HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA DI YOGYAKARTA SKRIPSI

  

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN PERILAKU

KONSUMTIF PADA REMAJA

DI YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi ( S. Psi. )

  

Program Studi Psikologi

Disusun :

Tony Hermawan Yudha Satriya

   NIM

NIRM : 990051121705120097

  

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008

  : 999114100

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya susun ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

imana layaknya sebuah karya ilmiah.

  Yogyakarta, 18 Desember 2007 Penulis, kutipan dan daftar pustaka, sebaga

  Tony Hermawan Yudha Satriya

  

MOTTO

Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada

orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat

  

Kami kecuali orang-orang yang zalim. (QS. Al-Ankabut: 49)

” Serahkanlah seluruh hal pada-Nya yang sangat bijaksana

dan kita gantungk an harapan pada tali rahmat-Nya

dan dengan taubatm u pada-Nya. Bila kamu merasa demikian,

maka hilanglah dunia ini dari mata hati & batinmu.

Dan dengan begitu akan terasa ringan atas dirimu

bila ditimpa musibah,... ”.

  • Rizal Ibrahim -

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSET UJUAN

PUBLIKASI KARYA IL MIAH UNTUK KEPENTI NGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya ahasiswa Universitas Sanata Dharma : m Nama : Tony Hermawan Yudha Satriya

  Nomor Mahasiswa : 999114100

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

U niversitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

” HUBUNGAN ANT ARA HARGA DIRI DAN PERILAKU KONSUMTIF

P ADA REMAJA DI YOGYAKARTA ”

B eserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

k epada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

m engalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan

data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau

m edia lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya

m aupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya

sebagai penu lis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibua t di Yogyakarta P ada tanggal : 12 Maret 2008 Yang menyatakan ( Tony Hermawan Yudha Satriya )

  

PERSEMBAHAN

Kakak-kakakku terkasih,..yang telah memberikan arti kebijaksanaan

dalam hidupku,..

  

Karya sederhana ini kupersembahkan teruntuk :

Dia Di atas sana yang selalu menjaga &

yang telah memberiku kesempatan ke-II,..

Ayahanda & Ibunda tercinta,..semoga menjadi kebanggaan.

terima kasih.

UCAPAN TERIMA KASIH

  Puji dan Syukur kepada Tuhan atas curahan berkat dan kasihNya yang

limpah sehingga penelitian dan penyu me sunan skripsi dengan judul: “Hubungan

ters

Psikologi ( S. Psi ) pada Program Studi Psikologi Universitas Sanata Dharma

pih me harma dan Ibu Sylvia C.M.Y.M., S.Psi, M.Si selaku dalam

  2.

  3. si.

Antara Harga Diri dan Perilaku Konsumtif Pada Remaja Di Yogyakarta” dapat

elesaikan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Yogyakarta.

  Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam proses penyusunan skripsi

ini tidak terlepas dari dukungan, dorongan, maupun bimbingan dari berbagai

ak, baik secara langsung maupun tak langsung. Oleh karena itu, penulis ingin

nyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada:

  

1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata D Ketua Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah memberikan kemudahan dan kesempatan penyusunan skripsi ini.. Ibu Tanti Arini., S.Psi, M.Psi selaku dosen Pembimbing Akademik dan Pembimbing Skripsi yang telah sabar serta bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, petunjuk, masukan dan keramahannya yang sangat berharga selama penyusunan skripsi.

  Ibu Tanti Arini., S.Psi, M.Psi, Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi, M.Si,

Kristiana Dewayani S. PSi, M. Si selaku dosen Penguji Dosen Penguji skrip

  4. Seluruh staf dosen pengampu di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang tak bisa penulis sebutkan satu – persatu, terima kasih atas ilmu yang telah diberikan. Semoga semakin berkualitas dan total dalam membimbing mahasiswanya.

  

5. Mbak Nanik, Mas Gandung dan Pak Giek, yang telah banyak membantu

dalam proses administrasi ke-“sekretariat”-an Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  

6. Para karyawan dan karyawati Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang

telah membantu mempermudah dalam pencarian referensi di “ Workstation ”.

  

7. Kep ala Sekolah SMU Angkasa Adisutjipto Yogyakarta, Bapak dan Ibu guru

Bimbingan Penyuluhan serta para siswa-siswi yang telah membantu

terlaksananya penelitian. Tanpa partisipasi kalian, skripsi ini tidak ada artinya.

  

8. Ayahanda dan Ib unda tercinta atas doa dan kesabarannya kepada penulis

sampai pada saat ini.

  9. k,..terima kasih atas semua

   Kakak-kakakku terkasih di Mojokerto dan di Depo dukungan materi, doa serta kepercayaannya selama ini kepada ananda.

  

10. Kakak-kakakku di Yogyakarta,..tempat dimana aku tinggal; mba QQ dan mas

Wawan (terima kasih atas semua dukungan moriil / material yang telah diberi serta wejangan-wejangan bijaksananya kepada penulis selama jauh dari

kampung halaman). Mas Joko “Beng2” ,..terima kasih buat pinjaman Jupie Z-

nya (akhirnya..anton lulus juga mas!hehe). Buat si kecil Arro “Dhu-dhut” yang dulu suka gangguin plus minta gendong melulu,..sekarang om dah bisa

gendong Arro seharian (tapi jangan suka ompolin kasur om lagi yak,hehe).

  

11. s” (kapan manc ing lagi??), Cahyo “Mr. Idealis”

Sobat-sobatku; Andi “Gondhe

  • Shanty, Vincent “Bemo”, Nanto, Deni, Tessa, Rani, Zhe, Dian, Adi, Uni, Ika, Achie, Lina, Yuyun, Astie (kapan kita bisa curhat lagi??), Della “Ddung”,..hidup memang penuh pilihan (jangan sampai kamu menyesalinya kemudian!!). Teman satu kontrakan; Frans “Pejuang cinta”,..makasih buat pinjaman komputer plus printernya ya. Teman KKNku,.Lori, Asthu, Dina, Astria, Haryana, Ika, Leny serta Theo.

12. Temen-temen angkatan ’99 yang lain, temen-temenku yang dulu dan semua yang tak bisa aku sebutkan satu persatu disini..Terima Kasih.

  Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, penulis menerima segala bentuk saran dan kritik dari berbagai pihak

demi kesempurnaan tulisan ini. Atas segala perhatiannya penulis mengucapkan

banyak terima kasih.

  Yogyakarta, Februari 2008

  DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………....i

  HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………………….ii HALAMA N PENGESAHAN …………………………………………………...iii HALAMA N PERNYATAAN KEASLIAN ….………………………………….iv HALAMA N MOTTO………… ………………………………………………….v HALAMA N PERSEMBAHAN………………………………………………….vi U CAPA TE N RIMAKASIH ……………………………………………………..vii DAFTAR ISI ……………………………………………………………………...x DAFTAR TABEL ………………………………………………………………xiv DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………….xv ABSTRAK ……………………………………………………………………...xvi ABSTRACT ……………………………………………………………………..xvii B AB I. PENDAHULUAN ……………………………………………………...1

  A. Latar Belakang Masalah …………………………………………....1 B Tujuan Penelitian ………………………………………………......7 .

  C Manfaat Penelitian ………………………………………………....7 . B AB II. LANDASAN TEORI …………………………………………………..8

  A. Remaja ……………………………………………………………...8

  1. Pengertian Remaja ………………………………………………8

  2. Tugas-tugas Perkembangan Remaja ….………………………....9

  

B. Perilaku Konsumtif Remaja ……………………………………....11

  

. Perilaku Konsumtif Pada Remaja …………………………….....11

  1

  

2. Aspek-aspek Perilaku Konsumtif………………………………...12

3 . Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumtif Remaja..15

. H C arga Diri ……………………………….………………………….19

  1. Pengertian Harga Diri ……………………………….………....19

  2. Ciri-ciri Harga Diri …………………………………...…….......20

3. Aspek - Aspek Harga Diri ……………………………………...

  22

  4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Diri ………………...24

  5. Harga Diri pada Remaja ………………………………………..26 D Hubungan Antara Harga Diri dengan Perilaku .

  Konsumtif pada Remaja …………………………………………..28

  

E. Hipotesis …………………………………………………………..31

B AB III. METODE PENELITIAN ……………………………………………..32 A. Jenis Penelitian …………………………………………………….32

  

B. Identifikasi Variabel Penelitian ………………………………..…..32

  

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian …………………….……33

  1. Harga Diri ……………………………………………………....33

  2. Perilaku Konsumtif ………………………………………….…33 D Subyek Penelitian ……………………………...………………….34 .

  

E. Metode Pengumpulan Data……………………………………..…35

  1.Skala Harga Diri ………………………………………………...36

  2. Skala Perilaku Konsumtif ……………………………………...38 F Validitas dan Reliabilitas ………………………………………....40 .

  1. Uji Asumsi ……………………………………………………..47

  1. Validitas ……………………………………………………….40

  B. Saran …………………………………………………….………..52

  

D. Pembahasan …………………………………………………….....49

AB V. PENUTUP……………………………………………………………..52 A. Kesimpulan ……………………………………………………….52

  2. Uji Hipotesis ……………………………………………………48

  b. Uji Linieritas ………………………………………………..48

  a. Uji Normalitas ………………………………………………47

  

C. Hasil Penelitian …………………………………………………….47

  3. Reliabilitas …………………………………………………….. 41

  2. Validitas dan Reliabilitas Skala Perilaku Konsumtif ………….46

  1. Validitas dan Reliabilitas Skala Harga Diri …………………...45

  

B. Laporan Pelaksanaan Penelitian …………………………………...44

  

2. Persiapan Penelitian …………………………………………...44

  1. Orientasi Kancah ……………………………………………….43

  

A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian ……………………….43

  

G. Metode Analisis Data ……………………………………………..41

AB IV. PELAKSANAAN, ANALISIS DATA, HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN …………………………………………….………..43

  2. Seleksi Item ………………………………………………….....40 B B

  1. Bagi Lembaga Pendididkan Terkait ……………………………52

  2. Bagi Remaja …………………………………………………....52

  3. Bagi Peneliti lain ……………………………………………….53

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………...54

  DAFTAR TABEL Tabel Hala man

  1. Tabel Kisi-Kisi Harga Diri (Sebelum Uji Coba)...................................... 37

  

2. Tabel Kisi-Kisi S kala Perilaku Konsu mtif (Sebelum Uji Coba)……….. 39

  3. Data Subjek Menurut Usia dan Jenis Kelamin ……………………………. 44

  

4. item Valid dan Gugur Skala Harga Diri ...............................45

Distribusi A

  

5. Distribusi Aitem Skala Perilaku Konsumtif ............................................ 46

  

6. Distribusi Normal Variabel Harga Diri dan Perilaku Konsumtif ... ... ... ..48

DAFT AR LAMPI RAN

  LAMPIRAN 1. Analisis Butir LAMPIRAN 2 Uji Asumsi a.

  Uji Normalitas

  b. Uji Linieritas LAMPIRAN 3. Uji Hipotesis LAMPIRAN 4. Data Penelitian a.

  Skala Harga Diri

  b. u Konsumtif Skala Perilak

LAMPIRAN 5. Surat Keterangan Penelitian

  

ABSTRAK

Tony Hermawan Yudha Satriya (2008). Hubungan Antara Harga Diri . Dan Perilaku Konsumtif Pada Remaja Di Yogyakarta Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Tujuan penelitian ini untuk menguji ada tidaknya hubungan antara harga

diri dengan perilaku konsumtif pada remaja. Subjek penelitian adalah siswa-siswi

kelas satu dan kelas dua SMU Angkasa Adisutjipto Yogyakarta sebanyak 120

orang. Penelitian ini menggunakan skala model likert yang terdiri dari Skala

Harga Diri dan Skala Perilaku Konsumtif. Hipotesis penelitian ini adalah ada

korelasi negatif antara harga diri dengan perilaku konsumtif pada remaja. Metode

analisis data menggunakan teknik analisis korelasi product moment. Berdasarkan

hasil penelitian disimpulkan bahwa ada korelasi negatif yang signifikan antara

perilaku konsumtif dengan harga diri pada remaja. Artinya, semakin tinggi harga

diri, maka semakin rendah perilaku konsumtif dan semakin rendah harga diri,

maka semakin tinggi perilaku konsumtif.

  

ABSTRACT

Tony Hermawan Yudha Satriya (2008). Relationships Between Self Esteem And Consumptive Behavior Teenager In Yogyakarta. Faculty of Psychology Sanata Dharma University Yogyakarta.

  This research is aimed to analyze the existence of relation between self

esteem and consumptif behavior. The subject research are 120 students Senior

High School of the “SMU Angkasa Adisutjipto” at Yogyakarta. This research

used Likert scale for self esteem scale and consumptive behavior scale. The

hypothesis of this research is that a negative correlation between self esteem and

teenager consumptive behavior. The statistic metod used Correlation analyze from

Pearson. From the result the research can be conclution that is a negative

significant correlation between self esteem and consumptive behavior teenager.

This means, more highest of the self esteem, the consumptive behavior more

lower and more lowest of the self esteem, more highest the consumptive behavior.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dewasa ini berbagai macam produk ditawarkan kepada konsumen. Produk-produk tersebut bukan hanya barang yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen, tetapi juga produk yang dapat memuaskan kesenangan konsumen. Kebutuhan dan keinginan manusia yang tidak terbatas dapat mengakibatkan

  

seseorang mengkonsumsi suatu barang atau jasa guna memenuhi kebutuhan

hidupnya amat secara berlebihan. Sehingga hal ini akan cenderung mendorong

seseorang untuk mengkonsumsi suatu barang secara terus-menerus yang

cenderung meningkat. Keadaan semacam inilah yang secara tak langsung akan

membentuk kecenderungan berperilaku konsumtif pada seseorang.

Seseorang dikatakan memiliki kecenderungan berperilaku konsumtif

adalah bila orang tersebut membeli suatu barang maupun jasa di luar

kebutuhannya yang rasional, sebab pembelian tidak lagi didasarkan pada faktor

kebutuhan semata, melainkan sudah pada taraf keinginan yang berlebihan

(Rosyid, 1997). Pendapat senada juga disampaikan oleh Lubis (1987) yang

menyatakan bahwa perilaku konsumtif adalah suatu perilaku membeli yang tidak

lagi didasarkan pada pertimbangan yang rasional, melainkan karena adanya

keinginan yang sudah mencapai taraf yang sudah tidak rasional lagi.

  Perilaku konsumtif dalam pandangan ekonomi adalah gaya hidup yang

lebih mengutamakan keinginan untuk mengkonsumsi suatu barang atau jasa

  

secara berlebihan. Sifat ini cenderung mengabaikan faktor pendapatan maupun

ketersediaan sumber daya ekonomi seseorang yang seharusnya mampu menjadi

bahan pertimbangan seseorang sebelum melakukan tindakan konsumsi. (Taryadi,

2007). Adapun salah satu ciri dari perilaku konsumtif adalah bila seseorang

mengkonsumsi suatu produk bukan karena alasan kegunaan (utility), tetapi lebih

berat pada adanya pertimbangan citra (image) yang melekat pada produk tersebut.

  

Suatu produk bukan lagi dilihat dari fungsi subtansialnya, tetapi lebih ditekankan

pada makna yang melekat pada produk tersebut (http://www.penulislepas.com,

2006). Gejala perilaku konsumtif di Indonesia pada mulanya berasal dari

masyarakat perkotaan yang mengkonsumsi lebih dari 1/3 pendapatan nasional.

  

Mereka gemar berbelanja, memiliki mobil mewah, bergaya hidup glamour serta

mengkonsumsi berbagai macam komoditi sekunder maupun tersier seperti

membeli apartemen mewah, handphone, barang-baranng kosmetik, pakaian dan

entertainment (Srifatun dan Djawa, 1999). Indikator adanya perilaku konsumtif

yang lebih digerakkan oleh gaya hidup mewah juga tercermin dari meningkatnya

pengguna internet dari hanya 4,5 juta orang pada tahun 2002 menjadi 33 juta

orang pada tahun 2006, meningkatnya jumlah mobil, meningkatnya belanja

produk barang-barang eletronik serta bahkan juga belanja makanan anjing dan

kucing. Selain itu juga adanya konsumsi minuman ringan, rokok, kosmetik,

toiletries maupun juga belanja untuk rekreasi (Sanhadi, 2006).

  Priodadi (1998) menyatakan bahwa salah satu masyarakat potensial yang

dijadikan sasaran pasar terbesar dalam menunjukkan perilaku konsumtif adalah

remaja. Loudon dan Bitta (1984) mengatakan bahwa remaja adalah kelompok

  

yang berorientasi konsumtif, karena pada kelompok ini suka mencoba hal-hal

yang dianggap baru. Hal ini juga didukung adanya sifat dari dalam diri remaja itu

sendiri yang suka menonjolkan diri yang mengakibatkan remaja selalu ada

motivasi serta keinginan untuk membeli suatu barang yang sedang model. Monks

(1989) dalam pendapatnya menyatakan bahwa konsumen remaja mempunyai

keinginan membeli yang sangat tinggi seperti halnya dalam berpakaian,

berdandan, gaya rambut, tingkah laku maupun kesenangan musik.

  Perilaku konsumtif dapat menjadi masalah ketika kecenderungan yang

sebenarnya wajar pada remaja ini dilakukan secara berlebihan. Pepatah “lebih

besar pasak daripada tiang” berlaku di sini. Terkadang apa yang dituntut oleh

remaja berada di luar kemampuan orang tuanya sebagai sumber dana. Dalam hal

ini, perilaku tadi telah menimbulkan masalah ekonomi pada keluarganya. Masalah

yang lebih besar dapat terjadi bila perolehan sumber dana itu dilakukan oleh para

remaja dengan segala macam cara yang tidak sehat. Pada akhirnya perilaku

konsumtif bukan saja memiliki dampak ekonomi, tapi juga dampak psikologis,

sosial bahkan etika (Tambunan dalam http://www.e-psikologi.com, 2001). Kania

berpendapat bahwa secara logika, perilaku konsumtif tanpa didukung dana yang

memadai (baca: pendapatan orang tua) dapat membuat remaja melakukan

berbagai cara untuk memenuhi hasratnya. Remaja juga tak segan masuk terlibat

perbuatan kriminal seperti memalak, menipu dan mencuri. Sementara beberapa

remaja putri, rela menyerahkan diri berbuat asusila demi materi untuk keperluan

konsumtif dirinya. Gaya hidup seperti itu cukup dekat mengantarkan siswa

kepada geng pecandu narkoba (http://saungwali.wordpress.com, 2006).

  

Berdasarkan observasi atau pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada

saat ini yang cenderung menunjukkan adanya gejala atau tanda-tanda perilaku

konsumtif pada remaja SMU di kota Yogyakarta dapat terlihat dari berganti-ganti

Handphone beserta aksesorisnya, memiliki berbagai bentuk alat tulis, memakai

sepatu yang bermerk, mencoba berbagai potongan rambut yang sedang trend,

pemasangan aksesoris kendaraan bermotor, dan membeli stiker-stiker lalu

ditempel pada kendaraan bermotor secara berlebihan dll. Perilaku konsumtif juga

mudah terpicu dalam penggunaan HP (handphone). Begitu seringnya muncul

jenis HP baru, yang tidak hanya menawarkan teknologi yang mutakhir tapi juga

design baru yang disesuaikan dengan selera konsumen, sehingga menarik minat

pengguna untuk gonta-ganti HP. Belum lagi pemborosan pulsa karena adanya

berbagai program yang mengundang pengguna HP untuk berpartisipasi dengan

pulsa premium yang biayanya 10 kali lipat dari pulsa biasa (Wijaya nti dalam

http://wrm-indonesia.org, 2006). Sri Hartati (2006) mengemukakan bahwa

fenomena ABG (Anak Baru Gede) yang sudah melek merek hanyalah salah satu

contoh dari gaya hidup yang cenderung konsumtif, seperti juga merayakan ultah

di hotel, menikmati segelas cokelat panas di kafe, atau bahkan sekedar nongkrong

di mall.

  

Erikson seorang tokoh pendekatan psikososial, menyatakan bahwa masa

remaja adalah masa “krisis identitas diri”. Pada masa usia tersebut menurut

Hurlock (1980), remaja akan cenderung mengeksploitasi minat-minat baru,

menguji diri sendiri atas kompetensi-kompetensi baru, serta berusaha

menterjemahkan nilai-nilai yang diyakininya. Mereka akan membeli dan

  

menggunakan produk atau jasa untuk mengekspresikan, memelihara dan

meningkatkan identitas dirinya pada orang lain, karena produk atau jasa

m em punyai makna simbolis dan ekspresif (Evans, 1996).

Perilaku konsumtif pada seseorang khususnya remaja kebanyakan

dilakukan karena mereka mempunyai harapan tertentu, misalnya ingin dihargai

(Glock dalam Loudon & Bitta, 1984). Perasaan diri yang berharga atau self

esteem berkaitan dengan perilaku konsumtif. Hal ini dapat dilihat berdasarkan

pendapat dari Sears, Freedman dan Peplau (1992) yang menyatakan bahwa salah

satu faktor internal yang berpengaruh pada salah satu perilaku konsumtif adalah

harga diri, orang-orang yang harga dirinya rendah ak an lebih mudah cemas dan

tidak efektif dalam sosialisasi. Mereka cenderung melakukan perilaku konsumtif

dengan tujuan untuk menghentikan sementara perasaan rendah dirinya yang

merupakan hasil evaluasi individu terhadap dirinya (Hirschman, 1992).

  Remaja dengan perilaku membelinya yang cenderung konsumtif tidak

segan-segan mengeluarkan uang untuk diri mereka sendiri. Remaja yang

mempunyai harga diri yang rendah akan cenderung melakukan perilaku konsumtif

guna mempertahankan dirinya di depan teman-temannya. Wilkie (1994)

menyatakan bahwa pada perilaku konsumtif, orang berusaha untuk memiliki

sesuatu yang dapat memberikan dia perasaan senang, bangga, percaya diri,

diterima dan dihargai oleh lingkungan sosialnya. Seseorang akan merasa bangga

jika apa yang ia miliki lebih dari pada orang lain. Mereka juga akan merasa lebih

percaya diri jika ia memiliki sesuatu yang mewah maupun yang dapat

  

meningkatkan statusnya di mata masyarakat. Hal ini juga dapat meningkatkan

harga dirinya.

  Menurut Maslow (Cahyaningsih dan Nuryoko, 1994) harga diri adalah

nama lain dari self esteem yang dimiliki oleh setiap manusia yang mempengaruhi

perilaku sehari-hari. Heatherton dan Vohs (2000) menyatakan bahwa harga diri

merupakan penilaian tentang self yang bersifat individual dan menunjuk pada nilai

p erasaan positif atau negatif pada sistem self. Secara umum dapat dikatakan

bahwa harga diri merupakan suatu penghargaan, nilai-nilai, persetujuan serta suka

atau tidak suka pada dirinya sendiri dan biasanya merupakan komponen penilaian

dalam m empresentasikan dirinya secara menyeluruh.

  

Fuhrman (1990) menyatakan bahwa ketika remaja merasakan hal-hal yang

negatif dan gagal dalam menghargai dirinya, kurang adanya penghargaan tersebut

akan menjadikan remaja mengalami kesulitan dalam peny esuaian diri terhadap

lingkungan sosial. Se lain itu, munculmya perasaan negatif pada remaja juga akan me yebabkan mereka kurang percaya diri dan rendah diri yang kemudian n

menimbulkan adanya perilaku konsumtif. Kecenderungan remaja yang memiliki

perilaku konsumtif bis a merupakan indikasi bahwa ia kurang percaya diri. Hal ini

diperkuat oleh pendapat Hawkins dkk (1980) yang menyatakan bahwa seseorang

terdorong menjadi konsumtif karena ia tidak yakin pada dirinya sendiri atau tidak

percaya diri, insecure serta mempunyai harga diri yang rendah akan cenderung

membeli produk yang mempunyai arti simbolik yang dianggap mampu

menaikkan harga dirinya. Dengan menggunakan jenis produk maupun merk-merk dihadapan orang lain atau ingin memperlihatkan status sosialnya sehingga mereka merasa lebih dihargai (Hirschman, 1992).

  Berdasarkan uraian di atas penulis ingin mengetahui apakah ada hubungan antara harga diri dengan perilaku konsumtif pada remaja, oleh karena itu penulis ingin meneliti lebih lanjut tentang hubungan antara harga diri dengan perilaku konsumtif pada remaja khususnya siswa SMU di Yogyakarta.

B. TUJUAN PENELITIAN

  Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara harga diri dengan perilaku konsumtif pada siswa.

C. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat teoritis.

  Manfaat teoritis dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya psikologi perkembangan.

2. Manfaat praktis.

  Apabila penelitian ini teruji, maka:

a . Bagi siswa diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai hubungan harga diri dengan perilaku konsumtif. b. Bagi sekolah diharapkan dapat menj adi data d an informasi bagi guru bidang studi

maupun wali kelas, khususny a petugas bimbingan p enyuluhan untuk membantu

mengarahkan siswa dalam hubungannya harga diri dengan perilaku konsumtif.

BAB II LANDASAN TEORI A. REMAJA

1. Pengertian Remaja

  Monks (1989) mengatakan bahwa masa remaja secara global berlangsung

antara 12 sapai dengan 21 tahun dengan pembagian sebagai berikut : pada usia 12

  • – 15 tahun termasuk dalam kategori remaja awal, pada usia 15 – 18 tahun

    termasuk dalam kategori remaja pertengahan, dan pada usia 18 – 21 tahun

    tergolong pada masa remaja akhir. Pada masa remaja akhir tersebut individu akan

    mengalami banyak perubahan, baik secara fisik, sosial maupun emosi. Sedangkan

    menurut Ana Freud (Gunarsa, 1986) mengatakan bahwa masa remaja merupakan

    suatu m asa yang meliputi adanya proses perkembangan dimana terjadi perubahan-

    perubahan dalam hubungannya dengan orang tua, motivasi, serta cita-cita yang

    ingin diraih.

  Perubahan fisik yang terjadi pada masa remaja menurut Monks (1989)

terjadi bila remaja merasa mulai tidak puas dengan keadaan atau kondisi dirinya

sendiri secara fisik sehingga menimbulkan rasa gelisah, seperti terlalu gemuk atau

terlalu pendek. Hal tersebut mampu mempengaruhi pola pergaulan mereka dengan

orang lain termasuk juga dengan teman-temannya.

  Perubahan secara fisik pada remaja dapat ditunjukkan dengan

berkurangnya hubungan antara anak dengan orang tua. Monks (Sumedi, 1989)

  

menyatakan bahwa pada masa ini, remaja mulai berhubungan dengan teman

sebaya serta cenderung mulai membentuk kelompok. Dalam berinteraksi dengan

sesama anggota kelompok, remaja akan di tuntut untuk banyak melakukan

penyesuain diri dengan norma-norma kelompok yang telah terbentuk sebelumnya.

  

Adanya ketidakmampuan dalam penyesuain diri tersebut mampu menimbulkan

adanya perasaan terasing atau perasaan tersingkir pada remaja.

  Sedangkan pada perubahan secara emosional menurut Hurlock (1996) erat

kaitannya dengan penyesuaian terhadap tuntutan maupun harapan sosial yang

baru atau asing. Pa da masa ini kondisi emosi sremaja cenderung kurang stabil,

seh ing a sering mengalami konflik dengan orang lain maupun orang tua, menjadi g

mudah gelisah, mudah tersi nggung atau kesal, serta merasa tertekan. Adapun

ben tuk-bentuk emosi lain yang seringkali muncul pada rem aja adalah perasaan

tak ut, cemas, mudah marah, gembira, sedih serta perasaan iri hati (Mapiare,

1982).

  Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa m asa

rem aja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa kedewasaan

yang d imulai pada batasan usi a antara 12 sampai dengan 18 tahun yang ditandai

dengan adanya perubahan secara fisik yang cenderung drastis, perubahan sosial

terh adap hal-hal baru atau asing serta adanya per ubahan emosi yang cenderung

kur ang stabil sehingga membuat perkembangan remaja menjadi berat.

2. Tugas-tugas Perkembangan Remaja

  Havigurst (dalam Hurlock, 1996) menyatakan bahwa tugas perkembangan

remaja adalah tugas yang muncul pada suatu periode tertentu dari kehidupan

individu. Jika individu tersebut berhasil melaksanakan tugas tersebut, maka dapat

menimbulkan rasa bahagia serta mampu membawa individu ke arah keberhasilan

dalam melaksanakan tugas-tugas selanjutnya. Akan tetapi jika gagal dapat

menimbulkan rasa tidak bahagia serta akan mengalami kesulitan dalam

menghadapi tugas-tugas selanjutnya. Tugas-tugas perkembangan remaja tersebut

ntara lain adalah : a. Mencapai man sebaya baik a.

  f. Mempersiapkan karier ekonomi.

  g.

  Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.

  h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku dalam pengembangan ideologi.

  Dalam menghadapi dan menjalani tugas-tugas perkembangan diatas, a

hubungan baru yang lebih matang dengan te

pria maupun wanita.

  b. Mencapai peran sosial pria atau wanita.

  c. Menerima keadaan fisiknya serta mampu menggunakan tubuhnya secara aktif dan efektif.

  d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab.

  e.

  Mampu mencapai kemandirian emosional dari orang tua serta dari orang- orang dewasa lainny

  

tersebut dengan baik tanpa ada hambatan, sehingga remaja pada tingkat

selanjutnya juga diharapkan akan mampu menghadapi kehidupan sosialnya yang

baru di masyarakat dengan baik pula. Akan tetapi jika remaja mengalami

kegagalan dalam melakukan penyesuaian diri terhadap tugas perkembangan

tersebut, dikhawatirkan akan menyebabkan remaja mengalami gangguan dalam

berperilaku karena berlawanan dengan harapan-harapan serta nilai-nilai sosial

yang telah berlaku di masyarkat, sehingga pada akhirnya remaja akan mengalami

kegagalan dalam menghadapi kehidupan sosial maupun pribadinya.

B. PERILAKU KONSUMTIF REMAJA

1. Perilaku Konsumtif Pada Remaja

  

Kelompok usia remaja adalah salah satu pangsa pasar yang cukup

potensial bagi produsen. Alasannya antara lain karena pola konsumsi seseorang

cenderung terbentuk pada usia remaja. Secara psikologis mereka masih berada

dalam proses pencarian jati diri serta sangat sensitif terhadap pengaruh dari luar

akibat dari adanya ketidakseimbangan gejolak-gejolak emosi yang sedang mereka

alami (Tambunan, 2001).

  

Loudon dan Bitta (Rosyid, 1997) menyatakan bahwa remaja adalah

kelompok yang berorientasi konsumtif, karena pada kelompok tersebut mereka

cenderung suka mencoba hal-hal yang dianggap baru. Dan tanpa disadari, hal

tersebut akan dapat mendorong seseorang untuk membeli dan terus membeli

sehingga menyebabkan remaja semakin terjerat dalam perilaku konsumtif. Hal ini

  

dapat diperkuat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Reynold (dalam

Lahmanindra, 2006) yang melaporkan bahwa remaja usia 16 sampai dengan 18

tahun cenderung membelanjakan uang nya lebih banyak untuk keperluan yang

menunjang penampilan diri. Adanya kebutuhan atau keinginan untuk diterima dan

menjadi sama derajatnya atau lebih dengan orang lain yang sebaya menyebabkan