e-mail: gedesukarthaisi-dps.ac.id ABSTRAK - Karawitan Inovatif Harita - ISI Denpasar

  

Karawitan Inovatif Harita

  

I Ketut Gede Sukartha Widiantara

NIM. 201302003

Pembimbing I, Pembimbing II,

  

I Wayan Suharta, SSkar., M.Si Ni Putu Tisna Andayani, S.S., M.Hum

NIP. 196307301990021001 NIP. 197805292005012001

  

INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR

Alamat: Jalan Nusa Indah Denpasar, Telp: (0361) 227316, Fax: (0361) 236100

e-mail: gedesukartha@isi-dps.ac.id

ABSTRAK

  

Bunga Jepun Bali memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai sarana upacara agama Hindu khususnya di Bali.

Bunga jepun khas Bali memiliki gabungan dua jenis warna yaitu putih dan kuning juga secara umum

bunga tersebut memiliki kelopak (mahkota) yaitu lima kelopak namun, ada pula yang berkelopak empat,

enam, bahkan sampai sepuluh kelopak. Dari berbagai macam jenis bunga jepun di Bali penata sangat

terinspirasi dengan bunga tersebut dari warna yang berbeda, terlihat indah dan melekat pada tempat yang

sama. Konsep penata dengan perpaduan warna yang berbeda dalam sebuah karya karawitan inovatif yang

berjudul Harita juga dengan pemilihan alat untuk mendukung garapan penata sangat terinspirasi

menggunakan dua gamelan yaitu Semar Pagulingan dan Selonding. Untuk lebih menajamkan keutuhan

dari garapan yang akan disajikan, maka istilah kawitan, pengawak, dan pengecet akan penata tuangkan

dalam garapan Harita menjadi bagian-bagian yaitu: bagian I, bagian II, dan bagian III. Penuangan ide

garapan dalam bunga jepun Bali yaitu dari bagian pertama penata menggambarkan keindahan dari bunga

jepun Bali, dengan permainannya melodi yang lembut. Bagian kedua dari garapan saling bergantian dan

menonjolkan satu per satu dari kedua gamelan Semar Pagulingan dan Selonding. Bagian ketiga

menggambarkan perpaduan dari warna kuning dan putih hingga menjadi satu kesatuan. Permainan musik

bagian ketiga ini saling bersamaan, juga saling bergantian dan bagian akhir garapan menggambarkan

bunga jepun tersebut agar terlihat tetap indah. Garapan komposisi ini dengan durasi 12.30 menit.

  Kata kunci: Karawitan inovatif, Semar pagulingan, Selonding, Bunga Jepun.

ABSTRACT Balinese flower Bali has several functions as a means of Hindu religious ceremonies, especially in Bali

  

Balinese flower has a combination of two types of colors are white and yellow also in general the flower

has petals (crown) that is five petals, but there are also berkelopak four, six, even up to ten petals. From

the various types of jepun flower in Bali the stylist is very inspired with the flowers of different colors,

looks beautiful and attached to the same place. The concept of stylist with different color combinations in

an innovative karawitan work entitled Harita also with the selection of tools to support the artist's style is

inspired by two gamelan that is Semar Pagulingan and Selonding. To further sharpen the wholeness of the

cultivation to be presented, the terms kawitan, pengawak, and pengetak will stylist pour in Harita's claim

to be parts namely: part I, part II, and part III. Pouring the idea in Balinese flower that is from the first

part of the stylists describe the beauty of Balinese jepun flowers, with soft melody playing. The second

part of the cultivation takes turns and features one by one from both Semar Pagulingan and Selonding

gamelan. The third section illustrates the combination of yellow and white to become one. The third part

  

of the music game is simultaneous, also interchangeable and the end of the cultivation depicts the jepun

flower to look beautiful. Garapan this composition with a duration of 12.30 minutes. Keywords: Innovative Karawitan, Semar Pagulingan, Selonding, Jepun Flower

PENDAHULUAN

  Pulau Bali terkenal dengan keindahan alamnya. Mengamati keindahan lingkungan masyarakat khususnya di Bali seringkali kita jumpai pemandangan yang indah, elok, dan enak dipandang mata. Di sepanjang pekarangan rumah, jalan, dan taman-taman banyak sekali ditanami berbagai macam jenis tanaman hias diantaranya tanaman bonsai, pohon cemara, bunga gemitir, bunga teratai, bunga anggrek, bunga kembang sepatu, bunga kamboja (jepun), dll. Berbagai macam tanaman itu ditanam untuk mempercantik lingkungan tersebut sehingga terlihat asri dan indah. Ketika tanaman itu terlihat indah disana kita bisa mendapatkan inspirasi apapun yang kita inginkan, termasuk penata ketika melihat pemandangan tersebut, penata jatuh hati khususnya pada bunga jepun Bali yang terlihat begitu indah.

  Bunga jepun Bali memiliki beberapa fungsi, diantaranya sebagai sarana upacara agama hindu khususnya di Bali, yaitu sarana persembahyangan maupun untuk menghias Dewa-Dewi (Ida Betara), adapula digunakan sebagai bahan dasar dupa. Bunga jepun juga sering digunakan untuk menyambut kedatangan wisatawan asing (tamu mancanegara) dengan cara mengalungkan bunga jepun atau menyisipkan di telinga wisatawan tersebut. Bunga jepun Bali sering digunakan karena mudah didapat dan sering kita jumpai di berbagai tempat serta bentuknya lebih kecil dari pada bunga jepun lainnya.

  Bunga jepun khas Bali memiliki gabungan dua jenis warna yaitu putih dan kuning, bagian luar dari bunga jepun Bali tersebut berwarna putih dan pada bagian tengah berwarna kuning. Pada bagian dalam bunga berwarna kuning pekat, lalu dari pertengahan menuju ke bagian luar bunga tersebut bergradasi kuning menuju warna putih. Secara umum bunga jepun Bali memiliki lima kelopak (mahkota) namun ada pula yang berkelopak empat, enam bahkan sampai sepuluh kelopak. Dari berbagai macam jenis bunga jepun yang ada di Bali diantaranya jepun cendana, jepun Bali, jepun salju, dan lain-lain, penata hanya tertarik pada satu jenis bunga jepun yakni bunga jepun Bali. Penata terinspirasi dan yang sangat menarik bagi penata dari warna bunga jepun Bali tersebut yang merupakan perpaduan dua warna berbeda yakni putih dan kuning yang menyatu pada satu kelopak bunga dan menarik pula pada bunga ketika kembang bunga tersebut bentuknya yang sangat kecil, tidak seperti bunga jepun yang lainnya.

  Perpaduan dari warna kuning dan putih yang terlihat sangat indah dari bunga jepun Bali tersebut merupakan konsep dari garapan penata yang berjudul Harita. Judul ini dapat didefiniskan, Harita yang berarti kuning muda, karena warna putih dan kuning yang dicampur hingga warna tersebut menjadi satu kesatuan yakni warna yang dicampur tersebut menjadi warna kuning muda, didalam bahasa jawa anak perempuan yaitu kuning muda istilah nama lain disebut Harita. Garapan ini mempunyai dua perpaduan unsur warna yang berbeda yaitu putih dan kuning yang dituangkan melalui media ungkap yaitu Gamelan Semar Pagulingan dan Gamelan Selonding ke dalam karawitan inovatif.

  Bagian-bagian dari garapan Harita ini perlu penata jelaskan secara singkat dari Bagian pertama garapan menggambarkan keindahan dari bunga jepun Bali dengan karakter gending yang lembut (Semar Pagulingan dan Selonding). Pada bagian kedua menggambarkan warna putih yang berarti kebahagiaan (Semar Pagulingan) dan warna kuning yang berarti kesucian (Selonding). Selanjutnya pada bagian ketiga garapan merupakan perpaduan warna putih dan kuning yang menggambarkan keindahan dan kebahagiaan bunga jepun Bali dan pada akhir garapan menggambarkan bunga jepun Bali agar tetap terlihat indah dan asri (Semar Pagulingan dan Selonding).

  Berdasarkan dari uraian latar belakang di atas perlu juga yang sangat penting bagi tulisan ini yaitu rumusan masalah. Rumusan masalah yang akan diangkat dalam garapan yang berjudul Harita ini adalah:

  1. Bagaimana cara menuangkan inspirasi dari bunga jepun Bali tersebut ke dalam garapan karawitan inovatif?

  2. Bagaimana cara menuangkan bagian-bagian dari garapan ini ke dalam media ungkap Semar Pagulingan dan Selonding?

  3. Bagaimana proses penggarapan dan kreativitas seni yang dituangkan ke dalam penciptaan garapan karawitan inovatif?

Ide Garapan Menentukan ide garapan adalah sebuah proses yang paling awal dari serangkaian proses penciptaan

  Ide garapan mencakup gagasan pikiran yang ingin disampaikan melalui hasil garapan itu sendiri. Untuk mendapatkan sebuah ide yang original (baik) agar menyatu kepikiran kita masing-masing memang menjadi suatu hal yang gampang-gampang susah, ide terkadang muncul dengan secara tiba-tiba, namun terkadang juga penata mencari ide dengan beberapa aktivitas seperti kegiatan yang dilakukan yaitu membaca, menonton, mendengarkan, dan merenung. Dari keempat kegiatan yang dilakukan tersebut penata mendapatkan ide garapan pada saat melihat dan merenung di lingkungan sekitar penata. Penata dapat merenung dengan penuh hati dan penuh rasa yang pemikirannya tidak menjauh dari renungan tersebut, penata fokus dengan benda tersebut yaitu dari bunga jepun Bali yang digunakan sebagai konsep tugas akhir seni karawitan.

  Penata terinspirasi melihat fenomena nyata di sekitar penata yaitu bunga jepun Bali. Bunga jepun Bali yang terlihat sangat indah, memiliki warna yang berbeda dengan satu tempat yang sama dan memiliki banyak kegunaan. “Ide yang baik tanpa diikuti dengan kemampuan pengelolaan teknik yang mantap tidak akan menghasilkan komposisi yang baik, dengan teknik yang mantap setidaknya dapat menghasilkan komposisi yang enak didengar” (Bandem, 1987: 01). Dalam berkarya yang akan penata tuangkan ke dalam musik karawitan ini penata tidak akan lepas atau melupakan unsur-unsur musik seperti: harmoni, melodi, tempo, dinamika, dan ritme, karena unsur-unsur musik itu penting di dalam jenis komposisi apapun yang komposer garap. Adapun peringatan bagi penata untuk semua seniman khususnya di Bali jangan pernah melupakan unsur-unsur musik Bali.

  Ide garapan penata adalah menciptakan sebuah garapan karawitan inovatif, yang merupakan perpaduan dari gamelan Semar Pagulingan sebagai simbol kebahagiaan digambarkan dari warna putih, sedangkan gamelan Selonding sebagai simbol kesucian digambarkan dari warna kuning pada bunga jepun Bali tersebut. Menurut Suweca (2009: 46):

  “Komposisi inovatif adalah sebuah karya komposisi yang cenderung menggali ide-ide atau gagasan- gagasan baru kendatipun pada dasarnya materi tradisinya masih tampak jelas, dalam hal ini memasukan unsur-unsur dari luar dengan pengolahan yang sangat memadai, menjadi peluang untuk untuk mewujudkan nuansa-nuansa baru”.

  Memilih dua instrumen yang berbeda dipadukan menjadi satu kesatuan garapan yang utuh tentunya menjadi sebuah tantangan baru bagi penata. Secara umum masing-masing dari kedua jenis gamelan tersebut baik gamelan Semar Pagulingan maupun Selonding memiliki perbedaan karakter dan warna suara.

  

Terjadinya perbedaan tersebut yaitu dari bahan bilah gamelan Semar Pagulingan dari kerawang

(perunggu), sedangkan gamelan Selonding bahannya dari besi, adapun yang menyebabkan berbeda

dari resonator yang berbeda yaitu dari Semar Pagulingan menggunakan resonator bambu,

sedangkan dari Selonding menggunakan resonator langsung pada tempatnya yaitu dari kayu,

sedangkan yang berbeda pula dari panggul kedua gamelan tersebut, dari panggul Semar Pagulingan

yang berbentuk lancip terbuat dari kayu, sedangkan panggul Selonding yang berbentuk kotak dan

lonjong yang sama-sama terbuat dari kayu, tetapi panggul Selonding tidak menggunakan panggul

beriisi karet. Terjadinya dari perbedaan tersebut itulah yang menyebabkan kedua gamelan tersebut

memiliki karakter dan warna suara yang berbeda. Untuk mendukung serta merealisasikan ide garapan ini

  penata memadukan dua warna suara yang berbeda dari dua jenis Gamelan Semar Pagulingan dan Selonding.

  Garapan Harita ini hanya menggunakan sebagian instrumen-instrumen gamelan Semar Pagulingan, dan keseluruhan dari instrumen Selonding (gamelan golongan tua khususnya Selonding yang pemakaiannya tidak dapat dipisahkan). “Pada gamelan Selonding kita mengenal berbagai nama-nama saih, karena mempergunakan tujuh nada dalam instrumennya, sehingga disebut gamelan Saih Pitu dengan karakater religius” (Tusan, 2001: 1). “Selonding merupakan gamelan yang sakral dalam gamelan golongan tua dengan laras pelog tujuh nada, yang instrumentasinya terdiri dari alat perkusi berupa bilah yang yang terbuat dari besi dengan jumlah instrumen 7 (tujuh) buah” (Bandem, 1983: 53). Sedangkan “Semarapagulingan merupakan seperangkat gamelan golongan madya yang berlaras pelog tujuh nada, dengan menggunakan instrumen melodis yang berbentuk pencon serta bilah-bilahan perkusi yang terbuat dari perunggu” (Rai S, 1998: 1).

  Secara musikal alasan penata menggunakan gamelan Semar Pagulingan dan gamelan Selonding, yaitu dari Gamelan Semar Pagulingan penata sangat terinspirasi dengan adanya patet-patet yang begitu banyak berjumlah tujuh patet yang bisa membuat melodi dengan suasana apapun yang penata inginkan. Berkaitan dengan konsep penata tersebut sangat cocok untuk memilih gamelan Semar Pagulingan sebagai ide garapan Harita, karena konsep keindahan dan warna dari bunga jepun Bali yang kesannya lebih ke suasana dengan memakai patet yang ada pada gamelan Semar Pagulingan.

  Sedangkan dari gamelan Selonding yang penata pilih sebagai media garapan, yaitu dengan adanya saih dari gamelan tersebut penata sangat terinspirasi, karena juga dapat membuat suasana di dalam saih-saih pada gamelan Selonding tersebut. Menurut Bandem (2013: 59):

  “Salunding Wesi (Slonding Besi) adalah instrumen sejenis Gender (bilah) yang dibuat dari besi dan ansambel ini masih terdapat di desa-desa Bali Aga sekarang, seperti Desa Tenganan Pagringsingan, Desa Bungaya, dan Desa Asak di Kabupaten Karangasem. Gamelan yang menggunakan laras pelog Saih Pitu ini dianggap sakral oleh masyarakat pemiliknya dan digunakan juga sebagai pengiring tarian upacara keagamaan”.

  Dalam Garapan Harita ini pada gamelan Selonding yang menggambarkan warna kuning dari bunga jepun Bali tersebut. Gamelan Selonding juga memiliki karakter dalam garapan ini yaitu kebahagian, karena dalam garapan Harita warna kuning yang menyiratkan kebahagiaan yang menggambarkan gamelan Selonding.

  Pemaparan mengenai dua gamelan diatas menginspirasikan penata untuk mencari warna suara yang berbeda dari kedua gamelan tersebut, sesuai dengan konsep penata yang terinspirasi dari dua warna bunga jepun Bali yang berbeda tersebut. Selain warna yang berbeda, penata juga mendapatkan ide dari permainan kedua gamelan tersebut yang dimainkan secara bergantian. Dari kedua gamelan yang penata pilih sebagai garapan Harita ini menggunakan jenis gamelan yang keduanya sama-sama memiliki laras pelog saih pitu namun memiliki karakter dan warna suara yang berbeda. Hal ini juga menentukan suasana yang diinginkan berupa kebahagiaan, terkadang juga muncul kelembutan dan pada akhir garapan muncul suasana haru dari keindahan bunga jepun tersebut.

Tujuan Garapan

  Berdasarkan dari semua pemaparan diatas, maka tujuan garapan/penciptaan garapan ini dapat dijadikan motivasi untuk mendorong terwujudnya suatu karya yang baik agar semua masyarakat yang akan membaca tulisan ini, mengetahui apa yang menjadi tujuan umum dan tujuan khusus penata untuk menggarap karya seni ini yang berjudul Harita seperti:

  Tujuan Umum 1) Untuk mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1) di bidang seni karawitan ISI Denpasar.

  2) Dapat diterima di masyarakat, karena dari bunga jepun Bali menjadi inspirasi sebuah karawitan inovatif yang berjudul Harita. 3) Penata ingin melestarikan budaya karawitan Bali, untuk memuaskan penonton yang menonton garapan ini. Tujuan Khusus

  1) Untuk mengetahui atau memahami penjelasan tentang inspirasi dari bunga jepun Bali ke dalam bentuk karawitan inovatif yang berjudul Harita. 2) Mentranformasikan ide garapan ke dalam musik 3) Untuk memperoleh pengalaman lewat proses penyususunan karawitan inovatif.

  Manfaat garapan

  Setelah menentukan tujuan garapan, akan diuraikan manfaat dari garapan yaitu apa yang didapatkan dari karya karawitan invotaif yang berjudul Harita ini yaitu:

  1. Untuk mendapatkan pengalaman bagi penata dalam penciptaan karawitan dan meningkatkan olah rasa dalam bermain gamelan Bali, karena penata menggunakan gamelan Semar Pagulingan dan gamelan Selonding.

  2. Dapat meningkatkan apresiasi penata, sekaligus membuka peluang bagi penata untuk berkreativitas khususnya di bidang karawitan.

  3. Dapat meningkatkan kreativitas seni, pengalaman, serta menambah wawasan dalam berkarya sangat berguna di masyarakat dan juga sebagai referensi bagi generasi penerus.

  Ruang lingkup

  Pada ruang lingkup ini penata ingin memfokuskan agar dalam garapan ini tidak terjadi kesalahan dalam tafsiran garapan. Mengenai batasan-batasan dari garapan Harita ini penata hanya menggunakan jenis garapan karawitan inovatif dari gamelan Semar Pagulingan dan Selonding yang hanya menggunakan patet- patet yang digunakan dari kedua gamelan tersebut yaitu dari gamelan Semar Pagulingan: Patet Selisir, Patet Patemon, dan Patet Pangenter Agung, Sedangkan gamelan Selonding: Saih Sadi dan Saih Dong. Patet

  

dapat didefinisikan adalah urutan nada-nada dalam sebuah musik. “Sepintas istilah saih/pathet/patutan

  hampir memiliki pengertian yang sama, akan tetapi secara substantif tersirat makna yang berbeda. Istilah ‘Pathet’sesungguhnya meminjam dari istilah musik tradisi Jawa” (Kartawan, 2009: 01). Komposisi karawitan ini yang berjudul Harita berkonsep dari bunga jepun Bali yang berbeda dari segi berwarna putih dan kuning dengan satu tempat yang sama, juga terinspirasi dari begitu banyaknya orang yang menggunakan bunga jepun Bali tersebut. Tidak hanya orang Bali saja yang menyukai atau menggunakan bunga jepun Bali bahkan orang dari mancanegara yang menyukai bunga jepun Bali tersebut.

  Bunga jepun Bali ini penata gunakan sebagai konsep karya seni karawitan dengan mengolah melodi- melodi yang baik, benar dan enak didengar sebagai tugas akhir seni pertunjukan. Garapan ini didukung oleh dua puluh dua orang pendukung yaitu lima pemain gamelan Selonding dan tujuh belas pemain gamelan Semar Pagulingan. Penabuh yang akan tampil diatas panggung sebanyak dua puluh dua orang penabuh termasuk penata yang memainkan instumen kendang.

  Penata menggunakan konsep estetis seperti kesatuan (unity), kerumitan (compleksity), dan kesungguhan (intensity), (Suweca, 2009: 56). Perpaduan kedua gamelan tersebut penata tranformasikan ke dalam bentuk karya seni namun tidak melupakan unsur-unsur musik untuk menggarap sebuah karya seperti "Tri Angga”. Untuk lebih menajamkan keutuhan dari garapan yang akan disajikan, maka istilah-istilah kawitan, pengawak, dan pengecet akan penata pergunakan dalam garapan Harita menjadi bagian per bagian yaitu: bagian I, bagian II, dan bagian III. Penyajian garapan ini disajikan satu per satu karena memiliki karakteristik musikal yang berbeda-beda yakni: a. Bagian Pertama

  Pada bagian ini penata menceritakan keindahan bunga jepun Bali. Penata memulai menggarap dari media ungkap Semar Pagulingan yang memberi kesan lembut selanjutnya media ungkap gamelan Selonding permainannya sama memberi kesan lembut, bermain motif-motif Selonding dan ngempyung dari melodi pokok gamelan Semar Pagulingan.

  b. Bagian kedua Penata mengarap antara warna putih terlebih dahulu yaitu memainkan instrumen Semar Pagulingan selanjutnya menuju warna kuning yaitu memainkan instrumen Selonding. Permainan kedua gamelan yang berbeda tersebut saling bergantian antara media ungkap gamelan Semar Pagulingan dan gamelan Selonding.

  c. Bagian ketiga Penata menggarap perpaduan antara warna putih dan kuning agar menjadi satu kesatuan yaitu menjadi warna kuning muda yang memainkan kedua gamelan Semar Pagulingan dan Selonding secara bersamaan. Harapan penata pada akhir ending dari garapan ini adalah agar bunga jepun Bali tetap terlihat indah yang dituangkan ke dalam garapan seni karawitan inovatif yang berjudul Harita.

  Adapun media ungkap yang penata gunakan dalam karya karawitan inovatif yang berjudul Harita ini adalah sebagai berikut: A. Instrumen gamelan Semar Pagulingan: 1) Dua tungguh Gangsa (ngumbang ngisep) 2) Dua tungguh Kantil (ngumbang ngisep) 3) Dua tungguh Jublag (ngumbang ngisep) 4) Empat suling besar dan dua suling kecil 5) Sepasang kendang Krumpungan (lanang-wadon) 6) Sebuah instrumen Ceng-ceng Ricik. 7) Sebuah instrumen Gong dan Gentora. 8) Sebuah instrumen Kemong. 9) Sebuah instrumen Klenang. 10) Sebuah instrumen Kajar Trenteng.

  B. Instrumen gamelan Selonding: 1) Satu tungguh Nyongnyong alit. 2) Satu tungguh Nyongnyong ageng. 3) Satu tungguh Petuduh. 4) Satu tungguh Paenem. 5) Dua tungguh instrumen Gong Selonding. 6) Dua tungguh instrumen Kempur Selonding.

METODE PENELITIAN

  Untuk menghasikan karya yang baik, bersifat sitematis, dan dapat dipertanggung-jawabkan, maka karya ini harus didukung dengan beberapa sumber dan referensi yang sesuai dengan kebutuhan. Hal ini digunakan sebagai pedoman atau referensi di dalam berkarya berupa data-data yang diperoleh dari sumber perpustakaan, sumber diskografi, dan sumber wawancara. Melalui sumber pustaka diperoleh berbagai pengertian, pemahaman, konsep, dan pengetahuan yang bermanfaat untuk mendukung sebuah kreativitas karya seni yang berjudul Harita.

  Sumber Pustaka Gamelan Bali Di Atas Panggung Sejarah, oleh I Made Bandem. Stikom Bali, 2013. Pada buku ini penata mendapat membaca tentang Gamelan Semar Pagulingan dan Gamelan Selonding sebagai referensi atau acuan untuk mendukung tulisan ini.

  Estetika Karawitan, oleh I Wayan Suweca. Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar, 2009. Pada buku ajar ini penata mendapat membaca tentang manusia dan keindahan, filsafat, konsep keseimbangan dan estetika komposisi. Penata mendapatkan konsep estetis seperti kesatuan (unity), kerumitan (Compleksity), dan kesungguhan (Intensity).

  Laporan Penelitian Reformulasi Sistem Patutan Pada Gamelan Semar Pagulingan Saih Pitu oleh: I Made Kartawan, 2009. Hasil penelitian membahas sekilas tentang pengertian saih/patutan/patet dan memformulasi sistem modulasi yang ada pada gamelan Semar Pagulingan Saih Pitu dengan analisa akustik.

  Dalam penelitiannya, Kartawan menyusun kembali dan menemukan istilah baru dalam sistem patutan tersebut, sehingga hasil peneitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman mengenenai penggunaan patutan atau patet dalam mewujudkan sebuah karya seni karawitan.

  Peranan Sruti Dalam Perpatutan Gamelan Semarapagulingan Saih Pitu, dalam buku GONG oleh I Wayan Rai S, 2001. Buku ini memuat tentang peranan sruti di dalam Gamelan Semar Pagulingan serta proses pelarasan gamelan Semar Pagulingan saih pitu. Penata mengacu pada buku ini karena mendapatkan pengetahuan mengenai proses pelarasan gamelan Semar Pagulingan saih pitu serta tahap-tahap pelarasan tersebut.

  Selonding Tinjauan Gamelan Bali Kuna Abad X – XIV, Oleh Pande Wayan Tusan, 2001. Buku ini memuat tentang sejarah gamelan Selonding di Bali. Ilmu yang didapat dari buku ini yakni mengenai pemahaman dan gambaran yang cukup jelas tentang gamelan selonding serta saih dalam gamelan tersebut.

  Ubit-ubitan Sebuah Teknik Permainan Gamelan Bali, I Made Bandem, diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Indonesia Denpasar, 1990. Penata disini membaca makalah ini memperoleh ilmu tentang 14 teknik jenis ubit-ubitan yang akan penata gunakan sebagai acuan untuk menggarap garapan Harita ini.

  Sumber Diskografi Selain mencari referensi dari buku pedoman ada juga beberapa sumber acuan lainnya, yakni dari sumber diskografi dengan cara menonton dan mendengarkan rekaman audio, video, maupun MP3 yang penata peroleh dari koleksi pribadi atau rekaman berbagai karya terdahulu diantaranya:

  Ujian Tugas Akhir Blabur (2014) berupa MP3 karya I Wayan Ariawan. Dari karya ini penata mendapatkan struktur pada bagian pertama kelembutan dalam penyusunan melodi. Ujian Tugas Akhir Sradha Bhakti (2015) berupa MP3 karya I Kadek Adi Setyawan. Penata mendapatkan teknik cara penggabungan antara dua ensamble gamelan Bali. Karya yang berupa MP3 I Wayan Agun Adi Saputra Kunang-Kunang. Disini penata mendapatkan cara pengolahan melodi yang harmonis. Karya yang berupa MP3 I Wayan Darya Kembang Rampe dan Galang Bulan. Disini penata mendapatkan akan penata gunakan sebagai referensi dalam pengolahan melodi yang harmonis.

  Wawancara Selain melalui sumber pustaka dan sumber diskografi terwujudnya garapan ini juga dilakukan wawancara secara langsung dengan beberapa narasumber yang kompeten dalam bidang seni karawitan seperti:

  Wawancara dengan I Kadek Suparman, S.Sn. Dalam wawancara ini penata diberikan penjelasan mengenai konsep dan ide yang menarik, juga baik digunakan sebagai tugas akhir karya seni, bahwa dari konsep pertama penata yaitu dari pohon jepun Bali. Wawancara dengan I Wayan Gede Arnawa, S.Sn. Wawancara ini penata mendapatkan penjelasan, karena memakai konsep pohon jepun terlalu luas, jadi Beliau memberi penjelasan memakai konsep bunga jepun yang akan dipakai sebagai karya tugas akhir. Wawancara dengan Putu Tiodore Adibawa, S.Sn., M.Sn. Dalam wawancara ini penata padat dan jelas mendapat konsep dari Beliau, juga mendapat penjelasan media ungkap yang penata gunakan sebagai karya tugas akhir.

HASIL ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

  Wujud garapan adalah suatu hasil karya seni yang tersusun dengan melodi-melodi yang dapat dipersepikan dengan mata (Visual) atau telinga (Akustis). Dalam penyajian karya seni yang nantinya secara abstrak dapat dibayangkan dan dianalisa sesuai komponen-komponen penyusunnya. Deskripsi Garapan

  Garapan Harita merupakan sebuah garapan musik karawitan inovatif dengan menggunakann media ungkap gamelan Semar Pagulingan dan Selonding. Adapun tema yang diangkat dalam garapan ini adalah keindahan dan warna dari bunga jepun Bali, Alasan penata mengangkat tema ini adalah dari segi keindahan dan warna yang menarik bagi penata yaitu warna yang berbeda dari satu tempat yang sama. Tema tersebut disesuaikan dengan struktur garapan, agar dapat menjadi satu kesatuan yang utuh, dengan struktur garapan terdiri dari tiga bagian yaitu bagian I, bagian II, dan bagian III.

  Garapan Harita akan dipentaskan di Gedung Natya Mandala, Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar dan memiliki durasi waktu sekitar 14 menit, didukung oleh 22 orang penabuh termasuk penata. Pendukung karya komposisi ini adalah Sanggar Bhuana Giri Swara dan Mahasiswa Jurusan Karawitan Fakultas Seni Indonesia (FSP), Institut Seni Indonesia Denpasar.

  Instrumentasi Fungsi dari masing-masing intrumen gamelan Semarapagulingan dan Selonding tidak menyimpang pada fungi instrumen sebelumnya. Beberapa penjelasan dan fungsi instrumen gamelan Semar Pagulingan dan Selonding yang digunakan dalam garapan Harita ini adalah: 1) Instrumen gamelan Semarapagulingan.

  a. Instrumen Gangsa dan Kantil

  Instrumen ini pada barungan Semar Pagulingan dengan susunan nada yaitu: 3456712. Bentuk dari

  kedua instrumen ini yaitu berbentuk persegi panjang dengan jumlah tujuh bilah yang teknik permainannya dengan cara dipukul dengan menggunakan panggul yang berbentuk lancip.

  Instrumen ini berperan untuk memainkan ubit-ubitan dan aksen-aksen pada bagian-bagian gending tertentu.

  b. Instrumen Jublag Instrumen Jublag merupakan instrumen yang berbilah dan digantung dengan susunan nada sebagai berikut: 3456712. Bentuk dari instrumen ini sama seperti instrumen gangsa dan katil yang

  berbetuk persegi panjang yang berjumlah tujuh bilah. Instrumen ini tergolong dalam jenis

  Idiofone yaitu suatu alat musik yang bunyinya bersumber dari alat itu sendiri. Fungsi instrumen ini adalah sebagai membawa melodi pokok.

  c. Instrumen Kendang Instrumen Kendang termasuk ke dalam jenis alat musik Membranofone, yaitu alat musik yang sumber bunyinya dari kulit dan cara membunyikannya adalah memukul dengan alat atau tanpa alat (dengan tangan). Dari segi bentuk instrumen ini adalah berbentuk bulat panjang seperti selinder yang

  juga memiliki fungsi kendang sebagai pamurba irama atau mengatur dan mengendalikan jalannya gending, serta memberi aksen-aksen pada gending.

  d. Intrumen Gong Instrumen Gong merupakan instrumen yang bermoncol yang ukurannya lumayan besar. Teknik dari instrumen ini yaitu dengan cara dipukul dengan menggunakan panggul yang berbentuk bulat.

  Dalam garapan ini secara umum gong berfungsi untuk mengakhiri suatu gending (sebagai finalis).

  e. Instrumen Kajar Trenteng Intrumen ini merupakan instrumen yang setengah bermoncol, hampir mirip dengan instrumen Bende pada barungan gamelan Gong Kebyar. Teknik permainan yang dimiliki oleh instrumen ini yaitu

  dengan cara memukul dengan menggunakan khusus panggul yang dimiliki berbentuk lonjong memanjang. Dalam garapan ini instrumen ini berfungsi sebagai pemegang tempo gending, mengatur

  cepat lambatnya gending dan mengikuti pola-pola kendang.

  f. Intrumen Gentora Instrumen ini merupakan instrumen yang berbentuk seperti Genta, tetapi ukurannya yang sedikit lebih kecil. teknik yang dimiliki dengan cara menggoyangkan instrumen tersebut dengan suara

  getaran yang banyak. Dimainkan dengan cara menggoyangkan instrumen tersebut dan dalam garapan ini fungsinya sama seperti gong Semar Pagulingan.

  g. Instrumen Kemong Instrumen ini merupakan intrumen yang berbentuk pencon, berfungsi sebagai menandakan kembali ke pukulan gong, karena instrumen kemong dan gong saling bergantian. Teknik yang dimiliki

  instrumen tersebut yaitu dengan cara dipukul memakai panggul sama seperti panggul gangsa yang berbentuk lancip.

  h. Instrumen Suling Instrumen ini merupakan suatu alat musik yang diklasifikasikan sebagai alat musik aerofone, yaitu sumber bunyi yang berasal dari angin atau udara (cara membunyikan dengan cara ditiup). Bentuk dari

  instrumen ini yaitu berbentuk lingkaran memanjang juga memiiki lubang suara berjumlah

enam. Dalam garapan ini berfungsi menjalankan melodi atau memperindah alun-alunan melodi.

  i. Instrumen Ceng-ceng Ricik Instrumen ini merupakan instrumen yang berbentuk cymbal, tetapi ukurannya jauh lebih kecil. Teknik

  yang dimiliki dari instrumen ini yaitu dengan cara menekan menggunakan dua tangan yang saling bergantian. Dalam garapan ini berfungsi memberi nuansa ritmis serta memberi aksen-aksen.

  2) Instrumen gamelan Selonding

  a. Instrumen Gong Instrumen Gong merupakan instrumen yang berbentuk kotak yang berbilah berjumlah delapan yang ukurannya paling besar dibandingkan instrumen berbilah lainnya. Teknik instrumen ini yaitu dengan cara dipukul menggunakan dua panggul khusus yang dimiliki insturmen tersebut, yaitu pangguk yang berbentuk lonjong. Dalam gamelan Selonding ada dua tungguh Gong yang dimainkan oleh satu orang yang berfungsi untuk mengakhiri gending (sebagai finalis).

  b. Instrumen Kempul Intrumen ini adalah instrumen yang sama seperti gong selonding berbentuk kotak yang berbilah berjumlah delapan dimana ukurannya lebih kecil dari instrumen gong selonding. Teknik instrumeni ini yaitu dengan cara dipukul menggunakan dua panggul khusus yang dimiliki instrumen tersebut. Fungsi instrumen ini yaitu sama seperti fungsi instrumen gong selonding sebagai finalis gending.

  c. Instrumen Peenem Instrumen Paenam dalam gamelan Selonding adalah sebagai pemimpin. Bentuk dari instrumen yaitu berbentuk kotak yang bilahnya berjumlah emat, dengan teknik yang dimiliki yaitu dengan cara dipukul menggunakan panggul. Fungsi instrumen ini adalah sebagai pembawa melodi pokok dalam gamelan Selonding.

  d. Instrumen Petuduh Instrumen ini dalam gamelan Selonding peranan, bentuk, dan teknik juga memiliki struktur yang sama dengan instrumen Paenem, tetapi memiliki ukuran yang berbeda yaitu instrumen petuduh lebih kecil lagi sedikit dengan instrumen paenem. Fungsi instrumen ini sebagai pembawa melodi pokok pada gending Selonding .

  e. Instrumen Nyongyong Alit Instrumen ini berperan atau berfungsi untuk memainkan ubit-ubitan pada bagian-bagian gending tertentu. Bentuk instrumen ini yaitu berbentuk persegi panjang yang memiliki bilah berjumlah delapan bilah, dengan teknik yang dimiliki yaitu dengan cara memukul dengan dua tangan dan dua panggul khusus dimiliki oleh instrumen tersebut.

  f. Instrumen Nyongyong Ageng Instrumen ini peranannya sama dengan Nyongnyong Alit, yaitu memainkan ubit-ubtan pada bagian- bagian tertentu. Bentuk dari intrumen ini sama memiliki bentuk persegi panjang dan juga sama teknik dari instrumen ini dengan cara memukul dengan menggunakan dua tangan dan dua panggul khusus dimiliki oleh instrumen tersebut.

  Analisa Pola Struktur Struktur dari suatu karya seni menyangkut keseluruhan, meliputi peranan masing-masing bagian untuk dapat dicapainya sebuah bentuk garapan baru. Struktur garapan Harita dihubungkan dengan sebuah jembatan-jembatan penghubung yang disebut transisi dan hubungan tertentu antara bagian-bagian yang tersusun dan saling berkaitan. Secara struktural, garapan Harita dibagi menjadi tiga bagian, yang terdiri dari bagian I, bagian II, dan bagian III. Dalam masing-masing bagian ini memiliki karakter yang berbeda sesuai dengan ungkapan suasana yang diinginkan. Adapun uraian dari masing-masing bagian, adalah sebagai berikut:

  Bagian pertama, penata menggarap bunga jepun Bali dari bunga tersebut terlihat indah. Penata memulai menggarap dari kedua media ungkap gamelan Semar Pagulingan dan media ungkap gamelan Selonding yang permainannya saling bergantian dan bersamaan dengan kedua media ungkap tersebut dan juga memiliki dari bagian pertama melodi yang berbeda antara gamelan Semar Pagulingan dan Selonding. Notasi bagian pertama:

  Semar Pagulingan Patet Patemon, Selonding Saih Sadi Sp : 3 (3) . . .3 Sl : . . .571. 457 bsm : 5754 3431 5431 543(1) bsm : 3 (3) Jb : 5757.14 5717.45

  4575.345 75.4.1(3) Sl : 5745.71 7454313

  13.3134 5.45.1(7) Jb : .1.7.1 .453 8x Gs : .1.7.1.43 8x Sl : .1.7.1.3 4x Gs : .3 . 3 .3 . 3 .3 .(3) Jb : .33.33 .3(3)

  Patet Selisir Jb : (5) 4345345717545345 434534571 7....(1) K : 13. G : 711

  Gineman Semar Pagulingan dari barisan ketiga yang permainannya bersamaan tetapi memiliki motif yang berbeda dengan instrumen Nyongnyong Ageng dan Nyongnyong Alit. Sp : 11111……… 177777……… 4754 5745 7157 4 5 7 4 5 7 5 17.71

  11111……… 715745717.71 7 77777……… 54……57……54……57 5474575.57 4575.43 3 3……… Ny. Ag, Al : 131713.7131713.7131713.

  1717571.571757175454145. 5717571.5454345.5717571. 545434543454345457 4 5 7 43134543 3 3 3

  Jb : 44545.71 44545757(1)

  Gs : .571.57171575.7(1) Bermain bersama antara Gamelan Semar Pagulingan dan Selonding

  Gs, K : .571.571715.54.43 2x .143.143431.57.43 2x

  Sl : 757.757.757.757.757 .757.75.5754. 2x

  454.454.454.454.454 .454.45.5757. Gs, K : .571.5717171 Sl : 757.757. Transisi bagian kedua yang permainannya bergantian antara instrumen Semar Paguligan dan Selonding Sp : (1) .34.5.7.175.4.5.43 Sl : 4.5.7.1.7.5.34 Sp :

  5.7.1.75.4 Sl : .5.345 Bsm : 45..(3)

  Bagian kedua, menggambarkan karakter warna putih dari bunga jepun Bali dengan instrumen gamelan yaitu Semar Pagulingan (Kelembutan). Penata menggarap khusus gamelan Semar Pagulingan, karena instrumen tersebut melambangkan warna putih dari bunga jepun Bali, dan selanjutnya khusus gamelan Selonding untuk melambangkan warna kuning dari bunga jepun Bali.

  Notasi Bagian kedua: 4545.7.175.3.54 .371345.3.17 .171345.7.54 5431714.1(3) 2x 455 .(5) 7175.4.7(5) 5x 7175.7(1)

  7.154.345.3.4.575.7(1) 2x 7.154.345.715.4(3) 437131571343

  Patet Pangenter Agung 7.134(3) 43431.7.571(3) 3x

  .571(7) .134345.7.5 4 5431714(3)

  Saih Sadi Sl : 771.3.4 (3) 5 3 5 3 4 5 7 1

  7 5 4 3 4 5 3 4 5 4 5 4 5 3 5 4 3 1 7 1 7 1 3 7 4 4 3 4 3 1 7 1 3 1 7 1 3 4 3 1 3 7 3 1 7 5 4 5 7 1 4 3 1 7 1 (3) 771.3.4(3) 5 3 5 3 4 5 7 1 7 5 4 3 4 5 3 4 5 4 5 4 5 3 5 4

  Permainannya dari tempo cepat menjadi tempo lambat dan permainan saih Selonding dari saih sadi ke saih dong Saih Dong 3 1 7 1 5 7 5 4

  713 .5.345.3 1 . . 71.4 3 .345.1.5 7 .7543.5 4 .3475 .5435 4 .345.4(3) 2x

  Permainannya dengan tempo cepat Transisi bagian ketiga Patet Pangenter Agung 3143434 31543154

  53434353 Bagian ketiga, menggambarkan warna putih dan kuning yang menyatu pada tempat yang sama dan tetap terlihat indah dari bunga jepun Bali tersebut. Penata mengarap antara kedua gamelan Semar Pagulingan dan Selonding bermainnya bersamaan yaitu Semar Pagulingan memainkan melodi pokok dan Selonding memberi aksen-aksen pada gending tersebut. Pada bagian ending garapan, antara kedua gamelan gamelan Selonding memainkan nada pokok dan gamelan Semar Pagulingan memberi aksen-aksen, permainannya dari tempo biasa ke tempo pelan. Notasi bagian ketiga:

  Semar Pagulingan Patet Pangenter Agung, Selonding Saih Sadi Vokal : 3457.1.4.5317

  Bunga ne kembang sekadi bulan .4571

  45.3.54 Putih kuning warnan jepun n 7 5 4 3 Listuayu 7175431(3) Ning bunga jepun Bali ne

  Sp : 45.754345.7457 15.1.7.5.431354 53.5.4.5.74754(3) 2x

  431713 Permainannya saling bergantian antara Sp dengan Sl

  Sl : 3457575434575754(3) Sp :

  34.5.7 Sl : 13171 Sp :

  7.5.4 Sl : 5435(4) Permainannya Sp dengan Sl 2x

  Sp : 1313 Sl : 54354 2x Sp : 131 Sl : 5435 2x Sp : 13 Sl : 54 2x Sp : 1 Sl : 5 2x

  134.5.4(3)

  4545754534545(3) 2x Sp : 4545754354(3) 4x Sl : 431534543745

  4

  

Sistem Notasi Ding Dong

  2 Dibaca Nding Ndong Ndeng Ndeung Ndung Ndang Ndaing

Tabel 1.

  1

  7

  6

  5

  3

  754534541(3) 4x Sp : 454575 Sl : 431534543745

  Simbol

  Nama Aksara Ulu Tedong Taleng Suku ilut Suku Carik Pepet

  Simbol Sebagai Notasi Notasi Karawitan atau Titi Laras, adalah cara penulisan sebuah lagu atau gending-gending karawitan dengan menggunakan lambang nada (Aksara Bali) seperti angka, huruf, maupun gambar untuk memberikan kode atau isyarat visual mengenai garapan dari gending yang dinotasikan agar si pembaca dapat mengerti apa maksud dari tulisan ini. Adapun sistem notasi yang dipergunakan dalam garapan Harita ini adalah sistem notasi Ding, Dong yang berupa ulu, tedong, taleng, suku ilut, suku, carik, dan pepet yang disimbolkan.

  Analisis Simbol Simbol merupakan tanda atau kode untuk menjembatani antara maksud dengan realita yang akan diapresiasi oleh penikmatnya. Dalam garapan Harita ini sangat memerlukan simbol-simbol yang jelas sebagai aplikasi dalam penulisan notasi agar pembaca bisa membaca garapan ini walaupun tidak menonton secara langsung.

  333.33.555.554.... Sl : 13.3134.5.45431 (3)

  Sl : 7.54354.57.1(7) 5745.71 7454313 13.3134.5.45.1(7) Sp : 777.77.555.551....

  Permainannya dari tempo cepat ke tempo lambat. Dan pukulan yang saling bersamaan antara Gamelan Selonding dan Gamelan Semar Pagulingan.

  Selain digunakan sistem penulisan notasi, simbol juga digunakan sebagai tanda atau kode yang lazim digunakan dalam seni karawitan yaitu: 1. .... : Tanda ulang, artinya lagu atau gending dimainkan secara berulang-ulang

  2. .. : Tanda garis nilai yang berharga ½ , artinya setiap satu ketukan terdapat dua ritme 3. .. .. : Tanda garis nilai yang berharga ¼, artinya setiap satu ketukan terdapat empat ritme 4. ( . ) : Tanda ini adalah simbol nada yang mendapat jatuhnya pukulan gong yang disertai dengan suara instrumen gentora 5. / : Tanda coret tersebut pada nada mempunyai arti bahwa dalam prakteknya nada tersebut dimainkan dengan cara memukul sambil menutup bilah. 6. .... : Tanda ini mempunyai arti pengulangan gending dari masuknya bagian- bagian awal melodi.

  Adapun singkatan nama-nama instrumen dalam garapan Harita ini untuk mempermudah dalam penulisan notasi, nama-nama tersebut disingkat sebagai berikut: Sp : Semar Pagulingan Ny. Al : Nyongnyong Alit

  T Sl : Selonding : Teng d Bsm : Bersama : De Gs : Gangsa t : Tut K : Kantil p : Pung Jb : Jublag K : kon Ny. Ag : Nyongnyong Agung.

  Analisa Estetik Garapan Harita ini merupakan sebuah bentuk karawitan inovatif yang terinspirasi nyata dari melihat keindahan bunga jepun Bali. Penata menyiasati dengan mengolah unsur-unsur musikal menurut kemampuan penata secara maksimal sehingga garapan ini mampu memunculkan kesan secara estetis.

  Menurut Monroe dalam Gie (1996: 43). Filsafat Keindahan. Yogyakarta: PUBIB. Menyatakan bahwa ada tiga unsur yang menjadi sifat-sifat unsur tersebut adalah: kesatuan, kerumitan, dan kesungguhan. Dalam struktur karya seni, ada empat hal mendasar yang berperan menimbulkan rasa keindahan yaitu: Kerumitan (Complexsity), Penonjolan (Dominance), Keutuhan (Unity), Keseimbangan (Balance). Pada garapan Harita ini keutuhan garapan ini sangat penata perhatikan karena komposisi atau struktur karya tertuju pada bobot, serta menujukkan suatu yang kontras dan keanekaragaman dalam karya. Dalam garapan ini penonjolan yang akan dicapai yaitu pengolahan tempo dan melodi-melodi yang permainannya ngempyung pada kedua instrumen tersebut khususya pada bagian pertama, serta menonjolkan karakter masing-msing instrumen tersebut. Penonjolan yang dimaksud mengarahkan pengertian orang sebagai penikmat suatu karya seni. Begitu juga keseimbangan dalam garapan ini, dari pengolahan masing-masing instrumen dengan memperhatikan keras lirihnya lagu atau gending dan keseimbangan pukulan dari instrumen satu dengan insrumen yang lainnya karena, hal tersebut sangat penting dalam memperindah garapan agar garapan ini enak didengar dan dinikmati serta memiliki bobot seni yang tinggi.

  Analisa Materi Analisa Materi merupakan unsur yang sangat terpenting untuk mewujudkan sebuah karya seni karawitan khususnya garapan yang berjudul Harita. Tujuan dari analisa materi ini adalah agar garapan bisa dimengerti, dan dapat dicerna oleh penikmat seni. Garapan Elemen terpenting sebagai materi yang patut dianalisa tentunya motif-motif gending atau lagu, teknik pukulan, dan cara mengexplorasi karakter bunyi dari masing-masing bagian dalam garapan Harita ini. Adapun motif-motif yang digunakan dalam garapan Harita ini yaitu:

  a. Motif Pengulangan Garapan Harita terdapat motif pengulangan di bagian tiga, untuk memberikan penjelasan dan menegaskan pesan yang ingin disampikan dari garapan tersebut, pada bagian ini diulang cukup dua kali saja. Hal ini dapat dilihat pada pengolahan ritme dan kotekan yang diolah pada melodi yang sama.

  b. Ritme

  Ritme adalah rangkaian beberapa suara yang berbeda panjang pendenknya, jika memakai nada-nada maka ia menjadi lagu dengan sifat-sifat nada tinggi dan rendah. Dalam garapan ini mengolah ritme yang bersumber timbre (warna suara) dari media ungkap Semar Pagulingan dan Selonding yang menjadi suatu karya seni yang utuh (Unity) dengan mengolah ritme yang enak didengar.

  c. Tempo Tempo adalah waktu kecepatan gending atau lagu dalam langkah tertentu. Unsur ini dalam pola permainan gending atau lagu khususnya dari garapan Harita memegang peranan sangat penting, karena tempo adalah memegang jalannya gending dari pertama sampai akhir garapan tersebut. adapun tempo yang digunakan dalam garapan ini yaitu: tempo lambat, tempo sedang, dan tempo cepat.

  d. Dinamika Dinamika adalah keras lembutnya suatu gending atau lagu yang sudah tersusun dengan utuh. Unsur ini sangat penting juga dalam garapan seni khususnya seni karawitan. Dinamika sebagai ekspresi dalam penggarapan, menyangkut aksen pada teknik permainan setiap instrumen, keras lirihnya suara, serta panjang pendeknya gending yang dilakukan untuk menghasilkan kesan dinamis dalam sebuah garapan.

  e. Melodi Melodi adalah rangkaian nada secara berurutan yang berbeda panjang pendeknya dan berbeda pula tinggi rendahnya dan teratur susunannya yang memiliki irama. Dalam garapan ini sangat memerlukan sekali dan berperan penting dalam mewujudkan sebuah karya seni khususnya karawitan inovatif yang berjudul Harita.