PERENCANAAN GEDUNG PASAR TIGA LANTAI DENGAN SATU BASEMENT DI WILAYAH BOYOLALI Perencanaan Gedung Pasar Tiga Lantai Dengan Satu Basement Di Wilayah Boyolali (Dengan Sistem Daktail Parsial).

(1)

Tugas Akhir

untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S – 1 Teknik Sipil

diajukan oleh :

ROHMAD TAUFIQ ROMADHANI NIM : D 100 050 015

NIRM : 05 6 106 03010 50015

Kepada

PROGRAM TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA


(2)

(3)

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Boyolali merupakan salah satu wilayah yang berkembang pesat di Propinsi Jawa Tengah. Sektor-sektor yang mendukung untuk memajukan daerah tersebut antara lain sektor industri, perdagangan, sektor pendidikan dan kebudayaan

Salah satu faktor yang sangat terkait dengan keamanan dan ketahanan bangunan dalam menahan atau menampung beban yang bekerja pada struktur. Menurut SNI 03-1726-2002, Boyolali termasuk pada wilayah gempa 3, atau merupakan daerah dengan resiko cukup besar kemungkinan terjadinya gempa. Oleh karena itu dalam perencanaan gedung bertingkat tinggi (khususnya di wilayah Boyolali) harus direncanakan dan didesain sedemikian rupa agar dapat digunakan sebaik-baiknya, nyaman, dan aman terhadap bahaya gempa bagi pemakai atau pengguna struktur gedung.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang diuraikan pada bagian latar belakang, dapatlah diambil suatu rumusan yang akan digunakan sebagai acuan. Adapun rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut:

1). Boyolali yang semakin berkembang sehingga dibutuhkan suatu pasar sebagai tempat transaksi jual beli sebagai penunjang perekonomian.

2). Mengingat Boyolali termasuk pada wilayah gempa 3, maka diperlukan perencanaan struktur gedung tahan gempa.

C. Tujuan Perencanaan

Tujuan yang ingin dicapai pada penyusunan Tugas Akhir ini adalah : Perencanaan pasar tiga lantai dengan satu basement di Boyolali dengan prinsip

daktail parsial ini bertujuan untuk mendapatkan hasil desain struktur bangunan

pasar tiga lantai dengan satu basement di Boyolali yang tahan gempa sesuai dengan prinsip daktail parsial, serta peraturan-peraturan yang berlaku di Indonesia.

D. Manfaat Perencanaan

Manfaat pada Tugas Akhir ini ada 2 macam yang hendak dicapai yaitu manfaat secara teoritis dan secara praktis, dengan penjelasan sebagai berikut :


(4)

1). Secara teoritis, perencanaan gedung ini diharapkan dapat menambah pengetahuan di bidang perencanaan struktur, khususnya dalam perencanaan struktur beton bertulang tahan gempa dengan prinsip daktail parsial.

2). Secara praktis, perencanaan gedung ini diharapkan dapat dipakai sebagai salah satu referensi dalam merencanaan struktur bangunan gedung tahan gempa khususnya di daerah Boyolali.

E. Batasan Masalah

Menghindari melebarnya pembahasan, dalam penyusunan tugas akhir ini permasalahan dibatasi pada masalah-masalah berikut :

1). Gedung yang direncanakan adalah gedung pasar tiga lantai dengan satu

basement di Boyolali.

2). Perhitungan struktur mencakup perhitungan struktur atap (kuda-kuda) dan beton bertulang (plat lantai, plat tangga, perhitungan balok, perhitungan kolom dan perhitungan pondasi).

3). Digunakan beton bertulang dengan mutu beton f’c = 25 MPa, mutu baja f y =

350MPa untuk tulangan utama, dan f y = 350 MPa untuk tulangan geser.

4). Bangunan berada di Wilayah Boyolali (wilayah gempa 3). 5). Struktur pondasi digunakan pondasi tiang pancang

TINJAUAN PUSTAKA A. Umum

Struktur bangunan dapat dirancang dengan mudah apabila beban-beban yang bekerja pada bangunan bisa ditentukan dengan pasti. Kapasitas bangunan dapat ditentukan sesuai dengan penggunaan bangunan yang bersangkutan, sehingga beban hidup dan beban mati dapat dihitung sesuai dengan kapasitas rencana. Tetapi beban akibat bencana alam yang mempengaruhi bangunan seperti angin dan gempa yang tidak dapat dengan pasti diidentifikasi sehingga dalam perancangan bangunan harus diperhatikan agar struktur tidak runtuh pada saat kondisi beban maksimal.


(5)

B. Daktilitas

1. Pengertian daktilitas

Daktilitas (ductility) adalah perbandingan antara simpangan maksimum sebelum bahan runtuh dengan simpangan pada saat leleh awal. Bahan atau struktur yang bersifat elastis murni, biasanya dikatakan bahan getas, artinya jika terjadi leleh bahan langsung patah, sedangkan untuk bahan yang bersifat elasto-plastis, berarti bahan tersebut adalah liat atau disebut daktail. (Asroni, 2003). Menurut SNI 1726-2002, daktilitas adalah kemampuan suatu struktur gedung untuk mengalami simpangan pasca-elastik yang besar secara berulang kali dan bolak-balik akibat beban gempa di atas beban gempa yang menyebabkan terjadinya pelelehan pertama, sambil mempertahankan kekuatan dan kekakuan yang cukup, sehingga struktur gedung tersebut tetap berdiri, walaupun sudah berada dalam kondisi di ambang keruntuhan.

Berdasarkan SNI 1726-2002 terdapat 3 tingkat daktilitas yaitu : 1). Elastik penuh

Suatu tingkat daktilitas struktur gedung dimana nilai faktor daktilitasnya sebesar 1,0 (μ=1,0).

2). Daktail parsial

Seluruh tingkat daktilitas struktur gedung dengan nilai faktor daktilitas diantara untuk struktur gedung yang elastik penuh sebesar 1,0 (µ=1,0) dan untuk struktur gedung yang daktail penuh sebesar 5,3 (μ=5,3).

3). Daktail penuh

Suatu tingkat daktilitas struktur gedung dimana strukturnya mampu mengalami simpangan pasca-elastik pada saat mencapai kondisi diambang keruntuhan yang paling besar yaitu dengan mencapai nilai faktor daktilitas sebesar 5,3 (μ=5,3).

2. Perencanaan sendi plastis

Pada perencanaan gedung dengan sistem daktail, diupayakan agar kolom lebih kuat dari pada baloknya. Dengan demikian jika, terjadi gempa yang lebih besar dari pada gempa rencana, maka balok akan patah lebih dulu (sehingga terjadi sendi plastis), tetapi gedung yang bersangkutan masih berdiri (tidak


(6)

runtuh). Selanjutnya setelah semua ujung-ujung balok terjadi sendi plastis, barulah gedung tersebut runtuh. (Asroni, 2009)

C. Pembebanan Struktur

1. Kekuatan komponen struktur

Pedoman perhitungan struktur beton di Indonesia, dicantumkan dalam Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI 03-2847-2002. Beberapa komponen struktur tersebut meliputi kuat perlu, kuat nominal dan kuat rencana atau kuat tersedia.

2. Faktor beban

Besar faktor beban yang diberikan untuk masing-masing beban yang bekerja pada suatu penampang struktur akan berbeda-beda tergantung pada jenis kombinasi pembebanan yang bersangkutan. Menurut pasal 11.2 SNI 03-2847-2002, agar supaya struktur dan komponen struktur memenuhi syarat kekuatan dan layak pakai terhadap bermacam-macam kombinasi beban, maka harus dipenuhi ketentuan dari kombinasi-kombinasi beban berfaktor sebagai berikut :

1). U = 1,4 D

2). U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (A atau R)

3). U = 1,2 D + 1,0 L ± 1,6 W + 0,5 (A atau R) U = 0,9 D ± 1,6 W

4). U = 1,2 D + 1,0 L ± 1,0 E U = 0,9 D ± 1,0 E

3. Faktor reduksi kekuatan ()

Ketidakpastian kekuatan elemen struktur terhadap pembebanan dianggap sebagai faktor reduksi pembebanan , yang nilainya ditentukan menurut Pasal 11.3.2 SNI 03-2847-2002 sebagai berikut:

1).  = 0,80 untuk beban lentur tanpa gaya aksial

2).  = 0,65 untuk gaya aksial tekan, dan aksial tekan dengan lentur 3).  = 0,65 untuk struktur dengan tulangan sengkang biasa


(7)

5).  = 0,70 untuk tumpuan pada beton

D. Beban Gempa

Beban gempa merupakan salah satu beban yang harus diperhitungkan dalam perencanaan struktur bangunan, terutama untuk daerah rawan gempa. Pada perencanaan ini beban gempa dihitung dengan pedoman SNI 1726-2002 (Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung).

1. Faktor-faktor penentu beban gempa nominal.

1a).Faktor respons gempa (C1). Faktor respon gempa dinyatakan dalam percepatan gravitasi yang nilainya tergantung pada waktu getar alami struktur gedung dan kurvanya ditampilkan dalam spektrum respons gempa rencana. Faktor respons gempa ( C1 ) dipengaruhi 3 hal, yaitu sebagai berikut: 1). Kondisi tanah pada gedung yang akan dibangun.

2). Waktu getar alami fundamental (T1)

3). Wilayah gempa.

1b).Faktor keutamaan gedung (I). Faktor keutamaan gedung merupakan faktor pengali dari pengaruh gempa rencana pada berbagai kategori gedung, untuk menyesuaikan perioda ulang gempa yang berkaitan dengan penyesuaian probabilitas dilampauinya pengaruh tersebut selama umur gedung itu dan penyesuaian umur gedung itu.

1c).Faktor reduksi gempa (R). Faktor reduksi gempa merupakan rasio antara beban gempa maksimum akibat pengaruh gempa rencana pada struktur gedung elastik penuh dan beban gempa nominal akibat pengaruh gempa rencana pada struktur gedung , bergantung pada faktor daktilitas struktur gedung tersebut.

1d).Berat total gedung (Wt). Berat total bangunan adalah kombinasi dari beban mati seluruhnya dan beban hidup vertikal tereduksi. Faktor reduksi beban hidup dapat ditentukan dari PPIUG ( 1983 ).

2. Beban geser dasar nominal statik ekuivalen (V)

Struktur bangunan yang dapat menahah beban gempa harus direncanakan untuk menahan suatu beban geser dasar akibat gempa. Besarnya


(8)

beban geser dasar nominal statik ekuivalen (V) ditentukan berdasarkan ketentuan pasal 6.1.2 SNI 1726-2002

3. Beban gempa nominal statik ekuivalen (Fi)

Beban geser dasar nominal statik ekuivalen (V) harus dibagikan sepanjang tinggi struktur gedung menjadi beban-beban gempa nominal statik ekuivalen (Fi ) yang bekerja pada masing-masing lantai tingkat. Besarnya beban gempa nominal statik ekuivalen(Fi) ditentukan berdasarkan ketentuan pasal 6.1.3 SNI 1726-2002

4. Kontrol waktu getar alami gedung beraturan (T1)

Menurut Pasal 6.2.1 SNI 1726-2002, apabila dimensi portal telah ditentukan dengan pasti, maka waktu getar alami fundamental struktur gedung beraturan dikontrol dengan rumus Rayleigh. Apabila nilai waktu getar alami fundamental menyimpang lebih dari 20% (atau kurang dari 80%) dari nilai yang dihitung menurut Pasal 6.2.1 SNI 1726-2002 maka beban gempa harus dihitung ulang dari awal.

LANDASAN TEORI

A. Perencanaan Struktur Atap Rangka Baja 1. Perencanaan gording

Beban-beban yang diperhitungkan pada gording meliputi beban mati (akibat berat sendiri gording dan beban penutup atap), beban hidup dan beban angin. Baja profil yang digunakan untuk gording adalah profil Canal. Tegangan yang terjadi harus lebih kecil dari tegangan ijin.

2. Perencanaan sagrod

Pemasangan sagrod dimaksudkan untuk mendukung beban yang searah dengan sumbu miring atap. Penempatan sagrod dipasang pada tengah bentang gording, yang terjadi momen maksimum.

3. Perencanaan kuda-kuda

Struktur atap pada perencanaan kuda-kuda, harus mampu memikul semua kombinasi pembebanan berdasarkan Pasal 6.2.2 SNI 03-1729-2002 dalam departemen pekerjaan umum, 2002 di bawah ini:


(9)

1). 1,4.D

2). 1,2.D + 1,6.L + 0,5(La atau H)

3). 1,2.D + 1,6.(La atau H) + (γL.L atau 0,8.W) 4). 1,2.D + 1,3.W + γL.L + 0,5(La atau H) 5). 1,2.D ± 1,0.E + γL.L

6). 0,9D ± (1,3.W atau 1,0.E)

B. Perencanaan Struktur Plat Lantai dan Tangga 1. Perencanaan plat

Plat merupakan struktur bidang datar (tidak melengkung) yang jika ditinjau secara 3 dimensi mempunyai tebal yang jauh lebih kecil dari pada ukuran bidang plat. Untuk merencanakan plat beton bertulang perlu dipertimbangkan tidak hanya pembebanan, tapi juga ukuran dan syarat-syarat tumpuan pada tepi yang menentukan jenis perletakan dan jenis penghubung di tempat tumpuan.

2. Perencanaan tangga beton bertulang

Agar anak tangga dapat digunakan dengan mudah dan nyaman, maka ukuran anak tangga ditentukan sebagai berikut :

2.T + I = (61 - 65 cm) ... (III.11) dengan :

T = tinggi bidang tanjakan (optred)atau tinggi anak tangga, cm. I = lebar bidang injakan (antrede)atau lebar anak tangga, cm.

C.Perencanaan Struktur Balok

Pada perencanaan balok dilakukan analisa perhitungan meliputi tulangan memanjang balok dan tulangan geser (begel) balok.

D. Perencanaan Struktur Kolom

Pada perencanaan kolom dilakukan analisa perhitungan meliputi tulangan memanjang kolom, tulangan geser (begel) kolom dan momen tersedia kolom.


(10)

Pada kontrol momen tersedia kolom dilakukan dengan membuat diagram interaksi kolom yang kemudian di analisis kekuatan kolomnya dengan persamaan Bresler.

E. Perencanaan Pondasi

Secara umum, pondasi mempunyai tujuan untuk meneruskan beban-beban struktur bangunan yang berada di atasnya untuk ditransfer/ diteruskan kedalam lapisan tanah pendukung. Perencanaan pondasi dalam Tugas Akhir ini mengambil kedalaman tanah keras dari jarak + 9,20 meter (dari permukaan tanah).

HASIL PERENCANAAN A. Perencanaan Struktur Atap

Perencanaan Struktur atap menggunakan penutup atap dari seng dengan rangka atap dari baja. Berdasarkan hasil perhitungan digunakan gording profil baja lip kanal C150.75.20.4,5 dan rangka kuda-kuda baja menggunakan profil siku  80.80.8. Alat sambung menggunakan baut ( = 1/2” dengan menggunakan plat kopel 4 mm. Rangka atap dapat dilihat seperti pada Gambar V.1.

Gambar V. 1. Rangka kuda-kuda atap

B. Perencanaan Plat

Perencanaan struktur pelat atap diperoleh tebal pelat 100 mm dan pelat lantai lantai diperoleh tebal 120 mm tulangan pokok digunakan diameter 10 mm dan tulangan bagi 8 mm. Sedangkan Hasil penulangan dapat dilihat pada Tabel V.1 dan Tabel V.2.

a d e a5 n o d2 v3 d4 b1 b2 b4 b6 a1 a2 a3 a4 f a6 d1 d3 v4 d7 d8 v1 g b13 h p q b3 b5 c b l k a8 w v d13 v6 d11 b11 b10 b8 a12 a11 a10 a9 j a7 d14 d12 v5 v8 i b14 d9 u t b9 b7 d10 m r s v2 v7 v9 d6 b12


(11)

Tabel V.1. Tulangan dan momen tersedia plat atap

Tabel V.2. Tulangan dan momen tersedia plat lantai

Tipe plat Mu (KNm) Tulangan

Pokok Tulangan Bagi Momen Tersedia (KNm) A

Mlx = 1,28985 Mly = 1,28985 Mtx = -3,19392 Mty = -3,19392

dp10-200 dp10-200 dp10-200 dp10-200 - - dp8-200 dp8-200 7,887 6,788 7,887 6,788 B

Mlx = 0,80224 Mly = 0,26073 Mtx = -1,64459 Mty = -1,14319

dp10-200 dp10-200 dp10-200 dp10-200 - - dp8-200 dp8-200 7,887 6,788 7,887 6,788 C

Mlx = 0,42118 Mly = 0,42118 Mtx = -1,04291 Mty = -1,04291

dp10-200 dp10-200 dp10-200 dp10-200 - - dp8-200 dp8-200 7,887 6,788 7,887 6,788 D

Mlx = 4,58111 Mly = 4,58111 Mtx = -11,3437 Mty = -11,3437

dp12-200 dp12-200 dp12-150 dp12-150 - - dp8-200 dp8-200 10,974 9,392 14,305 12,195

Tipe plat Mu (KNm) Tulangan

Pokok Tulangan Bagi Momen Tersedia (KNm) A

Mlx = 2,46600 Mly = 2,46600 Mtx = -6,10628 Mty = -6,10628

dp10-200 dp10-200 dp10-200 dp10-200 - - dp8-200 dp8-200 10,085 8,986 10,085 8,986 B

Mlx = 1,46176 Mly = 0,47507 Mtx = -2,99661 Mty = -2,08301

dp10-200 dp10-200 dp10-200 dp10-200 - - dp8-200 dp8-200 10,085 8,986 10,085 8,986 C

Mlx = 1,53485 Mly = 0,36544 Mtx = -3,03315 Mty = -2,08301

dp10-200 dp10-200 dp10-200 dp10-200 - - dp8-200 dp8-200 10,085 8,986 10,085 8,986 D

Mlx = 1,71129 Mly = 0,72002 Mtx = -3,65383 Mty = -2,63631

dp10-200 dp10-200 dp10-200 dp10-200 - - dp8-200 dp8-200 10,085 8,986 10,085 8,986 E

Mlx = 0,76742 Mly = 0,76742 Mtx = -1,90029 Mty = -1,90029

dp10-200 dp10-200 dp10-200 dp10-200 - - dp8-200 dp8-200 10,085 8,986 10,085 8,986


(12)

Tabel V.2. Tulangan dan momen tersedia plat lantai (Lanjuatan)

C. Perencanaan Tangga

Pada perencanaan ini tangga yang digunakan tiap lantai sama. Dalam analisa perhitungan, tangga dibagi menjadi 2 bagian. Sebagai contoh hasil perencanan yaitu pada tangga bagian bawah dengan denah yang dapat dilihat pada gambar V. 2. dan pada Tabel V.2, dengan injakan 31 cm dan tanjakan 16 cm.

Tabel V.3 Penulangan tangga bagian bawah

BATANG

B.MATI B.HIDUP KOMBINASI PEMBEBANAN B.RENCANA

(D) (La) 1.4D 1.2D+1.6L 1.2D+1.0L KN-m

1

kiri -16,7940 -9,5851 -23,5116 -35,4890 -29,7379 -35,4890

lapangan 3,6378 1,9375 5,0929 7,4654 6,3029 7,4654

kanan 8,7371 5,3476 12,2319 19,0407 15,8321 19,0407

2

kiri 8,7371 5,3476 12,2319 19,0407 15,8321 19,0407

lapangan 5,8041 3,8222 8,1257 13,0804 10,7871 13,0804

kanan 0 0 0 0 0 0

Tipe plat Mu (KNm) Tulangan

Pokok Tulangan Bagi Momen Tersedia (KNm) F

Mlx = 1,14714 Mly = 0,33575 Mtx = -2,32226 Mty = -1,59480

dp10-200 dp10-200 dp10-200 dp10-200 - - dp8-200 dp8-200 10,085 8,986 10,085 8,986 G

Mlx = 0,57557 Mly = 0,41112 Mtx = -1,31558 Mty = -1,15114

dp10-200 dp10-200 dp10-200 dp10-200 - - dp8-200 dp8-200 10,085 8,986 10,085 8,986

Gambar V.2. Perencanaan tangga besement dan lantai 1,2 dan 3.

1.75 2 .00 Lantai Bawah 2 .00 Lantai Atas 1 2 3 4 7.00 1 .75 3 .00 Bordes N 3.00

2.00 3.00 2.00


(13)

Tabel V.3 Penulangan tangga bagian bawah (Lanjutan)

BATANG

B.MATI B.HIDUP KOMBINASI PEMBEBANAN B.RENCANA

(D) (La) 1.4D 1.2D+1.6L 1.2D+1.0L KN-m

3

kiri 8,7371 5,3476 12,2319 19,0407 15,8321 19,0407

lapangan 5,8041 3,8222 8,1257 13,0804 10,7871 13,0804

kanan 0 0 0 0 0 0

4

kiri -16,7940 -9,5851 -23,5116 -35,4890 -29,7379 -35,4890

lapangan 3,6378 1,9375 5,0929 7,4654 6,3029 7,4654

kanan 8,7371 5,3476 -9,5851 19,0407 15,8321 19,0407

D. Perencanaan Struktur Balok

Perencanaan kolom diambil contoh pada balok F14 portal as-14 lantai 1. Balok berukuran 600/400 dengan diameter tulangan D22 mm dan diameter tulangan geser Ø 10 mm, penulangan balok dapat dilihat pada Gambar V.3.

E. Perencanaan Struktur Kolom

Perencanaan kolom diambil contoh pada kolom G13 portal as-G. Kolom berukuran 600/600 dengan diameter tulangan D22 mm dan diameter tulangan geser Ø 10 mm, penulangan kolom dapat dilihat pada Gambar V.4.

Gambar V.3. Hasil perencanaan tulangan balok F14 portal as-14 lantai 1

2dp10-120 3 D 22

7 D 22 3 D 22

2dp10-120 4 D 22

3 D 22

2dp10-170 3 D 22 A

A B

B

C

C

POT A - A

2D10

400 600

61 50

7D22

3D22

2Ø10-120

POT B - B

2D10

400 600

61

3D22

3D22

2Ø10-120

POT C - C

2D10

400 600

61

7D22

3D22


(14)

F. Perencanaan Struktur Pondasi

Perencanaan pondasi struktur utama menggunakan pondasi tiang pancang dan dipancang sampai tanah keras, dengan 5 buah tiang pancang. Tulangan tiang pancang menggunakan diameter 25 mm dan tulangan geser 2dp10. Poer menggunakan ukuran 2,4 x 2,4 m2, dengan tulangan diameter 19 mm.

Gambar V.4. Hasil perencanaan tulangan kolom G13 portal as-G

Gambar V.5. Penulangan pondasi tiang pancang.

600 600

61

20 D 22

POT A - A

61

2dp10-260

2dp10-160

A A

4D25 2dp10-160

400

400

70

Penulangan tiang pancang 2dp10-160

20D22

D19-110 D19-110

D19-110 D19-110

2dp10-160 4D25

Pondasi tiang pancang

Penulangan plat poer 2dp10-160

D19-110

D19-110

D19-110 D19-110 2dp10-260

D19-110 D19-110

D19-110 D19-110 1000

80

460

240

500

700

500 700 240

500 700

500 700

240 600

500 71

71

Penulangan poer


(15)

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Setelah melakukan analisis perhitungan perencanaan struktur beton bertulang untuk gedung pasar tiga lantai dengan satu basement di wilayah Boyolali dengan sistem daktail parsial tinjauan 3 dimensi, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

Perencanaan struktur beton bertulang ini direncanakan aman terhadap beban mati, beban hidup dan beban gempa rencana. Distribusi beban geser/gempa menggunakan analisis statik ekivalen sedangkan perhitungan analisis mekanika strukturnya menggunakan program bantu hitung SAP 2000 v. 14 nonlinear. Dari hasil analisis didapat hasil sebagai berikut :

1). Struktur atap menggunakan kuda-kuda rangka baja profil 80.80.8 dengan penutup seng.

2). Struktur plat meliputi ;

a).Ketebalan plat lantai 12 cm dengan tulangan pokok dp10-200 dan tulangan bagi dp 8-200.

b).Ketebalan plat lantai basement tebal 20 cm, dengan tulangan pokok dp 10-100, dan tulangan bagi dp 8-120.

3).Struktur tangga digunakan bentuk K dengan hasil perencanaan optrade 16 cm

dan antrade 26 cm. Untuk plat tangga digunakan tebal 12 cm dengan tulangan

pokok dp 10-100 dan tulangan bagi dp 6-100, sedangkan untuk plat bordes

digunakan tebal 12 cm dengan tulangan pokok dp 10-100 dan tulangan bagi dp 6-100.

4). Struktur portal gedung beton bertulang meliputi :

a).Balok induk dengan dimensi 400/600 mm dengan tulangan pokok D22 dan tulangan geser menggunakan 2dp10-120.

b).Kolom dengan dimensi kolom 600/600 mm dengan tulangan pokok 20D22 dan tulangan geser menggunakan 2dp10-160.

5). Struktur pondasi menggunakan pondasi tiang pancang beton bertulang dan dipancang sampai tanah keras meliputi :


(16)

a).Plat poer pondasi menggunakan ukuran (2,4 x 2,4) m2 setebal 100 cm dengan tulangan vertikal D19-110 dan tulangan horisontal D19-110. b).Kelompok tiang pancang berjumlah 5 tiang dengan dimensi tiang pancang

400/400 dengan Tulangan pokok 4D25 dengan begel 2dp10-160.

B. Saran

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan struktur beton bertulang untuk gedung bertingkat pada umumnya dan secara khusus pada Tugas Akhir ini penulis mencoba memberikan saran diantaranya sebagai berikut :

1).Jika dalam perencanaan menggunakan program bantu hitung untuk perhitungan analisa mekanika struktur seperti SAP 2000 v.14 atau yang lainnya hendaknya dicek ulang dengan hitungan analisa struktur secara konvensional agar hasilnya bisa dibandingkan sehingga kesalahan bisa diminimalisir.

2).Jika dalam perhitungan torsi hasilnya momen torsi diabaikan, maka hanya perlu diberi tulangan tambahan dengan diameter minimal (diameter tulangan longitudinal) sesuai pasal 13.6.1 SNI 03–2847–2002.

3).Dalam penggambaran hendaknya dibuat secara sederhana dengan sedetailnya agar mudah difahami oleh semua orang.


(1)

Tabel V.1. Tulangan dan momen tersedia plat atap

Tabel V.2. Tulangan dan momen tersedia plat lantai Tipe plat Mu (KNm) Tulangan

Pokok Tulangan Bagi Momen Tersedia (KNm) A

Mlx = 1,28985 Mly = 1,28985 Mtx = -3,19392 Mty = -3,19392

dp10-200 dp10-200 dp10-200 dp10-200 - - dp8-200 dp8-200 7,887 6,788 7,887 6,788 B

Mlx = 0,80224 Mly = 0,26073 Mtx = -1,64459 Mty = -1,14319

dp10-200 dp10-200 dp10-200 dp10-200 - - dp8-200 dp8-200 7,887 6,788 7,887 6,788 C

Mlx = 0,42118 Mly = 0,42118 Mtx = -1,04291 Mty = -1,04291

dp10-200 dp10-200 dp10-200 dp10-200 - - dp8-200 dp8-200 7,887 6,788 7,887 6,788 D

Mlx = 4,58111 Mly = 4,58111 Mtx = -11,3437 Mty = -11,3437

dp12-200 dp12-200 dp12-150 dp12-150 - - dp8-200 dp8-200 10,974 9,392 14,305 12,195

Tipe plat Mu (KNm) Tulangan Pokok Tulangan Bagi Momen Tersedia (KNm) A

Mlx = 2,46600 Mly = 2,46600 Mtx = -6,10628 Mty = -6,10628

dp10-200 dp10-200 dp10-200 dp10-200 - - dp8-200 dp8-200 10,085 8,986 10,085 8,986 B

Mlx = 1,46176 Mly = 0,47507 Mtx = -2,99661 Mty = -2,08301

dp10-200 dp10-200 dp10-200 dp10-200 - - dp8-200 dp8-200 10,085 8,986 10,085 8,986 C

Mlx = 1,53485 Mly = 0,36544 Mtx = -3,03315 Mty = -2,08301

dp10-200 dp10-200 dp10-200 dp10-200 - - dp8-200 dp8-200 10,085 8,986 10,085 8,986 D

Mlx = 1,71129 Mly = 0,72002 Mtx = -3,65383 Mty = -2,63631

dp10-200 dp10-200 dp10-200 dp10-200 - - dp8-200 dp8-200 10,085 8,986 10,085 8,986 E

Mlx = 0,76742 Mly = 0,76742 Mtx = -1,90029 Mty = -1,90029

dp10-200 dp10-200 dp10-200 dp10-200 - - dp8-200 dp8-200 10,085 8,986 10,085 8,986


(2)

Tabel V.2. Tulangan dan momen tersedia plat lantai (Lanjuatan)

C. Perencanaan Tangga

Pada perencanaan ini tangga yang digunakan tiap lantai sama. Dalam analisa perhitungan, tangga dibagi menjadi 2 bagian. Sebagai contoh hasil perencanan yaitu pada tangga bagian bawah dengan denah yang dapat dilihat pada gambar V. 2. dan pada Tabel V.2, dengan injakan 31 cm dan tanjakan 16 cm.

Tabel V.3 Penulangan tangga bagian bawah

BATANG

B.MATI B.HIDUP KOMBINASI PEMBEBANAN B.RENCANA

(D) (La) 1.4D 1.2D+1.6L 1.2D+1.0L KN-m

1

kiri -16,7940 -9,5851 -23,5116 -35,4890 -29,7379 -35,4890

lapangan 3,6378 1,9375 5,0929 7,4654 6,3029 7,4654

kanan 8,7371 5,3476 12,2319 19,0407 15,8321 19,0407

2

kiri 8,7371 5,3476 12,2319 19,0407 15,8321 19,0407

lapangan 5,8041 3,8222 8,1257 13,0804 10,7871 13,0804

kanan 0 0 0 0 0 0

Tipe plat Mu (KNm) Tulangan Pokok

Tulangan Bagi

Momen Tersedia (KNm)

F

Mlx = 1,14714 Mly = 0,33575 Mtx = -2,32226 Mty = -1,59480

dp10-200 dp10-200 dp10-200 dp10-200

- - dp8-200 dp8-200

10,085 8,986 10,085 8,986

G

Mlx = 0,57557 Mly = 0,41112 Mtx = -1,31558 Mty = -1,15114

dp10-200 dp10-200 dp10-200 dp10-200

- - dp8-200 dp8-200

10,085 8,986 10,085 8,986

Gambar V.2. Perencanaan tangga besement dan lantai 1,2 dan 3.

1.75

2

.00

Lantai Bawah

2

.00

Lantai Atas

1

2 3 4

7.00

1

.75

3

.00

Bordes

N

3.00 2.00 3.00 2.00


(3)

Tabel V.3 Penulangan tangga bagian bawah (Lanjutan)

BATANG

B.MATI B.HIDUP KOMBINASI PEMBEBANAN B.RENCANA

(D) (La) 1.4D 1.2D+1.6L 1.2D+1.0L KN-m

3

kiri 8,7371 5,3476 12,2319 19,0407 15,8321 19,0407

lapangan 5,8041 3,8222 8,1257 13,0804 10,7871 13,0804

kanan 0 0 0 0 0 0

4

kiri -16,7940 -9,5851 -23,5116 -35,4890 -29,7379 -35,4890

lapangan 3,6378 1,9375 5,0929 7,4654 6,3029 7,4654

kanan 8,7371 5,3476 -9,5851 19,0407 15,8321 19,0407

D. Perencanaan Struktur Balok

Perencanaan kolom diambil contoh pada balok F14 portal as-14 lantai 1. Balok berukuran 600/400 dengan diameter tulangan D22 mm dan diameter tulangan geser Ø 10 mm, penulangan balok dapat dilihat pada Gambar V.3.

E. Perencanaan Struktur Kolom

Perencanaan kolom diambil contoh pada kolom G13 portal as-G. Kolom berukuran 600/600 dengan diameter tulangan D22 mm dan diameter tulangan geser Ø 10 mm, penulangan kolom dapat dilihat pada Gambar V.4.

Gambar V.3. Hasil perencanaan tulangan balok F14 portal as-14 lantai 1

2dp10-120 3 D 22

7 D 22 3 D 22

2dp10-120 4 D 22

3 D 22

2dp10-170 3 D 22 A

A B

B

C

C

POT A - A

2D10

400 600

61 50 7D22

3D22

2Ø10-120

POT B - B

2D10

400 600

61

3D22

3D22

2Ø10-120

POT C - C

2D10

400 600

61

7D22

3D22


(4)

F. Perencanaan Struktur Pondasi

Perencanaan pondasi struktur utama menggunakan pondasi tiang pancang dan dipancang sampai tanah keras, dengan 5 buah tiang pancang. Tulangan tiang pancang menggunakan diameter 25 mm dan tulangan geser 2dp10. Poer menggunakan ukuran 2,4 x 2,4 m2, dengan tulangan diameter 19 mm.

Gambar V.4. Hasil perencanaan tulangan kolom G13 portal as-G

Gambar V.5. Penulangan pondasi tiang pancang.

600 600

61

20 D 22

POT A - A

61 2dp10-260

2dp10-160

A A

4D25 2dp10-160

400

400

70

Penulangan tiang pancang

2dp10-160 20D22

D19-110 D19-110

D19-110 D19-110

2dp10-160 4D25

Pondasi tiang pancang

Penulangan plat poer

2dp10-160

D19-110

D19-110

D19-110 D19-110 2dp10-260

D19-110 D19-110 D19-110 D19-110 1000

80

460

240

500

700

500 700 240

500 700

500 700

240 600

500 71 71

Penulangan poer


(5)

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Setelah melakukan analisis perhitungan perencanaan struktur beton bertulang untuk gedung pasar tiga lantai dengan satu basement di wilayah Boyolali dengan sistem daktail parsial tinjauan 3 dimensi, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

Perencanaan struktur beton bertulang ini direncanakan aman terhadap beban mati, beban hidup dan beban gempa rencana. Distribusi beban geser/gempa menggunakan analisis statik ekivalen sedangkan perhitungan analisis mekanika strukturnya menggunakan program bantu hitung SAP 2000 v. 14 nonlinear. Dari hasil analisis didapat hasil sebagai berikut :

1). Struktur atap menggunakan kuda-kuda rangka baja profil 80.80.8 dengan penutup seng.

2). Struktur plat meliputi ;

a).Ketebalan plat lantai 12 cm dengan tulangan pokok dp10-200 dan tulangan bagi dp 8-200.

b).Ketebalan plat lantai basement tebal 20 cm, dengan tulangan pokok dp 10-100, dan tulangan bagi dp 8-120.

3).Struktur tangga digunakan bentuk K dengan hasil perencanaan optrade 16 cm

dan antrade 26 cm. Untuk plat tangga digunakan tebal 12 cm dengan tulangan

pokok dp 10-100 dan tulangan bagi dp 6-100, sedangkan untuk plat bordes

digunakan tebal 12 cm dengan tulangan pokok dp 10-100 dan tulangan bagi dp 6-100.

4). Struktur portal gedung beton bertulang meliputi :

a).Balok induk dengan dimensi 400/600 mm dengan tulangan pokok D22 dan tulangan geser menggunakan 2dp10-120.

b).Kolom dengan dimensi kolom 600/600 mm dengan tulangan pokok 20D22 dan tulangan geser menggunakan 2dp10-160.

5). Struktur pondasi menggunakan pondasi tiang pancang beton bertulang dan dipancang sampai tanah keras meliputi :


(6)

a).Plat poer pondasi menggunakan ukuran (2,4 x 2,4) m2 setebal 100 cm dengan tulangan vertikal D19-110 dan tulangan horisontal D19-110. b).Kelompok tiang pancang berjumlah 5 tiang dengan dimensi tiang pancang

400/400 dengan Tulangan pokok 4D25 dengan begel 2dp10-160. B. Saran

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan struktur beton bertulang untuk gedung bertingkat pada umumnya dan secara khusus pada Tugas Akhir ini penulis mencoba memberikan saran diantaranya sebagai berikut :

1).Jika dalam perencanaan menggunakan program bantu hitung untuk perhitungan analisa mekanika struktur seperti SAP 2000 v.14 atau yang lainnya hendaknya dicek ulang dengan hitungan analisa struktur secara konvensional agar hasilnya bisa dibandingkan sehingga kesalahan bisa diminimalisir.

2).Jika dalam perhitungan torsi hasilnya momen torsi diabaikan, maka hanya perlu diberi tulangan tambahan dengan diameter minimal (diameter tulangan longitudinal) sesuai pasal 13.6.1 SNI 03–2847–2002.

3).Dalam penggambaran hendaknya dibuat secara sederhana dengan sedetailnya agar mudah difahami oleh semua orang.


Dokumen yang terkait

PERENCANAAN GEDUNG HOTEL 4 LANTAI& 1 BASEMENT DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL DI Perencanaan Gedung Hotel 4 Lantai & 1 Basement Dengan Sistem Daktail Parsial Di Wilayah Gempa 4.

0 1 29

PERENCANAAN GEDUNG HOTEL 4 LANTAI & 1 BASEMENT DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL Perencanaan Gedung Hotel 4 Lantai & 1 Basement Dengan Sistem Daktail Parsial Di Wilayah Gempa 4.

0 0 12

PERENCANAAN GEDUNG PERKULIAHAN EMPAT LANTAI SATU BASEMENT DI SURAKARTA Perencanaan Gedung Perkuliahan Empat Lantai Satu Basement Di Surakarta Dengan Prinsip Daktail Parsial.

0 0 25

PERENCANAAN GEDUNG PERKULIAHAN EMPAT LANTAI SATU BASEMENT DI SURAKARTA Perencanaan Gedung Perkuliahan Empat Lantai Satu Basement Di Surakarta Dengan Prinsip Daktail Parsial.

0 1 19

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT PERBELANJAAN LIMA LANTAI SATU BASEMENT DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI WILAYAH BOYOLALI.

0 4 4

RESUME TUGAS AKHIR PERENCANAAN GEDUNG HOTEL 4 LANTAI 1 BASEMENT DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL DI WILAYAH BOYOLALI.

0 0 73

PENDAHULUAN PERENCANAAN GEDUNG HOTEL 4 LANTAI 1 BASEMENT DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL DI WILAYAH BOYOLALI.

0 0 4

PERENCANAAN GEDUNG SEKOLAH MENENGAH ATASEMPAT LANTAI DAN SATU BASEMENT DI SURAKARTADENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL Perencanaan Gedung Sekolah Menengah Atas Empat Lantai Dan Satu Basement Di Surakarta Dengan Prinsip Daktail Parsial.

0 1 21

PERENCANAAN GEDUNG PASAR TIGA LANTAI DENGAN SATU BASEMENT DI WILAYAH BOYOLALI Perencanaan Gedung Pasar Tiga Lantai Dengan Satu Basement Di Wilayah Boyolali (Dengan Sistem Daktail Parsial).

0 1 28

PENDAHULUAN Perencanaan Gedung Pasar Tiga Lantai Dengan Satu Basement Di Wilayah Boyolali (Dengan Sistem Daktail Parsial).

0 0 4