Gusti Ayu Dwina Mastryagung, S.SiT.,M.Ke b.1 , Ns. Ni Luh Putu Dina Susanti, S.Ke p.,M.Ke p.2, Ns. I Kade k Nuryanto, S.Ke p.,MNS.3 Dosen STIKES Bali, Jalan Tukad Balian No. 180 Denpasar Bali e-mail: dwina86gmail.com ABSTRAK - Index of /file

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU IBU HAMIL TENTANG HIV/AIDS DI WILAYAH

  

KERJA PUSKESMAS II DENPASAR SELATAN

(Correlation between Knowledge, Attitude and Behavior of Pregnant Women about HIV/AIDS in Puskesmas II Denpasar Selatan working area)

  

1

  2 Gusti Ayu Dwina Mastryagung, S.SiT.,M.Ke b. , Ns. Ni Luh Putu Dina Susanti, S.Ke p.,M.Ke p. ,

  3 Ns. I Kade k Nuryanto, S.Ke p.,MNS.

  Dosen STIKES Bali, Jalan Tukad Balian No. 180 Denpasar Bali e-mail: dwina86@gmail.com

  

ABSTRAK

  Meningkatnya kualitas pelayanan dan umur harapan hidup mencerminkan kemajuan kesehatan, tetapi pada era ini muncul beberapa penyakit dikarenakan bebasnya masyarakat untuk pindah dari satu wilayah ke lainnya. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan, sikap, perilaku ibu hamil tentang HIV/AIDS di Puskesmas II Denpasar Selatan. Metode penelitian adalah Korelasi dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian adalah 74 ibu hamil menggunakan teknik accidental sampling. Instrumen berupa kuesioner, diolah secara bivariate Correlation me mpergunakan pearson correlation. Hasil tingkat pengetahuan ibu hamil tentang HIV/AIDS yakni pengetahuan baik sebanyak 63 (85,1%). Hasil sikap didapatkan sebagian besar ibu hamil memiliki sikap baik tentang HIV/AIDS sebanyak 58 (78,4%) responden. Hasil katagori Perilaku adalah sebagian besar ibu ha mil memiliki perilaku cukup tentang HIV/AIDS sebanyak 89,2%. Hubungan Pengetahuan dengan sikap ibu hamil tentang HIV/AIDS memiliki korelasi kuat dan positif, r=0,697 (<0.001) atau nilai signifikansi Pvalue < 0,05. Tidak ada hubungan pengetahuan ibu dengan perilaku ibu hamil tentang HIV/AIDS dengan hasil Pvalue> 0,05.Tidak ada hubungan Sikap dengan perilaku ibu hamil tentang HIV/AIDS, Pvalue> 0,05. Kesimpulan penelitian diharapkan dapat menjadi data awal untuk

  

mengembangkan penelitian ini lebih lanjut seperti mengidentifikasi dan mengobservasi perilaku ibu

hamil dan pasangan/suami ibu dalam mencegah penularan HIV/AIDS.

  Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Pe rilaku, HIV/AIDS, Ke hamilan

ABSTRACT

  

Introduction: The increasing quality of service and life expectancy reflects the progress of health, but

in this era emerged some diseases due to free community to move from one region to another.

Method: This study aims to describe the knowledge, attitude, behavior of pregnant women about

HIV/AIDS in Puskesmas II Denpasar Selatan. The method was used the correlation with cross

sectional approach with 74 pregnant women and taken by accidental sampling technique. The

instrument was questionnaire, calculated by Bivariate Correlation using person correlation. Result

and Discussion: The results were the most of the respondents 63 (85, 1%) have knowledgeable

about HIV/AIDS, 58 (78,4%) were good in attitudes and 89,2% were good in behavior. The

relationship between knowledge and pregnant women were strong and positive, r=0,697 (<0.001) or

Pvalue < 0,05. There is no correlation between knowledge and pregnant woman behavior about HIV

/ AIDS with result of Pvalue> 0, 05. There is no correlation between attitudes and pregnant woman

behavior about HIV / AIDS , Pvalue> 0, 05.Conclusion: Can be preliminary data to develop this

study such as identifying and observing the behavior of pregnant women as well as spouses /

husbands in preventing HIV / AIDS transmission.

  Keyword: Knowledge, Attitude, Behavior, HIV/AIDS, Pregnancy

LATAR BELAKANG

  Era globalisasi membuat kehidupan manusia semakin maju. Salah satu kemajuan itu bisa dilihat dalam bidang kesehatan. Kemajuan dibidang kesehatan dapat dilihat dari semakin baiknya kualiatas pelayanan kesehatan dan semakin meningkatnya umur harapan hidup, akan tetapi pada era globalisasi ini juga mengakibatkan munculnya beberapa penyakit yang diakibatkan oleh semakin bebasnya masyarakat dunia untuk pindah dari satu wilayah ke wilayah yang lainnya. Salah satu penyakit yang penyebaranya sangat cepat dan sangat berbahaya adalah Human

  Immunodeficiency Virus / Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS). HIV/AIDS merupakan salah

  satu masalah kesehatan yang terjadi di seluruh dunia.

  World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa

  HIV/AIDS menjadi ancaman global dan berdampak pada semua sektor dalam kehidupan. Penyakit HIV/AIDS merupakan penyakit infeksi penyebab kematian peringkat atas dengan angka ke matian dan angka kejadian penyakit yang tinggi serta membutuhkan diagnosis serta terapi yang cukup lama (Arniti, 2014). AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang mengakibatkan terjadinya penurunan daya tahan tubuh yang ekstrim sehingga mudah terjangkit penyakit- penyakit infeksi (Kusuma, 2011) .

  Jumlah penderita penyakit HIV di dunia sampai akhir tahun 2010 terdapat 34 juta jiwa. WHO menyatakan pada bulan Maret 2015 terdapat 36.9 juta kasus penduduk dunia yang hidup dengan HIV (UNAIDS, 2015). Di Indonesia, jumlah kasus HIV hingga September 2014 tercatat sebanyak 150.296 kasus dan 55.799 telah berada pada tahap AIDS. Penyebab risiko HIV tertinggi adalah hubungan seks berisiko pada heteroseksual (9.625), diikuti penggunaan jarum suntik tidak steril pada IDU (2.017), Lelaki suka Seks dengan Lelaki (1.872), dan lain-lain (5.811) (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2014).

  Secara epidemiologi, salah satu kelompok masyarakat yang beresiko terkena penyakit HIV/AIDS adalah ibu hamil dan bayi (Kementrian Kesehatan RI, 2012). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2012 menyatakan dari 43.624 ibu hamil yang menjalani tes HIV, sebanyak 1.329 (3,01%) ibu hamil dinyatakan positif HIV. Diperkirakan prevalensi HIV pada ibu hamil akan meningkat dari 0,38% pada tahun 2012 menjadi 0,49% pada tahun 2016 (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2013). Dinas Kesehatan Provinsi Bali melaporkan jumlah kasus HIV/AIDS sejak tahun 1987 sampai dengan September 2015 adalah sebesar 12.667 orang dan 35,5 %. Pada tahun 2014 jumlah ibu hamil yang sudah melakukan tes HIV sebanyak 12.380 orang atau 1,8% dari sasaran ibu hamil sebanyak 40.450 orang. Dari ibu hamil yang melakukan tes HIV tersebut 45 orang dinyatakan positif HIV.

  Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Bali menyatakan bahwa sekitar 500 ibu hamil di Bali diperkirakan positif HIV/AIDS setiap tahun. Pola penularan HIV pada ibu hamil tersebut adalah penularan dari suami yang berganti-ganti pasangan seksual kepada istrinya. Penularan tersebut tidak hanya pada ibu hamil yang terinfeksi HIV, namun berlanjut kepada anak yang dikandungnya (Abhinaja & Astuti, 2013).

  Denpasar merupakan wilayah dengan jumlah kasus HIV tertinggi. Pada bulan September 2015 tercatat 4.974 kasus, dan Singaraja menduduki peringkat kedua dengan jumlah kasus HIV/AIDS sebanyak 2.203 kasus. Pada tahun 2015 jumah ibu hamil yang mengikuti tes HIV di Kota Denpasar sebanyak 4.872 dan, sebanyak 35 orang dinyatakan poitif HIV. Pada tahun 2015, Denpasar Selatan menduduki peringkat teratas yang mengidap penyakit HIV/AIDS yakni sebanyak 1.041 kasus.

  Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas II Denpasar Selatan, pada tahun 2014 tercatat jumlah populasi yang beresiko terinfeksi HIV ialah sebanyak 386 orang. Kasus HIV dari tahun 2012 sampai tahun 2015 adalah sebanyak 237 kasus dan 8 orang diantaranya ialah ibu hamil. Ibu hamil cenderung merasa aman dari HIV & AIDS karena mereka merasa hanya melakukan hubungan seksual dengan sua mi mereka, sedangkan sebenarnya mereka tidak tahu bahwa kemungkinan suami mereka menderita HIV/AIDS. Selain itu, ibu rumah tangga menghabiskan sebagian besar waktunya di rumah. Kemungkinan besar mereka tidak terjangkau oleh informasi tentang HIV/AIDS yang sering dibagikan di sekolah atau di tempat kerja (Arniti, 2014).

  Kurangnya informasi akan mempengaruhi pengetahuan yang dimiliki seseorang. Survei Riskesdas tahun 2010 menunjukkan bahwa kira-kira 42% dari jumlah penduduk usia diatas 15 tahun belum pernah mendengar tentang HIV/AIDS. Hanya 10% perempuan dan 13% laki-laki memiliki pengetahuan yang komprehensif tentang cara penanggulangan HIV. Kelompok yang beresiko tinggi meskipun sudah tahu tentang HIV tetapi masih terlibat dalam perilaku beresiko (UNICEF, 2012).

  Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon. Sikap ibu ha mil terhadap HIV cenderung rendah dikarenakan ibu hamil tidak merasa memiliki kerentanan terhadap penularan Dll 5 6,8

  HIV/AIDS, padahal ada kemungkinan jika ibu hamil

  Pendidikan

  dapat tertular HIV dari suami mereka. Oleh karena itu, SD 14 18,9 usaha ibu hamil untuk mencari informasi tentang HIV SMP 20 27,0 juga rendah yang akan berpengaruh terhadap SMA 31 41,9 pengetahuan dan sikap mereka. Semakin bertambahnya Perguruan Tinggi 9 12,2 pengetahuan seseorang maka akan semakin tinggi

  Agama

  keinginan dan sikap untuk mengetahui kesehatan dalam Hindu 50 67,6 dirinya (Mulyanti, 2012).

  Islam 20 27,0 Dengan kurangnya pengetahuan dan sikap

  Katolik 3 4,1 yang dimiliki ibu hamil akan menyebabkan ibu menjadi Protestan 1 1,4 rentan tertular HIV/AIDS. Ibu hamil yang HIV positif sangat berisiko menularkan pada bayinya yang tidak

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 74 hanya berdampak pada masalah fisik, tetapi juga

  responden mayoritas berada pada usia 26-35 tahun psikologis dan sosial. Didiagnosa HIV/AIDS yakni sebanyak 35 (47,3%) responden, sedangkan yang merupakan suatu ancaman yang besar pada perempuan paling sedikit yaitu berada pada usia 36-45 tahun yakni hamil seperti ancaman terhadap infeksi dalam sebanyak 5 (6,8%) responden. Pekerjaan responden hidupnya, bayi dan keluarga (Dewi & Afiyanti, 2007). sebagian besar adalah sebagai ibu rumah tangga yakni

  Melihat kondisi-kondisi di atas, maka peneliti sebanyak 38 (51,4%) responden dan yang paling sedikit tertarik untuk meneliti tentang tingkat pengetahuan, adalah lain-lain sebanyak 5 (6,8%) responden. Sebagian sikap dan perlaku ibu hamil tentang HIV/AIDS. besar responden berpendidikan SMA yaitu sebanyak 31 (41,9%) responden dan yang paling sedikit responden

METODE PENELITIAN

  berpendidikan perguruan tinggi yaitu sebanyak 9 Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

  (12,2%) responden. Agama yang dianut responden adalah deskriptif korelasi. Populasi dalam penelitian ini sebagian besar adalah agama Hindu yakni sebanyak 50 adalah ibu hamil yang melakukan pemeriksaan (67,6%) responden dan yang paling sedikit adalah keha milan di Puskesmas II Denpasar Selatan. Jumlah agama protestan yakni sebanyak 1 (1,4%) responden. populasi dala m penelitian ini adalah 289 orang ibu hamil. Tehnik sa mpling pada penelitian ini menggunakan nonprobability sampling dengan tehnik

  accidental sampling. Hasil Penelitian Berdasarkan Variabel

  Data yang telah terkumpul dianalisis menggunakan analisis biavariat (analisis pearson correlation).

  Variable Pengetahuan

  Setelah mendapatkan ijin dari semua pihak terkait, peneliti melakukan penelitiannya. Peneliti mencari responden di puskesmas II Denpasar Selatan yaitu ibu

  Kategori Frekue nsi Perse ntase (%)

  hamil yang datang untuk memeriksakan kehamilannya Baik 63 85,1 Cukup 6 8,1

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Kurang 5 6,8 Hasil penelitian tentang tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku ibu hamil tentang HIV/AIDS di Puskesmas II Denpasar Selatan Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra

  Karakteristik Responden

  yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2010). Faktor-faktor yang mempengaruhi

  Karakteristik Fre kue nsi Presentase (%)

  pengetahuan yaitu pengala man, usia, intelegensia, jenis kelamin, sosial budaya, lingkungan, pendidikan, dan

  Umur

  status ekonomi (Wawan & Dewi, 2011) 17-26 34 45,9

  Berdasarkan pada tabel 4.2 dengan responden 26-35 35 47,3 sebanyak 74 ibu hamil didapatkan hasil sebanyak 63 36-45 5 6,8

  (85,1%) responden me miliki pengetahuan dalam kategori

  Pekerjaan

  baik, 6 (8,1%) dalam kategori cukup, dan sebanyak 5 Wiraswasta 9 12,2

  (6,8%) responden memiliki pengetahuan dalam kategori Swasta 22 29,7 kurang. Adanya pengetahuan dalam ketgori kurang Ibu Rumah Tangga 38 51,4 kemungkinan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan seseorang sehingga me mpengaruhi tingkat pengetahuan seseorang dalam memperoleh informasi tentang kesehatan khususnya tentang HIV/AIDS. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Wawan & Dewi (2011) yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mudah pula seseorang untuk menerima informasi, sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, stimulus atau objek.

  Jika dilihat dari karakteristik responden didapatkan bahwa responden paling banyak memiliki tingkat pendidikan SMA (41,9%), perguruan tinggi (12,2%), SMP (27,0%), dan SD sebanyak (18,9%). Dengan tingginya pendidikan ibu hamil, diharapkan adanya peningkatan pengetahuan yang dimiliki oleh ibu hamil, dan hal ini akan berbanding terbalik dengan ibu hamil yang me miliki pengetahuan yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan yang rendah dapat saja me mpengaruhi kemampuan seseorang dalam memahami informasi yang didapat di lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Prihyugiarto (2008) yang menyebutkan bahwa faktor yang me mpengaruhi pengetahuan ialah pendidikan. Dikatakan bahwa pada kelompok yang berpendidikan tinggi akan me mberikan tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS yang lebih baik dibanding dengan kelompok yang berpendidikan rendah. Walaupun pendidikan ibu ha mil masih ada yang rendah, diharapkan tidak menjadi halangan seseorang untuk belajar mengetahui dan me mahami tentang penyakit HIV/AIDS.

  Dalam penelitian ini ditemukan pula ibu hamil yang berpendidikan rendah namun mereka memiliki pengetahuan yang baik. Hal ini bisa saja dipengaruhi oleh faktor lain yang me mpengaruhi pengetahuan yakni faktor informasi. Sebagaimana yang diketahui saat peneliti melakukan penelitian, responden telah mendapat informasi baik dari petugas kesehatan dan penyuluhan- penyuluhan dari progra m yang diadakan oleh petugas desa maupun melalui media elektronik. Selain itu, puskesmas juga memiliki program kelas ibu hamil dimana ibu hamil yang mengikuti kelas ibu hamil mendapat informasi seputar kesehatan ter masuk informasi tentang HIV/AIDS sehingga tingkat pengetahuan responden tentang HIV/AIDS baik.

  Variable Sikap Kategori Fre kuensi Perse ntase (%)

  Baik 58 78,4 Cukup 16 21,6

  Menurut Notoatmodjo (2010) sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju- tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Faktor- faktor yang me mpengaruhi sikap seseorang adalah pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, sumber informasi, lembaga pendidikan dan agama serta faktor emosional (Wawan & Dewi, 2011).

  Berdasarkan pada table 4.3 diperoleh hasil sebanyak 58 (78,4%) responden me miliki sikap yang baik dan 16 (21,6%) me miliki sikap cukup tentang HIV/AIDS. Sikap yang baik pada dasarnya dipengaruhi oleh pengetahuan dan pendidikan yang baik. Sikap ibu hamil tentang HIV/AIDS dapat dipengaruhi oleh seseorang yang dianggap penting seperti suami, keluarga teruta ma orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat dan lain-lain. Seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak yang kita lakukan, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang berarti khusus bagi kita, akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu (Rahayuningsih, 2008).

  Menurut Tosi, dkk (2010) dalam Ruppilu, Maramis, & Joseph (2013) sikap responden terhadap HIV/AIDS merupakan gambaran yang menunjukkan respon ibu hamil terhadap pernyataan yang berkaitan dengan pandangan, perasaan, dan kecenderungan untuk melakukan tindakan terhadap penyakit HIV/AIDS.

  Faktor lain yang dapat me mpengaruhi sikap adalah pengalaman pribadi. Hal ini dapat terjadi kemungkinan disebabkan karena pengalaman pribadi merupakan suatu hal yang dapat melibatkan emosi sehingga menyebabkan sikap lebih mudah terbentuk. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ruppilu, Mara mis, & Joseph (2013) yang menyatakan bahwa untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengala man pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat, pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konfromis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting, kecenderungan ini dimotivasi oleh keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

  Dengan banyaknya faktor yang dapat me mpengaruhi sikap ibu hamil, diharapkan ibu hamil me miliki kesiapan untuk merespon hal-hal yang positif sehingga ibu ha mil mampu melakukan perilaku yang baik untuk pencegahan penularan HIV/AIDS sehingga angka kejadian HIV/AIDS dapat berkurang.

  Variabel Perilaku

  Kategori Frekue nsi Perse ntase (%)

  Puskesmas II Denpasar Selatan. Hubungan kuat serta positif yang artinya semakin tinggi pengetahuan ibu maka semakin baik sikap ibu hamil tentang HIV/AIDS begitu pula sebaliknya dimana ini dibuktikan dengan hasil r=0,697, P value < 0,001dan nilai signifikansi (2- tailed) sebesar 0,000< 0,05

  74 1,000

  .054 .647

  Koefisi en Korela si Sig.

  Katagori Perilaku

  74 .054 .647

  1.000

  Koefisi en Korela si Sig. (2- tailed) N

  Katagori Pengetah uan

  Pearson Correlat ion

  Katag ori Perila ku

  Katagori Pengetah uan

  Hubungan antara Pengetahuan dengan Perilaku

  Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2011) yang menyatakan bahwa konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan sehingga konsep tersebut akan me mpengaruhi sikap. Selain itu, teori yang diungkapkan oleh Wawan & Dewi (2011) menyatakan bahwa lembaga pendidikan serta lembaga agama adalah suatu sistem yang berpengaruh dalam pembentukan sikap karena keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran- ajarannya.

  Jika dilihat dari sisi pengetahuan ibu ha mil sebagian besar ibu hamil memiliki pengetahuan yang baik tentang HIV/AIDS sebasar 63(85,1%) dari 74 total responden dan me miliki sikap terbanyak adalah dengan katagori Baik yaitu 58 (78,4%) tentang HIV/AIDS ini memiliki arti bahwa semakin baik tingakt pengetahuan seseorang maka seseorang cenderung akan memiliki sikap yang baik pula. Hal ini dapat dilihat dari karakteristik responden yang sebagian besar berpendidikan SMA, dimana dalam hal ini responden telah mendapatkan ajaran dan konsep moral dari lemabaga pendidikan.

  74 Berdasarkan pada table diatas dapat disimpulkan adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap ibu hamil tentang HIV/AIDS di

  Baik 3 4,1 Cukup 66 89,2 Kurang 5 6,8

  74 1,000

  .697** .000

  Koefisi en Korela si Sig. (2- tailed) N

  Katagori Sikap

  74 .697** .000

  1.000

  Koefisi en Korela si Sig. (2- tailed) N

  Katagori Pengetah uan

  Pearson Correlati on

  Katag ori Sikap

  Katagori Pengetah uan

  Hubungan antara Pengetahuan dengan Sikap

  Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme, namun dalam me mberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor – faktor lain dari orang yang bersangkutan. Maka perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni Faktor Internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat bawaan, misalnya: jenis kela min, tingkat kecerdasan, dan tingkat emosional.Faktor Eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, pendidik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik.

  Menurut Notoatmodjo (2012) perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Berdasarkan pada table 4.3 diperoleh hasil sebanyak 66 (89,2%) responden memiliki perilaku dalam kategori cukup sedangkan sisanya sebanyak 5 (6,8%) responden me miliki perilaku dalam kategori kurang.

  74

  (2- tailed) N

  74 1,000

  5. Tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan perilaku ibu hamil tentang HIV/AIDS dengan hasil Pvalue> 0,05

  4. Hubungan antara Pengetahuan dengan sikap ibu hamil tentang HIV/AID memiliki korelasi yang kuat dan positif dengan r=0,697 (<0.001) atau dengan nilai signifikansi Pvalue < 0,05

  3. Pada katagori Perilaku didapatkan hasil bahwa sebagi besar ibu hamil memiliki perilaku yang cukup tentang HIV/AIDS sebanyak 89,2% dan perialku dengan katagori kurang sebanyak 5 (6,8%) responden

  2. Pada katagori sikap didaptkan hasil bahwa sebagian besar ibu hamil me miliki yang baik tentang HIV/AIDS sebanyak 58 (78,4%) responden.

  1. Tingkat pengetahuan ibu ha mil tentang HIV/AIDS di Puskesmas II Denpasar Selatan yakni pengetahuan baik sebanyak 63 (85,1%)

  Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

  KESIMPULAN

  Jika dilihat dari sisi sikap ibu ha mil tentang HIV/AIDS didapatkan hasil sebanyak 58 (78,4%) responden memiliki sikap yang baik dan 16 (21,6%) me miliki sikap cukup tentang HIV/AIDS dan hamper tidak ada yang memiliki sikap yang buruk. Sedangkan dilihat dari sisi Perilaku didapatkan hasil sebanyak 66 (89,2%) responden memiliki perilaku dalam kategori cukup, 3 (4,1%) responden me miliki perilaku yang baik sedangkan sisanya sebanyak 5 (6,8%) responden me miliki perilaku dalam kategori kurang. Hal ini me mbuktikan bahwa walaupun sebagian besar ibu hamil memiliki sikap yang baik na mun tidak semua ibu hamil memiliki perilaku yang baik tentang HIV/AIDS sehingga menjadi secara tidak langsung ini akan berpengaruh pada jumlah kunjungan ibu hamil yang akan melakukan pemeriksaan HIV/AIDS. Dalam hal ini tidak lepas dari pengaruh lingkungan, sosial maupun budaya masyarakat yang mengganggap bahwa HIV/AID adalah penyakit kutukan Tuhan atau penyakit dengan stigma yang negative.

  74 Menurut Notoatmodjo (2010) sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju- tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Menurut Allport (1935) dalam Borkowski (2013) mendefinisikan sikap sebagai status kesiapan mental atau neural, yang diatur melalui pengalaman, yang menggunakan pengaruh direktif atau pengaruh dinamik pada respon individu terhadap semua objek atau situasi yang berkaitan dengannya. Sedangka perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar) yang dipengaruhi oleh fakor internal dan eksternal antara lain jenis kelamin, lingkungan, sisal dan budaya. Berdasarkan pada table diatas dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara sikap dengan perilaku ibu hamil tentang HIV/AIDS dengan P value = 0,45 (>, 0,05) .

  .045 .704

  Berdasarkan pada table diatas dapat disimpulkan tidak ada hubungan anatara pengetahuan dengan perilaku dengan P value = 0,647 (>, 0,05). Jika dilihat dari sisi pengetahuan ibu hamil sebagian besar ibu hamil memiliki pengetahuan yang baik tentang HIV/AIDS sebasar 63(85,1%) dari 74 total responden dan memiliki perilaku cukup sebanyak 66 (89,2%) responden sedangkan sisanya sebanyak 5 (6,8%) responden memiliki perilaku dala m kategori kurang memiliki arti bahwa pengetahuan yang baik belum tentu bahwa perilaku seseorang baik terutama dalam hal ini adalah pengetahuan dengan perilaku ibu ha mil tentang HIV/AIDS.

  Koefisi en Korela si Sig. (2- tailed) N

  Katagori Perilaku

  74 .045 .704

  1.000

  Koefisi en Korela si Sig. (2- tailed) N

  Katagori Sikap

  Pearson Correlati on

  Katagori Perilaku

  Katagori Sikap

  Hubungan antara Sikap de ngan Pe rilaku

  6. Tidak ada hubungan antara Sikap ibu dengan perilaku ibu hamil tentang HIV/AIDS dengan hasil Pvalue> 0,05

  DAFTAR PUSTAKA 1. Abhinaja, I.G.W., & Astuti, S. A. P. (2013).

  14. Mulyanti, S. (2012). Faktor-Faktor Yang

  Diperoleh tanggal 7 November 2015, dari http://spiritia.or.id/dokumen/pedoman- ppia2012.pdf 11. Ke mentrian Kesehatan Republik Indonesia. (2014).

  Data statistik HIV di Indonesia 2014. Jakarta: Ke mentrian Kesehatan Republik Indonesia.

  Diperoleh tanggal 7 November 2015, dari http://spiritia.or.id/Stats/StatCurr.pdf.

  12. Kusuma, H. (2011). Hubungan Antara Depresi

  Dan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien HIV/AIDS Yang Menjalani Perawatan .

  Diperoleh tanggal 7 November 2015, dari http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20282772-T- Henni Kusuma.pdf.

  13. Maryunani, A., & Aeman, U. (2009). Pencegahan

  Penularan HIV dari Ibu Ke Bayi: Penatalaksanaan di Pelayanan Kebidanan

  . Jakarta: Trans Info Media.

  Berkontribusi Pada Perilaku Ibu Hamil Trimester

  10. Ke mentrian Kesehatan RI. (2012). Pencegahan

  2 Dan 3 Dalam Pemeriksaan HIV Di Empat Puskesmas Kota Pontianak Tahun 2012 . Diperoleh

  tanggal

  6 Desember 2015, dari http:/lib.ui.ac.id/file?file=digital/20315101-

  S_Sri%20Mulyanti.pdf.

  15. Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan . Jakarta: Rineka Cipta.

  16. Notoatmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya . Jakarta: Rineka Cipta.

  17. Notoatmodjo, S. (2014). Promosi kesehatan dan ilmu prilaku Jakarta : Rineka Cipta.

  18. Nursalam, & Kurniawati, N. D. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS .

  Jakarta: Salemba Medika.

  Penularan HIV Dari Ibu Ke Anak . Jakarta: Ke mentrian Kesehatan Republik Indonesia.

  2015, dari http://pppl.depkes.go.id/_asset/_download/Estimasi & proyeksi HIV AIDS di Indonesia th 2011- 2016.pdf.

  Pengetahuan, Sikap, Ibu Rumah Tangga Mengenai Infeksi Seksual Termasuk HIV/AIDS Serta Perilaku Pencegahannya Di Kelurahan Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan, Denpasar Tahun 2013 , 218-

  5. Borkowski, N. (2013). Manajemen Pelayanan Kesehatan. Jakarta: EGC.

  228. Diperoleh tanggal 10 November 2015, dari http://ojs.unud.ac.id/indexphp/jch/article/download/ 7654/5745.

  2. Akbar, A. F. (2014). Pengetahuan, Sikap, Dan

  Perilaku Ibu Hamil Di Klinik Ante Natal Care Di RSUP Dr. Kariadi, Puskesmas Ngeresep Dan Puskesmas Halmahera Terhadap Tes HIV .

  Diperoleh tanggal 12 Oktober 2015, dari http://eprints.undip.ac.id/44507/1/Aulia_Faris_Akb ar_P_22010110130143_Bab0KTI.pdf.

  3. Ardhiyanti, Y., Lusiana, N., & Megasari, K.

  (2015). Bahan Ajar AIDS Pada Asuhan Kebidanan. Yogyakarta: Deepublish.

  4. Arniti, K. (2014). Faktor-Faktor Yang

  Berhubungan Dengan Penerimaan Tes HIV Oleh Ibu Hamil Di Puskesmas Kota Denpasar (tesis) .

  Diperoleh tanggal 7 November 2015, dari www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-1123- 2109428737-tesis-arniti.pdf.

  6. Dewi, Y. I., & Afiyanti, Y. (2007). Stres Dan

  Estimasi dan proyeksi HIV/AIDS di Indonesia Tahun 2011-2016 . Diperoleh tanggal 7 November

  Koping Perempuan Hamil Yang Didiagnosis HIV/AIDS Di DKI Jakarta . Diperoleh tanggal 7

  November 2015, dari

  http://jki.ui.ac.id/index.php/jki/article/download/21 0/pdf_139 .

  7. Dinas Kesehatan Kota Denpasar, (2015). Jumlah

  komulatif kasus HIV/AIDS di Kota Denpasar sampai tahun 2015 dan daerah yang paling banyak terkena HIV/AIDS . Denpasar: Dinas Kesehatan Kota Denpasar.

  8. Dinas Kesehatan Provinsi Bali, (2015). Jumlah

  komulatif kasus HIV/AIDS dan Jumlah Ibu hamil HIV Positif tahun 2015 . Denpasar: Dinas

  Kesehatan Provinsi Bali.

  9. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2013).

  19. Puskesmas II Denpasar Selatan. (2015). Jumlah

  pasien yang menderita HIV/AIDS dari tahun 2010- 2015 dan jumlah ibu hamil HIV positif dari tahun 2013-2015 . Denpasar: Puskes mas II Denpasar Selatan.

  20. Sunaryo. (2013). Psikologi Untuk Keperawatan (2nd ed.). Jakarta: EGC.

  21. Swarjana, I. K. (2013). Metodologi Penelitian Kesehatan . Yogyakarta: CV ANDI OFFSET.

  22. UNAIDS. (2015). MDG 6 : 15 Years, 15 Lesson Of

  Hope The AIDS Response 2014 Global Statistics ,

  1-8. Diperoleh tanggal 7 November 2015, dari http://www.unaids.org/sites/default/files/media_ass et/MDG6Report_en.pdf 23.

   UNICEF. (2012). Ringkasan Kajian Kesehatan Ibu & Anak . Diperoleh tanggal 7 November 2015, dari

  http://www.unicef.org/indonesia/id/A5_- _B_Ringkasan_Kajian_Kesehatan_REV.pdf\