KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA STUDI ANALISIS QUR’AN SURAT AL BAQARAH AYAT 132-133 DALAM TAFSIR IBNU KATSIR SKRIPSI

  

KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA

STUDI ANALISIS QUR’AN SURAT AL BAQARAH

AYAT 132-133 DALAM TAFSIR IBNU KATSIR SKRIPSI

  

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

OLEH SITI SUKRILAH NIM: 11111144 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

  

KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA

STUDI ANALISIS QUR’AN SURAT AL BAQARAH

AYAT 132-133 DALAM TAFSIR IBNU KATSIR SKRIPSI

  

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

OLEH SITI SUKRILAH NIM: 11111144 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

KEMENTERIAN AGAMA RI FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN(FTIK)

  Jl. Stadion 03 telp. (0298) 323706, 323433 salatiga 50721 Website-mail: administrasi@iainsalatiga.ac.id Mufiq, S.Ag., M.Phil.

  DOSEN IAIN SALATIGA

  Persetujuan Pembimbing

  Lamp : 4 Eksemplar Hal : Naskah Skripsi Saudari :SITI SUKRILAH

  Kepada: Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga . di Salatiga

  Assalamu’alaikum Wr. Wb

  Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi mahasiswa: Nama : SITI SUKRILAH NIM : 111 11 144 Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI) Judul :KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM

  KELUARGA STUDI ANALISIS QUR‟AN SURAT AL

  BAQARAH AYAT 132-133 DALAM TAFSIR IBNU KATSIR

  Dengan ini kami mohon skripsi mahasiswa tersebut di atassupaya segera dimunaqasyahkan. Demikian agar menjadi perhatian.

  Wassalamu’alaikum Wr. Wb

  Salatiga, 29 Agustus 2015 Pembimbing Mufiq, S.Ag., M.Phil.

  NIP. 19690617 199603

  1004

KEMENTERIAN AGAMA RI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN(FTIK)

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

  Jl. Stadion 03 telp. (0298) 323706, 323433 salatiga 50721 Website-mail: administrasi@iainsalatiga.ac.id

  

SKRIPSI

KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA

STUDI ANALISIS QUR’AN SURAT AL BAQARAH

AYAT 132-133 DALAM TAFSIR IBNU KATSIR

  

DISUSUN OLEH

SITI SUKRILAH

NIM 111 11 144

  Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 22 September 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam.

  Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji : Dr. Agus Waluyo, M.Ag.

  Sekretaris Penguji : Mufiq, S.Ag., M.Phil. Penguji I : Imam Mas Arum, M.Pd. Penguji II : Siti Rukhayati, M.Ag.

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

  Saya yang bertanda-tangan di bawah ini: Nama : SITI SUKRILAH NIM : 111 11 144 Jurusan : Pendidikan Agama Islam

  Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri bukan jiplakan karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

  Salatiga, 29 Agustus 2015 Yang Menyatakan Siti Sukrilah NIM. 111 11 144

  

MOTTO

“Sesungguhnya Allah menilai proses, tidak sekedar hasil akhir” PERSEMBAHAN Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya, penulis persembahkan skripsi ini kepada:

  1. Alm. Bapakku dan Ibundaku tercinta, Bapak Moh Daman Huri Alm. dan Ibu

  Mir‟atun yang telah banyak berkorban tanpa letih dan pamrih demi kesuksesan putrinya.Terimakasih atas cinta, kasih sayang, doa, bimbingan dan nasihat dalam kehidupan ini. Semoga selalu diberikan kesehatan, kebahagiaan, dan mendapat limpahan kasih sayang Allah Swt dunia akhirat.

  2. Kakak-kakakku tersayang, Mba Kholidatun, Mba Istiqlaliyah, Mba Muttaqiyatun, Mba Siti, Mba Sol, Mba Hayati, Mas Muttaqin, Mas Najib, Mas Mujib, Mas Syakir yang telah membantu membiayai sekolah dan kuliahku, yang selalu memberi arahan, motivasi, doa dan sumber inspirasi dalam hidupku. Semoga sehat selalu, diberi keselamatan di dunia dan akhirat kelak, dimudahkan rezekinya dan selalu dalam kebahagiaan dan lindungan Allah Swt.

  3. Bapak/Ibu guru dari RA, MI, MTs., MA, serta Bapak/Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah mengajar dan membimbingku hingga mengetahui berbagai ilmu pengetahuan. Semoga selalu diberi kesehatan, keselamatan serta keberkahan hidup oleh Allah SWT.

  4. Sahabatku dari kecil hingga sekarang yang selalu memberikan motivasi dalam hidupku. Semoga amal baiknya selalu diterima oleh Allah SWT.

KATA PENGANTAR

  Assalamu‟alaikum Wr. Wb

  Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah Swt.

  Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah Saw, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.

  Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan Islam. Skripsi ini adalah “KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA STUDI ANALISIS QUR‟AN SURAT AL BAQARAH AYAT 132-133 DALAM TAFSIR IBNU KATSIR

  ”. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.

  Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

  3. Siti Rukhayati M.Ag. , selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI).

  4. Mufiq, S.Ag., M.Phil., sebagai Dosen Pembimbing skripsi yang telah memberikan bantuan dan bimbingan dengan ikhlas dan sabar serta pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

  5. Drs. H. Moh. Saerozi, M.Ag., sebagai pembimbing sebelumnya yang telah memberikan bantuan dan bimbingannya dengan ikhlas dan sabar sertapengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis.

  6. Dra. Ulfah Susilowati. M.Si. selaku Dosen pembimbing akademik yang telah membantu peneliti selama menuntut ilmu di IAIN Salatiga.

  7. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.

  8. Karyawan-karyawati IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta bantuan.

  9. Sahabat-sahabatku Sulastri, Mila, Ani, Ana, Setya, Iis, Ma‟rifah,terima kasih atas dukungan, motivasi serta inspirasinya.

  10. Teman-teman seperjuanganku angkatan 2011, khususnya teman-teman PAI kelas D.

  11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga atas pelayanannya yang sangat baik.

  12. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian skripsi ini semoga amal kebaikannya diterima di sisi Allah Swt.

  Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta mendapatkan balasan yang berlipat ganda amiin. Penulis sadar bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mohon saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penelitian skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya maupun pembaca pada umumnya dan memberikan sumbangan bagi pengetahuan dunia pendidikan. Aamiin ya robbal „alamiin.

  Wassalamu‟alaikum Wr. Wb

  Salatiga, 29 Agustus 2015 Penulis, Siti Sukrilah

  

ABSTRAK

  Sukrilah, Siti. 2015. Konsep Pendidikan Tauhid dalam Keluarga Studi Analisis

  Qur‟an Surat Al Baqarah Ayat 132-133 Dalam Tafsir Ibnu Katsir. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah

  dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Mufiq, S.Ag., M.Phil..

  Kata Kunci: Konsep Pendidikan Tauhid, Keluarga

  Pendidikan tauhiddalam keluarga merupakan dasar terpenting dalam pembentukan diri pribadi suatu insan yang berguna untuk menghadapi masa depan yang penuh tantangan. Pendidikan tauhid dalam keluarga yang baik diharapkan kehidupan suatu umat akan semakin baik dan maju sehingga dengan ini akan menimbulkan adanya keteguhan iman umat muslim sepanjang hayat. Pendidikan tauhid dalam keluarga pada era kemajuan teknologi seperti sekarang ini semakin tidak mudah untuk diterapkan pada kenyataannya.Pendidikan tauhid yang pertama kali harus dimulai adalah dari sebuah keluarga. Salah satunya adalah melalui teladan, latihan, dan pembiasaan diriseperti dalam qur‟an surah al Baqarah ayat 132-133 yang terdapat dalam Tafsir Ibnu Katsir.

  Fokus penelitian yang akan dikaji adalah: 1. Bagaimana biografi Ibnu Katsir. 2. Bagaimana konsep pendidikan Tauhid dalam Islam menurut al Qur‟an Surat al Baqarah ayat 132-133. 3. Bagaimana konsep pendidikan tauhid dalam keluarga menurut Ibnu Katsir. 4. Relevansi konsep pendidikan tauhid dalam keluarga menurut Tafsir Ibnu Katsir di kehidupan sekarang.

  Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research), sedangkan dalam pengumpulan datanya menggunakan metode dokumetasi

  

(documentation research methode), analisis data yang digunakan dalam skripsi ini

adalah analisis isi (content analysis).

  Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: 1. Ibnu Katsir adalah seorang ahli tafsir dan sejarah ternama. Ia juga seorang ahli fiqih dan ahli hadis. Ibnu Katsir lahir pada tahun 700 H/1300 M di timur Bashri yang masuk wilayah Damaskus dan wafat pada tahun 774 H di Damaskus. Salah satu karya ilmiah Ibnu Katsir yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah kitab

  Tafsîr al Qurân al „Azîmyang

  termasyhur dengan sebutan Tafsir Ibnu Katsir pada Qur‟an Surat al Baqarah ayat 132-133. 2. Konsep pendidikan tauhid dalam Islam menurut al Qur‟an Surat al Baqarah ayat 132-133 merupakan proses membimbing manusia untuk tetap teguh kepercayaannya bahwa Allah Maha Esa dan hanya tunduk kepada-Nya sampai akhir hayat. 3. Sedangkan konsep pendidikan tauhid dalam keluarga menurut Ibnu Katsir dalam Qur‟an Surat al Baqarah ayat 132-133 adalah, upayamembinamanusiadalammenyerahkandirisecaramutlakkepadaAllah SWT sepanjang hayatnya dalam keluarga secara berkesinambungan sampai keturunannya di masa depan kelak meskipun berbeda cara atau metode dalam pelaksanaannya. 4. Adapun relevansi pendidikan tauhid dalam keluarga dimasa sekarang adalah bahwa pendidikan tauhid di masa sekarang ini harus berusaha lebih keras lagi untuk terus memperhatikan dengan membuat metode yang variatif agar anak didik dapat mengikuti dengan nyaman dan tidak terbebani akan aturan- aturan yang harus dilaluinya untuk mencapai tujuan dari pendidikan tauhid ini.

  

DAFTAR ISI

  Halaman SAMPUL ................................................................................................................. i LEMBAR BERLOGO .......................................................................................... ii JUDUL .................................................................................................................. iii PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................... iv PENGESAHAN KELULUSAN ........................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .......................................................... .. vi MOTTO ................................................................................................................ vii PERSEMBAHAN ................................................................................................. viii KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix ABSTRAK ............................................................................................................ xi DAFTAR ISI ...................................................................................................... ..xiii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi

  

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................ 5 C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 5 D. Kegunaan Penelitian ........................................................................ 6 E. Metode Penelitian............................................................................. 7 F. Definisi Operasional ......................................................................... 12 G. Sistematika Penulisan ..................................................................... 15

  

BAB II BIOGRAFI IBNU KATSIR ............................................................... 16

A. Riwayat Hidup Ibnu Katsir .............................................................. 16

  1. Riwayat Keluarga ........................................................................ 16

  2. Riwayat Pendidikan ..................................................................... 17

  3. Karya-karya Ibnu Katsir .............................................................. 19

  4. Riwayat Pengabdian .................................................................... 21

  B. Sistematika Tafsir Ibnu Katsir ......................................................... 22

  1. Gambaran Umum Tafsir Ibnu Katsir ........................................... 22

  2. Metode Tafsir Ibnu Katsir ............................................................ 24

  3. Corak Tafsir Ibnu Katsir .............................................................. 24

  4. Karakteristik ................................................................................. 25

  

BAB III KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA .......... 28

A. Pengertian ........................................................................................ 28 B. Konsep Pendidikan Tauhid dalam Al Qur‟an .................................. 32 C. Konsep Menurut Ibnu Katsir ........................................................... 37 BAB IV RELEVANSI KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA ....................................................................................... 46 A. Analisis Qur‟an Surat Al Baqarah Ayat 132-133 ............................ 46 B. Relevansi Konsep Pendidikan Tauhid dalam Keluarga Di kehidupan Sekarang ........................................................................................... 51

  

BAB IV PENUTUP ........................................................................................... 61

A. Kesimpulan ..................................................................................... 61 B. Saran ............................................................................................... 64 C. Penutup .......................................................................................... 65 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran

  1 Surat Tugas Pembimbing Skripsi Lampiran

  2 Daftar Nilai SKK Lampiran

  3 Lembar Bimbingan Skripsi Lampiran

  4 Riwayat Hidup Penulis Lampiran

  5 Lembar Power Point

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan sebagai suatu bentuk kegiatan manusia dalam kehidupannya

  juga menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai, baik tujuan yang dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk secara khusus untuk memudahkan pencapaian yang lebih tinggi. Pendidikan merupakan bimbingan terhadap perkembangan manusia menuju ke arah cita-cita tertentu, maka yang merupakan masalah pokok bagi pendidikan ialah memilih arah atau tujuan yang ingin dicapai (Hasbullah, 2009: 10). Dengan begitu hal yang paling utama adalah dalam rangka penghambaan diri terhadap Allah SWT dengan waktu yang telah dianugerahkan kepada manusia selama masih hidup.

  Prof. Dr. Kamal Hasan memberikan penjelasan pendidikan dalam perspektif Islam, adalah suatu proses seumur hidup untuk mempersiapkan seseorang agar dapat mengaktualisasikan peranannya sebagai khalifatullah di muka bumi. Dengan kesiapan tersebut, diharapkan dapat memberikan sumbangan sepenuhnya terhadap rekonstruksi dan pembangunan masyarakat dalam mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat (Kurniasih, 2010: 63).Hal itu dimulai dari lingkup yang paling kecil yaitu sebuah keluarga tempat dimana seorang anak tinggal.

  Orangtua memiliki kewajiban untuk membentuk generasi pengubah peradaban.Salah satu caranya adalah dengan mengembangkan kreativitas anak- anak dengan nilai-nilai spiritualitas.Berdasarkan ajaran Islam, tanggung jawab pendidikan, pembentukan kualitas, dan kepribadian anak merupakan tanggung jawab kedua orang tua (Kurniasih, 2010: 149). Tidak bisa orang tua menyalahkan orang lain jikalau anak sedang terpengaruh oleh budaya luar yang tidak sesuai dengan norma.

  Pada masa sekarang ini, pengaruh keluarga mulai melemah karena perubahan sosial, politik, dan budaya yang terjadi.Keluarga telah kehilangan fungsinya dalam pendidikan.Sebagian tanggung jawab keluarga beralih kepada orang-orang yang menggeluti profesi tertentu, seperti halnya pabrik roti, benang, tekstil dan lain-lain.Pabrik roti, benang, tekstil berperan sebagai sesuatu yang dijadikan tumpuan bagi orang tua dalam memenuhi kebutuhan untuk keluarga sehari-hari.Jika diamati, hal tersebut telah mengambil waktu dan tenaga yang banyak dari setiap harinya sehingga waktu untuk keluarga adalah waktu untuk istirahat.Kalaupun dapat dilakukan untuk keluarga masih kurang maksimal.Di sinilah orang tua seharusnnya sadar bahwa anak-anak sekarang mengalami kerugian yang besar.Karena kurangnya kebersamaan antara anak dengan orang tua, sehingga anak kurang memiliki kedekatan emosional dengan mereka yang menyebabkan anak kurang begitu peka terhadap mereka.Di sini keluarga memiliki peranan yang besar dalam mendidik dan mempengaruhi anak-anak (Zurayk, 1994: 21). Dengan waktu-waktu yang telah dilalui, maka apa saja yang telah dilihat, didengar, dan dirasakan anak merupakan suatu pembelajaran untuknya di masa depan nanti. Banyak sekali orang tua tidak dapat lagi mendampingi serta medidik anaknya karena waktu yang telah tersita oleh pekerjaan mereka untuk memenuhi materi keluarga.

  Lembaga pendidikan, harus melatih anak didiknya untuk bersikap sopan, mempunyai sikap sosial yang baik, menjadi warga negara yang baik, disiapkan untuk mengambil tempat yang tepat di dunia, untuk bekerja sama dengan orang lain namun memiliki pandangan mandiri, untuk mematuhi aturan pendisiplinan (Kane, 2004: 216). Pendidikan anak tergantung sejauh mana kerja sama antara sekolah dan keluarga, guru dan orang tua (Zurayk, 1994: 23). Tidak hanya dilepas begitu saja setelah diserahkan di dalam sebuah lembaga pendidikan, kemudian dengan mudah mengkambing hitamkan lembaga pendidikan jika anak berbuat sebuah penyelewengan.Akan tetapi tetap ada pantauan dan interaksi yang mendukung untuk perkembangan pendidikan anak hingga kembali berkumpul keluarga.

  Untuk membentuk anak yang saleh, dibutuhkan pendidikan yang terarah sebagaimana diajarkan Al- Qur‟an.Pendidikan agama, pendidikan budi pekerti dan pendidikan moral perlu ditanamkan sedini mungkin kepada anak sehingga terbentuk karakter anak yang jelas menjadi dambaan orang tua, nusa, bangsa dan agamanya (Marijan, 2012: 18). Gangguan pada pertumbuhan kepribadian seseorang mungkin disebabkan pecahnya kehidupan keluarga batih (keluarga yang terdiri dari: suami/ayah, istri/ibu, dan anak-anak yang belum menikah) secara fisik maupun mental (Soekanto; 23). Banyak dijumpai terbentuknya keluarga yang kurang persiapan matang sebelumnya, sehingga banyak terjadi masalah-masalah yang tidak bisa di atasi dan menimbulkan meluasnya masalah hingga dampaknya sampai ke masyarakat.

  Orang tua tidak bisa cuci tangan terhadap moral si anak.Telah menjadi pendapat umum bahwa keteladanan lebih berharga bagi tumbuh dan berkembangnya moral anak daripada seribu nasihat.Keteladanan yang diikuti pembelajaran adalah dua perilaku yang menyatu, membangun bangunan kokoh tak mudah untuk digoyahkan.Kokoh sekali (Marijan, 2012: 40).Berpedoman pada Al Qur‟an mengenai kisah-kisah orang terdahulu yang berpegang teguh pada tali agama Allah layaknya dalam Surat Albaqarah ayat 132-133 terdapat nama-nama seperti Ibrahim, Ismail dan Iskhak, Ya‟qub.

  Bagi kaum muslimin, Ibrahim adalah manusia teladan dalam hal ketaatan kepada Allah dan keteguhan menegakkan tauhid.Ia digamba rkan oleh Alqur‟an sebagai manusia pilihan, kekasih Allah, saleh, siddik, muslim, hanif, dan lain sebagainya. Tidak mengherankan bahwa institusi haji, korban dan khitan, yang dimulai oleh Ibrahim, tetapi dihidupkan oleh Islam (IAIN Syarif Hidayatullah, 1992: 393).

  Dalam Surat al Baqarah ayat 132-133 terdapat ajaran nilai pendidikan anak yang pastinya memiliki cakupan dengan nilai-nilai pendidikan, penulis tertarik mengetahui konsep pendidikan tauhid dalam keluarga dalam ayat tersebut melalui kajian pustaka atas Tafsir Ibnu Katsir.Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat tema tersebut dengan mengambil judul skripsi “KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI ANALISIS QUR‟AN SURAT AL BAQARAH AYAT 132-133 DALAM TAFSIR IBNU KATSIR)”.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis paparkan diatas maka yang menjadi masalah pokok dalam bahasan ini adalah: 1.

  Bagaimana Biografi Tafsir Ibnu Katsir? 2. Bagaimana konsep pendidikan tauhid dalam Islam menurut Alqur‟an Surat

  Albaqarah ayat 132 dan 133? 3. Bagaimana konsep pendidikan tauhid dalam keluarga menurut Tafsir Ibnu

  Katsir? 4. Bagaimana Relevansi Konsep pendidikan tauhid dalam keluarga menurut

  Tafsir Ibnu Katsir di kehidupan sekarang?

  C.Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulis dapat menentukan tujuan penelitian ini adalah:

  1. Untuk mengetahui bagaimana Biografi Tafsir Ibnu Katsir.

  2. Untuk mengetahui bagaimana konsep pendidikan tauhid dalam Islam menurut Alqu r‟an Surat Albaqarah ayat 132 dan 133.

  3. Untuk mengetahui bagaimana konsep pendidikan tauhid dalam keluarga menurut Tafsir Ibnu Katsir.

  4. Untuk mengetahui bagaimana Relevansi Konsep pendidikan tauhid dalam keluarga menurut Tafsir Ibnu Katsir di kehidupan sekarang.

  D.Kegunaan Penelitian

  Manfaat dari penelitian ini dapat dikemukakan menjadi dua sisi:

  1. Manfaat teoritis a.

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis, dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan khususnya dunia pendidikan Islam.

  b.

  Dapat menambah khasanah teoritis tentang konsep pendidikan tauhid dalam keluarga.

  2. Manfaat praktis a.

  Bagi Penulis Menambah wawasan penulis mengenai konsep pendidikan tauhid dalam keluarga untuk selanjutnya dijadikan sebagai pedoman sebagai seorang pendidik.

  b.

  Bagi Lembaga pendidikan Sebagai masukan yang membangun guna meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang ada, termasuk para pendidik yang ada di dalamnya dan penentu kebijakan dalam lembaga pendidikan serta pemerintah secara umum.

  Dapat menjadi pertimbangan untuk diterapkan dalam dunia pendidikan pada lembaga-lembaga pendidikanyang ada di Indonesia sebagai solusi terhadap permasalahan yang ada.

  E.Metode Penelitian

  1. Jenis Penelitian

  Metode penelitian ini merupakan penelitian pustaka (library reseach) yang difokuskan pada penelusuran dan penelaahan literature serta bahan pustaka lainnya.

  2. Sumber Data

  a. Sumber primer Kitab Tafsir Ibnu Katsir karya Imam Jalil Alkhafidz „Imaduddin Abi Fida‟ Ismail Ibnu Katsir Alqurasyiyyu Addimasyqy.

  b. Sumber sekunder Sumber data lain yang digunakan penulis dalam penelitian ini berupa buku-buku lain yang berhubungan dengan permasalahan yang menjadi pokok bahasan penelitian ini, antara lain: TerjemahTafsir Ibnu

  Katsir, Alqur‟an dan terjemahannya DEPAG, Ulumul Qur‟an, Ensiklopedi Tematis dunia Islam,Studi Ilmu Alqur‟an, Ensiklopedi Islam Indonesia, Solusi Alqur‟an, dan buku-buku lain yang bersangkutan

  dengan pembahasan skripsi ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

  Pengumpulan data merupakan suatu langkah penelitian, diperlukan prosedur sistematik, logis dan valid, baik secara langsung (primer) atau tidak langsung (seconder) dan (tersier). Metode ini terkait dengan keperluan analisis dan pelaksanaan pembahasan (process) riset secara benar untuk menemukan kesimpulan, memperoleh jawaban (output) dan sebagai upaya untuk memecahkan suatu persoalan yang dihadapi (Ruslan, 2010: 27)

  Adapun tenik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah dengan mencari dan mengumpulkan buku yang menjadi sumber data primer dan sekunder yang relevan. Setelah data terkumpul maka dilakukan penelaahan serta sistematis dalam hubungannya dengan masalah yang diteliti, sehingga diperoleh data atau informasi untuk bahan penelitian.

4. Teknik Analisis Data

  Menurut Miles & Huberman (1992: 16) bahwa analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi.

  a.

  Reduksi Data Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan. Reduksi data berlangsung terus menerus selama proyek yang berorientasi penelitian kualitatif berlangsung.

  Reduksi data merupakan bagian dari analisis. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

  Dengan “reduksi data” peneliti tidak perlu mengartikannya sebagai kuantifikasi. Data kualitatif dapat disederhanakan dan dalam aneka macam yakni: melalui seleksi yang ketat, melalui ringkasan atau uraian singkat, menggolongkannya dalam satu pola yang lebih luas dan sebagainya. Kadang kala dapat juga mengubah data ke dalam angka-angka atau peringkat-peringkat, tetapi tindakan ini tidak selalu bijaksana.

  b.

  Penyajian Data Menurut Miles & Huberman membatasi suatu “penyajian” sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Mereka meyakini bahwa penyajian-penyajian yang lebih baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih. Dengan demikian seorang penulis yang merupakan juga penganalisis dapat melihat apa yang sedang terjadi, dan menentukan apakah menarik kesimpulan yang benar ataukah terus melangkah melakukan analisis yang menurut saran yang dikisahkan oleh penyajian sebagai sesuatu yang mungkin berguna.

  c.

  Menarik Kesimpulan Penarikan kesimpulan menurut Miles & Huberman hanyalah sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan- kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi itu mungkin sesingkat pemikiran kembali yang melintas dalam pikiran penganalisis (peneliti) selama ia menulis, suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan, atau mungkin menjadi begitu seksama dan makan tenaga dengan peninjauan kembali serta tukar pikiran di antara teman sejawat untuk mengembangkan “kesepakatan intersubjektif” atau juga upaya-upaya yang luas untuk menempatkan salinan suatu temuan dalam seperangkat data yang lain. Makna-makna yang muncul dari data yang lain harus diuji kebenarannya (Huberman, 1992: 16-18).

  Dalam penarikan kesimpulan penulis juga menggunakan metode antara lain: 1) Pendekatan deduktif

  Pendekatan deduktif yaitu penulisan kritik dan esai dengan menetapkan ukuran yang benar-benar dipahami dan diyakini secara objektif dan konsisten.Ukuran yang digunakan diantaranya tentang kaidah moral, kaidah sosial, kaidah hukum, atau kaidah ilmiah.Penulis harus netral, tidak boleh mengikuti emosi dan kehendak sendiri.Penilaian harus diberikan secara jujur dan objektif (Haryanta, 2012: 200).

  Dengan pendekatan deduktif ini penulis menganalisis data yang berupa berbagai interpretasi tafsir Surat Albaqarah ayat 132- 133 baik dari sumber data primer maupun sekunder untuk kemudian ditemukan kekhususan konsep pendidikan tauhid dalam keluarga yang terkandung di dalam surat Albaqarah ayat 132-133. 2) pendekatan Induktif

  Pendekatan induktif yaitu penulisan kritik dan esai dimana penulis dapat langsung mengamati karya sastranya dan langsung membuat kesimpulan berdasarkan penilaian dari sudut pandangnya (Haryanta, 2012: 200-201).

  Berangkat dari analisa konsep khusus pendidikan tauhid dalam keluarga yang terkandung dalam surat Al Baqarah ayat 132-133, kemudian konsep tersebut dapat ditarik kesimpulan yang merupakan esensi dari konsep pendidikan yang terkandung dalam surat Albaqarah ayat 132-133 secara umum. 3) Metode Tahlili

  Metode tahlili adalah metode tafsir yang bermaksud menjelaskan kandungan ayat- ayat al Qur‟an dari seluruh aspeknya, dimulai dengan menguraikan arti kosa kata yang diikuti dengan penjelasan mengenai arti ayat secara global, kemudian mengemukakan munasabah (korelasi) ayat-ayat serta menjelaskan hubungan maksud ayat-ayat tersebut dilanjutkan dengan membahas asbabun nuzul (latar belakang turunnya ayat) dan dalil-dalil yang berasal dari Rasul, atau sahabat, atau para tabi‟in yang kadang-kadang bercampur baur dengan pendapat para penafsir itu sendiri dan diwarnai oleh latar belakang pendidikannya, dan sering pula bercampur baur pembahasan- pembahasan dan lainnya yang dipandang dapat membantu memahami nash al Qur‟an tersebut (Al Farmawi, 1996: 12)

F. Definisi Operasional

  Untuk menghindari kesalahfahaman dengan maksud judul yang penulis angkat, maka akan dijelaskan batasan masing-masing istilah dari judul skripsi ini.

  1. Konsep Pendidikan Tauhid Konsep pendidikan tauhid terdiri dari tiga kata, yaitu konsep,pendidikan dan tauhid.

  a.

  Konsep yang penulis maksud seperti dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia d ijelaskan bahwa, “Konsep yaitu: rancangan, ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret (Pusat bahasa Depdiknas, 2007: 588).

  b.

  Kata pendidikan berasal dari kata didik. Kata didik mendapatkan awalan “me” sehingga menjadi “mendidik” berarti memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya sebuah pengajaran, tuntunan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Kemudian pengertian pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui usaha pengajaran dan pelatihan (Islamuddin, 2012: 3).

  c.

  Kata tauhid berasal dari bahasa Arab tawhîd yang berarti mengesakan. Tauhid adalah meyakini bahwa Allah SWT itu Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Kesaksian ini dirumuskan dalam kalimat syahadat lâ ilâha illâ Allâh (tidak ada Tuhan selain Allah). Kata tauhid adalah bentuk masdar (infinitif) dari kata kerja lampau

  wahhada yang merupakan derivasi dari akar kata wahdah yang

  berarti keesaan, kesatuan, dan persatuan (Dewan Redaksi Ensiklopedi, 1994: 90).

  Berdasarkan beberapa istilah di atas, maka konsep pendidikan tauhid yang dimaksud penulis adalah gambaran dari proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang dalam mengetahui, mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah Yang Maha Esa.

  2. Keluarga Kata keluarga dalam arti sempit didasarkan pada hubungan darah yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang disebut dengan keluarga inti. Sedangkan dalam arti luas, semua fihak yang ada hubungan darah sehingga tampil sebagai

  clan atau marga yang dalam berbagai budaya setiap orang memiliki nama kecil dan nama keluarga atau marga (Ulfatmi, 2011: 20).

  Maka, konsep pendidikan tauhid dalam keluarga adalah gambaran mewujudkan suasana belajar untuk mengembangkan segala potensi secara sadar disertai keyakinan bahwa selalu ada Allah yang Maha Esa dalam sebuah kelompok dimana seseorang tinggal untuk bekal manusia dalam menjalani sebuah kehidupan sebagai khalifatullah di bumi.

  3. Surat Al Baqarah Surat Al Baqarah adalah surat yang terpanjang dalam al Qur‟an yang turun di Madinah dalam masa tidak kurang dari sembilan tahun. Panjangnya masa tersebut, ditambah dengan keragaman penduduk Madinah, baik suku, agama, maupun kecenderungan, menjadikan surah ini mengandung 286 ayat yang keseluruhannya terdiri dari dua setengah juz dari tiga puluh juz ayat-ayat al Qur‟an.

  Al Baqarah (seekor sapi) adalah namanya yang paling populer. Ini karena dalam surah ini ada uraian tentang sapi yang diperintahkan Allah SWT kepada Bani Israil (penganut agama Yahudi) untuk menyembelihnya dalam rangka menampik tuduh menuduh antara mereka menyangkut pembunuhan yang tidak dikenal siapa pelakunya.

  Ia dinamai juga as sinâm yang berarti puncak, karena tiada lagi puncak petunjuk setelah kitab suci ini. Juga

  az Zahrâ‟, yakni terang benderang, karena

  kandungan surah ini menerangi jalan dengan benderang menuju kebahagiaan dunia dan akhirat, serta menjadi penyebab bersinar terangnya wajah siapa yang mengikuti petunjuk-petujuknya (Shihab, 2012: 11-12).

  4. Tafsir Ibnu Katsir Pada dasarnya, Tafsir Ibnu Katsir merupakan sebuah tafsir yang pengarangnya bertumpu pada penjelasan sekadarnya yang hanya berguna bagi ulama tertentu saja. Kemudian para ulama itu memperdalam topik-topik ayat yang ditafsirkan selaras dengan minat mereka secara terinci dan luas.

  Penjelasan sekadarnya itu dimaksudkan agar ulama memperdalam pokok- pokok ilmu tafsir selaras dengan kompetensi naluri keilmuan dan pemahamannya dalam membahas hal-hal yang kompleks menjadi sederhana dan yang sulit menjadi terurai dan gamblang (Rifa‟i, 1999: dalam Pengantar Cetakan Pertama)

  G.Sistematika Penulisan

  Sistematika penulisan skripsi merupakan suatu cara menyusun dan mengolah hasil penelitian dari data serta bahan-bahan yang disusun menurut susunan tertentu, sehingga menghasilkan kerangka skripsi yang sistematis dan mudah dipahami. Adapun sistematika akan penulis jelaskan sebagai berikut:

  BAB I : Pendahuluan, pada bab ini berisi: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian, definisi operasional dan sistematika penulisan.

  BAB II : Berisi Biografi Ibnu Katsir, karya- karya Ibnu Katsir, dan sistematika Tafsir Ibnu Katsir. BAB III : Konsep pendidikan tauhid dalam keluarga yang berisi pengertian, konsep dalam Alqur‟an, dan konsep menurut Ibnu Katsir.

  BAB IV : Relevansi konsep pendidikan tauhid dalam keluarga berisi analisis atas Alqur‟an Surat Albaqarah ayat 132-133, dan Relevansi di kehidupan sekarang.

BAB V : Penutup menguraikan tentang kesimpulan dan saran. BAB II BIOGRAFI IBNU KATSIR A. Riwayat Hidup Ibnu Katsir

  1. Riwayat Keluarga Ibnu Katsir adalah seorang ahli tafsir dan sejarah ternama. Nama lengkapnya ialah Abu al-Fida, Imaduddin Ismail Ibnu Umar Ibnu Katsir al-Quraisyi al-

  Basrawi ad-Dimasyqi, yang terkenal dengan Ibnu Katsir(IAIN Syarif Hidayatullah, 1992: 365).

  Ibnu Katsir merupakan seorang ahli fiqih, ahli hadis, ahli sejarah, dan ahli ta fsir. Hafiz Ibnu Hajar berkata ”Ia adalah seorang ahli hadis dan fuqaha.

  Karangan-karangan Ibnu Katsir itu memenuhi negeri selagi ia masih hidup dan dimanfaatkan setelah ia meninggal ” (Quthan, 1995: 228).

  Ibnu Katsir lahir pada tahun 700 H/1300 M di timur Bashri yang masuk wilayah Damaskus. Pada usia 3 tahun, kira-kira tahun 703 H, ayahnya wafat.

  Sejak saat itu, Ibnu Katsir diasuh oleh kakaknya di Damaskus. Di kota inilah ia pertama kali mengenyam pendidikan,(Ghofur, 2008: 105-106)yaitu pada masa Dinasti Mamluk, dan yang berkuasa pada saat itu adalah Sultan an-Nashir Ibnu Qalawun yang kemudian turun tahta pada tahun 1308 M, dan digantikan oleh al- Malik al-Muzhaffar Baybars al-Jazhangir yang berpusat di Kairo (Jindan, 1999: 26).

  Ibnu Katsir meninggal dunia tak lama setelah menulis kitab al-Ijtihâd fî

  Talab al-Jihâd (Ghofur, 2008: 109).Ia wafat di Damaskus pada tahun 774

  H(Thanthawi, 2013: 143). Ia dikebumikan di pemakaman sufi, tepat di samping makam gurunya, Ibnu Taimiyah(Ghofur, 2008: 109).

  2. Riwayat Pendidikan

  Guru pertama yang membimbing Ibnu Katsir ialah Burhanuddin al-Fazari, seorang ulama penganut mazhab Syafi‟i(Ghofur, 2008: 106). Pada saat itu, Imam Syafi‟i dikenal sebagai salah seorang ahli teori dan sintesis hukum terbesar dalam sejarah intelektual Islamsetelah wafatnya, karena Imam Syafi‟i diberkati memori yang luar biasa dan intelektual yang tajam. Imam S yafi‟i mampu menyelaraskan metodologi hukum Abu Hanifah dan Malik dan menciptakan sebuah sintesis hukum baru yang komprehensif dan original(Mojlum Khan, 2012: 141).

  Selama bertahun-tahun Ibnu Katsir tinggal di Damaskus. Bersama kakaknya, ia hidup sangat sederhana. Meski demikian, tekadnya untuk menuntut ilmu sangat besar. Kecerdasan dan daya hafal yang kuat menjadi modal utama baginya untuk mengkaji, memahami, dan menelaah berbagai disiplin ilmu. Misalnya, tafsir, tarikh, hadis, fiqih, dan sejarah.

  Walaupun dalam hukum fikih ia menyatakan diri sebagai pengikut aliran Syafi‟i, namun hal itu tidak menghalanginya untuk belajar dan mendalami ilmu- ilmu keislaman dari tokoh Ibnu Taimiyah (661-738 H) walaupun sedikit ia terpengaruh oleh jalan pemikiran tokoh tersebut. Oleh karena ia sangat dekat dengan Ibnu Taimiyah dan menyayanginya. Ia pernah difitnah karena dekatnya dengan gurunya tersebut(Ghofur, 2008: 106).Ibnu Taimiyah terjerat fitnah yang menuduhnya sebagai ahli bid‟ah dan dituduh mengajarkan kepada masyarakat bahwa “Allah berada di atas singgasanaNya” itu dapat diterjemahkan dengan Allah turun dari singgasana sebagaimana manusia turun dari tempat duduknya; artinya Allah berada dalam, atau dibatasi dengan ruangan. Kendati berusaha untuk membela diri, namun para sufi terus mendiskreditkan dirinya dipimpin sufi yang sangat berpengaruh pada kala itu, Syeikh Nashr al-Manjibi (Jindan,1999: 43).

  Nama Ibnu Katsir mulai diperhitungkan di jagat intelektual Damaskus, Suriyah, ketika terlibat dalam sebuah penelitian untuk menetapkan hukuman terhadap seorang zindik yang didakwa menganut paham hulûl, yakni suatu paham yang berkeyakinan bahwa Allah bersemayam dalam diri hamba. Penelitian itu diprakarsai Gubernur Suriah, yakni Altunbuga an-Nasiri.

  Walau reputasi akan sikap pribadi dan kecerdasan Ibnu Katsir mulai meroket, namun ia tak cepat puas. Ia bermaksud mendalami ilmu hadis kepada Jamaluddin al-Mizzi (Ghofur, 2008: 106) (654-742 H) seorang tokoh hadis terkenal di Syam/Syiria (yang sekarang di kenal dengan Suriyah) ibu kotanya di Damaskus yaitu pada zaman sebelum Islam adalah ibu kota Kerajaan Romawi Timur.

  Damaskus merupakan kota lama yang dibangun kembali dalam zaman Daulah Bani Umayyah dan dijadikan ibu kota negara sejak pemerintahan Muawiyah bin Abi Sufyan, khalifah pertama Bani Umayyah (Amin, 2010: 288).

  Buku-buku karya tokoh tersebut, sempat dibaca dan dipelajari Ibnu Katsir langsung dari pengarangnya tersebut. Begitu tertarik Syeh al-Hafiz al-Mizzy dengan sikap pribadi dan kecerdasan muridnya itu, sehingga pada akhirnya Ibnu Katsir diambilnya menjadi menantu(IAIN Syarif Hidayatullah, 1992: 365-366).

  Di usia yang relatif muda, ia sanggup menghafal banyak matan, mengenali sanad, memeriksa kualitas perawi, biografi tokoh, dan sejarah. Tak tanggung-tanggung ia juga sempat mendengar hadis langsung dari ulama Hijaz serta memperoleh ijazah dari al Wani. Karena keahlian itulah, kelak ia dipercaya menduduki jabatan yang sesuai dengan ilmunya. Ia juga berguru kepada Kamaluddin bin Qadi Syuhbah dan Ibnu Taimiyah(Ghofur, 2008: 106).

  Al-Badr al-Aini mengatakan bahwa Ibnu Katsir menjadi panutan ulama pada masanya. Ia terkenal sebagai seorang yang amat tekun mendengarkan kajian- kajian agama, kendatipun bukan dari ulama yang sealiran dengannya. Ia tekun mengumpulkan hasil-hasil kajian, dan rajin mengajarkan dan merawikan hadis yang didengarnya. Dalam sejarah tercatat, bahwa ia termasuk orang yang paling banyak mengetahui hadis Rasulullah, fatwa sahabat dan ulama tabiin, disamping pengetahuannya yang amat terinci dalam bidang sejarah.

  Kitab Tafsir dan Tarikh yang terkenal itu adalah sebagai bukti dari pernyataan tersebut. Dengan demikian, ia terkenal sebagai seorang yang berpandangan luas dalam bidang tafsir dan sejarah. Ketelitiannya dalam ilmu pengetahuan tersebut membuat ia amat populer di kalangan ulama. Dalam bidang hadis, seperti dikatakan oleh seorang muridnya ahli sejarah Syihabuddin Ibnu Hijji, Ibnu Katsir disamping banyak hafal teks-teks hadis, juga tahu membedakan hadis yang punya cacat dan hadis yang sahih. Keahliannya itu dikenal di kalangan para gurunya.

3. Karya-karya Ibnu Katsir

  Banyak karya-karya ilmiah yang diwariskan oleh Ibnu Katsir diantaranya ialah

  Tafsîr al Qurân al „Azîm sebanyak sepuluh juz. Haji Khalifah dalam

  kitabnya Kasyf az Zunûn berkomentar bahwa bobot kitab tafsir tersebut terletak pada penafsirannya yang didasarkan atas hadis Rasulullah dan al atsar (fatwa sahabat dan tabiin). Dan di sana-sini dilakukan kritik hadis.

  Kitab-kitab lain karya ilmiahnya ialah kitab

  al Kâmil fî Ma‟rifat as Siqât

wa ad Du‟afâ‟ wa al Majâhil sebanyak lima juz dalam bidang penilaian terhadap

  perawi hadis, kitab Syarh Sahîh al Bukhâri, tapi sayang kitab ini tidak sempat diselesaikannya. Kemudian kitab al Ijtihâd fî Talb al Jihâd, kitab Manâqib al

  

Imâm asy Syâfi‟i(IAIN Syarif Hidayatullah, 1992: 366).Selain itu, ia juga menulis

Fadâ‟il Al-Qurân yang berisi ringkasan sejarah Al-Qur‟an(Ghofur, 2008: 107).

  Sebagai ulama Hadis, selain Ibnu Katsir mengajarkan hadis, ia juga menghasilkan beberapa kitab ilmu hadis diantaranya

  Jâmi‟ al-Masânîd wa as-

Sunan (sejumlah delapan jilid yang berisi nama-nama sahabat periwayat hadis),

al-Kutub as-Sittah, al Muhtasar (ringkasan Muqaddimah Ibnu Salâh) dan Adillah

at-

  Tanbîh lî „Ulûm al-Hadîs (lebih dikenal dengan nama al-Bâ‟is al-Hadîs).

  Bidang ilmu sejarah juga dikuasai Ibnu Katsir.Ia menulis beberapa kitab sejarah, antara lain, al-Bidâyah wa an-Nihâyah (sebanyak 14 jilid), al-Fusûl fî