HUKUMAN KEBIRI BAGI PELAKU PEDOFILIA DALAM PERSPEKTIF PERPU NO. 1 TAHUN 2016 DAN HUKUM ISLAM SKRIPSI

  

HUKUMAN KEBIRI BAGI PELAKU PEDOFILIA

DALAM PERSPEKTIF

PERPU NO. 1 TAHUN 2016 DAN HUKUM ISLAM

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

  

Oleh:

ANDRI IRAWAN

NIM : 21211002

  

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS

SYARI’AH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2017

  Lamp : 4 (Empat) Eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Skripsi Kepada Yth.

  Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga Di Salatiga

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

  Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, Arahan dan koreksi, maka Naskah skripsi mahasiswa: Nama : Andri Irawan NIM : 21211002 Judul : HUKUMAN KEBIRI BAGI PELAKU PEDOFILIA

   DALAM PERSPEKTIF PERPU NO. 1 TAHUN 2016 DAN HUKUM ISLAM.

  Dapat diajukan kepada Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga untuk diujikan dalam sidang munaqasyah. Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

  Salatiga, 22 September 2017 Pembimbing, Evi Ariyani, S.H., M.H.

  NIP. 19731117 200003 2 002 Yang bertandatangan dibawah ini: Nama : Andri Irawan NIM : 21211002 Jurusan : Ahwal Al-Syakhsiyyah (Hukum Keluarga Islam) Fakultas

  : Syari’ah Judul Skripsi : HUKUMAN KEBIRI BAGI PELAKU PEDOFILIA

  Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

  Salatiga, 22 September 2017 Yang menyatakan Andri Irawan 21211002 INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS SYARI’AH JL. Nakula Sadewa V No. 9 Telp. (0298) 3419400 Fax 323433 Salatiga 50722 Website : www.iainsalatiga.ac.id E-mail : administrasi@iainsalatiga.ac.id

  

PENGESAHAN

  Skripsi Berju dul:

  

HUKUM KEBIRI DALAM PERSPEKTIF

PERPU NO.1 TAHUN 2106 DAN HUKUM ISLAM

  OLEH: ANDRI IRAWAN

  21211002 Telah dipertahankan di depan sidang munaqasyah skripsi Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam (IAIN) Salatiga, pada tanggal hari Selasa tanggal 29 September 2017 dan telah dinyatakan memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana dalam hukum Islam.

  Dewan Sidang Munaqasyah Ketua Penguji : Dr. H. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.

  Sekretaris Sidang : Sukron Ma’mun, M. Si. Penguji I : Dr. Illyya Muhsin, M. Si. Penguji II : Dr. Mubasirun, M.Ag.

  Salatiga, 29 September 2017 Dekan Fakultas Syari

  ’ah Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

  NIP 19700115 199803 2 002

  

“Ilmu itu lebih baik dari pada harta. Ilmu akan menjaga engkau dan

engkau menjaga harta. Ilmu itu penghukum (hakim) sedangkan harta

terhukum. Kalau harta itu akan berkurang apabila dibelanjakan,

tetapi ilmu akan bertambah apabila dibelanjakan.”

(Sayidina Ali bin Abi Thalib)

  

ٍمْىَقِب ُ َّاللَّ َداَرَأ اَذِإَو ْمِهِسُفْنَأِب اَم اوُرِّيَغُي ىَّتَح ٍمْىَقِب اَم ُرِّيَغُي لا َ َّاللَّ َّنِإ

لاَو ْنِم ِهِنوُد ْنِم ْمُهَل اَمَو ُهَل َّدَرَم لاَف اًءىُس

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri merekasendiri.

  Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tidak adayang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia .”

  Skripsi ini penulis persembahkan

Almarhum dan almarhumah orang tua, karena dengan kasih sayangnya , motivasi dan do’anya berkat beliaulah penulis dapat terus bejuang meneruskan kuliah untuk

  meraih cita-cita. Saudara saudaraku yang selalu menyemangatiku tatkala mereka hadir di saat menghadapi beratnya tantangan perjalanan hidup sekaligus proses kuliah hingga kelulusan. Teman-teman sekaligus sahabat satu angkatan AS - Non Reguler tahun 2011 IAIN Salatiga yang selalu saling mendukung baik susah maupun senang.

  Sahabat karib dari berbagai lulusan pondok pesantren dan Institusi pendidikan tinggi lainnya yang selalu memberi motivasi serta bertukar ilmu sehingga penulis dapat terus berjuang hingga lulus.

KATA PENGANTAR

  Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang telah mengutus Nabi Muhammad Saw. Untuk menyampaikan agama yang hak, memberi petunjuk kepada segenap manusia ke jalan kebaikan, untuk kehidupan di dunia dan keselamatan di akhirat. Shalawat serta salam tidak lupa kami haturkan kepada Nabi besar Muhammad Saw, semoga pada akhir kelak kita termasuk kedalam umatnya yang mendapat syafaatnya.

  Ahamdulillah dengan rasa syukur penulis, skripsi dengan judul: HUKUMAN

  

KEBIRI DALAM PERSPEKTIF PERPU NO. 1 TAHUN 2106 DAN HUKUM

  

ISLAM ini telah selesai. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

  syarat guna memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) d alam Ilmu Syari’ah pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  Penulisan skripsi ini tidak akan selesai apabila tanpa ada bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan meluangkan tenaga, pikiran dan waktunya guna memberikan bimbingan dan petunjuk yang berharga demi terselesaikannya pembuatan skripsi ini. Sehingga pada kesempatan ini penulis ingin menghaturkan terima kasih kepada:

  1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Ibu Dr. Siti Zumrotun, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menyusun skripsi ini

  3. Bapak Syukron Makmun, M. Si., selaku Ketua Jurusan Ahwal al-Syakhshiyyah (AS) IAIN Salatiga yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menyusun skripsi ini.

  4. Ibu Evi Ariyani, S.H., M.H. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingannya kepada penulis sehingga terselesaikannya penulisan skripsi ini.

  5. Bapak Imam Mas Arum, M.Pd. selaku dosen tarbiyah yang membantu membukakan pintu untuk penulis sehingga dapat melanjutkan kuliah di IAIN Salatiga.

  6. Para Dosen Syari’ah yang banyak memberikan ilmu, arahan serta do’a selama penulis menuntut ilmu di IAIN Salatiga.

  7. Sahabatku tercinta Bapak Roojil Fadillah, Lc., M.Pd.I dan Ibu Suesthi Maharani, M.Pd. yang di akhir kuliah memberikan dukungan dan do’a untuk penulis.

  8. Teman-teman mahasiswa Ahwal Al-Syakhshiyyah baik Non-Reguler dan Reguler khususnya angkatan tahun 2011 yang sangat berarti dalam dukungannya kepada penulis selama masa kuliah.

  9. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. sebagaimana disebutkan di atas mendapat limpahan berkah dan imbalan yang setimpal dari Allah SWT.

  Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan Skripsi ini, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kasempurnaan tulisan ini serta bertambahnya pengetahuan dan wawasan penulis. Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini nantinya dapat bermanfaat khususnya bagi Akademika IAIN Salatiga dan semua pihak yang membutuhkannya.

  Demikian, atas perhatiannya penulis sampaikan banyak terimakasih.

  Salatiga, 22 September 2017 Penulis Andri Irawan Irawan, Andri. 2017,Hukum Kebiri dalam Perspektif Perpu No.1 Tahun 2016 dan Hukum Islam .

  Skripsi Jurusan Syari’ah Program Studi Ahwal Al- Syakhshiyyah (AS), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dosen Pembimbing : Evi Ariyani, S.H., M.H .

  Kata Kunci : Hukum Islam, Perpu, Hukuman Kebiri, Pedofilia.

  Adanya pernikahan menjadikan manusia menjadi mahkluk yang beradab, dimana tuntutan biologis (syahwat) dapat tersalurkan dalam bingkai yang lebih baik antara seorang laki-laki dan perempuan. Walaupun Allah SWT telah memberi jalan perkawinan sebagai suatu cara yang sah sebagai jalan pemenuhan kebutuhan biologis, manusia masih tetap melakukan penyimpangan-penyimpangan seksual sebagaimana kasus pelecehan seksual yang hari ini baru hangat diperbincangkan. Tahun 2016 pemerintah menganggap kasus pelecehan seksual sudah dalam keadaan darurat. Kasus pedofilia atau pelecehan kekerasan seksual terhadap anak menjadi pemberitaan yang hebat. Wacana pemberatan hukuman terhadap pelaku pedofilia semakin digencarkan. Diterbitkannya Perpu No. 1 tahun 2016 adalah wujud kepedulian pemerintah sekaligus keprihatinan pemerintah terhadap fenomena kejahatan seksual terhadap anak. Perpu ini dipandang sebagai langkah baru pemerintah untuk memberikan efek jera bagi pelaku pedofil, karena di dalamnya memuat aturan hukuman kebiri bagi pelaku kejahatan seksual anak. Akan tetapi, Perpu No.1 tahun 2016 mendapat pertentangan terutama dari tokoh Ormas Islam dan kalangan Pesantren. Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Syamsul Anwar, tidak setuju dengan hukuman kebiri yang mengubah fisik manusia. Ketua Asosiasi Pondok Pesantren Jawa Timur , Gus Reza Ahmad Zahid , juga menyatakan tak selayaknya pemerintah menerapkan hukuman kebiri, karena dalam fiqh Jinayah Islam tidak mengenal kebiri. Berdasarkan alasan di atas, terbitnya hukuman kebiri bagi pelaku pedofilia mengundang reaksi kontra dari kalangan tokoh Islam. Tetapi pemerintah tetap menerbitkan Perpu tentang hukuman Kebiri bagi pelaku kejahatan seksual terhadap anak yaitu Perpu No. 1 tahun 2016 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Penelitian ini merupakan upaya penulis untuk mengetahui bagaimana perspektif hukum kebiri dalam Perpu No.1 Tahun 2016 dan Hukum Islam. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah ketentuan-ketentuan hukuman kebiri bagi pelaku pedofil menurut Perpu No.1 tahun 2016 ? (2) Bagaimanakah perspektif hukum Islam terhadap Perpu No.1 tahun 2016 tentang hukuman Kebiri bagi pelaku pedofilia ? pendekatan yuridis normatif dengan memakai bentuk penelitian library research sehingga peneliti bisa menggambarkan penelitian ini secara mendalam, rinci, dan tuntas. Untuk memperoleh data-data yang diperlukan peneliti menggunakan dua sumber data yaitu : sumber data primer yang diperoleh dari Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) Nomor 1 Tahun 2016, KUHP, UU No. 32 Tahun 2002 serta juga Al- qur’an, Hadist, Kaidah Fiqih, dan pendapat ulama’ yang ada kaitannya dengan masalah hukuman Kebiri. Sedamgkan data sekunder diperoleh dari buku-buku, majalah, koran dan hasil penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan kekerasan seksual, pedofilia dan kebiri.

  Kemudian temuan dalam penelitian ini bahwa : Pertama, Salah satu isi dari sanksi yang ditambahkan dalam Perpu No.1 Tahun 2016 adalah adanya sanksi hukuman kebiri dengan menggunakan tehnik kebiri modern melalui suntikan hormonal yang berfungsi untuk memandulkan si pelaku. Pengebirian yang dilakukan dengan metode modern dengan suntikan hormon kebiri, dianggap pemerintah akan memberikan efek jera bagi pelaku kejahatan seksual anak. Kedua, dalam pandangan Islam tindakan pedofil dikategorikan jarimah zina, tindakan pedofil dalam Islam dapat dihukumi dengan hukuman had dan

  ta‟zir tergantung status pelaku dan korban.

  Dalam penelitian ini, penulis mengkategorikan tindakan pedofil berdasar jenis kelamin pelaku dan korban yaitu pedofil homoseks dan heteroseks. Hal itu disampaikan penulis karena fiqh jinayah Islam memandang aspek keterlibatan pelaku dan si korban mempengaruhi hukuman yang akan diterapkan. Dalam hukumannya dibedakan antara pelaku yang muhsan dan ghairu muhsan, hukuman pelaku pedofil dapat dikenai hukuman rajam, cambuk, serta pengasingan atau hukuman

  ta‟zir yang

  ditentukan oleh pemerintah tanpa menyalahi ketentuan syari’at Islam. Sedangkan pemberlakuan hukuman kebiri (modern) yang disahkan oleh pemerintah menurut penulis bertentangan dengan kaidah-kaidah hukum Islam terutama dalam konsep Fiqh Jinayah Islam, karena secara tegas pengebirian pada manusia telah dilarang oleh Islam, dan hal itu terinci melalui hadits-hadits shahih.

  Hal Lembar Berlogo ...................................................................................... i Nota Pembimbing.................................................................................... ii Pernyataan Keaslian Tulisan................................................................... iii Lembar Pengesahan................................................................................ iv Motto ...................................................................................................... v Persembahan .......................................................................................... vi Kata Pengantar........................................................................................ vii Abstrak x

  Daftar Isi................................................................................................. xii BAB I PENDAHULUAN.......................................................................

  1 A. Latar Belakang Masalah........................................................

  1 B. Rumusan Masalah..................................................................

  6 C. Tujuan Penelitian...................................................................

  6 D. Kegunaan Penelitian..............................................................

  7 E. Telaah Pustaka ......................................................................

  8 F. PenegasanIstilah .....................................................................

  10 G. Metode Penelitian ...................................................................

  12 H. Sistematika Pembahasan ........................................................

  15

  …………………………………………… A. Ketentuan Umum Tentang Pedofilia .......................................

  16 B. Gambaran Umum Tentang Kebiri............................................. 24 C. Teori Hukum Pidana dan Pemidanaan Hukum Positif.............

  29 D. Teori Hukum Pidana Islam ....................................................... 42

  BAB III PENERBITAN PERPU NO. 1 TAHUN 2016 ................................ 51 A. Latar Belakang Penerbitan Perpu No.1 Tahun 2016................. 51 B. Isi Perpu No.1 Tahun 2016 ....................................................... 56 BAB IV Tinjauan Hukum Islam Terhadap Hukuman Kebiri Bagi Pelaku Pedofilia .............................................................................................66 A. Pandangan Islam Terhadap Pedofilia ...........................................66 B. Pandangan Syariah Islam Menjatuhkan Hukuman Kebiri Bagi Pedofilia ........................................................................................71 BAB V PENUTUP ..........................................................................................74 A. Kesimpulan ...................................................................................75 B. Saran .............................................................................................76 Daftar Pustaka Lampiran

Latar Belakang

  Agama Islam adalah agama rahmatan lil alamin yang diturunkan Allah SWT kepada Rasullullah SAW untuk disampaikan dan dijadikan agama kepada seluruh umat.

  Islam adalah agama penyempurna dari agama samawi yang datang sebelumnya sebagaimana agama yang dibawa oleh Nabi Daud AS, Ibrahim AS, dan Isa AS.Agama Islam mengatur bagaimana kaidah hubungan manusia kepada Allah (Habluminnallah) dan hubungan manusia kepada sesama manusia (Habluminnannas). Islam telah menyempurnakan dan menetapkan kaidah-kaidah hukum yang dapat dijadikan pedoman hidup umat manusia hingga akhir zaman.Sebagaimana Islam telah memberikan aturan hukum terhadap pelaku kejahatan, khususnya pelaku kejahatan seksual atau pelaku zina.

  Islam adalah agama fitrah yang mengakui keberadaan naluri seksual.Islam, telah menentukan cara penyaluran nafsu syahwat secara baik melalui lembaga perkawinan.

  Oleh karenanya penyaluran nafsu syahwat di luar perkawinan tidak sesuai dengan cara yang ditentukan Islam dan oleh karena itu, perzinaaan dilarang tegas dan keras oleh Islam (Syarifudin, 2003:274) problematika moral ini dan penyakit sosial lainnya. Karena seandainya syariat ini diterapkan secara kaffah (menyeluruh dalam segala aspek kehidupan manusia) dan sungguh-sungguh, maka sudah dapat dipastikan tingkat maksiat khalwat, zina, pemerkosaan dan kriminal lainnya akan berkurang drastis.

  Berkaitan dengan hal tersebut, Tihami dkk. (2009 :6) menyatakan bahwa : “Pernikahan adalah sunatullah yang umum dan berlaku pada semua mahluk-

  Nya baik pada manusia , hewan , maupun tumbuhan. Ia adalah suatu cara yang dipilih Allah SWT , sebagai jalan bagi makhluk-Nya untuk berkembang biak dan melestarikan hidupnya”

  Adanya pernikahanmenjadikan manusia menjadi mahkluk yang beradab, dimana tuntutan biologis (syahwat) dapat tersalurkan dalam bingkai yang lebih baik antara seorang laki-laki dan perempuan. Walaupun Allah SWT telah memberi jalan perkawinan sebagai suatu cara yang sah sebagai jalan pemenuhan kebutuhan biologis, manusia masih tetap melakukan penyimpangan penyimpangan seksual sebagaimana kasus pelecehan seksual yang hari ini baru hangat diperbincangkan. Tahun 2016 pemerintah menganggap kasus pelecehan seksual sudah dalam keadaan darurat . Kasus Pedofilia atau pelecehan kekerasan seksual terhadap anak menjadi pemberitaan yang hebat.

  Wacana pemberatan hukuman terhadap pelaku pedofilia semakin digencarkan .Kasus

  Kalideres Jakarta Barat dijadikan contoh kondisi darurat tersebut. Data Lembaga Perlindungan Anak Indonesia ( KPAI ) menyebutkan 22 juta anak yang mengalami kekerasan sepanjang 2010-2014, dan 42 % di antaranya merupakan kasus kejahatan seksual (Koran Tempo, 23/10/2015).

Dan kembalimengulas kasus “Robot Gedek” beberapa tahun silam, kasus yang

  sangat menggemparkan di mana pelaku mengaku telah menyodomi dan membunuh sejumlah anak laki-laki di Jakarta, dan kasus yang sama Baequni alias Babe (48 tahun) telah membunuh 7 bocah berusia di bawah 12 tahun, lebih dari seorang pedofil, Babe tampaknya juga seorang necrofil yakni seseorang yang senang berhubungan seks dengan mayat (Jawa Pos, 16 Januari 2010).

  Sebagai penjelasan,pedofilia adalah gangguan atau kelainan jiwa pada seseorang untuk bertindak dengan menjadikan anak-anak sebagai instrument atau sasaran dari tindakan itu, umumnya bentuk tindakan itu berupa pelampiasan nafsu seksual. Pedofilia adalah aktivitas seksual yang melibatkan anak kecil, umumnya di bawah usia 13.

  Penderita pedofilia berusia lebih dari 16 tahun dan minimal lima tahun lebih tua dari si anak.

  Dengan pertimbangan bahwa kekerasan seksual terhadap anak semakin meningkat secara signifikan yang mengancam dan membahayakan jiwa anak, merusak kehidupan keamanan, dan ketertiban masyarakat, pemerintah memandang sanksi pidana yang dijatuhkan bagi pelaku kekerasan seksual terhadap anak belum memberikan efek jera dan belum mampu mencegah secara komprehensif terjadinya kekerasan seksual terhadap anak.Pemerintah memandang perlu segera mengubah Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

  Ide hukuman kebiri diusulkan oleh KPAI, Kementerian Sosial ,Kementerian Kesehatan, dan Kementerian Pendidikan Nasional kepada Presiden Jokowi hari Selasa (20/10/2015). Presiden Jokowi memberi sinyal setuju dengan segera membahas hal tersebut dengan sejumlah pejabat seperti Jaksa Agung M.Prasetyo.usulan tersebut sudah ditindakanjuti dengan penyusunan draf Peraturan Presiden Pengganti Undang-Undang (Perpu) . Dan akhirnya tanggal 26 Mei 2016 ,Pemerintah menerbitkan Perpu tentang Kebiri pelaku kejahatan seksual terhadap anak yaitu Perpu No. 1 tahun 2016 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

  Perputersebut akhirnya mengesahkan hukuman pidana Kebiri bagi pelaku Pelecehan seksual dengan pengibirian hormonal (KORAN TEMPO ,23/10/2015). menandatangani

  “Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan,” bunyi Pasal II Perpu yang diundangkan oleh Menteri Hukum dan HAM Yasonna H. Laoly pada tanggal 25 Mei 2016 itu.

  Denganadanyapenerbitan Perpu Kebiri , Perpu No.1 tahun 2016 mendapat pertentangan terutama dari tokoh Ormas Islam dan kalangan Pesantren. Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Syamsul Anwar, tidak setuju dengan hukuman kebiri yang mengubah fisik manusia. Ketua Asosiasi Pondok Pesantren Jawa Timur , Gus Reza Ahmad Zahid , menyatakan tak selayaknya pemerintah menerapkan hukuman kebiri, karena dalam fiqh Jinayah Islam tidak mengenal kebiri (KORAN TEMPO ,23/10/2015).

  Berdasarkan alasan di atas, terbitnya hukuman kebiri bagi pelaku pedofilia mengundang reaksi kontra dari tokoh ormas Islam. Tetapi pemerintah tetap menerbitkan Perpu tentang hukuman Kebiri pelaku kejahatan seksual terhadap anak yaitu Perpu No. 1 tahun 2016 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang No.23 Tahun 2002 yaitu tentang Perlindungan Anak.

  “Hukuman Kebiri Bagi Pelaku Pedofilia dalam Perspektif Perpu No.1 Tahun 2016 dan Hukum Islam ”.

B. Rumusan masalah :

  Berdasarkan konteks latar belakang diatas, maka penulis menetapkan beberapa rumusan masalah yang diantaraaya adalah sebagai berikut:

  1. Bagaimanakah ketentuan-ketentuan hukuman kebiri bagi pelaku pedofil menurut Perpu No.1 tahun 2016 ?

  2. Bagaimanakah pandangan hukum Islam terhadap Perpu No.1 tahun 2016 tentang hukuman Kebiri bagi pelaku pedofilia ?

C. Tujuan Penelitian

  Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui bagaimana ketentuan-ketentuanhukuman Kebiri bagi pelaku pedofilia menurut Perpu No.1 tahun 2016.

  2. Untuk mengetahui bagaimana hukum Islam memandang Peraturan Pengganti Undang-Undang No.1 tahun 2016 tentang hukuman kebiri bagi pelaku pedofilia.

D. Kegunaan Penelitian

  Penelitian ini sangat berguna bagi penulis khususnya dan masyarakat pada umumnya adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

  1. Secara teoritis

  a. Dapat menambah pengetahuan dalam mempelajari dan mendalami ilmu hukum khususnya Hukum Jinayah Islam dan Hukum positif yang berlaku di Negara Indonesia.

  b. Dapat menjadi bahan rujukan penelitian hukum berikutnya dan menambah khasanah pengetahuan ilmu hukum Fiqh Jinayah Islam dan hukum positif khususnya yang berkaitan dengan hukuman kebiri bagi pelaku pedofil.

  2. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :

  a. Bagi Pemerintah Memberi masukan bagi penyelenggara Negara terutama bagi Lembaga Legislatif yang berhak merancang dan membuat peraturan perundang-undangan terutama dalam menentukan kaidah-kaidah hukum bagi pelaku pedofil.

  b. Bagi Masyarakat Dapat memberikan pemahaman bagi masyarakat pada umumnya bagaimana penerapan hukuman kebiri ditetapkan.

E. Telaah Pustaka

  Fungsi dilakukanya telaah pustaka terhadap skripsi adalah untuk membedakan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian yang sudah pernah dilakukan peneliti lain sebelumnya.

  Kemudian untuk memahami judul sebuah skripsi perlu pendefinisian judul secara professional, agar dapat diketahui secara jelas dan untuk menghindari kesalahfahaman dan untuk membedakan kajian ini dengan kajian sebelumnya, Maka penulis akan sebutkan beberapa skripsi tentang pelecehan seksual antara lain:

  Pertama, skripsi yang dibuat oleh Abdul Faizin mahasiswa Jurusan Syariah STAIN Salatiga tahun 2010 dengan judulPerlindungan Hukum Terhadap Anak Korban

  Kekerasan Seksual (Studi Kasus di Polres Salatiga tahun 2004-2006) . Pembahasan

  dalam skripsi ini penulis membahas tentang studi lapangan bagaimana kekerasan seksual terjadi di Salatiga dan membahas bentuk perlindungan hukumnya. Hasil penelitiannya adalah peran serta Polres Salatiga dalam perlindungan hukum terhadap korban kekerasan seksual anak adalah bersifat menunggu dan walaupun demikian perlindungan hukum terhadap anak di Polres Salatiga telah sesuai dengan UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

  Kedua, skripsi yang dibuat oleh Lukman Hakim Harahap tahun 2014 mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan judul Studi membahas bagaimana proses penyelidikan terhadap kasus pelecehan seksual terhadap anak terjadi di wilayah Polresta Yogyakarta. Hasil dari penelitiannya bahwa proses penyidikan kasus pedofilia di Yogyakarta tunduk pada aturan KUHAP tetapi proses tersebut terhambat oleh beberapa faktor yaitu proses penyidikan yang panjang akibat gangguan psikis korban (anak), kedua untuk mendapatkan alat bukti, penyidik mendapatkan visum dan surat keterangan dari psikiater dari dana talangan dan belum mendapatkan dana yang strategis dari pemerintah untuk menangani kasus pedofilia.

  Ketiga skripsi yang dibuat oleh Ngabdul Munnim mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berjudul Studi Terhadap Sanksi

  

Kebiri Sebagai Alternatif Hukuman Bagi Pelaku Tindak Pidana Pedofilia membahas

  mengenai pengaturan hukum di Indonesia terhadap sanksi tindak pidana pedofilia dan apakah kebiri dapat digunakan sebagai alternatif hukuman bagi pelaku pedofilia ?.Hasil penelitiannya adalah sanksi tindak pidana pedofiliayang diatur dalam KUHP dan UUPA, dianggap sudah tidak relevan atau tidak menimbulkan efek jera, sehingga belajar dari sanksi kebiri yang diterapkan oleh negara lain terhadap pelaku pedofilia maka penulis hukuman kebiri dapat digunakan sebagai alternatif sanksi pidana.

  Skripsi di atas pada umumnya membahas studi kasus kekerasan seksual terhadap anak, sedang dalam skripsi ini yang menjadi kajian utamanya adalahpenulis berpendapat Tahun 2016 bertentangan dengan konsep Fiqh Jinayah Islam..

F. Penegasan Istilah

  Untuk memahami judul sebuah skripsi perlu adanya pendefinisian judul secara terperinci, dengan maksud dapat diketahui secara jelas. Maka penulis perlu memberikan penegasan dan batasan terhadap istilah-istilah judul tentang

  “Hukum Kebiri dalam PerspektifPerpu No. 1 tahun 2016 dan Hukum Islam

  ”. Istilah-istilah tersebut adalah ;

  1. Hukum Islam Hukum Islam adalah seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah dan sunah Rasul tentang tingkah laku manusia yang diakui dan diyakini serta mengikat untuk semua yang beragama Islam (Syarifudin, 1997:4)

  2. Perpu Perpu adalah peraturan yang mempunyai hierarkhi setingkat dengan UU

  (Undang-undang) yang sesuai dengan ketentuan Pasal 22 UUD 1945 yang berbunyi sebagai berikut : (1) Dalam hal ikhwal kegentingan memaksa, Presiden berhak menetapkan Peraturan Pemerintah sebagai Pengganti Undang-undang.

  (2) Peraturan Pemerintah itu harus mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat dlam persidangan berikut.

  Dari ketentuan Pasal 22 UUD 1945 tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang sebenarnya merupakan suatu Peraturan Pemerintah yang bertindak sebagai suatu Undang-Undang atau dengan perkataaan lain PERPU adalah Peraturan Pemerintah yang diberi kewenangan sama dengan Undang-Undang (Indrati, 2007:191)

  3. Hukuman Hukuman atau tepatnya didefinisikan dengan pidana didefinisikan sebagai suatu penderitaan yang sengaja dijatuhkan atau diberikan oleh Negara kepada seseorang tau beberapa orang sebagai akibat hukum (sanksi) baginya atas perbuatan yang telah melanggar hukum pidana. (Chazawi, 2014:24)

  4. Kebiri Kebiri adalah tindakan bedah dan atau menggunakan bahan kimia yang bertujuan untuk menghilangkan fungsi testis pada jantan atau fungsi ovarium pada betina. Pengebirian dapat dilakukan baik pada hewan ataupun manusia. (Kamus Besar Bahasa Indonesia )

  5. Pedofilia

  Pedofilia adalah gangguan atau kelainan jiwa pada seseorang untuk bertindak

  dengan menjadikan anak-anak sebagai instrument atau sasaran dari tindakan itu, umumnya bentuk tindakan itu berupa pelampiasan nafsu seksual.Pedofilia adalah

  pedofilia berusia lebih dari 16 tahun dan minimal lima tahun lebih tua dari si anak.

  Individu dengan gangguan ini dapat tertarik pada anak laki-laki, perempuan atau keduanya, meskipun insiden aktivitas pedofilia hampir dua kali lebih mungkin diulang oleh orang-orang yang tertarik pada laki-laki. Individu dengan gangguan ini mengembangkan prosedur dan strategi untuk mendapatkan akses dan kepercayaan dari anak-anak. G.

Metode Penelitian

  Metode penelitian merupakan hal yang sangat penting.penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini merupakan penelitian pustaka (library research).Yaitu sebuah penelitian yang menggunakan informasi yang diperoleh dari buku-buku atau terbitan- terbitan resmi pemerintah (Saerozi, 2008:46).

  1. Jenis Pendekatan Penelitian Dalam melakukan penelitian ini penulis melakukan penelitian studi pustaka dengan menggunakan pendekatan yuridis-normatif, yaitu cara mendekati masalah yang diteliti dengan mendasarkan pada aturan perudang-undangan yang berlaku, yaitu Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan secara normatif yaitu dengen mendekati masalah yang akan qur’an, Hadist, Kaidah Fiqih, Serta pendapat ulama’ yang ada kaitannya dengan masalah hukuman Kebiri.

  2. Jenis dan Sumber Data

  a. Data Kualitatif Pada penelitian ini penulis menyajikan data secara kualitatif dimana data disajikan dalam bentuk kata-kata berdasarkan cara pandang sifat, dan mutu objek penelitian. Metode penelitian kualitatif menghasilkan data yang bersifat deskriptif berupa kata-kata tertulis dari objek yang diamati (Mahi, 2011:37).Sehingga data yang dikumpulkan bukan disajikan secara angka atau numerik.

  b. Sumber Data Pengumpulan data merupakan langkah riil yang sangat dibutuhkan sehubungan dengan referensi yang sesuai dengan objek. Dalam penyusunan ini dilakukan langkah-langkah mengambil sumber data sebagai berikut :

  1) Sumber Primer, yaitu bahan yang diambil dari aturan-aturan hukum yang mengikat sebagaimana hukum positif Indonesia yang diambil dari Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan hukum Islam yaitupada Al- qur’an, Hadist, Kaidah Fiqih, s erta pendapat ulama’ yang ada kaitannya dengan masalah hukuman Kebiri berhubungan dengan tema judul yang diangkat penulis, yaitu buku-buku literature , artikel, Koran dan hasil penelitian sebelunnya yang berhubungan dengan kekerasan seksual, pedofilia dan kebiri.

  c. Tehnik dan Pengumpulan Data Dalam tehnik penumpulan data yang telah diperoleh, penulis menggunakan teknik membaca, mencatat, mengutip dan mengumpulkan literature-literatur data yang berupa buku-buku, artikel, sumber hukum positif dan sumber hukum Islam kemudian peneliti mempelajari dan mengedit guna dijadikan bahan penelitian deskriptif.

  d. Analisis Data Dalam proses analisa data penulis kemudian melakukan tehnik deskriftif analitik guna memberikan suatu gambaran, melukiskan dan memaparkan hasil penelitian yaitu memaparkan pandangan hukum kebiri ditinjau dari sudut pandang fiqh jinayah Islam

  .

Sistematika Pembahasan

  Bab I:Pendahuluan terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, telaah pustaka, metode penelitian. Bab II: Tinjauan umum tentang pedofilia dan kebiri, yaitu memberi gambaran meliputi: Pengertian pedofilia, sejarah mengenai pedofilia, faktor penyebab pedofilia, akibat pedofilia terhadap korban, pedofilia sebagai perilaku kekerasan seksual anak, akibat dari pedofilia ,pengertian kebiri ,sejarah kebiri , efek dari kebiri ,teori pidana dan pemidanaan ,bentuk-bentuk kebiri dan Teori Hukum Pidana Islam (fiqh jinayah).

  Bab III: Berisi tentang gambaran tentang Perpu No. 1 tahun 2016 ,latar belakang dan dasar hukum diterbitkannya Perpu No.1 tahun 2016. Bab IV:Berisi tentang pembahasan yaitu tinjaun hukum Islam mengenai hukuman kebiri bagi pelaku pedofiliadan konsep hukuman pedofilmenurut hukum Islam.

  Bab V: Penutup yang merupakan bab terakhir dari skripsi ini yang berisi kesimpulan, saran.

Ketentuan Umum Tentang Pedofilia

  1. Pengertian Pedofilia Secara etimologis kata pedofilia berasal dari bahasa Yunani, yaitu paidophilia yang merupakan gabungan dari dua kata “pais” yang berarti anak- anak dan

  “philia”yang berarti cinta yang bersahabat atau "persahabatan". Dengan demikian pedofilia merupakan kepuasan seks yang didapatkan oleh seseorang dari hubungan seks dengan anak-anak (Irianto, 2010:101) .Dalam penggunaan populer,

  pedofilia berarti kepentingan seksual pada anak-anak atau tindakan pelecehan seksual terhadap anak, sering juga disebut kelakuan pedofilia.

  Sedang menurut kacamata medis, pedofilia didefinisikan sebagai gangguan kejiwaan pada orang dewasa atau remaja yang telah mulai dewasa (pribadi dengan usia 16 atau lebih tua) biasanya ditandai dengan suatu kepentingan seksual primer atau eksklusif pada anak prapuber (umumnya usia 13 tahun atau lebih muda, walaupun pubertas dapat bervariasi). Anak harus minimal lima tahun lebih muda dalam kasus pedofilia remaja (16 atau lebih tua) baru dapat diklasifikasikan sebagai pedofilia. Klasifikasi Penyakit Internasional (ICD) mendefinisikan pedofilia sebagai anak-anak pada usia pubertas atau pada masa prapubertas awal ( Dari Wikipedia

  bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas ) Aktivitas yang dilakukan oleh penderita pedofilia sangat bervariasi. Perilaku pedofilia meliputi tindakan selain bersenggama dengan anak, tetapi juga perilaku seperti mempertontonkan tubuh secara fulgar kepada anak, memperlihatkan video porno pada anak, melakukan aktivitas seksual pada anak dengan jari,mulut serta tindakan penetrasi lainnya. (www.growup-clinic.com)

  Meskipun gangguan pedofilia sebagian besar diperuntukkan pada pria, ada juga wanita yang menunjukkan gangguan tersebut. Tidak ada obat untuk pedofilia yang telah dikembangkan..Namun, terapi tertentu yang dapat mengurangi kejadian seseorang untuk melakukan perilaku pedofil.

  2. Sejarah Pedofilia

  Pedofilia pertama kali secara resmi diakui dan disebut pada akhir abad ke-

  19. Sebuah istilah erotica pedofilia pertama kali dikemukakanpada tahun 1886 oleh psikiater Wina Richard von Krafft Ebing dalam tulisannya yang berjudul

  Psychopathia Sexualis

  istilah ini muncul dalam bagian yang berjudul “Pelanggaran individu di bawah usia empat belas tahun”. (www.idkita.or.id) fenomena pedofilia terjadi pada abad 6 Masehi yang dikenal sebagai bentuk pejantanan yang dikaitkan dengan proses spiritual kepercayaan masyarakat.

  Kemudian hal itu menjadi perdebatan antara proses spiritual dan praktek erotisme sepeti halnya fenomena di negara kita yaitu warok dan gemblak yaitu proses pejantanan hubungan erotis antara warok (laki-laki dewasa) dan gemblak (anak- anak) dianggap wajar bagi masyarakat tertentu karena hal itu dipercaya mendatangkan kekuatan magis bagi si pelaku. Terlepas dari penilaian perilaku tersebut, pedofilia dianggap wajar pada suatu budaya masyarakat tertentu dan dalam budaya lain dianggap menyimpang begitu pula pada masa tertentupedofil dianggap baik dan dimasa yang berbeda dianggap kejahatan.(www.ubaya.ac.id)

  3. Faktor-faktor Penyebab Pedofilia Berkembang di Indonesia Di Indonesia, ulah pedofil yang menyodomi anak laki-laki dan kemudian membunuhnya ibarat fenomena gunung es. Dr.Bagong Suyanto secara garis besar merumuskan sejumlah faktor yang menyebabkan kenapa pedofilia makin marak di Indonesia (Suyanto, 2010:313):

  a. Pertama, berkaitan dengan ancaman hukuman yang sangat longgar dimana pelaku pedofil yang tertangkap dan diproses di pengadilan umumnya hanya diganjar hukuman kurungan dalam hitungan bulan, sehingga di mata para bejatnya. Di Indonesia, tidak hanya sekali dua kali para pedofil lolos dari perangkap hukum atau hanya dihukum ringan karena kemampuan mereka memanfaatkan celah-celah yang ada, dan menggunakan siasat money power( pengaruh uang berlimpah).

  b. Kedua, pengaruh pedofil asing yang mulai membangun jaringan pedofil yang merupakan kesempatan sekaligus daya tarik eksotisme anak-anak Indonesia.

  Incaran utama para pedofil adalah anak-anak miskin dan lugu , di mana berdasar pengalaman mudah ditaklukkan dengan iming-iming uang,kemewahan, bujuk rayu, fasilitas yang serba mewah, dan kasih sayang palsu.

  c. Ketiga, secara tidak langsung implikasi meluasnya gaya hidup permisif yang biasanya selalu menandai perkembangan daerah wisata global yang banyak dikunjungi wisatawan asing.Sebagaimana di Bali harus diakui imbas kemajuan pariwisata terkadang melahirkan sisi gelap yang liar. Kehidupan seks bebas berkembang pesat, peredaran narkotika makinluas, gigolo bermunculan di mana-mana, dan tidak mustahil ujung-ujungnya anak-anak ikut terjun dalam dunia gelap tersebut.

  d. Keempat, pengaruh jaringanpedofil yang semakin kuat dan rapi lintas Negara.

  Disinyalir para pedofil bukan hanya mengembangkan jaringan orang-orang mengembangkan cara mengubur jejaknya. Anak-anak yang menjadi korban selain dibunuh ada juga yang diculik dan dilarikan ke luar negeri yang disinyalir telah menjadi bagian dari sindikat perdagangan anak. Ditangan mafia

  pedofil anak-anak korban pedofil dijual ke pelanggan khusus lewat situs-situs porno yang menamplkan dan memperdagangkan gambar anak-anak telanjang.

  Bahkan pada 2001 pernah terbongkar situs porno anak yang dikelola Thomas Reedy di Forth Worth, Texas yang rupanya telah lama menjalin kerja sama dengan orang Indonesia Dengan maraknya kasus pedofilia di Indonesia, maka pemerintah menetapkan satu hukuman yang berat yaitu hukuman kebiri.

  4. Pedofilia sebagai Perilaku Kekerasan Seksual terhadap Anak

  Pedofilia merupakan salah satu tindak kekerasan seksual terhadap anak

  (chilid abuse). Beberapa tindakan kekerasanseksual terhadap anak sebagaimana di golongkan oleh Resna dan Darmawan adalah tindakan pemerkosaan, Incest, dan eksploitasi anak yang bertujuan untuk industri pornografi anak.Istilah kekerasan seksual berasal dari bahasa Inggris Sexual Hardness, dalam bahasa Inggris kata

  hardness mempunyai arti kekerasan,tidak menyenangkan, dan tidak

  bebas.Sementara kata sexual mempunyai arti sesuatu yang berkaitan dengan seksualitas.Sehingga istilah sexual hardness berarti perbuatan seksual yang tidak menyenangkan dan tidak bebas.(Kamus Bahasa Inggris-Indonesia) Walaupun kekerasan anak terus terjadi sebenarnyaupaya Pemerintah

  Indonesia melindungi anak telah dilakukan ,diantaranya perlindungan hukum dalamKUHP yang telah mengatur tentang Perlindungan Hukum terhadap anak dari kekerasan seksual yaitu :

  a) Menjaga Kesopanan Anak

  Pasal 283 Ayat (2) KUHP “Diancam dengan pidana yang sama, barangsiapa membacakan isi tulisan yang melanggar kesusilaan di muka orang yang belum dewasa sebagaimana di maksud dalam ayat yang lalu, jika isi tadi telah diketahuinya.”

  b) Larangan Bersetubuh dengan Anak

  Pasal 287 Ayat (1) KUHP “Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan, padahal diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya bahwa umurnya belum lima belas tahun, atau kalu umurnya tidak jelas, bahwa belum waktunya untuk dikawin, diancam denagn pidana penjara paling lama sembilan tahun.

  ”

  c) Larangan Berbuat Cabul dengan Anak

  Pasal 290 Ayat (2) KUHP Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun : “Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang padahal diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya bahwa umurnya belum lima belas tahun atau kalau umurnya tidak jelas, yang bersangkutan belum waktunya untuk dikawin.”

  “Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan anaknya,tirinya, anak angkatnya, anak dibawah pengawasannya yang belum dewasa, atau dengan orang yang belum dewasa yang pemeliharaannya, pendidikan atau penjagaannya dia-nya belum dewasa, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.”

  Pasal 295 Ayat (1) “diancam: i. Dengan pidana penjara paling lama lima tahun barang siapa dengan sengaja menyebabkan atau memudahkan dilakukannya perbuatan cabul oleh anaknya,anak tirinya,anak angkatnya atau anak di bawah pengawasannya yang belum dewasa, atau oleh orang yang belum dewasa yang pemeliharaanya, pendidikan atau penjagaannya diserahkan kepadanya, ataupun oleh bujangnya atau bawahannya yang belum cukup umur dengan orang lain.

  ”n ii. Dengan pidana penjara paling lama empat tahun, barang siapa dengan sengaja menghubungkn atau memudahkan perbuatan cabul, kecuali yang tersebut dalam butir 1 diatas, yang dilakukan oleh orang yang diketahuinya belum dewasa atau yang sepatutnya harus diduganya demikian,dengan orang lain.”

  5. Akibat tindakan Pedofilia terhadap Korban

  Pedofilia sebagaimana salah satu penyakit seks yang menyimpang

  merupakan bentuk penyakit yang sangat berbahaya terutama kepada korbannya langsung yaitu anak. Sebagai korban, anak akan merasakan efek secara jangka panjang dan jangka pendek, masa kanak-kanak mereka yang menyenangkan , bebas bermain, berkreasi, dan penuh imajinasi hancur seketika ketika mereka dimangsa oleh predator anak yaitu seorang pedofil. Pelaku pedofil yang memaksa anak-anak mental dan fisik. Sebagaimana akibatnya adalah sebagai berikut :

  a. Anak-anak yang dipaksa berhubungan seks baik pada alat kelamin dan anusnya akan menimbulkan luka dan akan menjadi siksaan yang luar biasa karena usia mereka organ vital dan hormone belum tumbuh dan berkembang secara sempurna. (www.terapipsikologi.com) b. Resiko penularan penyakit HIV, AIDS dan penyakit lainnya dikarenakan pelaku pedofilia adalah orang yang sering melakukan seks menyimpang dengan multi korba

  c. Anak korban pedofilia akan menderita gangguan kejiwaan seperti depresi, kegelisahan, tak berani tidur sendiri,sering menggigau serta berteriak-teriak yang tak jelas (Majalah Tempo, 2014:93)

  d. Pasca dilakukannya tindakan pedofil, anak akan demam karena luka yang disebabkan hubungan kelaminyang dipaksakan oleh pedofi l.

  

  e. Anak yang depresi secara langsung berdampak negative pada interaksi sosialnya dan sekaligus kemampuan intelektualya. Seakan akan anak merasa terasing dari teman sebayanya