STUDI ANALISIS KONSEP PENDIDIKAN UMUM DALAM SURAT AL-FATIHAH.
STUDI ANALISIS
KONSEP PENDIDIKAN UMUM
DALAM SURAT AL-FATIHAH
TESIS
Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis
Program Pascasarjana IKIP Bandung
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian
Program S2 Bidang Studi Pendidikan Umum
Oleh
A. ABDUSSALAM
9132392/XXHI-15
DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PROGRAM PASCASARJANA
IKIP BANDUNG
1994
Disetujui dan Disahkan
Oieh
+^-e 3~
DR. K M. Djawad Dahlan
Pembimhiixg I
DR. H. M. L Soelaeman
Pembitnbing II
DAFTAR ISI
IFTITAH
1
UCAPAN TERIMA KASIH
iv
DAFTAR ISI
BAB
BAB
I
II
: PENDAHULUAN
±
A. Latar Belakang Masalah
i
B. Pembatasan Masalah dan Fokus Penelitian
10
C. Tujuan Penelitian
15
D. Perolehan Penelitian
18
E.
18
Manfaat Penelitian
F. Definisi Operasional
20
G. Anggapan Dasar
22
H. Sumber Kajian
24
: KONSEP PENDIDIKAN UMUM
A. Pengertian Pendidikan Umum
29
.____
29
B. Karakteristik Pendidikan Umum
36
C. Tujuan Pendidikan Umum
39
D. Karakteristik Komunikasi Edukatif dalam
Pendidikan Umum
BAB III
: METODE PENELITIAN
A. Metode Hermeneutika/Tafsir
45
52
52
a. Tehnik Tafsir
55
b. Tehnik Ta'wil
rr
IX
c.
Tehnik Ma'tsur
B. Metode Komparasi
BAB
IV
68
75
: ANALISIS KONSEP PENDIDIKAN DALAM SURAT ALFATIHAH
77
A. Karakteristik Surat Al-Fatihah
77,
a. Nama-namanya
77
b. Turunnya
79
c. Keutamaannya
82
B. Konsep Pendidikan dalam Surat Al-Fati
hah
85
a. Pengertian Pendidikan
86
b. Upaya (proses), Metode dan Materi
Pendidikan
109
c. Konsep Rahmah sebagai Prinsip Dasar
Upaya, Metode dan Materi Pendidikan
132
d. Konsep Din sebagai Prinsip Dasar
Upaya,
Metode dan Materi Pendidikan
e. Tujuan Pendidikan
144
153
C. Konsep Pendidikan Umum dalam Surat Al-
Fatihah
174
a. Pengertian Pendidikan Umum
174
b. Tujuan Pendidikan Umum
180
c. Upaya (proses) Pendidikan Umum
188
d. Metode Pendidikan Umum
195
e. Materi Pendidikan Umum
'
206
f. Konsep Pribadi Utuh
210
g. Karakteristik Komunikasi Edukatif -
dalam Pendidikan Umum
BAB
219
V : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
224
.
2?4
a. Umum
224
b. Khusus
228
B. Rekomendasi
235
a. Untuk Pengembangan Konsep
b. Untuk Tindakan Praktis
DAFTAR PUSTAKA
235
:
240
244
XI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bila kita memperhatikan perjalanan sejarah
intelektu-
al, nilai dan moral di dunia Barat, maka laju perjalanan itu
akan terlihat geraknya dari obyektivistik ke arah relativis-
tik. Selama kurun waktu
tidak
kurang dari
seribu
tahun,
realitas
alam,
ditempatkan dalam suatu kerangka fikir yang dipandang
mampu
masalah etika dan moralitas, bahkan masalah
memberikan jawaban yang mutlak
atau
absolut.
lebih diturunkan dari kepercayaan dibanding
Jawaban
dari
itu
penalaran
(Kurtines dan Gewirtz,1984 :3 dan 17).
Keadaan menjadi sangat berbalik di dunia modern dewasa
ini, sains
telah
mengambil
alih
kedudukan
sumber utama, dan konsepsi tentang moralitas
galkan sifat
rohaniahnya
yang
kelak (Kurtines dan Gewirtz,
berorientasi
1984
:7-8).
iman
sebagai
telah
mening-
kepada
Dengan
dunia
kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi di zaman modern ini, konsepsi
tentang nilai dan moral cenderung menjadi lebih relativistik
Maka,
pertimbangan-pertimbangan
dan
kemungkinan
adanya
pengetahuan dan nilai yang bersifat obyektif dan absolut itu
akan ditolak secara latah dan prinsipal.
Perkembangan corak pemikiran semacam itu telah
rikan
warna
dan
dampak
tersendiri
terhadap
membe
dunia
pendidikanan. Berbagai komponen dan konsep dasar
pendidikan
telah tersentuh pengaruhnya secara mendalam. Kecuali
katan sains yang mengikat ketat dirinya dengan
pende-
data,
fakta
dan keterukuran, pendekatan filosofisf (hususnya Pragmatisme
dan Behaviorisme) telah memberi warna secara kuat
terhadap
teori dan praktek pendidikan di bumi kita Indonesia.
Keeng-
ganan, kewaswasan bahkan penolakan sebagian ahli untuk meru-
muskan tujuan umum/akhir pendidikan, seperti halnya
(dalam Abdullah, 1991:162),
dan
perlakuan
Bandman
terhadap upaya
atau tindakan pendidikan yang cenderung bersifat mekanistik,
merupakan bukti atau contoh adanya pengaruh-pengaruh
terse
but. Jika demikian, maka pendidikan akan
nilai-
kehilangan
nilai (mutlaknya) yang kehadirannya sangat esensial bagi kehidupan manusia, dan sekaligus akan kehilangan
pula nilai-
nilai kemanusiaannya.
. Kecuali itu, perkembangan kehidupan
dewasa ini,
yang semakin
komplek dan
dan
dunia
membutuhkan
profesional dan spesialisasi, telah mengundang dunia
dikan
untuk
mengembangkan
spesialisasi. Jika
General
dan
mempertajam
Education
di
sebagai suatu reaksi terhadap spesialisasi
tenaga
pendi
pendidikan
Amerika
yang
kerja
muncul
berlebihan
(Mc Connel dalam Henry, 1952:2), maka perkembangan pendidik
an spesialisasi di Indonesia
dewasa
ini,
sekalipun
mencapai tahap berlebihan seperti di Amerika, perlu
belum
menjadi
pertimbangan untuk melihat keberadaan Pendidikan Umum (PU).
Kondisi-kondisi peraikiran dan
kenyataan
tersebut
di
atas memperlihatkan semakin jelasnya urgensi keberadaan Pen
didikan Umum dan pemasalahan-permasalahan yang dihadapinya
dalam dunia pendidikan di Indonesia. Sebabnya adalah bahwa
Pendidikan Umum mempunyai konsep dasar atau dimaksudkan se
bagai suatu program pendidikan yang menekankan pada pembinaan dan pengembangan nilai, sikap, pengetahuan
dan
keteram-
Pilan yang harus dimiliki oleh semua orang dan diarahkan ke
pada terwujudnya pribadi yang utuh.
Dalam memaknai
dan
mengoperasionalkan
tersebut, General Education di
Amerika
konsep dasar
mengambil
landasan
dan didekati dengan pendekatan filosofis, psikologis dan
sosiologis. Pendekatan filosofis berusaha mencari dasar yang
mampu member! arah terhadap tujuannya, yang
dalam
hal
ini
merujuk kepada filsafat rasionalisme, neohumanisme dan natu-
ralisme
atau
intrumentalisme
(Good,1973:285).
Pendekatan
psikologis berusaha mengungkapkan perkembangan individu
bagai dasar penerapan teori-teori
belajar,
dan
se
pendekatan
sosiologis berusaha mendudukan Pendidikan Umum agar
sejalan
dengan kontek sosial budaya sebagai dasar pertimbangan dalam
menetapkan
materi.
Dalam wawasan Pancasila, konsep General Education
Amerika dipandang memiliki kelemahan mehdasar dalam
dari
membina
pribadi utuh (menurut Pancasila), sebab antara konsep Generjll Education (Amerika) dengan Pendidikan Umum
terdapat kesenjangan yang bersifat prinsipal.
General Education
landasan religi
di
Indonesi
Dalam konsep
tidak mendapat tempat
seperti yang diberikan oleh dunia pendidikan di negara
casila. Dalam wawasan Pancasila, landasan religi
Pan
diletakkan
sebagai landasan yang paling asasi, yang berarti bahwa semua
landasan lainnya harus mendapat rujukan atau
setidak-tidak-
nya tidak bertentangan dengan landasan religi ini. Suatu ca
ra pandang yang justru tidak ditemukan di negara sekuler.
Terlebih-lebih apabila dihubungkan dengan tantangan
dan perubahan yang begitu deras melanda kehidupan dan pera
daban manusia dewasa ini,— suatu perubahan yang sangat cepat menuju ke arah kebudayaan manusia yang bersifat global - konsep Genera] Education itu bukan saja disangsikan
dalam
membina keutuhan pribadi manusia, melainkan disangsikan pula
keberadaannya secara kokoh di antara arus perubahan-perubahan tersebut. Dalam konsep ini
masalah-masalah
pokok
terus
dalam
pendidikan, seperti masalah manusia,
bisa
tereduksi
oleh perkembangan dan perubahan itu,
yang pada gilirannya
bisa kehilangan hakikat atau jati dirinya.
Keberadaan konsep GeJiex&i Edii£S±ij2ii seperti
perlihatkan betapa kita akan merasa keberatan
itu
atau
mem-
minimal
tidak mudah begitu saja dapat mentransfer konsep-konsep
reka tentang pendidikan, terlebih-lebih mengenai
me-
Pendidikan
Umum. Ditinjau dari segi luaran (rumusan)-nya bisa saja kita
menemukan keselarasan. Akan tetapi, jika dilihat
dari
segi
landasan yang mendasarinya, kita pasti menemukan kesenjangan
yang tidak sederhana, yang dapat membawa
terhadap berbagai komponen
pendidikannya,
konsekwensi
besar
termasuk konsep
pribadi utuh.
Dalam program persekolahan, ditemukan istilah Pendi
dikan Umum atau yang program yang dianggap sebagai Pendidik
an Umum. Pada sekolah tingkat lanjutan pertama ditemukan
program "Pendidikan Umum" yang mencakup bidang studi 1) Pen
didikan Agama, 2) Pendidikan Moral Pancasila, 3) Pendidikan
Sejarah Perjuangan Bangsa, 4) Pendidikan Jasmani, dan 5)
Pendidikan Kesenian. Pada tingkat lanjutan atas berubah men
jadi program inti yang mencakup 15 belas bidang studi, termasuk lima bidang studi di atas. Sedangkan pada tingkat
tinggi ditemukan suatu program yang disebut Mata Kuliah Da
sar Umum (MKDU), yang mencakup 1) Pendidikan Agama, 2) Pen
didikan Pancasila, 3) Pendidikan Kewiraan, 4) Ilmu Sosial
Dasar, dan 5) Ilmu Budaya Dasar.
Dalam kenyataan
prakteknya program-program tersebut
menunjukkan adanya fenomena-fenomena yang dapat menyangsikan
pencapaian tujuan (pribadi utuh). Parsialitas, cenderung menekankan aspek kognisi, dan pendekatan subject matter merukan karakteristik yang terlihat dalam pelaksanaannya selama
ini. Sedangkan Pendidikan Umum yang diharapkan justru harus
memiliki karakteristik sebaliknya, antara lain terintegasi,
menekankan pembinaan nilai, dan menggunakan integrated
cur
riculum.
Jika konsep dasar Pendidikan Umum ditetapkan sebagai
"program pendidikan yang diarahkan dan ditekankan kepada
pembinaan keutuhan pribad", maka di antara rujukan yang
utama dan pertama dalam pengkajian dan pengembangan konsep
dasar tersebut adalah tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang-undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pen
didikan Nasional:
Pendidikan nasional
bertujuan
bangsa dan mengenmbangkan
manusia
mencerdaskan
Indonesia
kehidupan
seutuhnya
yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahu
an dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani, pribadi
mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Dalam rumusan tujuan pendidikan nasional yang
menjadi
dasar dan rujukan bagi tujuan semua jenis, jenjang dan prog
ram pendidikan di Indonesia (termasuk PU) tersebut, tersurat
secara jelas
karakteristik manusia Indonesia seutuhnya.
dalamnya, "iman" dan "takwa" ditetapkan sebagai
Di
karakteris
tik paling pokok bagi manusia Indonesia seutuhnya. Keberadaan karakteristik ini nunjukkan bahwa keterkaitan dan ketera-
rahan kepada Yang Maha Mutlak
menjadi
terwujudnya "pribadi yang utuh", yang
syarat
utama
untuk
berarti
bahwa
agama
harus menjadi landasan utama dan sumber pertama dalam
kajian konsep
pendidikan,
hususnya
Pendidikan
peng
Umum
ini.
Dalam kerangka fikir inilah "agama" diletakkan sebagai dasar
dan sumber inspirasi bagi pendidikan (termasuk PU).
Agama yang dimaksud dalam penelitian ini merujuk kepa
da ayat-ayat tertulis berupa wahyu, yaitu al-Qur'an al-Karim
yang menjadi dasar dan sumber pertama bagi ajaran agama
lam. Al-Qur'an diturunkan untuk dan kepada
manusia.
Is
Fungsi
utamanya untuk member! petunjuk dan bimbingan kepada manusia
(QS.2:185) agar mencapai kebahagiaan dan kesempurnaan hidup
nya di dunia dan di akhirat.
Al-Qur'an
al-Karim merupakan
kitab petunjuk ke arah jalan yang lebih lurus (QS.17:9),
bahkan ia akan mampu menjelaskan segala sesuatu (QS.16:98),
sehingga tidak ada sesuatu masalah pun yang terluput daripadanya (QS.6:38). Pengalaman para ahli di masa yang lalu
me-
nunjukkan, bahwa setiap ahli atau ulama yang mencoba mengkaji al-Qur'an untuk mencari
jawaban
tentang
suatu
masalah
yang muncul dan berkembang pada masanya selalu menemukan da
sar daripadanya (Al-Qasimi,1978.I:137).
Fungsi-fungsi itu dinyatakan secara
tandas
Qur'an sendiri, agar manusia terundang dan
oleh
al-
terdorong untuk
mengkaji, memahami dan mewujudkannya dalam kehidupannya, se
hingga ia benar-benar menjadi petunjuk, rahmat, dan
kabar gembira bagi segenap umat manusia,
pembawa
hususnya bagi
orang-orang yang Islam (QS.16:89).
Al-Qur'an bukanlah kitab yang
menyajikan
kandungannya
secara rinci, namun kecuali Allah menurunkan kitab suci itu,
Dia pun mengutus rasulNya
untuk
menyampaikan
rincian
itu
melalui sunnahnya. Al-Qur'an adalah kitab suci yang menyaji
kan prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah universal
1969:62), yang
kadang-kadang
disajikan
secara
(Almaududi,
jelas
dan
kadang-kadang secara alegoris dan simbolis. Oleh karena itu,
upaya pengkajian dan
penggalian
makna
dan
nilai-nilainya
yang dilaksanakan secara sungguh-sungguh, terpusat, terencana dengan baik, akan sangat membantu dan sangat diperlukan.
8
Al-Qur'an bukan merupakan suatu hak istimewa bagi sua
tu kelompok tertentu, ia diwahyukan untuk digunakan oleh
setiap orang, ia menjelaskan kebenaran-kebenaran universal,
yang bisa berlaku di mana pun dan kapan pun (Baheshti,1987:
12). Oleh karena itu, pengkajian dan
pengaktualisasian
al-
Qur'an akan mampu memberikan jawaban terhadap permasalahan-
permasalahan yang terjadi dalam berbagai bidang kehidupan
manusia sepanjang zaman.
Telah banyak para ahli atau
peneliti
yang
menyoroti
Al-Qur'an dari segi-segi tertentu, termasuk segi pendidikan.
Penelitian ini akan mencoba mengkajinya dan berusaha mengangkat konsep-konsep pedagogis yang terkandung di dalamnya.
Lebih hususnya, penelitian ini akan mengkaji seluruh ayat
dalam surat al-Fatihah untuk mengungkap konsep pedagogisnya
yang selanjutnya dianalisis daripadanya konsep-konsep Pendi
dikan Umum.
Surat al-Fatihah merupakan UwaiL Qur'an. Ia mengandung
pokok-pokok kandungan al-Qur'an
(Ash-Shobuni,tt,I:13).
dangkan misi pokok al-Qur'an adalah membimbing
manusia agar mencapai
keutuhan
dan
dan
Se
membina
kesempurnaannya,
agar
berhasil meraih kehidupan yang bahagia di dunia dan di akhi-
rat. Maka, dapatlah diasumsikan bahwa al-Fatihah
mengandung
dasar-dasar bimbingan dan pembinaan tersebut yang mempunyai
kontribusi dan arti penting bagi Pendidikan Umum.
Berdasar kajian sepintas
terhadap
surat
al-Fatihah,
terlihat di dalamnya suatu gambaran komunikasi yang sangat
9
intens. Dalam situasi komunikasi itu Allah ditempatkan seba
gai fiaML (suatau istilah yang memiliki peluang dominan untuk
dimaknai sebagai "pendidik", sebagaimana yang dilakukan oleh
sebagian besar para penafsir), dan manusia sebagai terdidik.
Ini memungkinkan situasi komunikasi tersebut dikategorikan
sebagai situasi komunikasi edukatif.
Sedikit lebih dalam kita mengkajinya, kita akan
meli-
hat situasi komunikasi itu sebagai situasi komunikasi eduka
tif yang mantap dan mendalam.
Terlihat dan
terasa sekali
tatkala kita menghayati bahwa situasi komunikasi itu beraku-
mulasi pada suatu kondisi di mana terdidik (manusia) menginternalisasi dan mengidentifikasikan (menyerahkan) diri kepa
da pendidiknya (iyyaka na'burin wjl jyyaka nasta'in^ secara
sungguh-sungguh, tulus dan ikhlas. Dari kontek itu,
kecuali
terungkap adanya situasi komunikasi edukatif yang sangat indah dan mantap, terungkap pula gambaran
"pribadi manusia
yang utuh", yang mengambil lokasi pokoknya pada istilah 'abd
atau na'budu-
Gambaran
tentang
situasi
komunikasi
edukatif
dan
pribadi utuh demikian itu lebih layak dinisbatkan kepada
Pendidikan Umum. Konsep-konsep ini, kecuali menunjukkan ten
tang proses/upaya yang sangat baik dan tujuan pendidikan
yang jelas dan bersifat universal, juga mampu memberikan ke-
yakinan bahwa proses/upaya dan tujuan itu telah dan akan tetaP mampu mengantarkan manusia kepada keutuhan
kebahagiaan hidupnya di dunia dan akhirat.
pribadi
Situasi,
dan
upaya
10
dan konsep pendidikan semacam inilah yang sangat diharapkan
oleh Pendidikan Umum.
B. Pembatasan Masalah dan Fokus Peneliti a n
Pada latar belakang di atas telah terlihat betapa Pen
didikan Umum sangat urgen dalam dunia pendidikan kita di In
donesia dewasa ini. Pendidikan Umum di sini diartikan seba
gai pendidikan yang menekankan "pembinaan keutuhar, pribadi".
Karenanya memerlukan konsep Pendidikan Umum yang benar-benar
mengarahkan pembinaannya ke arah itu.
Dalam program persekolahan vtingkat lanjutan pertama
ditemukan istilah "Pendidikan Umum" yang mencakup lima bi
dang kajian, yaitu Pendidikan Agama, Pendidikan Moral Panca
sila, Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa, Pendidikan Jas-
mani dan Pendidikan Kesenian. Dalam prakteknya lima bidang
kajian tersebut berjalan masing-masing,
tanpa terintegrasi
satu sama lain. Atau dengan kata lain, menggunakan pendekat
an "subject matter". Kecuali itu, pelaksanaan program ini
masih lebih cenderung menekankan aspek kognisi. Dapatkah kenyataan atau praktek semacam ini membina keutuhan pribadi?
Tentu masih dipertanyakan.
Pada tingkat lanjutan atas program ini berubah menjadi
proram inti, dan mencakup 15 bidang
kajian,
termasuk
lima
bidang kajian di atas. Parsialitas, penekanan aspek kognisi
dan pendekatan subject matter dalam program ini tidak jauh
11
berbeda dengan program Pendidikan Umum di SLTP. Oleh kt
:arena
itu daya binanya terhadap keutuhan pribadi masih dipertanyakan pula.
Selanjutnya pada pendidikan tingkat tinggi ditemukan
Program yang disebut Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU), yang
mencakup lima bidang kajian, yaitu Pendidikan Agama, Pendi
dikan Pancasila, Pendidikan Kewiraan, Ilmu Sosial Dasar dan
Ilmu Budaya Dasar. Dalam program ini pun integrated curricu
lum masih belum nampak. Program ini masih menggunakan pende
katan subject matter, di samping masih lebih cenderung mene
kankan aspek kognisi. Dengan demikian program ini pun masih
menyimpan pertanyaan (kesangsian) tentang daya binanya ter
hadap keutuhan pribadi.
Adanya pertanyaan atau kesangsian-kesangsian tentang
daya bina program-program tersebut terhadap keutuhan pribadi
muncul atau terasakan karena adanya fenomena-fenomena yang
ditemukan dari pelaksnaannya, yaitu adanya parsial,it.as, cen
derung menekankan aspek kognisi, dan menggunakan pendekatan
subject matter. Dan munculnya fenomena-fenomena tersebut be-
rangkat dari konsepnya yang memungkinkan memiliki
orientasi
ke arah itu. Jadi masalahnya di sini terletak pada konsep
nya.
Jika program Pendidikan Umum di SLTP, Program Inti
SLTA, dan MKDU di pendidikan tinggi, berdasar
di
karakteristik
pelaksanaannya, masih menyimpan pertanyaan (kesangsian) konseptual dalam
membina keutuhan
pribadi,
dapatkah
diatasi
12
dan diselesaikan dengan konsep General Eduoaat.inn
dari
Ba-
ra? Ini pun perlu dipertanyakan, atau dengan kata lain masih
mengandung kesangsian yang tidak sederhana, sebab konsep ini
tidak member! perhatian terhadap religi seperti yang diberikan oleh konsep
pendidikan
berdasar
Pancasila.
Perbedaan
prinsipal ini akan mengakibatkan perbedaan yang tidak seder
hana terhadap berbagai konponen pendidikannya, termasuk
da
lam perumusan "pribadi utuh".
Dalam konsep General Education, "pribadi
harus dilandasi nilai religi.
Sedang
di
utuh"
negara
tidak
Pencasila
justru sebaliknya, nilai religi diletakkan sebagai nilai pa
ling asasi yang harus menjiwai dan jadi rujukan bagi
berba
gai nilai-nilai lainnya. Keutuhan Pancasila, yang menetapkan
sila Ketuhanan sebagai sila pertama dan harus menjiwai
sila
yang lainnya, harus menjadi jiwa, pandangan dan pedoman
da
lam berbagai bidang kehidupan. Dengan demikian, konsep
badi utuh ini perlu didekati dan
dijabarkan
pri
dari
landasan
masih
mengan
religi ini, di samping dari landasan lainnya.
Setelah ternyata konsep-konsep di atas
dung kesangsiang dalam membina keutuhan pribadi, maka konsep
Pendidikan Umum bagaimanakah atau dari mana lagi
yang
dicoba dikaji dan dikembangkan untuk maksud di sini
bisa
? Jika
konsep pribadi utuh perlu didekati dan dijabarkan dari reli
gi, maka penelitian ini akan mencoba mencari
konsep
Pendi
dikan Umum dari sumber religi (kitab suci) untuk melangkapi
konsep Pendidikan Umum yang selama ini telah ada.
13
Kitab suci untuk religi (Islam) adalah
al-Qur'an
al-
Karim. Dari sumber religi yang begitu luas ini, surat al-Fa
tihah dapat dipandang mewakilinya,
sesuai
dengan
predikat
• atau nama yang diberikan kepadanya berdasar keterangan
dits) yang sahih, yaitu iwwil. Qur'an (induk
(ha-
al-Qur'an)
dan
al-Kafivah (yang mencukupi dan mewakili). Dengan asumsi
de
mikian, maka penelitian tentang konsep Pendidikan
ini
Umum
diarahkan kepadanya.
Untuk mempertegas masalah yang akan dicari dari
surat
al-Fatihah ini, berikut dikemukakan beberapa pertanyaan
pe-
pelitiannya:
1.
Apa pengertian Pendidikan Umum yang terkandung dalam su
rat
2.
al-Fatihah ?
Apa tujuan Pendidikan Umum yang terkandung
Al-Fatihah
3.
surat
?
Apa konsep pribadi utuh yang terkandung dalam surat
Fatihah
4.
dalam
al-
?
Apa upaya atau tindakan Pendidikan Umum yang
terkandung
dalam surat al-Fatihah ?
5.
Apa metode Pendidikan Umum yang terkandung
Al-Fatihah
6.
7.
surat
dalam
surat
?
Apa materi Pendidikan Umum yang terkandung
Al-Fatihah
dalam
?
Apa karakteristik komunikasi
edukatif
Pendidikan
Umum
EmJjjUL&l terbesar
yang
yang terkandung dalam surat Al-Fatihah ?
Al-Qur'an al-Karim merupakan
14
diberikan oleh Allah kepada RasulNya Muhammad s.a.w., baik
ditinjau dari segi bahasanya maupun m'akna yang dikandungnya.
Mengadakan pengkajian terhadap ayat-ayat al-Qur'an berarti
inenganalisis bahasa tertinggi, yang tentu memiliki makna
tertinggi, baik karena kedalaman, keluasan, keuniversalan
atau kemutlakkannya.
Surat al-Fatihah merupakan bagian daripadanya, bahkan
ia dinyatakan sebagai ujamul Qur'an, yakni sebagai induk alQur'an yang diyakini meliputi pokok-pokok kandungannya. Maka
dapatlah diasumsikan bahwa ayat-ayat dalam surat al-Fatihah
memiliki makna-makna yang sangat dalam dan pengertian serta
cakupannya yang sangat luas, sehingga banyak sekali segi dan
dimensi yang bisa digali daripadanya. Imam Razi (1990,1:11)
menyatakan bahwa dari surat al-Fatihah ini dapat digali
se-
banyak 10.000 masalah. Akan tetapi, penelitian ini tentu
tidak akan mampu mengungkap masalah sebanyak itu, penelitian
ini hanya akan mencoba berusaha mengungkapkan salah satu se
gi yang terkandung di dalamnya.
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut di
atas
penelitian ini tidak mungkin mengungkapnya dari semua dimen
si makna yang dikandung oleh surat al-Fatihah ini. Oleh kakarena itu, penelitian ini akan difokuskan kepada "situasi
komunikasi" yang terkandung dalam surat ini. Fokus peneliti
an ini ditunjukkan dan digambarkan secara utuh oleh suatu
hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, dan diterimanya
dari Abu Hurairah. Hadits ini tersebar pada berbagai tafsir
15
besar antara lain Qurthubi (tt:94), Razi (1990:273), Ibn
Taimiyah (1986:187) dan Iain-lain. Hadits tersebut berbunyi:
Allah ta'ala berfirman : Aku membagi shalat antara Aku
dan hambaKu menjadi dua bagian, setengahnya untukKu dan
se-
tengahnya lagi untuk hambaKu, dan untuk hambaKu adalah apa
yang dia minta. Apabila ia mengucapkan : "Segala puji bagi
Allah Rabb segala alam", maka Allah ta'ala berfirman: Hamba
Ku telah memujiKu. Apabila ia mengucapkan:" Yang maha Pengasih lagi maha Penyayang", Allah ta'ala berfirman: HambaKu
telah memadahKu. Apabila ia mengucapkan: "Yang Menguasai ha-
ri pembalasan", Allah ta'ala berfirman: HambaKu telah mengagungkanKu (dan dalam kesempatan/riwayat lain Allah berkata:
HambaKu telah berserah diri kepadaKu). Apabila ia mengucap
kan: "Hanya kepadaMu kami beribadah dan hanya kepadaMu kami
memohon pertolongan", maka Allah ta'ala berfirman: Ayat ini
dibagi dua antara Aku dan hambaKU, dan untuk hambaKu adalah
apa'yang dia minta. Dan apabila ia mengucapkan:
"Tunjukkan-
lah kami ke jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang
telah Engkau beri nikmat, bukan jalan orang-orang yang
Engkau murkai, dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat,
maka Allah ta'ala berfirman: Ini untuk
hambaKu,
dan
untuk
hambaKu adalah apa yang dia minta (Ibn Taimiyah,1986:187).
C. Tujuan Penelitian
Al-Qur'an al-Karim
merupakan kitab suci yang
untuk segala tempat dan zaman, ia mengandung
berlaku
informasi dan
16
penjelasan tentang segala
hal
(QS.16:89),
dan
memberikan
petunjuk dan jalan hidup yang lebih lurus (QS,
17:9),
diselaraskan dengan segala
dan
kebutuhan
manusia
yang
fithrah
penciptaannya (QS.30:30). Kapan, di mana dan ke mana pun ma
nusia bergerak, al-Qur'an akan senantiasa diperlukan dan se
lalu mampu menyentuh serta memberikan yang terbaik bagi
ma
nusia
Oleh karena itu, pengaktualisasian, konsep, prinsip dan
nilai-nilai yang terkandung dalam al-Qur'an merupakan
tuhan manusia yang bersifat fithri, yang tidak bisa
kan dan tidak bisa diganti dengan yang lain.
hat dari sisi manusia dan kebutuhannya,
kebu
dielak-
Kecuali
dilihat
dari
dilisisi
al-Qur'an sendiri menunjukkan bahwa kebermaknaan dan kemujizatannya yang paling penting terletak pada pengamalannya,
yakni sejauhmana konsep, prinsip dan
nilai-nilai
al-Qur'an
itu menapak dalam kehidupan.
Dunia pendidikan merupakan wahana yang memiliki
atan dan signifikansi yang sangat besar
dalam
keku-
mempengaruhi
warna dan corak kehidupan manusia, sehingga segala perubahan
dan harapan dalam kehidupan selalu menjadi beban
gung-jawabnya. Oleh karena itu,
dialog
yang
bersifat
yang
mutlak
(al-Qur'an) merupakan
upaya
sangat
rangka mengangkat dan
mengaktualisasikan
tang-
terus-menerus
dan lebih intens antara dunia pendidikan dengan
formasi dan kebenaran yang
dan
dan
sumber
in-
universal
strategis
dalam
konsep-konsepnya.
Upaya ini akan dapat memberikan jawaban dan antisipasi yang
17
tepat dan akomodatif terhadap masalah-masalah yang timbul
Pada berbagai segi dan aspek kehidupan (termasuk dunia pen
didikan), yang kini dan sampai saat yang tak terhingga akan
terus muncul dan berubah semakin cepat dan komplek.
Pendidikan Umum (PU), sebagaimana telah dikemukakan di
atas, memiliki problematika tersendiri yang cukup serius,
hususnya kesenjangan konseptual yang terlihat dari pelaksanaan Pendidikan Umum (SLTP/SLTA) atau bidang/program yang
diharapkan berfungsi sebagai Pendidikan Umum (MKDU). Berangkat dari problematika tersebut, penelitian ini bertujuan un
tuk mengungkap konsep-konsep dasar Pendidikan Umum yang ter
kandung dalam surat al-Fatihah.
Untuk mencapai tujuan tersebut, secara lebih spesifik
penelitian ini diarahkan untuk menemukan
ngenai
1.
konsep-konsep
me-
:
pengertian Pendidikan Umum yang terkandung dalam
surat
al-Fatihah.
2.
tujuan Pendidikan
Umum yang terkandung dalam surat
al-Fatihah.
3.
karakteristik pribadi utuh yang terkandung dalam
surat
al-Fatihah.
4.
upaya/proses Pendidikan Umum yang terkandung dalam surat
al-Fatihah.
5.
metode Pendidikan Umum yang terkandung dalam
surat
al-
Fatihah.
6.
materi
Pendidikan
Umum yang
terkandung dalam
surat
al-Fatihah.
7.
karakteristik komunikasi edukatif dalam Pendidikan
Umum
yang terkandung dalam surat al-Fatihah.
D. Perolehan Penelitian yang Diharapkan
Hasil akhir yang ingin
diperoleh
melalui
penelitian
ini adalah ditemukannya gagasan-gagasan, konsep, atau prinsip-prinsip pendidikan yang terkandung dalam surat
al-Fati
hah, yang dapat diletakkan sebagai konsep atau prinsip bagi
Pendidikan Umum, baik yang menyangkut pengertian, tujuan,
upaya (proses), metode, dan materinya.
Perolehan ini diharapkan akan dapat memberikan
justi-
fikasi, pengokohan, atau bahkan pengembangan terhadap konsep
dan prinsip-prinsip Pendidikan Umum yang
telah
ada,
dalam
rangka penyempurnaan Pendidikan Umum di Indonesia.
E.
Manfaat Penelitian
Munculnya
judul
penelitian
"Studi
Analisis
Konsep
Pendidikan Umum dalam Surat Al-Fatihah" ini, yang urgensinya
diperlihatkan dalam latar belakang masalah dan tujuan
litian di atas, tentu saja disertai
yang bisa diharapkan
lahir
dari
pene
dengan
manfaat-manfaat
padanya.
Terlebih-lebih,
bahwa sumber kajian dalam penelitian ini adalah
kitab
al-Qur'an dan tafsirnya, di mana secara
mengagumkan
sangat
suci
al-Qur'an telah begitu berjasa dan memberi manfaat yang luar
biasa
terhadap
kehidupan
dan
peradaban
manusia,
bahkan
19
terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini.
Al-Qur'an al-Karim tak ubahnya
laksana samudra yang
tak bertepi. Semakin banyak para ahli yang menggalinya, akan
semakin banyak pula kekayaan dan kelebihannya yang terung
kap. Semakin mendalam mereka mengkajinya, akan semakin
nam-
pak pula keindahan dan keistimewaan mutiara-mutiaranya.
Se-
bagian dari kekayaan dan mutiara-mutiara
itu
dicari melalaui penelitian ini, yang pada
rapkan akan membawa manfaat bagi
ingin
dicoba
gilirannya
diha
berbagai
segi
kehidupan,
hususnya dunia pendidikan, dan lebih husus
lagi
Pendidikan
Umum.
Manfaat yang diharapkan bisa diperoleh melalui peneli
tian ini adalah bahwa konsep pendidikan
di
Pendidikan Umum akan ditempatkan
dan
hakikat
manusia,
dan
fithrah
penciptaan
sini,
husunya
diselaraskan dengan
yang
berarti
manusiawi dan religius.
Menurut al-Qur'an, ajaran Allah (al-Qur'an) ini benar-
benar sesuai dan selaras dengan hakikat dan
fithra
manusia
(QS.30:30). Kedua-duanya merupakan ciptaanNya, dan al-Qur'an
diturunkanNya untuk membimbing manusia agar
mencapai
bahagia dalam arti yang sebenarnya. Pandangan ini
sikan bahwa hasil penelitian ini akan mampu
mereflek-
memperkaya
memperkokoh konsep dan keberadaan Pendidikan Umum dalam
nia pendidikan kita yang berfalsafah Pancasila. Hasil
litian ini akan menjabarakan dan memperkokoh keberadaan
ligi
sebagai
satu-satunya
landasan,
sehingga
hidup
dan
du
pene
re
landasan
20
landasan lainya harus merujuk atau
setidak-tidaknya tidak
bertentangan dengannya. Hasil penelitian ini akan memperjelas pemaknaan dan cakupan religi terhadap berbagai komponen
pendidikan, husunya Pendidikan Umum.
F. Definisi Operasional.
Penelitian ini berjudul "STUDI ANALISIS KONSEP
DIKAN UMUM DALAM SURAT AL-FATIHAH". Agar
tidak
PENDI
menimbulkan
salah arah atau pengertian, maka istilah atau kata-kata yang
digunakan perlu dib.eri definisi operasional.
1. S_£ii«ii AnaJJLsis., dalam penelitian
ini diartikan
sebagai
suatu kajian literatur (tafsir) dengan menggunakan
suatu
pendekatan yang mencoba mengkaji al-Qur'an ayat demi ayat
secara berurutan
dalam
surat
sesuai
dengan
bersangkutan
ayat
tersebut
(Al-Sadr,1990:28 ).
Istilah
analisis di sini merujuk kepada
susunan
suatu
pendekatan
dalam
Al-Sadr
ketika
tafsir yang diangkat oleh Muhammad Baqir
membandingkan tafsir analisis dan tafsir tematis.
Akan tetapi, tidak berarti bahwa di sini hanya
mengguna
kan pendekatan analisis saja. Kecuali menggunakan
pende
katan tematis, di sini digunakan pula
anali
pendekatan
sis. Dengan kata lain, studi ini berangkat dari dan mengacu kepada satu tema
dengan
menggunakan
kajian
secara
an a 1 i s i s .
2. Koji££p_, diartikan gagasan, ide, pengertian, atau prinsipprinsip yang diabstraksikan dari suatu situasi/peristiwa,
21
atau suatu istilah yang mempunyai pengertian luas dan diangkat dari sumber otentik dan dapat dipercaya. Oleh
ka
rena itu, konsep di sini mencakup arti yang bersifat
da
sar mapun
operasional.
3. Pendidikan ilumm.. dimaksudkan sebagai suatu
program
upaya pembinaan yang ditujukan kepada semua
atau
orang
rangka mengembangkan nilai, sikap, pengertian
dalam
dan
rampilan yang diperlukan oleh semua orang untuk
kete
mewujud-
• kan manusia yang berkepribadian utuh.
Jadi yang dimaksud dengan Kojiseja Pendidikan
adalah
Umm
Pikiran atau prinsip yang mempunyai implikasi
atau
kon-
tribusi terhadap pembinaan dan pengembangan nilai, sikap,
pengertian dan keterampilan yang
diperlukan
oleh
semua
orang dalam rangka mencapai keutuhan pribadinya.
4. Sjir_a±_ Al-Fatihah. yaitu suatu gugusan ayat-ayat al-Qur'an
yang terdiri dari tujuh ayat dan diletakkan sebagai bagian pertama dalam susunan tulisan mushhaf. Dinamai
tihah karena surat ini berfungsi sebagai
surat
al-Fa
pembuka.
Banyak sekali nama dan julukan yang diberikan kepada
rat ini, antara lain 1) UmmuL QujLlan
(induk
su
al-Qur'an),
2) As-Sab'ul Matsani (tujuh ayat yang diulang-ulang),
Asasjii Qur'an (pokok atau
dasar),
4)
Al-Kafivah
mencukupi), 5) Asy-Svifa (obat), 6) Ash-Shalah
7)
Al-Kanz
(pembendaharaan),
8)
Ar-Ruavah
3)
(yang
(shalat),
(jampi),
9) Al-waqivah (tameng atau penjaga), dan Iain-lain. Dari
nama-nama tersebut dan
beberapa
nama
lain
(yang
akan
22
dijelaskan lebih luas dalam bab empat) bisa terlihat bah
wa betapa al-Fatihah memiliki isi dan cakupan yang sangat
luas.
G. Anggapan dasar
Yang dijadikan sebagai anggapan dasar dalam penelitian
ini adalah
:
1. Pendidikan Umum adalah suatu proram pendidikan yang di
arahkan untuk membina keutuhan pribadi.
2. Manusia atau pribadi utuh adalah manusia religius. Konsep
abd dalam al-Qur'an menunjukkan konsep ini.
3. Pendidikan Umum sebagai upaya pembinaan
yang diarahkan
pada keutuhan pribadi (insan kajail) merupakan tujuan
dan
misi pokok al-Qur'an.
4. Al-Qur'an al-Kariem adalah kitab suci yang berlaku bagi
segala zaman dan tempat. Ia mengandung informasi dan
benaran yang bersifat absolut dan universal. Oleh
ke-
karena
itu, pengkajian dan .penggalian makna dan nilai-nilai yang
dikandungnya, kapan pun dan di mana pun, akan
senantiasa
diperlukan dan tetap aktual.
5. Al-Qur'an diturunkan untuk menjelaskan
segala sesuatu,
menjadi petunjuk ke jalan yang paling lurus, dan
selaras
dengan fithrah manusia (manusiawi): '
Dan Kami turunkan
kepadamu
al-Kitab
(al-Qur-an) untuk
menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat
dan
23
kabar
gembira
bagi
orang-orang
yang
berserah
diri
Sesungguhnya al-Qur'an ini memberi petunjuk kepada
jalan
(QS.16: 89).
yang lebih lurus dan memberi kabar g'embira kepada
orang-
orang mu'min yang mengerjakan amal shaleh, bahwa bagi mereka ada pahala yang besar (QS.17:9).
Dan hadapkanlah wajahmu kepada agama yang lurus,
(berpe-
ganglah) kepada fithrah (aturan) Allah
manusia
di
mana
diciptakanNya sesuai dengan fithrah itu. Tiada penggantian terhadap ciptaan Allah. Itulah agama yang lurus,
akan
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (QS.30:30). •
6. Al-Qur'an adalah perwujudan
dari
didikan
makhlukNya, sebagaimana dikemukakan dalam
dari Ibnu
Mas'ud:
"Setiap
pendidik
Allah
kepada
sebuah
hadits
menginginkan
didikannya ditaati/dilaksanakan, dan didikan
dari
agar
Allah
adalah al-Qur'an"(Al-Qasimi,1978:136).
7. Al-Fatihah adalah ummul Qur'an, dan misi pokok al-Qur'an
adalah
membimbing
dan
membina
manusia
agar
mencapai
kesempurnaan/keutuhan dan kebahagiaannya di dunia dan akhirat.
8. Al-Qur'an surat 3:190-191, 88:17-22 dan
mengajak agar manusia
menggunakan
lain
fikirannya,
alam dan berbagai kejadiannya untuk menemukan,
sebagainya
mengkaji
mencerap,
dan mewujudkan makna-makna esensial yang dikandungnya.
24
H. Sumber Kaj ian.
Penelitian ini merupakan kajian ayat-ayat al-Qur'an,
yang karenanya akan mengambil sumber kajiannya
dari
kitab-
kitab tafsir, hususnya tafsir-tafsir yang berkenaan dengan
surat al-Fatihah, baik tafsir yang ditulis oleh ahli yang
menafsirkan keseluruhan al-Qur'an secara tahlili (analisis),
maupun tafsir-tafsir husus mengenai al-Fatihah yang
secara maudlu'l (tematis), analitis, atau tematis
ditulis
sekaligus
analitis.
Surat al-Fatihah merupakan surat
yang
paling banyak
penafsirnya dibanding dengan surat-surat lainnya. Tak jarang
seorang ahli hanya menulis tafsir al-Fatihah
saja.
Kecuali
itu, biasanya penafsiran dan uraian terhadap ayat-ayat dalam
surat al-Fatihah lebih panjang lebar dibanding dengan yang
lainnya. Sebagai contoh tafsir
mencapai 293 halaman. Ini
al-Fatihah dari
menunjukkan
untuk kajian surat al-Fatihah ini akan
bahwa
Imam Razi
sumber-sumber
memadai,
namun
ini
pun mengingatkan bahwa kandungan surat ini sangat luas.
Sumber-sumber kajian yang digunakan
dalam
ini terdiri dari dua macam sumber, yaitu sumber
penelitian
primer
dan
sekunder. Yang dimaksud dengan sumber primer adalah al-Qur'
an al-Karim dan Sunnah Rasul. Realisasi dari
tersebut dalam kajian ini
difokuskan
kepada
sumber
primer
tafsir-tafsir
dengan kerakteristik tertentu yang akan dijelaskan kemudian.
Yang tidak masuk pada kategori sumber
primer dikategorikan
sebagai sumber sekunder, yang mencakup tafsir-tafsir
diluar
25
karakteristik yang dijelaskan dan buku-buku penunjang
lain
nya yang dapat memberikan penjelasan dan pengayaan lebih lu
as, baik yang berhubungan dengan materinya secara langsung
maupun yang berhubungan dangan perangkat alat, seperti
ilmu
kebahasaan dan Iain-lain.
Ada beberapa pertimbangan dalam menentukan tafsir (alQur'an al-Karim dan Sunnah) yang dikategorikan sebagai
sum
ber primer di sini, antara lain :
1. Ditinjau dari segi mujtaair (penafsir)-nya.
Popularitas
seorang penafsir biasanya menunjukkan kredibilitas tafsir
yang ditulisnya. Popularitas
ini
dipertimbangkan
dalam
memilih tafsir sebagai sumber kajian di sini, tapi
tidak
menjadi bahan pertimbangan yang utama. Yang dipandang pa
ling penting diperhatikan dalam pertimbangan ini menyangkut kredibilitasnya sebagai penafsir,
yakni
mempunyai cukup syarat untuk menafsirkan atau
apakah
dia
mengungkap
makna yang dikandung oleh suatu ayat.
Melihat syarat-syarat atau kredibilitas penafsir ini ten
tu saja dari kualitas tafsir yang ditulisnya.
Dalam
hal
ini penulis tidak akan terpaku dengan semua syarat yang
telah ditetapkan oleh para ahli. Dari berbagai macam sya
rat yang telah ditetapkan, penulis akan sangat menekankan
pada segi kebahasaan. Jika penulis menemukan suatu penafsiran yang ditinjau dari barbagai segi
kebahasaan
dapat
dipertanggung-jawabkan, maka untuk kepentingan sumber ka
jian dalam penelitian ini
penulis memandangnya sebagai
26
tafsir yang memenuhi syarat, sebab bahasa Al-Qur'an tidak
sama dengan bahasa pada umumnya yang hanya lahir dari
kebiasaan-kebiasaan. Ia lebih tepat dikatakan sebagai ba
hasa mu'.iiaat, sehingga penafsirannya dari sisi bahasa
saja (secara benar dan dapat dipertanggung jawabkan) ti
dak akan menimbulkan kesesatan.
Muhammad Abduh memandang bahwa seseorang yang hanya mampu
mengungkap makna yang bersifat global dari suatu ayat ka
rena pengetahuan bahasanya yang
kurang
mendalam
diakui
sebagai penafsirannya, tapi tentu tafsir tingkat paling
rendah (Ridla,tt,I:21). Alasan lainnya, bahwa
kajian
di
sini akan difokuskan kepada kajian situasional yang pada
dasarnya ditunjukkan oleh susunan atau bahasanya.
Jadi penafsir yang disamping memiliki
kemampuan
bahasa
yang mamadai, memiliki juga kemampuan lain yang menunjang
penafsirannya, ia telah berada di atas syarat minimal da
lam pertimbangan penentuan sumber kajian di sini.
2. Ditinjau dari segi fokusnya. Yang dimaksud fokus di
adalah
orientasi
penafsiran
yang
biasanya
sini
merupakan
refleksi dari bidang keahlian penafsirnya. Perbedaan
ahlian atau fokus penafsiran ini sering nampak pada
ke-
taf
sir yang ditulisnya. Ada yang memokuskan kepada hukum se
perti Ibn Arabi dan Al-Qurthubi, ada yang memokuskan atau
menghubungkannya dengan ilmu pengethuan
empirik seperti
Al-Jauhari, dengan fisafat seperti Ar-razi,
ilmu pengetahuan lainnya.
dan dengan
27
Di dalam satu wilayah fokus yang sama pun bisa terjadi
Perbedaan yang mencolok, seperti antara tafsir hukum Ibn
Arabi dengan Al-Qurthubi. Ibn Arabi hanya mengungkapkan
hukum dikandung ayat dan memberinya dukungan dengan mengemukakan beberapa dalil atau riwayat-riwayat lainnya.
Lain halnya dengan Al-Qurthubi, kecuali seperti Ibn Arabi
di atas, ia pun berusaha mengungkap keluasan makna yang
dikandung ayat dengan menggalinya dari segi kebahasaan
secara luas dan mendalam.
Maka pemilihan tafsir Al-Qurthubi sebagai
sumber
kajian
dalam penelitian ini lebih tepat dibanding dengan
tafsir
Ibn Arabi, dan pemilihan tafsir
Ar-Razi
yang
berbicara
banyak segi akan lebih banyak kontribusinya terhadap
pe
nelitian ini dibanding dengan tafsir Al-Qurthubi (sebagai
tafsir hukum). Jadi pertimbangan
dilihat dari kontribusinya
fokus
terhadap
tafsir
fokus
di
dan
sini
masalah
yang diteliti.
3. Ditinjau dari segi pendekatan atau metode yang digunakan.
Ada tiga pendekatan yang telah banyak digunakan oleh para
ahli dalam menafsirkan Al-Qur'an, yaitu pendekatan
keba
hasaan, pendekatan ma'tsur (riwayat), dan pendekatan to.1™tl (pengungkapan simbol atau isyarat). Pendekatan
keba
hasaan berusaha mengangkat makna dan maksud al-Qur'an dedengan menekankan pada
kajian
segi
bahasa,
pendekatan
ma'tsur dengan menekankan pada kajian riwayat (Al-Qur'an,
sunnah, dan perkataan sahabat), sedang pendekatan
ta'wil
28
berusaha menangkap isyarat-isyarat dengan kemampuan intelek, intuisi dan pengalaman keagamaan.
Berdasar atas tiga pendekatan tersebut, urutan
tafsir yang dipilih dalam penelitian ini adalah
1. Tafsir yang menggunakan
ketiga
pendekatan
prioritas
:
tersebut,
seperti tafsit Imam Razi.
2. Tafsir yang menggunakan pendekatan riwayat dan kebaha
saan,
seperti tafsir Ath-Thabari.
3. Tafsir yang menggunakan
pendekatan
riwayat,
seperti
tafsir Ibn Katsir.
4. Tafsir yang menggunkan pendekatan kebahasaan dan
ta'-
wil, seperti tafsir Ruhul Bayan.
5. Tafsir yang menggunakan pendekatan kebahasaan, seperti
tafsir Zamakhsyari.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Metode Hermeneutika/Tafsir
Upaya pengkajian dan penafsiran al-Qur'an telah dimulai
sejak al-Qur'an itu diturunkan pada masa
Upaya ini terus berlanjut sampai zaman
hidup
Rasulullah.
modern
ini,
dewasa
bahkan akan terus berlanlanjut sampai nanti akhir zaman.
Pa
da setiap masa dan semua abad hampir selalu muncul kitab-ki-
tab yang merupakan kajian husus
atau
dengan corak, fokus, serta aliran
yang
penafsiran .al-Qur'an
berbeda-beda,
dalam ukuran besar, sedang maupun kecil. Kenyataan
nunjukkan bahwa upaya pengkajian atau
ini
penafsiran
itu telah memiliki sejarah dan tradisi yang
baik
me
al-Qur'an
sangat
panjang
dan mapan
Upaya ke arah itu akan terus berlanjut dan tetap
tuhkan, sebab al-Qur'an diturunkan untuk membimbing
dibumanusia
dalam memecahkan berbagai permasalahan hidup.dan
kehidupan
nya di segala zaman,
baru
sedangkan
masalah-masalah
yang
membutuhkan jawaban daripadanya sangat banyak dan berkembang
terus (Abdul Djalal,
1990:15).
Persoalan pengkajian atau penafsiran ini
secara
lang
sung menyangkut masalah hermeneutika, yakni ilmu tafsir (Ya-
apar,1992:7). Hermeneutika berasal dari
bahasa
latin
yang
berarti "menafsirkan". Dewa Hermes turun dari gunung Olympus
52
54
ini makna yang terkandung dalam suatu naskah
bisa
memiliki
dimensi lain dan berkembang lebih luas. Kecuali memberi arah
dan mengembangkan makna, tehnik ini pun bisa memberikan
pe-
nilaian terhadap makna-makna yang
dua
diungkapkan
melalui
tehnik terdahulu. Dengan demikian validitas dua tehnik
ter
sebut bukan hanya terletak pada pengetahuan dan keterampilan
dalam mengaplikasikan kaidah kebahasaan (tafsir) dan mengem
bangkan intuisi (ta'wil), melainkan terletak pula pada sejauh mana kaitannya dan mendapat justifikasi dari
naskah-nas-
kah lainnya (al-Qur'an, Hadits atau perkataan/pendapat
para
sahabat) yang dikembangkan dalam tehnik ma'tsur.
Maka makna-makna yang diungkap melalui dua tehnik per
tama itu akan menjadi sangat kokoh keberadaannya jika menda
pat justifikasi dari tehnik ketiga.
Sebaliknya,
tidak bisa diterima atau dibernarkan jika
makna
ternyata
itu
berten-
tangan dengan naskah-naskah (riwayat) tehnik ketiga yang sahih.
Dengan ketiga tehnik tersebut di atas,
metode hermeneutika
yang
digunakan
dalam
berbeda dengan hermeneutika yang ditemukan
dunia Barat dewasa ini yang secara umum
Ricoeur disebut sebagai hermeneutics
of
jelaslah
bahwa
penelitian
dalam
disebut
ini
pemikiran
oleh
suspicion.
Yaapar (1992:8) menyebut hermeneutika yang menggunakan
Paul
Salleh
teh-
nik-tehnik tersebut sebagai "hermeneutika kerohanian". Menu
rutnya, penggunaan tehnik-tehnik tersebut dalam metode
meneutika ini tidak hanya bertujuan untuk
mengungkap
her
makna
55
yang berada pada perraukaan
naskah
atau
simbol,
melainkan
memungkinkan peneliti bertemu dengan makna-makna yang berada
di balik simbol-simbol tersebut.
Agar raendapat gambaran yang lebih jelas tentang
metode
dan tehnik-tehnik tersebut, berikut ini akan dijelaskan
pe
ngertian dan cara penggunaannya.
a.
Tehnik
Tafsir
Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa tehnik tafsir
di
sini adalah pengertian tafsir secara sempit, yakni suatu ca
ra mengungkapkan atau menjelaskan makna yang terkandung
lam suatu naskah atau ayat al-Qur'an al-Karim
dengan
da
bero-
perasi pada permukaan naskah (exoteric exegete)(Yaapar,1992:
8), atau secara semiotik (Zaimar, 1990:20). Definisi
tafsir
yang lebih menekankan pada kajian kebahasaan seperti ini di
kemukakan pula oleh Imam Abu Hayan penulis tafsir
al-Bahrul
Muhieth (As-Suyuthi,1973,11:174).
Dengan meletakkan tehnik tafsir
dalam penelitian ini berarti
sebagai
ayat-ayat
dahulu dikaji dari segi kebahasaan.
langkah
al-Qur'an
Penetapan
awal
terlebih
langkah
ini
tidak berarti berpandangan bahwa pengkajian atau pengungkapan makna dengan tehnik
ma'tsnr
kurang
atau lebih rendah daripada kajian
mendapat
kebahasaan.
diambil semata-mata karena pertimbangan
bahwa
perhatian
Langkah
"kebahasaan"
(hususnya bahasa Arab) merupakan alat yang paling vital
lam penafsiran
atau
kajian
ini,
sebab
ini
kajian
da
dengan
56
menggunakan tehnik ta'wil dan ma'tsnr pun tidak mungkin bisa
dilakukan kalau segi bahasa tidak dikuasai. Apa yang dilakukan oleh Syekh Naguib Alatas (1979:1 dan 36) dalam
kat istilah ta'dib sebagai kata kunci dalam
mengang
pendidikan
me
rupakan contoh yang menggunakan pendekatan kebahasaan secara
dominan.
Orang yang hendak mengkaji al-Qur'an
harus
memberikan
perhatian yang sungguh-sungguh terhadap bahasa Arab al-Qur'
an. Ini tidak bisa dielakkan dan tidak bisa
diganti
dengan
yang lain, sebab memahami al-Qur'an dari bahasa aslinya
me
rupakan kepentingan yang paling hakiki, demikian DR.Beheshti
menandaskan (1987:14). Dengan mengutip dari uraian Imam Sya-
tibi, Al-Qasimi (1978,1:63) mengemukakan pernyataan yang le
bih tandas lagi, bahwa setiap makna yang digali dari al-Quran al-Karim yang tidak sejalan dengan
kaidah-kaidah
bahasa
Arab, maka makna itu dianggap tidak mempunyai hubungan sedi
kit pun dengan ulumul Qur'an, dan dianggap
tidak
mempunyai
faedah serta arti apa-apa.
Analisis yang menggunakan tahnik
tafsir
ini
mencakup
beberapa macam analisis sesuai dengan aspek-aspek kebahasaan
dalam bahasa Arab.
Antara lain
:
1. Analisis lughavjiyah C l&kskografi}.
Maksudnya adalah menganalisis makna kata-kata yang digu
nakan dalam ungkapan atau
ayat
bersangkutan,
dari segi budaya dan penggunaannya di waktu ayat
but
diturunkan.
Sekaitan
dengan
ini,
DR.
terutama
terse
Baheshti
57
mengingatkan tiga hal, yaitu a) al-Qur'an
adalah
kitab
suci berbahasa Arab, b) bahasa itu adalah bahasa di
ja-
man Rasulullah hidup, dan c) ayat-ayat al-Qur'an itu di-
wahyukan dan disampaikan secara
pernah mengingatkan kepada
para
lisan.
Umar
sahabat
r.a.
lainnya
pun
pada
waktu itu; ia berkata : "Wahai mamisia, peliharalah kumpulan syairmu di masa jahilyahmu itu, sebab di sana ter-
dapat tafsir/penjelasan bagi kitab kamu sekalian (Al-Qa-
simi,1978,1:101). Artinya, dalam bahasa
mereka
(orang-
orang Jahiliyah), termasuk syair-syairnya, terdapat pembendaharaan yang dapat menjelaskan kata,
ungkapan
kalims|t dalam al-Qur'an al-Karim. Al-Qur'an
atau
disampaikan
kepada mereka secara lisan dan sangat komunikatif dengan
bahasa lisan mereka. Sebagai contoh,
Umar
r.a.
pernah
bertanya kepada mereka tentang makna takhawwnf (
)
yang terdapat dalam suara an-Nahl ayat 47, kemudian
lah seorang dari
mereka
menjelaskannya
bahwa
sa
artinya
adalah jLanaqqush (berkurang) dengan membacakan satu bait
syair.
Dalam melaksanakan penganalisisan ini penulis akan meru
juk kepada kamus yang sementara ini dipandang paling mewakili untuk maksud tersebut, yaitu kamus
Lisanul
Arab
karangan Syekh Ibn Mandhur.
2.
Analisis sharfiyah CmorfologikJ.
Untuk mencari makna itu, kecuali dilacak dari
pengguna-
annya dalam kontek budaya pada waktu turunnya, kata
itu
58
dianalisis pula dari segi istiqaqnva, (morf ologik).
Imam
Fakhruddin
Razi
Ar-Razi
yang
dikenal
dengan
Imam
berpendapat bahwa cara yang paling baik dalam menganali
sis makna kata-kata adalah dengan cara istigaq (Ar-Razi,
1990,1:21), yaitu dengan melacak bentuk-bentuk asal atau
dasar -dari kata itu, juga bentuk-bentuk pengembangannya.
Menurutnya, ada dua macam istigaq. yaitu istiaaa ashghar
(kecil) dan istigaq aknax (besar).
Yang dimaksud dengan istigaq kecil adalah perubahan ben
tuk-bentuk kata dari satu kata
dasar
(mashdarJ>
kepada
bentuk-bentuk pengembangannya dengan tidak menambah atau
mengurangi huruf dasar/pokoknya. Seperti perubahan
kata dasar (mashdar-> menjadi bentuk kata
kerja
dari
lampau,
kata kerja sedang/akan, bentuk subyek (isim. fa'ilX ben
tuk obyek c"isim maf 'ul->
bentuk.
dan
Iain-lain
sampai
Masing-masing dari sepuluh bentuk ini
kembangkan lagi menjadi tiga,
sepuluh
bisa
di
enam atau empat belas ben
tuk, sehingga dari satu kata dasar ini
menjadi 65 bentuk.>Kemudian pengembangan
berkembang
bisa
lainnya,
satu
kata dasar ini bisa dirubah bentuk wazan~nya
(perubahan
pola dasar) sampai enam kali bahkan bisa lebih, sehingga
sebenarnya satu kata dasar dalam bahasa
Arab
ini
dikembangkan menjadi 390 bentuk kata bahkan bisa
bisa
lebih.
Pengembangan kata sejauh ini baru ditinjau dari segi is
tigaq
kecil Cashghar-X
Yang
dimaksud
dengan
istiaaa
akbar
(besar)
adalah
59
perubahan yang terjadi pada kata dasar, di
mana
huruf yang ada pada kata dasar itu bisa berubah
nya menjadi huruf awal sebanyak jumlah
huruf
nyertainya. Kalau kata dasar itu mempunyai
setiap
posisi-
yang
tiga
me-
huruf,
ketiga huruf tersebut bisa menjadi huruf awal, sehingga
akan lahir daripada
KONSEP PENDIDIKAN UMUM
DALAM SURAT AL-FATIHAH
TESIS
Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis
Program Pascasarjana IKIP Bandung
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian
Program S2 Bidang Studi Pendidikan Umum
Oleh
A. ABDUSSALAM
9132392/XXHI-15
DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PROGRAM PASCASARJANA
IKIP BANDUNG
1994
Disetujui dan Disahkan
Oieh
+^-e 3~
DR. K M. Djawad Dahlan
Pembimhiixg I
DR. H. M. L Soelaeman
Pembitnbing II
DAFTAR ISI
IFTITAH
1
UCAPAN TERIMA KASIH
iv
DAFTAR ISI
BAB
BAB
I
II
: PENDAHULUAN
±
A. Latar Belakang Masalah
i
B. Pembatasan Masalah dan Fokus Penelitian
10
C. Tujuan Penelitian
15
D. Perolehan Penelitian
18
E.
18
Manfaat Penelitian
F. Definisi Operasional
20
G. Anggapan Dasar
22
H. Sumber Kajian
24
: KONSEP PENDIDIKAN UMUM
A. Pengertian Pendidikan Umum
29
.____
29
B. Karakteristik Pendidikan Umum
36
C. Tujuan Pendidikan Umum
39
D. Karakteristik Komunikasi Edukatif dalam
Pendidikan Umum
BAB III
: METODE PENELITIAN
A. Metode Hermeneutika/Tafsir
45
52
52
a. Tehnik Tafsir
55
b. Tehnik Ta'wil
rr
IX
c.
Tehnik Ma'tsur
B. Metode Komparasi
BAB
IV
68
75
: ANALISIS KONSEP PENDIDIKAN DALAM SURAT ALFATIHAH
77
A. Karakteristik Surat Al-Fatihah
77,
a. Nama-namanya
77
b. Turunnya
79
c. Keutamaannya
82
B. Konsep Pendidikan dalam Surat Al-Fati
hah
85
a. Pengertian Pendidikan
86
b. Upaya (proses), Metode dan Materi
Pendidikan
109
c. Konsep Rahmah sebagai Prinsip Dasar
Upaya, Metode dan Materi Pendidikan
132
d. Konsep Din sebagai Prinsip Dasar
Upaya,
Metode dan Materi Pendidikan
e. Tujuan Pendidikan
144
153
C. Konsep Pendidikan Umum dalam Surat Al-
Fatihah
174
a. Pengertian Pendidikan Umum
174
b. Tujuan Pendidikan Umum
180
c. Upaya (proses) Pendidikan Umum
188
d. Metode Pendidikan Umum
195
e. Materi Pendidikan Umum
'
206
f. Konsep Pribadi Utuh
210
g. Karakteristik Komunikasi Edukatif -
dalam Pendidikan Umum
BAB
219
V : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
224
.
2?4
a. Umum
224
b. Khusus
228
B. Rekomendasi
235
a. Untuk Pengembangan Konsep
b. Untuk Tindakan Praktis
DAFTAR PUSTAKA
235
:
240
244
XI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bila kita memperhatikan perjalanan sejarah
intelektu-
al, nilai dan moral di dunia Barat, maka laju perjalanan itu
akan terlihat geraknya dari obyektivistik ke arah relativis-
tik. Selama kurun waktu
tidak
kurang dari
seribu
tahun,
realitas
alam,
ditempatkan dalam suatu kerangka fikir yang dipandang
mampu
masalah etika dan moralitas, bahkan masalah
memberikan jawaban yang mutlak
atau
absolut.
lebih diturunkan dari kepercayaan dibanding
Jawaban
dari
itu
penalaran
(Kurtines dan Gewirtz,1984 :3 dan 17).
Keadaan menjadi sangat berbalik di dunia modern dewasa
ini, sains
telah
mengambil
alih
kedudukan
sumber utama, dan konsepsi tentang moralitas
galkan sifat
rohaniahnya
yang
kelak (Kurtines dan Gewirtz,
berorientasi
1984
:7-8).
iman
sebagai
telah
mening-
kepada
Dengan
dunia
kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi di zaman modern ini, konsepsi
tentang nilai dan moral cenderung menjadi lebih relativistik
Maka,
pertimbangan-pertimbangan
dan
kemungkinan
adanya
pengetahuan dan nilai yang bersifat obyektif dan absolut itu
akan ditolak secara latah dan prinsipal.
Perkembangan corak pemikiran semacam itu telah
rikan
warna
dan
dampak
tersendiri
terhadap
membe
dunia
pendidikanan. Berbagai komponen dan konsep dasar
pendidikan
telah tersentuh pengaruhnya secara mendalam. Kecuali
katan sains yang mengikat ketat dirinya dengan
pende-
data,
fakta
dan keterukuran, pendekatan filosofisf (hususnya Pragmatisme
dan Behaviorisme) telah memberi warna secara kuat
terhadap
teori dan praktek pendidikan di bumi kita Indonesia.
Keeng-
ganan, kewaswasan bahkan penolakan sebagian ahli untuk meru-
muskan tujuan umum/akhir pendidikan, seperti halnya
(dalam Abdullah, 1991:162),
dan
perlakuan
Bandman
terhadap upaya
atau tindakan pendidikan yang cenderung bersifat mekanistik,
merupakan bukti atau contoh adanya pengaruh-pengaruh
terse
but. Jika demikian, maka pendidikan akan
nilai-
kehilangan
nilai (mutlaknya) yang kehadirannya sangat esensial bagi kehidupan manusia, dan sekaligus akan kehilangan
pula nilai-
nilai kemanusiaannya.
. Kecuali itu, perkembangan kehidupan
dewasa ini,
yang semakin
komplek dan
dan
dunia
membutuhkan
profesional dan spesialisasi, telah mengundang dunia
dikan
untuk
mengembangkan
spesialisasi. Jika
General
dan
mempertajam
Education
di
sebagai suatu reaksi terhadap spesialisasi
tenaga
pendi
pendidikan
Amerika
yang
kerja
muncul
berlebihan
(Mc Connel dalam Henry, 1952:2), maka perkembangan pendidik
an spesialisasi di Indonesia
dewasa
ini,
sekalipun
mencapai tahap berlebihan seperti di Amerika, perlu
belum
menjadi
pertimbangan untuk melihat keberadaan Pendidikan Umum (PU).
Kondisi-kondisi peraikiran dan
kenyataan
tersebut
di
atas memperlihatkan semakin jelasnya urgensi keberadaan Pen
didikan Umum dan pemasalahan-permasalahan yang dihadapinya
dalam dunia pendidikan di Indonesia. Sebabnya adalah bahwa
Pendidikan Umum mempunyai konsep dasar atau dimaksudkan se
bagai suatu program pendidikan yang menekankan pada pembinaan dan pengembangan nilai, sikap, pengetahuan
dan
keteram-
Pilan yang harus dimiliki oleh semua orang dan diarahkan ke
pada terwujudnya pribadi yang utuh.
Dalam memaknai
dan
mengoperasionalkan
tersebut, General Education di
Amerika
konsep dasar
mengambil
landasan
dan didekati dengan pendekatan filosofis, psikologis dan
sosiologis. Pendekatan filosofis berusaha mencari dasar yang
mampu member! arah terhadap tujuannya, yang
dalam
hal
ini
merujuk kepada filsafat rasionalisme, neohumanisme dan natu-
ralisme
atau
intrumentalisme
(Good,1973:285).
Pendekatan
psikologis berusaha mengungkapkan perkembangan individu
bagai dasar penerapan teori-teori
belajar,
dan
se
pendekatan
sosiologis berusaha mendudukan Pendidikan Umum agar
sejalan
dengan kontek sosial budaya sebagai dasar pertimbangan dalam
menetapkan
materi.
Dalam wawasan Pancasila, konsep General Education
Amerika dipandang memiliki kelemahan mehdasar dalam
dari
membina
pribadi utuh (menurut Pancasila), sebab antara konsep Generjll Education (Amerika) dengan Pendidikan Umum
terdapat kesenjangan yang bersifat prinsipal.
General Education
landasan religi
di
Indonesi
Dalam konsep
tidak mendapat tempat
seperti yang diberikan oleh dunia pendidikan di negara
casila. Dalam wawasan Pancasila, landasan religi
Pan
diletakkan
sebagai landasan yang paling asasi, yang berarti bahwa semua
landasan lainnya harus mendapat rujukan atau
setidak-tidak-
nya tidak bertentangan dengan landasan religi ini. Suatu ca
ra pandang yang justru tidak ditemukan di negara sekuler.
Terlebih-lebih apabila dihubungkan dengan tantangan
dan perubahan yang begitu deras melanda kehidupan dan pera
daban manusia dewasa ini,— suatu perubahan yang sangat cepat menuju ke arah kebudayaan manusia yang bersifat global - konsep Genera] Education itu bukan saja disangsikan
dalam
membina keutuhan pribadi manusia, melainkan disangsikan pula
keberadaannya secara kokoh di antara arus perubahan-perubahan tersebut. Dalam konsep ini
masalah-masalah
pokok
terus
dalam
pendidikan, seperti masalah manusia,
bisa
tereduksi
oleh perkembangan dan perubahan itu,
yang pada gilirannya
bisa kehilangan hakikat atau jati dirinya.
Keberadaan konsep GeJiex&i Edii£S±ij2ii seperti
perlihatkan betapa kita akan merasa keberatan
itu
atau
mem-
minimal
tidak mudah begitu saja dapat mentransfer konsep-konsep
reka tentang pendidikan, terlebih-lebih mengenai
me-
Pendidikan
Umum. Ditinjau dari segi luaran (rumusan)-nya bisa saja kita
menemukan keselarasan. Akan tetapi, jika dilihat
dari
segi
landasan yang mendasarinya, kita pasti menemukan kesenjangan
yang tidak sederhana, yang dapat membawa
terhadap berbagai komponen
pendidikannya,
konsekwensi
besar
termasuk konsep
pribadi utuh.
Dalam program persekolahan, ditemukan istilah Pendi
dikan Umum atau yang program yang dianggap sebagai Pendidik
an Umum. Pada sekolah tingkat lanjutan pertama ditemukan
program "Pendidikan Umum" yang mencakup bidang studi 1) Pen
didikan Agama, 2) Pendidikan Moral Pancasila, 3) Pendidikan
Sejarah Perjuangan Bangsa, 4) Pendidikan Jasmani, dan 5)
Pendidikan Kesenian. Pada tingkat lanjutan atas berubah men
jadi program inti yang mencakup 15 belas bidang studi, termasuk lima bidang studi di atas. Sedangkan pada tingkat
tinggi ditemukan suatu program yang disebut Mata Kuliah Da
sar Umum (MKDU), yang mencakup 1) Pendidikan Agama, 2) Pen
didikan Pancasila, 3) Pendidikan Kewiraan, 4) Ilmu Sosial
Dasar, dan 5) Ilmu Budaya Dasar.
Dalam kenyataan
prakteknya program-program tersebut
menunjukkan adanya fenomena-fenomena yang dapat menyangsikan
pencapaian tujuan (pribadi utuh). Parsialitas, cenderung menekankan aspek kognisi, dan pendekatan subject matter merukan karakteristik yang terlihat dalam pelaksanaannya selama
ini. Sedangkan Pendidikan Umum yang diharapkan justru harus
memiliki karakteristik sebaliknya, antara lain terintegasi,
menekankan pembinaan nilai, dan menggunakan integrated
cur
riculum.
Jika konsep dasar Pendidikan Umum ditetapkan sebagai
"program pendidikan yang diarahkan dan ditekankan kepada
pembinaan keutuhan pribad", maka di antara rujukan yang
utama dan pertama dalam pengkajian dan pengembangan konsep
dasar tersebut adalah tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang-undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pen
didikan Nasional:
Pendidikan nasional
bertujuan
bangsa dan mengenmbangkan
manusia
mencerdaskan
Indonesia
kehidupan
seutuhnya
yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahu
an dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani, pribadi
mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Dalam rumusan tujuan pendidikan nasional yang
menjadi
dasar dan rujukan bagi tujuan semua jenis, jenjang dan prog
ram pendidikan di Indonesia (termasuk PU) tersebut, tersurat
secara jelas
karakteristik manusia Indonesia seutuhnya.
dalamnya, "iman" dan "takwa" ditetapkan sebagai
Di
karakteris
tik paling pokok bagi manusia Indonesia seutuhnya. Keberadaan karakteristik ini nunjukkan bahwa keterkaitan dan ketera-
rahan kepada Yang Maha Mutlak
menjadi
terwujudnya "pribadi yang utuh", yang
syarat
utama
untuk
berarti
bahwa
agama
harus menjadi landasan utama dan sumber pertama dalam
kajian konsep
pendidikan,
hususnya
Pendidikan
peng
Umum
ini.
Dalam kerangka fikir inilah "agama" diletakkan sebagai dasar
dan sumber inspirasi bagi pendidikan (termasuk PU).
Agama yang dimaksud dalam penelitian ini merujuk kepa
da ayat-ayat tertulis berupa wahyu, yaitu al-Qur'an al-Karim
yang menjadi dasar dan sumber pertama bagi ajaran agama
lam. Al-Qur'an diturunkan untuk dan kepada
manusia.
Is
Fungsi
utamanya untuk member! petunjuk dan bimbingan kepada manusia
(QS.2:185) agar mencapai kebahagiaan dan kesempurnaan hidup
nya di dunia dan di akhirat.
Al-Qur'an
al-Karim merupakan
kitab petunjuk ke arah jalan yang lebih lurus (QS.17:9),
bahkan ia akan mampu menjelaskan segala sesuatu (QS.16:98),
sehingga tidak ada sesuatu masalah pun yang terluput daripadanya (QS.6:38). Pengalaman para ahli di masa yang lalu
me-
nunjukkan, bahwa setiap ahli atau ulama yang mencoba mengkaji al-Qur'an untuk mencari
jawaban
tentang
suatu
masalah
yang muncul dan berkembang pada masanya selalu menemukan da
sar daripadanya (Al-Qasimi,1978.I:137).
Fungsi-fungsi itu dinyatakan secara
tandas
Qur'an sendiri, agar manusia terundang dan
oleh
al-
terdorong untuk
mengkaji, memahami dan mewujudkannya dalam kehidupannya, se
hingga ia benar-benar menjadi petunjuk, rahmat, dan
kabar gembira bagi segenap umat manusia,
pembawa
hususnya bagi
orang-orang yang Islam (QS.16:89).
Al-Qur'an bukanlah kitab yang
menyajikan
kandungannya
secara rinci, namun kecuali Allah menurunkan kitab suci itu,
Dia pun mengutus rasulNya
untuk
menyampaikan
rincian
itu
melalui sunnahnya. Al-Qur'an adalah kitab suci yang menyaji
kan prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah universal
1969:62), yang
kadang-kadang
disajikan
secara
(Almaududi,
jelas
dan
kadang-kadang secara alegoris dan simbolis. Oleh karena itu,
upaya pengkajian dan
penggalian
makna
dan
nilai-nilainya
yang dilaksanakan secara sungguh-sungguh, terpusat, terencana dengan baik, akan sangat membantu dan sangat diperlukan.
8
Al-Qur'an bukan merupakan suatu hak istimewa bagi sua
tu kelompok tertentu, ia diwahyukan untuk digunakan oleh
setiap orang, ia menjelaskan kebenaran-kebenaran universal,
yang bisa berlaku di mana pun dan kapan pun (Baheshti,1987:
12). Oleh karena itu, pengkajian dan
pengaktualisasian
al-
Qur'an akan mampu memberikan jawaban terhadap permasalahan-
permasalahan yang terjadi dalam berbagai bidang kehidupan
manusia sepanjang zaman.
Telah banyak para ahli atau
peneliti
yang
menyoroti
Al-Qur'an dari segi-segi tertentu, termasuk segi pendidikan.
Penelitian ini akan mencoba mengkajinya dan berusaha mengangkat konsep-konsep pedagogis yang terkandung di dalamnya.
Lebih hususnya, penelitian ini akan mengkaji seluruh ayat
dalam surat al-Fatihah untuk mengungkap konsep pedagogisnya
yang selanjutnya dianalisis daripadanya konsep-konsep Pendi
dikan Umum.
Surat al-Fatihah merupakan UwaiL Qur'an. Ia mengandung
pokok-pokok kandungan al-Qur'an
(Ash-Shobuni,tt,I:13).
dangkan misi pokok al-Qur'an adalah membimbing
manusia agar mencapai
keutuhan
dan
dan
Se
membina
kesempurnaannya,
agar
berhasil meraih kehidupan yang bahagia di dunia dan di akhi-
rat. Maka, dapatlah diasumsikan bahwa al-Fatihah
mengandung
dasar-dasar bimbingan dan pembinaan tersebut yang mempunyai
kontribusi dan arti penting bagi Pendidikan Umum.
Berdasar kajian sepintas
terhadap
surat
al-Fatihah,
terlihat di dalamnya suatu gambaran komunikasi yang sangat
9
intens. Dalam situasi komunikasi itu Allah ditempatkan seba
gai fiaML (suatau istilah yang memiliki peluang dominan untuk
dimaknai sebagai "pendidik", sebagaimana yang dilakukan oleh
sebagian besar para penafsir), dan manusia sebagai terdidik.
Ini memungkinkan situasi komunikasi tersebut dikategorikan
sebagai situasi komunikasi edukatif.
Sedikit lebih dalam kita mengkajinya, kita akan
meli-
hat situasi komunikasi itu sebagai situasi komunikasi eduka
tif yang mantap dan mendalam.
Terlihat dan
terasa sekali
tatkala kita menghayati bahwa situasi komunikasi itu beraku-
mulasi pada suatu kondisi di mana terdidik (manusia) menginternalisasi dan mengidentifikasikan (menyerahkan) diri kepa
da pendidiknya (iyyaka na'burin wjl jyyaka nasta'in^ secara
sungguh-sungguh, tulus dan ikhlas. Dari kontek itu,
kecuali
terungkap adanya situasi komunikasi edukatif yang sangat indah dan mantap, terungkap pula gambaran
"pribadi manusia
yang utuh", yang mengambil lokasi pokoknya pada istilah 'abd
atau na'budu-
Gambaran
tentang
situasi
komunikasi
edukatif
dan
pribadi utuh demikian itu lebih layak dinisbatkan kepada
Pendidikan Umum. Konsep-konsep ini, kecuali menunjukkan ten
tang proses/upaya yang sangat baik dan tujuan pendidikan
yang jelas dan bersifat universal, juga mampu memberikan ke-
yakinan bahwa proses/upaya dan tujuan itu telah dan akan tetaP mampu mengantarkan manusia kepada keutuhan
kebahagiaan hidupnya di dunia dan akhirat.
pribadi
Situasi,
dan
upaya
10
dan konsep pendidikan semacam inilah yang sangat diharapkan
oleh Pendidikan Umum.
B. Pembatasan Masalah dan Fokus Peneliti a n
Pada latar belakang di atas telah terlihat betapa Pen
didikan Umum sangat urgen dalam dunia pendidikan kita di In
donesia dewasa ini. Pendidikan Umum di sini diartikan seba
gai pendidikan yang menekankan "pembinaan keutuhar, pribadi".
Karenanya memerlukan konsep Pendidikan Umum yang benar-benar
mengarahkan pembinaannya ke arah itu.
Dalam program persekolahan vtingkat lanjutan pertama
ditemukan istilah "Pendidikan Umum" yang mencakup lima bi
dang kajian, yaitu Pendidikan Agama, Pendidikan Moral Panca
sila, Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa, Pendidikan Jas-
mani dan Pendidikan Kesenian. Dalam prakteknya lima bidang
kajian tersebut berjalan masing-masing,
tanpa terintegrasi
satu sama lain. Atau dengan kata lain, menggunakan pendekat
an "subject matter". Kecuali itu, pelaksanaan program ini
masih lebih cenderung menekankan aspek kognisi. Dapatkah kenyataan atau praktek semacam ini membina keutuhan pribadi?
Tentu masih dipertanyakan.
Pada tingkat lanjutan atas program ini berubah menjadi
proram inti, dan mencakup 15 bidang
kajian,
termasuk
lima
bidang kajian di atas. Parsialitas, penekanan aspek kognisi
dan pendekatan subject matter dalam program ini tidak jauh
11
berbeda dengan program Pendidikan Umum di SLTP. Oleh kt
:arena
itu daya binanya terhadap keutuhan pribadi masih dipertanyakan pula.
Selanjutnya pada pendidikan tingkat tinggi ditemukan
Program yang disebut Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU), yang
mencakup lima bidang kajian, yaitu Pendidikan Agama, Pendi
dikan Pancasila, Pendidikan Kewiraan, Ilmu Sosial Dasar dan
Ilmu Budaya Dasar. Dalam program ini pun integrated curricu
lum masih belum nampak. Program ini masih menggunakan pende
katan subject matter, di samping masih lebih cenderung mene
kankan aspek kognisi. Dengan demikian program ini pun masih
menyimpan pertanyaan (kesangsian) tentang daya binanya ter
hadap keutuhan pribadi.
Adanya pertanyaan atau kesangsian-kesangsian tentang
daya bina program-program tersebut terhadap keutuhan pribadi
muncul atau terasakan karena adanya fenomena-fenomena yang
ditemukan dari pelaksnaannya, yaitu adanya parsial,it.as, cen
derung menekankan aspek kognisi, dan menggunakan pendekatan
subject matter. Dan munculnya fenomena-fenomena tersebut be-
rangkat dari konsepnya yang memungkinkan memiliki
orientasi
ke arah itu. Jadi masalahnya di sini terletak pada konsep
nya.
Jika program Pendidikan Umum di SLTP, Program Inti
SLTA, dan MKDU di pendidikan tinggi, berdasar
di
karakteristik
pelaksanaannya, masih menyimpan pertanyaan (kesangsian) konseptual dalam
membina keutuhan
pribadi,
dapatkah
diatasi
12
dan diselesaikan dengan konsep General Eduoaat.inn
dari
Ba-
ra? Ini pun perlu dipertanyakan, atau dengan kata lain masih
mengandung kesangsian yang tidak sederhana, sebab konsep ini
tidak member! perhatian terhadap religi seperti yang diberikan oleh konsep
pendidikan
berdasar
Pancasila.
Perbedaan
prinsipal ini akan mengakibatkan perbedaan yang tidak seder
hana terhadap berbagai konponen pendidikannya, termasuk
da
lam perumusan "pribadi utuh".
Dalam konsep General Education, "pribadi
harus dilandasi nilai religi.
Sedang
di
utuh"
negara
tidak
Pencasila
justru sebaliknya, nilai religi diletakkan sebagai nilai pa
ling asasi yang harus menjiwai dan jadi rujukan bagi
berba
gai nilai-nilai lainnya. Keutuhan Pancasila, yang menetapkan
sila Ketuhanan sebagai sila pertama dan harus menjiwai
sila
yang lainnya, harus menjadi jiwa, pandangan dan pedoman
da
lam berbagai bidang kehidupan. Dengan demikian, konsep
badi utuh ini perlu didekati dan
dijabarkan
pri
dari
landasan
masih
mengan
religi ini, di samping dari landasan lainnya.
Setelah ternyata konsep-konsep di atas
dung kesangsiang dalam membina keutuhan pribadi, maka konsep
Pendidikan Umum bagaimanakah atau dari mana lagi
yang
dicoba dikaji dan dikembangkan untuk maksud di sini
bisa
? Jika
konsep pribadi utuh perlu didekati dan dijabarkan dari reli
gi, maka penelitian ini akan mencoba mencari
konsep
Pendi
dikan Umum dari sumber religi (kitab suci) untuk melangkapi
konsep Pendidikan Umum yang selama ini telah ada.
13
Kitab suci untuk religi (Islam) adalah
al-Qur'an
al-
Karim. Dari sumber religi yang begitu luas ini, surat al-Fa
tihah dapat dipandang mewakilinya,
sesuai
dengan
predikat
• atau nama yang diberikan kepadanya berdasar keterangan
dits) yang sahih, yaitu iwwil. Qur'an (induk
(ha-
al-Qur'an)
dan
al-Kafivah (yang mencukupi dan mewakili). Dengan asumsi
de
mikian, maka penelitian tentang konsep Pendidikan
ini
Umum
diarahkan kepadanya.
Untuk mempertegas masalah yang akan dicari dari
surat
al-Fatihah ini, berikut dikemukakan beberapa pertanyaan
pe-
pelitiannya:
1.
Apa pengertian Pendidikan Umum yang terkandung dalam su
rat
2.
al-Fatihah ?
Apa tujuan Pendidikan Umum yang terkandung
Al-Fatihah
3.
surat
?
Apa konsep pribadi utuh yang terkandung dalam surat
Fatihah
4.
dalam
al-
?
Apa upaya atau tindakan Pendidikan Umum yang
terkandung
dalam surat al-Fatihah ?
5.
Apa metode Pendidikan Umum yang terkandung
Al-Fatihah
6.
7.
surat
dalam
surat
?
Apa materi Pendidikan Umum yang terkandung
Al-Fatihah
dalam
?
Apa karakteristik komunikasi
edukatif
Pendidikan
Umum
EmJjjUL&l terbesar
yang
yang terkandung dalam surat Al-Fatihah ?
Al-Qur'an al-Karim merupakan
14
diberikan oleh Allah kepada RasulNya Muhammad s.a.w., baik
ditinjau dari segi bahasanya maupun m'akna yang dikandungnya.
Mengadakan pengkajian terhadap ayat-ayat al-Qur'an berarti
inenganalisis bahasa tertinggi, yang tentu memiliki makna
tertinggi, baik karena kedalaman, keluasan, keuniversalan
atau kemutlakkannya.
Surat al-Fatihah merupakan bagian daripadanya, bahkan
ia dinyatakan sebagai ujamul Qur'an, yakni sebagai induk alQur'an yang diyakini meliputi pokok-pokok kandungannya. Maka
dapatlah diasumsikan bahwa ayat-ayat dalam surat al-Fatihah
memiliki makna-makna yang sangat dalam dan pengertian serta
cakupannya yang sangat luas, sehingga banyak sekali segi dan
dimensi yang bisa digali daripadanya. Imam Razi (1990,1:11)
menyatakan bahwa dari surat al-Fatihah ini dapat digali
se-
banyak 10.000 masalah. Akan tetapi, penelitian ini tentu
tidak akan mampu mengungkap masalah sebanyak itu, penelitian
ini hanya akan mencoba berusaha mengungkapkan salah satu se
gi yang terkandung di dalamnya.
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut di
atas
penelitian ini tidak mungkin mengungkapnya dari semua dimen
si makna yang dikandung oleh surat al-Fatihah ini. Oleh kakarena itu, penelitian ini akan difokuskan kepada "situasi
komunikasi" yang terkandung dalam surat ini. Fokus peneliti
an ini ditunjukkan dan digambarkan secara utuh oleh suatu
hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, dan diterimanya
dari Abu Hurairah. Hadits ini tersebar pada berbagai tafsir
15
besar antara lain Qurthubi (tt:94), Razi (1990:273), Ibn
Taimiyah (1986:187) dan Iain-lain. Hadits tersebut berbunyi:
Allah ta'ala berfirman : Aku membagi shalat antara Aku
dan hambaKu menjadi dua bagian, setengahnya untukKu dan
se-
tengahnya lagi untuk hambaKu, dan untuk hambaKu adalah apa
yang dia minta. Apabila ia mengucapkan : "Segala puji bagi
Allah Rabb segala alam", maka Allah ta'ala berfirman: Hamba
Ku telah memujiKu. Apabila ia mengucapkan:" Yang maha Pengasih lagi maha Penyayang", Allah ta'ala berfirman: HambaKu
telah memadahKu. Apabila ia mengucapkan: "Yang Menguasai ha-
ri pembalasan", Allah ta'ala berfirman: HambaKu telah mengagungkanKu (dan dalam kesempatan/riwayat lain Allah berkata:
HambaKu telah berserah diri kepadaKu). Apabila ia mengucap
kan: "Hanya kepadaMu kami beribadah dan hanya kepadaMu kami
memohon pertolongan", maka Allah ta'ala berfirman: Ayat ini
dibagi dua antara Aku dan hambaKU, dan untuk hambaKu adalah
apa'yang dia minta. Dan apabila ia mengucapkan:
"Tunjukkan-
lah kami ke jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang
telah Engkau beri nikmat, bukan jalan orang-orang yang
Engkau murkai, dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat,
maka Allah ta'ala berfirman: Ini untuk
hambaKu,
dan
untuk
hambaKu adalah apa yang dia minta (Ibn Taimiyah,1986:187).
C. Tujuan Penelitian
Al-Qur'an al-Karim
merupakan kitab suci yang
untuk segala tempat dan zaman, ia mengandung
berlaku
informasi dan
16
penjelasan tentang segala
hal
(QS.16:89),
dan
memberikan
petunjuk dan jalan hidup yang lebih lurus (QS,
17:9),
diselaraskan dengan segala
dan
kebutuhan
manusia
yang
fithrah
penciptaannya (QS.30:30). Kapan, di mana dan ke mana pun ma
nusia bergerak, al-Qur'an akan senantiasa diperlukan dan se
lalu mampu menyentuh serta memberikan yang terbaik bagi
ma
nusia
Oleh karena itu, pengaktualisasian, konsep, prinsip dan
nilai-nilai yang terkandung dalam al-Qur'an merupakan
tuhan manusia yang bersifat fithri, yang tidak bisa
kan dan tidak bisa diganti dengan yang lain.
hat dari sisi manusia dan kebutuhannya,
kebu
dielak-
Kecuali
dilihat
dari
dilisisi
al-Qur'an sendiri menunjukkan bahwa kebermaknaan dan kemujizatannya yang paling penting terletak pada pengamalannya,
yakni sejauhmana konsep, prinsip dan
nilai-nilai
al-Qur'an
itu menapak dalam kehidupan.
Dunia pendidikan merupakan wahana yang memiliki
atan dan signifikansi yang sangat besar
dalam
keku-
mempengaruhi
warna dan corak kehidupan manusia, sehingga segala perubahan
dan harapan dalam kehidupan selalu menjadi beban
gung-jawabnya. Oleh karena itu,
dialog
yang
bersifat
yang
mutlak
(al-Qur'an) merupakan
upaya
sangat
rangka mengangkat dan
mengaktualisasikan
tang-
terus-menerus
dan lebih intens antara dunia pendidikan dengan
formasi dan kebenaran yang
dan
dan
sumber
in-
universal
strategis
dalam
konsep-konsepnya.
Upaya ini akan dapat memberikan jawaban dan antisipasi yang
17
tepat dan akomodatif terhadap masalah-masalah yang timbul
Pada berbagai segi dan aspek kehidupan (termasuk dunia pen
didikan), yang kini dan sampai saat yang tak terhingga akan
terus muncul dan berubah semakin cepat dan komplek.
Pendidikan Umum (PU), sebagaimana telah dikemukakan di
atas, memiliki problematika tersendiri yang cukup serius,
hususnya kesenjangan konseptual yang terlihat dari pelaksanaan Pendidikan Umum (SLTP/SLTA) atau bidang/program yang
diharapkan berfungsi sebagai Pendidikan Umum (MKDU). Berangkat dari problematika tersebut, penelitian ini bertujuan un
tuk mengungkap konsep-konsep dasar Pendidikan Umum yang ter
kandung dalam surat al-Fatihah.
Untuk mencapai tujuan tersebut, secara lebih spesifik
penelitian ini diarahkan untuk menemukan
ngenai
1.
konsep-konsep
me-
:
pengertian Pendidikan Umum yang terkandung dalam
surat
al-Fatihah.
2.
tujuan Pendidikan
Umum yang terkandung dalam surat
al-Fatihah.
3.
karakteristik pribadi utuh yang terkandung dalam
surat
al-Fatihah.
4.
upaya/proses Pendidikan Umum yang terkandung dalam surat
al-Fatihah.
5.
metode Pendidikan Umum yang terkandung dalam
surat
al-
Fatihah.
6.
materi
Pendidikan
Umum yang
terkandung dalam
surat
al-Fatihah.
7.
karakteristik komunikasi edukatif dalam Pendidikan
Umum
yang terkandung dalam surat al-Fatihah.
D. Perolehan Penelitian yang Diharapkan
Hasil akhir yang ingin
diperoleh
melalui
penelitian
ini adalah ditemukannya gagasan-gagasan, konsep, atau prinsip-prinsip pendidikan yang terkandung dalam surat
al-Fati
hah, yang dapat diletakkan sebagai konsep atau prinsip bagi
Pendidikan Umum, baik yang menyangkut pengertian, tujuan,
upaya (proses), metode, dan materinya.
Perolehan ini diharapkan akan dapat memberikan
justi-
fikasi, pengokohan, atau bahkan pengembangan terhadap konsep
dan prinsip-prinsip Pendidikan Umum yang
telah
ada,
dalam
rangka penyempurnaan Pendidikan Umum di Indonesia.
E.
Manfaat Penelitian
Munculnya
judul
penelitian
"Studi
Analisis
Konsep
Pendidikan Umum dalam Surat Al-Fatihah" ini, yang urgensinya
diperlihatkan dalam latar belakang masalah dan tujuan
litian di atas, tentu saja disertai
yang bisa diharapkan
lahir
dari
pene
dengan
manfaat-manfaat
padanya.
Terlebih-lebih,
bahwa sumber kajian dalam penelitian ini adalah
kitab
al-Qur'an dan tafsirnya, di mana secara
mengagumkan
sangat
suci
al-Qur'an telah begitu berjasa dan memberi manfaat yang luar
biasa
terhadap
kehidupan
dan
peradaban
manusia,
bahkan
19
terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini.
Al-Qur'an al-Karim tak ubahnya
laksana samudra yang
tak bertepi. Semakin banyak para ahli yang menggalinya, akan
semakin banyak pula kekayaan dan kelebihannya yang terung
kap. Semakin mendalam mereka mengkajinya, akan semakin
nam-
pak pula keindahan dan keistimewaan mutiara-mutiaranya.
Se-
bagian dari kekayaan dan mutiara-mutiara
itu
dicari melalaui penelitian ini, yang pada
rapkan akan membawa manfaat bagi
ingin
dicoba
gilirannya
diha
berbagai
segi
kehidupan,
hususnya dunia pendidikan, dan lebih husus
lagi
Pendidikan
Umum.
Manfaat yang diharapkan bisa diperoleh melalui peneli
tian ini adalah bahwa konsep pendidikan
di
Pendidikan Umum akan ditempatkan
dan
hakikat
manusia,
dan
fithrah
penciptaan
sini,
husunya
diselaraskan dengan
yang
berarti
manusiawi dan religius.
Menurut al-Qur'an, ajaran Allah (al-Qur'an) ini benar-
benar sesuai dan selaras dengan hakikat dan
fithra
manusia
(QS.30:30). Kedua-duanya merupakan ciptaanNya, dan al-Qur'an
diturunkanNya untuk membimbing manusia agar
mencapai
bahagia dalam arti yang sebenarnya. Pandangan ini
sikan bahwa hasil penelitian ini akan mampu
mereflek-
memperkaya
memperkokoh konsep dan keberadaan Pendidikan Umum dalam
nia pendidikan kita yang berfalsafah Pancasila. Hasil
litian ini akan menjabarakan dan memperkokoh keberadaan
ligi
sebagai
satu-satunya
landasan,
sehingga
hidup
dan
du
pene
re
landasan
20
landasan lainya harus merujuk atau
setidak-tidaknya tidak
bertentangan dengannya. Hasil penelitian ini akan memperjelas pemaknaan dan cakupan religi terhadap berbagai komponen
pendidikan, husunya Pendidikan Umum.
F. Definisi Operasional.
Penelitian ini berjudul "STUDI ANALISIS KONSEP
DIKAN UMUM DALAM SURAT AL-FATIHAH". Agar
tidak
PENDI
menimbulkan
salah arah atau pengertian, maka istilah atau kata-kata yang
digunakan perlu dib.eri definisi operasional.
1. S_£ii«ii AnaJJLsis., dalam penelitian
ini diartikan
sebagai
suatu kajian literatur (tafsir) dengan menggunakan
suatu
pendekatan yang mencoba mengkaji al-Qur'an ayat demi ayat
secara berurutan
dalam
surat
sesuai
dengan
bersangkutan
ayat
tersebut
(Al-Sadr,1990:28 ).
Istilah
analisis di sini merujuk kepada
susunan
suatu
pendekatan
dalam
Al-Sadr
ketika
tafsir yang diangkat oleh Muhammad Baqir
membandingkan tafsir analisis dan tafsir tematis.
Akan tetapi, tidak berarti bahwa di sini hanya
mengguna
kan pendekatan analisis saja. Kecuali menggunakan
pende
katan tematis, di sini digunakan pula
anali
pendekatan
sis. Dengan kata lain, studi ini berangkat dari dan mengacu kepada satu tema
dengan
menggunakan
kajian
secara
an a 1 i s i s .
2. Koji££p_, diartikan gagasan, ide, pengertian, atau prinsipprinsip yang diabstraksikan dari suatu situasi/peristiwa,
21
atau suatu istilah yang mempunyai pengertian luas dan diangkat dari sumber otentik dan dapat dipercaya. Oleh
ka
rena itu, konsep di sini mencakup arti yang bersifat
da
sar mapun
operasional.
3. Pendidikan ilumm.. dimaksudkan sebagai suatu
program
upaya pembinaan yang ditujukan kepada semua
atau
orang
rangka mengembangkan nilai, sikap, pengertian
dalam
dan
rampilan yang diperlukan oleh semua orang untuk
kete
mewujud-
• kan manusia yang berkepribadian utuh.
Jadi yang dimaksud dengan Kojiseja Pendidikan
adalah
Umm
Pikiran atau prinsip yang mempunyai implikasi
atau
kon-
tribusi terhadap pembinaan dan pengembangan nilai, sikap,
pengertian dan keterampilan yang
diperlukan
oleh
semua
orang dalam rangka mencapai keutuhan pribadinya.
4. Sjir_a±_ Al-Fatihah. yaitu suatu gugusan ayat-ayat al-Qur'an
yang terdiri dari tujuh ayat dan diletakkan sebagai bagian pertama dalam susunan tulisan mushhaf. Dinamai
tihah karena surat ini berfungsi sebagai
surat
al-Fa
pembuka.
Banyak sekali nama dan julukan yang diberikan kepada
rat ini, antara lain 1) UmmuL QujLlan
(induk
su
al-Qur'an),
2) As-Sab'ul Matsani (tujuh ayat yang diulang-ulang),
Asasjii Qur'an (pokok atau
dasar),
4)
Al-Kafivah
mencukupi), 5) Asy-Svifa (obat), 6) Ash-Shalah
7)
Al-Kanz
(pembendaharaan),
8)
Ar-Ruavah
3)
(yang
(shalat),
(jampi),
9) Al-waqivah (tameng atau penjaga), dan Iain-lain. Dari
nama-nama tersebut dan
beberapa
nama
lain
(yang
akan
22
dijelaskan lebih luas dalam bab empat) bisa terlihat bah
wa betapa al-Fatihah memiliki isi dan cakupan yang sangat
luas.
G. Anggapan dasar
Yang dijadikan sebagai anggapan dasar dalam penelitian
ini adalah
:
1. Pendidikan Umum adalah suatu proram pendidikan yang di
arahkan untuk membina keutuhan pribadi.
2. Manusia atau pribadi utuh adalah manusia religius. Konsep
abd dalam al-Qur'an menunjukkan konsep ini.
3. Pendidikan Umum sebagai upaya pembinaan
yang diarahkan
pada keutuhan pribadi (insan kajail) merupakan tujuan
dan
misi pokok al-Qur'an.
4. Al-Qur'an al-Kariem adalah kitab suci yang berlaku bagi
segala zaman dan tempat. Ia mengandung informasi dan
benaran yang bersifat absolut dan universal. Oleh
ke-
karena
itu, pengkajian dan .penggalian makna dan nilai-nilai yang
dikandungnya, kapan pun dan di mana pun, akan
senantiasa
diperlukan dan tetap aktual.
5. Al-Qur'an diturunkan untuk menjelaskan
segala sesuatu,
menjadi petunjuk ke jalan yang paling lurus, dan
selaras
dengan fithrah manusia (manusiawi): '
Dan Kami turunkan
kepadamu
al-Kitab
(al-Qur-an) untuk
menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat
dan
23
kabar
gembira
bagi
orang-orang
yang
berserah
diri
Sesungguhnya al-Qur'an ini memberi petunjuk kepada
jalan
(QS.16: 89).
yang lebih lurus dan memberi kabar g'embira kepada
orang-
orang mu'min yang mengerjakan amal shaleh, bahwa bagi mereka ada pahala yang besar (QS.17:9).
Dan hadapkanlah wajahmu kepada agama yang lurus,
(berpe-
ganglah) kepada fithrah (aturan) Allah
manusia
di
mana
diciptakanNya sesuai dengan fithrah itu. Tiada penggantian terhadap ciptaan Allah. Itulah agama yang lurus,
akan
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (QS.30:30). •
6. Al-Qur'an adalah perwujudan
dari
didikan
makhlukNya, sebagaimana dikemukakan dalam
dari Ibnu
Mas'ud:
"Setiap
pendidik
Allah
kepada
sebuah
hadits
menginginkan
didikannya ditaati/dilaksanakan, dan didikan
dari
agar
Allah
adalah al-Qur'an"(Al-Qasimi,1978:136).
7. Al-Fatihah adalah ummul Qur'an, dan misi pokok al-Qur'an
adalah
membimbing
dan
membina
manusia
agar
mencapai
kesempurnaan/keutuhan dan kebahagiaannya di dunia dan akhirat.
8. Al-Qur'an surat 3:190-191, 88:17-22 dan
mengajak agar manusia
menggunakan
lain
fikirannya,
alam dan berbagai kejadiannya untuk menemukan,
sebagainya
mengkaji
mencerap,
dan mewujudkan makna-makna esensial yang dikandungnya.
24
H. Sumber Kaj ian.
Penelitian ini merupakan kajian ayat-ayat al-Qur'an,
yang karenanya akan mengambil sumber kajiannya
dari
kitab-
kitab tafsir, hususnya tafsir-tafsir yang berkenaan dengan
surat al-Fatihah, baik tafsir yang ditulis oleh ahli yang
menafsirkan keseluruhan al-Qur'an secara tahlili (analisis),
maupun tafsir-tafsir husus mengenai al-Fatihah yang
secara maudlu'l (tematis), analitis, atau tematis
ditulis
sekaligus
analitis.
Surat al-Fatihah merupakan surat
yang
paling banyak
penafsirnya dibanding dengan surat-surat lainnya. Tak jarang
seorang ahli hanya menulis tafsir al-Fatihah
saja.
Kecuali
itu, biasanya penafsiran dan uraian terhadap ayat-ayat dalam
surat al-Fatihah lebih panjang lebar dibanding dengan yang
lainnya. Sebagai contoh tafsir
mencapai 293 halaman. Ini
al-Fatihah dari
menunjukkan
untuk kajian surat al-Fatihah ini akan
bahwa
Imam Razi
sumber-sumber
memadai,
namun
ini
pun mengingatkan bahwa kandungan surat ini sangat luas.
Sumber-sumber kajian yang digunakan
dalam
ini terdiri dari dua macam sumber, yaitu sumber
penelitian
primer
dan
sekunder. Yang dimaksud dengan sumber primer adalah al-Qur'
an al-Karim dan Sunnah Rasul. Realisasi dari
tersebut dalam kajian ini
difokuskan
kepada
sumber
primer
tafsir-tafsir
dengan kerakteristik tertentu yang akan dijelaskan kemudian.
Yang tidak masuk pada kategori sumber
primer dikategorikan
sebagai sumber sekunder, yang mencakup tafsir-tafsir
diluar
25
karakteristik yang dijelaskan dan buku-buku penunjang
lain
nya yang dapat memberikan penjelasan dan pengayaan lebih lu
as, baik yang berhubungan dengan materinya secara langsung
maupun yang berhubungan dangan perangkat alat, seperti
ilmu
kebahasaan dan Iain-lain.
Ada beberapa pertimbangan dalam menentukan tafsir (alQur'an al-Karim dan Sunnah) yang dikategorikan sebagai
sum
ber primer di sini, antara lain :
1. Ditinjau dari segi mujtaair (penafsir)-nya.
Popularitas
seorang penafsir biasanya menunjukkan kredibilitas tafsir
yang ditulisnya. Popularitas
ini
dipertimbangkan
dalam
memilih tafsir sebagai sumber kajian di sini, tapi
tidak
menjadi bahan pertimbangan yang utama. Yang dipandang pa
ling penting diperhatikan dalam pertimbangan ini menyangkut kredibilitasnya sebagai penafsir,
yakni
mempunyai cukup syarat untuk menafsirkan atau
apakah
dia
mengungkap
makna yang dikandung oleh suatu ayat.
Melihat syarat-syarat atau kredibilitas penafsir ini ten
tu saja dari kualitas tafsir yang ditulisnya.
Dalam
hal
ini penulis tidak akan terpaku dengan semua syarat yang
telah ditetapkan oleh para ahli. Dari berbagai macam sya
rat yang telah ditetapkan, penulis akan sangat menekankan
pada segi kebahasaan. Jika penulis menemukan suatu penafsiran yang ditinjau dari barbagai segi
kebahasaan
dapat
dipertanggung-jawabkan, maka untuk kepentingan sumber ka
jian dalam penelitian ini
penulis memandangnya sebagai
26
tafsir yang memenuhi syarat, sebab bahasa Al-Qur'an tidak
sama dengan bahasa pada umumnya yang hanya lahir dari
kebiasaan-kebiasaan. Ia lebih tepat dikatakan sebagai ba
hasa mu'.iiaat, sehingga penafsirannya dari sisi bahasa
saja (secara benar dan dapat dipertanggung jawabkan) ti
dak akan menimbulkan kesesatan.
Muhammad Abduh memandang bahwa seseorang yang hanya mampu
mengungkap makna yang bersifat global dari suatu ayat ka
rena pengetahuan bahasanya yang
kurang
mendalam
diakui
sebagai penafsirannya, tapi tentu tafsir tingkat paling
rendah (Ridla,tt,I:21). Alasan lainnya, bahwa
kajian
di
sini akan difokuskan kepada kajian situasional yang pada
dasarnya ditunjukkan oleh susunan atau bahasanya.
Jadi penafsir yang disamping memiliki
kemampuan
bahasa
yang mamadai, memiliki juga kemampuan lain yang menunjang
penafsirannya, ia telah berada di atas syarat minimal da
lam pertimbangan penentuan sumber kajian di sini.
2. Ditinjau dari segi fokusnya. Yang dimaksud fokus di
adalah
orientasi
penafsiran
yang
biasanya
sini
merupakan
refleksi dari bidang keahlian penafsirnya. Perbedaan
ahlian atau fokus penafsiran ini sering nampak pada
ke-
taf
sir yang ditulisnya. Ada yang memokuskan kepada hukum se
perti Ibn Arabi dan Al-Qurthubi, ada yang memokuskan atau
menghubungkannya dengan ilmu pengethuan
empirik seperti
Al-Jauhari, dengan fisafat seperti Ar-razi,
ilmu pengetahuan lainnya.
dan dengan
27
Di dalam satu wilayah fokus yang sama pun bisa terjadi
Perbedaan yang mencolok, seperti antara tafsir hukum Ibn
Arabi dengan Al-Qurthubi. Ibn Arabi hanya mengungkapkan
hukum dikandung ayat dan memberinya dukungan dengan mengemukakan beberapa dalil atau riwayat-riwayat lainnya.
Lain halnya dengan Al-Qurthubi, kecuali seperti Ibn Arabi
di atas, ia pun berusaha mengungkap keluasan makna yang
dikandung ayat dengan menggalinya dari segi kebahasaan
secara luas dan mendalam.
Maka pemilihan tafsir Al-Qurthubi sebagai
sumber
kajian
dalam penelitian ini lebih tepat dibanding dengan
tafsir
Ibn Arabi, dan pemilihan tafsir
Ar-Razi
yang
berbicara
banyak segi akan lebih banyak kontribusinya terhadap
pe
nelitian ini dibanding dengan tafsir Al-Qurthubi (sebagai
tafsir hukum). Jadi pertimbangan
dilihat dari kontribusinya
fokus
terhadap
tafsir
fokus
di
dan
sini
masalah
yang diteliti.
3. Ditinjau dari segi pendekatan atau metode yang digunakan.
Ada tiga pendekatan yang telah banyak digunakan oleh para
ahli dalam menafsirkan Al-Qur'an, yaitu pendekatan
keba
hasaan, pendekatan ma'tsur (riwayat), dan pendekatan to.1™tl (pengungkapan simbol atau isyarat). Pendekatan
keba
hasaan berusaha mengangkat makna dan maksud al-Qur'an dedengan menekankan pada
kajian
segi
bahasa,
pendekatan
ma'tsur dengan menekankan pada kajian riwayat (Al-Qur'an,
sunnah, dan perkataan sahabat), sedang pendekatan
ta'wil
28
berusaha menangkap isyarat-isyarat dengan kemampuan intelek, intuisi dan pengalaman keagamaan.
Berdasar atas tiga pendekatan tersebut, urutan
tafsir yang dipilih dalam penelitian ini adalah
1. Tafsir yang menggunakan
ketiga
pendekatan
prioritas
:
tersebut,
seperti tafsit Imam Razi.
2. Tafsir yang menggunakan pendekatan riwayat dan kebaha
saan,
seperti tafsir Ath-Thabari.
3. Tafsir yang menggunakan
pendekatan
riwayat,
seperti
tafsir Ibn Katsir.
4. Tafsir yang menggunkan pendekatan kebahasaan dan
ta'-
wil, seperti tafsir Ruhul Bayan.
5. Tafsir yang menggunakan pendekatan kebahasaan, seperti
tafsir Zamakhsyari.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Metode Hermeneutika/Tafsir
Upaya pengkajian dan penafsiran al-Qur'an telah dimulai
sejak al-Qur'an itu diturunkan pada masa
Upaya ini terus berlanjut sampai zaman
hidup
Rasulullah.
modern
ini,
dewasa
bahkan akan terus berlanlanjut sampai nanti akhir zaman.
Pa
da setiap masa dan semua abad hampir selalu muncul kitab-ki-
tab yang merupakan kajian husus
atau
dengan corak, fokus, serta aliran
yang
penafsiran .al-Qur'an
berbeda-beda,
dalam ukuran besar, sedang maupun kecil. Kenyataan
nunjukkan bahwa upaya pengkajian atau
ini
penafsiran
itu telah memiliki sejarah dan tradisi yang
baik
me
al-Qur'an
sangat
panjang
dan mapan
Upaya ke arah itu akan terus berlanjut dan tetap
tuhkan, sebab al-Qur'an diturunkan untuk membimbing
dibumanusia
dalam memecahkan berbagai permasalahan hidup.dan
kehidupan
nya di segala zaman,
baru
sedangkan
masalah-masalah
yang
membutuhkan jawaban daripadanya sangat banyak dan berkembang
terus (Abdul Djalal,
1990:15).
Persoalan pengkajian atau penafsiran ini
secara
lang
sung menyangkut masalah hermeneutika, yakni ilmu tafsir (Ya-
apar,1992:7). Hermeneutika berasal dari
bahasa
latin
yang
berarti "menafsirkan". Dewa Hermes turun dari gunung Olympus
52
54
ini makna yang terkandung dalam suatu naskah
bisa
memiliki
dimensi lain dan berkembang lebih luas. Kecuali memberi arah
dan mengembangkan makna, tehnik ini pun bisa memberikan
pe-
nilaian terhadap makna-makna yang
dua
diungkapkan
melalui
tehnik terdahulu. Dengan demikian validitas dua tehnik
ter
sebut bukan hanya terletak pada pengetahuan dan keterampilan
dalam mengaplikasikan kaidah kebahasaan (tafsir) dan mengem
bangkan intuisi (ta'wil), melainkan terletak pula pada sejauh mana kaitannya dan mendapat justifikasi dari
naskah-nas-
kah lainnya (al-Qur'an, Hadits atau perkataan/pendapat
para
sahabat) yang dikembangkan dalam tehnik ma'tsur.
Maka makna-makna yang diungkap melalui dua tehnik per
tama itu akan menjadi sangat kokoh keberadaannya jika menda
pat justifikasi dari tehnik ketiga.
Sebaliknya,
tidak bisa diterima atau dibernarkan jika
makna
ternyata
itu
berten-
tangan dengan naskah-naskah (riwayat) tehnik ketiga yang sahih.
Dengan ketiga tehnik tersebut di atas,
metode hermeneutika
yang
digunakan
dalam
berbeda dengan hermeneutika yang ditemukan
dunia Barat dewasa ini yang secara umum
Ricoeur disebut sebagai hermeneutics
of
jelaslah
bahwa
penelitian
dalam
disebut
ini
pemikiran
oleh
suspicion.
Yaapar (1992:8) menyebut hermeneutika yang menggunakan
Paul
Salleh
teh-
nik-tehnik tersebut sebagai "hermeneutika kerohanian". Menu
rutnya, penggunaan tehnik-tehnik tersebut dalam metode
meneutika ini tidak hanya bertujuan untuk
mengungkap
her
makna
55
yang berada pada perraukaan
naskah
atau
simbol,
melainkan
memungkinkan peneliti bertemu dengan makna-makna yang berada
di balik simbol-simbol tersebut.
Agar raendapat gambaran yang lebih jelas tentang
metode
dan tehnik-tehnik tersebut, berikut ini akan dijelaskan
pe
ngertian dan cara penggunaannya.
a.
Tehnik
Tafsir
Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa tehnik tafsir
di
sini adalah pengertian tafsir secara sempit, yakni suatu ca
ra mengungkapkan atau menjelaskan makna yang terkandung
lam suatu naskah atau ayat al-Qur'an al-Karim
dengan
da
bero-
perasi pada permukaan naskah (exoteric exegete)(Yaapar,1992:
8), atau secara semiotik (Zaimar, 1990:20). Definisi
tafsir
yang lebih menekankan pada kajian kebahasaan seperti ini di
kemukakan pula oleh Imam Abu Hayan penulis tafsir
al-Bahrul
Muhieth (As-Suyuthi,1973,11:174).
Dengan meletakkan tehnik tafsir
dalam penelitian ini berarti
sebagai
ayat-ayat
dahulu dikaji dari segi kebahasaan.
langkah
al-Qur'an
Penetapan
awal
terlebih
langkah
ini
tidak berarti berpandangan bahwa pengkajian atau pengungkapan makna dengan tehnik
ma'tsnr
kurang
atau lebih rendah daripada kajian
mendapat
kebahasaan.
diambil semata-mata karena pertimbangan
bahwa
perhatian
Langkah
"kebahasaan"
(hususnya bahasa Arab) merupakan alat yang paling vital
lam penafsiran
atau
kajian
ini,
sebab
ini
kajian
da
dengan
56
menggunakan tehnik ta'wil dan ma'tsnr pun tidak mungkin bisa
dilakukan kalau segi bahasa tidak dikuasai. Apa yang dilakukan oleh Syekh Naguib Alatas (1979:1 dan 36) dalam
kat istilah ta'dib sebagai kata kunci dalam
mengang
pendidikan
me
rupakan contoh yang menggunakan pendekatan kebahasaan secara
dominan.
Orang yang hendak mengkaji al-Qur'an
harus
memberikan
perhatian yang sungguh-sungguh terhadap bahasa Arab al-Qur'
an. Ini tidak bisa dielakkan dan tidak bisa
diganti
dengan
yang lain, sebab memahami al-Qur'an dari bahasa aslinya
me
rupakan kepentingan yang paling hakiki, demikian DR.Beheshti
menandaskan (1987:14). Dengan mengutip dari uraian Imam Sya-
tibi, Al-Qasimi (1978,1:63) mengemukakan pernyataan yang le
bih tandas lagi, bahwa setiap makna yang digali dari al-Quran al-Karim yang tidak sejalan dengan
kaidah-kaidah
bahasa
Arab, maka makna itu dianggap tidak mempunyai hubungan sedi
kit pun dengan ulumul Qur'an, dan dianggap
tidak
mempunyai
faedah serta arti apa-apa.
Analisis yang menggunakan tahnik
tafsir
ini
mencakup
beberapa macam analisis sesuai dengan aspek-aspek kebahasaan
dalam bahasa Arab.
Antara lain
:
1. Analisis lughavjiyah C l&kskografi}.
Maksudnya adalah menganalisis makna kata-kata yang digu
nakan dalam ungkapan atau
ayat
bersangkutan,
dari segi budaya dan penggunaannya di waktu ayat
but
diturunkan.
Sekaitan
dengan
ini,
DR.
terutama
terse
Baheshti
57
mengingatkan tiga hal, yaitu a) al-Qur'an
adalah
kitab
suci berbahasa Arab, b) bahasa itu adalah bahasa di
ja-
man Rasulullah hidup, dan c) ayat-ayat al-Qur'an itu di-
wahyukan dan disampaikan secara
pernah mengingatkan kepada
para
lisan.
Umar
sahabat
r.a.
lainnya
pun
pada
waktu itu; ia berkata : "Wahai mamisia, peliharalah kumpulan syairmu di masa jahilyahmu itu, sebab di sana ter-
dapat tafsir/penjelasan bagi kitab kamu sekalian (Al-Qa-
simi,1978,1:101). Artinya, dalam bahasa
mereka
(orang-
orang Jahiliyah), termasuk syair-syairnya, terdapat pembendaharaan yang dapat menjelaskan kata,
ungkapan
kalims|t dalam al-Qur'an al-Karim. Al-Qur'an
atau
disampaikan
kepada mereka secara lisan dan sangat komunikatif dengan
bahasa lisan mereka. Sebagai contoh,
Umar
r.a.
pernah
bertanya kepada mereka tentang makna takhawwnf (
)
yang terdapat dalam suara an-Nahl ayat 47, kemudian
lah seorang dari
mereka
menjelaskannya
bahwa
sa
artinya
adalah jLanaqqush (berkurang) dengan membacakan satu bait
syair.
Dalam melaksanakan penganalisisan ini penulis akan meru
juk kepada kamus yang sementara ini dipandang paling mewakili untuk maksud tersebut, yaitu kamus
Lisanul
Arab
karangan Syekh Ibn Mandhur.
2.
Analisis sharfiyah CmorfologikJ.
Untuk mencari makna itu, kecuali dilacak dari
pengguna-
annya dalam kontek budaya pada waktu turunnya, kata
itu
58
dianalisis pula dari segi istiqaqnva, (morf ologik).
Imam
Fakhruddin
Razi
Ar-Razi
yang
dikenal
dengan
Imam
berpendapat bahwa cara yang paling baik dalam menganali
sis makna kata-kata adalah dengan cara istigaq (Ar-Razi,
1990,1:21), yaitu dengan melacak bentuk-bentuk asal atau
dasar -dari kata itu, juga bentuk-bentuk pengembangannya.
Menurutnya, ada dua macam istigaq. yaitu istiaaa ashghar
(kecil) dan istigaq aknax (besar).
Yang dimaksud dengan istigaq kecil adalah perubahan ben
tuk-bentuk kata dari satu kata
dasar
(mashdarJ>
kepada
bentuk-bentuk pengembangannya dengan tidak menambah atau
mengurangi huruf dasar/pokoknya. Seperti perubahan
kata dasar (mashdar-> menjadi bentuk kata
kerja
dari
lampau,
kata kerja sedang/akan, bentuk subyek (isim. fa'ilX ben
tuk obyek c"isim maf 'ul->
bentuk.
dan
Iain-lain
sampai
Masing-masing dari sepuluh bentuk ini
kembangkan lagi menjadi tiga,
sepuluh
bisa
di
enam atau empat belas ben
tuk, sehingga dari satu kata dasar ini
menjadi 65 bentuk.>Kemudian pengembangan
berkembang
bisa
lainnya,
satu
kata dasar ini bisa dirubah bentuk wazan~nya
(perubahan
pola dasar) sampai enam kali bahkan bisa lebih, sehingga
sebenarnya satu kata dasar dalam bahasa
Arab
ini
dikembangkan menjadi 390 bentuk kata bahkan bisa
bisa
lebih.
Pengembangan kata sejauh ini baru ditinjau dari segi is
tigaq
kecil Cashghar-X
Yang
dimaksud
dengan
istiaaa
akbar
(besar)
adalah
59
perubahan yang terjadi pada kata dasar, di
mana
huruf yang ada pada kata dasar itu bisa berubah
nya menjadi huruf awal sebanyak jumlah
huruf
nyertainya. Kalau kata dasar itu mempunyai
setiap
posisi-
yang
tiga
me-
huruf,
ketiga huruf tersebut bisa menjadi huruf awal, sehingga
akan lahir daripada