2.1.4.7. Kesejahteraan Sosial Penduduk yang termasuk dalam kategori miskin di Kabupaten Sarolangun berjumlah sekitar 20.465 orang (tahun 2006). Sedangkan penduduk yang lanjut usia terlantar sebanyak 1.724 orang. Secara keseluruhan jumlah penduduk yang ter
2.1.4.7. Kesejahteraan Sosial
Penduduk yang termasuk dalam kategori miskin di Kabupaten
Sarolangun berjumlah sekitar 20.465 orang (tahun 2006). Sedangkan penduduk
yang lanjut usia terlantar sebanyak 1.724 orang. Secara keseluruhan jumlah
penduduk yang tergolong masih rawan secara sosial dapat dilihat pada Tabel
2.22. Tabel 2.22 Jumlah penduduk rawan sosial dan sarana di Kabupaten
Sarolangun tahun 2003-2006.
No Penduduk Jumlah (jiwa) 2003 2004 2005 2006
1. Fakir miskin 4.620 4.620 20.640 20.645
2. Balita dan anak terlantar 1.044 1.044 125 968
3. Lanjut usia terlantar 1.273 1.273 238 1.724
4. Komunitas adat terpencil 142 142 535 327
5. Penyandang cacat 252 252 531 523
beragama. Hal itu tercermin dari kehidupan masyarakat yang agamis, dan
perkembangan rumah-rumah ibadah. Mengenai kehidupan yang agamis
diperlihatkan dengan aktifitas peribadatan, tumbuhnya kelompok-kelompok atau
majelis pengajian dan peribadatan, semaraknya peringatan hari-hari besar
keagamaan, serta semangat masyarakat dalm pembangunan rumah-rumah
ibadah. Kondisi seperti itu terlihat dari data perkembangan tempat peribadatan
pada Tabel 2.21Tabel 2.21 Jumlah tempat ibadah di kabupaten Sarolangun.
No Tempat Ibadah 2003 2004 2005 2006
1. Mesjid 331 332 335 340
2. Mushola/Langgar 286 256 227 227
3. Vihara/Klenteng - - - -
4. Gereja Kristen
1
3
3
3
5. Gereja Katholik
- 6. Pondok pesantren
2
2
2
18
20
20
21 Jumlah 636 613 587 588
2.1.4.6. Kebudayaan dan Adat Istiadat
Masyarakat di Kabupaten Sarolangun terdiri dari beragam etnis,
setidaknya ada 12 suku/etnis dengan masing-masing latar belakang budaya dan
adat istiadat, serta bahasa (ada sekitar enam bahasa lokal). Kondisi itu
merupakan kekayaan budaya dan adat istiadat daerah, meskipun kemajemukan
itu dapat berpotensi menjadi konflik horizontal jika tidak dikelola dengan baik
oleh pemerintah. Untuk mengantisipasi itu, pemerintah telah berupaya untuk
mengelola keragaman budaya dan adat istiadat yang ada pada masyarakat
melalui kelembagaan formal dan informal, termasuk diantaranya adalah
Lembaga Adat Daerah yang dibentuk hingga pada tingkat desa. Selain itu,
pemerintah giat melakukan promosi budaya melalui berbagai even. Upaya
pembangunan yang telah dilakukan selam ini terlihat mampu meningkatkan
pemahaman terhadap keragaman budaya, pentingnya toleransi, dan perlunya
penyelesaian masalah secara damai, serta mulai berkembangnya interaksi
antar budaya secara positif.Dalam kaitan dengan usia harapan hidup masyarakat, Pemerintah
Daerah telah menunjukkan keberhasilan dalam pembangunan di bidang
kesehatan, hal itu tercermin dalam Tabel 2.20.Tabel 2.20 Usia harapan hidup penduduk Kabupaten Sarolangun.Usia harapan hidup No Kabupaten/Kota
P L Provinsi Jambi 68,8 64,8
1. Kerinci 70,9 66,9
2. Merangin 68,2 64,3
3. Sarolangun 68,5 64,6
4. Batanghari 68,0 64,2
5. Muara Jambi 68,2 64,3
6. Tanjung Jabung Timur 68,8 64,9
7. Tanjung Jabung Barat 70,7 66,8
8. Tebo 67,6 63,7
9. Bungo 64,4 60,7
10. Kota Jambi 70,8 66,8
Berdasarkan pola penyebaran penyakit yang diderita oleh masyarakat pada
umumnya berupa infeksi menular. Sepuluh penyakit dengan prevalensi tertinggi
adalah penyakit ISPA (pernafasan), kulit infeksi, malaria klinis, hipertensi, diare,
pulpa dan jaringan peripikal, asma, dan kulit alergi. Penyakit lain pada saluran
pernafasan bagian atas, dan penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat
kecelakaan dan rudo paksa. Dari data yang ada mengisyaratkan bahwa
peningkatan sarana dan prasarana kesehatan, pelayanan kesehatan, dan
jumlah tenaga kesehatan sangat perlu dilakukan untuk menjamin bahwa
pembangunan di bidang kesehatan dari waktu ke waktu semakin meningkatkan
kualitas hidup masyarakat.2.1.4.5. Kehidupan Beragama
Aspek keagamaan merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan
bermasyarakat. Oleh karena itu, pemerintah harus dapat menjamin kehidupan
beragama setiap individu di dalam masyarakat. Pemerintah Kabupaten
Sarolangun memiliki komitmen yang kuat untuk memajukan kehidupan
Tabel 2.18. Banyaknya tenaga kerja yang dilatih di LKK-UKM menurut jenis kelamin tahun 1995-2006.91
19
25
19
25
8. Agustus 54 101
46
88
46
88
9. September
53
35
81
55
91
81
10. Oktober
43 24 - - - -
11. Nopember
52 48 - - - -
12. Desember 72 105
88
32
44
30 Jumlah 1.104 1.089 619 539 570 537 Sumber: Sarolangun dalam angka 2007.
Pembangunan di bidang kesehatan merupakan salah satu faktor penting
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan kesehatan
masyarakat dapat dilihat dari status kesehatan dan pola penyakit yang ada di
wilayah itu. Indikator yang umum dipakai untuk mengukur derajat kesehatan
adalah usia harapan hidup masyarakat, tingkat kematian bayi, angka kematian
ibu melahirkan, dan status gizi buruk.54
7. Juli
Tahun Laki-laki Perempuan 1995 208 192 1996 272 144 1997 288 352 1998 412 244 1999 320 240 2000 320 320 2001 193 120 2002 248 184 2003 254 252 2004 180 200 2005 192 141 2006 167 169 Sumber: Sarolangun dalam angka 2007.
95
Tabel 2.19. Situasi pencari kerja, penempatan dan permintaan per bulan menurut jenis kelamin tahun 2006.No Bulan Pendaftaran Permintaan Penempatan
L P L P L P
1. Januari 138 143 - - - -
2. Februari
20 6 - - - -
3. Maret 436 490 222 245 217 245
4. April
90
50
95
50
50
6
5. Mei
66
19
51
12
51
12
6. Juni
25
14
7
6
7
2.1.4.4. Kesehatan
Tabel 2.16. Jumlah pencari kerja yang terdaftar dan yang ditempatkan menurut tingkat pendidikan dan jenis kelamin tahun 2006.3. Mesin mobil 16 -
32
5. Menjahit -
16
2
14
4. Radio/elektronik
16
2. Las karbit - - -
6. Instalasi penerangan - - -
16
1. Las listrik 16 -
Institusional
13. Tanaman palawija/kebun - - -
12. Perikanan - - -
11. Ternak unggas - - -
10. Tata rias/Salon - - -
32
32
7. Peternakan - - -
9. Prosesing -
13. Reamer block 16 -
20
12
16. Komputer
15. Bordir - - -
16
14. Teknik pendingin 16 -
16
16
8. Sepeda motor - - -
3
13
12. Gulung dinamo
11. Prosesing - - -
10. Mengetik - - -
16
16
9. Pangkas/Rias -
32
16
No Tingkat
53
28 84 112
4. Diploma II
3. Diploma I - - - - - -
3. SLTA 562 424 986 203 309 512
55 56 111
82
29
2. SLTP
8
30
14
16
42
17
25
L P Jumlah L P Jumlah 1. SD/tidak tamat
Pendidikan Terdaftar Ditempatkan
50
58
16
5. Las Karbit 16 -
8. Anyaman -
48
48
7. Menjahit -
16
6. Sepeda motor 16 -
16
4. Mengetik - - -
5. Sarmud/DIII 195 308 503 117 82 199
3. Listrik/elektronik - - -
32
2. Bangunan batu 32 -
1. Bangunan kayu/meubel - - -
Non-institusional
No Kejuruan Laki-laki Perempuan Jumlah
Tabel 2.17. Banyaknya tenaga kerja yang dilatih di LKK-UKM menurut kejuruan dan jenis kelamin tahun 2006.6. Sarjana 241 227 468 96 101 197 Jumlah 1.104 1.089 2.193 537 570 1.107 Sumber: Sarolangun dalam angka 2007 .
32 Jumlah 167 169 336
Tabel 2.14 Rasio guru-murid untuk masing-masing sekolah di Kabupaten Sarolangun.3 SLTP
11
11
12
11
19
4 SLTA
76
13
16
14
20
23
21
No Pendidikan 2000 2001 2002 2003 2004 Perkembangan
20
19
20
21
2 SD
77
9
9
11
11
16
1 TK
(%)
72
2.1.4.3. Tenaga Kerja Jumlah pencari kerja di Kabupaten Sarolangun tergolong cukup besar.
Tabel 2.15. Jumlah pencari kerja yang terdaftar pada kantor Disnakertrans per bulan menurut tingkat pendidikan dan jenis kelamin tahun 2006.15
22
34
46
9. September - -
5
5
37
19
10. Oktober 2 - 7 -
26
11. Nopember 2 -
16
3
1
35
24
12. Desember 1 - 5 -
46
46 Jumlah
25
17
53 29 562 424 Sumber: Sarolangun dalam angka 2007 .
13
2
No Bulan SD SLTP SLTA L P L P L P
77
1. Januari 1 -
6
1
62
76
2. Februari 4 - 4 -
10
1
Berdasarkan data yang tercatat pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
(Disnakertrans) Kabupaten Sarolangun tahun 2006 terlihat bahwa pencari kerja
adalah 2.193 orang, terdiri dari 1.104 orang laki-laki dan 1.089 orang
perempuan, dan mereka pada umumnya antara 10-54 tahun.Dalam rangka meningkatkan keterampilan para pencari kerja, pemerintah
daerah telah melakukan pelatihan. Banyaknya tenaga kerja yang dilatih di LKK-
UKM Disnakertrans tahun 2006 berjumlah 336 orang, terdiri dari 167 orang laki-
laki dan 169 orang perempuan. Profil tenaga kerja dan aspek yang terkait di
Kabupaten Sarolangun diperlihatkan pada Tabel 2.15 sampai Tabel 2.11.4. April 8 - 2 -
45
8. Agustus
5. Mei
2
1 4 -
51
11
6. Juni 2 - 2 -
16
7
7. Juli 1 - - -
28
27
3. Maret - - 2 - 140 107
Dalam konteks itu, Kabupaten Sarolangun untuk penduduk usia 10 tahun ke
atas yang melek huruf sebesar 86,5% untuk perempuan dan 94% untuk laki-
laki, rata-rata lama bersekolah mencapai 5,2 tahun untuk perempuan dan 6,6
tahun untuk laki-laki. Gambaran penduduk yang melek huruf dan lama
bersekolah ditunjukkan pada Tabel 2.11 Data yang ditampilkan pada tabel tersebut memperlihatkan bahwapenduduk laki-laki cenderung lebih banyak yang buta huruf daripada penduduk
perempuan. Kondisi ini membuktikan bahwa pembangunan di bidang
pendidikan perlu mendapatkan perhatian yang lebih serius lagi. Pemikiran ini
diperkuat dengan data yang menunjukkan rata-rata lama sekolah penduduk
masih rendah jika dibandingkan dengan kabupaten lain. Namun demikian,
angka partisipasi sekolah penduduk cenderung meningkat dari tahun ke tahun
(Tabel 2.12). Peningkatan itu terkait dengan upaya pemerintah daerah dalam
meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan (Tabel 2.13).Tabel 2.12 Angka partisipasi sekolah penduduk Kabupaten Sarolangun yang berusia 7-18 tahun.Perkembangan No Pendidikan 2000 2001 2002 2003 2004
(%)
1 TK 733 1.004 1.770 1.734 2.132 190,85
2 SD 29.682 29.772 29.943 30.909 30.392 2,39
3 SLTP 4.681 4.714 5.297 6.918 6.429 37,34
4 SLTA 1.121 1.401 1.824 2.517 2.637 135,23
Tabel 2.13 Jumlah sekolah dari tahun 2000-2004 di Kabupaten Sarolangun.
Perkembangan No Pendidikan 2000 2001 2002 2003 2004
(%)
1 TK
21
34
53
52 62 200
2 SD 207 212 195 196 198 -4,3
3 SLTP
20
28
27
34
37
85
4 SLTA
7
8
10
13 14 100
Selain peningkatan jumlah sekolah, rasio guru dan murid juga mengalami
perbaikan, sehingga semakin mendekati kondisi ideal seperti yang diharapkan
(Tabel 2.13).Tabel 2.10 Posisi IPM Kabupaten Sarolangun terhadap nasional dan provinsi tahun 2002.3. Sarolangun 65,0 203
1. Kerinci 91,4 94,8 6,7 8,0
1
Pembangunan di bidang pendidikan di Kabupaten Sarolangun relatif
belum mengalami peningkatan secara signifikan, terutama jika dibandingkan
dengan kabupaten lain di wilayah Provinsi Jambi. Hal ini tentunya terkait dengan
usia kabupaten yang relatif masih muda. Rendahnya tingkat pendidikan
penduduk diindikasikan dengan angka melek huruf, rata-rata lama bersekolah,
dan partisipasi pendidikan berdasarkan usia sekolah.Tabel 2.11 Penduduk melek huruf dan rata-rata lam bersekolah di Kabupaten Sarolangun dibandingkan dengan kabupaten/kota
di Provinsi Jambi.
No Kabupaten/Kota Rata-rata melek huruf (%)
Rata-rata lama sekolah P L P L
Provinsi Jambi 92,1 97,3 6,7 8,0
2. Merangin 93,5 97,9 6,2 7,5
10. Kota Jambi 68,9
4. Batanghari 94,4 99,1 6,1 7,7
5. Muara Jambi 89,7 98,0 6,2 7,4
6. Tanjung Jabung Timur 92,9 94,8 5,7 6,6
7. Tanjung Jabung Barat 93,6 98,3 6,7 7,7
8. Tebo 87,3 96,2 5,8 7,2
9. Bungo 91,1 98,0 6,1 7,7
10. Kota Jambi 96,3 99,3 9,5 10,6
46
9
No Kabupaten/Kota
9. Bungo 62,7 232
IPM Peringkat
Nasional Peringkat
Provinsi Provinsi Jambi 67,4 10 -
1. Kerinci 67,5 106
3
2. Merangin 65,0 161
6
8
4. Batanghari 64,6 154
4
5. Muara Jambi 64,6 158
5
6. Tanjung Jabung Timur 63,6 192
7
7. Tanjung Jabung Barat 63,6 102
2
8. Tebo 62,7 207
10
2.1.4.2. Pendidikan
3. Sarolangun 86,5 94,1 5,2 6,6
Pelaporan kinerja operasional yang berdimensi keuangan pada
Pemerintah Kabupaten Sarolangun disajikan tersendiri dalam “Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah” (LAKIP), yang mengacu pada
pedoman yang ditetapkan Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN) dengan
Keputusan Nomor 239/IX/6/8/2003.Dalam LAKIP tersebut, dilaporkan aspek akuntabilitas kinerja, di mana
esensi capaian kinerja yang dilaporkan merujuk pada sejauh mana visi, misi dan
tujuan/sasaran strategis telah dicapai selama tahun 2007.Di dalamnya antara lain diuraikan strategi dan sumber daya yang digunakan
untuk mencapai tujuan/sasaran strategis, tingkat efisiensi suatu program melalui
pembandingan output dengan inputnya, serta tingkat efektivitas suatu program
melalui pembandingan outcome dengan targetnya.2.1.4. Profil Sosial dan Budaya
2.1.4.1. Sumberdaya Manusia
Pembangunan sumberdaya manusia (SDM) di Kabupaten Sarolangun
setelah periode pemekaran relatif belum mengalami perkembangan. Fenomena
itu terlihat dari angka Indek Pembangunan Manusia (IPM) sebelum pemekaran
tahun 1999 sebesar 65,0 dan setelah pemekaran masih tetap 65,0. Kondisi ini
menempatkan Kabupaten Sarolangun berada pada peringkat 203 untuk tingkat
nasional dan 8 untuk tingkat provinsi atau ketiga terbawah. Dengan demikian,
kondisi IPM kabupaten ini tergolong masih rendah jika dibandingkan dengan
kabupaten-kabupaten lain di wilayah Provinsi Jambi. Posisi kondisi IPM
terhadap nasional dan provinsi ditunjukkan pada Tabel 2.10.
peraturan terbaru (antara lain Permendagri Nomor 59 Tahun 2007, PP Nomor 3
Tahun 2007, PP Nomor 38 Tahun 2007) dimana secara substansial mengatur
hal-hal pokok yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan daerah. Ketentuan
secara rinci diatur lebih lanjut dalam Peraturan Kepala Daerah (antara lain telah
disusun draft Kebijakan Akuntansi).2 2 . .
1 1 . .
3 3 . .
2 2 . . P P e e n n c c a a p p a a i i a a n n T T a a r r g g e e t t K K i i n n e e r r j j a a A A P P B B D D APBD Kabupaten Sarolangun tahun anggaran 2007 ditetapkan
dengan Peraturan Daerah Nomor 01 Tahun 2007, yang selanjutnya diubah
dengan Peraturan Daerah Nomor 30.Tahun 2007 tentang Perubahan APBD
Kabupaten Sarolangun tahun anggaran 2007. Penyusunan APBD ini dilakukan
dalam rangka penyelenggaraan fungsi pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat untuk mencapai tujuan
bernegara. Upaya untuk mencapai tujuan bernegara dimaksud secara
operasional dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang sekaligus
bertindak selaku pusat pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah.APBD yang disusun ini telah menerapkan sistem anggaran berbasis
kinerja, yakni mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari
perencanaan alokasi biaya atau input yang digunakan. Prinsip-prinsip anggaran
berbasis kinerja ini secara operasional dituangkan dalam bentuk Anggaran
Belanja Langsung, yakni belanja yang dipengaruhi secara langsung oleh
adanya program/kegiatan yang direncanakan.
Struktur APBD terdiri dari anggaran pendapatan, belanja dan pembiayaan.
Khusus untuk belanja diklasifikasikan lebih lanjut ke dalam Belanja Tidak
Langsung terdiri dari Belanja Pegawai, Bunga; Subsidi; Hibah; Bantuan Sosial;
Belanja Bagi Hasil; Bantuan Keuangan; dan Belanja Tidak Terduga. Sedangkan
Belanja Langsung terdiri dari Belanja Pegawai; Belanja Barang dan Jasa; dan
Belanja Modal.2006 yang mencapai 93,71 % dan tahun 2005 yang mencapai 93,60 %.
6. Dari sisi kesehatan, angka harapan hidup di tahun 2007 diharapkan bertahan pada 68,80 % sebagaimana pada tahun 2006 yang telah
meningkat dari angka 68,61% tahun untuk tahun 2005.
2 2 . .
1 1 . .
3 3 . .
1 1 . . K K e e b b i i j j a a k k a a n n K K e e u u a a n n g g a a n n Dalam menjalankan roda perekonomian dan pemerintahan di
Kabupaten Sarolangun untuk mewujudkan visi “Terwujudnya Kabupaten yang
maju dan mandiri berbasis ekonomi kerakyatan, agribisnis yang berdaya saing
tinggi dan SDM yang berkualitas dalam tatanan kehidupan masyarakat yang
sejahtera, aman, tenteram serta menjunjung tinggi nilai-nilai agama, adat
istiadat dan supremasi hukum”; diperlukan kebijakan fiskal dan keuangan, baik
dari sisi penerimaan maupun pengeluaran.Dari sisi penerimaan, telah dikeluarkan seperangkat Perda yang mengatur
mengenai Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sumber pajak dan retribusi
daerah. Perda tersebut menyebutkan secara rinci mengenai jenis dan tarif
masing-masing pajak dan retribusi daerah. Pada tahun anggaran 2007 ini
penerimaan PAD jumlahnya belum signifikan untuk menopang belanja daerah
dalam APBD, dan masih mengandalkan dukungan dana dari penerimaan
transfer/bagi hasil dan Dana Alokasi Umum dari Pemerintah Pusat.Dari sisi pengeluaran, Perda APBD telah ditetapkan sebagai batas tertinggi
pengeluaran untuk tiap-tiap kegiatan agar terjadi efisiensi dan efektivitas
kegiatan. Selanjutnya sebagai pelaksanaan ketentuan pasal 150 ayat 1
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005, telah disusun perangkat
kebijakan yang menjadi dasar dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban
keuangan daerah, yakni Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2005 tentang Pokok-
pokok Pengelolaan Keuangan Daerah dan sebagai pengganti Peraturan Daerah
yang lama tersebut telah disusun draft Peraturan Daerah Tentang Pokok-Pokok
Pengelolaan Keuangan Daerah. Draft Perda ini telah disesuaikan dengan
2.1.3. Profil Ekonomi
Indikator makro bidang ekonomi dan sosial yang dipertimbangkan oleh
Pemerintah Kabupaten Sarolangun dalam pelaksanaan APBD tahun anggaran
2007, di antaranya bersumber dari Badan Pusat Statistik. Dalam publikasi BPS
Kabupaten Sarolangun , nampak bahwa :1. Pertumbuhan ekonomi adalah 6,82 % pada tahun 2005 dan 7,75 % pada tahun 2006. Dalam tahun 2007 angka pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai angka 7,20 %.
2. Struktur ekonomi didominasi oleh sektor utama di Tahun 2007 yaitu Sektor Bangunan, Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih serta sektor Jasa-Jasa. Disektor Bangunan dan Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih masing-masing menyumbang hingga 15,88 % dan 15,78 % terhadap perekonomian Kabupaten Sarolangun, sedangkan sektor jasa-jasa menyumbang 12,39 pada tahun 2007.
3. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) per Kapita tahun 2005 Rp 117.980.000,- naik menjadi Rp 124.670.000,- pada tahun 2006. Dalam tahun 2007 diperkirakan mencapai Rp 124.190.000,- Sedangkan total Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2005 Rp 119,77 juta menjadi 128,56 juta pada tahun 2006.
Pada tahun 2007 diperkirakan mencapai Rp 127,08 juta.
4. Laju pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun relatif stabil pada tingkat 2,4 %. Sedangkan tingkat pengangguran terbuka pada tahun 2007 mencapai 3,47 %. Sedangkan jumlah penduduk miskin yang pada tahun 2005 sebesar 19,81 %, pada tahun 2006 turun menjadi 18,23 % dari jumlah penduduk. Pada tahun 2007 diharapkan semakin menurun.
5. Dari segi pendidikan, tingkat melek huruf penduduk pada tahun 2007 diharapkan pada tingkat 93,90 %, meningkat dibanding tahun
Tabel 2.8. Jumlah penduduk menurut kelompok umur tahun 2006.1. Batang Asai 13.202 14.249 0,79
9. Air Hitam N/A N/A N/A
8. Pauh 21.064 29.411 3,51
7. Batin VIII N/A N/A N/A
6. Sarolangun 35.265 44.672 2,48
5. Singkut
4. Pelawan 35.514 46.287 2,78
3. Cermin Nan Gedang
2. Limun 15.032 18.662 2,26
Pertumbuhan per Tahun
No Kelompok
No Kecamatan 1990 2000 Rata-rata
Tabel 2.9. Rata-rata pertumbuhan penduduk per tahun dari tahun 1990- 2000 menurut kecamatan.Laju pertumbuhan penduduk yang diprediksikan dalam Rencana Jangka
Panjang (RPJP) kabupaten ini tampak tidak linier dan cenderung menurun
hingga tahun 2025, dengan asumsi pertumbuhan rata-rata per tahun sekitar
2,41%. Dengan demikian, dalam RPIJM ini estimasi pertumbuhan penduduk
hingga 2014 diperkirakan juga sekitar 2,41% per tahun.Jumlah 103.498 101.592 205.090 Sumber: Sarolangun dalam angka 2007.
10. 45 – 49 4.792 7.234 12.026 11. 50 – 54 5.940 3.452 9.392 12. 55 – 59 2.896 2.332 5.228 13. 60 – 64 1.640 2.150 3.790 14. 65 – 69 1.248 2.132 3.380 15. 70 – 74 1.476 984 2.460 16. 75+ 1.230 328 1.558
1. 0 – 4 10.722 8.672 19.394 2. 5 – 9 12.116 11.260 23.376 3. 10 – 14 11.270 11.606 22.876 4. 15 – 19 10.386 10.358 20.744 5. 20 – 24 8.536 9.364 17.900 6. 25 – 29 7.642 10.376 18.018 7. 30 – 34 8.664 8.308 16.972 8. 35 – 39 9.046 6.942 15.988 9. 40 – 44 5.894 6.094 11.988
Jumlah L P
Umur Penduduk
10. Mandiangin 20.434 24.816 2,03 Jumlah 140.511 178.097 2,48 Sumber: Sarolangun dalam angka 2007 .
2.1.2.2. Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Struktur Umur
Struktur penduduk di Kabupaten Sarolangun secara umum mengalamiperubahan dari tahun 2004-2006. Jumlah penduduk kecenderunan meningkat
dari 195.909 jiwa pada tahun 2004 menjadi 205.090 jiwa pada tahun 2006.,
walau demikian rasio jenis kelamin relatif tidak mengalami perubahan atau
berkisar antara 102-106.Tabel 2.7. Jumlah penduduk dan rasio jenis kelamin menurut kecamatan tahun 2004-2006.Penduduk No Kecamatan
Rasio L P L+P
1. Batang Asai 7.308 7.705 15.013
95
2. Limun 6.335 6.014 12.349 105
3. Cermin Nan Gedang 3.114 3.281 6.395
95
4. Pelawan 12.699 12.267 24.966 104
5. Singkut 16.723 16.154 32.877 104
6. Sarolangun 16.307 15.784 32.091 103
7. Batin VIII 8.872 8.589 17.461 103
8. Pauh 9.115 9.386 18.501
97
9. Air Hitam 9.551 9.834 19.385
97
10. Mandiangin 13.423 12.629 26.052 106 Jumlah 2006 103.608 101.482 205.090 102 2005 100.442 98.380 198.822 102
2004 100.840 95.069 195.909 106 Sumber: Sarolangun dalam angka 2007.
Berdasarkan kelompok umur, sebagian besar penduduk berumur antara 5-19 tahun, sedangkan penduduk dengan umur lebih dari 75 tahun jumlahnya tergolong kecil. Data jumlah penduduk dan rasio jenis kelamin serta kelompok umur diperlihatkan pada Tabel 2.7 dan 2.8.
2.1.2.3. Laju Pertambahan Penduduk Berdasarkan data penduduk di Kabupaten Sarolangun terlihat bahwa
pertumbuhan penduduk rata-rata 2,48% selama kurun waktu 10 tahun atau dari
tahun 1990-2000 (Tabel 2.9).No Kecamatan Jumlah Rumah
33 Sumber: Sarolangun dalam angka 2007 .
5. Singkut ? 32.877 ?
6. Sarolangun 319 32.091 101
7. Batin VIII 498 17.461
35
8. Pauh 1.770 18.501
10
9. Air Hitam 471 19.385
41
10. Mandiangin 636 26.052
41 Jumlah 6.174 205.090
Tabel 2.6. Jumlah penduduk menurut kecamatan tahun 2005-2006.20
No Kecamatan 2005 2006
1. Batang Asai 14.553 15.013
2. Limun 11.972 12.349
3. Cermin Nan Gedang 6.200 6.395
4. Pelawan 24.494 24.966
5. Singkut 32.256 32.877
6. Sarolangun 31.110 32.091
7. Batin VIII 16.927 17.461
8. Pauh 17.936 18.501
9. Air Hitam 18.793 19.385
4. Pelawan ? 24.966 ?
3. Cermin Nan Gedang 315 6.395
Tangga Penduduk Rata-rata
9. Air Hitam 4.399 9.551 9.834 19.385
Anggota Rumah
Tangga L P L+P
5. Singkut (?) 16.723 16.154 32.877
4
6. Sarolangun 7.912 16.307 15.784 32.091
4
7. Batin VIII 4.305 8.872 8.589 17.461
4
8. Pauh 4.199 9.115 9.386 18.501
4
4
15
10. Mandiangin 6.533 13.423 12.629 26.052
4 Jumlah 2006 49.088 103.608 101.482 205.090
4 2004 46.961 100.840 95.069 195.909 4 2005 51.456 100.442 98.380 198.822
4 Sumber: Sarolangun dalam angka 2007 .
Tabel 2.5. Luas, jumlah penduduk, dan kepadatan penduduk menurut kecamatan tahun 2006.No Kecamatan
Luas
(km
2 ) Jumlah Penduduk Kepadatan
1. Batang Asai 858 15.013
17
2. Limun 804 12.349
10. Mandiangin 25.256 26.052 Jumlah 199.497 205.09 Sumber: Sarolangun dalam angka 2007.
2.1.2. Profil Demografi
2.1.2.1. Kependudukan
1. Batang Asai 3.994 7.308 7.705 15.013
Profil kependudukan Kabupaten Sarolangun diperlihatkan berturut-turut dari
Tabel 2.4 sampai dengan Tabel 2.6 berikut ini.Tabel 2.4. Jumlah rumah tangga, penduduk, dan rata-rata anggota rumah tangga menurut kecamatan tahun 2004-2006.No Kecamatan Jumlah Rumah
Tangga Penduduk Rata-rata
Anggota Rumah
Tangga L P L+P
4
10. Kecamatan Mandiangin 40 jiwa/km
2. Limun (?) 6.335 6.014 12.349
4
3. Cermin Nan Gedang (?) 3.114 3.281 6.395
4
4. Pelawan (?) 12.699 12.267 24.966
4
2 .
Informasi mengenai kondisi demografi atau kependudukan Kabupaten
Sarolangun yang disajikan di sini bersumber dari referensi Sarolangun Dalam
Angka Tahun 2007. Sumber data yang dipergunakan dalam buku itu terlihat
beragam, diantaranya dari hasil Sensus Penduduk tahun 2000, Supas 2005,
dan Susenas 2006. Berdasarkan data BPS tahun 2007, jumlah penduduk
Kabupaten Sarolangun diestimasikan sekitar 208.753 jiwa, dengan rata-rata
pertumbuhan penduduk per tahun adalah 2,32%. Tingkat kepadatan penduduk
rata-rata per km2 pada tahun 2007 adalah 41 jiwa/km
2 .
2 . Kepadatan penduduk untuk masing-masing kecamatan tampak berbeda-beda, yaitu:
1. Kecamatan Batang Asai 17 jiwa/km
2 .
2. Kecamatan Limun 15 jiwa/km
2 .
3. Kecamatan Cermin Nan Gedang 20 jiwa/km
4. Kecamatan Pelawan (?).
9. Kecamatan Air Hitam 41 jiwa/km
5. Kecamatan Singkut (?).
6. Kecamatan Sarolangun 101 jiwa/km
2 .
7. Kecamatan Batin VIII 35 jiwa/km
2
.
8. Kecamatan Pauh km10 jiwa/km
2
.
2
.
sekitar 15%. Oleh karena itu, wilayah ini sebagian besar merupakan dataran
rendah (lowland). Sedangkan, ketinggian wilayah di kabupaten ini berkisar
antara 20 m dan ≥1000 m dari permukaan laut. Dataran tertinggi terletak diKecamatan Batang Asai/Pekan Gedang, dan terendah berada di Kecamatan
Mandiangin. Luas wilayah menurut ketinggian secara lengkap diperlihatkan
pada Tabel 2.2.8. Agustus 308,1 17 61,13
4. April 237,6 14 341,83
15
5. Mei 89,9 6 138,75
6
6. Juni 164,2 7 166,12
9
7. Juli 162,3 11 208,40
9
3
3. Maret 106,9 5 166,83
9. September 708,8 21 81,74
5
10. Oktober 883,0 19 23,55
4
11. Nopember 280,2 13 192,20
1
12. Desember 296,4 12 140,43
8 Sumber: Sarolangun dalam angka 2007 .
12
15
Tabel 2.2. Luas wilayah menurut ketinggian di Kabupaten Sarolangun.6 Sarolangun 72.692 9.008 - - 81.700
No Kecamatan Ketinggian (m) dan luas (ha) Jumlah
(ha) 10-100 100-500 500-1000
≥1000
1 Batang Asai 9.132 11.312 56.591 8.765 85.800
2 Limun 43.934 31.219 34.592 2.155 111.900
3 Cermin Nan Gedang (?) (?) - - (?)
4 Pelawan 35.173 15.127 - - 50.300
5 Singkut (?) (?) - - (?)
7 Batin VIII (?) (?) - - (?)
2. Februari 708,0 22 378,03
8 Pauh 168.075 56.025 - - 224.100
9 Air Hitam (?) (?) - - (?)
10 Mandiangin 44.846 18.754 - - 63.600 Jumlah 373.825 141.445 91.183 10.920 617.400
Sumber: BPS Kabupaten Sarolangun 2007; (?) data belum tersedia
Tabel 2.3. Rata-rata curah hujan dan hari hujan pada tahun 2005 dan 2006.
No Bulan Tahun 2005 2006
Curah Hujan Hari Hujan Curah Hujan Hari Hujan
1. Januari 858,4 15 333,25
12
Seperti daerah-daerah beriklim tropis lain di Indonesia, wilayah Sarolangun
memiliki rata-rata curah hujan dan jumlah hari hujan yang bervariatif di
sepanjang tahun (Tabel 2.3).Tabel 2.1. Luas dan kelerengan wilayah kecamatan di Kabupaten Sarolangun.No Kecamatan Kemiringan (%) dan
Luas Lahan (ha) Jumlah
(ha) 0-2 3-15 16-40 >40
1 Batang Asai - - 15.278 70.522 85.800
2 Limun 1.575 42.933 1.982 47.410 111.900
3 Cermin Nan Gedang (?) (?) (?) (?) (?)
4 Pelawan 15.120 25.430 9.750 - 50.300
5 Singkut (?) (?) (?) (?) (?)
6 Sarolangun 30.387 40.084 11.229 - 81.700
7 Batin VIII (?) (?) (?) (?) (?)
8 Pauh 35.856 103.086 85.158 - 224.100
9 Air Hitam (?) (?) (?) (?) (?)
10 Mandiangin 11.158 28.250 24.193 - 63.600 Jumlah 94.096 239.783 165.589 117.935 617.400
Sumber: BPS Kabupaten Sarolangun 2007; (?) data belum tersedia
2.1.1. Profil Geografis
2
, yang terdiri dari 8 (delapan) kecamatan, yaitu:8. Kecamatan Pauh, luas1.770 km
2 atau
2 atau 85% dan (2) dataran tinggi dengan luas 926 km
Berdasarkan topografinya, daerah Sarolangun pada umumnya dibedakan
menjadi 2 (dua) satuan bentang alam, yaitu: (1) dataran rendah dengan luas sekitar 5.248 km
2
.
10. Kecamatan Mandiangin, luas 636 km
2 .
9. Kecamatan Air Hitam, luas 471 km
2 .
2 .
1. Kecamatan Batang Asai, luas 858 km
7. Kecamatan Batin VIII, luas 498 km
2
.
6. Kecamatan Sarolangun, luas 319 km
4. Kecamatan Pelawan, luas (?) 5. Singkut, luas (?).
2 .
3. Kecamatan Cermin Nan Gedang, luas 315 km
2 .
K
abupaten Sarolangun secara geografis terletak antara 102º03’39”
sampai 103º13’17” BT dan 01º53’39” sampai 02º46’24” LS. Luas wilayah Kabupaten Sarolangun sekitar 6.174 km
2
.2. Kecamatan Limun, luas 804 km
BAB II
GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WILAYAHKABUPATEN SAROLANGUN
2.1. Kondisi Umum
Kabupaten Sarolangun yang berumur belum genap 10 (sepuluh) tahun
merupakan kabupaten pemekaran berdasarkan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 54 Tahun 1999. Secara administratif, batas wilayah kabupaten
ditetapkan sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Batang Hari. Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Merangin. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Batang Hari dan Provinsi
Sumatera Selatan.Bentang alam yang membentuk wilayah Kabupaten Sarolangun
menunjukkan bentuk topografi yang bervariasi, mulai dari datar, bergelombang,
sampai berbukit-bukit dengan ketinggian berkisar antara 10-1.000 m di atas
permukaan laut. Daerah yang datar-bergelombang tersebar di bagian utara,
sedang wilayah yang bergelombang dijumpai di bagian timur. Topografi
perbukitan terdapat di bagian selatan, dan daerah ini merupakan bagian dari
rangkaian pegunungan Bukit Barisan yang membentang dari utara-selatan
sepanjang Pulau Sumatera. Berdasarkan bentuk topografinya maka Kabupaten
Sarolangun dapat dibedakan berdasarkan kemiringan wilayahnya, daerah datar
dengan kemiringan 0-2% (luas 94.096 ha), daerah bergelombang dengan
kemiringan 3-15% (luas 239.783 ha), daerah berbukit curam dengan kemiringan
berkisar antara 16-40% (luas 165.589 ha), dan daerah berbukit sangat curam
dengan kemiringan lebih dari 40% (luas 117.935 ha). Bentang alam dengan
topografi datar, bergelombang, dan perbukitan yang tersebar di wilayah
kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2.1.