PERENCANAAN GEDUNG PERKULIAHAN EMPAT LANTAI SATU BASEMENT DI SURAKARTA Perencanaan Gedung Perkuliahan Empat Lantai Satu Basement Di Surakarta Dengan Prinsip Daktail Parsial.

(1)

Naskah Publikasi

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil

Diajukan oleh:

MUHAMMAD YANU UTOMO NIM: D 100 050 009 NIRM: 05 6 106 03010 50009

Kepada:

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PERENCANAAN GEDUNG PERKULIAHAN EMPAT LANTAI SATU BASEMENT DI SURAKARTA

DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL

Naskah Publikasi

Diajukan dan dipertahankan pada Ujian Pendadaran Tugas Akhir di hadapan Dewan Penguji

Pada tanggal 27 Desember 2012 diajukan oleh :

MUHAMMAD YANU UTOMO NIM: D 100 050 009 NIRM: 05 6 106 03010 50009

Susunan Dewan Penguji:

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ir. H Aliem Sudjatmiko, MT. Basuki, ST. MT.

NIP: 131 683 033 NIK: 783

Anggota

H. Budi Setiawan, ST. MT. NIK: 785

Tugas Akhir ini diterima sebagai salah satu persyaratan Untuk mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil

Surakarta, ...

Dekan Fakultas Teknik Ketua Program Studi Teknik Sipil

Ir. Agus Riyanto, MT. Ir. H. Suhendro Trinugroho, MT. NIK : 483 NIK : 732


(3)

PERENCANAAN GEDUNG PERKULIAHAN EMPAT LANTAI SATU BASEMENT DI SURAKARTA

DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL

ABSTRAKSI

Tugas Akhir ini dimaksudkan untuk merencanakan struktur beton bertulang lima lantai, yang merupakan gedung perkuliahan di daerah Surakarta (wilayah gempa 3) yang berdiri di atas tanah keras dan berdasarkan pada SNI 1726-2002 dengan nilai faktor daktalitas (μ) = 3 sehingga termasuk pada daktail parsial. Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah untuk memperoleh suatu perbandingan atau efisiensi dari perencanaan struktur gedung berdasarkan tinjauan 3 dimensi, yang meliputi analisis mekanika struktur, distribusi beban geser/gempa dan kebutuhan tulangan.Pada perencanaan ini, digunakan mutu bahan : mutu beton (fc’) 30 MPa,

mutu baja (fy) 400 MPa dan rangka atap baja digunakan mutu baja Bj 34.

Peraturan-peraturan yang digunakan sebagai acuan meliputi PPIUG-1983, SNI 03-1729-2002, PPBBI-1984, PBI-1971, SNI 1726-2002, SNI 03-2847-2002. Analisis mekanika struktur gedung menggunakan program “SAP 2000” v.14. Perhitungan matematis agar mendapat hasil yang cepat dan akurat menggunakan program ”Microsoft Excel 2007”. Penggambaran menggunakan program ”AutoCAD 2007”. Hasil yang diperoleh dari perencanaan Tugas Akhir ini sebagai berikut: Struktur atap menggunakan kuda-kuda rangka baja profil ⎦⎣30.45.3, ketebalan plat tangga dan bordes 15 cm dengan tulangan pokok dan tulangan bagi dp10, plat lantai dengan tulangan pokok dan tulangan bagi dp10, balok menggunakan dimensi 450/600 dengan tulangan pokok D25 dan tulangan geser 2dp10. Kolom menggunakan dimensi 600/600 dengan tulangan pokok D25 dan tulangan geser 2dp10, pondasi menggunakan dimensi poer ukuran (3 x 3) m2 setebal 100 cm dengan tulangan D25, sedangkan tiang pancang dimensi 400/400 mm sepanjang 6 m dengan tulangan pokok D25 dan tulangan geser 2dp10.


(4)

1

A. PENDAHULUAN

Era globalisasi menuntut persaingan di berbagai bidang, salah satunya adalah mutu sumber daya manusia. Pendidikan adalah cara untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk menunjang peningkatan kemajuan pendidikan tersebut maka dibutuhkan sarana pendidikan. Surakarta adalah salah satu kota besar di Indonesia yang menjadi tujuan pendidikan. Banyak sekolah dan universitas berkualitas yang terdapat di Surakarta yang menarik minat sebagian besar pelajar dan mahasiswa di pulau jawa bahkan dari luar jawa.

Universitas adalah jenjang pendidikan tertinggi dengan konsentrasi pendidikan yang beragam yang berperan menciptakan profesionalitas sumber daya manusia. Beragam konsentrasi tersebut menyerap banyak mahasiswa, untuk itulah dalam sebuah universitas dibutuhkan banyak fasilitas ruang kuliah yang ditata dalam bentuk gedung perkuliahan

Menurut SNI 03-1726-2002, Surakarta termasuk pada wilayah gempa 3 yaitu merupakan daerah dengan kemungkinan terjadi gempa berskala cukup besar sehingga dalam merencanakan gedung bertingkat harus direncanakan dan didesain dengan matang agar dapat digunakan dengan nyaman dan aman terhadap bahaya gempa bagi pemakai. Untuk efisiensi tata guna lahan maka gedung perkuliahan direncanakan 4 lantai 1 basement menggunakan prinsip daktail parsial. Perencanaan gedung tersebut secara teoritis harus memenuhi persyaratan tertentu, baik dari segi struktur, kekakuan, kestabilan serta ekonomi.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka diambil suatu rumusan masalah sebagai acuan dalam perencanaan sebagai berikut:

1). Surakarta termasuk daerah yang berada pada wilayah gempa 3, maka diperlukan perencanaan struktur gedung tahan gempa.

2). Karena berkembangnya daerah Surakarta menjadi kota besar dan tata guna lahan yang semakin sempit, diperlukan perkembangan gedung bertingkat atau pembangunan secara vertikal.

Tujuan perencanaan gedung perkuliahan 4 lantai 1 basement di Surakarta dengan prinsip daktail parsial ini adalah untuk mendapatkan hasil desain struktur


(5)

bangunan 4 lantai 1 basement di Surakarta yang tahan gempa sesuai dengan prinsip daktail parsial, serta peraturan-peraturan yang berlaku di Indonesia.

Manfaat yang dapat diambil pada perencanaan ini adalah menambah pengetahuan di bidang perencanaan struktur dan sebagai referensi, khususnya dalam perencanaan struktur beton bertulang tahan gempa dengan prinsip daktail parsial.

Untuk menghindari melebarnya pembahasan, maka penyusunan laporan tugas akhir ini dibatasi masalah-masalah sebagai berikut:

1). Gedung yang direncanakan adalah gedung perkuliahan 4 lantai 1 basement di Surakarta (wilayah gempa3).

2). Perhitungan struktur mencakup perhitungan struktur atap (kuda-kuda) dan struktur beton bertulang (plat lantai, plat tangga, perhitungan balok, kolom dan pondasi tiang pancang).

3). Spesifikasi material struktur yang digunakan adalah mutu beton f’c = 30 MPa,

mutu baja fy = 400 MPa untuk tulangan utama, dan fy = 300 MPa untuk

tulangan geser.

B. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut pasal 3.1.3.1 Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung SNI-1726-2002, daktilitas adalah kemampuan struktur suatu gedung untuk mengalami simpangan pasca-elastik yang besar secara berulang kali dan bolak-balik akibat beban gempa di atas beban gempa yang menyebabkan terjadinya pelelehan pertama, sambil mempertahankan kekuatan dan kekakuan yang cukup, sehingga struktur gedung tersebut tetap berdiri walaupun sudah dalam kondisi sudah di ambang keruntuhan.

Berdasarkan SNI-1726-2002 terdapat 3 tingkat daktilitas yaitu : 1). Elastik penuh

Suatu tingkat daktilitas struktur gedung dimana nilai faktor daktilitasnya sebesar 1,0 (μ=1,0).


(6)

3

2). Daktail parsial

Seluruh tingkat daktilitas struktur gedung dengan nilai faktor daktilitas diantara untuk struktur gedung yang elastik penuh sebesar 1,0 (μ=1,0) dan untuk struktur gedung yang daktail penuh sebesar 5,3 (μ=5,3).

3). Daktail penuh

Suatu tingkat daktilitas struktur gedung dimana strukturnya mampu mengalami simpangan pasca-elastik pada saat mencapai kondisi diambang keruntuhan yang paling besar yaitu dengan mencapai nilai faktor daktilitas sebesar 5,3 (μ=5,3).

Dalam pasal 4.5 SNI-1726-2002 disebutkan bahwa struktur gedung harus memenuhi persyaratan “kolom kuat balok lemah”, artinya ketika struktur gedung memikul pengaruh gempa rencana, sendi-sendi plastis di dalam struktur gedung tersebut hanya boleh terjadi pada ujung-ujung balok dan pada kaki kolom dan kaki dinding geser saja.

Pada perencanaan gedung dengan prinsip daktail parsial, direncanakan titik-titik yang berpotensi membentuk leleh lentur (sendi plastis) pada jarak tertentu sesuai pasal 23.10.4.2 dan pasal 23.10.4.5.1 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung SNI 03-2847-2002 sebagai berikut: 1). Untuk balok, sendi plastis dipasang pada ujung kanan dan ujung kiri balok

dengan jarak 2h dari muka kolom.

2). Untuk kolom, sendi plastis hanya boleh dipasang pada ujung bawah kolom lantai paling bawah. Lokasi sendi plastis kolom dipasang dengan jarak λ0 dari

ujung bawah kaki kolom.

Jarak λ0 ditentukan sebagai berikut:

a). λ0≥ 1/6 dari tinggi bersih kolom

b). λ0≥ dimensi terbesar kolom


(7)

Gambar 1. Pemasangan sendi plastis

Menurut pasal 11 SNI 03-2847-2002, struktur dan komponen struktur harus direncanakan hingga semua penampang mempunyai kuat rencana minimum sama dengan kuat perlu yang dihitung berdasarkan kombinasi beban dan gaya terfaktor yang sesuai dengan ketentuan. Kombinasi-kombinasi beban terfaktor tersebut sebagai berikut (pasal 11.2. SNI 03-2847-2002):

1). U = 1,4 D ... (1a) 2). U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (A atau R) ... (1b) 3). U = 1,2 D + 1,0 L ± 1,6 W + 0,5 (A atau R) ... (1c) U = 0,9 D ± 1,6 W ... (1d) 4). U = 1,2 D + 1,0 L ± 1,0 E ... (1e) U = 0,9 D ± 1,0 E ... (1f) Ketidakpastian kekuatan bahan terhadap pembebanan pada komponen struktur dianggap sebagai faktor reduksi kekuatan (ϕ), yang nilainya ditentukan menurut pasal 11.3 SNI 03-2847-2002 sebagai berikut:

1). φ = 0,80 untuk beban lentur tanpa gaya aksial

2). φ = 0,65 untuk gaya aksial tekan, dan aksial tekan dengan lentur 3). φ = 0,65 untuk struktur dengan tulangan sengkang biasa

4). φ = 0,60 untuk gaya lintang dan torsi 5). φ = 0,70 untuk tumpuan pada beton

Menurut Pasal 4.7.1 SNI-1726-2002, Indonesia ditetapkan terbagi dalam 6 wilayah gempa. Pembagian wilayah ini, didasarkan atas percepatan puncak batuan dasar akibat pengaruh gempa rencana dengan perioda ulang 500 tahun. Wilayah gempa 1 adalah wilayah kegempaan paling rendah, sedangkan wilayah gempa 6 adalah wilayah kegempaan paling tinggi.

2h 2h

λ0

b.sendi plastis kolom pada lantai paling bawah a.sendi plastis pada balok


(8)

5

Gambar 2. Wilayah Gempa Indonesia dengan percepatan puncak batuan dasar dengan perioda ulang 500 tahun

C. LANDASAN TEORI 1. Perencanaan struktur atap rangka baja

Beban-beban yang diperhitungkan pada gording meliputi beban mati (akibat berat sendiri gording dan beban penutup atap), beban hidup dan beban angin. Baja profil yang digunakan untuk gording adalah profil Canal. Tegangan yang terjadi harus lebih kecil dari tegangan ijin.

Pemasangan sagrod dimaksudkan untuk mendukung beban yang searah dengan sumbu miring atap. Penempatan sagrod dipasang pada tengah bentang gording, yang terjadi momen maksimum.

Perencanaan kuda-kuda merupakan perencanaan konstruksi yang mendukung berat atap kemudian meneruskannya ke kolom. Perencanaan kuda-kuda harus mampu menahan berbagai beban baik dari dalam (berat sendiri) maupun dari luar (beban hidup dan angin).

2. Perencanaan struktur plat atap, lantai dan tangga

Plat merupakan struktur bidang datar (tidak melengkung) yang jika ditinjau secara visual 3 dimensi mempunyai tebal yang jauh lebih kecil dari pada ukuran bidang plat. Untuk merencanakan plat beton bertulang perlu dipertimbangkan tidak hanya pembebanan, tapi juga ukuran dan syarat-syarat


(9)

tumpuan pada tepi yang menentukan jenis perletakan dan jenis penghubung di tempat tumpuan.

Tangga merupakan salah satu sarana penghubung dari dua tempat yang berbeda ketinggiannya. Pada bangunan gedung bertingkat, biasanya tangga digunakan sebagai sarana penghubung antara lantai tingkat yang satu dengan lantai tingkat yang lain, khususnya bagi pejalan kaki. Agar anak tangga dapat digunakan dengan mudah dan nyaman, maka ukuran anak tangga ditentukan sebagai berikut :

2.T + I = (61 - 65 cm)

dengan: T = tinggi bidang tanjakan (optrede)atau tinggi anak tangga, cm. I = lebar bidang injakan (antrede)atau lebar anak tangga, cm.

Gambar 3. Anatomi anak tangga 3. Perencanaan struktur balok

Pada perencanaan balok dilakukan analisa perhitungan meliputi tulangan memanjang balok dan tulangan geser (begel) balok. Dimensi dan penulangan bolok tidak hanya dihitung berdasarkan beban perlu yang bekerja, tetapi juga harus memperhitungkan terjadinya leleh lentur atau sendi plastis pada ujung- ujung balok (apabila terjadi gempa yang lebih besar daripada gempa rencana) dengan jarak dua kali tinggi penampang balok dari muka kolom (Pasal 23.10.4.2. TPSBUBG SNI 03-2847-2002). Keadaan ini dilaksanakan dengan cara memberikan batasan beban perlu minimal pada ujung- ujung maupun pada tengah bentang balok (Pasal 23.10.4.2. TPSBUBG SNI 03-2847-2002).

Menurut Pasal 13.6.1 SNI 03–2847–2002 pengaruh puntir dapat diabaikan jika momen puntir terfaktor Tu memenuhi syarat berikut :

Tu ≤

⎟⎟⎠ ⎞ ⎜⎜⎝ ⎛

P A . 12

f' .

cp cp

c 2

φ dengan

φ

= 0,75 ... (2)

T I


(10)

7

Acp = luas penampang keseluruhan, termasuk rongga pada penampang berongga

(lihat daerah yang diarsir), dalam (mm²).

Pcp = keliling penampang keseluruhan (keliling batas terluar daerah yang

diarsir), dalam (mm). 4. Perencanaan struktur kolom

Pada perencanaan kolom dilakukan analisa perhitungan meliputi tulangan memanjang kolom, tulangan geser (begel) kolom dan momen tersedia kolom. Dimensi dan penulangan kolom juga dihitung berdasarkan beban perlu yang bekerja dengan mempertimbangkan terbentuknya leleh lentur (sendi plastis) sepanjang λ0 dari ujung bawah kaki kolom (Pasal 23.10.5.1. TPSBUBG SNI

03-2847-2002)

5. Perencanaan Pondasi

Secara umum, pondasi mempunyai tujuan untuk meneruskan beban-beban struktur bangunan yang berada di atasnya untuk ditransfer/diteruskan kedalam lapisan tanah pendukung.

D. METODE PERENCANAAN

Prosedur/tahapan pelaksanaan Tugas Akhir perencanan meliputi 6 tahap utama, pelaksanaan tersebut dapat dilihat pada Gambar berikut:


(11)

Gambar 4. Bagan alir perencanaan

Tahap VI Tahap V Tahap IV Tahap III Tahap II Tahap I

Tidak

Tidak

Tidak Desain gambar rencana

Menghitung struktur atap Menghitung tulangan plat dan tangga

Analisa pembebanan Asumsi dimensi awal balok dan kolom

Analisa mekanika

Kecukupan dimensi balok

Kecukupan dimensi pondasi Mulai

Ya

Ya

Ya Beban gempa

Beban mati Beban hidup

Penentuan beban/gaya dalam perlu akibat kombinasi beban

Kecukupan dimensi kolom Penulangan balok

Penulangan kolom Asumsi dimensi pondasi

Penulangan pondasi Membuat gambar detail


(12)

9

E. HASIL PERENCANAAN 1. Perencanaan Struktur Atap

Perencanaan Struktur atap menggunakan penutup atap dari genteng dengan rangka atap dari baja. Berdasarkan hasil perhitungan digunakan gording profil baja lip kanal 150.65.20.3,2 dan rangka kuda-kuda utama menggunakan baja profil siku ⎦⎣30.45.3. Alat sambung menggunakan baut Ø ¼ inch dengan menggunakan plat kopel 4 mm dan plat buhul 6 mm. Rangka atap dapat dilihat seperti pada Gambar 5 sebagai berikut.

a1 a2 a3 a4 a5 a6 a12 a11 a10 a9 a8 a7

b1 b2 b3 b4 b5 b6 b7 b8 b9 b10 b11 b12

v1 v2 v3 v4 v5 v6 v11 v10 v9 v8 v7 d1 d2 d3 d4 d5 d10 d9 d8 d7 d6 800 1200

Gambar 5. Rangka kuda-kuda utama 2. Perencanaan Plat

Perencanaan plat terdiri dari 2 jenis yaitu plat atap 10 cm dan plat lantai 12cm. Pembagian tipe dan hasil perhitungan tulangan plat dapat dilihat pada gambar dan tabel berikut.

A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A

A A A A

A

A

B B

B B

800 400 800 4800800 800800 400400 800

80 0 80 0 80 0 2400 23 0 230

A A A

A


(13)

Tabel 1. Tulangan plat atap

Tipe plat Momen perlu (kN.m) Tulangan pokok Tulangan bagi Momen tersedia (kN.m)

ly = 4 m

l

x

= 4

m

A

Mlx(+) = 1,759

Mly(+) = 1,759

Mtx(-) = 4,356

Mty(-) = 4,356

dp10-200 dp10-200 dp10-200 dp10-200 dp10-350 dp10-350 6,80 5,86 6,80 5,86

ly = 4 m

l

x

= 2

,5 m

B Mlx

(+)

= 1,505 Mly(+) = 0,818

Mtx(-) = 3,240

Mty(-) = 2,520

dp10-200 dp10-200 dp10-200 dp10-200 dp10-350 dp10-350 6,80 5,86 6,80 5,86 A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A

A A A A

A A

A A

A

A

B B B B

C C

D D

D D

E F F E

G G G G G G G G

800 400 800 4800800 800800 400400 800

800 800 80 0 24 00 230 23 0

Gambar 7. Denah plat lantai Tabel 2. Tulangan plat lantai

Tipe plat Momen perlu (kN.m) Tulangan pokok Tulangan bagi Momen tersedia (kN.m)

(1) (2) (3) (4) (5)

ly = 4 m

l

x

= 4 m

A

Mlx(+) = 2,856

Mly(+) = 2,856

Mtx(-) = 7,072

Mty(-) = 7,072

dp10-150 dp10-150 dp10-150 dp10-150 dp10-300 dp10-300 11,5 10,2 11,5 10,2

ly = 4 m

l

x

= 3

m

B Mlx

(+)

= 2,372 Mly(+) = 1,454

Mtx(-) = 5,279

Mty(-) = 4,361

dp10-150 dp10-150 dp10-150 dp10-150 dp10-300 dp10-300 11,5 10,2 11,5 10,2


(14)

11

Tabel 2. lanjutan

(1) (2) (3) (4) (5)

ly = 5 m

l x = 2,5 m C Mlx (+) = 2,922 Mly(+) = 1,116

Mtx(-) = 6,056

Mty(-) = 4,144

dp10-150 dp10-150 dp10-150 dp10-150 dp10-300 dp10-300 11,5 10,2 11,5 10,2

ly = 4 m

l

x

=

2,5 m

D

Mlx(+) = 2,444

Mly(+) = 1,328

Mtx (-)

= 5,259 Mty(-) = 4,091

dp10-150 dp10-150 dp10-150 dp10-150 dp10-300 dp10-300 11,5 10,2 11,5 10,2

ly = 4 m

l

x

=

2 m

E

Mlx(+) = 1,394

Mly(+) = 0,408

Mtx (-)

= 2,822 Mty(-) = 1,938

dp10-150 dp10-150 dp10-150 dp10-150 dp10-300 dp10-300 11,5 10,2 11,5 10,2

ly = 3 m

l x = 2 m F Mlx (+) = 1,224 Mly(+) = 0,578

Mtx(-) = 2,584

Mty(-) = 1,938

dp10-150 dp10-150 dp10-150 dp10-150 dp10-300 dp10-300 11,5 10,2 11,5 10,2

ly = 2 m

l x = 2 m G Mlx (+) = 0,714 Mly(+) = 0,714

Mtx(-) = 1,768

Mty(-) = 1,768

dp10-150 dp10-150 dp10-150 dp10-150 dp10-300 dp10-300 11,5 10,2 11,5 10,2

3. Perencanaan Tangga

Tangga direncanakan dengan desain melayang dengan ketebalan plat 15 cm, lebar injakan anak tangga 26 cm, dan tinggi tanjakan anak tangga 18 cm. Desain dan hasil perhitungan tulangan dapat dilihat pada gambar dan tabel berikut. -18,24 kN.m -50,65 kN.m 8,54 kN.m 20 0 20 0 -18,24 kN.m 8,54 kN.m -101,64 kN.m


(15)

Tabel 3. Tulangan plat tangga

Bagian

tangga Tulangan

Kiri Lapangan Kanan

Tul.

Pokok Tul. Bagi

Tul.

Pokok Tul. Bagi

Tul.

Pokok Tul. Bagi Badan

Bawah

Atas dp10-100 dp10-260 - - dp19-100 dp10-140

Bawah - - dp10-100 dp10-260 - -

Bordes Atas dp19-100 dp10-140 dp19-100 dp10-140 dp19-100 dp10-140

Bawah - - - -

Badan atas

Atas dp10-100 dp10-260 - - dp19-100 dp10-140

Bawah - - dp10-100 dp10-260 - -

4. Perencanaan Struktur Balok

Contoh perhitungan dilakukan pada balok B220 portal as-6 dan didapatkan hasil penulangan seperti pada gambar berikut.

2dp12-90 2dp12-100 2dp12-200 2dp12-60 2dp12-120 2dp12-60

B2 2 0

3 D25 10 D25 4 D25 12 D25 4 D25 2 D25 10 D25 3 D25 600 450 65 50 65 53,5 120 66,5 53,5 120 66,5 200 150 800 2 D25 4 D25 12 D25 4 D25 200 150 600 450 65 50 65 600 450 65 50 65

4 D12 4 D12 4 D12

A B C

POT - A POT - B POT - C

Gambar 9. Penulangan balok B220 portal as-6 5. Perencanaan Struktur Kolom

Contoh perhitungan dilakukan pada K47 (identik dengan K42) portal as-B dan didapatkan hasil penulangan seperti pada gambar berikut.

65 dp10-200 dp10-100 65 65 60 0 65 65 600 16 D25


(16)

13

6. Perencanaan Pondasi dan Sloof

Hasil penulangan pondasi dan sloof dapat dilihat pada gambar berikut.

300

915

85

A A

600

D25-80 D16-80

D16-8

0

D25-8

0

300

30

0

POT A-A

POT B-B

4 D25 2dp10 - 160

B B

DETAIL PENULANGAN PONDASI TIANG PANCANG

400

400

75

75

75 75

600 D16-80

D25-80

Gambar 11. Penulangan pondasi tiang pancang

75

75

600 2D25

2D25

400 75 75

2dp10-250 75

75

600

400 75 75

2dp10-250 75

75

600

400 75 75

2dp10-250 3D25

2D25 2D25

2D25

2dp10-250

A

B

C

2D12 2D12 2D12


(17)

F. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan

Setelah melakukan analisis perhitungan perencanaan struktur beton bertulang untuk gedung perkuliahan 4 lantai 1 basement dengan prinsip daktail parsial di daerah Surakarta tinjauan 3 dimensi, dapat diambil kesimpulan bahwa perencanaan struktur beton bertulang ini direncanakan aman terhadap beban mati, beban hidup dan beban gempa rencana. Distribusi beban geser/gempa menggunakan analisis statik ekivalen sedangkan perhitungan analisis mekanika strukturnya menggunakan program bantu hitung SAP 2000 v.14. Dari hasil analisis didapat hasil sebagai berikut:

1). Struktur atap menggunakan kuda-kuda rangka baja profil ⎦⎣30.45.3.

2). Struktur plat ketebalan plat atap 10 cm dan plat lantai 12 cm dengan tulangan pokok dan tulangan bagi dp10.

3). Struktur tangga digunakan bentuk K dengan hasil perencanaan optrade

(tinggi bidang tanjakan ) 18 cm dan antrade (lebar bidang injakan ) 26 cm. Untuk plat tangga dan bordes digunakan tebal 15 cm dengan tulangan pokok dan tulangan bagi dp10.

4). Struktur portal gedung beton bertulang meliputi:

a). Balok induk dengan dimensi 450/600 mm dan 300/500 mm dengan tulangan pokok D25 dan tulangan geser menggunakan 2dp10.

b). Kolom dengan dimensi kolom 600/600 mm dengan tulangan pokok D25 dan tulangan geser menggunakan 2dp10.

5). Struktur pondasi menggunakan pondasi tiang pancang beton bertulang dan dipancang sampai tanah keras meliputi :

a). Plat poer pondasi menggunakan ukuran 3 x 3 m2 setebal 1 m dengan tulangan D25 dan jarak 80 mm.

b). Kelompok tiang pancang berjumlah 9 tiang dengan dimensi tiang pancang 400/400 dengan tulangan pokok 4 D25 dan begel 2dp10 - 160.


(18)

15

2. Saran

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan struktur beton bertulang untuk gedung bertingkat pada umumnya dan secara khusus pada Tugas Akhir ini penulis mencoba memberikan saran diantaranya sebagai berikut :

1). Jika dalam perencanaan menggunakan program bantu hitung untuk perhitungan analisa mekanika struktur seperti SAP 2000 v.14 atau yang lainnya hendaknya pemasukan data material, dimensi, dan pembebanan lebih teliti.

2). Jika dalam perhitungan torsi hasilnya momen torsi diabaikan, maka hanya perlu diberi tulangan tambahan (tulangan montase) dengan diameter minimal (½ diameter tulangan longitudinal).

3). Perhatikan penggambaran shop drawing karena hasil analisis dengan aplikasi lapangan kadang berbeda.

4). Dalam penggambaran hendaknya dibuat secara sederhana dan detail agar mudah dibaca oleh semua orang.


(19)

Asroni, A., 2010. Kolom Fondasi & Balok T Beton Bertulang, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Asroni, A., 2003. Struktur Beton lanjut, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

DPMB, 1971. Peraturan Beton Bertulang Indonesia N.I.-2, Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung.

DPPW, 2002. Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung SNI 1726-2002, Departeman Permukiman dan Prasarana Wilayah, Bandung.

LPMB, 1983. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung, Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung.

LPMB, 1984. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia, Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung.

LPMB, 2002. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung SNI 03-2847-2002, Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung.


(1)

Tabel 2. lanjutan

(1) (2) (3) (4) (5)

ly = 5 m

l

x

=

2,5 m

C

Mlx(+) = 2,922 Mly(+) = 1,116 Mtx(-) = 6,056 Mty(-) = 4,144

dp10-150 dp10-150 dp10-150 dp10-150 dp10-300 dp10-300 11,5 10,2 11,5 10,2

ly = 4 m

l

x

=

2,5 m

D

Mlx(+) = 2,444 Mly(+) = 1,328 Mtx(-) = 5,259 Mty(-) = 4,091

dp10-150 dp10-150 dp10-150 dp10-150 dp10-300 dp10-300 11,5 10,2 11,5 10,2

ly = 4 m

l

x

=

2 m

E

Mlx(+) = 1,394 Mly(+) = 0,408 Mtx(-) = 2,822 Mty(-) = 1,938

dp10-150 dp10-150 dp10-150 dp10-150 dp10-300 dp10-300 11,5 10,2 11,5 10,2

ly = 3 m

l

x

=

2 m

F

Mlx(+) = 1,224 Mly(+) = 0,578 Mtx(-) = 2,584 Mty(-) = 1,938

dp10-150 dp10-150 dp10-150 dp10-150 dp10-300 dp10-300 11,5 10,2 11,5 10,2

ly = 2 m

l x = 2 m G

Mlx(+) = 0,714 Mly(+) = 0,714 Mtx(-) = 1,768 Mty(-) = 1,768

dp10-150 dp10-150 dp10-150 dp10-150 dp10-300 dp10-300 11,5 10,2 11,5 10,2

3. Perencanaan Tangga

Tangga direncanakan dengan desain melayang dengan ketebalan plat 15 cm, lebar injakan anak tangga 26 cm, dan tinggi tanjakan anak tangga 18 cm. Desain dan hasil perhitungan tulangan dapat dilihat pada gambar dan tabel berikut. -18,24 kN.m -50,65 kN.m 8,54 kN.m 20 0 20 0 -18,24 kN.m 8,54 kN.m -101,64 kN.m


(2)

Tabel 3. Tulangan plat tangga

Bagian

tangga Tulangan

Kiri Lapangan Kanan

Tul.

Pokok Tul. Bagi

Tul.

Pokok Tul. Bagi

Tul.

Pokok Tul. Bagi

Badan Bawah

Atas dp10-100 dp10-260 - - dp19-100 dp10-140

Bawah - - dp10-100 dp10-260 - -

Bordes Atas dp19-100 dp10-140 dp19-100 dp10-140 dp19-100 dp10-140

Bawah - - - -

Badan atas

Atas dp10-100 dp10-260 - - dp19-100 dp10-140

Bawah - - dp10-100 dp10-260 - -

4. Perencanaan Struktur Balok

Contoh perhitungan dilakukan pada balok B220 portal as-6 dan didapatkan hasil penulangan seperti pada gambar berikut.

2dp12-90 2dp12-100 2dp12-200 2dp12-60 2dp12-120 2dp12-60

B2 2 0 3 D25 10 D25 4 D25 12 D25 4 D25 2 D25 10 D25 3 D25 600 450 65 50 65 53,5 120 66,5 53,5 120 66,5 200 150 800 2 D25 4 D25 12 D25 4 D25 200 150 600 450 65 50 65 600 450 65 50 65

4 D12 4 D12 4 D12

A B C

POT - A POT - B POT - C

Gambar 9. Penulangan balok B220 portal as-6 5. Perencanaan Struktur Kolom

Contoh perhitungan dilakukan pada K47 (identik dengan K42) portal as-B dan didapatkan hasil penulangan seperti pada gambar berikut.

65 dp10-200 dp10-100 65 65 60 0 65 65 600 16 D25


(3)

6. Perencanaan Pondasi dan Sloof

Hasil penulangan pondasi dan sloof dapat dilihat pada gambar berikut.

300

915 85

A A

600

D25-80 D16-80

D16-8

0

D25-8

0

300

30

0

POT A-A

POT B-B

4 D25 2dp10 - 160 B

B

DETAIL PENULANGAN PONDASI TIANG PANCANG

400

400

75

75

75 75

600 D16-80

D25-80

Gambar 11. Penulangan pondasi tiang pancang

75

75

600 2D25

2D25

400

75 75

2dp10-250 75

75

600

400

75 75

2dp10-250 75

75

600

400

75 75

2dp10-250 3D25

2D25 2D25

2D25

2dp10-250

A

B

C

2D12 2D12 2D12


(4)

F. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan

Setelah melakukan analisis perhitungan perencanaan struktur beton bertulang untuk gedung perkuliahan 4 lantai 1 basement dengan prinsip daktail parsial di daerah Surakarta tinjauan 3 dimensi, dapat diambil kesimpulan bahwa perencanaan struktur beton bertulang ini direncanakan aman terhadap beban mati, beban hidup dan beban gempa rencana. Distribusi beban geser/gempa menggunakan analisis statik ekivalen sedangkan perhitungan analisis mekanika strukturnya menggunakan program bantu hitung SAP 2000 v.14. Dari hasil analisis didapat hasil sebagai berikut:

1). Struktur atap menggunakan kuda-kuda rangka baja profil ⎦⎣30.45.3.

2). Struktur plat ketebalan plat atap 10 cm dan plat lantai 12 cm dengan tulangan pokok dan tulangan bagi dp10.

3). Struktur tangga digunakan bentuk K dengan hasil perencanaan optrade

(tinggi bidang tanjakan ) 18 cm dan antrade (lebar bidang injakan ) 26 cm. Untuk plat tangga dan bordes digunakan tebal 15 cm dengan tulangan pokok dan tulangan bagi dp10.

4). Struktur portal gedung beton bertulang meliputi:

a). Balok induk dengan dimensi 450/600 mm dan 300/500 mm dengan tulangan pokok D25 dan tulangan geser menggunakan 2dp10.

b). Kolom dengan dimensi kolom 600/600 mm dengan tulangan pokok D25 dan tulangan geser menggunakan 2dp10.

5). Struktur pondasi menggunakan pondasi tiang pancang beton bertulang dan dipancang sampai tanah keras meliputi :

a). Plat poer pondasi menggunakan ukuran 3 x 3 m2 setebal 1 m dengan tulangan D25 dan jarak 80 mm.

b). Kelompok tiang pancang berjumlah 9 tiang dengan dimensi tiang pancang 400/400 dengan tulangan pokok 4 D25 dan begel 2dp10 - 160.


(5)

2. Saran

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan struktur beton bertulang untuk gedung bertingkat pada umumnya dan secara khusus pada Tugas Akhir ini penulis mencoba memberikan saran diantaranya sebagai berikut :

1). Jika dalam perencanaan menggunakan program bantu hitung untuk perhitungan analisa mekanika struktur seperti SAP 2000 v.14 atau yang lainnya hendaknya pemasukan data material, dimensi, dan pembebanan lebih teliti.

2). Jika dalam perhitungan torsi hasilnya momen torsi diabaikan, maka hanya perlu diberi tulangan tambahan (tulangan montase) dengan diameter minimal (½ diameter tulangan longitudinal).

3). Perhatikan penggambaran shop drawing karena hasil analisis dengan aplikasi lapangan kadang berbeda.

4). Dalam penggambaran hendaknya dibuat secara sederhana dan detail agar mudah dibaca oleh semua orang.


(6)

Asroni, A., 2010. Kolom Fondasi & Balok T Beton Bertulang, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Asroni, A., 2003. Struktur Beton lanjut, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

DPMB, 1971. Peraturan Beton Bertulang Indonesia N.I.-2, Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung.

DPPW, 2002. Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung SNI 1726-2002, Departeman Permukiman dan Prasarana

Wilayah, Bandung.

LPMB, 1983. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung, Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung.

LPMB, 1984. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia, Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung.

LPMB, 2002. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung

SNI 03-2847-2002, Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah


Dokumen yang terkait

PERENCANAAN GEDUNG HOTEL 4 LANTAI + 1 BASEMENT DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL Perencanaan Gedung Hotel 4 Lantai + 1 Basement Dengan Prinsip Daktail Parsial Di Surakarta.

0 1 26

PERENCANAAN GEDUNG HOTEL 4 LANTAI + 1 BASEMENT DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL Perencanaan Gedung Hotel 4 Lantai + 1 Basement Dengan Prinsip Daktail Parsial Di Surakarta.

0 2 8

PERENCANAAN GEDUNG PERHOTELAN EMPAT LANTAIDAN SATU BASEMENT DI PACITAN DENGAN PRINSIP Perencanaan Gedung Perhotelan Empat Lantai Dan Satu Basement Di Pacitan Dengan Prinsip Daktail Parsial.

0 1 25

PERENCANAAN GEDUNG PERHOTELAN EMPAT LANTAIDAN SATU BASEMENT DI PACITAN DENGAN PRINSIP Perencanaan Gedung Perhotelan Empat Lantai Dan Satu Basement Di Pacitan Dengan Prinsip Daktail Parsial.

0 2 17

PERENCANAAN GEDUNG PERKULIAHAN EMPAT LANTAI SATU BASEMENT DI SURAKARTA Perencanaan Gedung Perkuliahan Empat Lantai Satu Basement Di Surakarta Dengan Prinsip Daktail Parsial.

0 0 25

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERKULIAHAN EMPAT LANTAI 1 BASEMENT DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA.

0 1 4

PERENCANAAN GEDUNG SEKOLAH MENENGAH ATASEMPAT LANTAI DAN SATU BASEMENT DI SURAKARTADENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL Perencanaan Gedung Sekolah Menengah Atas Empat Lantai Dan Satu Basement Di Surakarta Dengan Prinsip Daktail Parsial.

0 1 21

PERENCANAAN GEDUNG SEKOLAH MENENGAH ATASEMPAT LANTAI DAN SATU BASEMENT DI SURAKARTA Perencanaan Gedung Sekolah Menengah Atas Empat Lantai Dan Satu Basement Di Surakarta Dengan Prinsip Daktail Parsial.

0 0 14

PERENCANAAN GEDUNG PERKULIAHAN 4 LANTAI DAN1 BASEMENT DI SUKOHARJO DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL Perencanaan Gedung Perkuliahan 4 Lantai Dan 1 Basement Di Sukoharjo Dengan Prinsip Daktail Parsial.

0 0 27

PERENCANAAN GEDUNG PERKULIAHAN 4 LANTAI DAN1 BASEMENT DI SUKOHARJO DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL Perencanaan Gedung Perkuliahan 4 Lantai Dan 1 Basement Di Sukoharjo Dengan Prinsip Daktail Parsial.

1 3 18