Morfologi Spermatozoa Manusia setelah Simpan Beku dengan Medium TES-Tris Yolk Citrat (TES-TYC) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

Morfologi Spermatozoa Manusia setelah Simpan Beku dengan
Medium TES-Tris Yolk Citrat (TES-TYC)
Muhammad Anwar Djaelani*
Laboratorium Biologi Struktur dan Fungsi Hewan
Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro, Semarang
*muhammadanwardjaelani@rocketmail.com

ABSTRACT
The aim of this research was to evaluate the effect of semen cryopreservation using TESTris yolk citrat (TES-TYC) medium on morphology of the sperm. Semen fulfilling
inclusion criteria with WHO criteria. The sperm vitality was counted by initial data. The
semen was mixed with TES-TYC medium and cryopreserved in liquid nitrogen. After
one mounth the semen was thawed and recounted its sperm morphology. The data
showed that the morphology of post freezing sperm cryopreserved was not significant
different compared to the morphology of pre freezing sperm. It could be concluded that
morphology of human sperm could not as indicator to evaluate the effect of semen
cryopreservation using TES-Tris yolk citrat (TES-TYC).
Key word : Sperm Morphology, semen cryopreservation.
ABSTRAK
Penelitian tentang morfologi spermatozoa manusia setelah simpan beku dengan medium
TES-Tris yolk citrat (TES-TYC) bertujuan untuk mengevaluasi dampak simpan beku
semen terhadap morfologi spermatozoa. Semen yang memenuhi kriteria inklusi sesuai

dengan kriteria WHO, dilakukan penghitungan morfologinya sebagai data awal.
Selanjutnya semen dicampur dengan medium TES-TYC kemudian disimpan beku dalam
nitrogen cair. Setelah tersimpan satu bulan spermatozoa dituai kemudian dihitung
kembali morfologinya. Data yang didapat menunjukkan bahwa morfologi spermatozoa
post freezing tidak berbeda bermakna dengan morfologi spermatozoa pre freezing Dapat
disimpulkan bahwa data morfologi spermatozoa tidak dapat dijadikan indikator untuk
melihat dampak simpan beku spermatozoa dengan menggunakan medium simpan beku
TES-Tris yolk citrat (TES-TYC).
Kata kunci : Morfologi spermatozoa, simpan beku semen

32

Medium

PENDAHULUAN
Simpan

beku

penyimpanan


semen

digunakan adalah medium TES-Tris

merupakan

yolk citrat (TES-TYC) (Weidel &

pada

suhu

Prins, 1987).

sangat rendah dalam nitrogen cair,

Weidel

dengan


medium

medium

simpan

beku

Penelitian Prins &

(1986)

mempertahankan

beku

menanggulangi
reproduksi,


baik

menunjukkan

TES-TYC

tertentu sebagai protektor. Simpan
semen

banyak

(semen

semen

cryopreservation)

yang

dapat

motilitas

digunakan

untuk

spermatozoa post freezing 83 % dari

masalah

dalam

pre freezing. Mengingat hal tersebut

pada

manusia

medium


TES-TYC

maupun hewan. Hal yang perlu

direkomendasikan

dipertimbangkan dalam simpan beku

cryoprotective medium untuk simpan

semen adalah dampak dari proses

beku spermatozoa manusia (Weidel

pendinginan.

pendinginan

& Prins, 1987; Hallack et.al.,1996).


terbentuknya

Berdasarkan uraian tersebut di atas

kristal es intrasellular yang pada saat

timbul permasalahan apakah medium

penghangatan

TES-TYC

akan

Proses

menyebabkan

kembali


(thawing)

dapat

sebagai

melindungi

mengalami rekristalisasi. Kristal es

spermatozoa manusia selama proses

hasil rekristalisasi ini merupakan

simpan beku sehingga spermatozoa

faktor fisik yang mengakibatkan

tidak


kerusakan sel hingga sel mengalami

morfologi. Penelitian ini bertujuan

kematian (Wetzels, 1996; Henry et

untuk mengevaluasi dampak simpan

al., 1993). Penggunaan

beku semen dengan medium TES-

medium

mengalami

terhadap

perubahan


simpan beku dapat mempertahankan

TYC

agar spermatozoa tidak mengalami

spermatozoa setelah simpan beku.
Pada

kerusakan selama simpan beku.
ketika

titik

proses
beku

morfologi

pendinginan,

dicapai

air
33

sempat

spermatozoa post thawing relatif

keluar sel, akan membeku di dalam

tinggi, oleh karena itu medium

sel dan membentuk kristal es yang

tersebut direkomendasikan sebagai

berukuran kecil sebagai materi yang

cryoprotective medium untuk simpan

kompak

intrasellular

yang

tidak

(Henry,1993

;

beku spermatozoa manusia. Medium

Kristal

es

TESTYC mengandung TES-Tris dan

intrasellular ini saat penghangatan

Na-sitrat sebagai buffer, gliserol

kembali (thawing) akan beragregasi

sebagai cryoprotectant, kuning telur,

dan dapat menyebabkan kerusakan

dan fruktosa sebagai sumber energi.

sel yang berakibat kematian sel

TES-Tris merupakan buffer yang

(Mazur,1977). Kematian sel dapat

berfungsi

diketahui dengan pengujian vitalitas

maupun

spermatozoa (Girraud et. al., 2000).

buffer dapat mengikat ion hidrogen

Upaya untuk mempertahankan agar

pada

spermatozoa

mempercepat

Wetzels,1996).

kerusakan
adalah
semen

tidak
selama

dengan

mengalami
simpan

cara

beku,

menambah

dengan medium tertentu

pada

pre-freeze

post-thawing.

TES-Tris

baik

medium

sehingga

proses

dehidrasi.

(Weidel & Prins, 1987)
Gliserol dalam medium merupakan
cryoprotectant

yang

dapat

sebelum dilakukan simpan beku.

melindungi

Medium simpan beku spermatozoa

kerusakan

umumnya mengandung buffer dan

pendinginan berlangsung (Winarso

cryoprotectant. Medium TES-Tris

& Hinting, 1999). Pada medium

yolk citrat (TESTYC) merupakan

simpan beku tanpa gliserol, hasil

medium yang sering digunakan pada

thawing yang didapat menunjukkan

simpan beku spermatozoa. Medium

survival spermatozoa yang lebih

tersebut merupakan medium yang

rendah

dapat

mengandung

mempertahankan

motilitas

spermatozoa

dari

selama

dibanding

proses

medium

gliserol.

yang

Kondisi
34

tersebut menunjukkan bahwa gliserol

merupakan

dalam medium simpan beku dapat

medium TES-TYC (Prins & Weidel,

sebagai cryoprotectant

berfungsi
dan

sangat

penting

untuk

1986).

salah satu komponen

Struktur

dan

spermatozoa post freezing

fungsi
yang

survival

disimpan dengan medium TES-TYC

spermatozoa. Pada proses thawing,

lebih baik dibanding struktur dan

simpan beku dalam medium tanpa

fungsi spermatozoa post freezing

gliserol menyebabkan

yang disimpan dengan gliserol saja

mempertahankan

penurunan

terjadinya

recovery

of

motile

spermatozoa oleh karena terjadi
penurunan
Dengan

survival

adanya

cryoprotectant

(Hallack et.al.,1996).
Fluiditas merupakan hal penting

spermatozoa.

secara biologis bagi membran sel

gliserol sebagai

(Albert et al. 1994). Aktivitas enzim

dalam

medium,

dan

proses

transport

melalui

motilitas post thawing akan lebih

membran akan terhenti bila struktur

terjaga (Prins & Weidel, 1986).

bilayer menjadi kaku. Fluiditas lipid

Kuning telur dalam medium TES-

bilayer membran sangat tergantung

TYC

pada temperatur dan komposisinya.

bukan

cryoprotectant

tetapi

merupakan
berfungsi

Pada

temperatur

rendah,

rantai

mempertahankan fluiditas membran

phospholipid pada membran berubah

sel (Mortimer,1994). Pada kuning

dari fase sol menjadi fase gel,

telur terdapat lemak yang antara lain

perubahan tersebut disebut sebagai

tersusun atas gliserol dan kolesterol.

fase

Komponen tersebut diketahui dapat

menyebabkan

mempertahankan integritas sel pada

membeku. Disamping itu adanya

saat

suhu.

ikatan ganda cis yang membentuk

(Mortimer,1994 ; Albert et al.,1994 ;

lekukan pada rantai hidrokarbon dan

Hafez, 1968). Kuning telur ayam

membuat rantai hidrokarbon sulit

terjadi

penurunan

transisi.

Hal

ini

yang

membran

sulit

35

bersatu, sehingga membran tetap

METODE PENELITIAN

fluid

Penelitian ini merupakan penelitian

pada

temperatur

rendah.
lipid

eksperimental

bilayer pada membran sel juga

menggunakan

tersusun

Pada

Lengkap (RAL) sebagai rancangan

kolesterol

dasar (Munawar, 1995) Pelaksanaan

menyebabkan membran sel menjadi

Penelitian ini menggunakan fasilitas

kurang fluid tetapi pada konsentrasi

Laboratorium

yang tinggi, kolesterol mencegah

Sakit Telogorejo Semarang.

rantai karbon bergabung sehingga

Semen yang diambil dari 30 pria

mencegah membran menjadi kaku

dewasa digunakan sebagai

(rigid) (Albert et al., 1994 ; Anonim,

dalam penelitian ini. Penelitian ini

2000)

menggunakan

Fruktosa dengan konsentrasi 2 %

meliputi : volume semen, jumlah

dalam medium TESTYC merupakan

leukosit dalam semen, pH semen,

penyimpan

kekentalan

Disamping

konsentrasi

phospholipid,

atas

kolesterol.
rendah

sumber

energi

bagi

murni

dengan

Rancangan

Andrologi

kriteria

semen,

dan

Acak

Rumah

sampel

inklusi

jumlah,

spermatozoa pada kondisi in vitro,

motilitas serta vitalitas spermatozoa

sedangkan keberadaan sitrat pada

sesuai kriteria WHO (Anonim,1999).

medium berfungsi sebagai buffer dan

Tiga puluh sampel semen tersebut

tersusun dalam bentuk Na-sitrat.

kemudian

ditambahkan

medium

Untuk

TES-TYC

selanjutnya

disimpan

mereduksi

keasaman

dilakukan dengan cara mengeluarkan

beku dalam nitrogen cair

ion H+ dari dalam sel. Satu ion H+

Variabel

akan dipompa keluar dari sel untuk

morfologi spermatozoa yang diamati

tiap Na+yang masuk ke dalam sel.

sebelum dan sesudah simpan beku.

Dengan demikian pH intrasellular

Pengujian ketepatan metode simpan

akan terjaga sekitar 7,2.

beku dilakukan dengan menghitung

penelitian

ini

adalah

36

Cryosurvival

Factor

(Mortimer,

menggunakan

program

komputer

SPSS (Santosa, 1999)

1994).
Pembuatan medium TEST-Tris yolk
citrat (TES-TYC) sesuai metode
Winarso & Hinting,1999 ; Prins &

HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel

1.

Weidel 1986 ; Mortimer, 1994.
Penyimpanan
cryopreservation)

semen
sesuai

(semen
metode

Winarso & Hinting (1999). Penuaian
(thawing)

semen

sesuai

dengan

metode Weidel & Prins (1987).
Data hasil penelitian diuji pola
distribusinya dengan menggunakan
uji

Kolmogorov-Smirnov,

Hasil penghitungan rerata
morfologi spermatozoa normal
sebelum dan setelah simpan beku
(dalam %)

Morfologi
sebelum simpan
beku
23,20 ± 4,09a

Morfologi
setelah simpan
beku
22,65 ± 3,89a

Keterangan : Data yang diikuti superscrip
yang sama menunjukkan
berbeda tidak nyata. Data
yang diikuti superscrip yang
berbeda
menunjukkan
berbeda nyata.

Price

dan

&

Wilson

(1995),

dilanjutkan dengan uji homogenitas

menyatakan bahwa gangguan yang

variansi. Hasil uji pola distribusi

hebat

menunjukkan semua data mengikuti

kerusakan yang irreversible sehingga

pola

dan

sel akan mengalami kematian yang

variansinya homogen maka untuk

sulit diketahui dengan pengamatan

melihat perbedaan jumlah morfologi

morfologi

spermatozoa normal sebelum simpan

mengalami

beku dan morfologi spermatozoa

dalam waktu yang lebih lama maka

normal

kematian

distribusi

setelah

normal

simpan

beku

pada

sel

sel.

menyebabkan

Bila

sel

kematian

yang

dibiarkan

tersebut

baru

dilakukan uji statistik menggunakan

memperlihatkan

analisis

dengan

morfologi yang dapat diketahui.

menggunakan uji t (Munawar, 1995).

Sesuai pernyataan tersebut, pada

Analisis statistik dilakukan dengan

penelitian

parametrik

ini,

perubahan

saat

penambahan
37

medium sampai saat spermatozoa

menyebabkan terjadinya rehidrasi

membeku

dilakukan

pada saat thawing, sehingga dapat

thawing sampai saat pengamatan

menyebabkan volume sel bertambah.

morfologi

Spermatozoa

dan

saat

spermatozoa

waktunya

yang

mengalami

relatif singkat, sehingga apapun yang

kematian

menyebabkan kematian spermatozoa

permeabilitas membran. Selanjutnya

belum dapat mengubah morfologi

menurut Price & Wilson (1995),

spermatozoa.

selama dapat bertahan pada kondisi

Pada

pengamatan

mengalami

kenaikan

terlihat

pembengkakan, bila sel tersebut

mengalami

tidak pecah maka dapat kembali

kematian tersebut berbentuk seperti

pada kondisi normal. Dengan adanya

morfologi spermatozoa normal yang

fruktosa yang merupakan substansi

lain,

non

morfologi

spermatozoa

spermatozoa

yang

kemungkinan

yang

menyebabkan

morfologi

permeating,

mempertahankan

spermatozoa setelah simpan beku

medium

tidak

kemungkinan

berbeda

morfologi

bermakna

spermatozoa

dengan
sebelum

Akibat

dehidrasi

gliserol

dan

masuknya
permeating

sebagai

cryoprotectant

ke

dalam

di

osmolaritas

luar

sel,

sehingga

spermatozoa

mengalami pembengkakan sangat
kecil.

simpan beku

akan

Pembengkakan

pada

spermatozoa setelah simpan beku
kemungkinan

dapat

juga

terjadi

namun hal tersebut tidak terdeteksi

spermatozoa yang terjadi pada saat

pada

penambahan medium sampai saat

pengamatan morfologi spermatozoa

pembekuan,

tidak dilakukan dengan klasifikasi

spermatozoa

maka
lebih

osmolaritas
tinggi

saat

Tygerberg

pengamatan,

strict

criteria

yang

dibandingkan osmolaritas medium

menggunakan

disekelilingnya.

spermatozoa. Dengan demikian pada

Hal

tersebut

pedoman

karena

ukuran

38

pengamatan morfologi, spermatozoa

spermatozoa akan berbentuk seperti

yang

pembengkakan

spermatozoa berkepala pinhead atau

tersebut sebelum berbentuk coiling,

bahkan kepala spermatozoa tidak

dihitung

nampak lagi. Spermatozoa dengan

mengalami

sebagai

morfologi

spermatozoa normal. Hal tersebut di

kepala

atas merupakan kemungkinan lain

spermatozoa berkepala pinhead atau

yang

spermatozoa tak berkepala menurut

menyebabkan

morfologi

berbentuk

seperti

spermatozoa setelah simpan beku

Mortimer

tidak

dengan

penghitungan prosentase morfologi

spermatozoa

sebelum

tidak dihitung sebagai spermatozoa.

beku (p>0,05).

Menurut

Spermatozoa setelah simpan beku

Underwood (1995), kerusakan akibat

yang mengalami plasmolisis tidak

trauma mekanik yang parah adalah

terhitung sebagai spermatozoa. Hal

robeknya membran sel sehingga

tersebut

menyebabkan

keluar.

kemungkinan

Pada penelitian ini tidak dilakukan

menyebabkan

pengamatan ultra struktur membran

spermatozoa setelah simpan beku

sel,

tidak

berbeda

morfologi
simpan

bermakna

sitoplasma

namun mengacu pernyataan

tersebut

di

atas

kemungkinan

(1994),

di

atas

merupakan

berikutnya

yang

morfologi

berbeda

morfologi

dalam

bermakna

spermatozoa

dengan
sebelum

kerusakan membran sel spermatozoa

simpan

cukup parah, sehingga menyebabkan

Kemungkinan

sitoplasma sel keluar. Pada saat

kerusakan

pengamatan morfologi spermatozoa,

ringan maka jika terjadi rehidrasi air

terlihat bagian kepala spermatozoa

akan keluar lagi melalui membran

yang

yang rusak sehingga tidak terjadi

sitoplasmanya keluar akan

mengalami
pengkerutan

pengkerutan.
hebat

maka

Jika
kepala

beku
lain

membran

(p>0,05).
adalah

jika

spermatozoa

pembengkakan dan pada pengamatan
morfologi,

bentuk

spermatozoa
39

tersebut seperti bentuk spermatozoa
normal.

KESIMPULAN
Pada penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa data morfologi
spermatozoa tidak dapat dijadikan
indikator untuk melihat dampak
simpan beku spermatozoa dengan
menggunakan medium simpan beku
TES-TYC.

DAFTAR PUSTAKA
Alberts, B., D. Ray, J. Lewis, K. Raff,
K. Roberts, J.D. Watson. 1994
Molecular Biology of the cell. 3rd
Edition. Garland Publishing Inc.
New York. pp 483 – 502.
Anonim. 1999. WHO Laboratory
Manual for the examination of
human semen and sperm- cervical
mucus interaction.4th Ed. Cambridge
University Press. United Kingdom.
Anonim.2000.
Cell
Membrane.
http://www.altavista.com
Critzer, J.K., A.R. Huse-Benda, D.V.
Aaker, B.W. Arneson, G. David
Ball. 1988. Cryopreservation of
human spermatozoa. III. The Effect
of Cryoprotectant on Motility. Fertil
Steril. : 50(2) : 314-320.
Constatinides,
P.1993.
General
Pathology. Appleton & Lange.
pp39– 42 Connecticut
Girraud, M.N., C. Motta, D. Boucher,
and G. Grizard. 2000. Membrane

fluidity predicts the outcome
cryopreservation
of
human
spermatozoa. J Hum Reproduction.
15 (10): 2160-2164.
Hafez, E.S.E. 1968. Reproduction in
Farm Animals. 2nd Ed. Lea &
Febiger. Philadelphia. pp 51-56.
Hallack J., R.S. Sidhu, A.J. Thomas Jr.
1996. Effect of test yolk buffer and
glycerol cryoprservation on human
speramtozoa
morphology
and
function. ASRM Abstracts.
Henry, M.A., E.E. Noiles, D. Gao, P.
Mazur,
J.K.
Critzer.
1993.
Cryopreservation
of
human
spermatozoa. IV. The effect of
cooling rate and warming rate on the
maintenance of motility, plasma
membrane
integrity,
and
mitochondrial function.
Fertil.
Steril. 60 (5) : 911 – 917.
Johnson M., B. Everitt, 1988. Essential
Reproduction. 3rd Edition.Oxford.
Blackwell scientific Publ. : 52-62.
Mazur P. 1977. The Role of intracellular
Freezing in the Death of Cells
Cooled at Supraoptimal Rates. J.
Cryobiology. 14 : 251-272
Mortimer D. 1994. Practical laboratory
andrology. University Press. New
York Oxford pp 301 –320.
Munawar. Biometri II. 1995. Jurusan
Biologi
FMIPA
UNSRI.
Palembang.
Nieschlag, E., & H.M. Behre. 1996
Andrology. Male Reproductive
Health and Dysfunction. Springer
Publ. Berlin. pp 65 – 105
Polcz T.E., J.B. Stronk, G.B. Huszar.
1996. Repeated Cryopreservation of
Ejaculated Human Spermatozoa,
Recovery and Maintenance of
Sperm Motility and Viability..
ASRM Abstract.
40

Price, S.A., & L.M. Wilson Patofisiologi
Konsep Klinis Proses - Proses
Penyakit.
Penerjemah
Peter
Anugrah. Edisi 4. Jakarta.EGC 1995
: 22-28
Prins, G.S. & L. Weidel. A. 1986.
Comparative study of buffer system
as cryoprotectant for human
spermatozoa. Fertil. Steril. 46:147–
149.
Romanoff A.L., Anastasia J. Romanoff.
1963. The avian egg. 2nd Edition.
New York. John Willey & Sons Inc.
311 – 343.
Santoso Singgih. SPSS (Statistical
Product and Service Solution).
1999. Jakarta : PT Elex Media
Komputindo, 300 – 380.

Underwood, J.C.E., Patologi Umum dan
Sistematik. Penerjemah Sarjadi.
Edisi 1 Jakarta. EGC. 1994 : 115120.
Weidel L., and G.S. Prins. 1987.
Cryosurvival
of
Human
Spermatozoa Frozen in Eight
Different Buffer Systems. J. Androl.
8 : 41 – 47.
Wetzels, A.M.M. 1996. IVF Laboratory
aspects of in-vitro fertilization. N.V.
Organon. Netherlands. pp 228 –
240.
Winarso, H. & A. Hinting. 1999.
Simpan beku sperma manusia. Post
graduate course Penatalaksanaan
infertilitas pria dan analisis semen.
FK Unair. Surabaya.

41