Perbandingan kualitas hidup lanjut usia yang tinggal di panti jompo dan yang tinggal di rumah di Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2013

(1)

PERBANDINGAN KUALITAS HIDUP LANJUT USIA YANG TINGGAL DI PANTI JOMPO DENGAN YANG TINGGAL DI RUMAH

DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN 2013

SKRIPSI

OLEH:

SITI FATIMAH SIREGAR NIM. 101000328

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

PERBANDINGAN KUALITAS HIDUP LANJUT USIA YANG TINGGAL DI PANTI JOMPO DENGAN YANG TINGGAL DI RUMAH

DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN 2013

S K R I P S I

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

SITI FATIMAH SIREGAR NIM. 101000328

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(3)

ABSTRAK

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak pada peningkatan kualitas hidup lansia dan umur harapan hidup, seiring dengan hal ini maka jumlah populasi lansia juga meningkat. Upaya peningkatan kualitas hidup lansia di Indonesia bisa melalui pelayanan panti dan pelayanan komunitas.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan kualitas hidup lansia (domain fisik, domain psikologi, domain sosial dan domain lingkungan) yang tinggal di panti jompo dengan yang tinggal di rumah. Sampel penelitian terdiri dari 38 responden untuk lansia yang tinggal di panti jompo Warga Mas Titian Ridho Ilahi Kecamatan Batang Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan dan 38 responden untuk lansia yang tinggal di Kelurahan Pintupadang I Kecamatan Batang Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan. Uji statistik yang digunakan adalah uji Mann Whitney.

Diperoleh tidak ada perbedaan kualitas fisik (p = 0,085) dan kualitas lingkungan (p = 0,157) lansia yang tinggal di panti dan yang tinggal di rumah (p = 0,085), secara statistik ada perbedaan kualitas psikologi ( p = 0,029) dan kualitas sosial (0,032) lansia yang tinggal di panti dan yang tinggal di rumah, secara keseluruhan ada perbedaan kualitas hidup lansia yang tinggal di panti dan yang tinggal di rumah (p = 0,027).

Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan untuk terus meningkatkan pelayanan psikologi berupa peningkatan produktifitas lansia, memberikan informasi bagi lansia dan akses terhadap pelayanan kesehatan, terutama pada lansia yang tinggal di panti.


(4)

ABSTRACT

Advances in science and technology have an impact on improving the quality of life of the elderly and life expectancy, along with this, the number of elderly population has also increased. Efforts to improve the quality of life of the elderly in Indonesia could be through home care and aging institution services.

The purpose of this study is determine differences in the quality of life (physical, psychological, social and environment domain) of the elderly who live in aging institution and staying at home. Study sample consisted of 38 elderly who lives in aging institution Warga Mas Titian Ridho Ilahi in Batang Angkola Tapanuli Selatan and 38 elderly who stay at home in district of Batang Angkola Pintupadang I Tapanuli Selatan. The statistical test used was the Mann Whitney test.

Obtained no difference in physical quality (p=0,085) and environmental quality (0,0157) of elderly people living at aging institution and staying at home, there is a statistically significant difference in the quality of the psychology (p=0,029) and quality of social (p=0,032) of elderly people living at aging institution and staying at home, overall, there are differences in their quality between the elderly living at aging institution and staying at home (p = 0.027).

Based on the results of this study are advised to continue to improve the services of psychology in the form of increased productivity, provide information to the elderly and access to health services, especially in the elderly living at aging institution. Keywords : quality of life, the elderly, aging institution


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Siti Fatimah Siregar

Tempat dan Tanggal Lahir : Padangsidimpuan, 02 Juli 1984

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status Pernikahan : Belum Menikah

Alamat Rumah : Jln. H. Abd. Azis Pane Gg.Bersama No.3A Kelurahan Losung

Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Kota Padangsidimpuan

Riwayat Pendidikan

1. Tahun 1990-1996 : SD Negeri 144421 Padangsidimpuan 2. Tahun 1996-1999 : SMP Negeri 1 Padangsidimpuan 3. Tahun 1999-2002 : SMA Negeri 4 Padangsidimpuan 4. Tahun 2002-2005 : Program Studi D3Keperawatan

Fakultas Keperawatan USU

5. Tahun 2010-2013 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU

Riwayat Pekerjaan

Tahun 2005 : Klinik Helvetia VII Medan


(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, yang atas berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbandingan kualitas hidup lanjut usia yang tinggal di panti jompo dan yang tinggal di rumah di Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2013”. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya yang selalu membantu perjuangan beliau dalam menegakkan Dinullah di muka bumi ini.

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini penulis persembahkan untuk kedua orang tua penulis ayahanda H.Abd.Manan Siregar & Ibunda Hj. Siti Ani Nasution yang telah memberikan segalanya sampai detik ini. Walaupun penulis banyak mempunyai salah tetapi do’a kedua orang tua penulis selalu menyertai penulis, serta semoga kedua orang tua penulis selalu mendapat rahmat dari Allah SWT di dunia dan akhirat.

Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini penulis banyak menemui kesulitan dan hambatan namun berkat bimbingan, bantuan dan motivasi dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh sebab itu pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Drs Surya Utama, M.S. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(7)

2. Bapak Drs. Heru Santosa, M.S., Ph.D selaku Kepala Departemen Kependudukan dan Biostatistika Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Drs.Abdul Jalil AA, M.Kes selaku Dosen Pembimbing I skripsi yang telah

meluangkan waktu dan kebijaksanaan memberikan bimbingan, kritik dan saran kepada penulis.

4. Ibu dr.Ria Masniari Lubis, M.Si selaku Dosen Pembimbing II skripsi yang telah memberikan pengarahan dan bimbingannya kepada penulis dengan penuh kesabaran.

5. Ibu dr.Halinda Sari Lubis MKKK selaku pembimbing akademik yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi penulis selama melaksanakan perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh dosen dan staf administrasi di Departemen Kependudukan dan Biostatistika Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak Lurah Kelurahan Pintu Padang I beserta staf yang telah membantu penulis dalam pemberian informasi untuk kesempurnaan skripsi ini.

8. Ust. H. Yusuf Amiril Sholeh selaku Ketua Yayasan Panti Jompo Titian Ridho Ilahi Kec.Batang Angkola Kab.Tapanuli Selatan.

9. Saudara-saudaraku tersayang (Fitri Chairani Siregar,STP/Bachtiar effendi Lubis,SP , Siti Maryam Siregar,Spd/Muhammad Hanafi Nasution,Spd, Derliana Siregar,Spd.I dan Rizki Abdul Hakim Siregar), Keponakanku Rais Hamid Lubis sebagai penghibur hati bila penulis dalam keadaan labil, Sri Kemala Dewi Nasution dan Siti Sarah Nasution, Am.Keb beserta keluarga besar yang memberikan dukungan moril dan spirituil kepada penulis.


(8)

10. Kak Rosmadani Hasibuan,S.Kep,NS, M.Kep, kak Dewi Herawati S.Kep,NS, kak Anna Rizki Nasution, Am.Keb, Elvy Rahmah Yanti Lubis, AMK, kak Rina Andriani, Wilda Handayani Lubis, Am.Keb, Muhammad Edi Supriadi, AMK dan teman-teman sejawat di RSUD Kota Padangsidimpuan yang selalu memberi dukungan bagi penulis terutama teman-teman di Ruang VIP RSUD Kota Padangsidimpuan.

11. Sahabat terbaikku dr.Mei Sarah Pane dan Lena Sari Dalimunte, STP yang selalu memberi semangat selama proses penyelesaian skripsi ini.

12. Adek-adek kos ku di kosan Kamboja 48 Jamin Ginting terutama Aan Maydah.M Nasution, AMK dan Nia Nenshi Siregar, Ssi yang ikut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Rekan-rekan peminatan Kependudukan dan Kesehatan Reproduksi Fakultas Kesehatan Masyarakat terutama Rosmala Dewi, SKM, Alas Sri Wahyu, Afni Sucita, Priyanti dan rekan rekan Ekstensi B terutama Sri Rezki pulungan, SKM, Astina Aritonang, SKM, Elvia Nova, SKM, Yuli Arisyah Siregar, SKM, Sulastri, SKM, Ike Bena Lestina Siregar, SKM serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, mengingat terbatasnya kemampuan dan kurangnya pengalaman yang penulis miliki. Untuk itu dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini.


(9)

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi seluruh mahasiswa FKM USU dan umumnya bagi pembaca sekalian.

Wassalam.

Medan, Agustus 2013 Penulis


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK……. ... ii

ABSTRACT……….. ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP… ... iv

KATA PENGANTAR…. ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL……….. ... xi

DAFTAR GAMBAR………. ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1 Tujuan Umum ... 6

1.3.2 Tujuan Khusus ……… ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Lanjut Usia ... 8

2.1.1 Defenisi Lansia ... 8

2.1.2 Batasan-batasan Lansia.. ... 8

2.1.3 Teori Penuaan.. ... 9

2.1.4 Perubahan yang terjadi pada Lansia... 12

2.2 Kualitas hidup………. .. 16

2.2.1 Defenisi Kualitas hidup…… ... 16

2.2.2 Komponen Kualitas hidup ……….. ... 17

2.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kualitas Hidup ... 23

2.4 Lansia di Panti Jompo ... 24

2.5 Lansia di Rumah……… ... 25

2.6 Kerangka Konsep Penelitian ... 26

2.7 Hipotesis Penelitian ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 28


(11)

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 28

3.2.2 Waktu Penelitian ... 28

3.3 Populasi dan Sampel ... 28

3.3.1 Populasi……… ... 28

3.3.2 Sampel……… ... 29

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 29

3.4.1 Data Primer………… ... 29

3.4.2 Data Sekunder……… ... 29

3.5 Defenisi Operasional ... 30

3.6 Aspek Pengukuran.. ... 31

3.7 Pengolahan dan Analisis Data ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN.. ... 33

4.1 Gambaran Umum .. ... 33

4.1.1 Gambaran Kelurahan Pintupadang I……… .. 33

4.1.2 Gambaran Panti jompo Warga Mas Titian Ridho Ilahi ... 34

4.2 Analisis Univariat.. ... 35

4.2.1 Gambaran Karakteristik Responden ………… ... 35

4.2.2 Normalitas Data……. ... 46

4.3 Analisis Bivariat.. ... 47

4.3.1 Perbedaan Kualitas Hidup Lansia yang Tinggal di Panti dengan yang Tinggal di Rumah ... 47

BAB V PEMBAHASAN………. ... 49

5.1 Perbedaan Kualitas Hidup Lansia yang tinggal di panti dengan yang tinggal di rumah ……… ... 49

5.2 Perbedaan kualitas hidup lansia yang tinggal di panti dengan yang tinggal di rumah berdasarkan domain fisik……… ... 49

5.3 Perbedaan kualitas hidup lansia yang tinggal di panti dengan yang tinggal di rumah berdasarkan domain psikologi……… ... 50

5.4 Perbedaan kualitas hidup lansia yang tinggal di panti dengan yang tinggal di rumah berdasarkan domain sosial……… ... 52

5.5 Perbedaan kualitas hidup lansia yang tinggal di panti dengan yang tinggal di rumah berdasarkan domain lingkungan……… .. 53

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN……… . 54

6.1 Kesimpulan………. ... 54


(12)

DAFTAR PUSTAKA ... 52

LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner ... 54

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian ... 56

Lampiran 3 Surat Balasan Pelaksanaan Penelitian ... 60

Lampiran 4 Master Data ... 66

Lampiran 5 Hasil Analisis Univariat ... 76

Lampiran 6 Uji Normalitas Data ... 95


(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Umur ... 36

Tabel 4.2 Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin ... 37

Tabel 4.3 Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Suku ... 37

Tabel 4.4 Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 38

Tabel 4.5 Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan Sebelumnya ... 38

Tabel 4.6 Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Status Perkawinan ... 39

Tabel 4.7 Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Masalah Kesehatan ... 39

Tabel 4.8 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Kualitas Hidup Lansia yang Tinggal di Panti ... 39

Tabel 4.9 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Kualitas Hidup Lansia yang Tinggal di Rumah ... 40

Tabel 4.10 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Domain Fisik Lansia yang Tinggal di Panti ... 41

Tabel 4.11 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Domain Fisik Lansia yang Tinggal di Rumah ... 42

Tabel 4.12 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Domain Psikologis Lansia yang Tinggal di Panti ... 42

Tabel 4.13 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Domain Psikologis Lansia yang Tinggal di Rumah ... 43

Tabel 4.14 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Domain Sosial Lansia yang Tinggal di Panti ... 44

Tabel 4.15 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Domain Sosial Lansia yang Tinggal di Rumah ... 44

Tabel 4.16 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Domain Lingkungan Lansia Yang Tinggal di Panti ... 45

Tabel 4.17 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Domain Lingkungan Lansia Yang Tinggal di Rumah ... 45

Tabel 4.18 Hasil Uji Normalitas Data ... 46

Tabel 4.19 Hasil Uji Mann Whitney Kualitas Hidup Lansia ... 47

Tabel 4.20 Hasil Uji Mann Whitney Berdasarkan Domain Fisik, Domain Psikologis, Domain Sosial dan Domain LIngkungan Lansia ... 48


(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian… ... 26


(15)

ABSTRAK

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak pada peningkatan kualitas hidup lansia dan umur harapan hidup, seiring dengan hal ini maka jumlah populasi lansia juga meningkat. Upaya peningkatan kualitas hidup lansia di Indonesia bisa melalui pelayanan panti dan pelayanan komunitas.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan kualitas hidup lansia (domain fisik, domain psikologi, domain sosial dan domain lingkungan) yang tinggal di panti jompo dengan yang tinggal di rumah. Sampel penelitian terdiri dari 38 responden untuk lansia yang tinggal di panti jompo Warga Mas Titian Ridho Ilahi Kecamatan Batang Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan dan 38 responden untuk lansia yang tinggal di Kelurahan Pintupadang I Kecamatan Batang Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan. Uji statistik yang digunakan adalah uji Mann Whitney.

Diperoleh tidak ada perbedaan kualitas fisik (p = 0,085) dan kualitas lingkungan (p = 0,157) lansia yang tinggal di panti dan yang tinggal di rumah (p = 0,085), secara statistik ada perbedaan kualitas psikologi ( p = 0,029) dan kualitas sosial (0,032) lansia yang tinggal di panti dan yang tinggal di rumah, secara keseluruhan ada perbedaan kualitas hidup lansia yang tinggal di panti dan yang tinggal di rumah (p = 0,027).

Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan untuk terus meningkatkan pelayanan psikologi berupa peningkatan produktifitas lansia, memberikan informasi bagi lansia dan akses terhadap pelayanan kesehatan, terutama pada lansia yang tinggal di panti.


(16)

ABSTRACT

Advances in science and technology have an impact on improving the quality of life of the elderly and life expectancy, along with this, the number of elderly population has also increased. Efforts to improve the quality of life of the elderly in Indonesia could be through home care and aging institution services.

The purpose of this study is determine differences in the quality of life (physical, psychological, social and environment domain) of the elderly who live in aging institution and staying at home. Study sample consisted of 38 elderly who lives in aging institution Warga Mas Titian Ridho Ilahi in Batang Angkola Tapanuli Selatan and 38 elderly who stay at home in district of Batang Angkola Pintupadang I Tapanuli Selatan. The statistical test used was the Mann Whitney test.

Obtained no difference in physical quality (p=0,085) and environmental quality (0,0157) of elderly people living at aging institution and staying at home, there is a statistically significant difference in the quality of the psychology (p=0,029) and quality of social (p=0,032) of elderly people living at aging institution and staying at home, overall, there are differences in their quality between the elderly living at aging institution and staying at home (p = 0.027).

Based on the results of this study are advised to continue to improve the services of psychology in the form of increased productivity, provide information to the elderly and access to health services, especially in the elderly living at aging institution. Keywords : quality of life, the elderly, aging institution


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama di bidang kedokteran, seperti penemuan antibiotika yang mampu melenyapkan berbagai penyakit infeksi, sehingga berhasil menurunkan angka kematian bayi dan anak, dan memperlambat kematian, perbaikan gizi dan sanitasi menyebabkan kualitas lansia dan umur harapan hidup meningkat. Akibatnya, jumlah penduduk lanjut usia semakin bertambah banyak (Nugroho, 2008).

Seringkali keberadaan lanjut usia dipersepsikan secara negatif, dianggap sebagai beban keluarga dan masyarakat sekitarnya. Kenyataan ini mendorong semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin banyaknya masalah kesehatan yang dialami oleh lanjut usia. Lanjut usia cenderung dipandang masyarakat tidak lebih dari sekelompok orang yang sakit-sakitan. Persepsi negatif seperti ini tentu saja tidak semuanya benar. Banyak lanjut usia yang justru berperan aktif, tidak saja dalam keluarganya, tetapi juga dalam masyarakat (Nugroho, 2008).

Ketika seseorang sudah mencapai usia tua dimana tubuhnya tidak dapat lagi berfungsi dengan baik maka lansia membutuhkan banyak bantuan dalam menjalani aktivitas kehidupannya. Kualitas hidup lansia terus menurun seiring dengan semakin bertambahnya usia. Penurunan kapasitas mental, perubahan peran sosial, dementia (kepikunan), juga depresi yang sering diderita oleh lansia ikut memperburuk kondisi


(18)

mereka. Belum lagi berbagai penyakit degeneratif yang menyertai keadaan lansia membuat mereka memerlukan perhatian ekstra dari orang disekelilingnya. Merawat lansia tidak hanya terbatas pada perawatan kesehatan fisik saja namun juga pada faktor psikologis dan sosiologis (Raudhah, 2012).

World Population Data Sheet yang dilansir Population Reference Bureau (PRB) memperkirakan bahwa penduduk lansia di dunia yang berusia 65 tahun ke atas pada tahun 2012 mencapai 8% dari 7 milyar penduduk dunia atau berjumlah sekitar 564 juta jiwa. Sebanyak 53% dari seluruh penduduk lansia dunia itu berada di Asia (BkkbN, 2012).

Di Indonesia berdasarkan data statistik Survei Penduduk Antar Sensus tahun 2005 jumlah pendduduk sebanyak 213.375.287 orang dengan penduduk lansianya sebanyak 15.537.710 orang. Sementara pada tahun 2010 berdasarkan data sensus penduduk yang diselenggarakan BPS penduduk diseluruh wilayah Indonesia sebanyak 237.641.326 orang dengan jumlah lansia sebanyak 18.118.699 orang (BPS, 2010).

Pada tahun 2010 berdasarkan data Sensus Penduduk oleh BPS jumlah penduduk di Sumatera Utara sebanyak 11.688.987 dan jumlah lansia sebanyak 631.604 orang. Usia harapan hidup meningkat dari tahun ke tahun di Provinsi Sumatera Utara dari 67,15 tahun pada tahun 2002 meningkat menjadi 68,38 tahun pada tahun 2009 (Dinas Kesehatan Sumut, 2009).

Di Kabupaten Tapanuli Selatan tercatat jumlah penduduk sebanyak 266.282 orang dengan jumlah lansia sebanyak 16.291 orang dimana laki-laki sebanyak 6.461 orang dan perempuan sebanyak 9.830 orang (BPS, 2010).


(19)

Kecamatan Batang Angkola salah satu dari 14 kecamatan yang ada di Kabupaten Tapanuli Selatan memiliki luas 473,03 km2 terdapat 6 kelurahan terdiri dari 7.737 Kepala Keluarga dengan jumlah penduduk sebanyak 32.395 orang, laki-laki sebanyak 15.779 orang dan perempuan sebanyak 16.616 orang (Tapanuli Selatan Dalam Angka, 2012). Di kecamatan ini ada lansia yang tinggal bersama keluarga di komunitas (desa/kelurahan) dan ada juga lansia yang tinggal di panti jompo.

Menurut Elvinia (2006), terdapat perbedaan yang bermakna pada domain fisik, psikologis, dan lingkungan pada lansia yang tinggal di rumah bersama keluarga dengan yang tinggal di panti jompo. Hal ini dikarenakan, jika lansia harus pindah ke tempat tinggal yang baru seperti panti jompo, terdapat kemungkinan munculnya kesulitan beradaptasi sehingga mereka stres, kehilangan kontrol atas hidupnya dan kehilangan identitas diri yang secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap kualitas hidupnya. Tetapi tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada domain hubungan sosial, hal ini dikarenakan masing-masing tempat tinggal memberikan dukungan yang cukup bagi lansia. Lansia yang tinggal dipanti memiliki teman-teman sebaya sebagai pemberi dukungan sosial. Selain itu, mereka juga mendapat kunjungan dari keluarganya.

Menurut Suhartini (2004) yang mengutip pendapat Setiati (2002) kualitas hidup orang lanjut usia dapat dinilai dari kemampuan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari. Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (AKS) ada 2 yaitu AKS standar dan AKS instrumental. AKS standar meliputi kemampuan merawat diri seperti makan, berpakaian, buang air besar/kecil,dan mandi. Sedangkan AKS instrumental meliputi


(20)

aktivitas yang komplek seperti memasak, mencuci, menggunakan telepon, dan menggunakan uang.

Menurut teori aktivitas (activity theory), semakin orang–orang dewasa lanjut aktif dan terlibat, semakin kecil kemungkinan mereka menjadi renta dan semakin besar kemungkinan mereka merasa puas dengan kehidupannya. Ketika individu terus hidup secara aktif, energik dan produktif sebagai orang dewasa lanjut, kepuasan hidup mereka tidak menurun tetapi sering kali meningkat. Kepuasan hidup yang tinggi dapat tercapai jika individu tetap melakukan aktifitas – aktifitas yang dianggapnya bermakna dan dapat memberikan kontribusi pada masyarakat (Berlina, 2009).

Menurut penelitian Sulandari (2009), lansia memiliki hak untuk menentukan pilihannya menjalani masa lanjut dengan tinggal bersama keluarga atau tinggal di panti jompo. Lansia memiliki beberapa alasan untuk tinggal di panti jompo, diantaranya yaitu tidak punya sanak saudara, miskin, terlantar dan saran dari saudara atau orang terdekat. Tinggal di panti bukan berarti hidup sendirian dan kesepian. Lansia yang tinggal di panti dapat ikut aktif dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh panti tersebut. Kegiatan yang biasa dilakukan di panti wredha adalah perawatan kesehatan, kegiatan keagamaan dan senam.

Panti Jompo Warga Mas Titian Ridho Ilahi adalah panti jompo yang ada di Kecamatan Batang Angkola. Lokasinya cukup mudah dijangkau dan tidak sulit dicari karena terletak di pinggir jalan lintas Sumatera, tepatnya di Jln. Mandailing Natal Km. 13 Desa Huta Holbung Kecamatan Batang Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan. Jumlah lansia yang ada di Panti Jompo Warga Mas Titian Ridho Ilahi


(21)

sebanyak 38 orang, terdiri dari 36 orang lansia wanita dan 2 orang lansia laki-laki. Di Panti Jompo ini pengurus menerima lanjut usia dengan usia 60 tahun ke atas, dengan kondisi fisik yang baik, tidak dalam kondisi sakit berat (misalnya penyakit jantung). Meskipun pada kenyataannya, ada lansia yang tinggal di panti jompo itu yang memiliki penyakit seperti diabetes, asam urat. Pengakuan lansia pada saat survei awal menuturkan banyak perubahan yang terjadi pada mereka setelah tinggal di panti jompo, seperti status kesehatannya secara fisik, interaksi social dan lingkungannya, psikologisnya dan status keagamaannya. Usia termuda adalah 60 tahun dan usia tertua adalah 88 tahun (Wawancara dengan bagian Administrasi tanggal 21 Juni 2012).

Di wilayah Kecamatan Batang Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan masih menjunjung tinggi nilai-nilai kekeluargaan. Lansia dapat tenang dan tenteram, lebih bebas, lebih puas, lebih enak, dapat mengatur dan mengontrol rumahnya karena tempat tersebut milik lansia sendiri. Mereka merasa senang dapat menjaga rumahnya dan bahkan diantara mereka ada yang masih memiliki suatu jenis usaha seperti berjualan di rumahnya sendiri. Mereka merasa bangga dan nyaman pada masa tuanya, mereka dapat hidup dekat dan berkumpul dengan anak dan cucunya karena memang di wilayah ini kebanyakan anak mereka (lansia) yang sudah menikah memilih tinggal dekat orangtuanya.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dilakukan penelitian dengan judul perbandingan kualitas hidup lansia yang tinggal di panti jompo dengan yang tinggal di rumah di Kabupaten Tapanuli Selatan tahun 2013.


(22)

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada perbedaan kualitas hidup lansia yang tinggal di panti jompo dengan yang tinggal di rumah di Kabupaten Tapanuli Selatan tahun 2013.

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui perbandingan kualitas hidup lansia yang tinggal di panti jompo dan yang tinggal di rumah.

1.3.2Tujuan Khusus

1. Mengetahui kualitas hidup lansia yang tinggal di panti jompo dan yang tinggal di rumah.

2. Mengetahui kualitas kesehatan fisik lansia yang tinggal di panti jompo dan yang tinggal di rumah.

3. Mengetahui kualitas psikologis lansia yang tinggal dipanti jompo dan yang tinggal di rumah.

4. Mengetahui kualitas sosial lansia yang tinggal di panti jompo dan yang tinggal di rumah.

5. Mengetahui kualitas lingkungan lansia yang tinggal di panti jompo dan yang tinggal di rumah.


(23)

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :

1. Diketahuinya domain kualitas hidup lansia yang mana (fisik, psikologi, sosial, dan lingkungan) yang rendah score nya sehingga masih perlu ditingkatkan pelayanannya dan sebagai bahan masukan bagi panti jompo dan pemerintah setempat tentang kualitas hidup lansia jika di lihat dari keempat domain tersebut. 2. Sebagai bahan informasi bagi penelitian selanjutnya tentang kualitas hidup lansia.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lanjut Usia (Lansia) 2.1.1 Defenisi Lansia

Menurut Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Sementara WHO menyatakan bahwa lanjut usia meliputi usia pertengahan yaitu kelompok 45-59 tahun. Selain itu lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologi dan fisik serta kejiwaan dan sosial. Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang di derita (Nugroho, 2008).

2.1.2 Batasan Lansia

Batasan lansia menurut WHO meliputi usia pertengahan (middle age) antara 45-59 tahun, usia lanjut (elderly) antara 60-74 tahun, dan usia lanjut tua (old) antara 75-90 tahun, serta usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun (Nugroho, 2000).

Menurut Depkes RI batasan lansia terbagi dalam empat kelompok yaitu pertengahan umur usia lanjut/virilitas yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa antara 45-54 tahun, usia lanjut dini/prasenium yaitu kelompok yang mulai memasuki usia lanjut antara 55-64 tahun, kelompok usia lanjut/senium usia 65 tahun keatas dan usia lanjut dengan risiko tinggi


(25)

yaitu kelompok yang berusia lebih dari 70 tahun atau kelompok usia lanjut yang hidup sendiri, terpencil, tinggal dip anti, menderita penyakit berat, atau cacat.

2.1.3 Teori Penuaan

Menurut Nugroho (2008), teori penuaan dibagi dalam tiga kelompok, yaitu: 2.1.3.1 Teori Genetik

a. Teori genetic clock

Teori ini merupakan teori intrinsik yang menjelaskan bahwa di dalam tubuh terdapat jam biologis yang mengatur gen dan menentukan proses penuaan.

b. Teori mutasi somatik

Menurut teori ini, penuaan terjadi karena adanya mutasi somatic akibat pengaruh lingkungan yang buruk.

2.1.3.2 Teori nongenetik

a. Teori penurunan sistem imun tubuh (auto-immune theory)

Mutasi yang berulang dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan system imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self recognition).

b. Teori kerusakan akibat radikal bebas (free radical theory)

Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas dan di dalam tubuh karena adanya proses metabolisme atau proses pernapasan di dalam mitokondria. Radikal bebas yang terdapat di lingkungan seperti asap kendaraan bermotor, asap rokok, zat pengawet makanan, radiasi, dan sinar ultraviolet yang mengakibatkan terjadinya perubahan pigmen dan kolagen pada proses menua.


(26)

c. Teori menua akibat metabolisme

Telah dibuktikan dalam berbagai percobaan hewan, bahwa pengurangan kalori ternyata bisa menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur, sedangkan perubahan asupan kalori yang menyebabkan kegemukan dapat memperpendek umur (Darmojo, 1999).

d. Teori rantai silang (cross link theory)

Teori ini menjelaskan bahwa menua disebabkan oleh lemak, protein, karbohidrat, dan asam nukleat (molekul kolagen) bereaksi dengan zat kimia dan radiasi, mengubah fungsi jaringan yang menyebabkan perubahan pada membrane plasma, yang mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku, kurang elastis, dan hilangnya fungsi pada proses menua.

e. Teori fisiologis

Teori ini merupakan teori intrinsic dan ekstrinsik. Terdiri atas teori oksidasi stress, dan teori dipakai-aus (wear and tear theory). Disini terjadi kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel tubuh lelah terpakai (regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal).

2.1.3.3 Teori sosiologis a. Teori interaksi sosial

Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lanjut usia bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Kemampuan lanjut usia untuk terus menjalin interaksi sosial merupakan kunci mempertahankan status sosialnya berdasarkan kemampuannya bersosialisasi.


(27)

b. Teori aktivitas atau kegiatan

Teori ini menyatakan bahwa lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan banyak ikut serta dalam kegiatan sosial, lanjut usia akan merasakan kepuasan bila dapat melakukan aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin, ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup lanjut usia, mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan sampai lanjut usia.

c. Teori kepribadian berlanjut (continuity theory)

Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seorang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personalitas yang dimilikinya. Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lanjut usia. Dengan demikian, pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi lanjut usia. Hal ini dapat dilihat dari gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata tidak berubah walaupun ia telah lanjut usia.

d. Teori pembebasan/penarikan diri (disengagement theory)

Teori ini membahas putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya. Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya lanjut usia, apalagi ditambah dengan adanya kemiskinan, lanjut usia secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering lanjut usia mengalami kehilangan ganda (triple loss) yaitu :


(28)

Kehilangan peran (loss of role), hembatan kontak sosial (restriction of contact and relationship), berkurangnya komitmen (reduced commitment to social mores and values).

2.1.4 Perubahan yang Terjadi pada Lansia

Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memeperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Darmojo dan Martono, 2006).

Nugroho (2008) menyatakan terdapat banyak perubahan yang terjadi pada lanjut usia mencakup perubahan-perubahan fisik, mental, psikososial, dan perkembangan spiritual.

2.1.4.1 Perubahan-Perubahan Fisik pada Lansia

Menurut Fatimah (2010) perubahan fisik yang terjadi pada lansia meliputi: a. Perubahan sel

Perubahan sel dan ekstrasel pada lansia mengakibatkan penurunan tampilan dan fungsi fisik. Lansia menjadi lebih pendek akibat adanya pengurangan lebar bahu dan pelebaran lingkar dada dan perut, dan diameter pelvis. Kulit menjadi tipis dan keriput, massa tubuh berkurang dan massa lemak bertambah.

b. Perubahan kardiovaskular

Perubahan struktur jantung dan sistem vaskuler mengakibatkan penurunan kemampuan untuk berfungsi secara efisien. Katup jantung menjadi lebih tebal


(29)

dan kaku, jantung serta arteri kehilangan elastisitasnya. Timbunan kalsium dan lemak berkumpul di dalam dinding arteri, vena menjadi sangat berkelok-kelok. c. Perubahan sistem pernapasan

Perubahan sistem pernapasan yang berhubungan dengan usia yang mempengaruhi kapasitas dan fungsi paru. Peningkatan volume residu paru dan penurunan kapasitas vital paru dan penurunan luas permukaan alveoli. Penurunan efisiensi batuk, berkurangnya aktifitas silia dan peningkatan ruang rugi pernapasan membuat lanjut usia lebih rentan terhadap infeksi pernapasan. d. Perubahan kulit

Bertambahnya usia mempengaruhi fungsi dan penampilan kulit, dimana epidermis dan dermis menjadi lebih tipis, jumlah serat elastik berkurang dan kolagen menjadi lebih kaku. Lemak subkutan terutama di ekstremitas berkurang. Hilangnya kapiler di kulit mengakibatkan penurunan suplai darah, kulit menjadi hilang kekenyalannya, keriput dan menggelambir. Pigmentasi rambut menurun dan rambut menjadi beruban, distribusi pigmen kulit tidak rata dan tidak beraturan terutama pada bagian yang selalu terpajan sinar matahari. Kulit menjadi lebih kering dan rentan terhadap iritasi karena penurunan aktivitas kelenjar sebasea dan kelenjar keringat sehingga menyebabkan kulit lebih rentan terhadap gatal-gatal. Perubahan ini membuat toleransi terhadap suhu dan pajanan sinar matahari yang ekstrim menurun. 2.1.4.2 Perubahan psikososial

Pada lansia yang dulunya bekerja dan mengalami pensiun akan mengalami kehilangan finansial, status, teman dan kegiatan. Seorang lansia


(30)

juga merasakan atau sadar akan kematian, mengalami panyakit kronis dan ketidakmampuan, terjadi rangakaian dari kehilangan, serta hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik (Nugroho, 2008).

Biasanya sifat-sifat streotipe para lansia sesuai dengan pembawaannya pada waktu muda. Beberapa tipe yang dikenal adalah sebagai berikut (Darmojo dan Martono, 2006) :

a. Tipe konstruktif

Orang ini mempunyai integritas baik, dapat menikmati hidupnya. b. Tipe ketergantungan (dependent)

Orang lansia ini masih dapat diterima ditengah masyarakat, tetapi selalu pasif, tak berambisi, masih tau diri, tak mempunyai inisiatif dan bertindak tidak praktis. Biasanya orang ini dikuasai istrinya. Ia senang mengalami pensiun, malahan biasanya banyak makan dan minum, tidak suka bekerja dan senang untuk berlibur.

c. Tipe Defensif

Orang ini biasanya dulunya mempunyai pekerjaan/jabatan tak stabil, bersifat selalu menolak bantuan, seringkali emosinya tak dapat dikontrol, memegang teguh pada kebiasaannya, bersifat kompulsif aktif. Anehnya mereka takut mengahadapi “menjadi tua” dan tak menyenangi masa pensiun. d. Tipe bermusuhan (hostility)

Mereka menganggap orang lain yang menyebabkan kegagalannya, selalu mengeluh, bersifat agresif, curiga. Biasanya pekerjaan waktu dulunya tidak stabil. Menjadi tua dianggapnya tidak ada hal-hal yang baik, takut mati, iri hati


(31)

pada orang yang muda, senang mengadu untung pada pekerjaan-pekerjaan aktif untuk menghindari masa yang sulit/buruk.

e. Tipe membenci/menyalahkan diri sendiri (selfhaters)

Orang ini bersifat kritis terhadap dan menyalahkan diri sendiri, tak mempunyai ambisi, mengalami penurunan kondisi sosio-ekonomi. Biasanya mempunyai perkawinan yang tak bahagia, mempunyai sedikit hobi, merasa menjadi korban dari keadaan, namun mereka menerima fakta pada proses menua, tidak iri hati pada yang berusia muda, merasa sudah cukup mempunyai apa yang ada. Mereka menganggap kematian sebagai suatu kejadian yang membebaskannya dari penderitaan. Statistik kasus bunuh diri menunjukkan angka yang lebih tinggi persentasenya pada golongan lansia ini, apalagi pada mereka yang hidup sendirian.

Orangtua sering mengalami depresi atau rasa tertekan karena merasa kesepian, kurang berharga, atau karena berkurangnya penghasilan, yang sering disertai dengan hilangnya nafsu makan dan motivasi untuk menyiapkan makanan. Depresi seperti ini lebih banyak terjadi pada orang usia lanjut yang hidup sendiri atau tinggal di Institusi atau panti – panti wreda/jompo (Almatsier, 2011).

2.1.4.3 Perkembangan Spiritual

Menurut Caroline (2007) yang mengutip pendapat Hiatt (2000), perkembangan spiritual sangatlah personal dan melibatkan serangkaian langkah atau siklus yang terjadi tidak dalam urutan teratur atau urutan waktu dalam hidup seseorang. Tidak seperti perkembangan fisik atau psikologis,


(32)

perkembangan spiritual melalui cara yang ganjil : paruh pertama hidup terdiri dari dari perkembangan ego, dalam tengah umur orang itu merasa bahwa ego sangatlah dangkal dan mulai mengubah identitas diri pada “diri” sejati (yakni: bagian dari pribadi manusia yang tidak tergantung pada sejarah hidup tertentu dan pilihan yang dibuat). Diri pribadi ini merupakan cerminan psikologis dari spirit, dan pada periode hidup inilah rupanya manusia sungguh-sungguh menjadi makhluk spiritual. Kesadaran spiritual sering dipicu oleh pengalaman hidup, seperti, memiliki anak, mengalami penyakit, mengahdapi maut atau kematian orang lain, atau menghadapi krisis dalam relasi personal. Pengalaman lain yang bisa ditambahkan untuk mengenalkan penyadaran spiritual adalah berdoa, melakukan kegiatan fisik, mendengarkan musik, menikmati karya seni dan tinggal sendirian.

Menurut Tamher (2009) yang mengutip pendapat Zuckerman (2003), lansia yang religious ternyata usianya lebih panjang dibandingkan para lansia yang tidak menjalankan ibadah. Bahkan pada mereka yang tidak religious ternyata angka kematiannya dua kali lebih besar dibandingkan dengan mereka (lansia) yang rajin beribadah.

2.2 Kualitas Hidup

2.2.1 Defenisi Kualitas Hidup

Kualitas hidup didefenisikan sebagai persepsi individu sebagai laki-laki atau wanita dalam hidup, ditinjau dari konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka tinggal, dan berhubungan dengan standar hidup, harapan, kesenangan, dan perhatian mereka. Hal ini merupakan konsep tingkatan, terangkum secara kompleks mencakup


(33)

kesehatan fisik, status psikologis, tingkat kebebasan, hubungan kepada karakteristik lingkungan mereka (WHO, 2004).

2.2.2 Komponen Kualitas Hidup

World Health Organization Quality of Life (WHOQOL) membagi kualitas hidup dalam enam domain yaitu fisik, psikologis, tingkat kebebasan, hubungan sosial, lingkungan dan spiritual, agama atau kepercayaan seseorang. Sedangkan World Health Organization Quality of Life (WHOQOL)-BREF membagi kualitas hidup dalam empat domain yaitu fisik, psikologis, hubungan sosial dan lingkungan (WHO, 1998).

1. Domain fisik

WHOQOL membagi domain fisik pada tiga bagian, yaitu: a. Nyeri dan ketidaknyamanan

Aspek ini mengeksplor sensasi fisik yang tidak menyenangkan yang dialami individu, dan selanjutnya berubah menjadi sensasi yang menyedihkan dan mempengaruhi hidup individu tersebut. Sensasi yang tidak menyenangkan meliputi kekakuan, sakit, nyeri dengan durasi lama atau pendek, bahkan penyakit gatal juga termasuk. Diputuskan nyeri bila individu mengatakan nyeri, walaupun tidak ada alasan medis yang membuktikannya.

b. Tenaga dan lelah

Aspek ini mengeksplor tenaga, antusiasme dan keinginan individu untuk selalu dapat melakukan aktivitas sehari-hari, sebaik aktivitas lain seperti rekreasi. Kelelahan membuat individu tidak mampu mencapai kekuatan yang cukup untuk merasakan


(34)

hidup yang sebenarnya. Kelelahan merupakan akibat dari beberapa hal seperti sakit, depresi, atau pekerjaan yang terlalu berat.

c. Tidur dan istirahat

Aspek ini fokus pada seberapa banyak tidur dan istirahat. Masalah tidur termasuk kesulitan untuk pergi tidur, bangun tengah malam, bangun di pagi hari dan tidak dapat kembali tidur dan kurang segar saat bangun di pagi hari.

2. Domain Psikologis

WHOQOL membagi domain psikologis pada lima bagian, yaitu: a. Perasaan positif

Aspek ini menguji seberapa banyak pengalaman perasaan positif individu dari kesukaan, keseimbangan, kedamaian, kegembiraan, harapan, kesenangan dan kenikmatan dari hal-hal baik dalam hidup. Pandangan individu, dan perasaan pada masa depan merupakan bagian penting dari segi ini.

b. Berfikir, belajar, ingatan dan konsentrasi

Aspek ini mengeksplor pandangan individu terhadap pemikiran, pembelajaran, ingatan, konsentrasi dan kemampuannya dalam membuat keputusan. Hal ini juga termasuk kecepatan dan kejelasan individu memberikan gagasan.

c. Harga diri

Aspek ini menguji apa yang individu rasakan tentang diri mereka sendiri. Hal ini bisa saja memiliki jarak dari perasaan positif sampai perasaan yang ekstrim negatif tentang diri mereka sendiri. Perasaan seseorang dari harga sebagai individu dieksplor. Aspek dari harga diri focus dengan perasaan individu dari kekuatan diri, kepuasan dengan diri dan kendali diri.


(35)

d. Gambaran diri dan penampilan

Aspek ini menguji pandangan individu dengan tubuhnya. Apakah penampilan tubuh kelihatan positif atau negatif. Fokus pada kepuasan individu dengan penampilan dan akibat yang dimilikinya pada konsep diri. Hal ini termasuk perluasan dimana apabila ada bagian tubuh yang cacat akan bisa dikoreksi misalnya dengan berdandan, berpakaian, menggunakan organ buatan dan sebagainya.

e. Perasaan negatif

Aspek ini fokus pada seberapa banyak pengalaman perasaan negatif individu, termasuk patah semangat, perasaan berdosa, kesedihan, keputusasaan, kegelisahan, kecemasan, dan kurang bahagia dalam hidup. Segi ini termasuk pertimbangan dari seberapa menyedihkan perasaan negatif dan akibatnya pada fungsi keseharian individu.

3. Domain Tingkat kebebasan

WHOQOL membagi domain tingkat kebebasan pada empat bagian, yaitu: a. Pergerakan

Aspek ini menguji pandangan individu terhadap kemampuannya untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain, bergerak di sekitar rumah, bergerak di sekitar tempat kerja, atau ke dan dari pelayanan transportasi.

b. Aktivitas hidup sehari-hari

Aspek ini mengeksplor kemampuan individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Hal ini termasuk perawatan diri dan perhatian yang tepat pada kepemilikan. Tingkatan dimana individu tergantung pada yang lain untuk membantunya dalam aktivitas kesehariannya juga berakibat pada kualitas hidupnya.


(36)

c. Ketergantungan pada pengobatan atau perlakuan

Aspek ini menguji ketergantungan individu pada medis atau pengobatan alternatif (seperti akupuntur dan obat herba) untuk mendukung fisik dan kesejahteraan psikologisnya. Pengobatan pada beberapa kasus dapat berakibat negatif pada kualitas hidup individu (seperti efek samping dari kemoterapi) di saat yang sama pada kasus lain menambah kualitas hidup individu (seperti pasien kanker yang menggunakan pembunuh nyeri).

d. Kapasitas pekerjaan

Aspek ini menguji penggunaan energi individu untuk bekerja. Bekerja didefenisikan sebagai aktivitas besar dimana individu disibukkan. Aktivitas besar termasuk pekerjaan dengan upah, pekerjaan tanpa upah, pekerjaan sukarela untuk masyarakat, belajar dengan waktu penuh, merawat anak dan tugas rumah tangga.

4. Domain Hubungan sosial

WHOQOL membagi domain hubungan sosial pada tiga bagian, yaitu: a. Hubungan perorangan

Aspek ini menguji tingkatan perasaan individu pada persahabatan, cinta, dan dukungan dari hubungan yang dekat dalam kehidupannya. Aspek ini termasuk pada kemampuan dan kesempatan untuk mencintai, dicintai dan lebih dekat dengan orang lain secara emosi dan fisik. Tingkatan dimana individu merasa mereka bisa berbagi pengalaman baik senang maupun sedih dengan orang yang dicintai.

b. Dukungan sosial

Aspek ini menguji apa yang individu rasakan pada tanggung jawab, dukungan, dan tersedianya bantuan dari keluarga dan teman. Aspek ini fokus pada seberapa banyak


(37)

yang individu rasakan pada dukungan keluarga dan teman, faktanya pada tingkatan mana individu tergantung pada dukungan di saat sulit.

c. Aktivitas seksual

Aspek ini fokus pada dorongan dan hasrat pada seks, dan tingkatan dimana individu dapat mengekspresikan dan senang dengan hasrat seksual yang tepat.

5. Domain Lingkungan

WHOQOL membagi domain lingkungan pada delapan bagian, yaitu: a. Keamanan fisik dan keamanan

Aspek ini menguji perasaan individu pada keamanan dari kejahatan fisik. Ancaman pada keamanan bisa timbul dari beberapa sumber seperti tekanan orang lain atau politik. Aspek ini berhubungan langsung dengan perasaan kebebasan individu. b. Lingkungan rumah

Aspek ini menguji tempat yang terpenting dimana individu tinggal (tempat berlindung dan menjaga barang-barang). Kualitas sebuah rumah dapat dinilai pada kenyamanan, tempat teraman individu untuk tinggal.

c. Sumber penghasilan

Aspek ini mengeksplor pandangan individu pada sumber penghasilan (dan sumber penghasilan dari tempat lain). Fokusnya pada apakah individu dapat mengahasilkan atau tidak dimana berakibat pada kualitas hidup.


(38)

d. Kesehatan dan perhatian sosial: ketersediaan dan kualitas

Aspek ini menguji pandangan individu pada kesehatan dan perhatian sosial di kedekatan sekitar. Dekat berarti berapa lama waktu yang diperlukan untuk mendapatkan bantuan.

e. Kesempatan untuk memperoleh informasi baru dan keterampilan

Aspek ini menguji kesempatan individu dan keinginan untuk mempelajari keterampilan baru, mendapatkan pengetahuan baru, dan peka pada apa yang terjadi. Termasuk program pendidikan formal, atau pembelajaran orang dewasa atau aktivitas di waktu luang, baik dalam kelompok atau sendiri.

f. Patisipasi dalam kesempatan berekreasi dan waktu luang

Aspek ini mengeksplor kemampuan individu, kesempatan dan keinginan untuk berpartisipasi dalam waktu luang, hiburan dan relaksasi.

g. Lingkungan fisik (polusi/ keributan/ kemacetan/ iklim)

Aspek ini menguji pandangan individu pada lingkungannya. Hal ini mencakup kebisingan, polusi, iklim dan estetika lingkungan dimana pelayanan ini dapat meningkatkan atau memperburuk kualitas hidup.

h. Transportasi

Aspek ini menguji pandangan individu pada seberapa mudah untuk menemukan dan menggunakan pelayanan transportasi.

6. Domain Spiritual/ Agama/ Kepercayaan Seseorang

Aspek ini menguji kepercayaan individu dan bagaimana dampaknya pada kualitas hidup. Hal ini bisa membantu individu untuk mengkoping kesulitan hidupnya, memberi kekuatan pada pengalaman, aspek ini ditujukan pada individu dengan


(39)

perbedaan agama (Buddha, Kristen, Hindu, dan Islam), sebaik individu dengan kepercayaan individu dan kepercayaan spiritual yang tidak sesuai dengan orientasi agama.

2.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kualitas Hidup

Menurut Smith, dkk (2004) terdapat perbedaan yang signifikan kualitas hidup lansia yang tinggal dikota dengan yang tinggal di pinggiran kota, kualitas hidup lansia yang tinggal di pinggiran kota lebih rendah dari yang tinggal dikota, menurutnya ada 3 hal yang sangat penting dalam menentukan kualitas hidup pada lansia yaitu persepsi individu tentang kesehatannya, persepsi tentang keuangannya dan persepsi waktu luang/kesendiriannya. Ada 7 faktor yang berpotensi penting dalam memengaruhi kualitas hidup lansia yaitu:

a. Sosiodemografi

Usia, status perkawinan, jenis kelamin dan suku mempunyai pengaruh terhadap kualitas hidup lansia. Di Kanada dan Amerika Serikat menunjukkan bahwa kelompok suku yang minoritas memiliki kualitas hidup yang lebih rendah daripada kelompok suku yang mayoritas.

b. Dukungan sosial

Hubungan dengan keluarga atau kerabat adalah hal yang sangat penting. Farquhar (1995) melaporkan bahwa sebagian besar lansia yang memengaruhi kualitas hidupnya adalah hubungan dengan keluarga, kontak sosial dengan orang lain, kesehatan dan keuangan.


(40)

c. Kesehatan

Pentingnya kesehatan sebagai penentu kualitas hidup telah dibuktikan oleh Micholas dan Zumbo (2002) dalam penelitiannya.

d. Keuangan

Mereka yang hidup dalam kemiskinan dua kali lebih mungkin kualitas hidupnya lebih rendah daripada mereka yang hidup tidak dalam kemiskinan yang berarti terdapat hubungan yang memadai antara keuangan dan kualitas hidup lansia. e. Kejahatan

Pengalaman lansia terhadap kejahatan berhubungan dengan kualitas hidup mereka, lansia yang hidup di komunitas yang keamanannya kurang (takut kejahatan atau korban kejahatan) kualitas hidupnya lebih rendah.

f. Lingkungan sekitar

faktor lingkungan juga mempunyai hubungan dengan kualitas hidup lansia termasuk persepsi lansia tentang tetangga dan keselamatan lingkungannya.

g. Tempat tinggal

Tempat tinggal menjadi ukuran yang penting dalam menentukan kualitas hidup lansia, mereka merasa lebih puas tinggal dirumah sendiri, mereka merasa lebih nyaman hidup di masyarakat dan lebih mandiri.

2.4 Lansia di Panti jompo

Panti jompo merupakan suatu institusi hunian bersama dari para lansia yang secara fisik/kesehatan masih mandiri, akan tetapi (terutama) mempunyai keterbatasan di bidang sosial-ekonomi. Kebutuhan harian dari para penghuni biasanya disediakan oleh pengurus panti. Panti jompo yang dikelola oleh pemerintah memiliki sasaran


(41)

pelayanan pada usia lanjut berusia 60 tahun keatas yang tidak memiliki keluarga, terlantar, tidak mempunyai keluarga yang dapat membantu kehidupannya sehari-hari, karena kemauannya sendiri atau terpaksa (Darmodjo, 1999).

Menurut Nugroho (2008), pelayanan yang diberikan pada sistem ini adalah: 1. Pemenuhan kebutuhan setiap hari, kebutuhan makan, pakaian, dan tempat

tinggal.

2. Bimbingan keagamaan.

3. Pelayanan kesehatan, penyuluhan kesehatan, pemeriksaan dokter, pelayanan dokter Puskesmas, menyediakan obat-obat ringan.

4. Pembinaan fisik guna menjaga kesehatan seperti senam yang bermanfaat untuk peregangan otot, pernafasan dan jantung.

5. Kegiatan-kegiatan bersama untuk meningkatkan kebersamaan dan interaksi sosial.

6. Kesehatan, memberikan penyuluhan hidup sehat dan bersih. 7. Konseling.

8. Bantuan tambahan modal usaha bagi usia lanjut. 9. Rekreasi dan senam ringan.

2.5 Lansia di Rumah

Menurut Demartoto (2007) yang dikutip oleh Setyoadi dkk (2011) pelayanan lansia meliputi pelayanan yang berbasiskan pada keluarga, masyarakat dan lembaga. Pelayanan berbasis keluarga dan masyarakat cenderung sulit dipisahkan, sehingga terdapat pengelompokan secara umum terhadap lansia, yaitu lansia dengan pelayanan panti dan lansia dengan pelayanan komunitas (non panti).


(42)

Pelayanan berbasis komunitas merupakan pelayanan yang paling banyak diperoleh lansia di Indonesia. Tingginya jumlah lansia dan terbatasnya panti jompo di Indonesia, menyebabkan banyak lansia yang tinggal di komunitas. Selain itu ada tradisi masyarakat dimana seorang anak dan keturunan merupakan pengurus dan sumber potensi untuk mencapai kebutuhan orangtua. Dasar pelayanan komunitas adalah memaksimalkan dayaguna dan keikutsertaan masyarakat termasuk lansia dengan meningkatkan kepedulian serta pengetahuan masyarakat. Beberapa permasalahan lansia dapat ditangani melalui keluarga karena membutuhkan pelayanan intensif dan jangka panjang yang hanya dapat disediakan melalui pelayanan profesional dalam lembaga.

2.6 Kerangka konsep penelitian

Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut ini:

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1 : Kerangka Konsep Penelitian

Tempat Tinggal Lansia Panti Jompo

Rumah

Kualitas hidup 1. Domain Fisik 2. Domain Psikologis 3. Domain Sosial 4. Domain Lingkungan


(43)

2.7 Hipotesis Penelitian

1. Ada perbedaan kualitas hidup lansia yang tinggal di panti jompo dan yang tinggal di rumah.

2. Ada perbedaan kualitas fisik lansia yang tinggal di panti jompo dan yang tinggal di rumah.

3. Ada perbedaan kualitas psikologis lansia yang tinggal dipanti jompo dan yang tinggal di rumah.

4. Ada perbedaan kualitas hubungan sosial lansia yang tinggal di panti jompo dan yang tinggal di rumah.

5. Ada perbedaan kualitas lingkungan lansia yang tinggal di panti jompo dan yang tinggal di rumah.


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan bersifat descriptive analytic comparative dengan pendekatan desain cross sectional yang bertujuan untuk mengidentifikasi perbedaan kualitas fisik, kualitas psikologi, kualitas sosial, dan kualitas lingkungan lansia yang tinggal di panti jompo dan yang tinggal di rumah (Hidayat, 2010).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian pada lansia yang tinggal di panti jompo dilakukan di panti jompo Warga Mas Titian Ridho Ilahi Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kelurahan Pintupadang I Kecamatan Batang Angkola sebagai lokasi penelitian untuk lansia yang tinggal di rumah dengan pertimbangan bahwa kelurahan ini letaknya berdekatan dengan panti jompo Warga Mas Titian Ridho Ilahi Kabupaten Tapanuli Selatan. 3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 sampai dengan Maret 2013.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh lansia yang tinggal di panti jompo Warga Mas Titian Ridho Ilahi Kabupaten Tapanuli Selatan sebanyak 38 orang dan


(45)

yang tinggal di komunitas yaitu seluruh lansia yang ada di kelurahan Pintupadang I Kecamatan Batang Angkola sebanyak 65 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah lansia yang tinggal dipanti jompo Warga Mas Titian Ridho Ilahi Kabupaten Tapanuli Selatan sebanyak 38 orang dan semuanya dijadikan sampel (Total sampling) dan lansia yang tinggal di Kelurahan Pintupadang I sebanyak 38 orang disesuaikan dengan lansia yang tinggal di panti jompo dan sampel diambil dengan cara simple random sampling melalui undian.

Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Usia lansia 60 tahun ke atas.

2. Tidak mengalami disorientasi orang, tempat, dan waktu. 3. Dapat berkomunikasi dan berbahasa Indonesia.

4. Bersedia menjadi responden penelitian. 3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara langsung kepada responden dengan berpedoman pada kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu, dengan penjelasan kuesioner secara lengkap sebagai acuan pewawancara dalam melakukan wawancara.

3.4.2 Data Sekunder

Diperoleh dari panti jompo Warga Mas titian Ridho Ilahi Kabupaten Tapanuli Selatan dan kantor Kelurahan Pintupadang I Kecamatan Batang Angkola. Adapun data yang diambil yaitu jumlah lansia yang tinggal di panti jompo Warga Mas Titian


(46)

Ridho Ilahi tahun 2012 dan jumlah lansia yang tinggal di Kelurahan Pintupadang I Kecamatan Batang Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan.

3.5Definisi Operasional

Dari kerangka konsep penelitian, maka definisi operasional dari penelitian ini adalah:

3.5.1Variabel Independen

Tempat tinggal lansia adalah tempat lansia berkumpul, beristirahat, memperoleh ketenangan dan perlindungan serta melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari.

3.5.2Variabel Dependen

1. Kualitas hidup lansia adalah tingkat dimana seseorang menikmati hal-hal penting yang mungkin terjadi dalam hidupnya.

2. Domain fisik yang terdiri dari nyeri dan ketidaknyamanan, tenaga dan lelah, tidur dan istirahat.

3. Domain psikologi yang terdiri dari perasaan positif, berfikir, belajar, ingatan dan konsentrasi, harga diri, gambaran diri dan penampilan, perasaan negatif.

4. Domain sosial yang terdiri dari hubungan perorangan, dukungan sosial, aktivitas seksual.

5. Domain lingkungan yang terdiri dari keamanan fisik, lingkungan rumah, sumber penghasilan, kesehatan dan perhatian sosial, kesempatan untuk memperoleh informasi baru, partisipasi dalam kesempatan berekreasi dan waktu luang, lingkungan fisik, dan transportasi.


(47)

3.6 Aspek Pengukuran

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk kuesioner dengan berpedoman kepada tinjauan pustaka dan kerangka konsep. Pada bagian pertama dari instrumen penelitian berisi karakteristik lansia yang meliputi umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pendidikan terakhir, pekerjaan sebelumnya, status perkawinan dan masalah kesehatan yang dialami.

Instrumen kedua berisi kuesioner kualitas hidup dari World Health Organization Quality Of Life (WHOQOL) – BREF yang terdiri dari 26 pertanyaan. Untuk menilai (WHOQOL) – BREF, maka ada empat domain yang digabungkan yaitu domain fisik, psikologi, hubungan sosial, dan lingkungan.

Semua pertanyaan berdasarkan pada skala Likert lima poin (1-5) yang fokus pada intensitas, kapasitas, frekuensi dan evaluasi. Skala respon intensitas mengacu kepada tingkatan dimana status atau situasi yang dialami individu. Skala respon kapasitas mengacu pada kapasitas perasaan, situasi atau tingkah laku. Skala respon frekuensi mengacu pada angka, frekuensi, atau kecepatan dari situasi atau tingkah laku. Skala respon evaluasi mengacu pada taksiran situasi dari situasi, kapasitas atau tingkah laku.

Untuk Pertanyaan nomor 1 tentang kualitas hidup secara menyeluruh dan Pertanyaan nomor 2 tentang kesehatan secara umum. Domain 1 - Fisik ada pada pertanyaan nomor 3, 4, 10, 15, 16, 17, dan 18. Domain 2 - Psikologis ada pada pertanyaan nomor 5, 6, 7, 11, 19, dan 26. Domain 3 - Hubungan sosial ada pada pertanyaan nomor 20, 21, dan 22. Domain 4 - Lingkungan ada pada pertanyaan


(48)

nomor 8, 9, 12, 13, 14, 23, 24, dan 25. Untuk mengidentifikasi kualitas hidup lansia score masing-masing jawaban dari tiap domain dijumlahkan.

Hasil ukur dari tiap variabel kualitas hidup apabila hasil total score dari kuesioner tinggi maka kualitas hidupnya tinggi sedangkan apabila hasil total score dari kuesioner rendah.

3.7 Pengolahan dan Analisis Data

Kegiatan pengolahan dilakukan setelah semua data dikumpulkan kemudian data tersebut diolah dan dianalisis dengan menggunakan komputer. Analisis data dilakukan dengan cara bertahap yaitu sebagai berikut:

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang distribusi frekuensi domain kualitas hidup seperti fisik, psikologis, sosial dan lingkungan. 2. Analisis Bivariat

Analisis data yang digunakan adalah uji Mann Whitney dengan tingkat kemaknaan α = 0,05.

Dengan kriteria:

1. Ho ditolak jika p < α (0,05) maka terdapat perbedaan kualitas hidup lansia yang tinggal di panti jompo dengan yang tinggal di rumah.

2. Ho diterima jika p > α (0,05) maka tidak terdapat perbedaan kualitas hidup lansia yang tinggal di panti jompo dan yang tinggal di rumah.


(49)

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Gambaran Kelurahan Pintupadang I

Kelurahan Pintupadang I termasuk dalam Kecamatan Batang Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan Provinsi Sumatera Utara. Luas wilayah Kelurahan pintupadang I adalah 15.70 km2. Kelurahan Pintupadang I memiliki 456 Kepala Keluarga (KK) dengan jumlah penduduk 1.480 jiwa, dimana jumlah laki-laki sebanyak 696 jiwa, dan perempuan sebanyak 784 jiwa.

Kelurahan Pintupadang I mempunyai batas-batas sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pasar Lama Kecamatan Batang Angkola b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Pintupadang II Kecamatan batang

Angkola

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Hurase Kecamatan Batang Angkola d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Siais Kecamatan Angkola Selatan

Sebagian besar penduduk mata pencahariannya adalah bertani, baik di sawah maupun di kebun. Mayoritas masyarakat beragama Islam dan daerah ini Religiusitasnya tinggi, hal tersebut tampak dengan berdirinya pondok-pondok pesantren di wilayah ini.

Tersedianya satu buah Puskesmas di daerah ini membuat masyarakat bisa mendapatkan pelayanan kesehatan bagi mereka yang membutuhkan. Dengan adanya program Posyandu lansia maka kesehatan lansia tetap terpantau secara berkala. Meskipun Puskesmas


(50)

tutup pada hari libur masyarakat yang butuh pelayanan kesehatan masih bisa mendapatkan pelayanan dari Bidan PTT yang di tempatkan di daerah ini.

4.1.2 Gambaran Panti Jompo Warga Mas Titian Ridho Ilahi

Panti Jompo Warga Mas Titian Ridho Ilahi berdiri sejak tahun 2007 di Jln. Mandailing Natal Km. 13 Hutaholbung Kecamatan Batang Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan dibawah pimpinan Ustd. H. Yusuf Amiril Sholeh dengan Visi untuk membantu Program Pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan orangtua lanjut usia.

Jumlah kamar untuk lansia perempuan ada 40 buah dan untuk lansia laki-laki ada 4 buah dengan kondisi yang sederhana. Terdapat 6 buah kamar mandi dengan 10 buah WC, 2 buah ruang makan, 3 buah dapur dan 2 buah ruang pertemuan dengan kondisi yang sederhana. Lansia juga di fasilitasi oleh pihak panti untuk berekreasi, terutama menjelang bulan Ramadhan dengan bertamasya ke tempat rekreasi seperti Pulau Poncan di Kota Sibolga.

Akses terhadap pelayanan kesehatan bagi lansia yang tinggal di panti berlangsung baik, petugas kesehatan dari Puskesmas Batang Angkola sekali dalam 2 minggu rutin memberikan pelayanan kesehatan bagi lansia yang tinggal di panti, jika ada lansia yang sakit di luar jadwal kunjungan Puskesmas, pihak panti menghubungi petugas kesehatan agar lansia tersebut mendapatkan pelayanan kesehatan. Religiusitas lansia yang di tinggal di panti juga baik, hal ini tampak dari lansia yang sering mengikuti pengajian harian dan pengajian rutin yang diadakan pihak panti dua kali dalam seminggu dengan metode ceramah dan zikir.


(51)

4.2 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari variabel-variabel penelitian yang meliputi: umur, jenis kelamin, agama, suku, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan dan masalah kesehatan.

4.2.1 Gambaran Karakteristik Responden

Pada penelitian ini yang menjadi responden adalah lansia yang tinggal di panti jompo Warga Mas Titian Ridho Ilahi dan lansia yang tinggal di kelurahan Pintupadang I. Gambaran responden berdasarkan karakteristik umur, jenis kelamin, agama, suku, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan dan masalah kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.1

Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

No Umur Panti Rumah

n (%) n (%)

1. 60 – 64 tahun 2 5,26 4 10,53

2. 65 – 69 tahun 6 15,79 13 34,21

3. 70 – 74 tahun 14 36,84 8 21,05

4. 75 – 79 tahun 9 23,68 4 10,53

5. 80 – 84 tahun 3 7,89 6 15,79

6. 85 – 89 tahun 4 10,53 2 5,26

7. 90 – 94 tahun - - 1 2,63

Jumlah 38 100,0 38 100,0

Dari Tabel 4.1 di atas diketahui bahwa responden di panti jompo yang paling banyak terdapat pada kelompok umur 70 - 74 tahun (36,84%) dan responden yang tinggal di rumah paling banyak terdapat pada kelompok umur 65-69 tahun (34,21%).


(52)

Tabel 4.2

Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Panti Rumah

n (%) n (%)

1. Perempuan 36 94,7 36 94,7

2. Laki-laki 2 5,3 2 5,3

Jumlah 38 100,0 38 100,0

Dari Tabel 4.2 diatas diketahui bahwa responden laki-laki yang di panti sebanyak 2 orang (5,3%) dan perempuan 36 orang (94,7), sedangkan responden yang tinggal di rumah terdapat 2 orang laki-laki (5,3%) dan 36 orang (94,7%) perempuan.

Tabel 4.3

Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Suku

No Suku Panti Rumah

n (%) n (%)

1. Batak 36 94,7 37 97,4

2. Jawa - - 1 2,6

3. Minang 1 2,6 - -

4. Melayu 1 2,6 - -

5. dll - - - -

Jumlah 38 100,0 38 100,0

Dari Tabel 4.3 diatas diketahui bahwa responden yang tinggal di panti terdapat 36 orang (94,7%) suku Batak, 1 orang (2,6%) suku Minang dan 1 orang (2,6%) suku melayu. Responden yang tinggal di rumah terdapat 37 orang (97,4%) suku Batak dan 1 orang (2,6%) suku Jawa.


(53)

Tabel 4.4

Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

No Pendidikan

Terakhir

Panti Rumah

n (%) n (%)

1. Tidak Sekolah 11 28,9 14 36,8

2. SD 25 65,8 17 44,7

3. SMP 2 5,3 4 10,5

4. SMA - - 2 5,3

5. Sarjana - - 1 2,6

Jumlah 38 100,0 38 100,0

Dari Tabel 4.4 diketahui bahwa responden di panti yang pendidikan terakhirnya SD sebanyak 25 orang (65,8%), SMP sebanyak 2 orang (5,3%) dan tidak sekolah sebanyak 11 orang (28,9%), sedangkan responden yang tinggal di rumah terdapat 17 orang (44,7%) yang pendidikan terakhirnya SD, SMP sebanyak 4 orang (10,5%), SMA 2 orang (5,3%), Sarjana 1 orang (92,6%) dan tidak sekolah sebanyak 14 orang (36,8%).

Tabel 4.5

Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Sebelumnya

No Pekerjaan Panti Rumah

n (%) n (%)

1. Petani 30 78,9 12 31,6

2. Tidak Bekerja 5 13,2 21 55,3

3. Buruh/Karyawan 3 7,9 2 5,3

4. PNS - - 2 5,3

5. Peg. Swasta - - 1 2,6


(54)

Dari Tabel 4.5 diketahui bahwa responden di panti terdapat 30 orang (78,9%) yang pekerjaan sebelumnya Petani, 5 orang (13,2%) tidak bekerja dan 3 orang (7,9%) sebagai buruh/karyawan, sedangkan responden yang tinggal dirumah terdapat 12 orang (31,6%) sebagai Petani, 21 orang (55,3%) tidak bekerja, 2 orang (5,3%) sebagai Buruh/Karyawan, 2 orang (5,3%) sebagai PNS dan 1 orang (2,6%) Peg.Swasta.

Tabel 4.6

Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Perkawinan

No Perkawinan Panti Rumah

n (%) n (%)

1. Janda 35 92,1 29 76,3

2. Duda 2 5,3 2 5,3

3. Menikah 1 2,6 7 18,4

Jumlah 38 100,0 38 100,0

Dari Tabel 4.6 diatas diketahui bahwa responden yang tinggal di panti paling banyak Janda 35 orang (92,1%) dan duda 1 orang (5,3%), sedangkan responden yang tinggal di rumah janda sebanyak 29 orang (76,3%) , duda sebanyak 2 orang (5,3%) dan yang menikah sebanyak 7 orang (18,4%).

Tabel 4.7

Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Masalah Kesehatan

No Masalah

Kesehatan

Panti Rumah

n (%) n (%)

1. Rematik 16 42,1 17 44,7

2. Hipertensi 11 28,9 14 36,8


(55)

Penglihatan 4. Gangguan

Pendengaran

4 10,5 2 5,3

5. Diabetes Melitus 1 2,6 2 5,3

Jumlah 38 100,0 38 100,0

Dari Tabel 4.7 diatas diketahui bahwa responden yang tinggal di panti sebanyak 16 orang (42,1%) Rematik, 11 orang (28,9%) yang masalah kesehatannya Hipertensi, gangguan penglihatan sebanyak 6 orang (15,8%), gangguan pendengaran sebanyak 4 orang (10,5%) dan Diabetes Mellitus sebanyak 1 orang (2,6%), sedangkan responden yang tinggal di rumah terdapat 17 orang (44,7%) Rematik, 14 orang (36,8%) Hipertensi, 3 orang (7,9%) gangguan penglihatan, 2 orang (5,3%) gangguan pendengaran dan 2 orang (5,3%) Diabetes Mellitus.

Tabel 4.8

Gambaran Umum Responden Berdasarkan Kualitas Hidup Lansia yang Tinggal di Panti

No Score n %

1. 112 2 5,3

2. 118 1 2,6

3. 125 1 2,6

4. 144 1 2,6

5. 150 2 5,3

6. 157 2 5,3

7. 169 2 5,3

8. 187 1 2,6

9. 188 3 7,9

10. 194 1 2,6

11. 200 1 2,6

12. 206 2 5,3

13. 207 4 10,5

14. 212 1 2,6

15. 213 1 2,6

16. 219 1 2,6


(56)

18. 231 1 2,6

19. 237 1 2,6

20. 238 1 2,6

21. 251 1 2,6

22. 257 1 2,6

23. 263 1 2,6

24. 269 1 2,6

25. 270 1 2,6

26. 281 1 2,6

27. 294 1 2,6

28. 306 1 2,6

Jumlah 38 100,0

Dari Tabel 4.8 diatas diketahui bahwa nilai kualitas hidup lansia yang tinggal di panti yang paling banyak pada skor 207 sebanyak 4 orang (10,5%), skor 188 ada 3 orang (7,9%), skor 112, 150, 157, 169 dan 206 masing-masing terdiri dari 2 orang (2,6%), dan skor 118, 125, 144, 187, 188, 194, 200, 212, 213, 219, 225, 231, 237, 238, 251, 257, 263, 269, 270, 281, 294 dan 306 masing-masing 1 orang (2,6%).

Tabel 4.9

Gambaran Umum Responden Berdasarkan Kualitas Hidup Lansia yang Tinggal di Rumah

No Score n %

1. 125 1 2,6

2. 131 1 2,6

3. 137 1 2,6

4. 138 1 2,6

5. 169 1 2,6

6. 175 1 2,6

7. 182 2 5,3

8. 194 1 2,6

9. 200 2 5,3

10. 206 1 2,6


(57)

12. 220 1 2,6

13. 226 1 2,6

14. 231 1 2,6

15. 233 1 2,6

16. 238 1 2,6

17. 244 1 2,6

18. 250 1 2,6

19. 251 1 2,6

20. 256 1 2,6

21. 257 8 21,1

22. 263 3 7,9

23. 264 1 2,6

24. 275 1 2,6

25. 276 1 2,6

26. 288 1 2,6

27. 294 1 2,6

Jumlah 3 100,0

Dari Tabel 4.9 diatas diketahui bahwa nilai kualitas hidup lansia yang tinggal di rumah paling banyak pada skor 257 sebanyak 8 orang (21,1%), skor 263 ada 3 orang (7,9%), skor 182 dan skor 200 masing-masing terdiri dari 2 orang (2,6%), dan skor 125, 131, 137, 138, 169, 175, 182, 194, 200, 206, 214, 220, 226, 231, 233, 238, 244, 250, 251, 256, 257, 263, 264, 275, 276, 288 dan 294 masing-masing 1 orang (2,6%).

Tabel 4.10

Gambaran Umum Responden Berdasarkan Domain Fisik Lansia yang Tinggal di Panti

No Score n %

1. 25 1 2,6

2. 31 4 10,5

3. 38 4 10,5

4. 44 11 28,9

5. 50 3 7,9

6. 56 6 15,8


(58)

8. 69 2 5,3

9. 81 1 2,6

Jumlah 38 100,0

Dari Tabel 4.10 diatas diketahui bahwa nilai kualitas fisik lansia yang tinggal di panti paling banyak terdapat pada skor 44 sebanyak 11 orang ( 28,9%), skor 56 dan 63 masing-masing 6 orang (15,8%), skor 31 dan 38 masing-masing-masing-masing 4 orang (10,5%), skor 69 ada 2 orang (5,3%), skor 25 dan 81 masing-masing 1 orang (2,6%).

Tabel 4.11

Gambaran Umum Responden Berdasarkan Domain Fisik Lansia yang Tinggal di Rumah

No Score n %

1. 31 2 5,3

2. 38 5 13,2

3. 44 5 13,2

4. 50 3 7,9

5. 56 9 23,7

6. 63 8 21,1

7. 69 5 13,2

8. 81 1 2,6

Jumlah 38 100,0

Dari Tabel 4.11 diatas diketahui bahwa nilai kualitas fisik lansia yang tinggal di rumah paling banyak terdapat pada skor 56 sebanyak 9 orang ( 23,7%), skor 63 ada 8 orang (21,1%), skor 38, 44 dan 69 masing-masing 5 orang (13,2%), skor 50 ada 3 orang (7,9%), skor 31 ada 2 orang (5,3%) dan skor 81 ada 1 orang (2,6%).


(59)

Tabel 4.12

Gambaran Umum Responden Berdasarkan Domain Psikologis Lansia yang Tinggal di Panti

No Score n %

1. 25 2 5,3

2. 31 9 23,7

3. 38 1 2,6

4. 44 10 26,3

5. 50 3 7,9

6. 56 6 15,8

7. 63 3 7,9

8. 69 3 7,9

9. 81 1 2,6

Jumlah 38 100,0

Dari Tabel 4.12 diatas diketahui bahwa nilai kualitas psikologis lansia yang tinggal di panti paling banyak pada skor 44 sebanyak 10 orang ( 26,3%), skor 31 ada 9 orang (23,7%), skor 56 ada 6 orang (15,8%), skor 69 dan 75 masing-masing 3 orang (7,9%), skor 25 ada 2 orang (5,3%) dan skor 81 ada 1 orang (2,6%).

Tabel 4.13

Gambaran Umum Responden Berdasarkan Domain Psikologis Lansia yang Tinggal di Rumah

No Score n %

1. 25 2 5,3

2. 31 3 7,9

3. 38 1 2,6

4. 44 6 15,8

5. 50 2 5,3


(60)

7. 63 2 5,3

8. 69 12 31,6

9. 75 2 5,3

Jumlah 38 100,0

Dari Tabel 4.13 diatas diketahui bahwa nilai kualitas psikologis lansia yang tinggal di rumah paling banyak pada skor 69 sebanyak 12 orang (31,6%), skor 56 dan 56 ada 8 orang (21,1%), skor 44 ada 6 orang (15,8%), skor 31 ada 3 orang (7,9%), skor 25, 50, 63 dan 75 masing-masing 2 orang (5,3%) dan skor 38 ada 1 orang (5,3%)

Tabel 4.14

Gambaran Umum Responden Berdasarkan Domain Sosial Lansia yang Tinggal di Panti

No Score n %

1. 25 7 18,4

2. 31 1 2,6

3. 44 2 5,3

4. 50 6 15,8

5. 56 10 26,3

6. 63 7 18,4

7. 69 4 10,5

8. 81 1 2,6

Jumlah 38 100,0

Dari Tabel 4.14 diatas diketahui bahwa nilai kualitas sosial lansia yang tinggal di panti paling banyak pada skor 56 sebanyak 10 orang (26,3%), skor 25 dan 69 masing-masing 7 orang (18,4%), skor 50 ada 6 orang (15,8%), skor 75 ada 4 orang (10,5%), skor 44 ada 2 orang (5,3%), skor 31 dan 81 masing-masing 1 orang (2,6%).


(61)

Tabel 4.15

Gambaran Umum Responden Berdasarkan Domain Sosial Lansia yang Tinggal di Rumah

No Score n %

1. 31 1 2,6

2. 44 5 13,2

3. 50 5 13,2

4. 56 4 10,5

5. 69 15 39,5

6. 75 8 21,1

Jumlah 38 100,0

Dari Tabel 4.15 diatas diketahui bahwa nilai kualitas sosial lansia yang tinggal di rumah paling banyak pada skor 69 sebanyak 15 orang (39,5%), skor 75 ada 8 orang (21,1%), skor 44 dan 50 masing-masing ada 5 orang (13,2%), skor 56 ada 4 orang (10,5%) dan skor 31 ada 1 orang (2,6%).

Tabel 4.16

Gambaran Umum Responden Berdasarkan Domain Lingkungan Lansia yang Tinggal di Panti

No Score n %

1. 31 4 10,5

2. 38 2 5,3

3. 44 3 7,9

4. 50 9 23,7

5. 56 8 21,1

6. 63 8 21,1

7. 69 2 5,3

8. 75 2 5,3


(62)

Dari Tabel 4.16 diatas diketahui bahwa nilai kualitas lingkungan lansia yang tinggal di panti paling banyak pada skor 50 sebanyak 9 orang (23,7%), skor 56 dan 63 masing-masing 8 orang (21,1%), skor 31 ada 4 orang (10,5%), skor 44 ada 3 orang (7,9%), skor 38, 69 dan 75 masing-masing 2 orang (5,3%).

Tabel 4.17

Gambaran Umum Responden Berdasarkan Domain Lingkungan Lansia yang Tinggal di Rumah

No Score n %

1. 25 2 5,3

2. 31 3 7,9

3. 44 2 5,3

4. 50 6 15,8

5. 56 5 13,2

6. 63 12 31,6

7. 69 6 15,8

8. 81 2 5,3

Jumlah 38 100,0

Dari Tabel 4.17 diatas diketahui bahwa nilai kualitas lingkungan lansia yang tinggal di rumah paling banyak pada skor 63 sebanyak 12 orang (31,6%), skor 50 dan 69 masing-masing 6 orang (15,8%), skor 56 ada 5 orang (13,2%), skor 31 ada 3 orang (7,9%), skor 25, 44 dan 75 masing-masing 2 orang (5,3%).

4.2.2 Normalitas Data

Sebelum melakukan analisis data terlebih dahulu dilakukan uji normalitas Kolmogorov Smirnov. Hasil uji normalitas data dapat dilihat pada tabel 4.18.


(1)

fisik rumah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 31 2 5.3 5.3 5.3

38 5 13.2 13.2 18.4

44 5 13.2 13.2 31.6

50 3 7.9 7.9 39.5

56 9 23.7 23.7 63.2

63 8 21.1 21.1 84.2

69 5 13.2 13.2 97.4

81 1 2.6 2.6 100.0

Total 38 100.0 100.0

psikologis panti

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 25 2 5.3 5.3 5.3

31 9 23.7 23.7 28.9

38 1 2.6 2.6 31.6

44 10 26.3 26.3 57.9

50 3 7.9 7.9 65.8

56 6 15.8 15.8 81.6

69 3 7.9 7.9 89.5

75 3 7.9 7.9 97.4

81 1 2.6 2.6 100.0


(2)

psikologis rumah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 25 2 5.3 5.3 5.3

31 3 7.9 7.9 13.2

38 1 2.6 2.6 15.8

44 6 15.8 15.8 31.6

50 2 5.3 5.3 36.8

56 8 21.1 21.1 57.9

63 2 5.3 5.3 63.2

69 12 31.6 31.6 94.7

75 2 5.3 5.3 100.0

Total 38 100.0 100.0

sosial panti

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 25 7 18.4 18.4 18.4

31 1 2.6 2.6 21.1

44 2 5.3 5.3 26.3

50 6 15.8 15.8 42.1

56 10 26.3 26.3 68.4

69 7 18.4 18.4 86.8

75 4 10.5 10.5 97.4

81 1 2.6 2.6 100.0

Total 38 100.0 100.0

social rumah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 31 1 2.6 2.6 2.6

44 5 13.2 13.2 15.8

50 5 13.2 13.2 28.9


(3)

69 15 39.5 39.5 78.9

75 8 21.1 21.1 100.0

Total 38 100.0 100.0

lingkungan panti

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 31 4 10.5 10.5 10.5

38 2 5.3 5.3 15.8

44 3 7.9 7.9 23.7

50 9 23.7 23.7 47.4

56 8 21.1 21.1 68.4

63 8 21.1 21.1 89.5

69 2 5.3 5.3 94.7

75 2 5.3 5.3 100.0

Total 38 100.0 100.0

lingkungan rumah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 25 2 5.3 5.3 5.3

31 3 7.9 7.9 13.2

44 2 5.3 5.3 18.4

50 6 15.8 15.8 34.2

56 5 13.2 13.2 47.4

63 12 31.6 31.6 78.9

69 6 15.8 15.8 94.7

75 2 5.3 5.3 100.0


(4)

kualitas hidup lansia di panti Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 112 2 5.3 5.3 5.3

118 1 2.6 2.6 7.9

125 1 2.6 2.6 10.5

144 1 2.6 2.6 13.2

150 2 5.3 5.3 18.4

157 2 5.3 5.3 23.7

169 2 5.3 5.3 28.9

187 1 2.6 2.6 31.6

188 3 7.9 7.9 39.5

194 1 2.6 2.6 42.1

200 1 2.6 2.6 44.7

206 2 5.3 5.3 50.0

207 4 10.5 10.5 60.5

212 1 2.6 2.6 63.2

213 1 2.6 2.6 65.8

219 1 2.6 2.6 68.4

225 1 2.6 2.6 71.1

231 1 2.6 2.6 73.7

237 1 2.6 2.6 76.3

238 1 2.6 2.6 78.9

251 1 2.6 2.6 81.6

257 1 2.6 2.6 84.2

263 1 2.6 2.6 86.8

269 1 2.6 2.6 89.5

270 1 2.6 2.6 92.1

281 1 2.6 2.6 94.7

294 1 2.6 2.6 97.4

306 1 2.6 2.6 100.0


(5)

kualitas hidup lansia di rumah Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 125 1 2.6 2.6 2.6

131 1 2.6 2.6 5.3

137 1 2.6 2.6 7.9

138 1 2.6 2.6 10.5

169 1 2.6 2.6 13.2

175 1 2.6 2.6 15.8

182 2 5.3 5.3 21.1

194 1 2.6 2.6 23.7

200 2 5.3 5.3 28.9

206 1 2.6 2.6 31.6

214 1 2.6 2.6 34.2

220 1 2.6 2.6 36.8

226 1 2.6 2.6 39.5

231 1 2.6 2.6 42.1

233 1 2.6 2.6 44.7

238 1 2.6 2.6 47.4

244 1 2.6 2.6 50.0

250 1 2.6 2.6 52.6

251 1 2.6 2.6 55.3

256 1 2.6 2.6 57.9

257 8 21.1 21.1 78.9

263 3 7.9 7.9 86.8

264 1 2.6 2.6 89.5

275 1 2.6 2.6 92.1

276 1 2.6 2.6 94.7

288 1 2.6 2.6 97.4

294 1 2.6 2.6 100.0


(6)

NPar Tests

Mann-Whitney Test

Ranks

Tempat Tinggal lansia N Mean Rank Sum of Ranks

kualitas hidup lansia panti 38 32.91 1250.50

rumah 38 44.09 1675.50

Total 76

fisik responden panti 38 34.20 1299.50

rumah 38 42.80 1626.50

Total 76

psikologis responden panti 38 33.05 1256.00

rumah 38 43.95 1670.00

Total 76

sosial responden panti 38 33.18 1261.00

rumah 38 43.82 1665.00

Total 76

lingkungan responden panti 38 34.97 1329.00

rumah 38 42.03 1597.00

Total 76

Test Statisticsa kualitas hidup

lansia

fisik responden

psikologis responden

sosial responden

lingkungan responden Mann-Whitney U 509.500 558.500 515.000 520.000 588.000 Wilcoxon W 1250.500 1299.500 1256.000 1261.000 1329.000

Z -2.210 -1.722 -2.181 -2.141 -1.416

Asymp. Sig. (2-tailed)

.027 .085 .029 .032 .157