Menanamkan nilai pendidikan karakter demokratis melalui seni karawitan di desa Bangunsari kecamatan Dolopo kabupaten Madiun. - Electronic theses of IAIN Ponorogo

  

ABSTRAK

Restu Romadhona 2017, Menanamkan Nilai Pendidikan Karakter Demokratis Melalui

Seni Karawitan Di Desa Bangunsari Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun.

  Skripsi, Progam Studi Pendidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo. Pembimbing; Muh. Widda Djuhan, S. Ag., M. Si.

  Kata kunci : Nilai Demokratis, Pendidikan Karakter, Seni Karawitan.

  Penelitian ini dilatar belakangi oleh keadaan masyarakat di Desa Bangunsari

Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun. Yang semula sangat sulit untuk diajak

bermusyawarah dan mengesampingkan kepentingan bersama. Kemudian masyarakat

Membuat Sebuah Kegiatan seni karawitan sebagai proses dakwah Islamiyah, yang

dilaksanakan oleh seorang tokoh masyrakat untuk menumbuhkan karakter demokratis

terhadap masyarakat.

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui 1) Bagaimana pelaksanaan

kegiatan seni karawitan di Desa Bangunsari Dolopo Madiun, 2) Bagaimana dampak

kegiatan seni karawitan terhadap nilai karakter demokratis pada masyarakat. Penelitian

ini menggunakan metode kualitatif. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan

dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adapun teknis analisis datanya

menggunakan 3 tahapan, yaitu tahap reduksi data, display dan pengambilan kesimpulan.

  

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1). Pelaksanaan kegiatan menumbuhkan

nilai demokratis pada pendidikan karakter melalui seni karawitan di Desa Bangunsari

Dolopo Madiun, diawali dengan bersalaman antar wiyaga (penabuh) yang baru datang

dengan wiyaga yang sudah datang. Sembari menunggu anggota yang belum datang,

wiyaga yang sudah datang “jagongan” satu sama lain. Setelah datang semua, mulai

membahas lagu atau gending yang akan digunakan untuk latihan. Setelah itu,mempelajari

not dengan seksama dan penuh konsentrasi,lalu mulai memukul sesuai not, dan latihan

dimulai. Lalu jeda untuk istirahat dan diisi dengan diskusi membahas kekurangan dalam

latihan dan jagongan bersama. Waktu jeda diisi dengan kegiatan jagongan dan

mengoreksi permainan yang baru terlaksana. Selain itu, saat jagongan para wiyaga juga

membahas apapun yang sedang hangat diperbincangkan di masyarakat Setelah jeda

cukup, latihan lagi, dan setelah selesai, merencanakan latihan yang akan datang lalu

pulang.latihan dilaksanakan pada Rabu malam dan Sabtu malam. Dimulai pukul 19.30-

23.00. 2). Dampak yang diperoleh dari kegiatan seni karawitan terhadap nilai demokratis

pada pendidikan karakter di Desa Bangunsari Dolopo Madiun. Diantaranya ialah: setelah

mengikuti kegiatan seni karawitan, para pemain seni karawitan mau dan terbiasa berperan

aktif dalam menjaga keharmonisan dalam masyarakat serta mencari solusi atas masalah-

masalah dalam lingkungan masyarakat dengan bermusyawarah. Selain itu masyarakat

juga bisa lebih legowo, aktif, berpikir positif, dan menghargai pendapat orang lain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai upaya manusia pada dasarnya adalah upaya

  mengembangkan kemampuan atau potensi individu, sehingga bisa hidup optimal baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat, serta

  1

  memiliki nilai-nilai moral dan social sebagai pedoman hidupnya. Pendidikan yang benar adalah suatu usaha pembinaan pribadi manusia untuk mencapai tujuan akhirnya (perilaku hubungan manusia dengan Tuhan dan dirinya sendiri) dan sekaligus untuk kepentingan masyarakat (prilaku hubungan dengan diri sendiri , keluarga, masyarakat dan alam sekitarnya). Pendidikan nilai adalah suatu proses dimana seorang menemukan maknanya sebagai pribadi pada saat dimana nilai-nilai tertentu memberikan arti pada jalan

  2 hidupnya. Pendidikan nilai menyangkut ranah daya, rasa dan karsa.

  Terdapat 18 nilai pendidikan karakter dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa yang dibuat oleh Diknas. 18 karakter tersebut meliputi karakter religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli

1 Nana Sudjana, Pembinaan dan pengembangan kurikulum di sekolah (Bandung : Sinar Baru Algesindo, 2006 ), 2.

  3

  sosial, tanggung, Jawab. Dalam 18 karakter bangsa, terdapat karakter demokratis. Demokratis yaitu cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

  Demokrasi dalam islam tertumpu pada al-musawah (persamaan), al-

  4 adalah (keadilan), al- syura‟ (musyawarah), dan al-hurriyah (kebebasan).

  Demokrasi memiliki gagasan dasar bahwa kehidupan bersama adalah demokratis bersama dan mesti melibatkan seluruh anggota komunitas untuk

  5

  membangunnya. Rasa hormat terhadap individu dan kesediaan untuk secara bersama terlibat secara aktif dalam menciptakan tatanan kehidupan bersama yang lebih baik merupakan tanda bahwa nilai-nilai demokratis itu dihargai. Dialog, komunikasi, kesediaan untuk saling mendengarkan dan menghargai perbedaan adalah ciri dasar sebuah masyarakat demokratis.

  Berdasarkan pengamatan peneliti, kurangnya minat masyarakat untuk bermusyawarah dalam menyelesaikan masalah yang terjadi belakangan ini merupakan salah satu gambaran sekaligus tolok ukur bahwa pendidikan di negara ini gagal dalam menanamkan nilai-nilai demokrasi. Dalam hal ini ditemukan beberapa warga masyarakat di desa Bangunsari Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun yang sangat sulit dan susah untuk diajak bermusyawarah membahas sesuatu. Sehingga hak dan kewajibannya sebagai anggota masyarakatnya tidak dilaksanakannya. Hak dan kewjiban yang dimaksud adalah hak atas rasa tenang dalam bermasyarakat,hak dalam mengemukakan 3 4 Disdik.riau.go.id/berita-18-nilai-dalam-pendidikan-karakter-bangsa.html Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan

  Kepribadian Muslim (Bandung : Rosdakarya, 2006), 253. pendapat serta kewajiban dalam menjaga situasi dan kondisi lingkungan dalam rangka terwujudnya lingkungan yang aman dan tentram. Padahal Allah menganjurkan umatnya untuk senantiasa bermusyawarah dalam memutuskan suatu masalah melalui firman-Nya dalam QS.Asy-Syura ayat 38. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam diri sebagian masyarakat desa Bangunsari belum tertanam nilai demokratis. Mengajarkan moral tidak hanya melalui teori saja melainkan juga aksi. Disinilah sebenarnya kemampuan dari tokoh masyarakat bisa dilihat, maka dari itu pihak Masyrakat Desa menumbuhkan nilai demokratis melalui karawitan.

  Pada prinsipnya, nilai karakter demokratis lebih utama dalam penelitian ini karena merupakan pokok permasalahan, sedangkan karawitan merupakan sarana dalam menanamkan nilai karakter demokratis. Berangkat dari latar belakang diatas maka peneliti mengadakan penelitian dengan judul

  “Menanamkan Nilai Pendidikan Karakter Demokratis Melalui Seni

Karawitan Di Desa Bangunsari Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun

”.

B. Fokus Penelitian

  Untuk membatasi permasalahan yang akan diteliti, maka peneliti memfokuskan penelitian ini pada masalah Nilai demokratis pada pendidikan karakter melalui seni karawitan, difokuskan pada orang dewasa (Di Desa Bangunsari Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun).

C. Rumusan Masalah

  Berdasarkan Latar belakang diatas Penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana bentuk pelaksanaan Seni Krawitan Di Desa Bangunsari

  Dolopo Madiun? 2. Apa nilai demokratis dalam pendidikan karakter pada kegiatan seni karawitan di Desa Bangunsari Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun?

D. Tujuan Penelitian

  Adapun Tujuan dari penelitian ini sesuai dengan apa yang menjadi permasalahan yang dikaji adalah :

  1. Untuk mendeskripsikan dan mengetahui Kegiatan Seni Krawitan di Desa Bangunsari Dolopo Madiun.

  2. Untuk mendiskripsikan dan mengetahui nilai demokratis dalam pendidikan karakter pada kegiatan seni karawitan.

E. Manfaat Penelitian

  Adapun manfaat atau kontribusi dari penelitian ini adalah : 1.

  Secara teoritis- akademis penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan nilai demokratis dan karakter melaui seni karawitan di Desa Bangunsari Dolopo Madiun.

  2. Secara praktis dan empiris penelitian ini diharapkan dapat memanfaatkan dan mempraktekan metode Seni krawitan dalam menumbuhkan nilai

F. Metode Penelitian 1.

  Pedekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini digunakan metodologi penelitian dengan pendekatan kualitatif, yang memiliki karakteristik alami (natural setting) sebagai sumber data langsung, deskriptif, proses lebih dipentingkan daripada hasil, analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara analisa induktif, dan makna merupakan hal yang esensial.

  Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah field

  research yaitu peneliti ikut serta atau terjun langsung ke lapangan, yaitu di

  Desa Bangunsari Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun untuk mendapatkan data. Peneliti langsung mengamati fenomena yang ada di lapangan, kemudian diambil data yang berkaitan dengan nilai demokratis melalui karawitan. Bentuk data yaitu deskriptif kualitatif, yaitu suatu deskripsi intensif dan analisis fenomena tertentu atau satuan sosial seperti

  6

  individu, kelompok, institusi atau masyarakat. Penelitian ini digunakan untuk menjawab pertanyaan tentang apa dan bagaimana suatu kejadian dan melaporkan hasil sebagaimana adanya.

  Maka dari itu, penelitian ini menjelaskan sebuah keadaan masyarakat Desa Bangunsari Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun sebelum adanya seni karawitan di desa tersebut dan dampak adanya seni karawitan terkait dengan nilai demokratis dalam lingkungan desa tersebut.

  Sehingga peneliti jadikan penelitian Menanamkan Nilai Pendidikan

  Karakter Demokratis Melalui Seni Karawitan di Desa Bangunsari Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun.

  2. Kehadiran Peneliti Kehadiran peneliti dalam penelitian ini sangat penting. Peneliti di lokasi sebagai human instrument yaitu instrumen penelitian adalah peneliti itu sendiri. Atau dengan kata lain alat penelitian adalah peneliti itu sendiri yang berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan

  7

  membuat kesimpulan atas temuannya. Untuk itu, dalam penelitian ini, peneliti betindak sebagai instrumen kunci dimana peneliti memegang peranan yang sangat penting dalam proses penelitian mengingat peneliti sebagai alat penelitian, partisipasi dimana peneliti ikut serta dalam seni karawitan selama proses penelitian berlangsung sekaligus pengumpul data, sedangkan instrumen yang lain sebagai penunjang.

  3. Lokasi Penelitian Peneliti Mengambil lokasi penelitian di Desa Bangunsari

  Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun. Dengan alasan bahwa di Desa tersebut memiliki keunikan yang nampak pada seni karawitanya semisal para wiyaga (pemain karawitan) adalah warga lokal Desa Bangunsari desa Bangunsari Dolopo Madiun, sekaligus tempat pembelajaran. Mendidik dengan Seni karawitan, dan memiliki letak yang straregis dengan rumah peneliti. Serta pemilihan lokasi ini karena peneliti ingin mengetahui

  Bagaimana Menanamkan Nilai Karakter Demokratis Melalui Seni Karawitan di Desa Bangunsari Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun 4. Sumber Data

  Menurut Arikunto sumber data dalam penelitian kualitatif terdiri dari tiga bagian yaitu : 1.Manusia 2. Dokumen 3. Peristiwa penting lainnya yang berhubungan dengan subyek penelitian.

  8 Sumber data yang diambil dari penelitian ini adalah suatu kata-

  kata, tindakan dan tulisan serta paparan dan sumber data yang utama adalah : a.

  Data primer Sumber data ini meliputi kegiatan mencari informasi dengan wawancara tokoh masyarakat yaitu Mbah Warsidi, dan para pelaku seni karawitan. Dan observasi yang dilakukan di desa Bangunsari Kecamatan Dolopo.

  b.

  Data sekunder Data sekunder ini meliputi kegiatan mendokumentasikan pelaksanaan karawitan dalam bentuk foto di Desa Bangunsari desa

  Bangunsari Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun dan profil Desa Bangunsari desa Bangunsari Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun.

5. Prosedur Pengumpulan Data

  Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah meliputi observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sebab bagi peneliti kualitatif fenomena dapat dimengerti maknanya secara baik, apabila dilakukan interaksi dengan subyek melalui wawancara mendalam dan diobservasi pada latar, dimana fenomena tersebut berlangsung dan disamping itu untuk melengkapi data, diperlukan dokumentasi (tentang bahan-bahan yang ditulis oleh atau tentang subyek).

  a.

  Tehnik Observasi Observasi adalah sebagai aktifitas untuk memperhatikan sesuatu dengan menggunakan alat indra, yaitu melalui penglihatan,

  9

  penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap. Alasan digunakannya teknik observasi ini salah satunya adalah pengamatan didasarkan pada pengalaman secara langsung, Selain itu teknik ini memungkinkan peneliti untuk melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan yang sebenarnya. Menurut lexy Moleong hasil observasi dalam penelitian ini, dicatat dalam Catatan Lapangan (CL), sebab catatan lapangan merupakan alat yang sangat penting dalam penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, peneliti mengandalkan pengamatan dan wawancara dalam pengumpulan data di lapangan. Pada waktu di lapangan dia mem buat “catatan”, setelah pulang ke rumah atau tempat

  10

  tinggal barulah menyusun “catatan lapangan”.

9 Suharsimi Arikunto, Prosedur Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), 107.

  Jadi dengan Teknik observasi yang peneliti lakukan, untuk melihat secara langsung pada saat berlangsungnya latihan karawitan yaitu pada hari rabu dan sabtu malam, bagaimana bentuk kegiatan Seni Karawitan mulai awal hingga akhir pelaksanaan kegiatan di desa Bangunsari Dolopo Madiun, yang diawali dengan bersalaman antar wiyaga (penabuh) yang baru datang dengan wiyaga yang sudah datang, jagongan sambil menunggu anggota yang belum datang, lalu jika sudah datang semua mulai membahas gending yang akan digunakan latihan, lalu mempelajari not dengan seksama dan penuh konsentrasi, lalu memukul gamelan sesuai not dan latihan dimulai. Lalu jeda diisi dengan mengoreksi latihan yang baru terlaksana dan jagongan membahas berita terkini di lingkungan desa. Setelah jeda cukup, latihan kembali dan setelah selesai merencanakan latihan yang akan datang lalu pulang.

  b.

  Teknik Wawancara 11 Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

  Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan 12 tertentu. Sedangkan dalam teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah Snow Balling, artinya Menurut Mel Silbermen 11 peneliti mengajukan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan Ibid, 135. fokus permasalahan, sehingga dengan wawancara ini data-data bisa 13 terkumpulkan semaksimal mungkin.

  Jadi dalam penelitian ini, orang-orang yang akan dijadikan informan adalah : 1)

  Mbah Warsidi untuk memperoleh data tentang sejarah berdirinya karawitan dan kepemilikan alat gamelan, serta mas danang, Pak Wito untuk menggali data tentang jadwal latihan dan jumlah pemain di sanggar karawitan Pandawa di Desa Bangunsari Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun

  2) Pak Senin untuk memperoleh informasi tentang nilai demokratis pada kesenian karawitan di Desa Bangunsari Kecamatan Dolopo

  Kabupaten Madiun. 3)

  Para Wiyaga sanggar seni karawitan Pandawa Desa Bangunsari Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun untuk memperoleh informasi tentang kegiatan seni karawitan di Desa Bangunsari.

  c.

  Tehnik Dokumentasi Teknik dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber non insani, sumber ini terdiri dari dokumen dan rekaman.

  “Rekaman” sebagai setiap tulisan atau pernyataan yang dipersiapkan oleh atau untuk individual atau organisasi dengan tujuan membuktikan adanya suatu peristiwa atau memenuhi accounting. Sedangkan “dokumen” digunakan untuk mengacu atau bukan selain rekaman, yaitu tidak dipersiapkan secara khusus untuk tujuan tertentu, seperti surat-surat, dan foto-foto untuk mengetahui proses pelaksanaan seni

  14

  karawitan dan kelengkapan alat gamelan, dan sebagainya. Teknik dokumentasi ini sengaja digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui kegiatan Karawitan di Desa Bangunsari Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun.

6. Analisis Data

  Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif, mengikuti konsep yang diberikan Miles & Huberman.

  Miles dan Huberman, mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas, dan datanya sampai jenuh. Aktifitas dalam analisis data, meliputi data reduction, data display dan conclusion. Penjelasan langkah-langkah analisis yaitu sebagai berikut : a.

  Reduksi data Data yang diperoleh dari lapangan begitu banyak jumlahnya.

  Untuk itu perlu dicatat secara rinci dan teliti. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dalam penelitian ini data yang akan direduksi adalah data-data hasil dari observasi, wawancara, serta hasil penelitian yang dilakukan. b.

  Penyajian data (data display) Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Display data dalam penelitian kualitatif biasanya dilakukan dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya, berdasarkan apa yang telah dipahami.

  c.

  Penarikan kesimpulan (conculsing) Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.

  Kesimpulan dalam penelitian kualitatif diharapkan adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap, sehingga setelah diteliti menjadi jelas. Langkah-langkah analisis ditunjukkan pada gambar 4 berikut:

  Pengumpulan Penyajian Data Data Reduksi Data Kesimpulan- kesimpulan Penarikan/verifikasi

1.1 Analisis data Miles dan Huberman 7.

  Pengecekan Keabsahan Data Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari

  15

  konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas), Derajat kepercayaan keabsahan data (kredebilitas data) dapat diadakan pengecekan dengan teknik (1) pengamatan yang tekun, dan triangulasi. Ketekunan pengamatan yang dimaksud adalah menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari. Ketekunan pengamatan ini dilaksanakan peneliti dengan cara: (a) mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol yang ada hubungannya dengan Nilai Demokratis Pada pendidikan Karakter dan Karawitan di Desa tersebut terhadap demokratis penduduk, kemudian (b) menelaahnya secara rinci sampai pada suatu titik, sehingga pada pemeriksaan tahap awal tampak salah satu atau seluruh faktor yang ditelaah sudah difahami dengan cara yang biasa.

  Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Ada empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan:

  16

  sumber, metode, penyidik, dan teori. Dalam penelitian ini, digunakan teknik triangulasi dengan sumber, berarti membandingkan dan mengecek Balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal itu dapat dicapai peneliti dengan jalan: (a) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, (b) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum tentang perubahan sebelum dan sesudah mengikuti karawitan dengan apa yang dikatakan secara pribadi, (c) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, (d) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan, (c) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

8. Tahapan-Tahapan penelitian

  Tahapan-tahapan penelitian dalam penelitian ini ada tiga tahapan dan ditambah dengan tahap terakhir dari penelitian yaitu tahap penulisan laporan hasil penelitian. Tahap-tahap penelitian tersebut adalah: a.

  Tahap pra lapangan, yang meliputi : menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajagi dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian dan yang menyangkut persoalan etika penelitian.

  b.

  Tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi : memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan dan berperanserta sambil mengumpulkan data.

  c.

  Tahap analisis data, yang meliputi : analisis selama dan setelah pengumpulan data.

  d.

  Tahap penulisan hasil laporan penelitian.

G. Sistematika Pembahasan.

  Sistematika pembahasan disini dimaksudkan untuk mempermudah para pembaca dalam menelaah isi kandungan yang ada di dalamnya. Skripsi ini tersusun atas lima bab. Adapun sistematikanya adalah sebagai berikut :

  Bab satu berisi pendahuluan, dalam bab ini menguraikan hal-hal sebagai berikut: latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, telaah pustaka, metodologi penelitian dan sistematika pembahasan.

  Bab dua berisi kerangka teoritik Nilai demokratis, pendidikan karakter.

  Bab ini dimaksudkan untuk mengetengahkan acuan teori yang dipergunakan sebagai landasan melakukan penelitian karawitan. Bab tiga berisi penyajian data, bab ini mengemukakan secara rinci data- data umum, antara lain sejarah berdirinya Desa Bangunsari Dolopo Madiun, letak geografis, kondisi Keadaan Desa Bangunsari , sejarah berdirinya seni karawitan di desa Bangunsari. Sedangkan data khusus meliputi nilai demokratis pada pendidikan karakter, proses kegiatan/pelaksanaan karawitan di Desa Bangunsari Dolopo Madiun dan implikasinya karawitan dalam Nilai demokratis pada pendidikan karakter.

  Bab empat merupakan analisa data tentang Nilai Demokratis Pada pendidikan karakter melalui seni karawitan Bab lima merupakan titik akhir dari pembahasan skripsi yang berisi tentang kesimpulan dan saran serta penutup yang terkait dengan hasil penelitian.

BAB II KAJIAN TEORI A. Nilai Demokratis Pada Pendidikan Karakter 1. Pengertian Nilai Demokratis Dalam kamus umum Bahasa Indonesia nilai diartikan sifat-sifat

  17 (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan. Maksudnya kualitas yang memang membangkitkan respon penghargaan. Nilai itu praktis dan efektif dalam jiwa dan tindakan manusia dan melembaga secara obyektif di dalam masyarakat. Adapun nilai dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah: Harga (dalam taksiran harga), harga uang (dibandingkan dengan harga uang yang lain), angka kepandaian (biji, potensi), banyak sedikitnya isi, kadar, mutu, sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan, sesuatu yang menyempurnakan manusia sesuai dengan 18 hakikatnya: etika.

  Menurut Sidi Gazalba dalam mengartikan sebuah nilai yaitu sebagai sesuatu yang bersifat abstrak, ideal, dan bukan benda konkrit, bukan fakta, tidak hanya persoalan benar dan salah yang menuntut pembuktian empirik, 19 melainkan penghayatan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki.

  Sedangkan menurut Chabib Thoha nilai merupakan sifat yang melekat pada

17 W.JS. Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka,1999), 677.

  sesuatu (sistem kepercayaan) yang telah berhubungan dengan subjek yang memberi arti (manusia yang meyakini).

  Untuk keperluan suatu analisis Ahli filsafat nilai membagi nilai kedalam beberapa kelompok. Pembagiannya memang cukup beragam tergantung pada cara berpikir yang digunakannya. Tetapi pada dasarnya pembagian nilai dilakukan berdasarkan pertimbangan dua kriteria, yaitu nilai dalam bidang kehidupan manusia dan karakteristik jenis nilai secara hirarkis. Kelompok nilai yang dimaksud adalah pertama, nilai teoritik yang melibatkan pertimbangan logis dan rasional dalam memikirkan dan membuktikan kebenaran sesuatu. Kedua, nilai ekonomi yang terkait dengan pertimbangan yang berkadar untung-rugi. Ketiga, nilai estetik yang menempatkan nilai tertingginya pada bentuk dan keharmonisan. Keempat,

  

nilai sosial yang nilai tertingginya terdapat dalam nilai kasih sayang antar

manusia. Kelima, nilai politik yang nilai tertingginya adalah kekuasaan.

  Keenam, nilai agama yang secara hakiki sebenarnya merupakan nilai yang memiliki dasar paling kuat dibandingkan dengan nilai-nilai sebelumnya. 20 Nilai ini bersumber dari kebenaran tertinggi yang datangnya dari Tuhan.

  Jadi Secara garis besar nilai di bagi dalam dua kelompok yaitu nilai- nilai nurani (Values of being) dan nilai-nilai memberi (values of giving ).

  Nilai-nilai nurani adalah nilai yang ada dalam diri manusia kemudian berkembang menjadi prilaku serta cara kita memperlakukan orang lain.

  Nilai-nilai memberi adalah nilai yang perlu dipraktikan atau diberikan yang kemudian akan diterima sebanyak yang akan diberikan. Dalam pergaulan sehari-hari bertanggung Jawa b pada umumnya diartikan sebagai “berani menanggung resiko (akibat) dari suatu perbuatan atau tindakan yang dilakukan “. Atau sering pula diartikan sebagai “ beraini mengakui suatu perbuatan atau tindakan yang telah dilakukan”. Pengertian tanggung Jawab tersebut belum cukup, karena yang bersangkutan tidak pernah memikirkan apakah perbuatan atau tindakannya itu sesuai dengan nilai-nilai hidup yang luhur, apakah sesuai dengan nilai-nilai susila yang berlaku dalam

  21 kehidupan bersama manusia yang sopan beradap, dan beragama.

  Menurut filsafat manusia, hakikat manusia itu ada 3 yaitu 1) manusia sebagai makhluk moral, yaitu berbuat sesuai dengan norma- norma, 2) manusia sebagai makhluk indivudual, yaitu berbuat untuk kepentingan diri sendiri, 3) manusia sebagai makhluk sosial, hidup bermasyarakat, bekerjasama, tolong-menolong. Ketiga karakter itu harus berkembang dan mendapat bimbingan dan penghargaan yang benar sejak kecil sampai dewasa, bahkan sampai usia lanjut. Oleh karena manusia sebagai makhluk individu sekaligus anggota masyarakat, maka bebeas mementingkan diri sendiri menurut kehendaknya. Tetapi didalam kebebasan dan berbuat untuk kepentingan peibadi itu, ia amat bergantung pada orang lain, malah pada beberapa orang atau golongan, atau dengan kata lain manusia tidak dapat berdiri sendiri sebagai individu, tetapi selalu menuntut bantuan dan pertolongan orang lain serta memerlukan kerjasama untuk membina keselamatan diri atau masyarakat. Semakin sempurna pergaulan hidup, semakin sempurna pula keselamatan individu. Dengan demikian antara individu dengan individu yang lainharus ada interaksi. Dalam hal ini, perilaku dan kesopanan seseorang harus dapat disesuaikan

  22 dengan kehendak dan kemauan orang lain atau masyarakt.

  Dalam pergaulan sehari-hari, demokratis selalu diasumsikan dengan ikut serta dalam pemilu. Jika seseoarang mengikuti pemilu, maka orang tersebut sudah dikatakan orang yang demokratis. Padahal, hanya dengan mengikuti proses pemilu itu belum cukup. Karena dalam karakter demokratis ini dikembangkan sikap saling memahami, menghormati / toleransi antar orang satu dengan orang lain terutama terkait dengan hak dan kewajiban. Tanpa karakter demokratis akan muncul pola kehidupan yang saling mamksa, tidak menghormati hak dan kewajiban orang lain dan

  23 menomor satukan kepentingan sendiri.

  Demokrasi secara etimologis berasal dari kata demos, yang berarti rakyat atau penduduk suatu tempat dan cratein yang berarti kekuasaan atau kedaulatan. Jadi demos-cratein atau demokrasi adalah keadaan negara dimana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada di tangan

  24 rakyat.

  22 Mohamad Mustari, Nilai Karakter: Refleksi Untuk Pendidikan, (Depok: Rajagrafindo Persada, 2014), VII-IX 23 Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia: Revitalisasi

  

Pendidikan Karakter Terhadap Keberhasilan Belajar dan Kompetensi Bangsa, (Jogjakarta: Ar-

Ruzz, 2013) 94.

  Demokrasi adalah bentuk atau sistem pemerintahan yang seluruh rakyatnya turut serta memerintah melalui perantara wakilnya. Demokrasi juga berarti gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan bagi semua warga negara. Demokratis

  25

  berarti bersifat demokrasi. Jadi demokratis adalah cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang

  26 lain.

  Dalam konteks character building, ada beberapa prinsip yang dpat dikembangkan untuk menumbuh kembangkan spirit demokrasi. Pertama, menghormati pendapat orang lain. Artinya memberikan hak yang sama kepada orang lain untuk berpendapat sesuai dengan karakteristik dan kualifikasi pemahaman dirinya. Kedua, berbaik sangka terhadp pendapat orang lain. Ketiga, sikap fair terhadap pendapat orang lain. Toleransi merupakan the greatest social ideal of islam. Islam mentoleransi perbedaan pendapat di kalangan umatnya. Wlaupun perbedaan itu cukup tajam, selama perbedaan itu timbul atas kemauan untuk memberi kebenaran. Orang yang toleran pada dasarnya telah memahami dan menjalankan

  27

  prinsip-prinsip demokrasi dalam kehidupannya. Dari prinsip-prinsip tersebut, maka dapat dipahami bahwa Indikator dari nilai demokratis adalah seseorang dapat menghormati pendapat orang lain, berbaik sangka terhadap 25 pendapat orang lain,sikap fair terhadap orang lain.

  Badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/petunjuk_praktis/375 (diakses tanggal 13-1- 2016) 26 Disdik.riau.go.id/berita-18-nilai-dalam-pendidikan-karakter-bangsa.html (diakses 14-1-

  Sebagaimana Muhammadiyah mengartikan masyarakat demokratis sebagai sebuah masyarakat yang para anggotanya menjunjung tinggi prinsip demokrasi seperti kebebasan, menghargai kemajemukan, toleransi, keadilan keterbukaan dan semacamnya dalam berbagai segi kehidupan.

  Juga masyarakat demokratis merupakan masyarakat pertisipatori yang semua anggotanya didorong untuk berperan dalam berbagai macam tingkatan seperti lokal, nasional, dan global. Di tingkat lokal, menurut Nurwanto, masyarakat demokratis menunjukkan partisipasi aktif dari orang-orang yang terlibat dalam pengambilan keputusan untuk kepentingan

  28 masyarakat, yaitu menciptakan kesejahteraan.

2. Pengertian pendidikan karakter

  Dari segi bahasa pendidikan dapat diartikan perbuatan (hal, cara dan sebaginya) mendidik, dan berarti pula pengetahuan tentang mendidik, atau pemeliharaan (latihan-latihan dan sebagainya) badan, batin dan sebagainya

  29 (Poerwadarminta, 1991).

  Pendidikan sering diterjemahkan orang dengan paedagogi. Pada Yunani Kuno, seorang anak yang pergi dan pulang sekolah diantar seorang pelayan, pelayan tersebut biasa disebut paedagogos, penuntun anak.

  Disebut demikian karena di samping mengantar dan menjemput juga berfungsi sebagai pengasuh anak tersebut dalam rumah tanggatuannya, 28 sedangkan gurunya, yang mengajar, pada Yunani Kuno disebut governor.

  Fuad Fachruddin, Agama Dan Pendidikan Demokrasi, (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006), 104-105. Governor sebagai guru tidak mengajar secara klasikal seperti sekarang ini,

  30 melainkan secara individual.

  Adapun pendidikan dari segi istilah, yang diungkapkan para ahli pendidikan. Dalam (pasal UU RI NO. 20 tahun 2003) dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

  31 masyarakat, bangsa dan Negara.

  Hakikat pendidikan adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia, misalnya dari keadaan tidak tahu menjadi tahu, dari kondisi buruk menjadi baik, atau dari yang sudah baik menjadi lebih baik lagi. Pendidikan baik formal, non

  • – formal, ataupun informal sangat banyak ragamnya. Belajar-mengajar, pelatihan, konseling, nasihat, bimbingan, pembiasaan,

  32 dan teladan merupakan contoh kegiatan pendidikan.

  Sedangkan akar kata “karakter” dari kata latin “kharakter”,

  “khararasein”, dan “kharax”. Kata ini mulai digunakan dalam bahasa

  Prancis

  “caractere” pada abad ke-14 dan kemudian masuk dalam bahas

  inggris menjadi

  “charakter”, sebelum akhirnya menjadi bahasa Indonesia

33 Menurut kamus lengkap bahasa Indonesia, karwakter adalah

  30 “karakter”.

  Noeng Muhadjir, Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2000), 20. 31 Zaim Elmubarok, Membumikan pendidikan nilai mengumpulkan yang terserak, menyambung yang terputus, dan menyatukan yang tercerai.,

  2 sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang

  34

  dari yang lain, tabiat, watak. Karakter adalah sikap pribadi yang stabil hasil proses konsolidasi secara progresif dan dinamis, integrasi peryataan

  35 dan tindakan.

  Dalam masyarakat, sering digunakan kata berkarakter mulia, pada orang yang perilakunya baik, seperti jujur, sederhana, pemaaf, sabar, suka menolong, ikhlas, dan berbagai sifat positif lainnya. seBaliknya, orang akan disebut “berkarakter jelek” jika dalam perilakunya sarat dengan nilai negatif seperti pembohong, suka memfitnah, kejam, bengis, koruptor, rakus, dan sebagainya. mencermati konteks ini, kata karakter sesungguhnya berkaitan dengan kepribadian (personality). Seseorang akan disebut sebagai orang yang berkarakter (a person of character) jika perilaku, sikap, dan tindakannya sesuai dengan kaidah moral.

  Namun demikian, antara karakter dan kepribadian bukan dua hal yang sama. Karakter merupakan gambaran tingkah laku yang menonjolkan nilai benar-salah, baik-buruk, baik secara eksplisit, maupun implisit. Karakter berbeda dengan kepribadian. Namun perbedaannya tidak secara diametral. Kepribadian dibebaskan dari nilai, sementara karakter lekat dengan nilai. Meskipun demikian, baik kepribadian maupun karakter berwujud tingkah laku manusia yang ditunjukkan ke lingkungan sosial. 34 karakter dan kepribadian relatif permanen, serta menuntun, mengarahkan,

  Furqon Hidayatullah, Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa(Surakarta: Yuma Press, cet 1, 2010), 12

  36

  dan mengorganisasikan aktivitas individu. Perbedaan antara kepribadian dan karakter dapat dianalogikan dengan sebuah pisau. Pisau terbuat dari baja, besi, timah, alumunirium, dan sebagainya. ini adalah kepribadian. Lalu, pisau yang terbuat dari berbagai bahan tadi,dapat dibentuk menjadi tajam, setengah tajam, setengah tumpul, atau sangat tumpul, bahkan berkarat. Ini adalah karakter. Seorang anak yang memiliki karakter pemberani akan memiliki keyakinan diri yang tinggi. Ia tidak takut menghadapi apapun. Namun keberanian ini jika tidak dikelola dengan baik, juga akan menghadirkan afek negatif seperti ceroboh.

  Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa karakter merupakan perilaku yang timbul dari dalam diri seseorang, dimana setiap

  37

  individu tersebut memiliki ciri khas yang berbeda dengan orang lain. Jadi Pendidikan karakter adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung Jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras, dan sebagainya. (Thomas

  38 Lickona, 1991).

  3. Tujuan pendidikan karakter

  Tujuan adalah sesuatu yang menjadi tolok ukur dari keberhasilan suatu hal. Adapun tujuan dari pendidikan karakter adalah untuk 36 meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah 37 Ngainun Naim,Character Building,(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), 55.

  

M. Furqan Hidayatulloh, Pendidikan Karakter Membangun Peradaban Bangsa, 13 pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik

  39

  secara utuh, terpadu dan seimbang. Menurut Najib Sulhan, tujuan pendidikan karakter adalah untuk mengembangkan karakter bangsa agar

  40 mampu mewujudkan nilai-nilai luhur pancasila.

  Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi pada ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.

  Menurut al-Ghazali, dalam prosesnya pendidikan haruslah mengarah kepada pendekatan diri kepada Allah Swt dan kesempurnaan insan, mengarahkan manusia untuk mencapai tujuan hidupnya itu yaitu bahagia dunia akhirat. Oleh karena itu, tujuan dari pendidikan yang dirumuskan oleh beliau yakni pendidikan merupakan pendekatan kepada Allah Swt. Allah berfirman:

  

  

  



  “dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka

  41 mengabdi kepada-Ku

  ”. (Q.S. ad-Dzariyat: 56) Seseorang dapat mendekatkan diri kepada Allah Swt. hanya setelah 39 memperoleh ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan itu sendiri tidak akan

  Mansur Muslih, Pendidikan Karakter MenJawab Tantangan Krisis multidimensional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), 81. 40 Najib Sulhan, Pengembangan Karakter dan Budaya Bangs, (Surabaya: Jaring Pena, 2011), 5.

  didapatkan oleh manusian tanpa melalui proses pengejaran. Selanjutnya, dari kata-kata tersebut dapat dipahami bahwa menurut Al-Ghazali tujuan pendidikan dapat dibagi menjadi dua yakni tujuan jangka panjang yaitu manusia dapat mendekatkan diri kepada Allah dan tujuan jangka pendek yaitu diraihnya profesi manusia sesuai dengan bakat dan kemampuannya.

  Adapun tujuan lain dari pendidikan karakter adalah :

  Mengembangkan

  a. potensi kalbu/nurani/afektif seseorang sebagai manusia dan warga Negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.

  b. Mengembangkan kebiasaan dan prilaku seseorang yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius.

  c.

  Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung Jawab seseorang sebagai generasi bangsa.

  d.

  Mengembangkan kemampuan seseorang menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan.

  e.

  Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah bagi lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreatifitas, dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi penuh kekuatan (dignity).

  f.

  Menggunakan proses mental untuk menemukan prinsip ilmiah serta

  42 meningkatkan potensi intelektual.

  4. Fungsi Pendidikan Budaya Karakter

  Fungsi pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah : a. Fungsi pembentukan dan pengembangan potensi. Pembangunan karakter bangsa berfungsi membentuk dan mengembangkan potensi manusia atau warga Negara Indonesia agar berprilaku baik sesuai dengan falsafah hidup pancasila.

  b.

  Fungsi perbaikan dan penguatan pembangunan karakter bangsa berfungsi memperbaiki dan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung Jawab dalam pengembangan potensi warga Negara dan pembangunan bangsa menuju bangsa yang maju, mandiri, dan sejahtera.

  c.

  Fungsi penyaring. Pembangunan karakter bangsa berfungsi memilah budaya bangsa sendiri dan menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang

  43 bermartabat .

  5. Internalisasi Pendidikan Karakter

  Terdapat beberapa cara atau metode dalam menanamkan karakter pada seseorang. Akan tetapai apabila suatu cara tersebut tidak diterapkan secara terus menerus, maka penanaman karakter pada seseorang akan gagal. Maka salah satu cara yang paling efektif dalam menanamkan karakter adalah dengan suatu pembiasaan (kontinuitas) dalam melakukan sesuatu.

  Dari

  Aisyah r.a. berkata: Nabi ditanya: “manakah amal yang paling dicintai oleh Allah?‟ Beliau menJawab, yang dilakukan secara terus menerus meskipun sedikit”, Beliau bersabda lagi: „ dan lakukanlah amal- amal itu apa yang kalian sanggup melakukannya.”

  Jagalah anak-anak kalian agar tetap mengerjakan shalat kemudian biasakanlah mereka dengan kebaikan. Sesungguhnya kebaikan itu dengan pembiasaan”. (H.R Tabrani).

  Al- Qur‟an menjadikan kebiasaan itu sebagai salah satu teknik atau metode pendidikan. Lalu ia merubah seluruh sifat-sifat baik menjadi kebiasaan, sehingga jiwa dapat menunaikan kebiasaan itu tanpa terlalu payah, tanpa kehilangan banyak tenaga, dan tanpa menemukan banyak

  44 kesulitan.

  Selain melalui pembiasaan, terdapat beberapa metode lain dalam menanamkan pendidikan karakter yaitu: a.

  Metode hiwar atau percakapan.