SKRIPSI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN KAKAP MERAH (Lutjanus sanguineus) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG LAMONGAN JAWA TIMUR

  SKRIPSI

  IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN KAKAP MERAH (Lutjanus sanguineus) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG LAMONGAN JAWA TIMUR Oleh : YOANITA ANGGRAENI JAKARTA – DKI JAKARTA FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2014

  IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN KAKAP MERAH (Lutjanus sanguineus) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG LAMONGAN JAWA TIMUR Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga

  Oleh :

YOANITA ANGGRAENI NIM. 141011099

  Menyetujui, Komisi Pembimbing

  Pembimbing pertama, Prof. Dr. Hj.Sri Subekti, drh., DEA NIP. 19520517 197803 2 001 HIDAYATUL UDCHIYAH

  Pembimbing kedua, Dr. Kismiyati, Ir., M.Si.

  NIP. 19590808 198603 2 002

  IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN KAKAP MERAH (Lutjanus sanguineus) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG LAMONGAN JAWA TIMUR

  Oleh : YOANITA ANGGRAENI NIM. 140911099

  Ujian dilakukan pada : Tanggal : Senin, 09 Juni 2014 Komisi Penguji Skripsi : Ketua : Dr. Gunanti Mahasri, Ir., M.Si Anggota : Rahayu Kusdarwati, Ir., M.Kes Dr. Kusnoto, drh., M.Si.

  Prof. Dr. Hj.Sri Subekti, drh., DEA Dr. Kismiyati, Ir.,M.Si

  Surabaya, Fakultas Perikanan dan Kelautan

  Universitas Airlangga Dekan,

  Prof. Dr. Hj.Sri Subekti, drh., DEA NIP. 19520517 197803 2 001

  RINGKASAN YOANITA ANGGRAENI. Identifikasi Dan Prevalensi Cacing Pada Saluran Pencernaan Ikan Kakap Merah (Lutjanus sanguineus) Di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong Lamongan Jawa Timur. Dosen Pembimbing Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA dan Dr. Kismiyati, Ir., M.Si.

  Ikan kakap merah merupakan salah satu jenis ikan perairan karang yang bernilai ekonomis tinggi dan memiliki nilai gizi yang lengkap. Ikan kakap merah termasuk golongan ikan karnivora. Beberapa penelitian tentang ikan laut menyatakan bahwa, ikan laut yang hidup bebas di alam terutama yang bersifat karnivora sering terinfeksi cacing endoparasit. Cacing tersebut menginfeksi saluran pencernaan, mesentri, rongga tubuh, hati, ginjal, gonad, dan mata ikan.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan prevalensi cacing yang terdapat pada saluran pencernaan ikan kakap merah di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong Lamongan Jawa Timur. Penelitian ini menggunakan metode survey melalui pengambilan sampel pada lokasi secara langsung. Pengambilan sampel dilakukan empat kali sebanyak 60 ekor ikan kakap merah di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong Jawa Timur.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 60 ekor sampel yang diambil terdapat 7 ekor ikan kakap merah yang terserang cacing Anisakis simplex pada saluran pencernaan. Tingkat prevalensi ikan kakap merah yang terinfeksi cacing

  A. simplex

  pada saluran pencernaan untuk minggu pertama yaitu 6,67%, untuk minggu kedua yaitu 13,33%, untuk minggu ketiga yaitu 0% dan untuk minggu keempat yaitu 26,67%. Prevalensi cacing pada saluran pencernaan ikan kakap merah di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong Lamonga Jawa Timur adalah 11,67 %.

  SUMMARY YOANITA ANGGRAENI. Identification and prevalence of worms in red snapper’s (Lutjanus sanguineus) digestive tract in Nusantara Fisheries Port Brondong Lamongan East Java. Academic Advisor Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA and Dr. Kismiyati, Ir., M.Si.

  Red snapper is one kind of coral water fish that have high economic value and has a complete nutritional value. Red snapper is belonged to carnivorous fish . Several studies of marine fish state that, free-living marine fish in nature that are primarily carnivores often infected with endoparasites worms. The worms infected the gastrointestinal tract, mesentery, body cavity, liver, kidney, gonads, and eyes of fish.

  This study aim of this reseach was identification and to know the prevalence endoparasites of red snapper in Nusantara Port Fisheries Brondong Lamongan East Java . This study used survey methods through sampling at locations directly. Sampling was conducted four times as many as 60 of red snapper in Nusantara Port Fisheries Brondong Lamongan East Java. The results showed that seven fish were infected by Anisakis simplex in the digestive tract . The prevalence rate of infected red snapper A. simplex worms in digestive tract for the first week was 6.67% , for the second week was 13.33% , for the third week was 0% and for the fourth week was 26.67%. The prevalence Red snapper (Lutjanus sanguineus) infected by worms in the gastrointestinal tract was 11,67%.

KATA PENGANTAR

  Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul : “Identifikasi dan Prevalensi Cacing pada Saluran Pencernaan Ikan Kakap Merah (Lutjanus sanguineus) di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong Lamongan Jawa Timur”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi S-1 Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga Surabaya.

  Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga Skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan informasi bagi semua pihak, khususnya bagi mahasiswa Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya dan kemajuan ilmu dan teknologi dalam bidang perikanan.

  Surabaya, Juni 2014 Penulis

UCAPAN TERIMA KASIH

  Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :

  1. Ibu Prof. Dr. drh. Hj. Sri Subekti B.S., DEA selaku dosen pembimbing pertama yang selama ini telah memberikan arahan serta bimbingan selama penyusunan skripsi dan Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya dan Ibu Dr. Kismiyati, Ir., M.Si selaku dosen pembimbing kedua yang selama ini telah memberikan arahan serta bimbingan selama penyusunan skripsi

  2. Ibu Dr. Gunanti Mahasri, Ir., M.Si., Ibu Rahayu Kusdarwati, Ir., M.Kes dan Bapak Dr. Kusnoto, drh., M.Si selaku penguji yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menguji serta memberikan masukan dan saran atas perbaikan laporan skripsi ini.

  3. Ibu Laksmi Sulmartiwi, S.Pi., MP. selaku dosen wali yang telah memberikan motivasi bagi saya selama menempuh kuliah.

  4. Bapak/Ibu dosen dan staf pendidikan di Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga.

  5. Kedua orang tua saya Bapak Priyo Utomo, SE. dan Ibu Nirwana, serta Adik

  • – adikku Reissa Oktavia dan Gadis Lovitasari tercinta yang telah memberikan doa dan dukungan hingga terselesaikannya skripsi ini.

  6. Teman seperjuangan skripsi saya Kiki, Vivin, Ditari, Tyfanny, Herman dan Antok yang senantiasa membantu dan memotivasi dalam kelancarannya skripsi ini.

  7. Sahabat-sahabatku tersayang Vivin Eka Pradita, Arifah Istiqomah, dan Ria Virgi Veronica yang selalu mendoakan dan memotivasi saya dalam pengerjaan skripsi.

  8. Teman–teman mahasiswa angkatan Goldfish 2009 di Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga dan semua pihak yang telah membantu serta memberikan motivasi selama masa kuliah sampai terselesaikannya penyusunan skripsi ini.

  9. Teman-teman Ikan Nadia, Dila, Dita, Widya, Ila, Uki, Ayun, Alvi, Ayu, Ines, Pudica, dan Ica atas bantuannya dan motivasinya agar saya segera bertoga

  10. Adik-adik dan kakak angkatan yang selalu mendukung dan membantu saya selama penelitian.

  11. Growns Up family jendra, deddy, patry, dan iqbal yang selalu menghibur dikala saya stress dengan skripsi ini dan juga memotivasi saya agar segera menyelesaikan skripsi ini.

  12. Meta, Rhika, Gagat, dan Iyus atas doa dan motivasinya.

  13. Semua pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi.

  DAFTAR ISI Halaman

  RINGKASAN ..................................................................................... iv SUMMARY ........................................................................................ v KATA PENGANTAR ........................................................................ vi UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................... vii DAFTAR ISI ........................................................................................ ix DAFTAR TABEL ............................................................................... xii DAFTAR GAMBAR .......................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... xiv I PENDAHULUAN .......................................................................

  1 1.1 Latar Belakang .......................................................................

  1 1.2 Rumusan Masalah ..................................................................

  3 1.3 Tujuan ....................................................................................

  3 1.4 Manfaat ..................................................................................

  3 II TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................

  4 2.1 Ikan Kakap Merah (Lutjanus sanguineus) ..............................

  4 2.1.1 Klasifikasi ......................................................................

  4 2.1.2 Morfologi .......................................................................

  5 2.1.3 Kebiasaan Makan...........................................................

  6 2.1.4 Habitat ...........................................................................

  6 2.2 Cacing pada Saluran Pemcernaan Ikan ..................................

  7 2.2.1 Anisakis . .........................................................................

  7 A. Klasifikasi .................................................................

  7 B. Morfologi ..................................................................

  7 C. Daur Hidup................................................................

  8 D. Predileksi ..................................................................

  9 2.2.2 Pseudosteringophorus. ...................................................

  10 A. Klasifikasi .................................................................

  10

  B. Morfologi ..................................................................

  10 C. Daur Hidup ................................................................

  11 D. Predileksi ..................................................................

  13 2.2.3 Lecithocladium. ..............................................................

  13 A. Klasifikasi .................................................................

  14 B. Morfologi ..................................................................

  14 C. Daur Hidup ................................................................

  15 D. Predileksi ..................................................................

  16 2.2.4 Pseudometadena. ............................................................

  17 A. Klasifikasi .................................................................

  17 B. Morfologi ..................................................................

  17 C. Daur Hidup ................................................................

  18 D. Predileksi ..................................................................

  19 III KERANGKA KONSEPTUAL .....................................................

  20 3.1 Kerangka konseptual ...............................................................

  20 IV METODOLOGI PENELITIAN ...................................................

  23 4.1 Waktu dan Tempat .................................................................

  23 4.2 Materi Penelitian .....................................................................

  23 4.2.1 Peralatan Penelitian .......................................................

  23 4.2.2 Bahan Penelitian ............................................................

  23 4.3 Metode Penelitian ..................................................................

  24 4.4 Prosedur Kerja .......................................................................

  24 4.4.1 Pengambilan Sampel .....................................................

  24 4.4.2 Pemeriksaan Endoparasit ...............................................

  24 4.4.3 Pewarnaan Endoparasit..................................................

  25 4.4.4 Parameter Penelitian ......................................................

  26 4.5 Diagram Alir Penelitian .........................................................

  26 4.6 Analisis Data.................................................................. .........

  27 V HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................

  28 5.1 Hasil Penelitian .......................................................................

  28 5.1.1 Identifikasi Cacing ........................................................

  28 5.1.2 Prevalensi Cacing..........................................................

  31 5.2 Pembahasan .............................................................................

  32 VI SIMPULAN DAN SARAN .........................................................

  36 6.1 Simpulan ................................................................................

  36

  6.2 Saran ......................................................................................

  36 DAFTAR PUSTAKA .........................................................................

  37 LAMPIRAN ........................................................................................

  41

  DAFTAR TABEL Tabel Halaman

  1. Hasil Identifikasi Cacing yang Ditemukan Pada Saluran Pencernaan Ikan Kakap Merah Di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong Lamongan Jawa Timur ..................................................

  28

  2. Prevalensi Cacing Anisakis simplex Pada Saluran Pencernaan Ikan Kakap Merah Di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong Lamongan Jawa Timur ....................................................................

  31

  DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Ikan Kakap Merah ............................................................................

  12.Bagian anterior L3 Anisakis simplex dengan mikroskop binokuler perbesaran 100x.............................................................................

  30

  29

  31

  16. Larva Anisakis simplex stadium tiga terdapat mukron ..................

  15.Larva Anisakis simplex stadium tiga dengan camera lucida perbesaran 400x................................................................................

  14.Bagian posterior L3 Anisakis simplex dengan perbesaran mikroskop binokuler 100x ..............................................................

  13.Larva Anisakis simplex stadium tiga bagian anterior dengan camera lucida perbesaran 400x........................................................

  29

  27

  4 2. Anisakis ............................................................................................

  22 11. Diagram Alur Penelitian ................................................................

  19 10. Kerangka Konseptual Penelitian ....................................................

  18 9. Daur Hidup Pseudometadena ..........................................................

  16 8. Pseudometadena ..............................................................................

  15 7. Daur Hidup Lecithocladium. ............................................................

  13 6. Lecithocladium. ................................................................................

  11 5. Daur Hidup Pseudosteringophorus. .................................................

  9 4. Pseudosteringophorus .....................................................................

  8 3. Daur Hidup Anisakis ........................................................................

  30

  DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Data Sampel Ikan Kakap Merah yang diambil ................................

  41 2. Mikroskop binokuler dengan camera lucida ....................................

  43

  I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Tempat Pelangan Ikan (TPI) Brondong berada di Kabupaten Lamongan yang merupakan tempat pendaratan ikan terbesar di Jawa Timur (DKP, 2009).

  Hasil tangkapan laut nelayan TPI Brondong Lamongan didominasi oleh ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, diantaranya ikan Kuningan, Kambangan, Krese, Golok Sabrang, Kapasan, Kakap merah, Kakap putih, Kerapu, Layur, Cumi-cumi, Tongkol, Hiu dan Bawal (Muttaqin dan Abdulgani, 2013). Ikan kakap merah merupakan salah satu jenis ikan perairan karang yang bernilai ekonomis tinggi dan memiliki nilai gizi yang lengkap (Deptan, 1998). Ikan ini dapat dipasarkan dalam keadaan hidup maupun dalam bentuk fillet (Sarwono dkk, 1999). Salah satu faktor yang menurunkan produksi dan populasi ikan adalah penyakit (Pardede, 2000). Timbulnya penyakit pada ikan dapat disebabkan oleh adanya interaksi antara organisme patogen, inang (ikan) dan faktor – faktor lingkungan yaitu temperatur, salinitas, curah hujan, angin, oksigen, arus air, dan pH (Kabata, 1985).

  Penyakit pada ikan secara umum digolongkan menjadi dua, yaitu infeksius dan non-infeksius (Mahyuddin, 2010). Salah satu penyebab penyakit infeksius adalah parasit. Parasit merupakan organisme yang hidup pada atau di dalam organisme lain, mengambil makanan dari organisme yang ditumpanginya untuk berkembang biak (Subekti dan Mahasri, 2010). Infeksi parasit dapat menimbulkan kerugian pada inang definitif seperti menghambat pertumbuhan inang definitif karena adanya persaingan makanan antara parasit dan inang definitif, yang mengakibatkan penurunan produksi, menyebabkan terjadinya alergi, memproduksi berbagai substansi beracun dan menurunkan ketahanan inang terhadap penyakit-penyakit lain (Uga et al., 1996). Oleh karenanya diperlukan pemahaman dan pengendalian terhadap cacing parasit dan penyakit yang ditimbulkannya terutama yang berasal dari ikan untuk dapat mengembangkan berbagai produk asal ikan terutama untuk konsumsi manusia (Yamaguti 1958 dikutip oleh Emelina 2008). Salah satu cacing endoparasit yang mempunyai prevalensi tinggi pada spesies ikan laut adalah Anisakis simplex. Adanya Anisakis

  simplex

  dalam tubuh ikan dapat mengurangi kualitas dan nilai ekonomis ikan kakap merah (Muttaqin dan Abdulgani, 2013). Anisakis simplex bersifat zoonosis (Batara, 2008). Menurut Grabda (1991) larva Anisakis simplex ketika berada dalam usus manusia akan menembus mukosa dan submukosa usus dan menimbulkan luka yang luas. Gejala klinis tidak spesifik, dapat timbul 4 jam setelah mengkonsumsi ikan dan pada umumnya terlihat dalam waktu 24 jam seperti sakit perut, diare, demam dan muntah. Pada kasus akut dapat terjadi gastritis pada saluran pencernaan.

  Dengan demikian berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan dan juga karena kurangnya informasi mengenai jenis parasit apa saja yang menyerang ikan kakap merah (Lutjanus sanguineus), maka perlu dilakukan penelitian tentang identifikasi dan prevalensi cacing pada saluran pencernaan ikan kakap merah (Lutjanus sanguineus) hasil tangkapan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong, Lamongan.

  1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1) Jenis cacing apa saja yang terdapat pada saluran pencernaan ikan kakap merah (Lutjanus sanguineus) hasil tangkapan di Pelabuhan Perikanan

  Nusantara Brondong Lamongan Jawa Timur? 2) Berapakah prevalensi cacing yang terdapat pada saluran pencernaan ikan kakap merah (Lutjanus sanguineus) hasil tangkapan di Pelabuhan

  Perikanan Nusantara Brondong Lamongan Jawa Timur?

  1.3 Tujuan Penelitian

  Tujuan dari penelitian ini adalah : 1) Untuk mengetahui jenis cacing yang terdapat pada saluran pencernaan ikan kakap merah (Lutjanus sanguineus) hasil tangkapan di Pelabuhan

  Perikanan Nusantara Brondong Lamongan Jawa Timur. 2) Untuk mengetahui prevalensi cacing yang terdapat pada saluran pencernaan ikan kakap merah (Lutjanus sanguineus) hasil tangkapan di

  Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong Lamongan Jawa Timur.

  1.4 Manfaat Penelitian

  Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan dan melengkapi informasi ilmiah dan tentang jenis cacing yang menyerang ikan kakap merah (Lutjanus sanguineus) dan prevalensinya kepada masyarakat perikanan sebagai pengembangan ilmu pengetahuan.

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Kakap Merah (Lutjanus sanguineus)

  2.1.1 Klasifikasi Ikan Kakap Merah

  Klasifikasi ikan kakap merah (Lutjanus sanguineus) menurut Saanin (1984) dalam Batara (2008) adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Sub phylum : Vertebrata Class : Pisces Sub class : Teleostei Ordo : Percomorphi Sub ordo : Percoidea Family : Lutjanidae Genus : Lutjanus Species : Lutjanus sanguineus (Gambar 2.1)

Gambar 2.1. Ikan kakap merah (Lutjanus sanguineus)

  (Sumber: Irawati, 2011)

  2.1.2 Morfologi Ikan Kakap Merah

  Ikan kakap merah (Lutjanus sanguineus) mempunyai badan bulat putih memanjang dan melebar dengan sirip punggung dapat mencapai 20 cm. Panjang tubuhnya 25-100 cm, berbentuk compressed, batang sirip ekor lebar, mulut lebar dengan letak terminal dan mempunyai gigi yang halus. Ikan kakap merah mempunyai bagian bawah penutup insang yang berduri kuat dan bagian atas penutup insang terdapat cuping bergerigi (Direktorat Jenderal Perikanan 1990).

  Ikan terlihat berkembang menjadi dewasa dengan bentuk segitiga maupun bentuk V dengan atau tanpa penambahan pada bagian ujung maupun penajaman.

  Bagian bawah pra penutup insang bergerigi dengan ujung berbentuk tonjolan yang tajam. Sirip punggung dan sirip anal terdiri dari jari-jari keras dan lunak. Sirip punggung umumnya berkesinambungan dan berlekuk pada bagian antara yang berduri keras dan bagian yang berduri lunak. Batas belakang ekornya agak cekung dengan kedua ujung sedikit tumpul. Warna sangat bervariasi, mulai dari yang kemerahan, kekuningan, kelabu hingga kecoklatan. Ada yang mempunyai garis- garis berwarna gelap dan terkadang dijumpai adanya bercak kehitaman pada sisi tubuh di bawah awal sirip punggung berjari lunak. Pada umumnya berukuran panjang antara 25–50 cm, walaupun tidak jarang mencapai 90 cm (Gunarso, 1995). Lujanus sanguineus termasuk jenis ikan kakap karang (Mayunar, 1996).

  Perbedaan fisik nyata antara ikan kakap merah dengan ikan kakap merah karang menurut Bahar (2006) adalah: 1) Bagian kepala pada ikan kakap merah memiliki kepala yang agak melancip ke arah mulut, sedangkan pada ikan kakap karang memiliki kepala yang cenderung bulat, 2) Warna Merah di Kulit: warna ikan kakap merah, merah terang menyala dan warna merahnya relatif lebih tahan lama, sedangkan pada ikan kakap merah karang berwarna merah gelap kecokelatan yang akan mudah berubah menjadi kecokelatan sehingga penampilan ikan menjadi kusam dan tidak menarik, 3) Nilai Konsumsi: ikan kakap merah dengan ikan kakap merah karang yaitu daging ikan kakap merah lebih kenyal daripada ikan kakap merah karang yang lebih lunak.

  2.1.3 Kebiasaan Makan Ikan Kakap Merah

  Ikan kakap merah termasuk golongan karnivora yang biasa memakan ikan kembung, cumi-cumi dan ikan-ikan berukuran lebih kecil. Cara makan ikan kakap merah dengan menyergap mangsa dari balik karang tempat persembunyiannya (Melianawati dan Aryati, 2012).

  2.1.4 Habitat Ikan Kakap Merah

  Ikan kakap merah hidup pada kondisi air laut dengan kadar salinitas 27 – 32 ppt, kadar pH 8 - 8,5 dengan temperatur 27°C - 30°C dan kadar oksigen terlarut 5 – 8 ppm. Kondisi perairan yang bersih, jernih serta bebas dari buangan sampah pertanian dan industri akan meningkatkan pertumbuhan ikan di perairan tersebut. Ikan kakap merah merupakan ikan yang hidup berkelompok, menyukai perairan yang terlindung dari gelombang atau arus kuat dan lingkungan perairan yang berkarang (Mayunar dan Genisan 2002).

2.2 Cacing Pada Saluran Pencernaan Ikan

2.2.1 Anisakis

A. Klasifikasi Anisakis

  Klasifikasi parasit Anisakis menurut Noga (2010) yaitu : Phylum : Nemathelminthes Class : Nematoda Ordo : Ascaridida Family : Anisakidae Genus : Anisakis Spesies : Anisakis pegreffii

  Anisakis physeteris Anisakis simplex

  B. Morfologi Anisakis sp.

  Anisakis memiliki mulut yang dikelilingi oleh tiga bibir terletak satu di dorsal dan dua di ventro-lateral yang dilengkapi beberapa papila. Genus Anisakis memiliki saluran ekskresi (excretory duct) yang membuka ke arah anterior dan berlokasi diantara kepala dan mulut ventro-lateral serta tidak memiliki sekum intestinal. Bagian posterior pada jantan terdapat spikulum yang memiliki panjang tidak rata dan terdiri dari 3 atau 4 pasang papila kaudal (Grabda, 1991). Berikut ini morfologi dari cacing Anisakis Gambar 2.2 :

Gambar 2.2. Morfologi cacing Anisakis. Sumber : Setyobudi,et al. (2010) Keterangan: a.wilayah cephalic, b. saluran pencernaan, c. ekor. lt.

  gigi, ep. pori ekskretoris, ed. ekskretoris saluran, lb. labia, e.esophagus, vc. ventriculus, int. intestinum, a. anus, g. kelenjar anus, m. mucron.

  C. Daur Hidup Anisakis

  Siklus hidup Anisakis diawali dengan telur dikeluarkan melalui feses inang definitif ke dalam air dan tenggelam ke dasar perairan dan berkembang menjadi larva stadium pertama berkembang. Larva ini terlindung oleh selubung kutikula. Larva hidup bersama plankton untuk beberapa waktu dan dimakan oleh krustasea. Dalam usus, larva mengalami moulting dan berkembang sebagai larva stadium dua bermigrasi ke rongga tubuh krustasea, sehingga krustasea sebagai inang antara pertama untuk Anisakis. Krustasea genus Thysanoessa dan Euphausia adalah makanan ikan predator (ikan kakap merah, ikan makarel dan ikan hering) dan cumi, ikan predator merupakan inang antara kedua Anisakis. Ikan predator yang memakan krustasea yang sudah terfinfeksi larva Anisakis stadium dua, larva Anisakis migrasi dari perut ke rongga tubuh ikan predator, sehingga semakin banyak larva menumpuk di rongga visceral ikan. Larva Anisakis selanjutnya berkembang menjadi larva stadium tiga dalam tubuh ikan predator. Ikan predator termakan oleh mamalia laut yaitu lumba – lumba, paus dan anjing laut yang merupakan inang definitif dari Anisakis (Grabda, 1991). Berikut ini gambar daur hidup Anisakis pada Gambar 2.3 :

  Cacing dewasa dalam saluran pencernaan Inang definitif (paus, lumba- lumba, anjing laut) Inang definitif L 3 Telur dalam feses Inang antara 2(ikan predator (ikan) Inang definitif (paus, laut) lumba-lumba, anjing laut) L 2

  L1 Inang antara 1( crustasea: Larva hidup bebas udang Thysanoessa dan Euphausia

  )

Gambar 2.3. Daur Hidup cacing Anisakis .Sumber: Grabda (1991)

D. Predileksi Anisakis

  Biasanya cacing Anisakis ditemukan dalam keadaan menggulung di sepanjang usus, di bawah membran hati, otot, limpa, rongga badan, pylorus sekum dan diantara gonad (Buchmann and Bresciani 2001).

2.2.3 Pseudosteringophorus

  A. Klasifikasi Pseudosteringophorus

  Klasifikasi Pseudosteringophorus menurut Yamaguti (1958) dikutip oleh Emelina (2008) adalah : Phylum : Platyhelminthes Class : Trematoda Ordo : Digenea Family : Fellodistomatidae Genus : Pseudosteringophorus Species : Pseudosteringophorus holognathi

  B. Morfologi Pseudosteringophorus

  Cacing Pseudosteringophorus memiliki bentuk tubuh pipih, rata dan oval memanjang dan memiliki faring yang kecil (Olson et al.,2003). Cacing ini juga mempunyai batil hisap di sekitar ujung anterior mulut dan bagian ventral (acetabulum) kedua batil hisap berfungsi sebagai alat penempel dan penggerak (Grabda, 1991). Pseudosteringophorus juga memiliki dua buah testis yang bulat simetris dan terletak horizontal, ovarium terletak di bagian anterior testis. Uterus terletak di bagian posterior tubuh dan berisi telur dalam jumlah banyak (Dawes, 1956 dikutip oleh Emelina, 2008). Lapisan epidermis cacing

  Pseudosteringophorus

  tidak memiliki silia dan pada bentuk dewasa mengalami modifikasi menjadi kutikula. Cacing ini tidak memiliki pigmen. Mulut terletak pada bagian anterior tubuh yang (Radiopoetro, 1988). Morfologi cacing

  Pseudosteringophorus dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4. Morfologi cacing Pseudosteringophorus. Sumber : Yamaguti (1958) dikutip oleh Emelina (2008).

C. Daur Hidup Pseudosteringophorus

  Daur hidup cacing Pseudosteringophorus diawali dari cacing dewasa memproduksi telur yang berbentuk oval dalam jumlah banyak. Telur kemudian menetas menjadi miracidium bersilia yang akan berenang bebas di air dan kemudian menginfeksi molluska (terutama siput) sebagai inang antara pertama.

  Miracidium

  dilengkapi dengan kelenjar penembus, sistem ekskretoris, sel germinal, dan memiliki bintik mata. Dalam tubuh siput, miracidium berkembang menjadi sporokista. Sel germinal yang melapisi dinding bagian dalam sporokista berkembang menjadi redia dan kemudian akan keluar melalui pecahnya

  sporokista

  . Tiap sel germinal di dalam suatu redia berkembang menjadi satu

  cercaria

  . Cercaria akan masuk ke dalam tubuh ikan laut sebagai inang antara kedua dan memiliki kemampuan untuk menginfeksi ikan. Setelah mencapai organ target pada ikan, cercaria berkembang menjadi metacercaria. Apabila ikan yang mengandung metacercaria dimakan oleh inang definitif (burung pemakan ikan) maka metacercaria akan berkembang menjadi cacing dewasa (Noble and Noble, 1989 dikutip oleh Susanti, 2008). Daur hidup Pseudosteringophorus tertera pada Gambar 2.5.

  Cacing dewasa dalam saluran Telur dalam feses cerna inang definitif (burung inang definitif pemakan ikan) Metacercaria

  Miracidium pada hidup inang antara II bebas di air (ikan laut)

  Cercaria Redia Sporokista pada inang pada inang pada inang antara I (siput air laut antara I (siput air antara I (siput air laut

  Lymnaea acuminata) Lymnaea acuminata) laut Lymnaea acuminata) Gambar 2.5. Daur Hidup cacing Pseudosteringophorus .Sumber : Chaari et al.

  (2011)

D. Predileksi Pseudosteringophorus

  Cacing Pseudosteringophorus merupakan endoparasit pada ikan air laut dan habitat alaminya adalah saluran pencernaan khususnya lambung dan usus ikan yang diinfeksinya (Yamaguti, 1958 dikutip oleh Emelina, 2008).

2.2.4 Lecithocladium

A. Klasifikasi Lecithocladium

  Klasifikasi Lecithocladium menurut Yamaguti (1958) dikutip oleh Emelina (2008) adalah : Phylum : Platyhelminthes Class : Trematoda Ordo : Digenea Family : Hemiuridae Genus : Lecithocladium Species : Lecithocladium megalapsis

   Lecithocladium angusiovum Lecithocladium scombri

B. Morfologi Lecithocladium

  Cacing ini memiliki bentuk tubuh silindris memanjang dan terdapat dua buah alat penghisap yang terletak di bagian oral dan ventral tubuh.

  Lecithocladium

  memiliki esofagus pendek, testes yang berjumlah dua buah yang terletak diagonal serta ovarium yang tidak berlobus yang terletak di belakang testes. Telur cacing ini berbentuk oval tanpa alat gerak (Dawes, 1956 dikutip oleh Susanti 2008). Yamaguti (1958) dikutip oleh Emelina (2008) mengatakan bahwa cacing famili Hemiuridae merupakan parasit yang memiliki habitat utama pada esofagus dan lambung, tetapi dapat juga ditemukan di usus, gelembung renang, atau di luar saluran pencernaan ikan.

  Cacing Lecithocladium memiliki inang antara utama ikan dari genus

  Decapterus

  dengan predileksi pada saluran pencernaan. Meskipun inang antara utama cacing ini adalah ikan genus Decapterus tetapi tidak menutup kemungkinan cacing ini akan menginfeksi ikan laut jenis lain karena sifatnya bukan sebagai host

  spesific . Morfologi cacing Lecithocladium ditunjukkan oleh Gambar 2.6.

Gambar 2.6. Lecithocladium . Sumber : Yamaguti. (1958) dikutip oleh Emelina (2008) Keterangan : 1. Oral sucker 2. Faring 3.

  Saluran hermafrodit 4. Ventral sucker 5.Kelenjar prostat 6. Kantung seminal 7. Testis 8.Ovarium 9. Vitelin 10. Ekor 11. Uterus 12. Sekum 13. Lubang ekskretori

C. Daur Hidup Lecithocladium

  Cacing Lecithocladium memiliki inang antara pertama yaitu siput, sedangkan inang antara kedua adalah ikan laut. Telur dikeluarkan oleh inang definitif (burung pemakan ikan) kemudian menetas menjadi miracidium di dalam air. Miracidium berenang bebas dalam air dan mencari inang antara pertama.

  Dalam tubuh inang antara pertama miracidium akan berkembang menjadi

  sporokista

  . Sporokista selanjutnya berkembang menjadi redia dan kemudian berkembang menjadi cercaria. Apabila inang antara pertama dimakan oleh inang antara kedua maka cercaria akan berkembang menjadi metacercaria dalam tubuh inang antara kedua (ikan laut). Metacercaria akan menjadi cacing dewasa dalam tubuh inang definitif (burung pemakan ikan). akan berkembang menjadi cacing dewasa (Noble and Noble, 1989). Daur hidup cacing dapat dilihat pada Gambar 2.7.

  Cacing dewasa dalam saluran Telur dalam feses cerna inang definitif (burung inang definitif pemakan ikan) Metacercaria

  Miracidium pada hidup inang antara II bebas di air (ikan laut)

  Cercaria Redia Sporokista pada inang pada inang pada inang antara I (siput air antara I (siput air antara I (siput air laut

  Lymnaea stagnalis) laut Lymnaea laut Lymnaea stagnalis) stagnalis)

Gambar 2.7. Daur Hidup cacing Lecithocladium. Sumber : Gudivada and

  Vankara. (2010)

D. Predileksi Lecithocladium

  Endoparasit genus ini ditemukan dalam saluran pencernaan ikan (Yamaguti, 1958 dikutip oleh Susanti, 2008).

2.2.5 Pseudometadena

A. Klasifikasi Pseudometadena

  Klasifikasi Pseudometadena menurut Subekti dan Mahasri (2010) adalah sebagai berikut: Phylum : Platyhelmintes Class : Trematoda Ordo : Digenea Family : Crytogonimidae Genus : Pseudometadena Spesies : Pseudometadena celebensis B. Morfologi Pseudometadena sp.

  Tubuh cacing dewasa pipih dorsoventral, tidak bersegmen dan seperti daun. Memiliki alat penghisap ventral ditengah dan rudimenter. Penghisap ini berada di dalam dinding anterior sinus genitalis yang luas agak berotot dan apertura genitalis berada di bagian posteriornya (Levine 1990). Gambar dari

  Pseudometadena pada Gambar 2.8.

Gambar 2.8. Pseudometadena celebensis. Bar : 300 μm.(Sumber : Ruhr, 2006)

C. Daur Hidup Pseudometadena

  Daur hidup Pseudometadena yang merupakan digenea diawali dari telur menetas menjadi miracidium, kemudian miracidium mencari inang antara I moluska dan penetrasi dalam tubuh bagian yang lunak dari Lymnaea. Miracidium berkembang menjadi sporokista, kemudian berkembang menjadi redia. Redia berkembang menjadi cercaria. Cercaria secara aktif penetrasi dalam krustasea dan berkembang menjadi metacercaria. Krustasea dimakan oleh inang definitif yaitu ikan kakap (Subekti dan Mahasri, 2010). Daur hidup dari Pseudometadena tertera pada Gambar 2.9.

  Cacing dewasa dalam saluran Telur dalam feses cerna inang definitif (ikan kakap) inang definitif Metacercaria

  Miracidium pada hidup inang antara II bebas di air (krustasea water fly

  ) Cercaria Redia Sporokista pada inang pada inang pada inang antara I (siput air antara I (siput air antara I (siput air laut

  Lymnaea snail) laut Lymnaea snail) laut Lymnaea snail)

Gambar 2.9. Daur Hidup Pseudometadena

  Sumber : Subekti dan Mahasri (2010)

D. Predileksi Pseudometadena

  Predileksi dari Pseudometadena ialah dalam usus halus ikan kakap (Subekti dan Mahasri, 2010).

III KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konseptual

   Potensi lestari perikanan laut Indonesia diperkirakan sebesar 6,4 juta ton

  per tahun yang tersebar di perairan wilayah Indonesia dan ZEE (Zona Ekonomi Ekslusif) dengan jumlah tangkapan yang diperbolehkan sebesar 5,12 juta ton pertahun atau sekitar 80 persen dari potensi lestari (Irianto dan Susilo, 2007).

  Ikan kakap merah merupakan komoditas perikanan laut bernilai ekonomis tinggi sehingga mengakibatkan tingginya penangkapan terhadap jenis ikan ini (Melianawati dan Aryati, 2012).

  Salah satu kendala yang muncul pada hasil perikanan tangkap adalah penyakit. Penyakit ini disebabkan karena kualitas perairan yang menurun.

  Kualitas air yang menurun dapat menyebabkan ikan stress sehingga sangat rentan terserang penyakit. Penyakit ikan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu penyakit infeksius dan non infeksius. Penyakit non infeksius disebabkan oleh lingkungan, makanan dan genetis, sedangkan penyakit infeksius disebabkan oleh virus, bakteri, jamur dan parasit (Fidyandini, 2012).

  Menurut habitatnya parasit dibagi menjadi dua macam yaitu ektoparasit dan endoparasit. Ektoparasit adalah parasit yang hidup dipermukaan kulit dan kadang-kadang masuk ke dalam jaringan di bawah kulit inangnya, sedangkan endoparasit adalah parasit yang hidup di dalam tubuh inang yaitu di dalam darah, otot dan usus inang (Mahasri dkk, 2008). Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi dan mengetahui prevalensi cacing pada ikan kakap merah, sehingga dapat diketahui jenis dan prevalensi cacing pada ikan kakap merah, dapat dilakukan upaya monitoring penyebaran cacing dan dapat digunakan oleh pembudidaya untuk melakukan pencegahan. Kerangka konseptual penelitian dapat dilihat pada Gambar. 3.1

  Hasil Perikanan Tangkap Ikan konsumsi Permintaan pasar tinggi

  Ikan kakap merah Penyakit

  Penyakit Non Penyakit

  Infeksius Infeksius jamur bakteri virus parasit

  Ektoparasit Endoparasit Mesoparasit pada saluran pencernaan

  Bersifat Cacing zoonosis

  Identifikasi Prevalensi

Gambar 3.1. Kerangka Konseptual

  Keterangan : : Aspek yang diteliti : Aspek yang tidak diteliti

IV METODOLOGI

  4.1 Waktu dan Tempat

  Penelitian ini dilaksanakan di PPN Brondong Lamongan Jawa Timur dan Laboroturium Kering Fakultas Perikanan dan Kelautaun Universitas Airlangga Surabaya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2013 – Januari 2014.

  4.2 Materi Penelitian

  4.2.1 Peralatan Penelitian

  Peralatan penelitian yang digunakan dalam pengambilan sampel yaitu serok, ember, dan kantong plastik. Untuk identifikasi endoparasit antara lain digunakan, pisau bedah (scalpel), gunting bedah, pinset, object glass, cover glass, pipet tetes, cawan Petri, tabung centrifuge, mesin centrifuge, dan mikroskop.

  4.2.2 Bahan Penelitian

  Bahan penelitian yang digunakan antara lain, ikan sampel berupa ikan kakap merah 60 ekor dari 1000 ekor hasil tangkapan ikan nelayan dipelabuhan Brondong, Lamongan, Jawa Timur. Pengambilan sampel mengacu pada pengambilan sampel secara deskriptif. Hal ini sesuai dengan standar yang telah dibakukan yaitu pengambilan sampel sebanyak 5-10% dari populasi (Balai Karantina Ikan Batam, 2007). Bahan lain yang digunakan yaitu larutan NaCl jenuh, alkohol gliserin 5%, PZ(NaCl fisiologis), alkohol 70%, HCl, NaHCO

  3 , alkohol 85%, alkohol 95%, larutan Hung’s I dan larutan Hung’s II dan Carmine.

  4.3 Metode Penelitian

  Penelitian ini menggunakan metode survey melalui pengambilan sampel pada lokasi secara langsung. Lokasi pengambilan sampel ikan ditentukan dengan cara sengaja atau dengan metode purposive sampling (Mulyono, 2009). Metode pengambilan sampel dilakukan secara acak (random sampling) terhadap ikan kakap merah di Pelabuhan Nusantara Brondong Jawa Timur.

  4.4 Prosedur Kerja

  4.4.1 Pengambilan Sampel

  Sampel ikan yang diambil adalah ikan kakap merah, sampel tersebut diambil dari Pelabuhan Nusantara Brondong Lamongan Jawa Timur. Sampel ikan yang diambil ikan dalam keadaan baik dan segar sebanyak 60 ekor dari 1000 ekor hasil tangkapan yang merupakan 6 % populasi ikan (hasil tangkapan).

  4.4.2 Pemeriksaan Endoparasit

  Identifikasi cacing dilakukan berdasarkan Kabata (1985), Grabda (1991), Moller dan Anders (1986). Menurut Mahasri dkk. (2008), pemeriksaan saluran pencernaan dilakukan dengan metode konsentrasi yang dibagi menjadi dua, yaitu metode pengendapan (sedimentasi) dan metode pengapungan. Metode pengendapan cara kerjanya ialah mencampurkan feses dengan 10 ml air lalu diaduk sampai tercampur, hasilnya dimasukkan ke dalam tabung centrifuge sampai dengan satu cm dibawah permukaan tabung. Selanjutnya di centrifuge selama 2-3 menit dengan kecepatan 1500 rpm. Larutan supernatan (permukaan) dibuang lalu disisakan endapan satu cm dari dasar tabung, lalu ditambahkan dengan air dan dicentrifuge dengan kecepatan 1500 rpm selama 2-3 menit dan membuang larutan supernatan (permukaan). Endapan diambil menggunakan pipet, diletakkan pada object glass dan ditutup dengan cover glass. Pemeriksaan endapan dilakukan di bawah mikroskop dengan pembesaran 100x dan 400x.

4.4.4 Pewarnaan Cacing

  Pewarnaan endoparasit menggunakan metode Semichen-Acetic Carmine yang mengacu pada Kuhlman (2006) yaitu dengan cara cacing disimpan dalam alkohol gliserin 5% lalu dicuci dengan larutan NaCl fisiologis lalu difiksir diantara dua gelas obyek dan ikat kedua ujungnya dengan benang, kemudian masukkan dalam alkohol gliserin 5% selama 24 jam, dilanjutkan dengan memasukkan dalam alkohol 70% selama lima menit. Setelah itu, memindahkan cacing dalam larutan carmine yang sudah diencerkan dengan alkohol 70% dengan perbandingan 1 : 2, dibiarkan selama 8 jam, kemudian cacing dilepas dari object

  glass