Analisis pengaruh pengeluaran pemerintah sektor kesehatan, sektor pendidikan dan jumlah penduduk miskin terhadap IPM di Provinsi Lampung (Periode 2003-2012)

(1)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH SEKTOR KESEHATAN, SEKTOR PENDIDIKAN DAN JUMLAH

PENDUDUK MISKIN TERHADAP IPM DI PROVINSI LAMPUNG

(PERIODE 2003-2012)

Oleh

CITRA AFNOVINSA PUTRI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengeluaran pemerintah sektor kesehatan (PP), sektor pendidikan (PK), dan jumlah penduduk miskin (K) terhadap indeks pembangunan manusia (IPM) di Provinsi Lampung. Data yang digunakan adalah data sekunder runtun waktu (time series) selama periode 2003-2012. Pengujian hipotesis digunakan dengan pendekatan uji asumsi klasik, hipotesis dan Ordinary Least Square (OLS) dengan menggunakan Eviews 4.1 Hasil analisis dari penelitian ini menunjukan bahwa variabel pengeluaran pemerintah sektor kesehatan dan sektor pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap indeks pembangunan manusia di Provinsi Lampung.

Sedangkan variabel jumlah penduduk miskin tidak berpengaruh secara signifikan terhadap indeks pembangunan manusia di Provinsi Lampung. Dari penelitian ini selain memberikan hasil estimasi juga dapat menyimpulkan beberapa langkah kongkrit yang harus dilakukan pemerintah berkaitan dengan peningkatan

pembangunan manusia. Untuk menunjang kualitas sumber daya manusia terutama dalam aspek kesehatan, pendidikan, dan pendapatan masyarakat yang lebih baik. Kata Kunci : Pengeluaran Pemerintah Sektor Kesehatan dan Sektor

Pendidikan, Jumlah Penduduk Miskin, dan Indeks Pembangunan Manusia.


(2)

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF THE HEALTH SECTOR, THE EXPENSES OF GOVERNMENT EDUCATION SECTOR AND THE NUMBER

OF POOR PEOPLE AGAINST IPM IN LAMPUNG PROVINCIAL (PERIOD 2003-2012)

By :

CITRA AFNOVINSA PUTRI

This research was meant to find out the influence of government spending ( PP ), the health sector education sector ( PK ), and number of poor people ( K ) against human development index ( IPM ) in lampung provincial.The data used is data secondary runtun time ( time series ) during a period of 2003-2012. The testing of hypotheses used with the approach of the classical, the assumption the hypothesis and ordinary least square ( ols ) by using eviews 4.1

The analysis of this research showed that the variable government spending the health sector and the education sector influential positive and significant impact on human development index in lampung provincial.While poor people do not affect the number of variables in a significant impact on human development index in lampung provincial. Besides giving the results of this research also can conclude an estimation of some concrete steps that must be conducted by government relating to increase human development to support the quality of human resources especially in the aspect of health education and better community income

Keywords : The health sector, the expenses of government the education sector, the expenses of government poor population, and the human development index.


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Bandar Lampung pada tanggal 6 september 1992, sebagai anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Afrizal Novianto dan Ibu Vini Susiani Wijaya.

Penulis memulai Pendidikanya di Taman Kanak-Kanak (TK) Almunawarrah Tanjung Karang Barat Bandar Lampung diselesaikan tahun 1998, setelah itu penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Kartika II-5 Kota Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2004. Selanjutnya, penulis meneruskan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMP.N) 25 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2007, dan selanjutnya pada tahun yang sama penulis meneruskan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMA.N) 10 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2010. Pada tahun 2010, penulis diterima menjadi mahasiswi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung melalui jalur Ujian Mandiri (UM).

Pada Tahun 2014, penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Sukamulya Kecamatan Banyumas, Pringsewu.


(8)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang, Dengan segenap ketulusan dan rasa syukur kupersembahkan karya yang sederhana tapi berharga

bagiku ini kepada :

Ayah dan Mama tercinta, yang selalu memberikan cinta dan kasih sayang, dukungan, pelajaran, motivasi terbesar dalam hidupku, yang telah mengiringiku dengan doa

dalam setiap hembusan nafas dan langkahku.

Adik – adikku tersayang dan keluarga besarku yang selalu memberikan dukungan dan semangat untukku.

Seseorang yang inshaallah akan menjadi pendamping hidupku.

Sahabat- sahabatku tersayang, yang telah memberikan warna-warni dalam hidupku dan selalu ada pada saat susah ataupun senang.


(9)

MOTO

“Do Good and Good Will Come To You ” (Citra Afnovinsa Putri)

“Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah”

(Thomas Alva Edison)

“Sesungguhnya sesudah kesusahan ada kemudahan dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”


(10)

SANWACANA

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan semua ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Sektor Kesehatan, Sektor Pendidikan dan Jumlah Penduduk Miskin Terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Lampung periode 2003-2012” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang tulus kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan bantuan selama proses penyelesaian skripsi ini. Secara khusus, penulis ucapkan terimakasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.Si. sebagai Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan dan sebagai Pembimbing Utama yang telah sabar memberikan arahan, nasehat dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Asih Murwiati, S.E., M.E. sebagai Sekertaris Jurusan Ekonomi Pembangunan dan selaku Dosen Pembimbing Akademik Penulis.


(11)

5. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Lampung, khususnya dosen Jurusan Ekonomi Pembangunan yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang tidak ternilai kepada penulis.

6. Seluruh staf administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Lampung yang telah banyak membantu selama penulis menempuh pendidikan.

7. Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung dan Perpustakaan Universitas Lampung atas kesediaannya membantu selama pengumpulan data skripsi ini. 8. Orang tuaku Tercinta, Ayahanda Afrizal Novianto dan Mama tercinta Vini

Susiani Wijaya, Adik-adikku Cindy Afnovinsa Putri, M. Chiqal Afnovinsa Putra, dan Cessa Afnovinsa Putri atas semua limpahan kasih sayang dan kesabaran, dukungan, perhatian, doa, dan pengorbanan yang selalu diberikan dengan tulus kepada anak-anak dan kakaknya

9. Keluargaku : Eyang kakung, Eyang Putri, Oma, Aye, Pakde, Bunda, Mba Ayie, Mba Maya, Mami, Om, dan Tante. Terima kasih semangat dan dukungannya.

10.Seseorang yang telah menemaniku baik suka maupun duka, yang tak henti-hentinya memberikan bantuan, dukungan, nasihat serta semangat kepadaku, Agung Leo Nugraha beserta keluarganya.

11.Sahabat-sahabatku: Claudya, Hilda, Terra, Lia, Tiara, Sifa, Intan, Ebeth, Novan, Nazar, Hanny, Maria, Sonya, Almira, Eddo, Metta, Cici, Jian dan Ferdiyan Terima kasih karena tidak bosan membantu dan memberi semangat untuk menyelesaikan skripsi.


(12)

13.Teman-teman EP 2010 : Hasby, Abah, Levy, Brama, Rendi, Yanu, Devi, Deni, Ega, Rangga, Aby, Denis, Bolang, Army, Dani, Agus, Darus dan teman-teman penulis angkatan 2009, 2010, 2011, dan 2012 yang tidak bisa

disebutkan satu persatu, terima kasih dukungan semangat, doa, dan kebersamaanya.

14. Keluarga „KKN Sukamulya’ Pringsewu: Pak Nova, Ibu Nova, Nizon, Jaya,

Hein, Intan, Ririn, Nurul, Ayu, dan Nur. Terimakasih untuk semua pengalaman dan pelajaran hidupnya..

15.Semua pihak yang telah membantu demi terselesaikannya skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik atas segala bantuan yang telah diberikan, dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Bandar Lampung, 28 Oktober 2014 Penulis,


(13)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vi

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... .. 15

C. Tujuan Penelitian ... 16

D. Kerangka Pemikiran ... 17

E. Hipotesis ... 21

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 22

A. Definisi Pembangunan ... 22

B. Definisi Pembangunan Manusia ... 23

C. Indeks Pembangunan Manusia ... 25

D. Komponen Indeks Pembangunan Manusia ... 27

1. Indeks Harapan Hidup... 27

2. Indeks Pendidikan ... 28

3. Indeks Hidup Layak ... 28

E. Pengeluaran Pemerintah ... 29

F. Peran Pemerintah Dalam Perekonomian ... 32

G. Teori Pengeluaran Pemerintah ... 33

1. Konsep Pengeluaran Pemerintah... 34

2. Klasifikasi Pengeluaran Pemerintah ... 37

H. Pengertian Kemiskinan ... 38

I. Indikator Kemiskinan ... 39

J. Penyebab Kemiskinan ... 41

K. Penelitian Terdahulu ... 43

III. METODE PENELITIAN ... 48

A. Jenis dan Sumber Data ... 48

B. Operasional Variabel ... 48

C. Model Analisis ... 50


(14)

c.) Uji Autokorelasi ... ... 54

d.) Uji Multikolinearitas... ... 54

3. Uji Hipotesis ... 55

a.) Uji Koefisien Determinasi... ... 55

b.) Uji Parsial (Uji-t) ... ... 55

c.) Uji Keseluruhan (Uji-f) ... ... 57

E .Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 58

1.Sejarah Provinsi Lampung ... 58

2.Keadaan Geografis Provinsi Lampung ... 59

3. Keadaan Penduduk Provinsi Lampung ... 60

4. Perekonomian Provinsi Lampung ... 61

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 65

A. Hasil Estimasi ... 65

B. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 67

a.) Uji Normalitas... ... 67

b.) Uji Multikolinearitas... ... 68

c.) Uji Hetereskedastisitas... ... 70

d.) Uji Autokorelasi... ... 71

C. Hasil Uji Hipotesis ... 72

a.) Uji Parsial (Uji-t) ... ... 72

b) Uji Keseluruhan (Uji-f) ... ... 74

c.) Uji Koefisien Determinasi... ... 75

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 76

E. Implikasi Hasil ... 77

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 81

A. Simpulan ... 81

B. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 82


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Standar pencapaian IPM berdasarkan UNDP ……….. 3

Tabel 2. Nilai IPM Menurut Provinsi Se-Sumatera………... 4

Tabel 3. Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Lampung Periode 2003- 2012... 5

Tabel 4. Realisasi Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan dan Kesehatan 2003-2012………... 10

Tabel 5. Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Lampung tahun 2001-2012…. 12 Tabel 6. Nilai Indeks Komponen IPM Lampung 2003-2012……… 13

Tabel 7. Ringkasan Penelitian “Pengaruh Pengeluaran Pemerintah di Sektor Publik Terhadap Peningkatan Pembangunan Manusia dan Pengurangan Kemiskinan……….………. 44

Tabel 8. Ringkasan Penelitian “Analisis Pengaruh Tingkat Kemiskinan, Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan dan Kesehatan Terhadap IPM di Jawa Tengah Tahun 2007-2009.”………. 45

Tabel 9. Ringkasan Penelitian “Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia di Sulawei Selatan Periode 2001-2010“………. 46

Tabel 10.Ringkasan Penelitian “Pengaruh pengangguran,pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah terhadap pembangunan manusia Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2007-2011”…… 47

Tabel 11.Tabel Wilayah Administrasi Provinsi Lampung Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan Tahun 2012……… 59

Tabel 12.Luas Wilayah Kab/Kota Provinsi Lampung……… 60

Tabel 13.Jumlah Penduduk per Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung Tahun 2012……….. 61

Tabel 14.PDRB atas Dasar Harga Konstan menurut Lapangan Usaha di Provinsi Lampung 2010 –2012……….. 63

Tabel 15.Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha 2010-2012……… 64

Tabel 16.Hasil Uji Multikolinearitas……….. 70

Tabel 17.Hasil Uji White No Cross Term……….. 71


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pemikiran……….. ... 20 Gambar 2. Hasil Uji Normalitas………..………... 69


(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan merupakan upaya yang sudah direncanakan dalam melakukan suatu perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan kesejahteraan dan meningkatkan kualitas manusia. Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi memiliki definisi yang berbeda, yaitu pertumbuhan ekonomi ialah proses kenaikan output perkapita yang terus menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Dengan demikian makin tingginya pertumbuhan ekonomi biasanya makin tinggi pula kesejahteraan masyarakat. Sedangkan pembangunan ekonomi ialah usaha meningkatkan pendapatan perkapita dengan jalan mengolah kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi riil melalui penanaman modal, penggunaan teknologi, penambahan pengetahuan, peningkatan keterampilan, penambahan kemampuan berorganisasi dan manajemen (Sadono Sukirno, 1996).


(18)

Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan rakyat menikmati umur panjang, sehat, dan menjalankan kehidupan yang produktif. Pembangunan manusia didefinisikan sebagai suatu proses untuk perluasan pilihan yang lebih banyak kepada penduduk melalui upaya-upaya pemberdayaan yang mengutamakan peningkatan kemampuan dasar manusia agar dapat sepenuhnya berpartisipasi di segala bidang pembangunan (United Nation Development Programme, 2000).

Pembangunan manusia lebih dari sekedar pertumbuhan ekonomi, lebih dari sekedar peningkatan pendapatan dan lebih dari sekedar proses produksi komoditas serta akumulasi modal, alasan mengapa pembangunan manusia perlu mendapat perhatian adalah :

1. Banyak negara berkembang termasuk Indonesia yang berhasil mencapai pertumbuhan ekonomi, tetapi gagal mengurangi kesenjangan sosial ekonomi dan kemiskinan.

2. Banyak negara maju yang mempunyai tingkat pendapatan tinggi ternyata tidak berhasil mengurangi masalah-masalah sosial, seperti : penyalahgunaan obat, AIDS, alkohol, gelandangan, dan kekerasan dalam rumah tangga. 3. Beberapa negara berpendapatan rendah mampu mencapai tingkat

pembangunan manusia yang tinggi karena mampu menggunakan secara bijaksana semua sumber daya untuk mengembangkan kemampuan dasar manusia.


(19)

Untuk melihat sejauh mana keberhasilan pembangunan dan kesejahteraan manusia, UNDP telah menerbitkan suatu indikator yaitu Indeks Pembangunan Manusia untuk mengukur kesuksesan pembangunan dan kesejahteraan suatu negara. Dengan peningkatan kemampuan, kreatifitas dan produktifitas manusia akan meningkat sehingga mereka menjadi agen pertumbuhan yang efektif. Upaya membuat

pengukuran pencapaian pembangunan manusia yang telah dilakukan suatu wilayah harus dapat memberikan gambaran tentang dampak dari pembangunan manusia bagi penduduk sekaligus dapat memberikan gambaran tentang persentase terhadap pencapaian secara ideal. Dapat dilihat dari semakin mendekatinya angka indeks komponen suatu wilayah dengan nilai ideal telah dirumuskan dalam formula pengukuran IPM pada Tabel 1, dibawah ini :

Tabel 1. Standar Pencapaian IPM Berdasarkan UNDP No Komponen IPM Nilai

Maksimum

Nilai Minimum Keterangan 1 Angka Harapan

Hidup

85 25 Standar UNDP

2 Angka Melek Huruf

100 0 Standar UNDP

3 Rata-Rata Lama Sekolah

15 0 UNDP Menggunakan

Combined Gross Enrolment Ratio 4 Daya Beli 732.720 300.000 (1996)

360.000 (1999)

UNDP Menggunakan PDB Riil perkapita

yang telah disesuaikan Sumber: BPS, UNDP, 2009


(20)

Provinsi Lampung sendiri memiliki IPM paling rendah diantara Provinsi Se-Sumatera. Gambaran nilai IPM Se-Sumatera tersebut dapat dilihat pada Tabel 2, dibawah ini :

Tabel 2. Nilai IPM Menurut Provinsi Se-Sumatera (Persen)

No Provinsi 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 1 Aceh 68,7 69,0 69,4 70,3 70,7 71,3 71,7 72,1 72,5 2 Sumatera

Utara

71,4 72,0 72,4 72,7 73,2 73,8 74,2 74,6 75,1 3 Sumatera

Barat

70,5 71,1 71,6 72,2 72,9 73,4 73,7 74,2 74,7 4 Riau 72,2 73,6 73,8 74,6 75,0 75,6 76,0 76,5 76,9 5 Jambi 70,1 70,9 71,2 71,4 71,9 72,4 72,7 73,3 73,7 6 Sumatera

Selatan

69,6 70,2 71,0 71,4 72,0 72,61 72,9 73,4 73,3 7 Bengkulu 69,9 71,0 71,2 71,5 72,1 72,5 72,9 73,4 73,9 8 Bangka

Belitung

69,6 70,6 71,1 71,6 72,1 72,2 72,8 73,3 73,7 9 Kepulauan

Riau

70,8 72,2 72,7 73,6 74,1 74,5 75,0 75,7 76,2 10 Lampung 68,4 68,8 69,3 69,7 70,3 70,9 71,4 71,9 72,4 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2013.

Data publikasi BPS memperlihatkan Perkembangan Indeks Manusia di Lampung mengalami kenaikan tiap tahunnya tapi keadaan yang sebenarnya dibandingkan dengan Provinsi lain, Lampung belum bisa mengungguli daerah-daerah yang ada di Sumatera yang masuk kedalam 5 besar IPM teratas yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau dan Bengkulu. Dan Lampung sendiri memiliki Indeks Pembangunan Manusia yang rendah dan masih diperlukan usaha yang lebih baik lagi dan hal ini membutuhkan kebijakan yang tepat dari Pemerintah Provinsi Lampung.


(21)

Untuk melihat sejauh mana keberhasilan pembangunan dan kesejahteraan manusia dan pertumbuhanya, yang digambarkan dalam Indeks Pembangunan Manusia Provinisi Lampung, dapat dilihat pada Tabel 3, berikut ini :

Tabel 3. Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Lampung Periode 2003- 2012 (Persen)

Tahun IPM Pertumbuhan

2003 66,0 -

2004 68,4 3,63

2005 68,8 0,58

2006 69,4 0,87

2007 69,8 0,57

2008 70,3 0,71

2009 70,9 0,85

2010 71,4 0,70

2011 71,9 0,70

2012 72,45 0.69

Rata-rata 0,69

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2013

Berdasarkan data pada Tabel 3 dapat dilihat perkembangan Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Lampung dari tahun 2003 hingga tahun 2012 rata-rata mengalami peningkatan sebesar 0,69 persen pertahun. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2004 sebesar 3,63 persen dan pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 0,57 persen. Peningkatan IPM Provinsi Lampung disebabkan pemerintah setiap tahun mengeluarkan dana di sektor kesehatan dan sektor pendidikan gratis bagi masyarakat yang tidak mampu.


(22)

Pemerintah dalam hal ini memiliki berbagai peran dalam perekonomian. Terdapat tiga peran utama yang harus dapat dilaksanakan dengan baik dalam perekonomian oleh Pemerintah, menurut Guritno (2001) yaitu, antara lain :

1. Peran Stabilisasi

Pada pemerintahan modern saat ini, hampir semua negara menyerahkan roda perekonomiannya kepada pihak swasta/perusahaan. Pemerintah lebih

berperan sebagai stabilisator, untuk menjaga agar perekonomian berjalan normal. Menjaga agar permasalahan yang terjadi pada satu sektor

perekonomian tidak merembet ke sektor lain. 2. Peran Distribusi

Pemerintah harus membuat kebijakan-kebijakan agar alokasi sumber daya ekonomi dilaksanakan secara efisien agar kekayaan suatu negara dapat terdistribusi secara baik dalam masyarakat.

3. Peran Alokasi

Pemerintah harus menentukan seberapa besar dari sumber daya yang dimiliki akan dipergunakan untuk memproduksi barang-barang publik, dan seberapa besar akan digunakan untuk memproduksi barang-barang individu.

Pemerintah harus menentukan dari barang-barang publik yang diperlukan warganya, seberapa besar yang harus disediakan oleh pemerintah, dan seberapa besar yang dapat disediakan oleh rumah tangga perusahaan


(23)

Seiring dengan semakin meningkatnya kegiatan pemerintah dalam rangka

menjalankan ke-tiga peran yang ada, maka tentunya diperlukan pula dana yang besar sebagai bentuk pengeluaran segala kegiatan pemerintah yang berkaitan dengan ketiga peran tersebut. Pengeluaran pemerintah ini merupakan konsekuensi dari berbagai kebijakan yang diambil dan dapat digunakan sebagai cerminan kebijakan yang di ambil oleh pemerintah dalam suatu wilayah. Kebijakan pemerintah dalam tiap pembelian barang dan jasa guna pelaksanaan suatu program mencerminkan besarnya biaya yang akan dikeluarkan pemerintah untuk melaksanakan program tersebut. Pengeluaran pemerintah digunakan untuk membiayai sektor-sektor yang penting, diantara kesemua sektor saat ini yang menjadi prioritas pemerintah dalam mencapai pembangunan kualitas sumber daya manusia dalam kaitannya yang tercermin dari Indeks Pembangunan Manusia adalah investasi pada sektor pendidikan dan kesehatan.

Dalam pengukuran IPM, kesehatan serta pendidikan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi dan pemerintah sebagai pelaksana

pembangunan membutuhkan manusia yang berkualitas sebagai modal dasar bagi pembangunan. Manusia dalam peranannya merupakan subjek dan objek pembangunan yang berarti manusia selain sebagai pelaku juga sebagai sasaran dari pembangunan. Dalam hal ini dibutuhkan berbagai sarana dan prasarana untuk mendorong peran manusia dalam pembangunan.


(24)

Menurut Mankiw (2008), pengembangan sumber daya manusia dapat dilakukan dengan perbaikan kualitas modal manusia dalam hal ini modal manusia dapat mengacu pada pendidikan dan juga kesehatan. Pendidikan dan kesehatan merupakan tujuan pembangunan yang mendasar di suatu wilayah.

Lampung sebagai Provinsi dengan luas wilayah 53.288,35 � 2 serta jumlah

penduduk 7.767.312 jiwa ternyata memiliki nilai IPM yang paling kecil yaitu 72,4% pada tahun 2012 dalam IPM Se-Sumatera. Rendahnya mutu pendidikan dan

kesehatan yang terdapat di Lampung. Laju indeks pembangunan manusia di Indonesia tidak secepat pertumbuhan ekonomi. Rendahnya Indeks Pembangunan Manusia akan berakibat pada rendahnya produktivitas kerja dari penduduk.

Pemerintah daerah Lampung mengalokasikan dana anggaran belanja untuk kedua sektor pendidikan dan kesehatan yang cukup besar dalam komponen belanja pembangunan daerah.

Perkembangan pembangunan manusia Indonesia yang selama ini sangat tergantung pada pertumbuhan ekonomi sedangkan untuk Anggaran Pengeluaran Pemerintah sendiri, baik itu pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan (sekarang telah digabungkan) mulai diperhatikan dan dirasakan peningkatannya yang selama ini pemerintah hanya sibuk dalam mengurusi pembangunan

infrastruktur. Sementara pengeluaran pemerintah untuk pelayanan seperti kesehatan dan pendidikan relatif sedikit, sedangkan investasi di Indonesia yang di harapkan sebagai modal untuk membuka lapangan kerja baru sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat (UNDP, 2004).


(25)

Hubungan antara pembangunan manusia dan pertumbuhan ekonomi salah satunya terletak pada jalur pengeluaran pemerintah. Besar kecilnya pengeluaran

pemerintah terhadap suatu sektor akan menjadi indikasi komitmen pemerintah untuk meningkatkan pembangunan dan pencapaian visi dan misi pembangunan daerah. Selanjutnya berdasarkan sistem perencanaan pembangunan nasional secara tegas dipisahkan antara proses perencanaan dan penganggaran.

Perencanaan dan penganggaran merupakan suatu rangkaian kegiatan yang diawali dari perencanaan, perencanaan memuat kebijakan pembangunan sedangkan penganggaran memuat alokasi anggaran untuk pelaksanaan kebijakan pembangunan yang telah ditetapkan.

Perkembangan realisasi pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dan kesehatan dalam APBD di Provinsi Lampung tahun 2003-2012. Rata-rata pengeluaran pemerintah di sektor kesehatan Provinsi Lampung meningkat sebesar 155,81 persen pertahun perkembangan terbesar terjadi pada tahun 2004 yang mencapai 652,74 persen dibanding dengan tahun sebelumnya, sedangkan penurunan sebesar terjadi pada tahun 2005 yaitu -51,69 persen. Dan untuk sektor pendidikan rata-rata pengeluaran pemerintah meningkat sebesar 143,92 persen pertahun, perkembangan terbesar terjadi pada tahun 2012 yang mencapai 608,84 persen dibanding tahun sebelumnya, sedangkan penurunan terbesar terjadi pada tahun 2008 yaitu -48,24 persen, seperti yang digambarkan dalam Tabel 4 dibawah ini :


(26)

Tabel 4. Realisasi Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan dan Kesehatan 2003-2012 Tahun Sektor Kesehatan( Rp) Pertumbuhan (persen) Sektor Pendidikan (Rp) Pertumbuhan (persen) 2003 10.477.228.000 - 15.328.217.000 - 2004 78.866.549.375 652,74 71.566.363.329 366,89 2005 27.175.898.597 -51,69 33.004.636.049 -53,88 2006 31.246.205.533 14,97 38.622.654.461 17,14 2007 54.296.263.007 73,76 86.285.614.336 124,15 2008 106.862.552.600 96,81 44.657.679.600 -48,24 2009 39.805.435.284 -62,75 190.082.386.505 325,64 2010 177.859.794.752 346,82 24.251.970.798 -99,98 2011 66.927.700.000 -62,37 37.522.297.000 54,71 2012 330.625.561.301 394,00 265.976.121.571 608,84

Rata-rata 155,81 Rata-rata 143,92 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2013

Peningkatan pengeluaran pemerintah sektor kesehatan dan pendidikan disebabkan karena salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah saat ini adalah meningkatkan kesejahteraan melalui pemberian pendidikan dan kesehatan bagi masyarakat yang kurang mampu

Kesehatan merupakan inti dari kesejahteraan dan pendidikan adalah hal yang pokok untuk mencapai kehidupan yang layak. Pendidikan memiliki peran yang penting dalam membentuk kemampuan sebuah negara berkembang untuk menyerap

teknologi modern dan untuk mengembangkan kapasitas agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan (Todaro, 2006)

Selain itu kemiskinan merupakan salah satu masalah penting yang dihadapi pemerintah yang mempengaruhi pembangunan manusia di Lampung. Tingkat


(27)

kemiskinan yang tinggi membuat individu tidak mempunyai alokasi dana dalam rangka memenuhi kebutuhan dasarnya salah satunya yang berhubungan dengan proses pembangunan manusia. Masalah kemiskinan merupakan hal penting yang perlu ditangani pemerintah daerah Lampung. Hal ini dikarenakan jumlah penduduk miskin yang cukup tinggi. Rumah tangga masyarakat memegang peranan penting dalam pembangunan manusia, di mana pengeluaran rumah tangga memiliki kontribusi langsung terhadap pembangunan manusia, seperti: makanan, kesehatan dan pendidikan. Pengeluaran rumah tangga ditentukan oleh pendapatan, penduduk miskin akan lebih banyak atau bahkan seluruh pendapatannya digunakan untuk kebutuhan makanan dibandingkan penduduk kaya. Penduduk miskin tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan dan pelayanan kesehatan yang layak jika hanya mengandalkan pendapatannya.

Kemiskinan akan menghambat individu untuk mengkonsumsi nutrisi bergizi, mendapatkan pendidikan yang layak serta menikmati lingkungan yang menunjang bagi hidup sehat. Hal ini juga berimbas pada terbatasnya upah atau pendapatan yang dapat mereka peroleh. Sehingga dalam perkembangannya hal ini akan

mempengaruhi jumlah penduduk miskin, berikut Tabel jumlah penduduk miskin di Lampung tahun 2003-2012


(28)

Tabel 5. Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Lampung tahun 2001-2012

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2013.

Dari Tabel 5 memperlihatkan bahwa jumlah penduduk miskin di Provinsi Lampung mengalami penurunan dari tahun 2003 hingga tahun 2012. Rata-rata penurunan Provinsi Lampung menurun sebesar -2,21363 persen pertahun. Penurunan terbesar terjadi pada tahun 2011 yang mencapai -14,24 persen dibanding dengan tahun

sebelumnya, sedangkan penurunan terkecil terjadi pada tahun 2006 yaitu 4.16 persen. Dan antara jumlah penduduk miskin di perkotaan dan di pedesaan, ternyata jumlah penduduk miskin di pedesaan lebih banyak daripada jumlah penduduk miskin di perkotaan.

Pembangunan manusia merupakan paradigma pembangunan yang menempatkan manusia sebagai fokus dan sasaran akhir dari seluruh kegiatan pembangunan, yaitu

Tahun

Jumlah Penduduk Miskin (Ribu Jiwa) Pertumbuhan (persen)

Kota Desa Kota +

Desa

2001 244.4 1,429.7 1,674.1 -

2002 345.1 1,305.6 1,650.7 -1.39

2003 318.7 1,249.3 1,568.0 -5,00

2004 317.3 1,244.4 1,561.7 -0.40

2005 405.5 1,167.0 1,572.5 0.69

2006 398.6 1,239.4 1,638.0 4.16

2007 366.0 1,295.7 1,661.7 1.44

2008 365.6 1,226.0 1,591.6 -4.21

2009 349.3 1,209.0 1,558.3 -2.09

2010 301.7 1,178.2 1,479.9 -5.03

2011 222.7 1,046.4 1,269.1 -14.24

2012 237.94 981.06 1,219.0 1.72


(29)

tercapainya penguasaan atas sumber daya (pendapatan mencapai hidup layak), peningkatan derajat kesehatan (usia hidup panjang dan sehat) dan meningkatkan pendidikan. Data tentang komponen Indeks Pembangunan Manusia dapat dilihat pada Tabel 6, dibawah ini :

Tabel 6. Nilai Indeks Komponen IPM Lampung 2003-2012

Tahun Angka Harapan Hidup (Tahun) Angka Melek Huruf (Persen) Rata-Rata Lama Sekolah ( Tahun )

Pengeluaran Riil

Perkapita (Ribu Rp)

2003 66,2 91,65 7,2 589,0

2004 67,6 93,08 7,0 604,8

2005 68,0 92,85 7,2 605,1

2006 68,5 93,51 7,30 607,05

2007 68,8 93,47 7,30 610,09

2008 69,0 93,63 7,30 615,03

2009 69,2 94,37 7,49 617,42

2010 69,5 94,64 7,75 618,63

2011 69,7 95,02 7,82 621,77

2012 70,0 95,13 7,87 625,52

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2013.

Tabel 6 menggambarkan peningkatan tiap indeks-indeks komponen Indeks Pembangunan Manusia sejak tahun 2003-2012. Peningkatan terus menerus pada indeks angka harapan hidup, pada angka melek huruf cukup bisa diperhatikan adanya kenaikan dan penurunan persentase, pada angka rata-rata lama sekolah memiliki peningkatan yang cukup signifikan dari tahun 2003-2012 dan pada pengeluaran riil perkapita dapat diperhatikan indeks daya beli ini selalu mengalami peningkatan tiap tahunnya. Intinya dari semua kompenan indeks pada IPM mengalami kenaikan untuk


(30)

dan memberikan pengaruh yang cukup baik dalam Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Lampung.

Untuk mencapai kesejahteraan masyarakat dengan standar angka IPM berdasarkan UNDP , pemerintah suatu daerah harus dapat menjawab bagaimana mengintegrasikan IPM dalam pembangunan sehingga menjadi ukuran keberhasilan pembangunan. Jika sebuah daerah mengadopsi IPM sebagai ukuran keberhasilan pembangunan maka sektor pendidikan dan kesehatan harus menjadi prioritas dalam pembangunan. Pemerintah dalam pembangunan manusia diharapkan mampu menghasilkan sumber daya manusia yang potensial, sehingga akan meningkatkan kualitas tenaga kerja bagi pertumbuhan ekonomi riil. Tenaga kerja yang berkualitas akan menghasilkan

produktifitas yang tinggi apalagi jika sumber daya manusia yang ada mampu menciptakan dan menggunakan teknologi untuk peningkatan produktifitas.

Berdasarkan hal-hal yang telah dijelaskan, maka penulis tertarik melakukan

penelitian Indeks Pembangunan Manusia. Selain itu di dalam penelitian ini juga akan dilihat bagaimana pengaruh variabel Pengeluaran Pemerintah Sektor Kesehatan, Sektor Pendidikan dan Jumlah Penduduk Miskin terhadap Indeks Pembangunan Manusia, Oleh karena itu penelitian ini diberi judul “Analisis Pengaruh

Pengeluaran Pemerintah Sektor Kesehatan, Sektor Pendidikan dan Jumlah Penduduk Miskin Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Lampung periode 2003-2012”.


(31)

B. Rumusan Masalah

Pembangunan ekonomi suatu daerah tidak hanya melihat besar tingkat Gross Domestic Bruto saja tetapi melihat sejauh mana pembangunan tersebut dapat diterjemahkan kedalam beberapa aspek sehingga muncul suatu kondisi yang sejahtera. Salah satu bentuk keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari tingkat pembangunan manusia suatu daerah. Pembangunan manusia merupakan suatu bentuk investasi modal manusia dalam usaha ikut serta dalam pembangunan nasional. Oleh karenanya dibutuhkan keseriusan pemerintah dalam menangani masalah peningkatan pembangunan manusia. Salah satu bukti keseriusan pemerintah tersebut adalah lewat pengeluaran pemerintah yang merupakan cerminan bukti konkrit. Sektor pengeluaran pemerintah yang cukup penting dan berpengaruh terhadap pembangunan manusia adalah pengeluaran di bidang pendidikan dan kesehatan.

Menurut Yani Mulyaningsih (2008) dalam penelitiannya dikemukakan bahwa sering kali terjadi trade off antara pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan dan kesehatan dengan pengeluaran untuk infrastruktur. Salah satu permasalahan pembangunan manusia di Lampung yaitu berkaitan dengan naiknya alokasi pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan dan kesehatan yang tidak

sebanding dengan kenaikan pembangunan manusia yang tercermin dari IPM hal ini terlihat dari jumlah penduduk miskin yang relatif cukup tinggi bila


(32)

masalah tersebut, muncul pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Sektor Kesehatan terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Lampung 2003-2012?

2. Bagaimana Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Lampung 2003-2012 ?

3. Bagaimana Pengaruh Jumlah Penduduk Miskin terhadap Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Lampung 2003-2012 ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah ; 1. Untuk mengetahui dan mengkaji Pengaruh Pengeluaran Pemerintah

Sektor Kesehatan terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Lampung periode 2003-2012

2. Untuk mengetahui dan mengkaji Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Lampung periode 2003-2012

3. Untuk mengetahui dan mengkaji Pengaruh Jumlah Penduduk Miskin terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Lampung periode 2003-2012


(33)

D. Kerangka Pemikiran

Konsep pembangunan era Otonomi Daerah yang berdasarkan UU.No. 32 Tahun 2004 telah memberikan kewenangan bagi pemerintah daerah untuk mengelola keuangan melaksanakan pembangunan daerahnya masing-masing sekaligus menurut

kemandirian sumber daya manusianya agar dapat menjadi subjek dalam pembangunan. Pelaksanaan pembangunan seutuhnya senantiasa menempatkan manusia sebagai titik sentral dalam pembangunan. Dalam kerangka ini maka pembangunan ditunjukan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan partisipasi rakyat dalam semua proses dan kegiatan pembangunan.

Dengan demikian maka pembangunan manusia menjadi tujuan utama pembangunan melalui peningkatan kemampuan sumber daya manusia, agar mampu sebagai subyek pembangunan dan diartikan sebagai komitmen dari pemerintah untuk mewujudkan tujuan dari pembangunan daerahnya, yaitu melalui pengeluaran atau belanja pembangunan. Komposisi anggaran belanja yang bagaimanakah senaiknya

dikeluarkan oleh pemerintah agar dapat menstimulasi partisipasi masyarakat dalam pembangunan sumber daya manusia yang dapat diukur menggunakan angka IPM

Untuk mencapai tujuan tersebut maka setiap daerah dalam hal ini pemerintah perlu melakukan upaya meningkatkan kualitas penduduk sebagai sumber daya, baik dari aspek fisik (kesehatan), aspek intelektualitas (pendidikan), aspek kesejahteraan


(34)

ekonomi (daya beli) maupun aspek moralitas (keimanan dan ketaqwaan ).

1. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Sektor Kesehatan dan Pendidikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia

Hubungan antara pembangunan manusia dan pertumbuhan ekonomi berlangsung melalui dua macam jalur. Jalur pertama melalui kebijaksanaan dan pengeluaran pemerintah untuk subsektor sosial yang merupakan prioritas seperti pendidikan dan kesehatan dasar. Besarnya pengeluaran itu merupakan indikasi besarnya komitmen pemerintah terhadap pembangunan manusia. Jalur kedua adalah melalui kegiatan pengeluaran rumah tangga. Dalam hal ini faktor yang menentukan adalah besar dan komposisi pengeluaran rumah tangga untuk

kebutuhan dasar seperti pemenuhan nutrisi anggotanya, untuk biasanya pelayanan kesehatan dan pendidikan dasar serta untuk kegiatan lain yang serupa selain pengeluaran pemerintah dan pengeluaran rumah tangga hubungan antara kedua variabel itu berlangsung melalui penciptaan lapangan kerja. Aspek ini sangat penting karena sesungguhnya penciptaan lapangan kerja merupakan jembatan yang mengaitkan antara keduanya. (UNDP.1966:87)

Dengan pendidikan yang baik dan pemanfaatan teknologi ataupun investasi teknologi menjadi mungkin untuk terjadi seperti diungkapkan oleh Meier dan Rauch (2000), pendidikan atau lebih luas lagi adalah modal manusia, dapat memberikan kontribusi bagi pembangunan. Hal ini karena pendidikan pada dasaranya adalah bentuk dari investasi.


(35)

Sedangkan untuk masalah kesehatan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap manusia, tanpa kesehatan masyarakat tidak dapat menghasilakan suatu produktivitas bagi negara. Kegiatan ekonomi suatu negara akan berjalan jika ada jaminan kesehatan bagi setiap penduduknya. Negara sedang berkembang seperti Indonesia sedang mengalami tahap perkembangan menengah, dimana pemerintah harus menyediakan lebih banyak sarana publik seperti kesehatan untuk meningkatkan produktifitas ekonomi. Sarana kesehatan dan jaminan antara kesehatan harus dirancang sedemikian rupa oleh pemerintah melalui pengeluaran pemerintah

2. Pengaruh Jumlah Penduduk Miskin terhadap Indeks Pembangunan Manusia

Menurut UNDP (1996) hubungan antara jumlah penduduk miskin dan pembangunan manusia, yaitu banyaknya penduduk miskin turut mempengaruhi pembangunan manusia. Karena penduduk yang masuk kelompok ini, pada umumnya memiliki keterbatasan pada faktor produksi, sehingga akses pada kegiatan ekonomi mengalami hambatan. Produktifitas menjadi rendah, pada giliranya pendapatan yang diterima pun jauh dari cukup dampaknya, untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, seperti kebutuhan pangan, sandang dan apapan mengalami kesuliatan. Apalagi untuk kebutuhan lain seperti kesehatan, pendidikan dan lainnya menjadi terhambat. Implikasinya pada wilayah-wilayah yang terdapat banyak penduduk miskin, akan mengalami kesulitan untuk mencapai keberhasilan pada pembangunan manusianya.


(36)

Lanjouw, dkk (2001) menyatakan pembangunan manusia di Indonesia adalah indentik dengan pengurangan kemiskinan. Investasi dibidang pendidikan dan kesehatan akan lebih berarti bagi penduduk miskin dibandingan penduduk tidak miskin, karena bagi penduduk miskin, aset utama adalah tenaga kasar mereka. Adanya fasilitas pendidikan dan kesehatan murah akan sangat membantu untuk meningkakan produktivitas, dan pada giliranya meningkatkan pendapatan.

Untuk lebih jelasnya bagaimana pengaruh pengeluaran pemerintah sektor kesehatan dan sektor pendidikan dan jumlah penduduk miskin berpengaruh

terhadap Indeks Pembangunan Manusia, dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Jumlah Penduduk Miskin

(K) Pengeluaran

Pemerintah Sektor Pendidikan (PP) Pengeluaran

Pemerintah Sektor Kesehatan


(37)

Turunan hubungan antara pengeluaran pemerintah terhadap peningkatan

pembangunan manusia dapat kita lihat dengan kerangka IPM sebagai suatu ukuran pembangunan manusia untuk mencapai SDM potensial. SDM potensial akan menciptakan kualitas tenaga kerja yang melahirkan produktifitas tinggi dapat meningkatkan sektor riil dan pertumbuhan ekonomi. SDM potensial juga akan mempengaruhi kekuatan riset yang akan menciptakan kualitas produk dan

pengembangan teknologi. Sinergi dari semua unsur pembangunan manusia tersebut akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang akan diikuti dengan menurunya angka kemiskinan.

E. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian karena jawaban yang diberikan baru berdasarkan teori-teori yang relevan belum didasarkan pada fakta-fakta yang empiris yang diperoleh pada pengumpulan data. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Diduga Pengeluaran pemerintah Sektor Kesehatan berpengaruh positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Lampung periode 2003-2012.

2. Diduga Pengeluaran pemerintah Sektor Pendidikan berpengaruh positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Lampung periode 2003-2012.

3. Diduga Jumlah Penduduk Miskin berpengaruh negatif terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Lampung periode 2003-2012.


(38)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Pembangunan

Schumpeter (dalam Suryana, 2000:5) pembangunan ekonomi bukan merupakan proses yang harmonis, tetapi merupakan perubahan yang spontan dan tidak terputus-putus. Pembangunan ekonomi disebabkan oleh perubahan terutama dalam lapangan industri dan perdagangan. Pembangunan ekonomi berkaitan dengan pendapatan perkapita dan pendapatan nasional. Pendapatan perkapita yaitu pendapatan rata-rata penduduk suatu daerah sedangkan pendapatan nasional merupakan nilai produksi barang-barang dan jasa-jasa yang diciptakan dalam suatu perekonomian di dalam masa satu tahun. Pertambahan pendapatan nasional dan pendapatan perkapita dari masa ke masa dapat digunakan untuk mengetahui laju pertumbuhan ekonomi dan juga perkembangan tingkat kesejahteraan

masyarakat suatu daerah. Dalam pengertian pembangunan ekonomi yang dijadikan pedoman adalah sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang.

Simon Kuznets (dalam Jhingan, 2000: 57) pembangunan adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan ini tumbuh


(39)

sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan idiologis yang diperlukannya.

B. Definisi Pembangunan Manusia

Pembangunan manusia merupakan hal yang mutlak dilakukan guna mencetak sumber daya manusia yang memadai untuk melaksanakan pembangunan. Dengan sumber daya manusia yang baik dan memadai maka pelaksanaan pembangunan akan semakin lancar dalam berbagai sektor. Dibutuhkan kebijakan pemerintah yang mendorong peningkatan kualitas SDM. Pemerintah hendaknya

memperhatikan hal tersebut terlebih jika memandang manusia merupakan subjek dan objek pembangunan, sehingga pembangunan manusia yang kemudian menunjang pembangunan di berbagai sektor akan mewujudkan kesejahteraan bagi manusia yang berada dalam wilayah pemerintahan tersebut. Pembangunan manusia merupakan hal yang penting terutama bagi sebagian negara khususnya negara yang sedang berkembang hal ini disebabkan oleh karena banyak negara dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi namun gagal dalam menghadapi masalah kesenjangan sosial dan meningkatnya kemiskinan selain itu

pembangunan manusia sebenarnya merupakan investasi tidak langsung terhadap pencapaian tujuan perekonomian nasional.

Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan manusia, empat hal pokok yang perlu diperhatikan adalah produktivitas, pemerataan, kesinambungan, pemberdayaan. Secara ringkas empat hal pokok tersebut mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut :


(40)

a. Produktivitas

Penduduk harus dimampukan untuk meningkatkan produktivitas dan berpartisipasi penuh dalam proses penciptaan pendapatan dan nafkah. Pembangunan Ekonomi, dengan demikian merupakan himpunan bagian dari model pembangunan manusia.

b. Pemerataan

Penduduk harus memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan akses terhadap sumber daya ekonomi dan sosial. Semua hambatan yang memperkecil kesempatan untuk memperoleh akses tersebut harus dihapus, sehingga mereka dapat mengambil manfaat dari kesempatan yang ada dan berpartisipasi dalam kegiatan produktif yang dapat meningkatkan kualitas hidup.

c. Kesinambungan

Akses terhadap sumber daya ekonomi dan sosial harus dipastikan tidak hanya untuk generasi-generasi yang akan datang. Semua sumber daya fisik, manusia, dan lingkungan selalu diperbarui.

d. Pemberdayaan

Penduduk harus berpartisipasi penuh dalam keputusan dan proses yang akan menentukan kehidupan mereka, serta untuk berpartisipasi dan mengambil manfaat dari proses pembangunan.

Pembangunan manusia pada hakikatnya adalah memperluas pilihan bagi masyarakat dengan tujuan akhir mencapai kesejahteraan tiap-tiap anggota masyarakat sehingga pembangunan manusia dalam hal ini juga mencakup


(41)

berbagai aspek lainya yaitu meliputi aspek ekonomi terdapat pula aspek sosial, politik, budaya serta aspek lainya untuk menjadikan manusia lebih produktif dalam berkegiatan. Dengan demikian paradigma pembangunan manusia

mencakup dua sisi yaitu berupa informasi kapabilitas manusia seperti perbaikan taraf kesehatan, pendidikan, dan keterampilan. Sisi lainya adalah pemanfaatan kapabilitas mereka untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat produktif, kultural, sosial, dan politik.

Tingkat pendidikan dan kesehatan individu penduduk merupakan faktor dominan yang perlu mendapat prioritas utama dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia. Dengan tingkat pendidikan dan kesehatan penduduk yang tinggi menentukan kemampuan untuk menyerap dan mengelola sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baik dalam kaitanya dengan teknologi sampai

kelembagaan yang penting dalam upaya meningkatkan tingkat kesejahteraan penduduk itu sendiri yang semuanya bermuara pada aktivitas perekonomian yang maju.

C. Indeks Pembangunan Manusia

Indeks ini pada 1990 dikembangankan oleh pemenang nobel India Amartya Send an Mahbubul Haq seorang ekonom Pakistan dibantu oleh Gustav Ranis dari Yale University dan Lord Meghnad Desai dari London School of Economics. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator komposit tunggal yang


(42)

mengukur tiga dimensi pokok pembangunan manusia yang dinilai mampu mencerminkan status kemampuan dasar (basic capabilities) penduduk. Ketiga kemampuan dasar itu adalah umur panjang dan sehat, berpengetahuan dan berketerampilan serta akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai standar hidup layak.

IPM adalah alat pengukur perbandingan dari harapan hidup, angka melek huruf, pendidikan, dan standar hidup untuk semua negara di seluruh dunia. IPM digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara dikatakan maju, negara berkembang, atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijakan ekonomi terhadap kualitas hidup dan digunakan oleh Program Pembangunan PBB pada laporan IPM tahunannya. Digambarkan sebagai

“pengukurvulgar” oleh Amartya Send karena batasannya indeks ini lebih fokus pada hal yang lebih sensitif dan berguna dari pada hanya sekedar pendapatan per kapita yang selama ini digunakan dan indeks ini juga berguna sebagai

jembatan bagi peneliti yang serius untuk mengetahui hal-hal yang lebih terinci dalam membuat laporan pembangunan manusianya.

Pada pelaksanaan perencanaan pembangunan, IPM juga berfungsi dalam memberikan tuntunan dalam menentukan prioritas perumusan kebijakan dan penentuan program pembangunan. Hal ini juga merupakan tuntunan dalam mengalokasikan anggaran yang sesuai dengan kebijakan umum yang telah ditentukan oleh pembuat kebijakan dan pengambilan keputusan.


(43)

D. Komponen Indeks Pembangunan manusia

IPM merupakan indeks komposit yang dihitung sebagai rata-rata sederhana dari komposisi indikator yang menggambarkan kemampuan dasar manusia dalam memperluas pilihan. Tiga komposisi indikator yang digunakan untuk mengukur besar Indeks Pembangunan Manusia suatu negara, yaitu :

1) Indeks Harapan Hidup

Angka Harapan Hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan

meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Angka Harapan Hidup yang rendah di suatu daerah harus diikuti dengan program pembangunan kesehatan, dan program sosial lainnya termasuk kesehatan lingkungan, kecukupan gizi dan kalori termasuk program pemberantasan kemiskinan. Sebenarnya cukup banyak indikator yang dapat digunakan untuk mengukur usia hidup, namun dengan mempertimbangkan ketersediaan data secara umum, maka UNDP memilih indikator angka harapan hidup waktu lahir (life expectancy at birth) sebagai salah satu komponen untuk perhitungan IPM. Untuk menghitung angka harapan hidup ini digunakan metode tidak langsung dengan

menggunakan dua macam data dasar, yaitu rata-rata anak yang dilahirkan hidup dan rata-rata anak yang masih hidup. Sumber data yang dapat digunakan untuk penghitungan angka harapan hidup ini adalah dari Sensus Penduduk (SP), Survei Penduduk Antar Sensus (Supas), dan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Setelah kita mendapatkan angka harapan hidup


(44)

waktu lahir, selanjutnya dihitung indeksnya dengan membandingkan angka tersebut terhadap angka yang sudah distandarkan (dalam hal ini UNDP telah menetapkan nilai minimum dan maksimum untuk angka harapan hidup, yaitu masing-masing 25 tahun dan 85 tahun).

2) Indeks Pendidikan

Unsur lain yang dianggap sangat mendasar untuk mengukur tingkat

keberhasilan pembangunan manusia adalah indikator pendidikan. Indikator pendidikan diukur dari dua variabel yaitu angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Populasi yang digunakan adalah penduduk berumur 15 tahun keatas karena pada kenyataanya penduduk usia tersebut sudah ada yang berhenti sekolah. Batasan ini diperlukan agar angkanya lebih mencerminkan kondisi sebenarnya mengingat penduduk yang berusia kurang dari 15 tahun masih dalam proses sekolah atau akan sekolah hingga belum pantas untuk rata-rata lama sekolahnya.

3) Indeks Hidup Layak

Selain angka harapan hidup dan tingkat pendidikan, unsur lain yang tidak kalah pentingnya dalam mengukur tingkat keberhasilan pembangunan manusia adalah standar hidup layak masyarakat. UNDP menggunakan GNP/GDP per kapita riil yang telah disesuaikan (adjusted real GDP per capita) sebagai indikator hidup layak. Karena untuk perhitungan IPM sub nasional (provinsi atau kabupaten/kota) tidak memakai PDRB perkapita


(45)

karena PDRB per kapita hanya mengukur produksi suatu wilayah dan tidak mencerminkan daya beli riil masyarakat yang merupakan concern IPM.

E. Pengeluaran Pemerintah

Dalam rangka mencapai kondisi masyarakat yang sejahtera pemerintah menjalankan berbagai macam program pembangunan ekonomi, aktivitas pemerintah dalam melakukan pembangunan membutuhkan dana yang cukup besar, pengeluaran pemerintah mencerminkan kombinasi produk yang dihasilkan untuk menyediakan barang publik dan pelayanan kepada masyarakat yang memuat pilihan atas keputusan yang dibuat oleh pemerintah. Dalam kebijakan fiskal dikenal ada beberapa kebijakan anggaran yaitu anggaran berimbang, anggaran surplus dan anggaran defisit.

Menurut Mangkoesoebroto (1994 ) anggaran surplus digunakan jika pemerintah ingin mengatasi masalah inflasi. Sedangkan anggaran defisit digunakan jika pemerintah ingin mengatasi masalah pengangguran dan peningkatan pertumbuhan ekonomi. Jika pemerintah merencanakan peningkatan

pertumbuhan ekonomi untuk mengurangi angka pengangguran maka pemerintah dapat meningkatkan pengeluarannya. Pemerintah Indonesia membagi

pengeluaran pemerintah menjadi dua macam yaitu antara lain : 1. Pengeluaran rutin adalah pengeluaran yang digunakan oleh

pemerintah untuk kepentingan pemeliharaan dan penyelenggaraan roda pemerintahan sehari hari, meliputi belanja pegawai, belanja


(46)

barang, berbagai macam subsidi (subsidi dibedakan menjadi dua subsidi daerah dan subsidi harga barang), pembayaran angsuran dan bunga utang negara. Anggaran belanja rutin tersebut memiliki peran yang penting guna menunjang jalannya pemerintahan, oleh karena itu dibutuhkan upaya untuk meningkatkan efesiensi dan produktivitas dalam penggunaan anggaran rutin tersebut agar terjadi

kesinambungan antara jumlah pengeluaran dengan hasil yang

didapatkan. Melalui pengeluaran rutin, pemerintah dapat menjalankan misinya dalam rangka menjaga kelancaran penyelenggaraan

pemerintah, kegiatan operasional dan pemeliharaan aset negara, pemenuhan kewajiban pemerintah kepada pihak ketiga, perlindungan kepada masyarakat miskin dan kurang mampu serta menjaga stabilitas perekonomian (Mangkoesoebroto, 1994)

2. Pengeluaran Pembangunan merupakan Negara untuk membiayai proyek-proyek pembangunan yang dibebankan pada anggaran belanja

pemerintah pusat (Undang-Undang No 19 Tahun 2001). Namun pengelompokan di atas hanya berlaku hinggan 2001. Karena adanya Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 tahun 2002, terjadi perubahan dalam pengelompokan belanja daerah. Perubahan dalam belanja daerah dikelompokkan menjadi belanja aparatur daerah, belanja pelayanan publik, belanja transfer, dan belanja tidak tersangka.

- Belanja aparatur daerah


(47)

langsung oleh aparatur. Belanja aparatur terdiri dari a) belanja

administrasi umum, b) belanja operasi dan pemeliharaan, dan c) belanja modal

- Belanja pelayanan public

Belanja pelayanan publik adalah belanja yang manfaatnya tidak dirasakan secara langsung oleh aparatur, tetapi dinikmati secara langsung oleh masyarakat. Belanja pelayanan publik terdiri dari a) belanja administrasi umum b) belanja operasi dan pemeliharaan dan c) belanja modal

- Belanja transfer

Pengeluaran transfer adalah pengalihan uang dari pemerintah daerah dengan kriteria :

a) Tidak menerima secara langsung imbalan barang dan jasa seperti layaknya terjadi transaksi pembelian dan penjualan b) Tidak mengharapkan adanya hasil pendapatan, seperti

layaknya yang diharapkan pada suatu investasi - Belanja tidak tersangka

Pengeluaran tidak tersangka adalah pengeluaran yang disediakan untuk pembiayaan, anatara lain :

a) Kejadian-kejadian luar biasa seperti bencana alam, kejadian yang dapat membahayakan daerah.

b) Tagihan tahun lalu yang belum diselesaikan atau tidak tersedia anggaranya pada tahun yang bersangkutan.

c) Pengambilan penerimaan yang bukan haknya atau penerimaan yang dibebaskan (dibatalkan) atau kelebihan penerimaan


(48)

Belanja daerah dipergunakan dalam rangka pelaksanan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan pemerintah daerah (Provinsi ataupun Kabupaten/Kota) yang meliputi urusan wajib dan urusan pilihan. Sesuai Permendagri nomor 13 tahun 2006 telah ditentukan bahwa struktur belanja terdiri dari Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung. Belanja tidak langsung, meliputi : belanja pegawai, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan dan belanja tidak terduga. Sedangkan belanja langsung meliputi : belanja pegawai, belanja barang, dan jasa serta belanja modal

F. Peran Pemerintah dalam Perekonomian

Menurut dumairy 1996 peranan pemerintah dapat dibedakan menjadi empat kelompok yaitu :

1. Peran alokatif, yaitu peranan pemerintah dalam mengalokasikan sumber daya ekonomi yang ada agar pemanfaatannya bisa optimal dan mendukung efisiensi produksi.

2. Peran distributif, yaitu peranan pemerintah dalam mendistribusikan sumber daya, kesempatan dan hasil-hasil ekonomi secara adil dan wajar.

3. Peran stabilisasi, yaitu peranan pemerintah dalam memelihara stabilitas perekonomian dan memulihkannya jika berada dalam keadaan disequilibrium.


(49)

proses pembangunan ekonomi agar lebih cepat tumbuh, berkembang, dan maju.

G. Teori Pengeluaran Pemerintah

Dasar teori pengeluaran pemerintah adalah identitas keseimbangan pendapatan nasional (Y= C+I+G+(X-M) dimana Y mengambarkan pendapatan nasional sekaligus penawaran agregat, permintaan agregat digambarkan pada persamaan C+I+G+(X- M) dimana G merupakan pengeluaran pemerintah yang merupakan bentuk dari campur tangan pemerintah dalam perekonomian. Kenaikan atau penurunan pengeluaran pemerintah akan menaikkan atau menurunkan pendapatan nasional.

Pemerintah tidak cukup hanya meraih tujuan akhir dari setiap kebijaksanaan pengeluarannya, tetapi juga harus memperhitungkan sasaran antara yang akan menikmati atau terkena kebijaksanaan tersebut. Pemerintah pun perlu menghindari agar peningkatan perannya dalam perekonomian tidak

melemahkan kegiatan swasta (Dumairy, 1996:161-164).

Pemerintah sebagai pemegang peran penting dalam setiap hajat hidup masyarakat Indonesia perlu melakukan kajian yang mendalam dalam setiap kebijakannya agar setiap output yang dihasilkan dan diharapkan dapat tepat sasaran dan memberikan pengaruh nyata terhadap masyarakat. Kebijakan yang tidak tepat sasaran melalui kebijakan alokasi dana tiap sektor yang menyangkut kebutuhan masyarakat luas seharusnya perlu diberikan porsi lebih dalam alokasi anggaran pemerintah, kebijakan pemerintah menyangkut


(50)

sektor pendidikan, kesehatan, kesejahteraan sosial adalah beberapa contoh diantaranya yang perlu diberikan perhatian lebih, hal ini dikarenakan pada sektor - sektor tersebutlah masyarakat dapat merasakan secara langsung dampak dari kebijakan pemerintah yang diambil.

Beberapa alasan yang dapat dikemukakan adalah bahwa sektor- sektor tersebut dapat menjadi acuan dan gambaran dari pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang dimaksud disini bukanlah pertumbuhan ekonomi secara statistik saja, namun pertumbuhan ekonomi yang juga

memberikan kontribusi langsung terhadap masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang berlangsung di Indonesia selama ini tidak menyentuh secara langsung kelapisan masyarakat golongan ekonomi lemah, karena pertumbuhan ekonomi yang secara statistik diungkapkan oleh pemerintah tidak

mencerminkan gambaran secara langsung kondisi sosial dalam masyarakat. Ditengah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang selalu dalam angka positif terdapat tingkat pengangguran yang tidak berkurang secara signifikan demikian pula pada sektor yang menyangkut kebutuhan publik lainnya seperti kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan sosial yang masih belum memadai, hal ini dikarenakan pertumbuhan ekonomi hanya dipacu oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga.

1. Konsep Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah adalah nilai pembelanjaan yang dilakukan oleh pemerintah yang digunakan untuk kepentingan masyarakat. Pengeluaran


(51)

untuk menyediakan fasilitas pendidikan dan kesehatan, pengeluaran untuk menyediakan polisi dan tentara, pengeluaran gaji untuk pegawai pemerintah dan pengeluaran untuk mengembangkan infrastuktur dibuat untuk

kepentingan masyarakat. Pembelian pemerintah atas barang dan jasa dapat digolongkan menjadi dua golongan utama yaitu pengeluaran pengunaan pemerintah atas konsumsi pemerintah dan investasi pemerintah (Sadono Sukirno, 2004).

Konsumsi pemerintah adalah pembelian barang dan jasa yang akan dikonsumsikan seperti membayar gaji, membeli alat-alat kantor untuk digunakan dan membeli bensin untuk kendaraan operasional pemerintah. Investasi pemerintah meliputi pengeluaran untuk membangun prasarana seperti jalan, sekolah, rumah sakit, dan irigasi, memberikan subsidi, beasiswa bantuan untuk korban bencana alam t idak digolongkan sebagai pengeluaran pemerintah atas produk nasional karena pengeluaran tersebut untuk membeli barang dan jasa.

Pengeluaran konsumsi pemerintah di Indonesia tercermin dalam pengeluaran rutin sedangkan pengeluaran investasi pemerintah tercermin dalam pengeluaran pembangunan. Jumlah pengeluaran pemerintah yang akan dilakukan dalam suatu periode tertentu tergantung pada beberapa faktor yaitu :

- Jumlah pajak yang diramalkan. Dalam penyusunan anggaran belanja pemerintah harus terlebih dahulu membuat proyeksi mengenai jumlah


(52)

pajak yang akan diterima. Makin banyak jumlah pajak yang dapat dikumpulkan maka makin banyak pula pembelanjaan pemerintah yang akan dilakukan.

- Tujuan ekonomi yang ingin dicapai pemerintah. Kegiatan pemerintah bertujuan untuk dapat mengatur perekonomian kearah yang lebih baik. Kegiatan pemerintah tersebut mempunyai tujuan salah satunya sebagai berikut yaitu untuk mengurangi pengangguran, menurunkan tingkat inflasi dan mempercepat pembangunan ekonomi dalam jangka panjang

Untuk melakukan kegiatan tersebut maka pemerintah membutuhkan banyak dana yang lebih besar dari pendapatan yang diperoleh dari pajak. Untuk mengurangi penganguran dan menarik minat swasta untuk berinvestasi dan mempercepat pertumbuhan ekonomi misalnya pemerintah perlu membiayai infrastruktur seperti irigasi, jalan raya, pelabuhan serta membangun sarana di bidang pendidikan dan kesehatan. Sering kali penerimaan yang berasal dari pajak tidak mencukupi untuk menutupi pembiayaan oleh karenanya pemerintah kadang kala terpaksa mencetak uang baru. Stabilitas kondisi politik sebuah negara juga berpengaruh terhadap penyusunan anggaran belanja pemerintah. Seringkali masalah stabilitas politik berpengaruh terhadap

stabilitas perekonomian contohnya dengan munculnya gangguan seperti adanya perang yang menyebabkan pengeluaran pemerintah menjadi meningkat untuk mengatasi dampak dari kekacauan stabilitas politik selain itu pula stabilitas politik juga dapat mempengaruhi iklim investasi.


(53)

2. Klasifikasi Pengeluaran Pemerintah

Menurut Suparmoko (2000:4) Pengeluaran pemerintah dapat dinilai dari berbagai segi sehingga dapat dibedakan menjadi empat klasifikasi sebagai berikut:

a) Pengeluaran pemerintah merupakan investasi untuk menambah kekuatan dan ketahanan ekonomi di masa yang akan datang. b) Pengeluaran pemerintah langsung memberikan kesejahteraan bagi

masyarakat.

c) Pengeluaran pemerintah merupakan pengeluaran yang akan datang. d) Pengeluaran pemerintah merupakan sarana penyedia kesempatan

kerja yang lebih banyak dan penyebaran daya beli yang lebih luas.

Bersasarkan penelitian di atas Suparmoko (2000:45) membedakan bermacam-macam pengeluaran negara, sebagai berikut :

a) Pengeluaran yang self liquiditing sebagian atau seluruhnya, artinya pengeluaran pemerintah mendapatkan pembayaran kembali dari masyarakat yang menerima jasa atau barang yang bersangkutan Contohnya, pengeluaran untuk jasa negara pengeluaran untuk jasa-jasa perusahaan pemerintah atau untuk proyek–proyek produktif barang ekspor.

b) Pengeluaran yang reproduktif, artinya mewujudkan keuntungan-keuntungan ekonomis bagi masyarakat, dimana dengan naiknya tingkat penghasilan dan sasaran pajak yang lain pada akhirnya akan menaikan penerimaan pemerintah. Misalnya, pemerintah menetapkan pajak progresif sehingga timbul redistribusi pendapatan untuk


(54)

pembiayaan pelayanan kesehatan masyarakat.

c) Pengeluaran yang tidak self liquiditing maupun yang tidak produktif, yaitu pengeluaran yang langsung menambah kegembiraan dan kesejahteraan masyarakat. Misalnya, untuk bidang rekreasi, objek-objek pariwisata dan sebagainya. Sehingga hal ini dapat juga menaikkan penghasilan dalam kaitannya jasa-jasa tadi.

d) Pengeluaran yang secara langsung tidak produktif dan merupakan pemborosan, misalnya untuk pembiayaan pertahanan atau perang meskipun pada saat pengeluaran terjadi penghasilan yang

menerimanya akan naik.

e) Pengeluaran yang merupakan penghematan di masa yang akan datang.

H. Pengertian Kemiskinan

Salah satu masalah yang dihadapi oleh beberapa negara berkembang adalah kemiskinan, yang merupakan refleksi dari ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan standar yang berlaku. Kemiskinan banyak dihadapi oleh rakyat Indonesia khususnya setelah krisis ekonomi pada tahun 1998, dimana tingkat kemiskinan cenderung naik dari tahun ke tahun. Kemiskinan dapat dilihat dari tingkat kekurangan sumber daya yang dapat digunakan memenuhi kebutuhan hidup serta meningkatkan

kesejahteraan sekelompok orang.

Bappenas (2004) mendefinisikan kemiskinan sebagai kondisi seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak mampu memenuhi hak


(55)

dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Kemiskinan menurut PBB didefinisikan sebagai kondisi dimana seseorang tidak dapat menikmati segala macam pilihan dan kesempatan dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya, seperti tidak dapat memenuhi kesehatan, standar hidup, kebebasan, harga diri dan rasa dihormati seperti orang lain.

I. Indikator Kemiskinan

Masalah kemiskinan bisa ditinjau dari lima sudut, yaitu persentase penduduk miskin, pendidikan (khususnya angka buta huruf), kesehatan (antara lain angka kematian bayi dan anak balita kurang gizi), ketenagakerjaan, dan ekonomi (konsumsi/kapita). Indikator-indikator utama kemiskinan berdasarkan pendekatan di atas yang di kutip dari Badan Pusat Statistik, antara lain sebagai berikut :

1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (sandang, pangan dan papan).

2. Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi). 3. Tidak adanya jaminan masa depan

4. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun kelompok.

5. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan terbatasnya sumber daya alam.


(56)

6. Kurangnya apresiasi dalam kegiatan sosial masyarakat.

7. Tidak adanya akses dalam lapangan kerja dan mata pencaharian yang berkesinambungan.

8. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental 9. Ketidakmampuan dan ketergantungan sosial (anak-anak terlantar,

wanita korban kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marginal dan terpencil).

Ukuran kemiskinan menurut Nurkse,1953 dalam Kuncoro, (1997) secara sederhana dan yang umum digunakan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

1. Kemiskinan Absolut

Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan dan tidak cukup untuk menentukan kebutuhan dasar hidupnya. Konsep ini dimaksudkan untuk menentukan tingkat pendapatan minimum yang cukup untuk memenuhi kebutuhan fisik terhadap makanan, pakaian, dan perumahan untuk menjamin kelangsungan hidup.

2. Kemiskinan Relatif

Seseorang termasuk golongan miskin relatif apabila telah dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya, tetapi masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan keadaan masyarakat sekitarnya. Berdasarkan konsep ini, garis kemiskinan akan mengalami perubahan bila tingkat hidup masyarakat berubah sehingga konsep kemiskinan ini bersifat dinamis atau akan selalu ada. Oleh karena itu, kemiskinan dapat dari


(57)

aspek ketimpangan sosial yang berati semakin besar ketimpangan antara tingkat penghidupan golongan atas dan golongan bawah, maka akan semakin besar pula jumlah penduduk yang dapat dikategorikan selalu miskin.

3. Kemiskinan Kultural

Seseorang termasuk golongan miskin kultural apabila sikap orang atau sekelompok masyarakat tersebut tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang

membantunya atau dengan kata lain seseorang tersebut miskin karena sikapnya sendiri yaitu pemalas dan tidak mau memperbaiki kondisinya 4. Kemiskinan Struktural

Situasi miskin yang disebabkan karena rendahnya akses terhadap sumber daya yang terjadi dalam suatu sistem sosial budaya dan politik yang tidak mendukung pembebasan kemiskinan, tetapi menyebabkan bertambah buruk.

J. Penyebab Kemiskinan

Kemiskinan muncul akibat adanya perbedaan akses dalam modal. Penyebab kemiskinan diatas berakibat pada munculnya teori lingkaran setan

kemiskinan (vicious circle of poverty). Yang dimaksud lingkaran kemiskinan adalah suatu rangkaian kekuatan yang saling mempengaruhi keadaaan dimana suatu negara akan tetap miskin dan akan banyak mengalami kesukaran untuk mencapai tingkat pembangunan yang lebih baik. Adanya


(58)

keterbelakangan, ketidaksempurnaan pasar, dan kurangnya modal

menyebabkan rendahnya produktivitas, seterusnya mengakibatkan rendahnya pendapatan yang mereka terima dan akan berimplikasi pada rendahnya tabungan dan investasi. Rendahnya investasi berakibat pada keterbelakangan, dan seterusnya, logika berpikir ini dikemukakan oleh Ragnar Nurkse (dalam Hutagalung, 1964).

Kuncoro (2004) menyebutkan bahwa penyebab kemiskinan bisa dianalisis dari dua aspek, yaitu aspek sosial dan aspek ekonomi. karena dua aspek tersebut memiliki saling keterkaitan. Adapun penyebab kemiskinan jika di pandang secara ekonomi adalah sebagai berikut:

a ) Rendahnya akses terhadap lapangan pekerjaan.

Tingkat kesempatan kerja adalah rasio antara jumlah penduduk yang bekerja terhadap jumlah angkatan kerja. Pada negara

berkembang rasio tersebut lebih rendah dari negara maju sehingga jumlah kemiskinan di negara berkembang lebih tinggi dari negara maju.

b) Lemahnya akses masyarakat terhadap faktor produksi.

Lemahnya akses masyarakat tersebut dapat dijabarkan antara lain : rendahnya akses modal usaha, lemahnya masyarakat dalam mengakses pasar dan sedikitnya kepemilikan aset.

Selain penyebab kemiskinan dipandang secara ekonomi, penyebab kemiskinan juga dapat dilihat secara sosial. Adapun hal tersebut dapat


(59)

dijabarkan sebagai berikut:

- Rendahnya akses pendidikan.

Pada negara terbelakang, pendidikan masyarakatnya masih rendah sehingga tingkat produktivitasnya rendah dan akhirnya berdampak pada rendahnya penghasilan yang menyebabkan terjadinya proses kemiskinan.

- Rendahnya akses fasilitas kesehatan.

Fasilitas kesehatan di negara terbelakang jauh lebih sedikit dan kualitasnya tertinggal dari negara maju. Pada masyarakat yang berkorelasi positif antara kemiskinan dengan akses kesehatan, diperlukan cara keluar dari rendahnya akses masyarakat miskin terhadap fasilitas kesehatan dengan melakukan proteksi terhadap masyarakat miskin melalu program seperti Jaminan Kesehatan Nasional

K. Penelitian Terdahulu

Sebelum melakukan penelitian ini, penulis mencoba mempelajari hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Tabel 7 merupakan ringkasan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yani Mulyaningsih (2008) dengan judul “Pengaruh Pengeluaran Pemerintah di Sektor Publik Terhadap Peningkatan Pembangunan Manusia dan Pengurangan Kemiskinan”. Yang berbeda dari

penelitian ini ialah pada model estimasi yang menggunakan metode analisis panel data dengan menggunakan pendekatan efek tetap (fixed effect model) dan Model Efek Random (Random Effect).


(60)

Tabel 7. Ringkasan Penelitian “Pengaruh Pengeluaran Pemerintah di Sektor Publik Terhadap Peningkatan Pembangunan Manusia dan

Pengurangan Kemiskinan”

Judul Pengaruh Pengeluaran Pemerintah di Sektor Publik Terhadap Peningkatan Pembangunan Manusia dan Pengurangan Kemiskinan

Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Penulis/Tahun Yani Mulyaningsih (2008)

Tujuan Untuk menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan dan kesehatan terhadap pembangunan manusia dan pengaruhnya terhadap kemiskinan di

Indonesia serta melihat hubungan pembangunan manusia terhadap pengurangan kemiskinan

Model Estimasi dan Variabel

Metode analisis regresi linier berganda (Ordinary Least Squares Regression Analysis) dengan menggunakan panel data dan menggunakan pendekatan efek tetap ( Fixed Effect Model) dan model efek random (Random Effect).

Yit = 0 + 1 ���+ ���

I =1,2….,N ; t = 1,2,…,T Dimana =

N = Banyaknya Observasi T = Banyaknya Waktu

N x T = Banyaknya data panel

Hasil Penelitian Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa tidak ada pengaruh pengeluaran pemerintah di sektor kesehatan dan pendidikan terhadap pembangunan manusia. Hal ini disebabkan karena masih rendahnya pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan dan kesehatan,

Pengeluaran Pemerintah disektor publik juga tidak terbukti mempengaruhi kemiskinan, selain itu dalam model ke tiga pembangunan manusia berpengaruh terhadap pengurangan kemiskinan


(61)

Tabel 8. Ringkasan Penelitian “Analisis Pengaruh Tingkat Kemiskinan, Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan dan Kesehatan Terhadap IPM di Jawa Tengah Tahun 2007-2009.”

Judul Analisis Pengaruh Tingkat Kemiskinan, Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan dan Kesehatan Terhadap IPM di Jawa Tengah Tahun 2007-2009.

Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro,Semarang Penulis/Tahun Christiani Usmaliadanti (2011)

Tujuan Untuk mengetahui dan mengkaji pengaruh Pengeluaran Pemerintah di Sektor Pendidikan dan Kesehatan, Jumlah Penduduk Miskin terhadap pembangunan manusia di Jawa Tengah.

Model Estimasi dan Variabel

Metode analisis regresi linier berganda (Ordinary Least Squares Regression Analysis) dengan menggunakan panel data dengan menggunakan pendekatan efek tetap ( Fixed Effect Model).

IPMit = 0 + 1PKit + uit Dimana :

IPM = Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota Jawa Tengah

K = Jumlah penduduk miskin kabupatem/kota di JawaTengah

PP = Pengeluaran Pemerintah sektor pendidikan kabupaten/kota di Jawa Tengah

PK = Pengeluaran Pemerintah sektor kesehatan kabupaten/kota di Jawa Tengah

= Intersep

1, 2, 3 = koefisien regresi vriabel bebas

��= komponen error diwaktu t untuk unit cross section i = 1,2,3,…35 (data cross-section kabupaten/kota Jawa Tengah)

t = 1,2,3,4 ( data time-series, tahun 2007-2009)

Hasil Penelitian Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa variabel dari jumlah penduduk miskin dan pengeluaran pemerintah sektor pendidikan berpengaruh signifikan terhadap pembangunan manusia di Jawa Tengah, sedangkan variabel Pengeluaran pemerintah sektor kesehatan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pembangunan manusia di Jawa Tengah


(62)

Tabel 9. Ringkasan Penelitian “Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia di Sulawei Selatan Periode 2001-2010“

Judul Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi

Indeks Pembangunan Manusia di Sulawesi Selatan Periode 2001-2010

Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Hasanudin, Makassar Penulis/Tahun Devyanti Patta (2012)

Tujuan Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan ekonomi, presentase penduduk miskin, pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dan kesehatan, ketimpangan distribusi pendapatan terhadap indeks pembangunan manusia di Sulawesi Selatan

Model Estimasi dan Variabel

Metode analisis regresi linier berganda (Ordinary Least Squares Regression Analysis) IPMit = 0 + 1PKit + uit Dimana :

Y

IPM = Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota Sulawesi Selatan

K = Jumlah penduduk miskin kabupatem/kota di Sulawesi Selatan

PP = Pengeluaran Pemerintah sektor pendidikan kabupaten/kota di Sulawesi Selatan

PK = Pengeluaran Pemerintah sektor kesehatan kabupaten/kota di Sulawesi Selatan

= Intersep

1, 2, 3 = koefisien regresi variabel bebas

��= komponen error diwaktu t untuk unit cross section i = 1,2,3,…35 (data cross-section kabupaten/kota Jawa Tengah)

t = 1,2,3,4 ( data time-series, tahun 2007-2009)

Hasil Penelitian Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengangguran, pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah baik secara parsial maupun bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap IPM


(63)

Tabel 10. Ringkasan Penelitian “Pengaruh pengangguran, pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah terhadap pembangunan manusia Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2007-2011

Judul Pengaruh pengangguran, pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah terhadap pembangunan manusia Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2007-2011

Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro,Semarang Penulis/Tahun Nur Baeti (2011)

Tujuan Untuk menganalisis bagaimana pengaruh pengangguran, pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dan kesehatan terhadap pembangunan

manusia yang diukur dengan IPM

Model Estimasi dan Variabel

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis regresi data panel model efek tetap (FEM) dengan metode Generalized Least Square (GLS).

Hasil Penelitian Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengangguran, pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah baik secara parsial maupun bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap IPM


(64)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan 2003-2012. Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung, serta dengan mempelajari dan memahami berbagai sumber melalui buku-buku, jurnal penelitian, literatur, dan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini.

B. Operasional Variabel

Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Indeks Pembangunan Manusia sebagai variabel terikat (dependent variable) , merupakan salah satu ukuran kualitas atau kemajuan

pembangunan berorientasi pada manusia itu sendiri sebagai subjek bukan ukuran kemajuan pembangunan fisik bangunan yang dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana kualitas pembangunan manusia yang telah berhasil dicapai. IPM mempunyai indeks komposit yang digunakan untuk


(65)

mengukur pencapaian rata-rata suatu negara dalam tiga hal yang mendasari pembangunan manusia

yaitu : (a) Indeks Harapan Hidup, yaitu diukur dengan angka harapan ketika lahir (b) Indeks Pendidikan, yang diukur berdasarkan rata-rata lama sekolah atau melek huruf penduduk usia 15 tahun keatas (c) Indeks

Standar Hidup Layak, yang diukur dengan daya beli konsumsi perkapita. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai IPM Provinsi Lampung tahun 2003-2012 yang didapat dari Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung.

2) Pengeluaran Pemerintah Sektor Kesehatan dan Pendidikan sebagai variabel bebas (independent variable) merupakan besarnya Pengeluaran Pemerintah Provinsi Lampung dalam Sektor Kesehatan dan Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan yang dipakai sebagai indikator pengeluaran pemerintah yang dibiayai dari total realisasi belanja daerah yang dialokasikan untuk sektor kesehatan dan pendidikan. Oleh karena itu semakin besar dan banyak kegiatan pemerintah dalam sektor kesehatan dan pendidikan maka semakin besar pula pengeluaran pemerintah yang digunakan. Data yang digunakan adalah data Realisasi Pengeluaran Pemerintah di Provinsi

Lampung Sektor Kesehatan dan Pendidikan tahun 2003-2012 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung

3) Kemiskinan adalah Ketidakmampuan seseorang atau kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Standar kehidupan yang rendah ini secara langsung tampak


(1)

81

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal

sebagai berikut:

1. Pengeluaran Pemerintah Sektor Kesehatan secara parsial dan

bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan

Manusia di Provinsi Lampung. Hal ini berarti bahwa peningkatan

pengeluaran pemerintah sektor kesehatan, akan meningkatkan Indeks

Pembangunan Manusia di Provinsi Lampung.

2. Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan secara parsial dan

bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan

Manusia di Provinsi Lampung. Hal ini berarti bahwa peningkatan

pengeluaran pemerintah sektor pendidikan, akan meningkatkan Indeks

Pembangunan Manusia di Provinsi Lampung.

3. Jumlah penduduk miskin secara parsial dan bersama-sama berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi

Lampung. Hal ini berarti bahwa peningkatan jumlah penduduk miskin,


(2)

82

B. Saran

Dari berbagai kesimpulan yang telah diuraikan di atas, maka beberapa saran

yang dapat diberikan untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia di

Provinsi Lampung antara lain:

1. Melihat besarnya pengaruh pengeluaran pemerintah sektor kesehatan

terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Lampung, maka

diharapkan pemerintah Provinsi Lampung dapat lebih meningkatkan

pengeluaran pemerintah sektor kesehatan. Peningkatan pengeluaran

pemerintah sektor kesehatan dapat dilakukan dengan beberapa hal

diantaranya menyediakan pelayanan dan fasilitas-fasilitas kesehatan di

daerah-daerah yang masih belum tersedia layanan kesehatan yang memadai

serta terus melakukan pengawasan dan peningkatan terhadap penggunaan

fasilitas-fasilitas kesehatan tersebut, melakukan penyuluhan-penyuluhan

kesehatan kepada masyarakat, mengadakan pengobatan-pengobatan gratis

bagi masyarakat miskin.

2. Melihat besarnya pengaruh pengeluaran sektor pendidikan terhadap Indeks

Pembangunan Manusia di Provinsi Lampung, diharapkan pemerintah

Provinsi Lampung dapat lebih meningkatkan pengeluaran pemerintah

sektor pendidikan. Peningkatan pengeluaran pemerintah di sektor

pendidikan dapat ditingkatkan dengan beberapa hal antara lain dengan

memberikan bantuan-bantuan pendidikan berupa dana beasiswa kepada

siswa kurang mampu ataupun siswa berprestasi, perbaikan gedung-gedung


(3)

83

pendidikan seperti buku-buku bacaan, kurikulum yang baik di setiap

institusi pendidikan yang ada di Provinsi lampung.

3. Melihat besarnya pengaruh jumlah penduduk miskin terhadap Indeks

Pembangunan Manusia di Provinsi Lampung, diharapkan pemerintah

Provinsi Lampung dapat mengurangi jumlah penduduk miskin yang

sekarang masih dalam jumlah yang cukup besar. Pengurangan angka

jumlah penduduk miskin d Provinsi Lampung dapat dilakukan dengan

beberapa hal antara lain membuka lebih banyak lapangan pekerjaan,

meningkatkan upah minimum regional di Provinsi Lampung, memberikan

kemudahan dan fasilitas-fasilitas untuk berwirausaha kepada masyarakat


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2010. Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Lampung 2009. Lampung : Badan Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik. 2013. Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Lampung 2012. Lampung : Badan Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik 2013. Data dan Informasi Kemiskinan 2012. Lampung : Badan Pusat Statistik.

Bappenas. 2004. Rencana Strategik Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia. Jakarta.

Brata,Aloysius Gunadi. 2005. Investasi Sektor Publik Lokal Pembangunan Manusia Dan Kemiskinan. Yogyakarta : Lembaga Penelitian Universitas Atmajaya.

Christianti. 2011. Analisis pengaruh tingkat kemiskinan, pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dan kesehatan terhadap IPM di Jawa Tengah tahun 2007-2009. Jurnal Ekonomi Pembangunan : Universitas Diponegoro. Devyanti, Patta. 2012. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi indeks

pembangunan manusia di Sulawesi Selatan periode 2001-2010. Jurnal : Universitas Hasanudin.

Dumairy.1996. Perekonomia Indonesia. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Dumairy. 1997. Perekonomia Indonesia. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Gujarati, Damodar. 2003. Ekonometrika Dasar : Edisi Ekonomi. Jakarta : Erlangga.

Ginting,Charisma K.S. 2006. Pembangunan Manusia Di Indonesia dan Faktor- Faktor Yang Mempengaruhinya. Jurnal : Universitas Sumatera Utara. Jhingan. 2000. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta : Rajawali


(5)

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2000. Tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban Dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran dan Pendapatan Belanja Daerah.

Kuncoro M. 2004. Metode Kuantitatif, Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta : Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN. Lanjouw. 2001. Poverty, Education and health in Indonesia. Who Benefits

from public spending?. World Bank Working Paper No.2379. Washington D.C: World Bank. Diakses dari : http://papers.ssrm.com.

Mangkoesbroto, Guritno. 1994. Ekonomi Publik. Yogyakarta: BPFE.

Mangkoesbroto, Guritno. 1997. Ekonomi Publik. Yogyakarta : BPFE 19.

Mangkoesbroto, Guritno. 2001. Ekonomi Publik Edisi 3. Yogyakarta : BPFE

Mankiw,N Greogory. 2008. Makroekonomi Edisi Ketujuh. Jakarta : Erlangga.

Meier.G.M. dan J.E.Rauch. 2000. Leading Issue in Economics Development (seventh edition). NewYork-Oxford : Oxford University Press.

Mudrajad Kuncoro. 1997. Ekonomi Pembangunan, Teori, masalah dan kebijakan Cetakan pertama. Unit penerbitan dan percetakan akademi manajemen perusahaan YKPN : Yogyakarta.

Mulyaningsih, Yani. 2008. Pengaruh pengeluaran pemerintah di sektor public terhadap peningkatan pembangunan manusia dan pengurangan

kemiskinan. Tesis : Universitas Indonesia.

Nurkse, Ragnar. 1964. Masalah Pembentukan Modal di Negara-negara yang sedang membangun terjemahan Hutagalung. Jakarta : Bhatara.

Nur Baetti. 2011. Pengaruh pengangguran, pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah terhadap pembangunan manusia

Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2007-2011. Jurnal : Universitas Diponegoro.

Permendagri Nomor 13 Tahun 2006. Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

Studenmund, A.H. 2001. Using Econometrics, a practical guide 4th edition. Addison Wesley Longman, Incorporation.


(6)

Sukirno, Sadono. 2004. Teori Pengantar Makro Ekonomi Edisi Tiga. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Suparmoko,M 1999. Metode Penelitian Praktis Untuk Ilmu-ilmu social, ekonomi dan bisnis edisi keempat,Yogyakarta : PFE UGM.

Suparmoko. 2000. Pengantar Ekonomika Mikro. Yogyakarta: BPFE.

Suryana. 2000. Ekonomi Pembangunan: Problematika dan Pendekatan Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat.

Todaro,Michael,P. 2006. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Jakarta : Penerbit Erlangga.

UU No. 19 Tahun 2001. Tentang anggaran pendapatan dan belanja negara TA 2002.

UNDP. 1966. Human Development Report. New York : United Nation.

UNDP. 1996,. Human Development Report. New York : Oxford Univesity Press

UNDP. 2000. Membuat Pembangunan Berkelanjutan. Jakarta

UNDP. 2004. Human Development Report. New York : Oxford Univesity Press