PENGARUH SISTEM W ALI ASUH TERHADAP SIKAP KEPRIBADIAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-MU’MIN MUHAMMADIYAH TEM BARAK TEMANGGUNG STUDI KASUS DI PONDOK PESANTREN AL-MU’MIN MUHAMMADIYAH TEMBARAK TEMANGGUNG TAHUN 2008 2009

  

PENGARUH SISTEM W ALI ASUH TERHADAP SIKAP KEPRIBADIAN

SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-MU’MIN MUHAMMADIYAH

TEM BARAK TEMANGGUNG

STUDI KASUS DI PONDOK PESANTREN AL-MU’MIN MUHAMMADIYAH

  

TEMBARAK TEMANGGUNG TAHUN 2008 / 2009

S K R I P S I

  

Diajukcin untuk m emem ihi kewajibcin dan m elegkapi syarat guna memperoleh gelar

sarjana strata 1 dalam ilmu tarbiyah

Disusun oleh :

SINGGIH YUNIYANTO

  

NIM : 11104037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGRI (STAIN)

S A L A T I G A

DEPARTEMEN AGAMA RI

  

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

S A L A T I G A

JI. Tcntara Pclajar No.2 Telp. (0298) 323706, 323433, Fax. (0298) 323433 Salatiga 50712

hltp://

  

D E K L A R A S I

Bismillahirrahmanirahim

  Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawa'o, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pemikiran-pemikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

  Apabila dikemudian hari ternyata terdapat materi atau pemikiran-pemikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini dihadapan sidang munaqosah skripsi.

  Demikain deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi.

  Salatiga, i ^ Agustus 2008 Peneliti

  • —_______ auto

  NIM. 11104037

DEPARTEMEN AGAMA RI

  SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) S A L A T I G A Jl. Tentara Pelajar No.2 Telp. (0298) 323706, 323433, Fax. (0298) 323433 Salatiga 50712 email: akademi@,stainsalatiga.ac.id Siti Rukhayati, M.Ag.

  DOSEN STAIN SALATIGA

NOTA PEMBIMBING

  Lamp : 3 eksemplar Hal : Naskah Skripsi

  Saudara SINGGIH YUNIYANTO Kepada : Yth. Ketua STAIN Salatiga di -

  S A L A T I G A Assalamu 'alaikum wr.wb.

  Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan seperlunya, maka skripsi saudara : Nama : SINGGIH YUNIYANTO

  NIM : 11104037 Program Studi . Pendidikan Agama Islam (PAI)

  Judul PENGARUH SISTEM WALI ASUH TERHADAP SIKAP KEPRIBADIAN SANTRI (Studi Kasus Di Pondok Pesantren Al-Mu’min Muhammadiyah Desa Purwodadi, Kecamatan Tembarak, Kabupaten Temanggung Tahun 2008 / 2009) Sudah dapat diajukan dalam sidang munaqosah.

  Demikian surat ini, harap menjadikan perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

  Wassalamu ’alaikum wr.wb.

  Salatiga, | (?Agustus 2008 Pembimbing Siti Rukhayati, M.Ag.

  NIP.

  DEPARTEMEN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SA L A T I G A Jl. Tentara PelajarNo.2 Telp. (0298) 323706, 323433, Fax. (0298) 323433 Salatiga 50712 Wcbsilc : hltpVAvww.stainsalaliga.ac.id email:

PENGESAHAN

  Skripsi saudara : SINGGIH YUNIYANTO dengan nomor induk mahasiswa 11104037 yang berjudul “Pengaruh Sistem Wali Asuh Terhadap Sikap

  

Kepribadian Santri (Studi Kasus Di Pondok Pesantren Al-Mu’min Muhammadiyah

Desa Purwodadi, Kecamatan Tembarak, Kabupaten Temanggung Tahun 2008 /

2009)” telah di munaqosahkan dalam sidang panitia ujian jurusan pendidikan Agama

  Islam Sekoiah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga pada hari Selasa, 16 September 2008 yang bertepatan dengan tanggal 16 Ramadhan 1429 H dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar sarjana dalam ilmu pendidikan Agama Islam.

  Salatiga. 16 September 2008

  16 Ramadhan 1429 H Panitia Ujian

  Ketua Sidang Sekretaris Sidang

  

H A L A MAIN M O L T O

j j )

  T2t tlmytlnbt im sm n ("»/ Is rr/~% J nyt rrs-tw Im m i siv/rn/irr •% t/im rr iirfrtlr c* ny trim rr in win

j-y i-wtu/ »^w/ < *•%✓/ /y^uo w a ^ u k // < sic-*//*/, v// u / ^ w/ *-*C*C#/l n / /*uuu^/

anak-anak kecil (ycing iebih mnda) dan tidak berbuat sopan / hormat

tprhnH rm nrnncr tu n htrmcr !r>hih t u n i rtnri Iritn "

» U /lv.U v,f , '• * U- '-■ ••<--> .......-~V — ...............—

( lanhari) 2<)()S • 9 )

  • * St

  

( < j J ^jc- duLo oi j j j ^ ^ d n x j

diutiis untiik menyempnmakan keperibadian yang bark

  

CH R M a lik d n r i A n n s)

  PERSEMBAHAN

  1. Kepada Bapak dan Ibu atas cucuran keringat, ungkapkan baid do’a dan kasih sayangnya.

  Warhamhuma kama rcibbciyani saghira.

  2. Kepada mbak Endah sekeluarga.

  3. Kepada Muh. Syaker terima kasih atas semuanya.

  4. Serta kepada pemilik senyum dan mata yang terindah kupersembahkan karya ini.

  

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan taufiq-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan ini. Sholawat serta salam kami haturkan kepada kekasih pilihan Allah, Nabi Agung Muhammad saw. yang telah membawa agama kebenaran dan keadilan yaitu agama Islam kepada umatnya.

  Laporan skripsi ini disusun untuk memenuhi kewajiban dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar sarjana dalam ilmu tarbiyah. Adapun judul di pondok pesantren Al-Mu’min Muhammadiyah Tembarak, Temanggung “Studi Kasus di Pondok Pesantren Al-Mu’min Muhammadiyah Tembarak, Temanggung Tahun 2008 / 2009.

  Dalam proses penulisan laporan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik secara moril dan materiil. Untuk itu penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Drs. Imam Sutomo, M.Ag selaku ketua STAIN Salatiga.

  2. Faturahman, M.Ag selaku ketua Progdi PAI STAIN Salatiga yang telah merestui penulisan skripsi ini.

  3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selaku pembimbing yang telah mengarahkan dan memberi petunjuk dalam penulisan skripsi ini.

  4. Miftahul Amili selaku Direktur pondok pesantren Al-Mu’min Muhammadiyah, Purwodadi, Tembarak, Temanggung yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

  5. Bapak dan Ibu Dosen STAIN Salatiga.

  6. Segenap Civitas Akademik STAIN Salatiga.

  7. Semua teman-teman PAI Angkatan 2004, ...

  8. Semua teman-teman kos tanah wakaf, Wahid, Tofik, Mas Budi, Tahfid, Woll terima kasih atas semuanya.

  9. “RELASI” Rental Komputer Salatiga.

  10. Team Perpustakaan, terimaksih atas pelayanannya.

  11. Teman-teman KKN, Anas, Putri, Erna, Isna, Hakim, Alfiq, sing nyenengke kabeh.

  12. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini, sehingga dapat diselesaikan dengan baik.

  Dalam penulisan laporan ini, sudah barang tentu masih banyak kekurangannya, untuk itu penulis berharap adanya saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak guna perbaikan dalam penulisan mendatang.

  Akhimya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya demi kemajuan ilmu pengetahuan di era mendatang.

  Am in... Amin... yarobbal'alam in.

  Salatiga, t^Agustus 2008 Singgih

  

DAFTAR ISI

  halaman

  BAB I. PENDAHULUAN

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  BAB II LANDASAN TEORI

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  BAB III LAPORAN PENELITIAN

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  BAB IV ANALISIS DATA

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  BAB V PENUTUP

   DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional mempunyai tujuan secara makro dan mikro, dalam

  kenyataanya proses yang dijalankan sistem pendidikan di negara kita jauh dari tujuan tersebut. Adapun tujuan pendidikan nasional secara makro ialah membentuk organisasi pendidikan yang bersifat otonom sehingga mampu berinovasi menuju lembaga pendidikan yang beretika, selalu menggunakan nalar, berkemampuan komunikasi sosial yang positif dan memiliki sumber daya manusia yang sehat dan tangguh. Kemudian tujuan pendidikan secara mikro ialah membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beretika (beradab dan berwawasan budaya bangsa Indonesia), memiliki nalar (maju, cakap, cerdas, kreatif, inovatif dan bertanggung jawab), berkemampuan berkomunikasi sosial (tertib dan sadar hukum, komperatif, dan kompetitif, demokratis), dan berbadan sehat sehingga menjadi manusia mandiri.1

  Pendidikan bukanlah sekedar pengajaran pengetahuan (Tranfer o f

  Knowladge)

  akan tetapi proses pendidikan merupakan penyampaian nilai-nilai

  (tranfer o f value) dari seorang pendidik kepada peserta didik dalam proses belajar

  mengajar baik pendidikan formal atau non formal. Proses pendidikan merupakan proses dimana didalamnya terdapat pengembangan sosial, pengembangan

  2 jasmani, pemikiran, intelektual, emosi, dan akhlak yang berfungsi menyiapkan individu agar memberi sumbangan yang efektif dalam kehidupan sosial dalam berbagi seginya, yakni menyiapkan manusia yang aktif dalam segala tahap, bukan hanya pada tahap produksi saja.

  Pendidikan Islam bertugas mempertahankan, menanamkan dan mengembangkan kelangsungan fimgsi nilai-nilai Islam yang bersumber dari al- Qur’an dan al-Hadist, mampu sejalan dengan tuntutan kemajuan atau modemisasi kehidupan masyarakat. Maka dari itu pendidikan Islam bertugas di samping mengembangkan nilai-nilai Islami, juga mengembangkan anak anak didik mampu mengamalkan dan mengembangkannya secara dinamis dan fleksibel dalam konsep implementasi dan aktualisasi kemampuan dirinya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini berarti pendidikan Islam secara optimal harus mampu mewujudkan “kedewasaan atau kematangan” dalam beriman, bertakwa, dan mengamalkan hasil pendidikan, sehingga mampu menjadi pengamal dan pemikir barn yang dialogis terhadap perkembangan kemajuan zaman.3

  Hakekat pendidikan Islam adalah terbentuknya kepribadian Islami pada anak didik, namun kenyataanya untuk menjadikan anak didik yang berkeperibadian Islami masih mengelami hambatan dan kegagalan.

  Kegagalan ini tidak terlepas dari kelemahan sistem yang terapkan pada lembaga pendidikan, yakni kelemahan tenaga pendidik dalam mengemas, mendesain serta mengarahkan dan membimbing anak didik di sekolah, selain hal itu pelaksanaan manajemen pengelolaan terhadap anak didik dalam lingkungan

  3 sekolah tidak diperhatikan, sehingga anak didik hanya dianggap sebagai penerima pengetahuan saja bukan sebagai aset yang terpenting bagi masyarakat, bangsa dan negara yang sangat membutuhkan bimbingan serta arahan yang jelas untuk menuju ke masa depan.

  Proses Pendidikan merupakan interaksi antara pendidik (guru) dan peserta didik (murid) untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang ditetapkan. Peran pendidik dalam proses pendidikan kepada peserta didik dituntut untuk bisa memberikan bimbingan, serta pengarahan agar bisa mewujudkan kepribadian anak didik yang sesuai dengan tuntutan agama Islam.

  Dalam dunia pendidikan antara pendidik dan peserta didik merupakan aspek terpenting. Maka untuk mempererat hubungan antara keduanya dalam dunia pendidikan dikenal dengan istilah wali kelas. Adapun paran wali kelas dewasa ini hanya sebatas memberikan penilaian secara akademis, seolah-olah wali kelas hanya sebagai pusat pembuat nilai akhir bukan sebagai seseorang yang memberikan bimbingan.

  Proses pendidikan tidak terlepas dari pengarahan, penyuluhan, serta bimbingan, secara menyeluruh kepada peserta didik untuk mewujudkan kepribadian peserta didik. Hal yang cukup menarik, sistem wali asuh yang diterapkan di Pondok Pesantren Al-Mu’min Muhammadiyah Tembarak Temanggung memberikan dorongan kepada penulis untuk mengetahui secara mendalam tentang sistem wali asuh yang diterapkan mampu memberikan

  4 mencoba mengungkap “PENGARUH SISTEM WALI ASUH TERHADAP SIKAP KEPRIBADIAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-MU’MIN MUHAMMAD I YAH DESA PURWODADI, KECAMATAN TEMBARAK, KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2008 - 2009” .

B. Penegasan Istilah

  Agar tidak teijadi kesalahpahaman dalam menafsirkan judul yang kami tulis, maka penulis memandang perlu untuk menjelaskan makna judul di atas.

  Istilah yang perlu penulis jelaskan adalah sebagai b erikut:

1. Pengaruh

  Pengaruh adalah kekuatan, daya atau akibat.4 Yang dimaksud dengan pengaruh adalah yang ada atau yang timbul dari sesuatu (orang, benda, dan sebagainya) yang berkuasa atau yang berkekuatan gaib.5 Yang dimaksud dengan pengaruh adalah adanya kekuatan atau daya atau akibat dari kemandirian santri terhadap sistem wali asuh.

2. Sikap Kepribadian Santri

  Sikap adalah perbuatan dan sebagainya berdasar kepada pendirian (pendapat atas keyakinan). Sikap adalah kencenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku tertentu jika ia menghadapi rangsang.6

  Departemen P & K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta. 1995.

5 Sarlita Wirawan Sanyo no 7 c ori - 7 con Psiko!oai-SQsia! FT Ra'a Graftndo Pcrsada Jakarta

  5 Sikap kepribadian santri yang dimaksud di sini adalah sifat atau sesuatu yang ada di dalam diri santri (orang yang sedang menuntut / mencari ilmu di pondok pesantren)

  Adapun indikatomya adalah : a) Datang tepat waktu untuk mengikuti pelajaran.

  b) Memperhatikan penjelasan guru atau ustadz.

  c) Kesediaan mencatat hal-hal terhadap hal-hal yang penting.

  d) Kesediaan bertanya mengenai hal-hal yang belum jelas.

  e) Menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya.

  f) Mencema atau menerapkan ilmu yang diperoleh.

3. Sistem Wali Asuh

  Sistem adalah sebuah cara untuk bisa. Adapun wali adalah orang yang menurut agama diserahi tugas untuk mendidik / mengasuh anak yatim sebelum anak itu dewasa.7 Sedangkan asuh adalah menjaga, merawat dan mendidik anak kecil untuk dapat berdiri sendiri.8

  Jadi yang dimaksud dengan sistem wali asuh adalah sebuah sistem yang di dalamnya terdapat sebuah proses bimbingan, penyuluhan, serta mendidik dan mengasuh peserta didik.

  Adapun indikatomya ad alah :

  • Memberikan bimbingan
  • Memberikan penyuluhan

  6

  • Sebagai pendidik (mendidik)
  • Mengasuh peserta didik

C. Perumusan Masalah

  1. Bagaimana pelaksanaan sistem wali asuh di Pondok Pesantren Al-Mu’min Muhammadiyah Tembarak Temanggung?

  2. Bagaimana sikap kepribadian santri di Pondok Pesantren Al-Mu’min Muhammadiyah Tembarak Temanggung?

  3. Adakah pengaruh sistem wali asuh terhadap sikap keperibadian santri di Pondok Pesantren Al-Mu’min Muhammadiyah Tembarak Temanggung?

D. Tujuan Penelitian

  1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan sistem wali asuh di Pondok Pesantren Al-Mu’min Muhammadiyah Tembarak Temanggung.

  2. Untuk mengetahui bagaimana sikap keperibadian santri Pondok Pesantren Al-Mu’min Muhammadiyah Tembarak Temanggung.

  3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh sistem wali asuh terhadap sikap kepribadian santri di Pondok Pesantren Al-Mu’min Muhammadiyah Tembarak Temanggung.

E. Hipotesis

  Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.9

  7 Hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah : “sistem wali asuh berpengaruh terhadap sikap kepribadian santri di pondok pesantren”.

  Dengan kata lain, semakin tinggi penerapan sistem wali asih, semakin tinggi sikap kepribadian santri di pondok pesantren.

F. Metode Penelitian

1. Populasi dan Sampel Penelitian

  a. Populasi Adapun populasi santri yang berada di Pondok Pesantren Al- M u’min Muhamamdiyah Tembarak Temanggung berjumlah 150 santri.

  b. Sampel Karena yang kami teliti merupakan suatu populasi yang menunjukkan adanya lapisan-lapisan atau strata maka di dalam pengambilan sampel kami menggunakan stratified random sampling.

  Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 45 santri pondok pesantren Al-Mu’min Muhammadiyah Tembarak Temanggung.

2. Teknik Pengumpulan Data

  a. Metode Observasi Didalam melakukan observasi ini penulis melakukan pengamatan, pencatatan, dan mengumpulkan data yang ada hubungannya dengan Pondok Pesantren Al-Mu’min Muhammadiyah Tembarak

  8 Temanggung. Hal ini perla penulis lakukan dalam rangka mengetahui secara langsung terhadap data-data yang penulis perlukan.

  b. Metode Angket Kuesioner adalah suatu alat pengumpul informasi dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh respondenya. Angket ini hanya ditujukan pada siswa untuk untuk mendapatkkan data tentang sikap sosial keberagaman santri di

  Pondok Pesantren Al-Mu’min Muhammadiyah Tembarak Temanggung.

  c. Metode Interview

  Interview

  dilakukan kepada kepala direktur pondok, Kepala Sekolah Madrasah Ttsanawiyah, Kepala Madrasah Aliyah dan para guru untuk mendapatkan informasi yang berkenaan dengan sistem wali asuh dan sikap sosial keberagaman santri di Pondok Pesantren Al-Mu’min Muhamadiyah Tembarak Temanggung.

  d. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi ini untuk mendapatkan dokumen^dokumen pondok seperti buku, kaset, dan arsip-arsip pondok.

3. Teknik Analisa Data

  a. Analisis Pendahuluan Analisis ini digunakan untuk menghitung sekor masing-masing variabel. Analisis ini digunakan rumus presentase :

  9 Keterangan : P = Presentase perolehan F = Frekuensi mentah N = Jumlah total responden10

  b. Analisis Lanjutan Analisis ini digunakan untuk mengetahui adakah pengaruh sistem wali asuh terhadap sikap kepribadian santri di pondok pesantren

  Al-Mu’min Muhammadiyah dan sekaligus untuk menguji hipotesa yang telah diajukan dan analisis lanjutan, penulis menggunakan rumus product momen adalah sebagai berikut :

  N ^ X Y - C ^ x y z r )

  X C Z Y f ) - * ^ ' L

  ' { N Keterangan :

  = Koefisien antara variabel x dan rxy N

  = Banyaknyta data X = Variabel pengaruh

  Y - Variabel terpengaruh

  XX = Jumlah skor dalam distribusi x

  XY = Jumlah skor dalam distribusi y

  XX2 = Jumlah kuadrat sekor x

  XY2 = Jumlah kuadrat sekor y

  Untuk memudahkan pemahaman dan pengertian sisi skripsi ini, maka penulis membagi ke dalam sistematika penulisan. Adapun sistematika penulisan tersebut adalah sebagai berikut :

  10

G. Sistematika Penulisan Skripsi

  • Bab I : Pendahuluan Dalam bab ini berisi latar belakang masalah, penegasan istilah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian hipotesa, metode penelitian, sistematika penulisan.
  • >Bab II : Tinjauan Pustaka Pada bab ini diuraikan pembahasan teori yang menjadi tinjauan pustaka, penelitian, khususnya berkaitan dengan variabel penelitian. Pada variabel pertama meliputi : sistem wali asuh, pengertian sistem wali asuh, macam-macam wali asuh, sistem wali asuh dalam lingkup pesantren. Pada variabel kedua meliputi : pengertian sikap sosial keberagaman, aspek-aspek kepribadian, konsep kepribadian Islami, ciri-ciri kepribadian muslim, hubungan wali asuh terhadap kepribadian santri. •
  • Bab III : Laporan Hasil Penelitian Pada bab ini akan dilaporkan hasil pengumpulan data dari pondok pesantren Al-Mu’min Muhammadiyah Purwodadi, Tembarak, Temanggung, yaitu data mengenai sejarah berdirinya, keadaan santri yang ada di pondok pesantren Al-Mu’min Muhamamdiyah. Daftar nama responden dan daftar

  11

  • Bab IV : Analisis Data Pada bab ini akan dianalisis terhadap data yang terkumpul, dengan tahapan-tahapan klasifikasi data, perhitungan frekuensi dan presentase untuk menjawab pokok masalah pertama dan kedua, sementara untuk menjawab pokok masalah yang ketiga, yaitu tentang ada tidaknya pengaruh sistem wali asuh terhadap sikap kepribadian santri. •

  Bab V : Penutup • Untuk mengakhiri penulisan skripsi, pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan akhir dari hasil penelitian, saran-saran dan kata penutup.

BAB II LANDASAN TEORI A. Sistem Wali Asuh

1. Pengertian Sistem Wali Asuh

  Sistem adalah sebuah cara untuk bisa." Wali adalah orang yang menurut agama diserahi tugas untuk mendidik atau mengasuh anak yatim sebelum anak itu dewasa.1

  1

  12 Sedangkan asuh adalah menjaga, merawat, dan mendidik anak kecil untuk dapat berdiri sendiri.13 Jadi sistem wali asuh adalah sebuah sistem yang di dalamnya terdapat sebuah proses bimbingan, penyuluhan, serta mendidik dan mengasuh peserta didik.

  Proses bimbingan, penyuluhan, serta mengasuh anak didik merupakan suatu yang menjadi bagian pokok untuk mengembangkan serta memperbaiki keperibadian pada diri santri.

  Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan oleh seseorang, baik pria maupun wanita, yang memiliki pribadi yang baik dan pendidikan yang memadai, kepada seorang individu dari setiap usia untuk menolongnya mengemudikan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan arah

  

11 Kamus Besar Bahasa Indonesia. Depdikbud, Balai Pustaka, Jakarta : 1995. hlin.667.

  12 Ibid. K

  13 pandangannya sendiri, membuat pilihannya sendiri dan memikul bebannya sendiri.

  Selain wali asuh diasumsikan sebagai pola penyuluhan. Penyuluhan merupakan suatu proses yang diberikan kepada anak peserta didik. Adapun penyuluhan di sini mempunyai satu makna dengan membimbing dengan tunjuan untuk memberikan perubahan pada diri peserta didik baik yang menyangkut masalah akademik, sosial, keluarga, dan lain sebagainya.14

  Adapun dalam konteks lain wali asuh diasumsikan dengan istilah

  guidance

  yang memiliki arti bimbingan, pimpinan, arahan, pedoman, dan petunjuk, menuntun, mempedomi, menjadi petunjuk jalan, mengemudikan.15

2. Macam-macam Sistem Wali Asuh

  Dalam dunia pendidikan istilah wali asuh sangatlah asing, dalam konteks ini wali asuh mempunyai hubungan erat dengan bimbingan dan penyuluhan, bahkan bimbingan dan penyuluhan dalam dunia pendidikan dipandang sebagai salah satu perangkat yang mendukung perkembangan peserta didik.

  Adapun salah satu pola penerapan pola bimbingan ataupun penyuluhan yang secara optimal dan secara kesinambungan terdapat di pondok pesantren. Sebuah pondok pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama pendidikan Islam tradisional di mana para siswanya tinggal bersama dan belajar di bawah seorang (lebih) guru yang dikenal dengan sebutan

  Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga Sebuah

14 Syaifiil, Bahri Djamroh,

  14 kyai.16 Asrama untuk para siswa tersebut berada dalam lingkungan kompleks pesantren di mana kyai bertempat tinggal yang juga menyediakan Masjid untuk beribadah, raung untuk belajar dan ruang kegitan-kegiatan agama lainnya, kompleks pesantren ini biasanya dikelilingi dengan tembok untuk mengawasi keluar dan masuknya para santri sesuai dengan peraturan yang berlaku.17

  Di samping itu dalam kehidupan yang diikat dengan sistem wali asuh terlihat di dunia pesantren. Dalam kehidupan pesantren terdapat karakteristik yang unik yaitu :

  1) Hubungan antara guru (kyai) dan murid (santri) tampak lebih bebas dan saling menguntungkan.

  2) Kehidupan antara santri sangat demokratis, mereka menghadapi pekeijaan bersama-sama dan memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi secara bersama-sama. 3) Di samping pelajaran, pesantren juga mengajarkan idealisme, persaudaraan dan kesamaan serta rasa percaya diri.

  Ciri-ciri pola asuh (sistem pesantren) pondok pesantren yang tidak dimiliki lembaga pendidikan lain yaitu : a. Adanya hubungan yang akrab antara kyai dengan murid (santri). Kyai sangat memperhatikan kehidupan santrinya. Hal ini dimungkinkan karena mereka tinggal bersama-sama dalam satu pondok atau kampus.

  15 b. Tunduknya santri kepada kyai. Para santri menganggap bahwa menentang Kyai dianggap kurang sopan juga bertentangan dengan ajaran agama.

  c. Hidup hemat dan sederhana benar-benar dilakukan dalam pondok pesantren hidup mewah tidak terdapat dalam pondok pesantren.

  d. Semangat menolong diri amat terasa dan kentara dikalangan pondok pesantren. Hal ini disebabkan karena para santri mencuci pakaiannya sendiri, membersihkan kamar sendiri dan bahkan tidak sedikit dari mereka yang memasak makanan sendiri.

  e. Jiwa tolong menolong dan suasana persaudaraan sangat mempengaruhi pergaulan di pondok pesantren. Hal ini disebabkan karena kehidupan yang merata dikalangan para santri, juga karena santri harus mengeijakan pekeijaan-pekeijaan yang sama, baik pekeijaan yang bersifat agama seperti: sholat beijamaah atau yang bukan bersifat agama, seperti membersihkan tempat sholat / tempat belajar.

  f. Pendidikan disiplin sangat ditekankan dalam kehidupan pondok pesantren. Pagi-pagi benar antara jam 04.30 sampai 05.00 pagi Bapak Kyai sudah membangunkan santri untuk diajak sholat beijamaah. Berani menderita untuk mencapai suatu tujuan adalah merupakan salah satu pelajaran yang diperoleh di pondok pesantren. Hal ini dilakukan oleh para santri dengan kebiasaan tirakat, baik dengan puasa sunah, sholat tahajud pada waktu malam, I'tikaf di masjid dengan merenungkan kebesaran dan kemurahan Allah maupun dengan amalan-amalan lainnya.

  16

3. Sistem Wali asuh Dalam Lingkup Pesantren

  Sistem wali asuh pada lembaga pondok pesantren merupakan cara, metode, solusi untuk memberikan bimbingan, penyuluhan secara menyeluruh kepada diri santri.

  Adapun peran seorang pendidik dalam upaya penerapan sistem wali asuh pada lembaga pendidikan terutama dalam pondok pesantren harus memahami dan menyadari tentang tujuh wawasan tarbiyah. Adapun tujuh wawasan terbiyah adalah :

  1) Memandang bahwa anak adalah fitrah Setiap santri adalah seorang anak. Mereka bukan orang dewasa yang telah memiliki kematangan berfikir. Mereka terkadang ingin dimanja, butuh perhatian, suatu saat perlu disanjung, ingin kasih sayang, memerlukan sarana bermain, bertanya-tanya sesuatu dan selalu ingin coba-coba, mereka membutuhkan orang tempat mencurahkan isi hati, mereka juga butuh bimbingan ketika berbuat salah. Itulah ciri anak-anak, jadi memperlakukan mereka seperti orang dewasa adalah sebuah kekeliruan. Meski mereka terkadang mencoba berbuat kesalahan tetapi pada hakekatnya mereka fitrah, yaitu memiliki kecenderungan untuk taat dan patuh pada peraturan Allah

  SWT. di sinilah letak kebutuhan seorang pengasuh atau pendidik. 2) Setiap anak memiliki kelebihan dan potensi untuk berkembang

  Proses pendidikan secara fisik maupun mental, anak-anak itu

  18 pelajaran tetapi mereka memiliki hak untuk mendapatkan ilmu yang lebih luas lagi yang bermanfaat bagi mereka dalam kehidupan dunia maupun akherat. Karena itu kesempatan untuk memilih jurusan (apabila sudah ada lebih dari satu jurusan) diberikan seluas-luasnya sesuai bakat dan minat mereka, demikian juga dalam memilih kegiatan ekstra (kecuali yang wajib), bacaan-bacaan yang disediakan dalam perpustakaan maupun bacaan-bacaan yang lain dengan aneka ragam ilmu pengetahuan yang bermanfaat. 4) Ustadz adalah Murrobi

  Seorang ustadz bukanlah seorang guru yang hanya bertugas menstransfer ilmu (teaching) kepada santrinya, tetapi lebih dari itu ia merupakan Murrobi, pendidik sekaligus pengasuh muridnya. Ustadz merupakan elemen terpenting dalam sebuah sistem pendidikan. Ia merupakan ujung tombak. Ia merupakan contoh teladan. Proses belajar siswa atau santri sangat dipengaruhi oleh bagaimana siswa memandang perform ance (penampilan) guru mereka. Kepribadian guru seperti memberi perhatian, hangat, dan suportif •(memberi semangat), diyakini bisa memberikan motivasi yang pada gilirannya meningkatkan prestasi siswa. Empati yang tepat seorang guru kepada siswanya membantu perkembangan prestasi akademik mereka secara signifikan. Guru juga perlu membangun citra yang positif (dapat dicontoh atau ditiru) tentang dirinya jika ingin agar santrinya memberi respon dan bisa diajak kerjasama dalam proses pendidikan dan belajar mengajar.

  19 Guru juga sangat perlu memiliki "Profesionalism e” dan "Kom petensi".

  Yang dimaksud dengan guru profesional adalah guru yang dalam melaksanakan aktifitas kerjanya didasarkan pada : a) Yuridis formal dan etis ilmiyah,

  b) Mengacu pada bidang pengetahuan khusus yang diperoleh melalui proses pendidikan dan atau pelatihan serta pengalaman dan, c) Upaya meningkatkan diri yang kontinu.

  Adapun yang dimaksud dengan kompetensi adalah bahwa guru harus : a. Menguasai landasan-landasan pendidikan,

  b. Menguasai bahan atau materi pelajaran,

  c. Mampu mengolah program KBM,

  d. Mampu mengelola kelas,

  e. Mampu megelola interaksi KBM,

  f. Mampu menggunakan media dan sumber belajar,

  g. Mampu menilai basil belajar atau prestasi siswa,

  h. Mampu mengenal dan menyelenggarakan administrasi pendidikan, i. Mampu memahami prinsip dan menafsirkan basil penelitian untuk keperluan mengajar, dan j. Mengenal dan menyelengsarakan administrasi M adrasah.19

  20 5) Belajar itu menyenangkan.

  Masih ada kesan bahwa belajar itu "membosankan, membebani dan membuat stress". Anak-anak merasa terbebani dengan tugas-tugas, seperti : PR, hafalan, resume, dan lain-lain. Kesan demikian muncul tentu karena anak-anak belum menyadari akan pentingnya tugas, resume dan lain-lain. Yang menjadi masalah adalah bagaimana menumbuhkan kesadaran. Di sinilah kita merasa perlu memasukkan point kelima ini ke dalam wawasan tarbiyah. Ustadz harus membimbing, mengarahkan, merangsang anak-anak dengan cara yang tidak hanya bertumpu pada "Verbal" (berupa perkataan semata) tetapi juga dengan trik-trik dan improvisasi yang membuat anak-anak "ketagihan" belajar.

  Hidup tanpa ilmu bagaikan beijalan di tengah-tengah gelapnya malam tanpa obor. Padahal ilmu hanya bisa didapat melalui belajar (membaca, berdiskusi, mencermati, mengamati dan lain-lain. Karena itu belajar adalah (harus diupayakan menjadi) sesuatu yang indah dan menyenangkan. Dengan belajar seorang anak bisa berimajinasi, mereka juga dapat berasosiasi dan berkomunikasi dengan alam lingkungannya. Dengan belajar anak mengetahui tentang bulan meski tidak harus menginjakkan kakinya di bulan.

  Dengan belajar anak menjadi tahu tentang gua Hiro' meski mereka belum pemah mengunjunginya, dan dengan belajar anak dapat menghitung jutaan rupiah meski mereka belum pemah memilikinya.

  21 6) Penilaian atas dasar akhlaq atau amal dan prestasi akademik

  Santri atau anak bukanlah objek. Mereka adalah subyek perubahan, mereka sendiri yang akan merubah dirinya melalui proses bimbingan, didikan dan asuhan guru atau ustadz. Segala aktivitas atau amal yang mereka lakukan adalah proses perubahan itu. Segala macam aktivitas yang baik adalah hak mereka melakukannya dan akan didorong terus menerus oleh para ustadz, sedangkan aktivitas yang kurang baik akan diarahkan kepada yang baik. Aktivitas atau amalan ini merupakan manifestasi dari ilmu akademik yang dipelajarai oleh setiap individu anak, karena itu bobot amal adalah sama dengan bobot prestasi akademiknya. Jadi adalah sebuah kekeliruan manakala penilaian hanya didasarkan pada prestasi akademik yang lebih bersifat kognitif dengan mengesampingkan prestasi amal atau akhlaq seorang anak. Cakupan semacam ini, akan memberi perhatian yang sama terhadap domain kognitif, afektif dan psikomotoriknya. 7) Menyembunyikan aib dan menampakkan prestasi

  Adalah sebuah kewajaran apabila seorang manusia atau anak dan basil kreasinya mengandung kekurangan dan bahkan mungkin kesalahan. Tetapi akan menjadi tidak wajar jika kekurangan atau kesalahan seorang anak selalu ditampakkan pada orang lain (kecuali untuk dicarikan solusi atau terapinya dalam rangka perbaikan). Perlakuan yang lebih bijak adalah dengan menampakkan prestasinya

  22 sebagai stimulan bagi yang lain untuk turut berprestasi dan motivasi bagi yang bersangkutan.

B. Sikap Kepribadian

1. Pengertian Sikap Kepribadian

  Kepribadian adalah sifat dan tingkah laku seseorang yang membedakan dengan orang lain, integrasi karakteristik dan struktur tingkah laku, minat, pendirian, kemampuan dan potensi yang dimiliki seseorang dan segala sesuatu yang mengenai diri seseorang sebagaimana diketahui orang lain.20

  Kepribadian muslim adalah merupakan tujuan akhir dari setiap usaha pendidikan Islam. Dalam hal ini kepribadian yang mencakup seluruh aspek-aspeknya, yakni baik tingkah laku luar, kegiatan jiwa, filsafat hidup kepercayaan menuju pengabdian kepada Tuhan dan penyerahan diri kepada-

  Nya.

  Pembentukan kepribadian muslim sebagai individu, *keluarga, masyarakat, maupun ummah pada hakikatnya berjalan seiring dan menuju ke tujuan yang sama. Tujuan utamanya adalah guna merealisasikan diri, baik secara pribadi orang perorang (individu) maupun secara komuitas {ummah) untuk, menjadi pengabdi Allah yang setia. Tunduk dan patuh terhadap ketentuan-ketentuan yang diberikan Allah.

  23

2. Aspek-Aspek Kepribadian

  a) Aspek-aspek kejasmanian, meliputi tingkah laku keluar yang memudahkan nampak dan diketahui dari luar, misal: cara berbuat, berbicara dan sebagainya.

  b) Aspek-aspek kejiwaan meliputi aspek-aspek yang tidak scgcra dapat dilihat dan diketahui dari luar misal: cara berpikir, sikap dan minat c) Aspek-aspek kerohanian yang luhur meliputi aspek kejiwaan yang telah abstrak yaitu filsafat hidup dan kepercayaan, ini meliputi sistem nilai yang mengarahkan dan memberi corak seluruh kehidupan individu yang beragam. Aspek inilah menuntut ke arah kebahagiaan dunia dan akherat.

3. Struktur Kepribadian

  Penentuan struktur kepribadian merupakan upaya tersulit dalam perumusan teori kepribadian. Kesulitan ini beralasan sebab upaya ini mempertanyakan siapa dan apa hakikat manusia, sedangkan hakikat manusia sendiri mengandung misteri yang sulit diungkap. Sederetan disiplin ilmu seperti biologi, psikologi, antropologi, kedokteran, ekonomi, politik, teologi mencoba memahami hakikat manusia melalui pendekatan dan tujuannya masing-masing, tetapi konklusinya sangat beragam, meskipun objek materialnya sama. Validitas teori kepribadian sangat ditentukan oleh rumusan struktur kepribadian, karena pada struktur itu menggambarkan totalitas

  24 manusia, yang mencakup watak (character), sifat-sifat {traits), temperamen, bakat dan vitalitas atau motivasi tingkah laku.21

  Struktur kepribadian diartikan sebagai "integrasi dari sifat-sifat dan sistem-sistem yang menyusun kepribadian. Atau lebih tepatnya "aspek-aspek kepribadian yang bersifat relatif stabil, menetap, dan abadi serta merupakan unsur-unsur pokok pembentukan tingkah laku.

4. Konsep Kepribadian Islami

  Kepribadian Islam memiliki arti serangkaian perilaku normatif manusia, baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial, yang normanya diturunkan dari ajaran Islam, yang bersumber dari al-Qur’an dan al-Sunnah. Dari kedua sumber tersebut, para pakar berusaha berijtihad untuk mengungkap bentuk-bentuk kepribadian menurut ajaran Islam, agar bentuk- bentuk itu diterapkan oleh pemeluknya. Rumusan kepribadian Islam di sini bersifat deduktif-normatif yang menjadi acuan bagi umat Islam untuk berperilaku. Oleh karena sifatnya yang deduktif-normatif maka kepribadian Islam di sini diyakini sebagai konsep atau teori kepribadian yang ideal, yang seharusnya dilakukan oleh pemeluk agama Islam.22

  Pola kepribadian Islami menurut Abdul Mujib terkait dengan berbagai teori pendekatan yang dijadikan landasan untuk mengembangkan kepribadian. Di antara pendekatan tersebut yaitu :

21 Abdul Majid & Dian Andayani, Vendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi Konsep dan

  Implementasi Kurikulum 2004, Rosda Karya, Bandung , 2005. hie:

  25 1) Pendekatan Skriptualitas

  Pendekatan ini mengkaji tentang kepribadian Islam yang didasarkan pada atas teks-teks al-Qur’an ataupun hadits secara Idel.

  2) Pendekatan Falasafi Pendekatan ini mengkaji keperibadian Islami berdasarkan atas prosedur berfikir spekulatif. Prosedur yang dimaksud mencakup berfikir yang sistematik, radikal, dan universal, yang ditopang oleh kekuatan akal yang sehat.

  3) Pendekatan Sufistik atau Tasawuf Yaitu pendekatan pengkajian keperibadian Islam yag didasarkan pada intuitif (al-hadsiyyah) dan cita-cita (aldzaqwiyyah).23

5. Ciri-ciri Kepribadian Muslim

  Kepribadian muslim mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

  a) Aqidah Sifat-sifat orang beriman yang berkaitan dengan aqidah ialah beriman kepada Allah SWT, para malaikat, para rasul, kitab, hari akhir, surga dan neraka serta alam ghaib lainnya.

  b) Tujuan Hidup Tujuan hidup orang-orang beriman yaitu berbakti dan beribadah kepada Allah SWT yang dimaksud ibadah adalah mengeijakan perintah

  Allah SWT dan meninggalkan larangan-Nya atau mengabdikan diri

  26 kepada Allah SWT. Selain beribadah tujuan hidup manusia adalah menjadi khalifah Allah SWT.

  c) Peribadatan Ciri-ciri beriman adalah berkenaan dengan ibadah ialah menyembah Allah melaksanakan kewajiban seperti shalat, puasa, zakat dan haji serta amar ma’ruf nahi mungkar.

  d) Pemikiran Sitat-sifat yang berkenaan dengan segi pemikiran atau intelektual orang yang beriman ialah selalu memikirkan alam semesta ciptaan Allah, menuntut ilmu, mengikuti dengan memperhatikan dan meneliti keadaan, menggunakan alasan dan dalil yang benar dalam beribadah.

  e) Kehidupan Ciri kehidupan alam perasaan orang beriman antara lain cinta kepada Allah SWT, takut akan siksa-Nya dan khidmat serta bergetar hatinya ketika mendengar ayat-ayat Allah SWT, tulus dan ikhlas menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, merendahkan diri dan penuh harap dalam berdo'a, cinta pada Allah dan Rasul-Nya melebihi segalanya, merasa bersatu dan kasih sayang dalam kehidupan sesama muslim.

  f) Sikap Ciri-ciri orang yang beriman adalah bersyukur dan tidak putus asa, cinta dan suka berbuat baik kepada sesama, mampu mengendalikan emosi, tidak suka memusuhi dan menyakiti orang lain, tidak iri, dengki

  27 persatuan, cinta tanah air, juga suka menjaga fisiknya agar kuat, sehat, bersih dan suci dari najis.

  Ciri-ciri orang yang beriman yang dikemukakan di atas merupakan suatu gambaran kepribadian yang lengkap, utuh mantap dan sempurna. Citra kepribadian demikian itulah yang dibentuk agama sehingga memperoleh kebahagiaan dunia akherat yang merupakan tujuan hidup seorang muslim.

  Dalam proses pembentukan santri yang memiliki kepribadian islami, maka seorang santri harus memiliki: a. Aqidah shohihah, taat dan patuh pada syari'at yang telah ditetapkan Allah dalam al-Qur'an dan Sunnah Rasul-Nya.

  b. Akhlakul Karimah, Bertutur kata bersih dan bertindak tanduk mulia sebagaimana yang dicontohkan dan diajarkan Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya.

  c. Wawasan ilmu pengetahuan yang luas, baik Ulumuddin (ilmu agama) maupun Ulumul Mukthasabcih (ilmu umun).

  d. Ketrampilan dasar, yang diharapkan dapat dikembangkan lebih lanjut dalam rangka mengarungi hidup di dunia. Ketrampilan dimaksud adalah ketrampilan berbahasa Arab dan Inggris secara aktif, ketrampilan berda'wah sebagai tujuan pokok serta ketrampilan kerja.

C. Hubungan Sistem Wali Asuh terhadap Keperibadian Santri

  Wali asuh merupakan salah satu mediator antara lembaga pesantren dan orang tua. Hal ini yang menjadikan landasan bahwa sistem wali asuh yang

  28 Sistem wali asuh yang terdapat dalam lembaga pendidikan pesantren adalah menciptakan dan mengembangkan kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan, berakhlak mulia, bermanfaat bagi masyarakat dengan jalan menjadi kawula atau abdi masyarakat, sebagai rasul, yaitu menjadi pelayan masyarakat sebagaimana kepribadian Nabi Muhammad (mengikuti sunah Nabi), mampu berdiri sendiri, bebas dan teguh dalam kepribadian, menyebarkan agama atau menegakkan Islam dan kejayaan umat Islam di tengah-tengah masyarakat ('izzul Islcimi wal muslimiri), dan mencintai ilmu dalam rangka mengembangkan kepribadian Indonesia.

  Adapun sistem wali asuh menggambarkan bahwa pembinaan akhlak dan kepribadian serta semangat pengabdian menjadi target utama yang ingin dicapai pesantren. Karena itu, pimpinan pesantren memandang bahwa kunci sukses dalam hidup bersama adalah moral agama, yang dalam hal ini adalah perilaku keagamaan. Semua aktivitas sehari-hari difokuskan pada penilaian nilai-nilai ilahiyah. Hanya hidup seperti itu yang dapat mencapai kesempurnaan.

  Kepribadian seseorang muncul dan berkembang seiring dengan berkembangnya pola pendidikan, baik lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan masyarakat. Namun kepribadian dalam sistem wali asuh yang terdapat lembaga pendidikan pesantren memberikan pengaruh besar tarhadap pembentukan kepribadian santri secara menyeluruh.