BAB 3 DASAR TEORI 3.1 Konsep Kedokteran Konvensional 3.1.1 Deskripsi Asma - PENANGANAN ASMA MENGGUNAKAN METODE AKUPUNKTUR PADA TITIK FEISHU (BL13), CHIZE (LU5), DAN ZUSANLI (ST36) SERTA INFUSA HERBA PATIKAN KEBO (Euphorbia hirta Lin.) DAN INFUSA HERBA MEN

BAB 3 DASAR TEORI

3.1 Konsep Kedokteran Konvensional

3.1.1 Deskripsi Asma

  Penyakit asma merupakan proses inflamasi kronik saluran pernapasan yang melibatkan banyak sel dan elemennya. Proses inflamasi kronik ini menyebabkan saluran pernapasan menjadi hiperesponsif, sehingga memudahkan terjadinya bronkokonstriksi, edema dan hipersekresi kelenjar, yang menghasilkan pembatasan aliran udara di saluran pernapasan dengan manifestasi klinik yang bersifat periodik berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk-batuk terutama malam hari atau dini hari/subuh. Gejala ini berhubungan dengan luasnya inflamasi, yang derajatnya bervariasi dan bersifat reversibel secara spontan maupun dengan atau tanpa pengobatan (GINA, 2011).

  Menurut Nelson (2007) asma didefinisikan sebagai penyakit inflamasi kronis yang terjadi di salur pernafasan sehingga menyebabkan penyempitan pada salur pernafasan tersebut. Asma merupakan sindrom yang kompleks dengan karakteristik obstruksi jalan nafas, hiperresponsif bronkus dan inflamasi pada salur pernafasan (Busse dan Lemanske, 2001). Sedangkan menurut National

  

Heart Lung and Blood Institute (NHLBI, 2007), pada individu yang rentan,

  gejala asma berhubungan dengan inflamasi yang akan menyebabkan obstruksi

3.1.2 Etiologi Asma

  Menurut Patino dan Martinez (2001) faktor lingkungan dan faktor genetik memainkan peran terhadap kejadian asma. Menurut Corne et al. (2002) paparan terhadap infeksi juga bisa menjadi pencetus kepada asma. Infeksi virus terutama rhinovirus yang menyebabkan simptom infeksi saluran pernafasan bagian atas memicu kepada eksaserbasi asma.

  Beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asma bronkhial : A. Faktor predisposisi

  1. Genetik

  Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi.

  B. Faktor presipitasi

  1. Alergen

  Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

  a. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan contoh: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi b. Ingestan, yang masuk melalui mulut

  2. Perubahan cuaca

  Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfer yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma.

  3. Stres

  Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada.

  4. Lingkungan kerja

  Lingkungan kerja mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.

  5. Olah raga/aktifitas jasmani yang berat

  Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau olah raga yang berat. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

3.1.3 Patofisiologi Asma

  Asma merupakan inflamasi kronik saluran napas. Berbagai sel inflamasi berperan terutamma sel mast, eosinofil, sel limfosit T, makrofag, neutrofil, dan sel epitel. Faktor lingkungan dan berbagai faktor lain berperan sebagai penyebab Inflamasi dapat ditemukan pada berbagai bentuk asma seperti asma alergik, asma nonalergik, asma kerja, dan asma yang dicetuskan aspirin (PDPI, 2006).

  Penyempitan saluran napas yang terjadi pada pasien asma merupakan suatu hal yang kompleks. Hal ini terjadi karena lepasnya mediator dari sel mast yang banyak ditemukan di permukaan mukosa bronkus, lumen jalan napas dan di bawah membran basal. Bermacam faktor pencetus dapat mengaktifkan sel mast.

  Selain sel mast, sel lain yang juga dapat melepaskan mediator adalah sel makrofag alveolar, eosinofil, sel epitel jalan napas, neutrofil, platelet, limfosit dan monosit. Inhalasi alergen akan mengaktifkan sel mast intralumen, makrofag alveolar, nervus vagus dan mungkin juga epitel saluran napas (Nelson, 2007).

3.1.4 Diagnosa dan Klasifikasi Asma

  Diagnosis asma adalah berdasarkan gejala yang bersifat episodik, pemeriksaan fisiknya dijumpai napas menjadi cepat dan dangkal dan terdengar bunyi mengi pada pemeriksaan.dada (pada serangan sangat berat biasanya tidak lagi terdengar mengi, karena pasien sudah lelah untuk bernapas). Selain itu, cukup penting untuk pemeriksaan fungsi paru yang dapat diperiksa dengan spirometri atau peak expiratory flow meter (Depkes RI, 2007).

  Mengukur status alergi dapat membantu identifikasi faktor risiko. Pada penderita dengan gejala konsisten tetapi fungsi paru normal, pengukuran respon dapat membantu diagnosis. Asma diklasifikasikan menurut derajat berat, namun

Tabel 3.1 Klasifikasi derajat berat asma berdasarkan gejala.

  Derajat Asma Gejala Gejala malam Faal paru

  I. Intermiten Bulanan APE ≥ 80 %  Gejala kurang dari 1  Kurang lebih 2 kali  VEP1 lebih kurang kali per minggu sebulan 80 % nilai prediksi  Tanpa gejala di luar  APE lebih kurang serangan 80 % nilai terbaik  Serangan singkat  Variabilitas APE kurang dari 20 %

  II. Persisten Mingguan APE ≥ 80 % Ringan

   Gejala lebih dari 1  lebih dari 2 kali  VEP1 lebih kurang kali per minggu, sebulan 80 % nilai prediksi tetapi kurang dari 1  APE lebih kurang kali per hari 80 % nilai terbaik

   Serangan dapat  Variabilitas APE 20 mengganggu

  • 30 % aktivitas dan tidur

  II. Persisten Harian APE 60 - 80 % Sedang

   Gejala setiap hari  lebih dari 1 kali  VEP1 60 - 80 % per seminggu nilai prediksi  Serangan mengganggu

   APE 60 - 80 % nilai aktivitas dan tidur terbaik  Membutuhkan  Variabilitas APE bronkodilator setiap lebih dari 30 % hari

  III. Persisten Lanjutan APE ≤ 60% Berat

   Gejala terus menerus  Sering  VEP1 kurang lebih 60 % nilai prediksi  Sering kambuh

   APE kurang lebih  Aktivitas fisik 60 % nilai terbaik terbatas

   Variabilitas APE lebih dari 30 % Klasifikasi Asma berdasarkan etiologi : b. Asma intrinsik, asma intrinsik adalah asma yang tidak responsif terhadap pemicu yang berasal dari allergen. Asma ini disebabkan oleh stres, infeksi dan kondisi lingkungan yang buruk seperti kelembaban, suhu, polusi udara, dan asktivitas olahraga yang berat (Purnomo, 2008)

3.1.5 Penatalaksanaan Asma

  Pengobatan pada asma dapat dibagi menjadi 2, yaitu :

  1. Pengobatan non-farmakologis a. Memberikan edukasi pada pasien.

  b. Pengukuran flow peak meter.

  c. Identifikasi dan mengndalikan fakrot pencetus.

  d. Pemberian oksigen.

  e. Banyak minum untuk menghindari dehidrasi.

  f. Kontrol secara teratur.

  g. Pola hidup sehat (Depkes RI, 2007).

  2. Pengobatan farmakologis Obat asma digunakan untuk menghilangkan dan mencegah timbulnya gejala dan obstruksi saluran pernafasan. Pada saat ini obat asma dibedakan dalam dua kelompok besar yaitu reliever dan controller. Reliever adalah obat yang cepat menghilangkan gejala asma yaitu obstruksi saluran napas. Controller adalah obat yang digunakan untuk mengendalikan asma yang persisten. Obat yang termasuk obat anti inflamasi seperti kortikosteroid, natrium kromoglikat, natrium nedokromil, dan antihistamin aksi lambat.

3.1.6 Penggunaan Peak Flow Meters

  Peak flow meter adalah perangkat genggam kecil yang digunakan untuk

  mengukur seberapa cepat seseorang dapat meniup udara keluar dari paru-paru ketika melakukan pernapasan secara kuat, setelah proses inhalasi maksimum.

  Pengukuran ini disebut arus puncak ekspirasi (APE). Hasil APE dapat memantau adanya perubahan yang bersifat obstruktif pada sistem pernapasan (Adeniyi dan Erhabor, 2011).

  1. Tata cara penggunaan peak flow meters

  a. Pastikan tanda panah berada pada angka 0 atau angka terkecil dari peak flow meter.

  b. Posisi tubuh berdiri tegak dan pastikan pasien tidak sedang mengunyah makanan apapun di dalam mulut. kemudian tarik napas dalam-dalam dan letakkan bagian ujung peak flow meter ke mulut pasien. Tutup bibir sekuat mungkin dan jauhkan lidah dari ujung peak flow meter. Tiupkan napas sekuat mungkin hingga pasien dapat merasakan tidak ada udara lagi pada paru-paru.

  c. Perhatikan gerakan petunjuk angka pada peak flow meter.

  d. Ulangi langkah kerja sebanyak 3 kali dan pastikan petunjuk angka di peak flow meter menunjukkan angka yang hampir sama.

  2. Rumus yang digunakan untuk menilai derajat pengukuran peak flow meters : x100% Keterangan : A= Nilai tertinggi dari tiupan penderita asma.

  B= Nilai tertinggi dari hitungan peak flow meter.

  a. Green zone (Zona Hijau) : Peak flow antara 80-100% dari kondisi terbaik pasien. Merupakan zona yang aman. Pasien dapat beraktivitas normal dan tidur yang nyenyak. Pasien perlu melanjutkan perawatan rutin bila diperlukan atau menggunakan reguler inhaler.

  b. Yellow zone (Zona kuning) : Peak flow antara 50-79% dari kondisi terbaik pasien, ini merupakan kondisi waspada. Asma mungkin akan bertambah parah. Pasien akan mengalami gejala batuk, sesak nafas, susah tidur, atau aktivitas terganggu. Pasien harus mengambil tindakan untuk mengontrol dan membutuhkan pengobatan yang di rekomendasikan oleh dokter.

  c. Red Zone (Zona merah) : Peak flow kurang dari 50% dari kondisi terbaik pasien, ini merupakan kondisi gawat darurat. Pasien mengalami batuk, dysponeic dan mengalami susah tidur dengan frekuensi sering terbangun saat malam lebih sering. Pasien juga akan mengalami kesusahan dalam sekali tarikan napas. Pasien harus menggunakan obat yang memiliki aksi cepat seperti β-2 agonist dan dengan steroid oral. Pasien harus capai. Jika suatu saat tiupan kurang dari 80% dari angka tertinggi dipastikan pasien berada pada zona kuning dan jika kurang dari 50% pasien berada pada zona merah (Adeniyi dan Erhabor, 2011).

  3. Penilaian Peak Flow Meter Berdasarkan Umur dan Tinggi Badan

Gambar 3.1 Kurva pengukuran peak flow meter berdasarkan umur dan tinggi badan (GINA, 2009).

  Gambar kurva merupakan standar penilaian berdasarkan umur dan tinggi badan, kurva ini berguna untuk mengukur penilaian minimal dan maksimal jumlah tiupan kerja paru menggunakan peak flow meter (Adeniyi, 2011).

3.2 Konsep Kedokteran Timur

3.2.1 Teori Yin Yang

  Teori Yin dan Yang menyatakan, segala sesuatu yang berada di alam semesta dibentuk, dilahirkan, bergerak, berkembang, dan berubah karena

Gambar 3.2. Simbol Yin Yang (wikipedia)

  Hal itu menyatakan, segala sesuatu yang berada di alam semesta ini pasti terdapat aspek Yin dan aspek Yang. Di antara Yin dan Yang selain terdapat hubungan saling bertentangan, juga mempunyai hubungan saling mengandalkan, saling menarik, dan saling membentuk, serta pada kondisi tertentu dapat berubah dari satu aspek ke aspek lawannya (Jie, 1997).

  Yin Yang tidak hanya bertentangan dan berlawanan, tetapi masing-masing aspek mempunyai ciri dan sifatnya. Api dan air merupakan bukti yang digunakan untuk mengategorikan benda yang bersifat Yin dan Yang. Pada umumnya, semua benda atau fenomena yang mempunyai sifat panas, agitasi, menjulang ke atas, terang, menyebar, dan cenderung berlebihan dianggap memiliki sifat api sehingga digolongkan ke dalam Yang. Sedangkan, semua benda dan fenomena yang mempunyai sift dingin, redup, diam, menurun, mengecilkan, dan cenderung kekurangan digolongkan ke dalam Yin. Menurut kriteria tersebut, semua benda dan fenomena dapat dikategorikan dalam Yin dan Yang. Oleh karena itu, Yin

  Dalam ilmu pengobatan Cina teori Yin dn Yang mendasari segala aspek, merupakan dasar pemikiran dan dasar cara penggunaan pikiran. Teori Yin dan Yang dijelaskan dan dinilai keadaan lingkungan, penegakkan diagnosis, cara terapi dan penilaian prognosis (San, 1985).

3.2.2 Teori Lima Unsur (Wu Xing)

  Teori lima unsur, bersama dengan teori Yin dan Yang menjadi satu yang diaplikasikan menjadi komponen yang penting dalam teori TCM.

  

KAYU

AIR API

LOGAM TANAH

Gambar 3.3 Simbol lima unsur

  Di China, “Wu” berarti lima kategori dari benda di alam antara lain kayu, api, tanah, logam, dan air, “Xing” berarti pergerakan dan perubahan. Sehingga lima unsur atau “Wu Xing” berarti pergerakan dan perubahan dari kelima unsur dan juga hubungan timbal-baliknya (Yanfu, 2000).

  Lima unsur memiliki sifat masing-masing. Mereka berhubungan satu sama lain dan bekerja untuk satu sama lain. Interaksi antara lima unsur bisa bersifat menghidupkan-membatasi. Serta hubungan yang berifat abnormal yaitu hubungan penindasan dan hubungan penghinaan (Yanfu, 2002).

Tabel 3.2 Daftar penggolongan sejenis Wu Xing (San, 1985)

  Wu Xing Kayu Api Tanah Logam Air

  Arah Timur Selatan Tengah Barat Utara

Lima Hawa Angin Panas Lembab Kering Dingin

Udara

  

Perjalanan Lahir Tumbuh Dewasa Layu Mati

Hidup Zang Hati Jantung Limpa Paru-paru Ginjal Fu Kandung Usus Kecil Lambung Usus Kandung

  Empedu Besar Kemih

  Panca Mata Lidah Mulut Hidung Telinga Indera

Jaringan Tendon Pembuluh Otot Kulit, bulu Tulang

Tubuh Darah

  Emosi Marah Gembira Berpikir Kuatir, Takut

  sedih

  Warna Hijau Merah Kuning Putih Hitam Rasa Asam Pahit Manis Pedas Asin Suara Menjerit Tertawa Menyanyi Menangis Merintih

3.2.3 Teori Fenomena Organ

  Teori fenomena organ adalah teori yang berisi tentang fungsi fisiologis dan perubahan patologis. Inti dari teori fenomena organ ialah mempelajari fenomena dari organ Zang dan organ Fu. Teori Zang-Fu merupakan istilah yang umum untuk organ dalam tubuh yang dibagi menjadi dua kategori yakni 5 organ

  

Zang dan 6 organ Fu. Lima organ Zang meliputi jantung, hati, limpa, paru, dan

  ginjal. Serta organ Fu kandung empedu, lambung, usus kecil, usus besar,

  A. Paru (Fei) Paru-paru terletak di rongga dada, kedudukan paru-paru berada di tempat paling ataas di antara semua Zang-Fu, karena itu paru dijuluki mahkota dari semua Zang-Fu (Jie, 1997).

  1. Bernapas dan menguasai Qi seluruh tubuh Yaitu befungsi untuk menghirup udara bersih yang mengandung oksigen, yang kemudian disusul dengan mengeluarkan udara kotor. Dalam fungsinya menguasai Qi seluruh tubuh. Paru-paru mendapatkan dari menghirup Qi di alam semesta dan menerima dari makanan dan minuman.

  2. Mengatur dan menyalurkan Jin Ye Mengatur Jin Ye yang disalurkan ke seluruh tubuh serta membuang limbahnya yang berupa keringat dan air seni.

  3. Menguasai kulit dan bulu roma Berfungsi untuk melindungi tubuh dari serangan patogen luar, mengekskresi keringat serta memlihara kelembaban kulit.

  4. Berhubungan dengan dunia luar melalui hidung dan menguasai suara Berfungsi untuk menyalurkan udara dan pengeluaran suara. Demikian hidung yang berfungsi menyalurkan udara dan mencium (Jie, 1997).

  B. Limpa (Pi) Limpa bertempat di daerah abdomen, menguasai pencernaan dan penyerapan.

  1. Menguasai transportasi dan transformasi Yaitu transportasi dan transformasi Jing makanan dan minuman serta transportasi dan transformasi Jin Ye.

  2. Membimbing darah Limpa berguna sebagai pengontrol sirkulasi darah agar tetap di dalam pembuluh darah dan mencegah keluarnya darah dari pembuluh darah.

  3. Menguasai otot dan anggota badan Limpa menguasai otot dan anggota badan, karena keduanya bergantung pada nutrisi yang di transportasi dan ditransformasikan oleh limpa.

  4. Berpintu pada mulut Mulut merupakan titik utama masuknya makanan yang selanjutnya akan dicerna. Sehingga bila fungsi limpa dapat terlihat dari manifestasi mulut

  (Yanfu, 2002).

3.2.4 Delapan Dasar Diagnosa

  Delapan dasar diagnosis ini sesungguhnya hanyalah dua Dasar Diagnosis saja, yaitu dasar diagnosa Yin dan Dasar Diagnosa Yang. Keenam dasar diagnosis lainya merupakan diferensiasi dari kedua dasar diagnosis Yin dan Yang. Dasar diagnosis Yin dideferensiasikan menjadi dasar diagnosis dalam (Li), dasar diagnosa dingin (Han) dan dasar diagnosis Xu (defisiensi). Dasar diagnosis Yang dideferensiasikan menjadi dasar diagnosis luar (Biao), dasar diagnosis panas (Re),

  3.2.5 Deskripsi Asma

  Menurut Traditional Chinese Medicine, asma biasanya disebabkan oleh disfungsi paru, limpa, dan ginjal disebabkan oleh faktor eksogen. Asma bronchial di kategorikan sebagai “Xiao” yang berarti napas yang berbunyi dan “Chuan” berarti napas yang memburu. Manifestasi klinisnya adalah dispnea paroksimal dan bernapas dengan mengeluarkan suara “mengi”. Pasien biasanya memiliki alergi dan riwayat keluarga. Penyebab bisa karena diet yang tidak tepat, terluka karena emosional, atau terlalu melelahkan sehingga bisa menyebabkan dahak pada interior. Dahak yang terpendam dapat disebabkan oleh iklim yang berubah, menimbulkan dahak dengan obstruksi Qi yang menganggu trakea dan menyebabkan asma. Oleh karena itu, akan meningkatkan dan menganggu bronchii. Asma akan menghasilkan Defisiensi Paru, limpa, dan ginjal, atau juga di jantung yang membawa kondisi kritis (Yin G, 2000).

  3.2.5 Etiologi dan Patologi Dalam TCM, ada banyak faktor yang dapat memicu terjadinya asma.

  1. Faktor patogen eksternal, seperti dingin atau panas biasanya menyebabkan asma. Paru yang mendominasi qi dan manifestasi pada kulit. Jika paru diserang, maka fungsi paru untuk mengatur cairan akan menjadi terganggu, cairan mulai stagnan dan dahak mulai terbentuk. Serangan asma akibat faktor patogen eksternal sering terjadi ketika suhu dingin atau jika ada perubahan

  2. Faktor diet juga dapat memicu serangan asma. Bahan makanan yang dingin dapat melukai limpa dan cenderung memberikan kontribusi pada stagnasi sirkulasi cairan dan peningkatan produksi lendir. Makanan berat, manis dan berminyak cenderung membuat dahak dan panas dalam tubuh (Chen, 2000).

  Penyebab lain yang dapat memicu terjadinya asma. Seperti kelemahan kongenital, penyakit kronis dan gangguan emosional. Pada penderita anak-anak biasanya memiliki bawaan defisiensi Qi ginjal. Di sisi lain pada penyakit kronis, seperti pasien dengan batuk kronis dan berulang dingin atau flu, cenderung memiliki kelemahan pada paru (Chen, 2000).

3.2.5 Differensiasi Sindrom

  Berikut ini adalah differensiasi sindrom pada asma :

  1. Dahak Dingin Manifestasi : Asma, napas pendek, dyspnea, penuh dan sesak dalam dada, batuk dengan selaput putih dan lengket atau tipis dan dahak berbuih. Lidah berselaput putih dan lengket. Nadi mengambang dan tegang. Prinsip terapi : Menghilangkan dingin dan angin, mengubah dahak dan menghentikan asma.

  Pemilihan titik : BL-12 Fengmen, BL-13 Feishu, RN-22 Tiantu, RN-17 Danzhong, LU-5 Chize, LU-9 Taiyuan.

  2. Dahak Panas mudah marah. Lidah berwarna merah dengan selaput kuning dan lengket. Denyut nadi halus dan cepat. Prinsip terapi : Menghilangkan panas dari paru dan mentransformasi dahak dan menghentikan asma.

  Pemilihan titik : BL-13 Feishu, LU-7 Lieque, RN-22 Tiantu, RN-17 Danzhong, ST-40 Fenglong, LU-5 Chize, LI-4 Hegu.

  3. Defisiensi Qi Paru dan Limpa Manifestasi : Asma, napas pendek, napas pendek dengan tenaga, batuk dengan dahak encer, berkeringat, tidak suka dingin, tidak nafsu makan, diare.

  Lidah berwarna pucat dengan selaput putih lengket. Denyut nadi lembut dan tegang.

  Prinsip terapi : Menguatkan paru dan limpa, mentransformasi dahak dan menghentikan asma.

  Pemilihan titik : BL-13 Feishu, BL-20 Pishu, BL-43 Gaohuang, RN-17 Danzhong, RN-6 Qihai, ST-36 Zusanli, LU-9 Taiyuan, SP-3 Taibai.

  4. Defisiensi Yang Paru dan Ginjal Manifestasi : Asma, napas pendek, napas pendek dengan tenaga, berkeringat, tidak suka dingin, urine berbau, edema, anggota badan dingin, pilek dan kelemahan pada bagian tubuh bawah dan lutut. Lidah berwarna pucat dan otot besar dengan selaput putih dan lengket. Denyut nadi dalam dan lemah.

  Pemilihan titik : BL-13 Feishu, BL-23 Shenshu, RN-4 Guanyuan, RN-6 Qihai, ST-36 Zusanli, RN-22 Tiantu. (Yin, 2000).

3.2.6 Terapi Akupunktur

  Terapi akupunktur yang digunakan menggunakan teknik tonifikasi digunakan untuk memperkuat Qi limpa dan paru, memperkuat Qi pertahanan tubuh, transportasi lembab dan menghentikan asma.

  1. Feishu (BL13) Merupakan titik Shu-belakang paru. Titik ini tempat berkumpulnya Qi paru.

  Titik ini dapat meningkatkan kerja paru sebagai regulasi dan meningkatkan kerja fungsi Qi, dan meregulasi pertahanan Qi dan menutrisi Qi (Yin, 2000).

  Lokasi : Pada punggung dibawah processus spinosus vertebra 3 dan 1,5 cun lateral mediana posterior (Yin, 2000).

  Penusukan : Penusukan miring 45 kearah tulang belakang 0,5 – 0,7 cun, atau penusukan melintang miring 1 – 1,5 cun (Yin, 2000).

Gambar 3.4 Titik Feishu (BL13) (Deadman, 2001).

  2. Chize (LU5)

  Lokasi : Pada lipatan siku, sisi radial tendon biceps brachii Penusukan : Penusukan tegak lurus 0,5 – 1 cun (Yin, 2000).

Gambar 3.5 Titik Chize (LU5) (Deadman, 2001).

  3. Zusanli (ST36) Merupakan titik He lambung berfungsi sebagai tonifikai Qi dan darah, mengatur nutrisi, sebagai qi pertahanan, memecahkan dahak, mengusir lembab dengan menaikkan unsur Yang (Yin, 2000). Lokasi : Dibawah lutut, 3 cun dibawah Dubai ST35, luasnya satu jari lateral puncak anterior tibia (Deadman, 2001).

  Penusukan : Penusukan tegak lurus 1 sampai 1,5 cun (Deadman, 2001).

Gambar 3.6 Titik Zusanli (ST36) (Deadman, 2001).

3.3 Terapi Herbal

3.3.1 Patikan Kebo (Euphorbia hirta Lin)

Gambar 3.8 Patikan kebo (Euphorbia hirta)

  

  1. Klasifikasi tanaman

  Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Bangsa : Euphorbiales Suku : Euphorbiaceae Marga : Euphorbia Jenis : Euphorbia hirta Lin (Depkes RI, 2001)

  2. Nama lokal

  Nama daerah dari patikan kebo adalah daun biji kacang (Sumatera), nanangkaan (Sunda), gendong anak (Jakarta), patikan kebo (Jawa), kaksekakan (Madura), sosonanga (Maluku), isu maibi (Ternate) (Depkes RI, 2001).

  3. Morfologi tanaman

  Patikan kebo merupakan tumbuhan gulma, terna, tegak dengan tinggi 6 cm sampai 60 cm, batang berambut, percabangan selalu keluar dari dekat pangkal batang dan tumbuh lurus ke atas, akar tunggang dan jarang yang tumbuh mendatar dengan permukaan tanah (Ditjen POM, 1978).

  Patikan kebo (Euphorbia hirta) berbatang lunak, beruas, berbulu, dan bergetah putih. Warna batangnya adalah hijau kecoklatan. Daun Patikan kebo mepunyai bentuk bulat memanjang dengan taji-taji. Tepi daun bergerigi. Panjang helaian daun mencapai 50 mm dan lebarnya 25 mm. Daunnya yang gampang rapuh berwarna hijau atau hijau kelabu. Perbungaan bentuk bola keluar dan ketiak daun bergagang pendek, berwarna merah kecokelatan. Bunga mempunyai susunan satu bunga betina dikelilingi oleh lima bunga yang masing-masing terdiri atas empat bunga jantan dan satu bunga betina (Kartasapoetra, 2004).

  4. Kandungan tanaman

  Pada bagian seluruh tanaman mengandung Afzelin, quercitrin, myricitrin, rutin, quercitin, euphorbin-A, euphorbin-B, euphorbin-C, euphorbin-D, 2, 4, 6-tri O-galloyl-β-d-glukosa, 1,3,4,6-tetra O-galloyl-β-d-glukosa, kaempferol, asam galat, asam protocatechuic, β-Amirin, 24 methylenecycloartenol, β- sitosterol, heptacosane, nonacosane, asam shikmic, tinyatoxin, kolin, camphol, rhamnose dan asam chtolphenolic.

5. Efek farmakologis

  Anti-allergi Data penelitian yang ditemukan menunjukkan patikan kebo memiliki komponen aktif yang dapat mencegah serangan asma yang mungkin berasal dari kandungan Quercitrin. Ekstrak etanol patikan kebo signifikan mencegah aktivitas akumulasi eosinofil dan eosinofil peroksidase yang mengurangi kadar protein dalam cairan bronchoalveolar lavage dalam model asma ringan (Singh et al, 2006).

  Ekstrak etanol dari tanaman patikan kebo ditemukan memeliki aktivitas anti- anafilaksik pasif dan aktif pada tikus. Efek penekanan Euphorbia hirta diamati pelepasan TNF-a dan IL-6 dari anti-DNP telah diaktifkan tikus sel mast peritoneum. Temuan dari penelitian ini jelas menetetapkan penggunaan tradisional herbal patikan kebo dapat mengatasi hiperaktivitas Tipe 1 (Youssouf

  

et al., 2007). Penelitian menunjukkan bahwa 90% dari ekstrak etanol dari seluruh

  tanaman Euphorbia hirta memeliki kegiatan signifikan untuk mencegah reaksi awal dan akhir yang disebabkan oleh antihistamin, antiinflamasi, dan memilik sifat imunosupresan. Selain itu, etanol yang diekstrak Ephorbia hirta dapat mencegah dan mengobati tikus anafilaksik (Youssouf et al., 2007: singh et al., 2006). tanda-tanda toksistas atau kematian. Dalam dosis berulang selama 90 hari dengan dosis 50mg/kg, 250mg/kg, dan 1000mg/kg/hari secara oral, ekstrak

  

Euphorbia hirta per berat badan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan

  (P>0,05) dalam makanan dan minuman yang dikonsumsi dan perubahan berat badan. Pemeriksaan Macropathology dan histopatologi dari semua organ termasuk hati tidak terjadi perubahan morfologi. kesimpulan bahwa pemberian oral jangka panjang Euphorbia hirta ekstrak selama 90 hari tidak menyebabkan toksisitas sub-kronis (Kwan Yuet Ping, 2013).

  7. Peringatan

  Penggunaan ekstrak pertama kali dapat menimbulkan efek depresan dan mengiritasi mukosa lambung. Penggunaan jangka waktu lama atau pemakaian dalam dosis besar berbahaya bagi jantung (Sedyaningsih, 2011).

  8. Dosis

  Dosis sediaan segar adalah 15 gram, dijadikan 3 gram dalam sediaan simplisia. Herba meniran diminum 2-3 kali sehari (Depkes RI. 1993)

3.3.2 Meniran (Phyllanthus niruri L)

  1. Klasifikasi tanaman

  Divisi : Magnoliophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Magnoliopsida (Dicotyledoneae) Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Phyllanthus (L) Murr.

  Spesies : Phyllanthus niruri L. (Herbal Guides, 2008)

  2. Nama Lokal

  Nama daerah dari herba meniran adalah meniran ijo (jawa), memeniran (sunda), Maluku: gosau cau, hsieh hsia chu (Dalimarta 2000).

  3. Morfologi Tanaman

  Meniran (Phyllanthus niruri L.) merupakan tumbuhan terna semusim, tumbuh tegak, bercabang-cabang, tinggi 30-50 cm. Batang bulat, liat, tidak berbulu, licin, hijau pucat, diameter ± 3 mm, bagian bawah batang berwarna kecokelatan dan cabangnya hijau pucat (Damle, 2008; Herbal Guides, 2008).

  Daun majemuk berseling, warna hijau, anak daun 15-24 helai, bulat telur, tepi rata, pangkal membulat, ujung tumpul, panjang sekitar 1,5 cm, lebar sekitar 7 mm. Dalam 1 tanaman ada bunga betina dan bunga jantan. Bunga jantan keluar di bawah ketiak daun, sedangkan bunga betina keluar di atas ketiak daun, bunga Biji kecil, keras, bentuk ginjal, cokelat (Damle, 2008; Indonesian Hospital Association, 2004).

  4. Kandungan Tanaman

  Berbagai macam bahan organik telah ditemukan dalam herba meniran (Phyllantus niruri L.). Beberapa golongan zat utama yang terkandung adalah lignan, tanin, polifenol, alkaloid, flavonoid, terpenoid dan steroid (Murugaiyah, 2008; Taylor, 2003).

  5. Efek farmakologis

  Menaikkan sistem kekebalan tubuh Sebuah penelitian eksperimental laboratorik pada mencit oleh Maat (1996) menunjukan bahwa meniran mempunyai efek terhadap respon imun spesifik maupun nonspesifik. Efeknya terhadap respon imun nonspesifik yaitu meningkatkan fagositosis dan kemotaksis makrofag, kemotaksis neutrofil, sitotoksisitas sel NK dan aktifitas hemolisis komplemen. Sedangkan terhadap respon imun spesifik, pemberian ekstrak meniran meningkatkan proliferasi sel limfosit T, meningkatkan sekresi TNFα dan IL-4 serta menurunkan aktifitas sekresi IL-2 dan IL-10. Dari uji klinis ekstrak meniran pada manusia dinyatakan dapat meningkatkan kadar IFNg, kadar CD4 dan rasio CD4/CD8.

  Dilaporkan bahwa komponen aktif metabolit sekunder dalam meniran adalah flavoniod, lignan, iso-lignan, dan alkaloid. Komponen yang bersifat untuk menentukan keamanan karakteristik imunomodulasi. Hasil penelitian bahwa ekstrak P. niruri dapat memodulasi sistem imun melalui proliferasi dan aktivasi limfosit T dan B, sekresi beberapa sitokin spesifik seperti interferon gamma, tumor nekrosis faktor alpha, aktivasi sistem komplemen, dan aktivasi sel fagositik seperti makrofag dan monosit (Suhirman dan Winarti, 2010).

  6. Toksisitas

  Telah dilakukan percobaan terhadap hewan mencit untuk mengetahui toksisitas akut dan kronik ekstrak P. niruri. Dari pengukuran LD50 pada mencit yang dihitung baik dengan formula Well maupun Spiermann-Kareber didapatkan hasil 22,50 mg/10gBB/i.p. Jika angka tersebut dikalkulasikan ke dosis oral (formula Boyd) didapatkan angka 13.837 mg/BB/oral atau 14 g/BB/oral. Kesimpulan dari hasil pengukuran tersebut adalah ekstrak P. niruri di kelompokkan ke dalam PNT (practically non toxic).

  Pada percobaan toksisitas kronik terhadap tikus, didapatkan hasil bahwa pemberian ekstrak P. niruri sebesar 5 g/kgBB/hari peroral selama 3 bulan tidak menimbulkan efek patologis (Maat, 1996)

  7. Kontraindikasi Phyllanthus niruri L memiliki kontraindikasi sebagai berikut:

  a. Meniran memiliki efek diuretik pada studi manusia dan hewan. Penggunaan obat diuretik dan meniran secara bersamaan dalam jangka panjang dapat b. Meniran menunjukkan efek hipotensif pada hewan percobaan dan manusia sehingga dikontraindikasikan untuk pasien dengan penyakit jantung (BPOM RI, 2010).

  c. Meniran dikontraindikasikan untuk wanita hamil, karena pada dosis tinggi meniran bersifat abortif yaitu merangsang menstruasi (BPOM RI, 2010).

  8. Efek samping Dari berbagai uji yang dilakukan pada manusia, efek samping penggunaan P.

niruri yang dilaporkan adalah gatal, mual dan timbulnya ruam kulit namun tidak

  ada yang melaporkan efek samping yang membahayakan dari pemberian ekstrak meniran pada manusia (HTA Indonesia_2004).

  9. Dosis

  Dosis sediaan segar adalah 15 gram, dijadikan 3 gram dalam sediaan simplisia. Herba meniran diminum 2-3 kali sehari (Siregar, 2011).