PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG GO PUBLIK DI BEI.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan
berkat-Nya yang diberikan kepada penyusun sehingga skripsi yang berjudul
“Pengaruh Kebijakan Dividen Dan Struktur Kepemilikan Terhadap
Kebijakan Hutang Perusahaan Manufaktur Yang Go Publik Di Bei Tahun
2009-2011”.
Penyusunan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat penyelesaian
Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberi bimbingan, petunjuk serta bantuan baik spirituil
maupun materiil, khususnya kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Dr. Dhani Ichsanudin Nur. SE, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Dr. Muhadjir Anwar,MM. Selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Dra.Ec.Nuryanti Takarini.MS.i selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah
memberikan bimbingan skripsi sehingga peneliti bisa merampungkan tugas
skripsinya

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5. Para Dosen yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis
selama menjadi mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “Veteran“
Jawa Timur.
6. Kepada kedua orang tuaku dan adikku tercinta yang telah memberikan
dukungan baik moril ataupun material.
7. Berbagai pihak yang turut membantu dan menyediakan waktunya demi
terselesainya skripsi ini yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa apa yang telah disusun dalam
skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat berharap saran

dan kritik membangun dari pembaca dan pihak lain.
Akhir kata, Peneliti berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.

Salam hormat,
Surabaya, Mei 2013

Peneliti

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .................................................................................................

ii

DAFTAR TABEL .........................................................................................

iii


DAFTAR GAMBAR .....................................................................................

iv

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang Masalah ....................................................

1

1.2

Perumusan Masalah ..........................................................

8


1.3

Tujuan Penelitian ..............................................................

8

1.4

Manfaat Penelitian ............................................................

9

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA
2.1

Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ......................................

10

2.2


Landasan Teori ..................................................................

13

2.2.1 Teori Keagenan ................................................................

13

2.2.1.1. Masalah Keagenan ........................................................

14

2.2.1.2. Biaya Keagenan .............................................................

15

2.2.1.3. Cara Mengatasai Biaya Keagenan .................................

15


2.2.2

Kebijakan Hutang Perusahaan ........................................

16

2.2.2.1. Pengertian Hutang ..........................................................

16

2.2.2.2. Jenis-Jenis Hutang .........................................................

17

2.2.2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan
Pemberian Hutang ..........................................................

20


2.2.3. Struktur Kepemilikan .....................................................

20

2.2.3.1 Pengertian Struktur Kepemilikan .....................................

20

2.2.3.2. Struktur Kepemilikan Manajerial....................................

21

2.2.3.3. Kepemilikan Institusional ...............................................

23

2.2.4. Kebijakan Dividen ..........................................................

25


2.2.4.1. Pengertian Kebijakan Dividen ........................................

25

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.2.4.2. Teori Kebijakan Dividen ................................................

26

2.2.4.3. Dividen Payout Ratio .....................................................

27

2.3

29

Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Kebijakan Hutang .


2.3.1. Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Kebijakan Hutang

30

2.4

Kerangka Konseptual ........................................................

31

2.5

Hipotesis............................................................................

31

BAB III METODE PENELITIAN
3.1


Definisi Operasional Pengukuran Variabel ........................

32

3.2

Teknik Penentuan Sampel .................................................

34

3.2.1. Populasi ............................................................................

34

3.2.2. Sampel ..............................................................................

34

3.3


Teknik Pengumpulan Data ................................................

35

3.3.1 Jenis Data .........................................................................

35

3.3.2 Pengumpulan Data .............................................................

36

3.3.3 Sumber Data .....................................................................

36

3.4. Uji Normalitas ...................................................................

36

3.5. Uji asumsi Klasik...............................................................

36

3.6. Teknik Analisis Dan Pengujian Hipotesis .........................

38

3.6.1. Teknik Analisis .................................................................

38

3.6.2. Uji Hipotesis .....................................................................

39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1

Deskripsi Obyek Penelitian ...............................................

38

4.1.1

Perkembangan Industri Manufaktur ..................................

38

4.2

Deskripsi Hasil Penelitian .................................................

40

4.2.1

Dividen Payout Ratio (X1) .................................................

40

4.2.2

Kepemilikan Institusional (X2) ..........................................

41

4.2.3

Kepemilikan Manajerial (X3) ............................................

43

4.2.4

Kebijakan Hutang (Y) .......................................................

44

4.3

Uji Outlier ........................................................................

45

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.3.1

Uji Normalitas ..................................................................

46

4.4

Analisis Model & Penguji Hipotesis ................................

48

4.4.1

Hasil Analisis Regresi Berganda Persamaan .....................

48

4.4.2

Uji Asumsi Klasik ............................................................

49

4.4.3

Uji F .................................................................................

52

4.4.4

Uji t ..................................................................................

53

4.5

Pembahasan ......................................................................

55

4.5.1

Pengaruh DPR Terhadap Kebijakan Hutang ......................

55

4.5.2

Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Kebijakan
Hutang ..............................................................................

4.5.3

56

Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan
Hutang ..............................................................................

58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1

Kesimpulan .......................................................................

59

5.2

Saran ................................................................................

59

DAFTAR PUSTAKA

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR TABEL
Tabel 1

Debt Perusahaan Manufaktur 2008-2010 .................................

ii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1.

Distribusi daerah Keputusan Autokorelasi .........................

iii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

60

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Tabulasi Data Keuangan
Lampiran 2 : Hasil Uji Normalitas
Lampiran 3 : Hasil Uji Asumsi Klasik
Lampiran 4 : Hasil Uji Regresi Linier Berganda

iv

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

PENGARUH KEBIJ AKAN DIVIDEN DAN STRUKTUR
KEPEMILIKAN TERHADAP KEBIJ AKAN HUTANG
PERUSAHAAN MANUFAKTUR
YANG GO PUBLIK DI BEI

Sissia Senika Italiana
0812010176/ FE / EM
Abstrak
Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang sangat mudah
terpengaruh oleh fluktuasi ekonomi. Hal tersebut dikarenakan kegiatan
perusahaan manufaktur adalah mengolah bahan mentah menjadi bahan jadi
melalui proses produksi. Sehingga rentan terhadap fluktuasi ekonomi seperti
perubahan harga bahan baku, harga bahan bakar maupun perubahan nilai tukar
rupiah terhadap US Dollar. perusahaan manufaktur yang go publik di Bursa Efek
Indonesia memiliki tingkat hutang yang relatif tinggi, kondisi tersebut
menggabarkan bahwa semakin besar hutang berarti semakin besar aktiva atau
pendanaan perusahaan yang diperoleh dari hutang. Semakin besar hutang maka
semakin besar kemungkinan kegagalan perusahaan untuk tidak mampu membayar
hutangnya, sehingga berisiko mengalami kebangkrutan.
Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, tahun 2009 – 2011 dimiliki
oleh sampel sebesar 33 perusahaan. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 17
perusahaan. Teknik sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling.
Data yang dipergunakan adalah data sekunderyaitu data yang berupa dokumentasi
perusahaan yang diserahkan ke Bursa Efek Indonesia. Sedangkan analisis yang
digunakan adalah analisis regresi linear berganda.
Berdasarkan dari hasil penelitian, menyimpulkan bahwa 1).dividen payout
rasio memberikan kontribusi terhadap kebijakan hutang perusahaan manufaktur
yang go publik di BEI. 2). Kepemilikan institusional kurang mampu memberikan
kontribusi terhadap kebijakan hutang perusahaan manufaktur dan 3).Kepemilikan
manajerial mampu memberikan kontribusi terhadap kebijakan hutang perusahaan
manufaktur.

Keywords :

Dividen Payout Ratio, Kepemilikan Insttusional, Kepemilikan
Manajerial, Kebijakan Hutang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perusahaan bertujuan untuk memaksimalkan kesejahteraan pemilik
(shareholder) melalui keputusan atau kebijakan investasi, keputusan pendanaan
dan keputusan dividen yang tercermin dalam harga saham di pasar modal,
demikian jika dilihat berdasarkan sudut pandang manajemen keuangan,. Tujuan
ini sering diterjemahkan sebagai suatu usaha untuk memaksimumkan nilai
perusahaan. Dalam mencapai tujuan tersebut, banyak shareholder yang
menyerahkan

pengelolaan

perusahaan

kepada

para

professional

yang

bertanggungjawab mengelola perusahaan, yang disebut manajer. Para manajer
yang diangkat oleh shareholder diharapkan akan bertindak atas nama shareholder
tersebut, yakni memaksimumkan nilai perusahaan sehingga kemakmuran
shareholder akan dapat tercapai.
Penggunaan hutang diharapkan dapat mengurangi konflik keagenan.
Penambahan hutang dalam struktur modal dapat mengurangi penggunaan saham
sehingga mengurangi biaya keagenan ekuItas. Perusahaan memiliki kewajiban
untuk mengembalikan pinjaman dan membayar beban bunga secara periodik.
Kondisi ini menyebabkan manajer bekerja keras untuk meningkatkan laba
sehingga dapat memenuhi kewajiban dari penggunaan hutang. Sebagai
konsekuensi dari kebijakan ini, perusahaan menghadapi biaya keagenan hutang
dan risiko kebangkrutan

1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

Kebijakan leverage adalah aktivitas pendanaan, yaitu menentukan sampai
sejauh mana utang digunakan dalam struktur modal perusahaan. Dalam Stice et al
(2004 : 818), pihak-pihak yang mempertimbangkan untuk berinvestasi kepada
suatu perusahaan akan tertarik dengan struktur leverage dari perusahaan tersebut.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk melihat pengaruh kebijakan utang dan
nilai perusahaan. Modigliani dan Miller (MM) dalam Brigham dan Houston
(2001), berpendapat bahwa utang bermanfaat karena bunga dapat dikurangkan
dalam menghitung pajak, tetapi utang juga menimbulkan biaya yang berhubungan
dengan kebangkrutan yang aktual dan potensial. Penelitian Taswan (2003)
menyatakan bahwa kebijakan utang berpengaruh positif dan signifikan terhadap
nilai perusahaan. Hasil riset ini dikatakan konsisten dengan Jensen (1986), yang
menyatakan bahwa adanya utang akan mengendalikan penggunaan arus kas bebas
(free cash flow) secara berlebihan oleh manajemen.
Peningkatan kepemilikan manajerial dapat digunakan sebagai cara untuk
mengurangi konflik keagenan (Crutchley dan Hansen : 1989; Jensen, Solberg dan
Zorn,

1992).

Perusahaan

meningkatkan

kepemilikan

manajerial

untuk

mensejajarkan kedudukan manajer dengan pemgang saham sehingga bertindak
sesuai dengan keinginan pemegang saham. Dengan meningkatkan persentase
kepemilikan, manajer termotivasi untuk meningkatkan kinerja dan bertanggung
jawab meningkatkan kemakmuran pemegang saham. Pada kepemilikan yang
menyebar, masalah keagenan terjadi antara pihak manajemen dengan pemegang
saham. Hal ini menyebabkan kekuasaan pemegang saham dan menyerahkan
kepada manajer. Sebagai konsekuensinya, manajer menuntut kompensasi yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

tinggi sehingga meningkatkan biaya keagenan. Pada kondisi ini, konflik keagenan
diatasi

dengan

meningkatkan kepemilikan

manajerial.

Sebaliknya

pada

kepemilikan yang terkonsentrasi masalah keagenan disebabkan oleh hubungan
antara pemegang saham dan kreditor. Masalah ini dijumpai pada perusahaanperusahaan di Indonesia.
Demikian pula saham perusahaan dengan size kecil mempunyai tingkat
frekuensi perdagangan tidak secepat dan tidak semudah saham perusahaan dengan
size besar. Pada umumnya perusahaan dengan size kecil sangat riskan' terhadap
perubahan kondisi ekonomi dan cenderung kurang menguntungkan dibandingkan
dengan saham perusahaan dengan size besar. Wiajajal,(2009: 21-30)
Para pemilik modal (sebagai principal) memberi kepercayaan kepada para
profesional (manajerial) atau insider untuk mencapai tujuan tersebut (Harjito,
2006). Pemberian kepercayaan oleh pemilik modal kepada insider merupakan
pemisahan fungís antara fungsi pengambilan keputusan dan fungsi risk bearing
Namun demikian pihak insider sering bekerja bukan untuk memaksimumkan nilai
perusahaan, tapi justru mengurusi atau berkutat pada peningkatan kesejahteraan
insider sendiri. Namun dengan adanya insider ownership maka kecenderungan ini
akan berubah karena insider merangkap sebagai pemilik modal. Dengan adanya
insider ownership maka dimungkinkan insider juga ingin memaksimumkan nilai
perusahaan dengan menggunakan wewenangnya dalam menentukan berbagai
kebijakan perusahaan, seperti kebijakan dividen dan kebijakan hutang. Kebijakan
dividen, insider ownership dan kebijakan hutang itu sendiri dapat saling
mempengaruhi (interdependensi) secara simultan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

Pada kenyataannya, penggunaan hutang 100 persen sekarang ini sulit
dijumpai dan menurut trade off theory semakin tinggi hutang maka semakin tinggi
beban kebangkrutan yang ditanggung perusahaan. Penambahan hutang akan
meningkatkan tingkat risiko atas arus pendapatan perusahaan. Semakin besar
hutang, semakin besar pula kemungkinan terjadinya perusahaan tidak mampu
membayar kewajiban tetap berupa bunga dan pokoknya. Risiko kebangkrutan
akan semakin tinggi karena bunga akan meningkat lebih tinggi daripada
penghematan pajak. Oleh karena itu, perusahaan harus sangat hati-hati dalam
menentukan kebijakan hutangnya karena peningkatan penggunaan hutang akan
menurunkan nilai perusahaannya (Sujoko dan Soebiantoro, 2007)
Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang sangat mudah
terpengaruh oleh fluktuasi ekonomi. Hal tersebut dikarenakan kegiatan
perusahaan manufaktur adalah mengolah bahan mentah menjadi bahan jadi
melalui proses produksi. Sehingga rentan terhadap fluktuasi ekonomi seperti
perubahan harga bahan baku, harga bahan bakar maupun perubahan nilai tukar
rupiah terhadap US Dollar. Menurut data dari Indonesian Capital Market
Directory terdapat 153 perusahaan manufaktur yang bergerak dalam berbagai
bidang seperti usaha makanan, minuman, rokok, produk tekstil dan turunannya,
produk kayu, produk kertas dan turunannya, kimia dan turunannya, perekat,
produk plastik dan kaca, semen. Produk logam dan turunanya, mesin, kabel,
peralatan kantor dan elektronik, produk otomotif dan turunanya, peralatan
fotografi, farmasi dan barang-barang konsumsi. Tujuan utama perusahaan adalah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau
pemegang saham (Weston dan Copeland, 1999).
Berdasarkan fenomena yan didapat ada beberapa perusahaan manufaktur
yang memiliki tingkat hutang yang tinggi adalah sebagai berikut:”Listrik Belum
Naik, Industri Tekstil Sudah Merugi. TEMPO.COm, Jakarta - Asosiasi
Pertekstilan Indonesia menyatakan ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT)
Indonesia mengalami penurunan 6,1 persen pada semester satu tahun ini. "Nilai
penurunan ekspor tekstil dan produk tekstil ini sekitar US$ 300 juta, bahkan
sebelum tarif dasar listrik dinaikkan," kata Sekretaris Jenderal Asosiasi
Pertekstilan Indonesia, R. Novian G. Ismy, ketika dihubungi Tempo, Jumat 21
September 2012. Novian menjelaskan, penurunan ekspor tersebut disebabkan
pasar global yang sepi. Oleh karena itu, para pengusaha berupaya meningkatkan
penjualan di dalam negeri. Namun, kata Novian, peningkatan penjualan tersebut
sulit dicapai mengingat rencana pemerintah untuk meningkatkan tarif dasr listrik
dan upah minimum provinsi (UMP) yang kemungkinan juga akan naik.
Novian tidak yakin ekspor tekstil dan produk tekstil akan mengalami
kenaikan sebesar 5 persen, seperti target pada akhir tahun ini. Ia malah
memperkirakan penurunan hingga akhir tahun ini akan lebih buruk dibandingkan
yang terjadi dalam periode Januari-Juni 2012. Ia pun menyebut banyaknya impor
di dalam negeri sebagai faktor penyumbang kerugian industri tekstil. Dewan
Perwakilan Rakyat melalui Komisi Energi telah menyetujui rencana pemerintah
untuk menaikkan tarif dasar listrik. Dengan persetujuan DPR itu, pemerintah bisa
menaikkan tarif dasar listrik per 1 Januari 2013 mendatang. Meskipun demikian,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

pemerintah menyatakan kenaikan tarif dasar listrik tersebut tidak akan berimbas
kepada pelanggan listrik 450 VA dan 900 VA. Jika pemerintah menaikkan tarif
dasar listrik awal tahun depan, Novian menyatakan kerugian industri tekstil akan
lebih besar. "Tarif listrik belum naik saja, industri tekstil sudah merugi US$ 300
juta. Kalau listrik jadi naik, ruginya pasti lebih besar lagi," katanya.
TEMPO.Com, Jakarta.2012.
Berikut adalah data DEBT perusahaan manufaktur tahun 2009-2011,
sebagai berikut:

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

Berdasarkan gambaran data diatas dapat disimpulkan bahwa perusahaan
manufaktur yang go publik di Bursa Efek Indonesia memiliki tingkat hutang yang
relatif tinggi, kondisi tersebut menggabarkan bahwa semakin besar hutang berarti
semakin besar aktiva atau pendanaan perusahaan yang diperoleh dari hutang.
Semakin besar hutang maka semakin besar kemungkinan kegagalan perusahaan
untuk tidak mampu membayar hutangnya, sehingga berisiko mengalami
kebangkrutan. Akibatnya pasar saham akan mereaksi secara negatif yang berupa
turunnya volume perdagangan saham dan harga saham yang berdampak terhadap
turunnya nilai pemegang saham. Di samping itu ada kesan bahwa semakin besar
hutang mencerminkan perusahaan tersebut kesulitan mencari pendanaan melalui
penjualan saham di pasar saham dan ada anggapan bahwa semakin besar hutang,
maka semakin besar perusahaan tersebut untuk tidak diminati oleh para investor
maupun calon investor pasar saham
Fenomena di atas menunjukkan bahwa penggunaan hutang pada
perusahaan manufaktur, bila bisnis perusahaan dalam kondisi yang tidak baik,
pendapatan operasinya rendah, dan tidak cukup untuk menutup biaya bunga maka
akan menyebabkan pemegang saham harus menutup kekurangan itu dan pada
kondisi ekstrim perusahaan dapat terancaman kebangkrutan. Bila perusahaan
menggunakan hutang terlalu banyak maka dapat meningkatkan kemungkinan
terhambatnya pertumbuhan perusahaan. Kondisi ini dapat mendorong pemegang
saham berpikir dua kali untuk tetap menanamkan modalnya pada perusahaan
tersebut

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Peneliti
memilih

perusahaan

manufaktur,

karena perusahaan

manufaktur

adalah

perusahaan yang mampu menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi yang
berkualitas, karena industri manufaktur merupakan industri yang menghasilkan
nilai tambah pada suatu barang. Pertumbuhan ekonomi akan berkualitas apabila di
dukung oleh industri manufaktur yang kuat dan kreatif
Berdasarkan uraian di atas penelitian ini merupakan replikasi dari
penelitian yang dikembangkan oleh, Djabid, Abdullah,(2009), maka peneliti
tertarik untuk mengambil judul “Pengaruh Kebijakan Dividen Dan Struktur
Kepemilikan Terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan Manufaktur Yang
Go Publik Di Bei Tahun 2009-2011”
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Apakah kebijakan dividen berpengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan
manufaktur yang go publik di BEI tahun 2009-2011?
2. Apakah struktur kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kebijakan
hutang perusahaan manufaktur yang go publik di BEI tahun 2009-2011?
3. Apakah struktur kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kebijakan
hutang perusahaan manufaktur yang go publik di BEI tahun 2009-2011?

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas dapat disusun tujuan dalam
penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengetahui pengaruh kebijakan dividen terhadap kebijakan hutang
perusahaan manufaktur yang go publik di BEI tahun 2009-2011.
2. Untuk mengetahui pengaruh struktur kepemilikan institusional terhadap
kebijakan hutang perusahaan manufaktur yang go publik di BEI tahun 20092011.
3. Untuk mengetahui pengaruh struktur kepemilikan manajerial terhadap
kebijakan hutang perusahaan manufaktur yang go publik di BEI tahun 20092011.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat atau kegunaan yang dapat disumbangkan dari penelitian ini
adalah :
1. Bagi Investor
Untuk memberikan informasi mengenai nilai perusahaan manufaktur
melalui analisis laporan keuangan kepada investor perusahaan-perusahaan
mana saja yang memiliki peluang untuk menanamkan modalnya.
2. Informasi ini berguna untuk memperdalam pengetahuan tentang teori
investasi dan memberi masukan dan solusi terhadap problematika yang
ada.
3. Sebagai referensi penelitian lebih lanjut

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini dan diharapkan
dapat menjadi bahan kajian dan masukan untuk mendukung penelitian pernah
dilakukan oleh:
1. Larasati, Eva. (2011). dengan judul penelitian “Pengaruh Kepemilikan
Manajerial, Kepemilikan Institusional dan Kebijakan Dividen terhadap
Kebijakan Hutang Perusahaan”. Adapun permasalahan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:1)Struktur kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional dan kebijakan dividen berpengaruh secara simultan terhadap
kebijakan hutang perusahaan. 2).Struktur kepemilikan Manajerial berpengaruh
terhadap kebijakan hutang perusahaan. 3).Struktur kepemilikan Institusional
berpengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan. 4).Kebijakan dividen
berpengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan.
Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan regresi linear berganda.
Hasil dari penelitian ini diperoleh kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional dan kebijakan deviden berpengaruh secara simultan terhadap
kebijakan hutang perusahaan. Meskipun begitu kepemilikan manajerial tidak
berpengaruh pada kebijakan hutang perusahaan. Hasil ini mencerminkan
bahwa manajer perusahaan publik di Indonesia bukanlah sebagai faktor
penentu dalam pengambilan kebijakan pendanaan dari hutang dikarenakan
jumlah saham yang dimiliki pihak manajer pada perusahaan manufaktur yang

11
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

go publik di Indonesia masih sangat kecil. Kepemilikan institusional
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang. Hal ini
menggambarkan bahwa naiknya kepemilikan institusional akan menyebabkan
kenaikan pula pada hutang perusahaan. Terakhir, kebijakan dividen
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan..
Temuan ini menunjukkan pembayaran dividen muncul sebagai pengganti
hutang di dalam struktur modal pada perusahaan manufaktur yang go publik
di Indonesia. Penggunaan hutang dapat menurunkan konflik antara manajer
dengan pemegang saham, tetapi akan menggeser konflik menjadi antara
pemegang saham dengan debt holder.
2. Djabid.W.Abdullah. 2009. Dengan judul penelitian “Kebijakan dividen dan
Struktur kepemilikan Terhadap kebijakan utang: Sebuah perspektif agency
theory’. Adapun permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini 1)
Kebijakan dividen berpengarruh terhadap kebijakan utang perusahaan 2)
Kepemilikan manjeriai berpengaruh terhadap kebijakan utang perusahaan. 3).
Kepemiiikan institusional berpengaruh terhadap kebijakan utang perusahaan.
3. Harjito dan Nurfaizah,(2006). dengan judul penelitian “Hubungan Kebijakan
Hutang, Insider Ownership Dan Kebijakan Dividen Dalam Mekanisme
Pengawasan Masalah Agensi Di Indonesia”. Rumusan masalah yang di ajukan
adalah sebagai berikut: 1).Ada hubungan saling mengganti antara kebijakan
hutang dengan insider ownership dalam peranan pengawasan untuk
mengurangi masalah agensi. 2).Ada hubungan saling mengganti antara
kebijakan hutang dengan pembayaran dividen dalam peranan pengawasan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

untuk mengurangi masalah agensi. 3). Ada hubungan saling mengganti antara
insider ownership dengan pembayaran dividen dalam peranan pengawasan
untuk mengurangi masalah agensi. 4). Ada pengaruh positif yang signifikan
antara kebijakan hutang terhadap nilai perusahaan. 5). Ada pengaruh positif
yang signifikan antara insider ownership terhadap nilai perusahaan. 6).Ada
pengaruh positif yang signifikan antara kebijakan pembayaran dividen
terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa hubungan saling mengganti
antara kebijakan hutang, insider ownership dan kebijakan hutang dalam
peranan pengawasan masalah agensi tidak sepenuhnya terjadi di Indonesia.
Hubungan saling mengganti antara ketiga variabel mekanisme agensi tersebut
ditunjukkan dengan hubungan negatif di antara mekanisme-mekanisme
pengawasan tersebut. Tetapi meskipun diperoleh hubungan yang negatif,
tetapi secara statistik tidak signifikan. Hipotesis pertama (H1) yang
menyatakan terdapat hubungan antara kebijakan hutang dengan insider
ownership dalam pengawasan masalah agensi tidak terbukti dalam penelitian
ini. Begitu juga dengan hipotesis (H3) yang menyatakan terdapat hubungan
saling mengganti antara insider ownership dengan kebijakan dividen dalam
pengawasan masalah agensi tidak terbukti.
Oleh karena itu disimpulkan bahwa hutang dan dividen sebagai kebijakan
keuangan tidak dapat menggantikan peranan insider ownership sebagai
kebijakan bukan keuangan dalam mengurangi masalah agensi. Hubungan
saling mengganti antara kebijakan hutang dengan dividen dalam peranan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

pengawasan masalah agensi juga tidak terjadi secara signifikan. Hubungan
saling mengganti ini ditunjukkan oleh tanda koefisien negatif dan tidak
signifikan untuk kedua mekanisme hutang dan dividen. Penemuan ini tidak
mendukung hipotesis (H2) yang menyatakan terdapat hubungan saling
mengganti antara hutang dengan dividen dalam peranan pengawasan masalah
agensi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa di antara variabel kebijakan
keuangan (hutang dan dividen) tidak dapat saling mengganti untuk
mengurangi masalah agensi di Indonesia. Meskipun tingkat penggunaan
hutang ditingkatkan, peranan dividen sebagai mekanisme pengawasan tidak
dapat dikurangi untuk tujuan mengurangi masalah agensi.
2.2 Landasan Teori
2.2.1. Kebijakan Dividen
2.2.1.1. Pengertian Kebijakan Dividen
Menurut Gitman (2003) dividen kas yang dibayarkan merupakan penilaian
investor atas suatu saham. Dividen kas mencerminkan arus kas kepada pemegang
saham dan menginformasikan kinerja perusahaan saat ini dan yang akan datang.
Karena retained earnings (saldo laba) adalah salah satu bentuk pendanaan
internal, maka keputusan mengenai dividen dapat mempengaruhi kebutuhan
pendanaan eksternal perusahaan. Dengan demikian, semakin besar dividen kas
yang dibayarkan oleh perusahaan, maka semakin besar pula jumlah pendanaan
eksternal yang dibutuhkan melalui pinjaman hutang atau penjualan saham.
Dividen adalah bagian dari laba bersih yang diberikan kepada pemegang
saham (pemilik modal sendiri). Laba Bersih (Net Earnings) ini sering disebut

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

sebagai: “Laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa” (earnings available to
common stockholders disingkat EAC). Selain dibagi kepada pemegang saham
dalam bentuk dividen, laba bersih itu ditahan di dalam perusahaan untuk
membiayai operasi selanjutnya dan disebut sebagai Laba Ditahan (Retained
Earnings). Aziz dan Suwaldiman,(2006)
2.2.1.2. Teori Kebijakan Dividen
Dividen merupakan adalah pembayaran dari perusahaan kepada para
pemegang saham atas keuntungan yang diperolehnya. Kebijakan dividen adalah
kebijakan yang berhubungan dengan pembayaran dividen oleh pihak perusahaan,
berupa penentuan besarnya dividen yang akan dibagikan dan besarnya saldo laba
yang ditahan untuk kepentingan perusahaan (Sutrisno, 2001). Dalam banyak hal,
dividen sering diperlakukan sebagai pertimbangan terakhir setelah pertimbangan
investasi dan pertimbangan pembiayaan lainnya, sehingga timbul the residual
value theory of dividend. Disamping itu, ada juga yang mempertimbangkan
pembagian dividen kas untuk mengurangi masalah keagenan.
Gitman (2003) memberikan definisi kebijakan dividen sebagai suatu
perencanaan tindakan perusahaan yang harus dituruti ketika keputusan dividen
harus dibuat.
Dengan demikian, kebijakan dividen merupakan penggunaan laba bersih
setelah pajak yang akan dibagikan kepada para pemegang saham dan berapa besar
bagian laba bersih yang akan digunakan untuk membiaya investasi perusahaan.
Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba yang diperolehnya dalam
bentuk dividen, maka akan mengurangi retained earnings dan selanjutnya

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

mengurangi total sumber dana internal. Sebaliknya, jika perusahaan memilih
untuk menahan laba yang diperolehnya, maka kemampuan pembentukan dana
internal akan semakin besar.
Rasio antara dividen dan laba bersih sering disebut sebagai Dividend
Payout Ratio (DPR). Karena kelebihan laba bersih di atas dividen itu menjadi laba
ditahan maka keputusan DPR inclusive keputusan mengenai laba ditahan.
Sepintas, para pemegang saham akan merasa senang apabila bagian dari laba
bersih yang dibagikan sebagai dividen ini semakin besar. Akan tetapi, apabila
DPR ini semakin besar, berarti laba ditahan semakin menciut, padahal pendanaan
dengan menggunakan laba ditahan (internal financing) ini mempunyai cost of
capital yang paling kecil dibandingkan dengan metode pendanaan lainnya. Aziz
dan Suwaldiman,(2006).Dengan demikian, keputusan dividen akan mengacu pada
suatu kebijakan dividen (dividend policy) yang optimal, terutama disesuaikan
dengan konsep tujuan memaksimumkan nilai perusahaan.
2.2.1.3. Dividend Payout Ratio
Dividen adalah bagian dari laba bersih yang dibagikan kepada pemegang
saham. Kebijakan dividen adalah kebijakan yang dikaitkan dengan penentuan
apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada para pemegang
saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan. Kebijakan
terhadap pembayaran dividen merupakan keputusan yang sangat penting dalam
suatu perusahaan. Kebijakan ini akan melibatkan dua pihak yang mempunyai
kepentingan yang berbeda, yaitu pihak pertama para pemegang saham, dan pihak
kedua perusahaan itu sendiri. Wardani dan Hermuningsih, (2009)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

Kebijakan Dividen bisa dikaitkan dengan nilai perusahaan. Hipotesis
kebijakan dividen dan bird in the hand theory menurut Gordon (1962) dalam
Wardani dan Hermuningsi, (2009) yang menyatakan bahwa dividen yang tinggi
dapat meningkatkan nilai perusahaan. Bird in the hand theory menyatakan bahwa
pemegang saham lebih menyukai dividen yang tinggi karena memiliki kepastian
yang tinggi dibandingkan capital gain.
Dividend Payout Ratio merupakan indikasi atas persentase jumlah
pendapatan yang diperoleh yang didistribusikan kepada pemilik atau pemegang
saham dalam bentuk kas (Gitman, 2003). Dividend Payout Ratio (DPR) ini
ditentukan perusahaan untuk membayar dividen kepada para pemegang saham
setiap tahun, penentuan DPR berdasarkan besar kecilnya laba setelah pajak.
Dividend Payout Ratio =

Dividendpershare
Earningpershare

Definisi Dividend Payout Ratio menurut Van Horne & Machowicz Jr. (1998:483)
dalam Wardani dan Hermuningsi, (2009) Dividend Payout Ratio adalah: “Annual
cash dividends divided by annual earnings; or alternatively Dividend per Share
divided by Earning per Share. The ratio indicates the percentage of a company’s
earnings that’s paid out to shareholder in cash.” Jadi, Dividend Payout Ratio
merupakan persentase dividen tunai yang dibayarkan dibagi laba tahun berjalan.
2.2.2. Struktur Kepemilikan
2.2.2.1. Pengertian Struktur Kepemilikan
Masalah corporate governance merupakan masalah yang timbul sebagai
akibat pihak-pihak yang terlibat dalam perusahaan mempunyai kepentingan yang
berbeda-beda. Perbedaan tersebut antara lain karena karakteristik kepemilikan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

dalam perusahaan.Hastuti, (2005). Secara umum struktur kepemilikan terbagi
menjadi dua kategori yaitu struktur kepemilikann terkonsentrasi dan menyebar,
secara spesifik kategori struktur kepemilikan meliputi kepemilikan institusi
domestik, institusi asing, pemerintah, karyawan dan individual. Hastuti,(2005).
Struktur kepemilikan akan memiliki motivasi yang berbeda dalam
memonitor perusahaan serta manajemen dan dewan direksinya, struktur
kepemilikan dipercaya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi jalannya
perusahaan yang nantinya dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Agency
problem dapat dikurangi dengan adanya struktur kepemilikan. Struktur
kepemilikan merupakan suatu mekanisme untuk mengurangi konflik antara
manajemen dan pemegang saham.(Faisal, 2005). Menurut Faisal,(2005)
menyatakan bahwa kepemilikan manajerla dan kepemilikan institusional adalah
dua mekanisme corporate governance yang adapat mengendalikan masalah
keagenan..
2.2.2.2. Struktur Kepemilikan Manajerial
Keputusan bisnis yang diambil oleh manajer adalah keputusan untuk
memaksimalkan sumber daya perusahaan yang telah dipercayakan dari pihak
investor. Suatu ancaman bagi perusahaan apabila manajer bertindak atas
kepentingan pribadi bukan kepentingan perusahaan. Pemegang saham dan
manajer

mempunyai

kepentingan

sendiri-sendiri

dalam

memaksimalkan

tujuannya. Pemegang saham mempunyai tujuan untuk memperoleh dividen atas
saham sedangkan manajer mempunyai kepentingan memperoleh bonus dari pihak
investor atas kinerja yang telah dicapai dalam satu periode akuntansi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham perusahaan oleh
manajer atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang
saham (Christiawan dan Tarigan, 2007). Dalam laporan keuangan, keadaan ini
ditunjukkan dengan besarnya persentase kepemilikan saham perusahaan oleh
manajer. Karena hal ini merupakan informasi penting bagi stakeholder perusahaan
maka informasi ini akan diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
Dalam teori keagenan, hubungan antara manajer dan pemegang saham
digambarkan sebagai hubungan antara agent dan principal (Rachmawati dan
Triatmoko, 2007).
Keputusan dan aktivitas di perusahaan dengan kepemilikan manajerial
tentu akan berbeda dengan perusahaan tanpa kepemilikan manajerial. Dalam
perusahan dengan kepemilikan manajerial, manajer yang sekaligus pemegang
saham tentunya akan menyelaraskan kepentingannya sebagai manajer dan
pemegang saham. Hal ini akan berbeda jika manajernya tidak sekaligus sebagai
pemegang

saham,

kemungkinan

manajer

tersebut

hanya

mementingkan

kepentingannya sebagai manajer.
Dalam mekanisme pelaksanaan GCG, kepemilikan manajerial digunakan
sebagai suatu upaya untuk mengurangi konflik agensi atau konflik kepentingan
antara manajer dan pemilik (Boediono,2005). Dengan kepemilikan manajerial,
maka manajemen akan secara aktif ikut serta dalam pengambilan keputusan.
Semakin besar kepemilikan manajerial di dalam perusahaan maka semakin
produktif tindakan manajer dalam memaksimalkan nilai perusahaan, dengan kata
lain biaya kontrak dan pengawasan menjadi rendah. Selain itu, dengan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

kepemilikan manajerial maka tindakan oportunis manajer untuk memaksimalkan
kepentingan pribadi akan berkurang. Manajer perusahaan akan mengambil
keputusan

sesuai

dengan

kepentingan

perusahaan

yaitu

dengan

cara

mengungkapkan informasi social yang seluas-luasnya dalam rangka untuk
meningkatkan

image

perusahaan,

meskipun

manajer

harus

melakukan

pengorbanan sumber dayanya untuk melakukan aktivitas tersebut (Pratana, 2003)
semakin besar proporsi kepemilikan saham manajemen pada perusahaan, maka
manajemen cenderung berusaha lebih giat untuk kepentingan pemegang saham
yang tidak lain adalah dirinya sendiri.
2.2.2.3. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang
dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan
investasi dan kepemilikan institusi lain (Tarjo, 2008). Kepemilikan institusional
memiliki arti penting dalam memonitor manajemen karena dengan adanya
kepemilikan oleh institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang
lebih optimal. Monitoring tersebut tentunya akan menjamin kemakmuran untuk
pemegang saham, pengaruh kepemilikan institusional sebagai agen pengawas
ditekan melalui investasi mereka yang cukup besar dalam pasar modal.
Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha
pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusional sehingga dapat
menghalangi perilaku opportunistic manajer. Menurut Shleifer and Vishny (dalam
Barnae dan Rubin, 2005) bahwa institutional shareholders, dengan kepemilikan
saham yang besar, memiliki insentif untuk memantau pengambilan keputusan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

perusahaan. Begitu pula penelitian Wening (2009) Semakin besar kepemilikan
oleh institusi keuangan maka semakin besar pula kekuatan suara dan dorongan
untuk mengoptimalkan nilai perusahaan.
Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan yang
mayoritas dimiliki oleh institusi atau lembaga (perusahaan asuransi, bank,
perusahaan investasi, asset management dan kepemilikan institusi lain).
Kepemilikan institusional merupakan pemegang saham terbesar sehingga
merupakan sarana untuk memonitor manajemen (Djakman dan Machmud, 2008).
2.2.3. Kebijakan Hutang
2.2.3.1. Pengertian Kebijakan Hutang
Menurut Baridwan (2002 : 219) Hutang adalah pengorbanan manfaat
ekonomi di masa akan datang yang mungkin terjadi akibat kewajiban suatu badan
usaha dimasa kini untuk untuk mentransfer aktiva atau menyediakan jasa pada
badan usaha lain dimasa yang akan datang sebagai akibat transaksi atau kejadian
di masa lalu.
Sedangkan menurut Madura (2001: 224) adalah dana yang dipinjam oleh
perusahaan. Perusahaan perlu meminjam dana tersebut untuk diinvestasikan
dalam aktiva-aktiva yang berbentuk bangunan, mesin-mesin, dan peralatan.
Adapun pengertian Debt to equity ratio (DER) akan dijelaskan pada
pembahasan ini. Menurut Charles H.Gibson (2008:260) “Debt equity ratio is
another computation that’s determines the entity’s long-term debt paying ability.”
Menurut Suad Husnan (2004:70) menjelaskan bahwa “debt to equity ratio
menunjukan perbandingan antara hutang dengan modal sendiri.”

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

Sedangkan menurut Sawir (2000:13) menjelaskan bahwa debt to equity
ratio adalah “Rasio yang menggambarkan perbandingan utang dan ekuitas dalam
pendanaan perusahaan dan menunjukan kemampuan modal sendiri perusahaan
tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya.”
2.2.3.2. J enis-jenis Hutang
Menurut Riyanto (2001), hutang (kewajiban) dibagi menjadi tiga
golongan, yaitu:
1. Hutang jangka pendek (Short – Term Debt)
Hutang jangka pendek (Short – Term Debt) merupakan
hutang yang jangka waktunya pendek, yaitu kurang dari satu tahun.
Adapun jenis-jenis hutang jangka pendek, yaitu:


Rekening Koran
Rekening Koran merupakan kredit yang diberikan oleh
bank kepada perusahaan dengan batasan plafon tertentu dimana
perusahaan mengambilnya tidak sekaligus melainkan sebagian
demi sebagian sesuai dengan kebutuhannya, dan bunga yang
dibayarkan hanya untuk jumlah yang telah diambil saja, meskipun
sebenarnya perusahaan meminjamnya lebih dari jumlah tersebut.



Kredit dari Penjual
Kredit dari penjual merupakan kredit perniagaan dan kredit
ini terjadi apabila penjualan produk dilakukan dengan kredit.
Apabila penjualan dilakukan dengan kredit berarti bahwa penjual

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

baru menerima pembayaran harga dari barang yang dijual beberapa
waktu kemudian setelah barang diserahkan.


Kredit dari Pembeli
Kredit dari pembeli adalah kredit yang diberikan oleh
perusahaan sebagai pembeli kepada pemasok (supplier) dari bahan
mentahnya atau barang-barang lainnya. Pembeli membayar harga
barang yang dibelinya terlebih dahulu, dan setelah beberapa waktu
berulah pembeli menerima barang yang dibelinya.



Kredit Wesel
Kredit

wesel

ini

terjadi

apabila

suatu

perusahaan

mengeluarkan “surat pengakuan utang” yang berupa kesanggupan
untuk membayar sejumlah uang tertentu kepada pihak tertentu dan
pada saat tertentu (sesuai dengan notes/promes), dan setelah
ditanda tangani surat tersebut dapat dijual atau diuangkan pada
Bank.
2. Modal Asing/Utang Jangka Menengah (Intermediate – Term Debt)
Modal asing atau utang jangka menengah adalah utang
jangka waktu atau umurnya lebih dari satu tahun dan kurang dari 10
tahun. Bentuk-bentuk utama dari kredit jangka menengah adalah :


Term Loan
Term loan adalah kredit usaha dengan umur lebih dari satu
tahun dan kurang dari 10 tahun. Term loan pada umumnya dibayar

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

kembali dengan angsuran tetap selama satu periode tertentu
misalnya pembayaran angsuran dilakukan setiap bulan.


Leasing
Leasing adalah suatu alat atau cara untuk mendapatkan “service”
dari suatu aktiva tetap yang pada dasarnya adalah sama seperti
halnya menjual obligasi untuk mendapatkan “service” dan hak
milik untuk aktiva tersebut dan bedanya pada leasing tidak disertai
dengan hak milik.

3. Modal Asing/Utang Jangka Panjang (Long – Term Debt)
Modal asing/utang jangka panjang adalah utang yang jangka
waktunya adalah panjang, umurnya lebih dari 10 tahun. Jenis atau
bentuk-bentuk utama dari utang jangka panjang antara lain:


Pinjaman Obligasi
Pinjaman obligasi adalah pinjaman uang untuk jangka
waktu yang panjang, untuk nama pihak debitur mengeluarkan surat
pengakuan hutang yang mempunyai nominal tertentu.



Pinjaman Hipotik (Mortage)
Pinjaman hipotik adalah pinjaman jangka panjang dimana
pemberi uang atau kreditur diberi hak hipotik terhadap suatu
barang tidak bergerak agar supaya pihak debitur tidak memenuhi
kewajibannya, maka barang itu dapat dijual dan dari hasil
penjualan tersebut dapat digunakan untuk menutup tagihannya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

2.2.3.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pemberian Utang
Menurut Madura (2001: 225) pemilik dana akan menilai kekayaan kredit
dari perusahaan, berkenaan dengan beberapa faktor, yaitu:
1. Rencana penggunaan pinjaman perusahaan.
2. Kondisi keuangan bisnis perusahaan.
3. Peramalan tentang industri atau lingkungan disekitar bisnis
perusahaan.
4. Adanya jaminan dan perusahaan yang dapat digunakan untuk
mengembalikan pinjaman.
Rasio DER yang menggambarkan perbandingan utang dan ekuitas dalam
pendanaan perusahaan dan menunjukan kemampuan modal sendiri perusahaan
tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya perumusannya adalah : Suad
Husnan (2004:70).
Total Hutang
Debt =
Jumlah Modal sendiri
2.2.4. Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Hutang
Pembayaran dividen adalah bagian dari monitoring perusahaan. Rozzef
(1982) dalam Djabid,(2009) menyatakan bahwa pembayaran dividen pada
pemegang saham akan mengurangi sumber-sumber dana yang dikendalikan oleh
manajer, sehingga mengurangi kekuasaan manajer dan membuat pembayaran
dividen miripdengan monitoring capital market yang terjadi jika perusahaan
memperoleh modal baru. Ross (1977) dan Easterbook (1984) dalam Taswan
(2003) hasii penelitiannya menunjukkan bahwa untuk mengurangi biaya keagenan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

Diperlukan pembayaran dividen. Tetapi pembayaran dividen akan berpengaruh
terhadap kebijakan pendanaan perusahaan, karena akan mengurangi arus kas
perusahaan sehingga dalam memenuhi kebutuhan operasionalnya perusahaan akan
mencari alternatif sumber pendanaan yang relevan misalnya, dengan utang.
2.2.5. Pengaruh Struktur Kepemilikan Manajer ial Terhadap Hutang
Pemegang

saham

dan

manajer

masing-masing

berkepentingan

memaksimalkan tujuannya. Konflik kepentingan terjadi jika keputusan manajer
hanya akan memak

Dokumen yang terkait

Pengaruh struktur kepemilikan saham, kebijakan dividen dan kebijakan hutang terhadap nilai perusahaan (studi pada perusahaan yang terdaftar di bei)

0 5 16

PENGEMBANGAN MODEL INTERAKSI STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG DAN KEBIJAKAN DIVIDEN DALAM PERSPEKTIF TEORI KEAGENAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR GO PUBLIK DI INDONESIA

0 4 36

Model Interaksi Struktur Kepemilikan terhadap Kebijakan Hutang dan Dividen dalam Perspektif Teori Keagenan pada Perusahaan Manufaktur Go Publik di Indonesia

0 2 17

PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, KEBIJAKAN HUTANG, DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC DI BEI.

0 2 31

PENGARUH INSIDER OWNERSHIP, KEBIJAKAN HUTANG TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN DAN NILAI PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG GO PUBLIK DI BEI.

0 0 85

PENGARUH KEPEMILIKAN SAHAM MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEBIJAKAN HUTANG, KEBIJAKAN DIVIDEN, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI.

0 0 127

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEBIJAKAN DIVIDEN, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI - Perbanas Institutional Repository

0 0 16

PENGARUH INSIDER OWNERSHIP, KEBIJAKAN HUTANG TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN DAN NILAI PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG GO PUBLIK DI BEI

0 0 23

PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG GO PUBLIK DI BEI

0 0 21

KEBIJAKAN DIVIDEN DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI

0 0 17