Zi) =

n

d. Menghitung selisih F (Zi) - S (Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.

e. Menginterpretasikan hasil dari penghitungan normalitas pada keputusan normalitas Liliefors (Shapiro-Wilk) sebagai berikut:

1. Jika L hitung > L tabel, maka instrument berdistribusi normal 2. Jika L hitung < L tabel, maka instrument tidak berdistribusi normal

3. Uji signinifikansi

Uji signifikansi digunakan untuk menguji apakah hubungan yang terjadi itu berlaku untuk populasi (dapat digeneralisasikan). Signifikansi 5% (0,05).

Jika p < 0,05 dinyatkan signifikan

Jika p > 0,05 dinyatakan tidak signifikan

4. Koefisien Determinasi

Untuk mengetahui tingkat keterkaitan kedua variabel antara persepsi siswa dan motivasi belajar maka nilai dari hasil perhitungan koefisien korelasi berdasarkan patokan besarnya nilai r seperti yang tercantum pada tabel berikut ini:

Sumbangan (kontribusi) variabel X terhadap Y KP = r² X 100%


(45)

Tabel 3.11

Interprestasi Nilai Korelasi (Arikunto, 2010:319)

Besarnya Nilai r Interprestasi

0,800 sampai dengan 1,00 0,600 sampai dengan 0,800 0,400 sampai dengan 0,600 0,200 sampai dengan 0,400 0,00 sampai dengan 0,200

Tinggi Cukup Tinggi Agak Rendah

Rendah


(46)

Agiana Mahera, 2014

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis statistik dan pembahasan mengenai dampak persepsi siswa tentang pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan terhadap motivasi belajar, maka penulis dapat memberikan kesimpulan bahwa :

Persepsi siswa tentang pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan berdampak terhadap motivasi belajar di SMA Negeri 1 Kawali sebesar 51,98%.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai dampak persepsi siswa tentang pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan terhadap motivasi belajar siswa di SMAN 1 Kawali, peneliti akan mengemukakan saran sebagai berikut:

1. Pentingnya pemahaman maupun pandangan siswa tentang pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah, sehingga siswa dapat mengetahui manfaat melakukan aktivitas pendidikan jasmani di sekolah, sebagai kegiatan yang berguna untuk dirinya sendiri.

2. Kepada guru khususnya guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan hendaknya memberikan pengalaman pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang menyenangkan dan mengembirakan, dan membuat pemahaman yang baik tentang pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, tidak membuat suasana tegang dan menakutkan, sehingga pandangan siswa terhadap pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan itu menjadi positif.

3. Kepada para orang tua hendaknya lebih memotivasi anak-anak dalam kegiatan berolahraga, dan mengenalkan kepada anak-anak sejak dini bahwa berolahraga itu penting, pemahaman yang baik diterapkan sejak dini, sehingga persepsi terhadap pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan baik dan positif.


(47)

Agiana Mahera, 2014

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, B. (2011). Pedagogi Olahraga. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia, Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Jurusan Pendidikan Olaharaga Prodi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi.

Abduljabar, B., dan Kusumah, J.D. (2010) Statistika dalam Penjas. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia, Jurusan Pendidikan Olahraga, Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi.

Arikunto, S. (2010). Metode Penelitian. Jakarta: PT. Rineke Cipta.

B. Uno, H. (2008). Teori Motivasi dan Pengukuran. Jakarta : PT Bumi Aksara. Chapline, J. P. (2004) Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Djmarah, S. B. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Fitri, A., dan Anggaraeni, D. (2005). Hubungan Tentang Kompetensi Profesional Guru Matematika dengan Motivasi Belajar Matematika. Fakultas Kedokteran Universeitas Sumatra Utara. Psikologi : Tidak diterbitkan Hidayat, Y. (2008). Psikologi olahraga. Bandung : Cv Bintang Warli Artika. Mahendra, A. (2009). Falsafah Pendidikan Jasmani. Bandung: Universitas

Pendidikan Indonesia.

Mursidi, dan Merliany. (2010). Psikologi Umum. Bandung : Pustaka Setia. Purwanto, N. (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Sardiman. (2010). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Ed 1-18-Jakarta:

Rajawali Pers.

Sarwono, W. S. (2009). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Soemanto, W. (2006). Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta, PT Asdi Mahasatya.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian (Pendekatan Kuantitatif, Kualitataif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N. S. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.


(48)

Sumardi, D. (2012). Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Menurut Ahli, Tersedia: http://dannysumardi.com [ Diakses 25 Agustus 2013 ]

Suryana, U. (2008). Hubungan Persepsi Siswa dengan Tingkat Kebugaran Jasmani Siswa SMP Negeri 2 Rajapolah. FPOK Bandung: Tidak diterbitkan.

Tarigan, B. (2012). Optimalisasi Pendidikan Jasmani dan Olahraga Berlandaskan Ilmu Faal Olahraga. Bandung: Eidos.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.

Bandung: UPI

Walgito, B. (2004). Faktor yang Mempengaruhi Persepsi. Tersedia di: http://otnamharfira.wordpress.com/2010/02/18/persepsi/. [Diakses 25 Agustus 2013]

Zuriah, N. (2006). Metodelogi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.


(1)

59

Agiana Mahera, 2014

Dampak persepsi siswa tentang pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan terhadap motivasi belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Menghitung simpangan baku dari setiap kelompok data dengan

menggunakan rumus:

1

-n

X

-X

S

2

Keterangan:

S : Simpangan baku yang dicari

∑ : Jumlah

X : Skor

X : Nilai rata-rata

n : Jumlah sampel

1 : Angka tetap

2. Uji Normalitas Data

Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah data yang didapat dari hasil pengamatan berdistribusi normal atau tidak dan juga untuk menentukan jenis statistik yang akan digunakan selanjutnya. Uji normalitas yang digunakan pada penelitian ini adalah uji Lilifort. Prosedur yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Pengamatan X1, X2, … Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, ..., Zn dengan

menggunakan rumus: Xi – X Z1 =


(2)

60

Agiana Mahera, 2014

Dampak persepsi siswa tentang pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan terhadap motivasi belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(X dan S masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku dari sampel).

b. Untuk bilangan baku ini digunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F(Z1) = P(Z Z1).

c. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, … Zn Zi. Jika proporsi ini dinyatakan

S(Zi), maka:

Banyaknya Z1, Z2, ... , Zn Zi

S (Zi) =

n

d. Menghitung selisih F (Zi) - S (Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.

e. Menginterpretasikan hasil dari penghitungan normalitas pada keputusan normalitas Liliefors (Shapiro-Wilk) sebagai berikut:

1. Jika L hitung > L tabel, maka instrument berdistribusi normal 2. Jika L hitung < L tabel, maka instrument tidak berdistribusi normal

3. Uji signinifikansi

Uji signifikansi digunakan untuk menguji apakah hubungan yang terjadi itu berlaku untuk populasi (dapat digeneralisasikan). Signifikansi 5% (0,05).

Jika p < 0,05 dinyatkan signifikan

Jika p > 0,05 dinyatakan tidak signifikan

4. Koefisien Determinasi

Untuk mengetahui tingkat keterkaitan kedua variabel antara persepsi siswa dan motivasi belajar maka nilai dari hasil perhitungan koefisien korelasi berdasarkan patokan besarnya nilai r seperti yang tercantum pada tabel berikut ini:

Sumbangan (kontribusi) variabel X terhadap Y KP = r² X 100%


(3)

61

Agiana Mahera, 2014

Dampak persepsi siswa tentang pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan terhadap motivasi belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.11

Interprestasi Nilai Korelasi (Arikunto, 2010:319)

Besarnya Nilai r Interprestasi

0,800 sampai dengan 1,00 0,600 sampai dengan 0,800 0,400 sampai dengan 0,600 0,200 sampai dengan 0,400 0,00 sampai dengan 0,200

Tinggi Cukup Tinggi Agak Rendah

Rendah


(4)

Agiana Mahera, 2014

Dampak persepsi siswa tentang pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan terhadap motivasi belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis statistik dan pembahasan mengenai dampak persepsi siswa tentang pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan terhadap motivasi belajar, maka penulis dapat memberikan kesimpulan bahwa :

Persepsi siswa tentang pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan berdampak terhadap motivasi belajar di SMA Negeri 1 Kawali sebesar 51,98%.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai dampak persepsi siswa tentang pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan terhadap motivasi belajar siswa di SMAN 1 Kawali, peneliti akan mengemukakan saran sebagai berikut:

1. Pentingnya pemahaman maupun pandangan siswa tentang pendidikan jasmani

olahraga dan kesehatan di sekolah, sehingga siswa dapat mengetahui manfaat melakukan aktivitas pendidikan jasmani di sekolah, sebagai kegiatan yang berguna untuk dirinya sendiri.

2. Kepada guru khususnya guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan hendaknya memberikan pengalaman pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang menyenangkan dan mengembirakan, dan membuat pemahaman yang baik tentang pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, tidak membuat suasana tegang dan menakutkan, sehingga pandangan siswa terhadap pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan itu menjadi positif.

3. Kepada para orang tua hendaknya lebih memotivasi anak-anak dalam kegiatan berolahraga, dan mengenalkan kepada anak-anak sejak dini bahwa berolahraga itu penting, pemahaman yang baik diterapkan sejak dini, sehingga persepsi terhadap pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan baik dan positif.


(5)

Agiana Mahera, 2014

Dampak persepsi siswa tentang pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan terhadap motivasi belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, B. (2011). Pedagogi Olahraga. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia, Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Jurusan Pendidikan Olaharaga Prodi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi.

Abduljabar, B., dan Kusumah, J.D. (2010) Statistika dalam Penjas. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia, Jurusan Pendidikan Olahraga, Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi.

Arikunto, S. (2010). Metode Penelitian. Jakarta: PT. Rineke Cipta.

B. Uno, H. (2008). Teori Motivasi dan Pengukuran. Jakarta : PT Bumi Aksara. Chapline, J. P. (2004) Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Djmarah, S. B. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Fitri, A., dan Anggaraeni, D. (2005). Hubungan Tentang Kompetensi Profesional Guru Matematika dengan Motivasi Belajar Matematika. Fakultas Kedokteran Universeitas Sumatra Utara. Psikologi : Tidak diterbitkan Hidayat, Y. (2008). Psikologi olahraga. Bandung : Cv Bintang Warli Artika. Mahendra, A. (2009). Falsafah Pendidikan Jasmani. Bandung: Universitas

Pendidikan Indonesia.

Mursidi, dan Merliany. (2010). Psikologi Umum. Bandung : Pustaka Setia. Purwanto, N. (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Sardiman. (2010). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Ed 1-18-Jakarta:

Rajawali Pers.

Sarwono, W. S. (2009). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Soemanto, W. (2006). Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta, PT Asdi Mahasatya.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian (Pendekatan Kuantitatif, Kualitataif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N. S. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.


(6)

81

Sumardi, D. (2012). Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Menurut Ahli, Tersedia: http://dannysumardi.com [ Diakses 25 Agustus 2013 ]

Suryana, U. (2008). Hubungan Persepsi Siswa dengan Tingkat Kebugaran Jasmani Siswa SMP Negeri 2 Rajapolah. FPOK Bandung: Tidak diterbitkan.

Tarigan, B. (2012). Optimalisasi Pendidikan Jasmani dan Olahraga

Berlandaskan Ilmu Faal Olahraga. Bandung: Eidos.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.

Bandung: UPI

Walgito, B. (2004). Faktor yang Mempengaruhi Persepsi. Tersedia di:

http://otnamharfira.wordpress.com/2010/02/18/persepsi/. [Diakses 25

Agustus 2013]

Zuriah, N. (2006). Metodelogi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.